Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DOKTRIN ALLAH (PROPER)

KELOMPOK II

1. DANIEL (223131001)
2. JONATHAN S (223131002)
3. RUFUS KAMBU (223131012)

PROGRAM STUDI MUSIK GEREJA


JURUSAN MUSIK GEREJA
FAKULTAS SENI KEAGAMAAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI PALANGKA RAYA

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati
pembuatan makalah ini. Makalah ini bertujuan memperluas wawasan tentang apa itu
“Dokrtin Allah.” Yang dimana makalah ini juga merupakan salah satu tugas mata kuliah
pembimbing teologi sistematika, dengan dosen pengampu Yola Pradita, M.Th. Kami juga
menyadari ketidaksempurnaan kami dalam membuat makalah ini, kami mohon maaf bila ada
kesalahan penulisan ata kata yang tidak berkenan. Terimakasih, Tuhan Yesus Memberkati.

Palangka Raya, 3 April 2023


Penulis,

Kelompok 2

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………3
BAB I PEMBAHASAN…………………………………………………………………...4
A. KEBERADAAN ALLAH……………………………………………………………………….4
B. SIFAT-SIFAT ALLAH………………………………………………………………...6
C. NAMA-NAMA ALLAH……………………………………………………………….14
D. ALLAH TRITUNGGAL………………………………………………………………15
BAB II KESIMPULAN…………………………………………………………………...17
BAB III DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………18

3
BAB I
PEMBAHASAN

1
Di dalam kekristenan, doktrin Allah merupakan pengajaran tentang segala sesuatu
Alkitab nyatakan berkenaan dengan diri Allah dan karya-Nya, seperti eksistensi-Nya,
kepribadian-Nya (sifat-sifat Allah), karya-Nya, dan sebagainya (Yer. 29:23-24).

A. KEBERADAAN ALLAH
2
Di dalam membicarakan tentang Allah, maka pernyataan pertama yang muncul adalah
apakah Allah itu ada? Ada golongan yang menyangkal bahwa Allah itu ada, yakni golongan
atheis. Golongan atheis sebernarnya terbagi menjadi dua : atheisme teoristis dan atheisme
praktis. Atheisme teoristis adalah golongan yang menyangkal adanya Allah berdasarkan
argumentasi-argumentasi rasional. Sedangkan, Atheisme praktis adalah golongan yang
menyangkal adanya Allah di dalam pratek perbuatan hidup mereka. Mereka hidup seolah-
olah Allah tidak ada (hidup tanpa Allah, band. Mazmur 10:4; 14:1; Efesus 2:12). Guna
menangkis serangan dari pihak atheisme tadi maka dipihak lain ada pula orang-orang yang
berusaha membuktikan adanya Allah dengan menggunakan argumentasi-argumentasi
rasional. Pdt. Dwi Gatot Suprasetya. SE, SP. Th,M. dalam buku diktatnya yang bejudul
Intisari Teologia Sistematika, menuliskan ada 4 argumentasi klasik yang sering digunakan
manusia untuk menjelaskan dan membuktikan keberadaan Allah, yakni: argumentasi
kosmoogis, argumentasi teleologis, argumentasi ontologis, dan argumentasi antropologis.

1. Argumentasi kosmologis (sebab-akibat) :


Segala sesuatu di dunia ini pasti ada sebab-sebabnya atau ada asal mulanya. Tuhan dianggap
sebagai sebab yang pertama. Kelemahan pandangan ini adalah bila segala sesuat ada
sebabnya tentu juga Tuhan ada sebabnya.

1
Budiono, A. (2021). PAPER “DOKTRIN ALLAH” SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INTERNATIONAL HARVEST -
SEMARANG
2
Budiono, A. (2021). PAPER “DOKTRIN ALLAH” SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INTERNATIONAL HARVEST -
SEMARANG

4
2. Argumentasi teleologis :
Oleh karena di dalam alam semesta ini ada suatu keteraturan (planet-planet yang tidak
bertabrakan dsb.), maka sudah pasti ada yang mengaturnya. Yakni Tuhan. Kelemahan pada
pandangan ini adalah masih belum dapat dibuktikannya bahwa Tuhanlah yang mengaturnya.

3. Argumentasi ontologis :
Didalam diri tiap orang terdapat kesadaran tentang Allah, karena itu Allah pasti ada. Namun
kelemahan pandangan ini ialah tokoh “Semar” dalam dunia pewayangan yang sebenarnya
tidak pernah ada (walaupun banyak yang memiliki pikiran/gambaran tentang Semar).

4. Argumentasi antropologis :
Didalam diri tiap manusia terdapat kesadaran moral (tahu membedakan mana yang baik dan
mana yang tidak baik). Dari mana datangnya kesadaran itu? Tentu dari Tuhan. Kelemahan
pandangan ini adalah anggapan tentang norma-norma yang baik dan buruk tidak selalu sama
untuk setiap masyarakat/bangsa.

Pandangan Alkitab tentang keberadaan Allah sebernarnya Alkitab tidak pernah berusaha
untuk membuktikan bahwa Allah itu ada. Alkitab bertitik tolak penuh dari suatu keyakinan
bahwa Allah itu benar-benar ada (Kej. 1:1; Ibrani 11:6). Alkitab bukan buku filsafat yang
hendak mencoba membuktikan adanya Allah dengan argumentasi-argumentasi rasional.
Keyakinan bahwa Allah itu benar-benar ada didasarkan atas perbuatan-perbuatan Nya yang
dinyatakan dalam sejarah ini, yang kemudian disambut dengan iman.

Henry Clarence Thiessen, dalam bukunya yang berjudul Teologi Sistematika mengatakan
bahwa Alkitab merupakan wujud pernyataan Ilahi, yang pasti berasal dari Allah yang Maha
Kuasa. Karena Alkitab mengakui kepribadian, kesatuan dan ketritunggalan Allah : Alkitab
mengangungkan kekudusan dan kasih Allah : Alkitab mengisahkan bahwa manusia adalah
ciptaan Allah, yang diciptakan menurut gambar-Nya. Alkitab menggambarkan kejatuhan
manusia sebagai suatu pemberontakan yang sadar terhadap kehendak Allah. Dosa
diggambarkan sebagai sesuatu yang tidak bisa diampuni dan telah dijatuhi hukuman kekal.
Alkitab mengajarkan bagaimana Allah telah menyediakan keselamatan serta memberitahu
syarat-syarat untuk memperoleh keselamatan itu…Alkitab menggambarkan puncak segala
sesuatu dalam kedatangan Kristus yang kedua kalianya.

5
B. SIFAT-SIFAT ALLAH

Ada yang mengatakan, bahwa kata sifat tidak dapat dipakai oleh karena terlalu secara
manusia, dan mengandung isi, bahwa sifat-sifat itu berdampingan yang satu di samping yang
lain. Padahal pada Allah segala sifat bertindih tepat oleh karena segala sifat adalah sempurna
Sifat yang satu tidak membatasi sifat yang lain. Maka ada yang mengganti kata sifat dengan
kata kesempumaan. Dan memang masih ada banyak kata-kata lain yang pernah dipakai
sebagai pengganti Sifat. Akan tetapi kata-kata lain tadi juga mengandung kekurangan-
kekurangan, maka kita memakai sifat saja.

A) Allah Adalah Esa

Dalam Kitab Suci, keesaan Allah ditekankan sangat kuat ”Dengarlah, hai orang Israel:
TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ul. 6:4, S; Mrk. 12:29). Selain Kudos ini tak ada
lainnya lagi. Kurios di sini kata yang dipakai, thh dalam Perjanjian Lama. Yang dimaksudkan
di sini ialah Tuhan Peijanjian. Jadi tampaklah lagi hubungan antara Tuhan dengan umat-Nya
dalam Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena Tuhan telah memberikan diri kepada umat-Nya
dalam Anak-Nya, maka umat-Nya hanya mempunyai satu Tuhan, yaitu Tuhan yang dalam
Yesus Kristus menjadi Tuhan dari umat-Nya. Di sinilah juga letak perbedaan yang mutlak
antara Tuhan kita dengan Allah dalam agamaapa punjuga, yaitu bahwa Tuhan kita hanyalah
yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Inilah keesaan Tuhan, singularitas Dei. Keesaan
Tuhan juga menunjukkan simplicitas Dei. Simplisitas bermaksud, bahwa pada Tuhan tidak
ada sifat-sifat yang berdampingan, tidak ada kejamakan. Pada-Nya segala sifat merupakan
ketunggalan. Baik kalau la menyembunyikan wajah-Nya dari umat-Nya oleh karena
murkaNya, maupun kalau la penuh kasih melimpahkan karunia-Nya la tetap Tuhan yang
tunggal. Tak ada sesuatu pun yang berlawanan pada Tuhan. Segala sifat Allah benindih tepat
dengan hakikat Allah. Sifat-sifat Allah yang termuat dalam keesaaan-Nya, ialah:

1 . Kebebasan Allah
Allah adalah esa, tak ada lain dari pada-Nya. la adalah Tuhan, yaitu yang dulu ada, sekarang
ada dan yang akan ada. Ia berada sebelum segala hal dan hal-hal ini berada oleh karena Dia
(Mzm. 90:2; l Kor. 8:6; Why. 4:l l). Kehendak-Nya adalah bebas (Mzm. 33:] l ; Ams. 19:21;
Mat ll:26 dst.). Ia mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri (Y oh. 5:26), Ia adalah Alfa dan
Omega (Why. l:8; Yes. 41 :4).

6
Kebebasan Allah inilah yang kempkali ditekankan sebemt-beramya dalam agama-agama lain
tentang Allahnya. Terutama agama Islam meletakkan tekanan ini dengan tegas sekali. Hingga
Allah dapat bertindak semaunya saja Maka sikap manusia yang paling tepat hanyalah:
menyerahkan diri Kitab Suci pernyataannya sama sekali berbeda. Memang Tuhan adalah
bebas mutlak. Akan tetapi Ia adalah kasih juga. Dan kebebasann dan kasih tak bertentangan.
Jadi kebebasan Tuhan tidaklah menjadikan Dia Allah yang bertindak semau-maunya. Akan
tetapi la bertindak sesuai dengan pernyataan yang diberlkan-Nya sendiri kepada orang
percaya. la akan selalu mencari kebaikan orang percaya seperti seorang ayah selalu mencari
kebaikan anaknya. Maka sikap orang percaya bukan hanya memuncak pada menyerah saja.
melainkan pada keyakinan, bahwa tak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan dia dari kasih
Allah (Rm… 8:38, 39).

Allah adalah satu, Ia tetap adanya, dari kekekalan hingga kekekalan (Mm. 102:28; Yes. 41 :4;
lbr. 1:10 dst.), Ia tidak berubah. Di dalam segala perbuatan-Nya Tuhan tidak berubah (Rm.
11:29). UmatNya yang telah dipilih-Nya tidak akan ditolak (Rm. 11:1). ”Bahwasanya Aku,
TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.” (Mal. 3:6). Bahwa Allah
tidak benibah kelihatannya disangkal oleh nats-nats dalam Kitab Suci yang menyatakan,
bahwa Tuhan menyesal (Kej. 6:6; ] Sam. 15:1 1), bahwa Ia mengubah sikap (Kel. 32:10-14,
Yunus). Akan tetapi janganlah kita lupa akan antropomorhsme, yang Tuhan berkenan
memakainya. Juga perkembangan sejarah adalah kenyataan secara manusia. Maka perubahan
dalam perkembangan seakan-akan merupakan perubahan pada diri Tuhan sendiri. Akan tetapi
ini hanyalah cara pernyataan. Kalau ”Nhan tidak berubah apakah ani doa? Doa tentu tidak
lagi akan dapat mempengaruhi sikap Tuhan. Apakah perlu kita berdoa? Reformator Calvin
membicarakan arti doa dalam bukunya lnstitutio (3, 20; istimewa 3, 20, 3). la mengemukakan
pertanyaan: ”Kalau Allah tahu akan kesukarann-kesukaran kita maka apakah perlu untuk
betdoa, oleh karena Allah tentu tidak tidur?” J awabannya: Tuhan telah memerintahkan untuk
berdoa ini pertamatama bukannya bagi Dia, tetapi bagi kita sendiri. Memang la menghendaki,
agar diakui sebagai yang memberikan dan yang memperbuat segala hal dan pengakuan ini
haruslah dinyatakan dalam doa kita. Akan tetapi buah-buahnya adalah bagi kita: 1. Untuk
menyatakan kepercayaan kita. Kita berdoa bukannya oleh karena kita tidak percaya akan T
uhan, tetapi justru oleh karena kita percaya Dan semakin besar kepercayaan kita juga semakin
banyak doa kita Dan dengan demikian kepercayaan kitajuga menjadi bertambah kuat. 2.
Kalau kita selalu berdoa kepada Allah untuk yang kita rasakan perlu, maka kita dihindarkan
dari bahaya. bahwa kita mempunyai keinginan-keinginan yang sebetulnya menjadikan malu.
3. Kita akan menjadi lebih bertetima kasih, kalau ldta menerima karunia-karunia dari Allah,
sebab oleh karena doa kita, maka lebih menjadi terang bahwa karunia-karunia itu dari Tuhan
datangnya. 4. Kalau kita menerima apa yang kita minta. maka kita tentu lebih terdorong untuk

7
memuliakan namaNya. 5. Kemudian menjadi lebih kuadah keyakinan kita, bahwa Tuhan
tidak hanya memberi janji saja untuk menolong, akan tetapi dengan peibuatan-Nyajuga
memberi pertolongan kepada kita. . Jadi: memang Allah selalu memelihara kita, tetapi Ia
hendak menguatkan kepercayaan dan kasih kita. Demikianlah Calvin menjawab pertanyaan di
atas. Dan memangjawaban ini menghibur kita. Kita kerapkali tidak tahu apa yang akan kita
mohonkan (Rm. 8:26), dan kerapkali memohon yang tidak baik bagi kita sendiri. Akan tetapi
syukurlah bahwa hidup kita tidak beIgantung pada doa kita, melainkan pada Tuhan saja.
Maka Tuhanlah yang selalu melanjutkan pemelihaman-Nya atas kim. Maka pemeliharaan ini
tentulah baik bagi kita (Rm. 8:28). Inilah juga jawaban atas pertanyaan mengenai doa yang
tidak didengarkan oleh Allah. Oleh karena seandainya doa itu didengarkan seperti kita
ucapkan. niscaya akan mendatangkan kesukaran. Maka Tuhan, yang sungguh tahu apa yang
baik bagi kita, tidak memberi apa yang kita pinta. tetapi memberi hal lain yang sungguh baik
bagi kita. Bahwa Tuhan tidak berubah disebut kekal, kalau dihubungkan dengan waktu dan
disebut mahaada kalau dihubungkan dengan tempat.

a. Allah adalah kekal. Ini tidak hanya berarti bahwa la tak berawal dan tak berakhir
demikian memasukkan Allah dalam perhitungan waktu. Akan tetapi bahwa Allah adalah
kekal mengatakan, bahwa Dialah pencipta waktu. Maka memang la juga di dalam
Kekal dicakupi oleh waktu. la tetap di dalam perubahan waktu (Mzm. 102:27. 28). Dialah
Tuhandari kekekalan sampai kekekalan (Mzm, 90:2: 93:2), Dialah Tuhan yang kekal (Yes.
40:28; Rm. 16:26; Why. 10:6; 15;7)

b. Bahwa Allah mahaada itu sesuatu yang tidak dapat kita mengerti sama sekal
Panleisme yang mengatakan, bahwa inti segala sesuatu itu adalah Allah. Akan tetapi banwa
Allah berada di mana-mana tempat itu memang dinyatakan dalam Kitab Suci seterang-
terangnya (Yer. 23:24; 1 Raj. 8:27) Memang: "Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu: terlalu
tinggi, tidak sanggup mencapainya" (Mzm. 139:6).

C. Bahwa Tuhan mahaada, yaitu ada di mana-mana tempat. juga dinyatakan di dalam sifat
Allah sebagai roh. Allah adalah roh, berarti bahwa la tidak terikat oleh tempat, bahwa Ia tak
berbentuk, tak terlihat (2 Kor. 3: 17). Orang yang akan beribadah kepada Allah harus
menyembah Dia dalam roh dan kebenaran, yaitu: yang terpenting bukannya tempat atau
bentuk penyembahan (Yoh. 4:24). Jadi di mana-mana tempat mengatakan, bahwa Allah tidak
terbatas adanya.

B) Allah adalah Suci

8
Berhubungan dengan ”sejarah penyelamatan” maka di dalam Perjanjian Lama tekanan lebih
terletak pada kesucian dan di dalam Peijanjian Baru tekanan lebih terletak pada kasih Allah.
Zaman Peijanjian Lama memang zaman pengasingan, zaman paitikularisasi. Arti dasar dari
kata suci dalam Perjanjian Lama ialah menceraikan. Arti ini jadi: 1° negatif, yaitu
menceraikan sesuatu dari benda-benda yang sejenisnya dengannya 2° positif: disediakan bagi
tujuan yang istimewa. Dalam Peijanjian Lama ada alat-alat yang suci, umpamanya alat-alat
Bait Allah, tempat-tempat yang suci, orang-orang yang suci. Lagi pula: bangsa Israel adalah
bangsa yang suci. Allah adalah suci jadi berarti:
1°. negalif: Allah adalah bebas, tidak ada Allah di samping-Nya.
2°. positif: Hanya Allah yang menjadi Kurios yang mutlak. llah-ilah lain adalah buatan
manusia Hanya Dialah yang harus disembah, dan Ia hanya melayani diri sendiri. Dan
pelayanan terhadap Allah harus pelayanan yang suci. Segala alat-alat, masa, orang-orang
yang termasuk dalam kebaktian terhadap thh, harus suci. Bangsa yang melayani Allah juga
harus suci adanya (lm. 11:44). Dan sejarah Pexjanjian Lama merupakan satu pergumulan
antara pekeijaan thh yang hendak menyucikan Israel dan pekerjaan kuasa-kuasa yang
menentangi yhmh, dan yang ingin mencemarkan bangsa Israel. Akan tetapi tetaplah bangsa
Israel menjadi bangsa yang suci. Bukan oleh karena perbuatan atau perilakunya sendiri,
melainkan oleh karena perbuatan. perbuatan thh saja. Perbuatan-perbuatan mana berkisar
pada satu perbuatan Tuhan, yaitu pengutusan Anak-Nya yang tunggal, yang mencapaikan
kesucian bagi segenap umat-Nya.

Dengan selesainya pekerjaan Kristus di dunia maka zaman pengasingan, zaman


partikularisasi telah berakhir. Yesus Kristus adalah maksud pengasingan bangsa Israel.
Sekarang segala bangsa diundang untuk menjadi bangsa yang sum. . Teranglah bahwa
meskipun dalam Petjanjian Baru kasih Allah yang ditekankan, tetapi kesucian Allah juga
tidak dilupakan. Dalam Perjanjian Baru perintah tetap berbunyi: ”Kuduslah kamu, sebab Aku
kudus” (1 Ptr. 1:16). Oleh karena yang tersebut di atas maka ada satu lagi sudut dari kesucian
Allah, yaitu: bahwa kesucian ini akan membasmi segala yang tidak suci. ”Seperti asap hilang
tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan
Allah” (Mzm. 68:3). Memang Allah adalah mysterium tremendum, rahasia yang menakutkan.
Akan tetapi di dalam Yesus Kristus orang percaya tidak usah takut.

C) Allah adalah Adil dan Benar

9
Dalam Kitab Suci adil dan benar dikatakan dengan satu kata, yaitu tsadik dalam Peljanjian
Lama dan dikaios dalam Petjanjian Baru. Tsadik artinya:
1°. berbuat sesuai dengan norma-norma (= benar).
2°. memelihara norma-norma (= adil).
Keadilan Allah mempunyai sudut yang positif, yaitu memberi pahala kepada orang yang taat
kepadaNya dan sudut yang negatif, ialah menj atuhkan hukumarl atas orang yang salah.
Dalam Peljanjian Lama kedua sudut seolah-olah mempunyai arti yang harfiah, yaitu bahwa
barangsiapa saleh hidupnya, tentu enak juga hidupnya; akan tetapi barangsiapa tidak takut
akan Allah, hidupnya penuh sengsara. Teman-teman Ayub teranglah berpandangan demikian.
Tetapi bahwa pandangan yang demikian adalah keliru dinyatakan dalam sejarah Ayub juga
(cocokkanlah juga Mzm. 73). Dalam Perjanjian Baru keadilan Tuhan berkilau seterang
mungkin. Di sini teranglah bahwa Ia menuntut kebenaran yang sempurna. ”l-laruslah kamu
sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat. 5:48). Maka kalau
diukur dengan norma ini sungguhlah bahwa tidak ada seorang pun yang akan dibebaskan.
Yang mengancam manusia ialah hukuman yang kekal (Rm. 5:12; 7:10, 1 Kor. 15:21 dst.).
Hanya Dia, yang sungguh-sungguh manusia yang benar dengan sempurna dan Allah yang
sejati adanya, hanya Dialah yang dapat menahan keadilan Allah dan dapat membebaskan
manusia dari hukuman Allah. Allah melihat orang percaya hanya melalui Kristus. Maka
orang percaya di hadapan Allah menjadi benar. Maka ia dapat berseru: ”Hai maut, di
manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?

D) Allah adalah Kasih


Benarkah, bahwa keadilan tentu bertentangan dengan kasih?Kata yang dipakai dalam Kitab
Suci buat kasih bukan eros. Eros dapat diartikan: cinta yang merasakan kekurangannya
sendiri dan ingin memenuhkan diri dengan yang dicintai. Jadi eros adalah cinta yang ingin
memiliki Eros adalah cinta antara dua orang remaja. Tentang eros ini pernah dikatakan oleh
orang Yunani, bahwa dewa-dewa tidak mempunyai eros, sebab dewa adalah sempurna.
Bukan kata eros yang dipakai dalam Kitab Suci. Yang dipakai ialah agape. Kata kelja agapan
artinya: memilih yang dikashi. Jadi: 1) yang dikasihi tidak usah mempunyai sesuatu yang
diinginkan oleh yang mengasihi, 2) bahwa norma yang berlaku di sini bukan norma pada
yang dikasihi, melainkan norma dari dia yang mengasihi. Ada kata lain yang dipakai dalam
Kitab Suci, yaitu philia. yang artinya nampir sama dengan agape. Memang dalam Perjanjian
Lama, kasih tidak begitu tampil ke muka. Tetapı bahwa Allah mengasihi umat-Nya, terang
sekali. Umat Israel adalah bangsa yang keras kepala đan senantiasa cenderung meninggalkan
Tuhannya. Akan tetapi Tuhan selalu sabar hati dan mencari umat Israel (Hos. 4; U1. 4:37; 7:8
dst.). Memang kasih Allah mengherankan kepada bangsa yang dipilih-Nya. Dalam Perjanjian
Baru kasih itu lebih terang). Yang dikasihi, manusia, tidak mempunyai sifat yang diingini

10
oleh Tuhan. 2. Segala aktivitas, perbuatan, hanya dari pihak yang mengasihi saja. 3. Norma-
norma yang berlaku adalah norma-norma Dia, yang mengasihi. Norma-norma yang sempuma
telah dipenuhi oleh Adam yang kedua Keadilan telalh terpenuhi. Inilah jalan kasih Tuhan.
Akan tetapi kemudian orang yang dikasihi juga dijadikan suci, hingga dapat masuk dalam
hubungan kasih dengan Tuhan. Jadi kasih Allah tidak disebabkan adanya sifat pada manusia,
melainkan kasih ini memberikan sifat yang dinginkan. Demikianlah kasih Tuhan terhadap
orang percaya. Selain kasih masih ada sifat-sifat yang dinyatakan Kitab Suci dalam hubung.
an Allah dengan manusia yang mirip dengan kasih. Kerapkali sukar untuk membedakan sifat
Allah yang satu dengan yang lain, oleh karena perbedaannya hanya kecil saja. Ada sifat-sifat
yang lebih menunjukkan bahwa Allah masih menahan murka-Nya, umpamanya sabar hati dan
lain-lain, atau yang lebih menunjuk pada kecelakaan orang yang dikasihi, umpamanya
belaskasihan, atau yang menunjukkan kelimphan karunia, umpamanya murah hati. Sifat-sifat
itu semua adalah sama di dalam intinya: kasih Allah dalam Yesus. Akan tetapi sifat kasih
pada Allah di dalam Yesus Kristus ini adalah unik seperti yang Kristus dinyatakan dalam
Kitab Suci. Di dalam agama-agama lain memang ada pengertian belaskasihan atau "murah
hati". Tetapi kedua pengertian ini bukan kasih; orang yang berbelaskasihan atau bermurah
hati kepada orang lain tidak merendahkan diri. Tetapi Tuhan mengasihi manusia, maknanya
ialah. bahwa Ia merendahkan diri dan menjadi manusia. Inilah kasih: "la telah menyerahkan
nyawa-Nya untuk kita'' (1 Yoh. 3: 16).

E) Allah Berkuasa

Kekuasaan mempunyai dua arti, yaitu: a) hak untuk berbuat sesuatu, jadi yang disebut
wewenang dan b) kecakapan untuk berbuat sesuatu. Kedua-duannya dipunyai Allah. Allah
adalah bebas mutlak, bahkan Dialah yang telah menciptakan segala sesuatu. Dialah Kurios
yang mutlak. Maka tidak ada sesuatu pun yang mengikilt Dia. la dapat menentukan sikap
seperti yang dikehendaki-Nya. Dan kalau la telah menentukan akan berbuat, tidak ada sesuatu
pun yang merintangi Dia untuk melaksanakan kehendak-Nya. la berkuasa untuk menentukan
sikap dan la berkuasa untuk melaksanakan kehendak-Nya.Memang kekuasaan adalah sifat
Allah yang penting. Akan tetapi jangan sampai tekanan pada kekuasaan ini terlalu berat. Oleh
karena kalau demikian maka Allah kita pandang sebagai raja yang tidak mengenal hukum dan
hanya memakai kekuasaan-Nya dengan semau-maunya sendiri saja. Pandangan yang
demikian kita jumpai dalam agama Islam, oleh karena memang Alquran sendiri telah
mempunyai kecenderungan ke sana (umpama: Sura 4:90, Sura 4: 142). Tetapi tidak hanya
dalam agama Islam. Janganlah kita lupa, bahwa Tuhan adalah Tuhan kita dalam Yesus
Kristus. Dalam Yesus Kristuslah la telah menyatakan diri. Dan Dialah Tuhan yang tidak
berubah, maka la memegang pemyataan-Nya sendiri. la berkenan untuk mengikat diri dalam

11
pemyataan-Nya, yaitu flrman-Nya. Kitab Suci, yang berpusat pada Yesus Kristus. Maka la
bukannya seperti seorang raja yang tidak dapat diperhitungkan perbuatan-perbuatan-Nya
melainkan la tentu akan berbuat menurut pemyataan-Nya sendiri yang telah diberikan kepada
umat-Nya, mulai kepada bangsa Israel dan selanjutnya, pemyataan-pemyataan mana telah
diberikan kepada kita dalam Kitab Suci. Dalam Kitab Suci dinyatakan, bahwa kekuasaan
Allah adalah sesuai dengan hakikat Allah. "la tidak dapat menyangkal diri-Nya" (2 Tim.2:13).
la tak akan berbuat hal yang tidak sesuai dengan hakikat-Nya. Bahkan dinyatakan juga,
bahwa la talc dapat berbuat sesuatu: la tidak dapat berdusta (Bil. 23: 19; ] Sam. 15:29; lbr.
6:18), la tidak dapat berubah (Yak. 1:17). Kesimpulan kita di sini ialah, bahwa kekuasaan
Tuhan tidak boleh dibicarakan an sich, tercerai dari sifat-sifat Allah lainnya dan tidak boleh
dibicarakan, seakan-akan Ia tidak memberikan pemyataan-Nya, atau seakan-akan la tidak
menghiraukan firman-Nya. Ini tentu salah, oleh karena la adalah yang setia (Yes. 49:7; 1
Kor.1:9). la adalah thh. Jadi kekuasaan Allah jangan diceraikan dari hikmat dan kasih-Nya.

F) Allah adalah Mahatahu

Yang dimaksudkan di sini ialah bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dan mengenalnya
secara mutlak. Hal ini dinyatakan dengan terang dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian
Baru. "Mata Tuhan menjelajah seluruh muka bumi (2 Taw. l6:9) "segala sesuatu telanjang
dan terbuka di depan mata Dia" (lbr. 4: 13) dan selanjutnya (mis. Ams. 15:11; Mat. 6:25, 28;
Mzm. 7:10; Rm. 8:27; Mzm.139:2 dst.). Ciri lain dari pengenalan Tuhan adalah, bahwa la
mengenal segala sesuatu sebelum terjadi. Karena la adalah Pencipta dari segala hal, maka
lalah juga yang menciptakan segala perkembangan dan segalajalan dari segenap makhluk.
Segala itu telah ada di dalam bagan Tuhan (Yes. 46:10; Mzm.139:16; Kis. 2:31; 15:18; Mrk.
13:32). Teranglah bahwa pengenalan Tuhan berlainan daripada yang dikatakan, bahwa "dewa
mengenal sebelum terjadi umpamanya dalam wayang. Meskipun pengenalan di sini
mendahului kejadian, namun ini hanya mengenai waktunya saja. Pengenalan di sini
disebabkan oleh kejadian yang akan ada. Jadi pengenalan di sini bergantung pada kejadian.
Pengenalan Tuhan tidaklah demikian. la yang menciptakan segala kejadian juga. Kalau Tuhan
telah menentukan perkembangan dan jalan sejarah, apakah kemerdekaan manusia masih ada?
Dalam Gereja Roma Katolik, yang asas-dasamya bersifat semi-Pelagianisme, ada pandangan
yang membedakan pengenalan Allah menjadi dua, yaitu: 1) Tuban tahu bagaimana pada
akhirnya hal-hal akan terjadi untuk memuliakan nama Tuhan. 2) Tuhan tahu segala
kemungkinan yang akan dapat dipergunakan manusia dan bagi tiap-tiap kemungkinan, Allah
tahu caranya untuk memberi jalan agar pada akhirnya hal-hal itu memuliakan nama-Nya.
Pandangan tersebut tujuannya untuk mempertahankan kemerdekaan ma' nusia. Akan tetapi
kemerdekaan yang ditafsirkan dengan keliru. Seakan-akarl arti kemerdekaan ialah kebebasan

12
dari segala ikatan. Padahal makhluk tidak dapat mempunyai kebebasan dari segala ikatan,
yang mempunyainya hanyalah Tuhan saja. Kemerdekaan bagi makhluk malahan adalah
pengakuan akan ikatan-ikatan, tetapi ikatan-ikatan yang asli. Dan ikatan pokok yang asli
ialah: pengabdian terhadap Allah. Orang yang tidak merdeka ialah orang yang diikat oleh hal-
hal yang membelenggu dia, hingga ia tidak dapat mengabdikan diri kepada Allah. Dengan
pendek dan tegas kita dapat mengatakan, bahwa oleh karena belenggu dosalah manusia
menjadi budak, kehilangan kemerdekaan. Akan tetapi Kristus memerdekakan manusia,
artinya: la mengembalikan manusia kepada ikatannya yang asli, kepada pengabdian terhadap
Tuhan (Y oh. 8:36). Kalau kemerdekaan memang demikian artinya, maka penentuan Allah
tentang jalan segala sesuatu itu tidak bertentangan dengan kemerdekaan manusia. Seperti
seekor ikan dengan gembira berenang di dalam air oleh karena justru dalam ikatan air inilah
letak kemerdekaannya, demikian juga orang yang sungguh merdeka menjalani jalan yang
ditentukan Allah, oleh karena memang dalam ikatan inilah letakkemerdekaannya. Segi yang
istimewa dari pengenalan Allah ialah kebijaksanaan. Kebijaksanaan meletakkan tekanan pada
efek dari suatu perbuatan.jadi yang ditekankan di sini ialah, bahwa suatu perbuatan mencapai
hasil yang baik. Kebijaksanaan Tuhan dinyatakan dengan terang dalam Perjanjian Lama
maupun dalam Perjanjian Baru (Ama. 8:22; Ayb. 28:20; Yes. 40:28 dst. dan Rm. 8:22 dst. 1
Kor.1:18 dst.). Pernyataan-pemyataan tentang kebijaksanaan Allah berpusat pada jalan
penyelamatan, yang diberikan Alah kepada manusia: Yesus Kristus yang menjadi kuasa Allah
dan hikmat Allah.

G) Allah adalah Mulia

Kemuliaan Allah inilah maksud dari segala hal. Tujuan dalam sejarah bukannya peninggian
atau kemuliaan manusia. Akan tetapi jalan alam semesta, yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan, menuju kepada kemuliaan Tuhan. Memang kemuliaan Tuhan dengan sendirinya
mendatangkan kebahagiaan kepada orang percaya. Oleh karena itu dalam Kitab Suci sering
difirmankan: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat" (mis. Kis.
16:31). Akan tetapi tujuan kepercay aan adalah Tuhan Yesus sendiri. Keselamatan tentu akan
dirasakan, kalau ada kepercayaan yang demikian (bnd. juga Mat. 6:33). Dalam Perjanjian
Lama kemuliaan Tuhan kadang-kadang menakutkan manusia, oleh karena dihubungkan
dengan kesucian dan kekuasaan Tuhan (mis. Mzm. 97:2, 4 dst.). Kadang-kadang juga tidak
menakutkan, malahan ditunjukkan kepada Musa (Kel. 33: 18-23) dan menimbulkan puji-
pujian (Hab. 3:3).Dalam Perjanjian Baru dinyatakan, bahwa dosa membelokkan tujuan segala
sesuatu. Jalan yang diberikan oleh Tuhan untuk memuliakan nama-Nya telah dirusak. Dosa
adalah perusak hukum Allah ( 1 Yoh. 3:4). Akan tetapi Kristus telah mengalahkan dosa. Pada
akhirnya kemuliaan Allah akan tercapai. "Pujipujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur,

13
dan hormat dan kekuasan & kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin! " (Why.
7:11, 12). Demikianlah nyanyi-pujian segala makhluk di sorga.

C. NAMA-NAMA ALLAH

Dalam bahasa Ibrani, kata Allah disebut dengan berbagai kata:


1) Adonai, Tuan atau Tuanku atau Allah yang Perkasa
2) El, Allah yang Kuat
3) Elohim, Sang Pencipta yang Maha Kuasa
4) Elyon, Allah yang Maha Tinggi
5) Elohe Yisrael, Allah Israel
6) El Olam, Allah yang Kekal
7) El Roi, Allah yang Melihat
8) El Shaddai, Allah yang Maha Perkasa
9) Immanuel, Allah bersama kita
Nama pribadi Allah dalam Bahasa Ibrani terdiri dari 4 huruf: YHWH, seperti yang diberikan
kepada Musa sewaktu Musa menanyakan siapa nama-Nya di dalam Kitab Keluaran. Nama ini
yang sangat disegani untuk diucapkan oleh orang Ibrani (Israel) sehingga mereka hanya
menggunakan kata Adonai (=tuan, tuanku) saat membaca tulisan YHWH di kitab suci. Dalam
Alkitab bahasa Indonesia, kata YHWH ditulis Tuhan (semua huruf besar atau small cap),
sedangkan kata "Allah" dipakai untuk kata Ibrani "El" atau "Elohim". Untuk kata sebutan
"Allah" banyak istilah dalam bahasa Ibrani. Kata Adonai atau El dan sebagainya untuk
diucapkan tidaklah diseganii oleh orang Ibrani.
Nama Pribadi Allah :
1) Eyeh Asher Eyeh, AKU adalah AKU
2) YHWH Jireh, TUHAN akan mencukupi
3) YHWH Mekaddishkem, TUHAN yang menyucikan
4) YHWH Nissi, TUHAN adalah Panjiku
5) YHWH Rapha, TUHAN yang menyembuhkan
6) YHWH Sebaoth, TUHAN Bala Tentara
7) YHWH Shalom, TUHAN sumber damai
8) YHWH Shammah, TUHAN hadir
9) YHWH Tsidkenu, TUHAN keselamatan kita

Kata sebutan/gelar Allah

14
Di antara sebutan Allah dalam bahasa Ibrani, tujuh nama digunakan secara sangat hati-hati,
terutama oleh para penulis:

1) Eloah
2) Elohim
3) Adonai
4) Ehyeh-Asher-Ehyeh
5) YHWH
6) El Shaddai
7) Tzevaot

D. ALLAH TRITUNGGAL

Siapakah dan bagaimanakah Allah itu? Ini merupakan pertanyaan yang sulitsebab manusia
tidak mungkin dapat mengenal Allah. Manusia hanya dapat mengenal Allah apabila Allah
sendiri menyatakan diri-Nya kepada manusia. DanAllah memang telah menyatakan diri-Nya
kepada manusia sebagai Allah yang Tritunggal (ada tiga pribadi tetapi ketiganya itu adalah
satu): Bapa, Anak, Roh.Fakta-fakta didalam AIkitab : Kej. 1:26, 1:2, 6:3; Mat. 3:16-17; Yoh.
14:16-17;Mat. 28:19; 2 Kor.13:13; Efs. 2:18; 3:2-5; Ibr. 6:4-6; 1 Pet. 1:2; 1 Yoh 5:4-7;Yun.
20:21.Dr. H,L. Senduk, dalam bukunya yang berjudul Iman Kristen menuturkan :
Belum pernah seorang manusia melihat Allah, sesudah dosa masuk dalam duniaini. Tetapi
dalam rahmat-Nya yang tidak terduga, Allah telah menyatakanDiriNya di dalam dunia ini
oleh Yesus Kristus AnakNya yang tunggal itu (Yoh.1:18). Didalam Yesus Kristus nyatalah
dengan jelas penyataan Allah Tritunggal itu (Kol. 2:9). Yesus Kristus sendiri telah
menyatakan Allah yang Maha Esakepada kita oleh kehidupan-Nya yang suci sempurna,
pengajaran-Nya yang agung, kuasa-Nya yang tak terbatas, dan kemuliaan-Nya sebagai Raja
Kerajaan Sorga pada waktu la pulang kembali ke sorga dengan awan- awan." Didalam buku
tersebut, beliau juga jelaskan peristiwa ketika Yesus dibaptis, mencerminkan keberadaan
Allah Tritunggal: “Pada waktu Tuhan Yesusdibaptiskan, juga nyata sekali bahwa Allah itu
tritunggal adanya (Luk. 3:21-22). Yesus yang dibaptiskan itulah Anak Allah. SUARA yang
datang dari sorga itulahBapa Allah dan kenyataan BURUNG DARA yang hinggap diatas
Yesus itulahAllah Roh Kudus. Inilah penyataan Allah yang Maha Esa, tetapi
Tritunggaladanya. 3 oknum tetapi satu jua adanya. Itu sebabnya Tuhan Yesus
mengajar,supaya kita membaptis orang yang bertobat dalam nama:
Bapa, Anak, danRohulkudus." Pertama-tama Alkitab dengan jelas dan tandas sekali
menyatakan bahwaAllah itu Esa adanya (Ul. 6:4; 1 Kor. 8:4; Gal. 3:20; Efs. 4:6; 1 Tim.

15
2:5).Tegasnya agama Kristen adalah agama monotheismne! Namun Allah yang Esa tadi telah
menyatakan diri-Nya kepada manusia di dalam “3 cara berada" yaitusebagai Bapa, Anak, dan
Roh. Ketiganya adalah Allah juga, namun bukan berartiada 3 Allah. Sebagai ilustrasi
sederhana: Segitiga. Segitiga selalu terdiri dari 3sudut, namun tidak berarti segitiga itu ada
tiga. Satu segitiga tetapi tiga sudut (dansebaliknya). Allah memang hanya dapat dikenal
melalui ia yang sudah jatuh dalam dosa. Jadi Allah Anak adalah Allah yangterutanma sekali
sebagai Penyelamat/Pendamai (2 Kor. 5:17-19). Allah Roh Kudus: adalah Allah yang diam di
dalam kita / bekerja di hati kita (1 Kor. 3:16). Allah tidak hanya tinggal beserta manusia
dahulu saja (didalam dirikristus yang terbatas hanya di Palestina), tetapi juga terus hadir
didalam Roh- Nya. Oleh Roh-Nya inilah maka manusia dimungkinkan untuk percaya/bertobat
pada Kristus, sehingga ia boleh dibebaskan dari belenggu dosanya. Maka AllahRoh Kudus
adalah Allah yang terutama sekali sebagai pembebas (Roma 8:1-2). 'keberadaan Tuhan Yesus
Kristus di dalam Tritunggal sebagai berikut: “Keberadaan-Nya di dalam Tritunggal antara
lain: Elohim (Kej. 1:1, Yes.6:8), Melekh Yahweh (Kej. 22:11, 15-16). Bapa, Anak, dan Roh
adalah Allah(Yoh. 6:26; Ibr. 1:8; Kis. 5:3-4), ketiga pribadi dihubungkan secara sama
dansederajat (Mat. 28:19; 2 Kor. 13:14)" "Di dalam alkitab tidak ada terdapat suatu istlah
yang dapat diterjemahkan dengan kata “Tritunggal” atau suatu ayat tertentu yang
mengandung dogma tersebut. Alasan, yang menimbulkan perumusan dogma itu, mungkin
terdapat dalam ] Yoh 5:7-8. Tetapi sebagian besar dari ayat-ayat itu agaknya belum tertera
dalam naskah aslinya. Bagian itu setidak-tidaknya harus diberi tanda kurung. Maka bunyinya
adalah sebagai berikut : "Karena ada tiga yang menjadi saksi (yaitu di surga : Bapa dan F
irman dan Roh Kudus; dan ketiganya itu menjadi Satu;dan ada tiga yang menjadi saksi di
bumi), yaitu Roh dan air dan darah : dan ketiganya itu menjadi satu tujuan". Calvin tidak mau
mengambil keputusan yang pasti mengenai soal asal-usul bagian yang ditempatkan antara
kurung itu, tetapi andaikata demikianlah Calvin bagian itu sudah terdapat dalam naskah
aslinya, toh ucapan "ketiganya itu menjadi satu"" sebenarnya tidaklah mengenai hakekat
Allah (maksudnya : tidak membuktikan ajaran tentang "Ketritunggalan"), melainkan adalah
mengenai persesuaian antara kesaksian tentang Yesus Kristus, sebagaimana diberikan oleh
Sang Bapa, oleh Firman dan RohNya (bacalah seluruh bagian itu : ayat 5 : 12!).

16
BAB II
KESIMPULAN

Untuk memahami siapakah Allah, maka jalan satu-satunya adalah dimanaAllah sendiri harus
berinisiatif memperkenalkan diri-Nya, yakni dalamkekristenań melalui dan di dalam Alkitab.
Alkitab bertitik tolàk penuh dari suatukeyakinan bahwa Allah itu benar-benar ada (Kej 1:1;
Ibr 11:6).Dalam Roma 1:20, keberadaan Allah nampak dari karya-Nya: “Sebab apa yang
tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya fang kekal dan keilahian-Nya, dapat
nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat
berdalih." Konsep dasar dari Tritunggal ialah bahwa TUHAN adalah SATU.ALLAH dalam
TIGA PRIBADI dan TIGA PRIBADI dála, SATU ALLAH. Setiap pribadi berbeda satu sama
lain, tetapi tidak terpisah dan ketiganya samaşederajat hakekat atau sifatnya. Allah yang Maha
Esa itulah Alah Tritunggalyaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus, tiga pribadi di dalam satu.
Pemahaman yang bénar tentang Allah dah karya-karya-Nya, akan sangatmempengaruhi
pandangan dan sikap hidup kita terhadap-Nya. Karena dengan mengenal Allah secara benar,
maka kita akan menjalani hidup dengan baik, penuhrasa hormat dan bertanggung jawab
kepada Alláh, serta tidak menyia-nyiakankesempatàņ yang Tuhan berikan kepada kita.Tuhan
Yesus mèmberkati.

17
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiono, Agus. 2021. PAPER “DOKTRIN ALLAH” SEKOLAH TINGGI TEOLOGI


INTERNATIONAL HARVEST. SEMARANG.
2. Marantika, Chris. 2008. KRISTOLOGI. Yogyakarta : Iman Press.
3. Soedarmono, R. 2013. IKHTISAR DOGMATIKA. Jakarta : Gunung Mulia.
4. Thiessen, Henry C. 1992. TEOLOGI SISTEMATIKA. Malang : Gandum Mas.
5. Van Nifrik. G.C. dan Boland, B.J. 2014. DOGMATIKA MASA KINI. Jakarta : Gandum Mas

18

Anda mungkin juga menyukai