LANDASAN TEORITIS
Menurut Ashton (1982), Bamber (2001), dan Caplan (1989), awal mula
empiris dan eksperimen mulai muncul pada tahun 1960-an, dua monograph pada
penganggaran dan sistem pengendalian manajemen yang dua-duanya ditulis oleh non
bidang-bidang akuntansi, selain itu juga menunjukkan relevansi isu-isu perilaku pada
teori dan praktek akuntansi dan mengembangkan model yang konseptual, misalnya
yang dilakukan oleh Stedry (1960), Benston (1963); dan Churchill dan Cooper (1965)
akuntansi pada perilaku. Kemudian pada tahun 1970-an, dilanjutkan oleh Mock
(1978); Barefield (1972); Magel dan Dickhaut (1978); Benbasat dan Dexter yang
tetap fokus pada bidang akuntansi manajemen namun isinya bergeser dari pengaruh
sebagai berikut:
10
11
1. Auditing
dan Shields (1995) beberapa peneletian yang berkaitan dengan judgment dan
pengambilan keputusan dalam auditing dapat dibagi dalam beberapa topik yaitu :
menguji konsesus dan Cue Usage model ini dirancang untuk menyajikan
psikologi.
probabilitas dan perilaku pilihan yang berisiko. Studi ini menekankan pada
2. Keuangan
tenaga kerja, prediksi laba, dan rekomendasi pembelian ataupun penjualan saham
3. Kepemimpinan
sangat kuat terhadap perilaku organisasi dan perilaku individu dalam organisasi
b) Gaya kepemimpinan
grupnya.
Variabel kepemimpinan yang paling banyak diteliti oleh para pakar adalah
merupakan observasi dari luar interaksi pemimpin dan pengikut. Pengertian gaya
interaksi dengan para pengikut. Interaksi ini akan mempengaruhi pola perilaku yang
seorang pemimpin yang dapat berubah tergantung pengikut dan situasinya. Dengan
kata lain, seorang pemimpin dapat mempergunakan sejumlah pola perilaku yang
penelitian dapat menggunakan cara sebagi berikut : (a) mengukur persepsi para
kepemimpinannya.
tidak semua orang memiliki kualitas seperti ini, maka hanya mereka yang
orang-orang sejak lahir, maka kita akan dapat menyaring pemimpin dari yang
1993).
menyatakan: selama lima puluh tahun studi telah gagal menghasilkan satu sifat
16
berbeda dari satu situasi ke situasi yang lain, dengan pergantian pemimpin,
kepemimpinan.
efektif. Oleh sebab itu pendekatan perilaku tidak lagi mencoba untuk mencari
pendapat.
pertumbuhan karyawan.
University of Michigan, yang dilaksanakan oleh Rensis Likert (1961) dan para
yang berbeda untuk melihat apakah prinsip atau konsep kepemimpinan yang
Likert dengan menggunakan dua orientasi tugas, menyusun suatu model empat
juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas mereka dalam batas
keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang
19
melalui karyawan dalam beberapa hal akan memberikan hasil yang lebih
yang hangat antara seorang atasan dan bawahan, adanya saling percaya,
LBDQ berisi lima belas hal yang berkenaan dengan orientasi konsiderasi dan
pada salah satu dari lima uraian (sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah)
orientasi konsiderasi dan struktur inisiatif adalah dimensi perilaku yang diamati
oleh orang lain. LBDQ diisi oleh bawahan pemimpin, atasan atau sejawat
mereka.
tentang persepsi pemimpin atas gaya kepemimpinan mereka sendiri, dan LOQ
bahwa struktur inisiatif dan konsiderasi merupakan dimensi yang terpisah dan
berbeda. Skor yang tinggi pada salah satu dimensi tidak harus berarti skor yang
dimensi tersebut, dengan cara menggambarkan perilaku mereka pada dua poros
yang terpisah dan tidak pada satu kontinum saja. Selanjutnya dibentuk empat
kuadran dari dua dimensi gaya kepemimpinan, seperti yang ditunjukkan dalam
Struktur Inisiatif
Tinggi Rendah
Rendah Struktur tinggi Struktur Rendah
Perhatian rendah Perhatian rendah
Pertimbangan (I) (II)
Struktur tinggi Struktur rendah
Tinggi Perhatian tinggi Perhatian tinggi
(III) (IV)
efektivitas pemimpin tidak tergantung pada gaya tertentu dari pemimpin tetap
rendah. Hasil penelitian Outley dan Pierce (1995) menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan yang dapat berhasil baik dan selalu tepat bagi setiap manajer
tergantung pada faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel
1. Kekuatan dalam diri manajer, yang mencakup : (1) sistem nilai, (2)
2. Kekuatan dalam diri para bawahan, meliputi: (1) kebutuhan meraka akan
keputusan.
kelompok, (3) desakan waktu, dan (4) sifat masalah itu sendiri.
kelompok yang efektif tergantung pada kesesuaian antara gaya memimpin yang
berinteraksi dengan bawahan dan tingkat situasi yang dapat dikontrol dan
dipengaruhi pemimpin.
temuan sekerja yang paling sedikit disukai (Least Preferred co Worker atau
LPC Questioner) yang berisi enam belas pertanyaan yang bertentangan mulai
mempengaruhi.
tipe pemimpin hubungan manusiawi atau toleran dan lunak (“linent”) akan
sangat efektif.
terhadap situasi.
dengan situasi yang ada. Tetapi seharusnya pemimpin dapat mengubah gaya
dan seharusnya mereka dapat belajar untuk menjadi pemimpin yang efektif.
26
lain.
teori ini seharusnya motivasi dalam arti (House & Mitcheel 1974):
27
pekerjaan efektif.
a. Directive Leader
b. Supportive Leader
kebutuhan bawahan.
c. Participative Leader
membuat keputusan.
tinggi.
kualitas dan penerimaan kualitas keputusan mengacu pada aspek obyektif diluar
Manajemen senior terdiri dari mitra yang memberikan seluruh arahan dan
kepemimpinan yang menjaga hubungan kerja yang erat antara auditor dan
dalam keseluruhan untuk kelompok pada staff auditor, maintening manajer juga
menjaga hubungan kerja yang dekat dengan senior auditor, yang mengawasi
audit sebagai anggota manajemen tengah berada dalam posisi yang dipengaruhi
dan memberi petunjuk pada mereka apa saja yang harus diikuti dan dipelajari.
oleh kultur yang dianut oleh organisasi tersebut, atau diistilahkan sebagai
yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai yang harus
31
digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam
bagi organisasi agar dapat terus berdiri dan bertahan. Sebagaimana layaknya
sebuah bangunan, maka pondasi yang kuat dan sesuai dengan lingkungan
tempatnya berdiri, akan dapat bertahan dalam waktu yang lama. Demikian
pula dengan organisasi, dengan nilai budaya yang kuat dan diterima
oleh anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi i
dalam Halida dan Dewi (2001 : 279) terdapat tujuh karakter utama, yang kesemuanya
memusatkan perhatian pada hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses
organisasi.
e. Orientasi terhadap tim : tingkat aktivitas pekerjaan yang dianut dalam tim, bukan
perseorangan.
karakteristik kini berada dalam suatu kesatuan, dari tingkat yang rendah menuju
tingkat yang lebih tinggi. Menilai suatu organisasi dengan menggunakan tujuh
dengan menggunakan tatacara, istilah dan bahasa yang sama yang mencerminkan
tentang apa saja yang harus dilakukan, yaitu tidak berlebih tetapi juga tidak
kurang.
dianut oleh para anggotanya. Contohnya adalah mutu produk yang tinggi, tingkat
e. Aturan. Terdapat pedoman yang harus ditaati jika bergabung dengan organisasi.
tersebut.
34
tata letak fisik, cara para anggota berinteraksi dan cara mereka berhubungan
utama dari kultur organisasi dalam organisasi secara umum yang tidak dapat
yang berlaku dalam jenis organisasi pada pelayanan jasa atau organisasi yang
Uraian lebih rinci dikemukakan oleh Turner (1997 : 241) sebagai berikut :
Kultur organisasi berasal dari para anggota yang potensial, mereka menggunakan
budaya untuk memperkuat gagasan, perasaan dan informasi yang sejalan dengan
menghasilkan keunggulan.
sehingga kultur dapat menciptakan dan merupakan sumber motivasi yang kuat.
peran mereka yang harus mereka isi. Dampak positif dari kultur, adalah dapat
35
organisasi.
Kultur membuktikan bahwa tidak ada suatu kelompok, perusahaan atau negara
organisasi dapat timbul karena mereka mengalami saat awal organisasi mulai
atau prosedur. Kultur organisasi akan kuat jika para anggotanya membutuhkan
mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik; atau dampak negatif, seperti rasa
budaya berbeda.
yang logis.
Walaupun individu tidak menganut nilai atau dasar pemikiran dari suatu budaya,
seseorang harus memahami bahwa segala perilakunya didasari oleh apa yang
sendiri.
Jika para anggota menganut, memperkokoh dan memperbanyak nilai yang sama,
tetap pada identitasnya, serta terjamin kelanjutan usahanya. Budaya kerja dapat
berlawanan.
organisasi tidak mungkin hanya terdapat suatu kondisi yang sama secara terus-
berkuasa dan dikuasai, yang secara logis akan menerima dan menanggapi
paling cocok.
Suatu kultur organisasi bukanlah hanya benda atau obyek, tetapi merupakan pola
organisasi dalam organisasi dapat membuat para anggota saling erat mendukung.
Aspek dari suatu budaya kerja adalah sinergi diantara nilai yang tercakup di
sesuatu yang lebih baik. Secara kongkrit dapat digambarkan suatu perusahaan
oleh promosi yang gencar, tetapi lebih dihargai jika produk tersebut merupakan
kemudian mengantarnya pada konsumennya agar mereka puas. Hal ini akan
dapat dicapai oleh kultur yang secara berkesinambungan dipelajari dari beberapa
sumber.
dan Stokes (1997) kultur organisasi dibagi menjadi empat dimensi yang merupakan
Yaitu jika para anggota organisasi ditumbuhkan motivasinya oleh imbalan dan
hukuman, dan oleh keinginan untuk bekerja dengan pimpinan yang kuat.
bersifat birokratis.
Yaitu jika menekankan pada motivasi yang tinggi dari para anggota organisasi
dalam kultur ini tujuan utama organisasi adalah menarik dan memancing tenaga
Yaitu iklim dalam organisasi yang didasarkan pada saling percaya di antara para
anggota sebagai individu dengan organisasi itu sendiri. Dalam kondisi ini
pegawai yakin bahwa mereka dinilai sebagai manusia, bukan hanya sebagai
mesin semata
sebagai paradigma baru juga menjadi empat dimensi yang merupakan orientasi kultur
komunikasi internal dan kerjasama antar individu pegawai dengan unit kerjanya.
2. Orientasi pada kinerja, jika menekankan pada motivasi yang tinggi dari para
perencanaan dalam kultur ini tujuan utama organisasi adalah memancing dan
3. Orientasi pada pegawai, difokuskan pada pengembangan para pegawai dan rasa
memiliki mereka sebagai suatu tim kerja yang solid dalam organisasi.
4. Orientasi pada pasar, yaitu komitmen perusahaan untuk selalu responsive pada
keberhasilannya dalam menciptakan kultur organisasi yang khas sebagai bagian dari
40
rencana strategik mereka, karena kultur organisasi yang baik akan berdampak pada
sebagai sebuah tim. Kultur organisasi yang efektif tersebut mencakup upah dan
pegawai dalam pembuatan keputusan, pembagian laba bagi pegawai, keadilan atau
Kultur adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap situasi dalam sebuah
merupakan salah satu jenis aktiva tidak berwujud milik perusahaan yang dapat
aktiva tidak berwujud antara lain kultur organisasional, hubungan dengan pelanggan
pertukaran nilai dan keyakinan yang diterapkan dalam berinteraksi antar individu,
struktur dan system untuk menghasilkan norma yang dianut perusahaan. Hofstede
dan tindakan dari satu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial
yang lain. Sedangkan Hood & Koberg (1991) mendefinisikan kultur sebagai
seperangkat nilai, norma, persepsi dan pola perilaku yang diciptakan atau
41
merupakan ikatan yang dapat menghubungkan antar individu dalam berbagai arah
dan tujuan yang dapat mempengaruhi semua aktivitas dalam organisasi yang pada
yang kuat dalam satu organisasi melalui penanaman nilai-nilai pengharapan dan
(Gibson, 2000).
mempunyai kultur yang sesuai dengan strategi dan dapat meningkatkan komitmen
Birokratis, Inovatif dan kultur Suportif. Kultur birokratis menurunkan wewenang dan
terletak pada manajemen puncak, juga terdapat garis batas yang jelas antara tanggung
jawab dan wewenang. Setiap pekerjaan yang dilakukan selalu teratur dan sistematis,
berlandaskan kekuasaan dan pengawasan. Organisasi yang memiliki kultur ini sangat
42
lima hal :
2. Karyawan yang lebih senior bisa memahami dan menerima arti penting setiap
Kultur suportif, terdiri atas orang-orang yang saling terbuka, diliputi rasa
kekeluargaan satu sama lain, bersahabat, saling percaya, peduli terhadap yang lain
dan adil. Kultur suportif merupakan lingkungan yang penuh kekeluargaan dan
organisasi atau lapisan pimpinan paling atas (top management). Kultur juga dapat
berasal dari berbagai level hirarki organisasi, dari perorangan maupun kelompok.
Kottler dan Heskett (1992) menyatakan bahwa budaya organisasi bersumber dari
beberapa orang, lebih sering hanya dari satu orang pendiri perusahaan, orang tersebut
akan mengembangkan strategi satu lingkungan bisnis yang dikelolanya, yang pada
untuk melakukan perubahan tiga aktivitas yang saling terkait yaitu klarifikasi maksud
desainer dari organisasi dengan ikut dalam mendesain berbagai tujuan, visi dan nilai
inti dalam organisasi. Nilai organisasi (kultur organisasi) yang dibentuk oleh
adalah Dessler (2000) menyatakan bahwa kultur organisasi merupakan salah satu
nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi perilaku anggota organisasi.
menjadi salah satu faktor pembentuk kultur organisasi, tentunya akan mempermudah
kultur organisasi. Astuti (1995) yang meneliti tentang analisis kepemimpinan dalam
positif antara gaya kepemimpinan dengan budaya perusahaan yang kompetitif yang
44
akan terbentuk, dan tingkat partisipasi akan memberikan sumbangan positif yang
(1997) meneliti gaya kepemimpinan dan budaya organisasi pada industri kecil,
organisasi sehingga mereka dapat bekerja sama (Rachma, 2000). Gaya kepemimpinan
dan kultur organisasi merupakan dua faktor yang memiliki pengaruh kuat dalam
informasi dikelola oleh manajemen. Begitu juga dengan Harvey dan Brown (1996)
informasi dalam tim audit. Hasil penelitiannya menemukan bahwa adanya pengaruh
signifikan kultur KAP terhadap proses komunikasi dalam tim audit. Diantara ketiga
kategori kultur yang ada (birokratis, suportif dan inovatif) maka kultur birokrats dan
2.4. Komunikasi
komunikasi yang efektif adalah penting bagi para manajer, paling tidak untuk dua
komunikasi adalah kegiatan untuk mana para manajer mencurahkan sebagian besar
kepada orang lain. Menurut Well dan Prensky (1996), komunikasi merupakan
komunikasi dalam satu kelompok, menurut Cevich dan Matteson (1987) dalam
Rachman (1987) adalah pengiriman informasi oleh salah seorang anggota kelompok
kepada anggota yang lain dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Dari kedua
definisi diatas dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan informasi yang dapat
berupa pesan atau simbol tertentu yang dilakukan dua orang atau lebih.
anggota kelompok Gibson (2000). Fungsi suatu kelompok akan menjadi lebih efektif
paling banyak di lakukan (Luthans dan Larsen, 1986 dalam Rachman, 2000). Unsur-
unsur dasar komunikasi menurut Gibson, et.al (1997) adalah komunikator – persepsi/
menterjemahkan pesan sesuai dengan yang dimaksud oleh pengirim pesan, sedangkan
336-337).
cara. Pertama, liputan saluran formal semakin melebar sesuai perkembangan dan
dicapai dalam organisasi yang besar dengan cabang-cabang yang menyebar. Kedua,
masalah-masalah pada penyelia (mandor) mereka dan bukan pada manajer pabrik.
akan menentukan pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan ketepatan
komunikasi.
kelompok berbeda. Para anggota suatu kelompok kerja yang sama akan cenderung
berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas, waktu dan gaya yang sama. Komunikasi
departemen mungkin mempunyai cara tetentu yang efektif untuk menangani konflik
diantara para bawahannya. Individu yang memiliki informasi khusus ini dapat
berfungsi lebih efektif daripada yang lainnya, dan banyak diantara mereka yang tidak
oleh berbagai sarana formal lainnya. Dasar komunikasi adalah vertikal, lateral dan
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi keatas dan kebawah sesuai ranti
kebawah melalui tingkatan manajemen sampai kekaryawan lini dan personalia paling
organisasi.
disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya. Fungsi utama komunikasi
keatas adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang
apa yang terjadi pada tingkat kebawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporan
periodik, penjelasan, gagasan dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini
dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas.
terjadi apabila proses komunikasi mengalir dari seseorang kepada seseorang lainnya
dalam pertemuan tatap muka atau kelompok. Komunikasi antar pribadi memiliki
peran penting dalam komunikasi manajerial, karena setiap hari lebih dari tiga per
empat komunikasi seorang manajer dilakukan melalui interaksi secara tatap muka
(Gibson,et.al, 2000 :416). Milles dan Steinberg berpendapat (Morsedan Phelps 1980)
bahwa komunikasi antar pribadi terjadi apabila ada pertukaran diantara para
pelakunya dalam suatu pertemuan, terutama dipengaruhi oleh faktor psikologi dan
sosiologi atau budaya. Pendapat Porter dan Karlene yang dikutip oleh Rue dan Byar
(1980) menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah suatu proses interaktif
antara seorang individu sebagai pengirim pesan dengan seorang individu lain sebagai
penerima pesan yang dilakukan secara verbal dan non-verbal serta menggunakan
simbol dari orang yang memiliki perbedaan phisik dan budaya. Komunikasi Verbal
49
dalam persepsi, kebiasaan buruk dalam mendengarkan, umpan balik yang tidak tepat
Pribadi terjadi antara orang-orang yang sudah saling mengenal selama beberapa
waktu, orang-orang tersebut memandang satu sama lain sebagai individu yang unik di
Antar Pribadi dalam sebuah organisasi adalah sangat penting. Orang dengan
keputusan yang lebih tepat dan lebih sering mendapatkan promosi dari pada individu
merupakan tolok ukur dasar dari kemampuan seseorang untuk secara efektif
terdiri dari :
50
berkomunikasi.
f. Filosopi organisasi
h. Iklim/suasana keorganisasian
j. Teman
l. Atasan
m. Bawahan
assertive, yang dapat dicapai dengan menggunakan perilaku verbal dan non- verbal
yaitu :
Komunikasi antar pribadi membantu membina saling pengertian yang lebih baik.
disebabkan antara lain karena adanya perbedaan gaya Interpersonal, karena latar
gaya komunikasi yang menunjukkan seberapa besar pola informasi tersebut diketahui
oleh orang lain (penerima pesan), yang digambarkan dalam The Johari Window atau
52
“ Jendela Johari “ (Johari merupakan singkatan dari Joseph dan Harry). Model ini
Antar Pribadi yang dipengaruhi oleh dua dimensi, yaitu pengungkapan diri (self
disclosure atau exporsure) dan umpan balik (feedback) dari orang lain. Self-
disclosure diartikan seberapa besar seorang individu secara terbuka dan terus terang
a. Areal terbuka, dimana informasi diperlihatkan dan diketahui oleh kedua belah
pihak (diri sendiri dan orang lain). Di areal ini Komunikasi Antar Pribadi sangat
kondusif dan efektif. Semakin lebar areal ini maka semakin efektif Komunikasi
Antar Pribadi.
b. Areal buta, dimana informasi yang relevan tentang diri sendiri diketahui oleh
orang lain, tetapi diri sendiri tidak mengetahuinya, yang disebabkan karena tidak
seorangpun yang pernah memberitahukan kepada diri sendiri, atau diri sendiri
c. Areal terselubung, dimana informasi diketahui oleh diri sendiri, tetapi tidak
diketahui oleh orang lain. Hal-hal atau perasaan-perasaan yang diketahui diri
sendiri tidak disampaikan kepada orang lain karena khawatir orang lain kurang
d. Areal tidak dikenal. Pada areal ini segala informasi, perasaan dan pengalaman
tidak diketahui atau tidak disadari oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, dengan
kepada orang lain. Menurut Well dan Prensky (1996), komunikasi merupakan
komunikasi dalam satu kelompok, menurut Ivancevich dan Matteson (1987) dalam
Rachma (2000) adalah pengiriman informasi oleh salah seorang anggota kelompok
kepada anggota yang lain dengan menggunakan simbol tertentu. Dari kedua definisi
diatas dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan informasi yang dapat berupa
pesan atau simbol tertentu yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
anggota kelompok (Gibson, 2000). Fungsi suatu kelompok akan menjadi lebih efektif
paling banyak dilakukan (Luthans dan Larsen, 1986 dalam Rachma, 2000). Tujuan
komunikasi awalnya timbul dari seseorang yang akan mengemukakan pikiran dan
perasaannya, yakni agar terjadi perubahan sikap pada orang lain yang dilibatkannya.
Perubahan sikap ini adalah akibat dari penyampaian pikiran dan perasaan tersebut.
2. Affective effect : disebut juga dengan emosional atau attitudinal atau psicological
3. Psychomotor effect : efek utama dari komunikasi adalah behavioral yaitu adanya
Profesi akuntan publik tidak dapat terlepas dari proses komunikasi, dia selalu
dituntut untuk melakukan komunikasi baik dengan klien maupun dengan karyawan
profesional dan klerikal dalam perusahaan. Putusnya komunikasi antar akuntan dapat
memberi pengaruh kurang baik terhadap kinerja akuntan, selain itu dapat
Gavin, 1983 dalam Rachma, 2000). Beberapa penelitian bahkan telah menunjukkan
turnover akuntan (Rhode et al., 1977; Fusaro et al., 1984; Hammer dan Gavin, 1983
dalam Rachma, 2000). Komunikasi yang terjalin diantara anggota tim audit menjadi
aktivitas yang sangat fundamental untuk mencapai hasil akhir, yaitu opini audit.
dan komunikasi dalam tim audit, serta Rachma (2000) dalam penelitiannya tentang
kultur organisasi dan penyampaian informasi dalam tim audit menggunakan empat
mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan, baik data akuntansi dan
tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu sesuai dengan yang
dibutuhkan. Bila jumlah informasi yang diterima tim audit jauh melebihi atau
semua informasi yang mereka terima secara efisien, akibatnya dapat mengurangi
perpajakan, keuangan dan pakar statistik, juga dengan pihak-pihak di luar KAP
yaitu kilen, rekanan kerja klien yang bisa memberikan bukti-bukti yang berkaitan
dengan audit yang sedang dilaksanakan, serta instansi lain yang dapat
yang dilakukan. Aktivitas yang bisa dilakukan dalam mencari informasi ini
antara lain :
4. Bertindak sebagai penghubung dengan departemen atau area lain dalam KAP.
5. Memberikan informasi dan nasehat secara regular pada pihak lain seperti
Tujuan dari aktifitas ini adalah untuk memperoleh informasi yang berguna
(Leifer dan Delbeq, 1978 dalam Wardhani 2000). Boundary spanning terjadi ketika
auditor memperluas batasan dari tim audit dengan tujuan untuk memperoleh
diterima auditor dari supervisornya. Proses pengawasan dalam hal ini mencakup
terhadap keputusan yang telah diambil (Hall, 1996). Koordinasi arus kerja
menyangkut seberapa baik berbagai aktivitas kerja yang saling berhubungan dapat
mana kebutuhan auditor akan segala informasi yang berkualitas dapat dipenuhi oleh
supervisor.
d. Keakuratan informasi, hal ini merefleksikan kualitas umum dari informasi yang
saling dipertukarkan dalam tim. Dalam proses pengauditan bukti-bukti audit tidak
hanya harus mencukupi, tetapi juga kompeten. Bukti yang kompeten berarti juga
informasi yang akurat, informasi yang dapat dipercaya, sah, objektif dan relevan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kompetensi bukti yaitu:
1. Sumber bukti, yaitu menelusuri dari mana bukti itu diperoleh dan siapa yang
Mengacu pada uraian dan penjelasan pada point 2.1 mengenai hasil dari
perilaku penurunan kualitas audit (CAR Report 1987; Kelly 1988; Raghunathan
1991; Outley dan Pierce 1995; Murdiningrum 2000; Safriliana 2001). Adanya
perilaku disfungsional auditor dan penurunan kualitas audit terkait dengan peran
praktek organisasi, umpan balik mengenai kinerja staff dan indoktrinasi tujuan
bawahan biasanya mengenai masalah yang dihadapi staff, kebijakan dan praktek
organisasi, informasi tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
untuk melakukannya.
pengirim dan penerima. Komunikasi yang baik adalah komunikasi terbuka ynag
merupakan proses dua arah. Dalam hal ini seorang pemimpin tidak hanya
memikirkan berapa banyak yang hendak ia sampaikan kepada bawahan, tetapi juga
posisi para pemimpin sebagai pemproses informasi Gibson (2000) dengan kata lain
para pemimpin mencari informasi mengenai mengapa sesuatu terjadi dan kemudian
organisasi yang mana sasaran perusahaan dapat dicapai (Harry, 1978 dalam Timple,
1992). Dalam satu penelitian, 74 % manajer yang dijadikan sampel dari perusahaan
Amerika, Inggris dan Jepang mengatakan bahwa hambatan utama terbesar menuju
keunggulan perusahaan adalah keruntuhan komunikasi (Blake dan Jane, 1968 dalam
Timple, 1991).
59
bawahan mengenai instruksi tugas dan tujuan dari tugas yang diberikan kepada
tugasnya Hall(1996). Tanpa adanya komunikasi yang cukup antara supervisi dan
bawahan, maka auditor akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dan
al., (1996) dalam Wardhani (2000) yang menentukan bahwa komunikasi yang efektif
dari supervisor mengenai pekerjaan akan dapat mengurangi role ambiguity dan role
conflict.
komunikasi dalam tim audit dari pada gaya kepemimpinan hasil penelitiannya juga
dalam tim audit mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada pengaruh tidak
langsung melalui kultur organisasi.Hal ini konsisten dengan pernyataan Harvey dan
Brown (1992) bahwa gaya kepemimpinan dan kultur organisasi menentukan arah
adanya pengaruh yang signifikan Kultur KAP terhadap komunikasi dalam tim audit
2.5.Judgment Auditor
untuk memahami tentang realitas alam semesta (universe) telah semenjak dahulu
dijajaki oleh ahli filsafat. Mereka membangun metode dari untuk mendapatkan
Keberadaan metode tersebut hampir bersamaan dengan sejarah para filosof itu
sendiri dan biasanya satu metode pada saat tertentu akan mendominasi atau
bergabung dengan metode lain. Dewasa ini, metode filsafat tersebut digunakan dalam
Peirces, sebagaimana dikutip oleh Mautz dan Sharaf, doubt (keraguan) dan belief
61
percaya (belief). Sementara belief berupa ketenangan (calm) dan status, artinya tidak
mau diabaikan tetapi tidak mudah seandainya diubah ke kepercayaan (keyakinan) lain
lebih lanjut Pierce dalam teorinya mengatakan bahwa logic memberi kriteria yang
didapat dari berfikir rasional maupun melalui perjuangan hidup sehari-hari, logika
merupakan aspek mendasar untuk analisi klasifikasi dan hubungan antara teknik
informasi dalam bentuk yang dapat diperiksa dan beberapa standar atau kriteria
dengan nama auditor dapat melakukan evaluasi informasi dapat berbagai macam
akuntansi yang diakui secara umum (generally accepted accounting principles) atau
keuangan atau neraca, perhitungan laba dan rugi serta laporan arus kas, termasuk
aturan dan prosedur yang perlu untuk merumuskan praktek accounting yang diakui
pada saat tertentu. Dalam hal ini tidak hanya terbatas pada pernyataan atau keputusan
otentik tetapi meliputi juga penerapan teori akutansi yang secara umum diakui untuk
sebabnya auditor harus memiliki keahlian tentang akuntansi. Untuk itu auditor harus
Menetapkan prosedur atau teknik audit atau memutuskan jumlah dan jenis
bukti untuk pengujian, atau melakukan evaluasi hasil audit merupakan persoalan yang
Secara umum menurut Dunn (1996), suatu audit merupakan alat dengan mana
seseorang ditanggung oleh orang lain berkenaan dengan mutu, kondisi atau status
karena orang pertama yang dijamin ragu mengenai kualitas, kondisi atau status
tentang sesuatu aspek, serta secara pribadi tidak dapat menghilangkan keraguan atau
ketidak pastian tersebut. Oleh karena itu auditing menurut Konrath, merupakan salah
satu bentuk atestasi. Atestasi dalam pengertian umum menyangkut komunikasi ahli
secara tertulis kesimpulan dapat atau tidak dapat dipercayainya pernyataan tertulis
yang merupakan tanggung jawab pihak lain.Helyi (2000), mengatakan bahwa auditing
merupakan akumulasi dan melakukan evaluasi bukti tentang informasi yang dapat
diukur dari suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
63
Audito
r
Bukti-bukti Audit
Mengkomunikasikan Hasil-hasilnya
User yang
berkepentingan
Gambar 2.2 Definisi Auditing
Sumber Dan M. Guy, C, Wayne Alderman and Alan J. Winters, Auditing (Forth worth : The Dryden
Press, Hast Court, Brace College Publisher, 1996, P. 4)
Teknik Audit atau prosedur audit, menurut Mautz & Sharaf diantaranya
pekerjaan audit sebagai berikut : (1) penerimaan penugasan, (2) observasi fakta
menentukan bukti tersedia yang mendukung persoalan individual (5) memilih tehnik
audit (6) melaksanakan perosedur untuk memperoleh bukti (7) evaluasi bukti (8)
2.5.2.Karakteristik Auditing
yang disajikan oleh manajemen entitas atau auditee atau auditan. Dengan demikian
atau auditan menyiapkan laporan keuangan yang akan diaudit oleh auditor. Peranan
Manajemen
Menyiapakan
Laporan keuangan
Laporan
keuangan Pengguna
yang telah
diaudit
Mengevaluasi
Laporan keuangan
Auditor
Sumber : Lary F. Konrath 1996, Auditing Concepts and Applications : a Risk Analysis Approach
bahwa laporan keuangan secara materi tidak salah saji. Auditor itu bebas, ahli yang
65
keuangan. Hal ini karena auditor (independen) memeriksa atau menguji data-data
atau bukti-bukti yang mendasari, posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas, untuk
bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji yang material terkecuali jika
ditegaskan lain. Akan tetapi banyak pengguna laporan keuangan beranggapan bahwa
laporan auditor merupakan sebuah surat keterangan kesehatan (a clean bill of health).
Ada juga beberapa pengguna laporan auditor yang percaya bahwa suatu audit akan
auditor terhadap laporan keuangan bukanlah suatu pendapat atau surat keterangan
Menurut Kell dan Zigler (1983), tujuan umum pengujian laporan keuangan
oleh auditor untuk memberikan pernyataan pendapat atau opinion tentang apakah
keuangan sesuai dengan (in conformity with) prinsip akuntansi yang diterima secara
umum.
66
proses: (1) melakukan pemeriksaan/ pengujian (test) laporan keuangan, yang sesuai
pemeriksaan melalui penerbitan laporan auditor. Fungsi auditor dalam hal ini
dievaluasi oleh para pemegang saham melalui laporan keuangan yang dibuatnya.
Karena itu laporan keuangan harus dibuat dengan seindah mungkin, dalam arti
menarik hati atau supaya memuaskan pembaca bahkan kalau perlu direkayasa
(window dressing).
keuangan menggambarkan posisi keuangan yang sebaik mungkin dan riil sebagai
hasil operasi, dan arus uang perusahaan. Sementara itu para investor berkeinginan
agar laporan keuangan memberikan informasi yang tidak menyesatkan untuk menjadi
(penyokong kebenaran) yang mampu dan berkompetensi. Sebagai eskper (ahli) dalam
kualitas laporan keuangan entitas, agar dapat berperan sebagai salah satu sumber
informasi terpercaya dalam rangka membantu proses pembuatan keputusan, bagi para
akan hadir (exist) karena adanya pengakuan secara luas dari publik. Pengakuan publik
terhadap suatu profesi berarti masyarakat atau publik merasakan adanya suatu
kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi para professional yang terlatih sangat
baik. Dalam auditing, kebutuhan yang diharapkan adalah fungsi atestasi atau
Dengan demikian laporan keuangan yang telah diaudit, baik dalam metode
pengumpulan dan evaluasi bukti, yang terbebas dari pengaruh penyusun atau pembuat
status profesi, dengan berusaha untuk selalu konsisten berkenaan dengan kualitas
pekerjaannya, dan terbebas dari pengaruh menajamen entitas yang diaudit. Oleh
karena itu menurut Konrath (1996), bahwa auditor tidak menjamin (not
keuangan.
Hal ini perlu disadari, karena menurut Kell, sering para pengguna laporan
auditor salah mengerti, dengan menduga misalnya suatu audit dapat mendeteksi
mistakes) dan ketidak beresan (irregularities, penyimpangan disengaja dan salah saji,
mempunyai suatu tanggung jawab untuk dapat mencari kemungkinan adanya errors
keuangan. Akan tetapi, jika karyawan dan atau manajemen dengan sengaja
Pengguna laporan audit lainnya beranggapan, bahwa suatu laporan audit tak
akan selalu dapat mencakup informasi adanya tindakan illegal yang dilakukan
manajemen. Terlepas dari itu semua, sebenarnya auditor sangat diharapkan untuk
act, termasuk adanya kontribusi yang berbau politis berupa uang sogok (bribe).
Sebenarnya menentukan sesuatu itu illegal act atau bukan berkaitan dengan profesi
hukum, dan auditor tidak diharapkan untuk juga bertindak sebagai a legal expert.
Begitu pula suatu audit tidaklah memberikan informasi tambahan, terhadap laporan
dapat lebih percaya terhadap informasi yang sudah disiapkan oleh orang lain yaitu
menegaskan bahwa tujuan audit laporan keuangan yang disiapkan melalui kebijakan
terhadap laporan keuangan tersebut, dan dengan adanya pendapat akuntan (auditor)
yang diaudit.
entitas pada masa yang akan datang. Selain itu, pendapat auditor juga tidak
menguji sendiri laporan keuangan terkait dan laporan manajemen, jika ingin
memahami apakah perusahaan atau entitas yang dilaporkan telah dikelola secara
(2001), yang dikutip Robbins, maksudnya adalah suatu bentuk persetujuan tak tertulis
yang menunjukkan apa yang manajemen harapkan dari pegawai dan sebaliknya juga
profesi akuntan, pembaca laporan keuangan, dan publik yang semuanya akan
Terdapat keunikan hubungan yang tidak biasa antara auditor dengan auditan
(auditee, client). Penugasan dan pembayaran fee untuk auditor dilakukan oleh
70
auditan, sementara materi hasil kerjanya berupa laporan akuntan terutama ditujukan
bukan untuk kepentingan auditan tetapi pihak lain, khususnya di luar manajemen.
informasi yang sangat luas tentang klien (auditan, auditee), yang tidak boleh
(ada juga yang menyebut sebagi hubungan pergadaian) dapat tertembus dengan
gadai. Hal ini berlaku juga bagi auditor, jika lalai melaksanakan tugas atau
dalam melaksanakan pengujian atau audit harus bekerja dengan penuh keterampilan
kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri
auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan
auditan.
dipengaruhi oleh banyak faktor baik bersifat teknis ataupun non teknis aspek perilaku
71
tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan
menanggapi dan mengevaluasi informasi ini antara lain terkait dengan prilaku
Gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut
tugas dan pengaruh tingkat kepatuhan terhadap etika.Temuan riset literatur psikologis
kognitif dan pemasaran menyebutkan bahwa wanita diduga lebih efisien dan efektif
keputusan dibandingkan dengan pria Ruegger dan King (1992) menyatakan bahwa
wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada
judgment yang diambil auditor Ashton (1990),telah mencoba untuk melihat pengaruh
tekanan dari atasan pada kinerja auditor dalam hal budget waktu, akuntabilitas ,dan
merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi prilaku orang lain dengan
bawahan yang yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami
agen.Perubahan prilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari
dilakukannya.
oleh kode etik maupun oleh standar akuntansi berterima umum pertimbangan utama
judgment yang ada,sedangkan latent conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi
73
judgment dimasa mendatang.Contoh konflik yang kedua bisa terjadi pada auditor
yang penghasilannya didominasi oleh satu klien yang besar.Meskipun saat itu kondisi
penyesuaian negatif terhadap laba klien dalam kondisi tersebut dapat menolak
penyesuaian ini dengan mengancam akan pindah keauditor lain Muawanah ( 2001)
melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks Bonner
(1994) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian
auditor.Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga
telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada
tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik
terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan
judgment jika informasi terus menerus datang,akan muncul pertimbangan baru dan
keputusan/pilihan baru.
alternatif informasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi standar
pekerjaan lapangan yaitu bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit (IAI,
2006). Lebih lanjut IAI menyatakan bahwa untuk dapat dikatakan kompeten, bukti
audit terlepas dari bentuknya harus sah dan relevan. Pertimbangan waktu dan biaya
sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat. Batasan waktu dan biaya
berpotensi menimbulkan masalah yang serius bagi auditor dalam penggunaan bukti,
selain itu semua bukti audit bercampur baik relevan maupun tidak relevan sehingga
Tidak semua informasi relevan untuk setiap keputusan yang dibuat auditor
selama audit laporan keuangan. Studi sebelumnya mengenai judgment senior auditor
implikasi yang relevan terhadap judgment auditor. Fenomena ini selanjutnya disebut
dalam auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena struktur
75
mengabaikan informasi yang tidak relevan Sandra (1991). Dengan kata lain
kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor akan menambah
dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Boner dan Walker (1994)
sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu
pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi
persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.
43/KMK.017/1997)
seperti seminar, symposium, lokakarya, pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang
keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan para auditor juga mengalami proses
sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui
(Putri dan Bandi, 2002). Pengetahuan auditor yang berkenaan dengan bukti relevan
76
dan tidak relevan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan
informasi yang tidak relevan terhadap sasaran mengurangi kesamaan antara sasaran
oleh Abdolmuhammad dan Wright (1987) yang menunjukkan bahwa auditor yang
diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau
yang sangat penting didalam menjalankan profesi akuntan publik. AICPA AU section
bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki
lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu
akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et.al
(1998) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut
Dari beberapa hasil penelitian dalam bidang audit ada berbagai variasi faktor
pelaksanaan audit (Solomon dan Shields 1995) dan pengaruh faktor individual
berubah-ubah sesuai dengan kompleksitas tugas (Tan and Kaw 1999) dan Libby
(1995).
bahwa gender sebagai faktor level individual dapat berpengaruh terhadap kinerja
tersebut Chung and Monroe (2001) menyatakan bahwa perempuan dapat lebih efisien
78
dan efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki-
bahwa lak-laki relatif kurang mendalam dalam menganalisis inti dari suatu keputusan.
Namun pengaruh gender terhadap pemrosesan informasi dan judgment belum banyak
berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo akun. Meyers and Levy (1986)
informasi oleh laki-laki dan perempuan. Kerangka teoritis ini kemudian digunakan
untuk beberapa kajian misalnya dalam auditing. O’Donel and Johnson (1999)
melakukan studi apakah ada perbedaan usaha pemrosesan informasi dalam suatu
perencanaan prosedur analitis pada sebuah penugasan audit dapat dikaitkan dengan
isu gender. Mereka menemukan bukti empiris bahwa ada ketidak konsistenan hasil
adanya pengaruh gender pada proses perencanaan prosedur analitis. Perempuan lebih
memberikan usaha pemrosesan lebih intens dari pada laki-laki dalam hal laporan
keuangan yang konsisten dengan informasi tentang bisnis klien. Namun ketika terjadi
informasi. Hasil ini juga tidak konsisten dengan Chung dan Monroe (2001).
Penelitian diatas dilakukan di luar negeri, dimana dalam penelitian tidak dijelaskan
bagaimana peran perempuan yang dibentuk oleh budaya atau lingkungan masyarakat
bersumber dari berbagai informasi dapat digunakan oleh auditor untuk membuat
salah saji dalam laporan keuangan, mempelajari dan menganalisis informasi kunci
tentang resiko yang ada (inherent risk), control risk (resiko pengendalian), hasil
prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan hasil dari pengujian substantif. Salah
dalam penelitiannya adalah jumlah atau banyaknya informasi kunci yang dapat