Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampuh : Ibu Dr. Andi Hudiah, S.Pd., M.

Pd

REVOLUSI INDUSTRI 1.0, 2.0, 3.0, 4.0, DAN 5.0 DALAM BIDANG
TEKNOLOGI KETATA BOGAAN

Oleh:
JELITA CHAHYANI AR-220020301051
ERIKA WULANDARI-220020301050
NUR ILMI AZISA-220020301052
SITI WAHYUMI RUSDYANTO-220020301053

PTK A22

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas lindungan dan rahmat-Nya
karena kembali mampu menyelesaikan makalah dengan judul “REVOLUSI
INDUSTRI 1.0, 2.0, 3.0, 4.0, DAN 5.0 DALAM BIDANG TEKNOLOGI
KETATA BOGAAN” tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dari penulis
makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Teknologi
Kerumahtangaan dan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi pembaca. Dalam
kesempatan ini kami memgucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam membuat makalah ini. Satu harapan
yang kami inginkan semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca dan kami
juga berharap kritik dan saran dari pembaca atas segala kekurangan dalam
makalah ini.

Makassar, 28 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Pokok Bahasan..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. REVOLUSI INDUSTRI 1.0.........................................................................4
B. REVOLUSI INDUSTRI 2.0.........................................................................6
C. REVOLUSI INDUSTRI 3.0.........................................................................7
D. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.........................................................................9
E. REVOLUSI INDUSTRI 5.0.......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi industri sendiri merupakan sebuah perubahan besar yang terjadi pada
cara manusia dalam mengelola sumber daya yang ada dan caranya dalam
menciptakan sebuah produk. Dengan adanya revolusi ini, banyak sektor seperti
transportasi, pertanian, teknologi, pertambangan, hingga manufaktur yang
mengalami perubahan.

Sebagaimana yang kita tahu, revolusi industri telah mengubah cara manusia
bekerja dari yang dahulunya begitu tradisional kini beralih semakin modern
dengan tujuan semata demi meningkatnya produktivitas di dunia industri dari hulu
sampai ke hilir. Semua itu tentu memiliki dampak positif dan juga negatif, mulai
dari percepatan pertumbuhan ekonomi, masalah lingkungan, bahkan sampai
mengubah peradaban manusia.

Industrial Revolution atau Revolusi Industri adalah suatu perubahan besar-


besaran yang terjadi dalam dunia industri karena munculnya perkembangan
teknologi dalam mengelola sumber daya, sehingga menjadikan setiap prosesnya
jauh lebih efektif dan efisien dari sebelumnya. Sejarah revolusi industri pertama
kali terjadi di negara Inggris pada tahun 1760 (Abad ke-18) yang mana saat itu
kondisi negaranya berada dalam keadaan stabil.

Seperti yang kita ketahui, arti dari kata “Revolusi” adalah suatu perubahan
yang terjadi dengan cepat dan mengubah dasar-dasar dari kehidupan. Sedangkan
arti dari kata “Industri” adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan dari
yang tadinya berbentuk mentah, menjadi barang jadi yang memiliki nilai dan
bermutu tinggi. Gabungan kedua kata tersebut telah menjadi topik yang menarik
untuk dibahas sejak kemunculannya mulai dari era 1.0 sampai sekarang yang kita
jalani di era 4.0 dan akan memasuki era 5.0.

B. Pokok Bahasan
1. Revolusi Industri 1.0
2. Revolusi Industri 2.0
3. Revolusi Industri 3.0
4. Revolusi Industri 4.0
5. Revolusi Industri 5.0

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. REVOLUSI INDUSTRI 1.0

Gambar 1. Rebolusi Industri 1.0

Revolusi Industri 1.0 merupakan sebuah revolusi di bidang industri yang


pertama kali terjadi tepatnya pada abad ke-18 pada periode tahun 1750 hingga
tahun 1850. Revolusi ini ditandai dengan adanya penemuan mesin uap yang
digunakan dalam proses produksi sebuah barang. Pada era ini juga terjadi
perubahan besar pada cara manusia dalam mengelola sumber daya yang ada serta
memproduksi sebuah produk khususnya pada beberapa bidang sebagai
berikut, Pertanian, manufaktur, transportasi, pertambangan, dan juga teknologi di
seluruh dunia. Revolusi industri 1.0 ini pertama kali muncul di Britania Raya,
yang pada akhirnya tersebar ke seluruh negara yang ada di daerah Eropa Barat,
Amerika Utara, Jepang dan pada akhirnya ke berbagai negara yang ada di seluruh
dunia.
Sebelum adanya revolusi ini, proses sebuah produksi maupun jasa merupakan
suatu hal yang sulit karena memakan waktu yang lama dan membutuhkan biaya
besar karena semuanya dilakukan secara manual. Dengan adanya revolusi
tersebut, segala proses produksi yang ada menjadi lebih efisien, mudah, dan juga
murah. Tepatnya di Inggris, dimana mesin uap tersebut digunakan sebagai
keperluan alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan hasil serta
produktivitas industri di sektor tekstil. Pada awalnya, peralatan kerja memiliki
ketergantungan terhadap tenaga kerja manusia atau SDM dan juga makhluk hidup
lain seperti hewan, yang kemudian dapat digantikan dengan mesin uap tersebut.
Selain digunakan sebagai keperluan alat tenun, mesin uap yang ada juga
digunakan dan diimplementasikan ke dalam sektor transportasi.

5
Pada era tersebut, transportasi internasional yang digunakan adalah
transportasi laut yang masih menggunakan serta mengandalkan tenaga angin yang
tidak selalu bisa diandalkan karena dapat bertiup dari arah yang berlawanan atau
bahkan tidak ada angin saat dibutuhkan sama sekali. Dengan adanya penemuan
James Watt tersebut, penggunaan tenaga angin pada alat transportasi pun semakin
berkurang dikarenakan penggunaan mesin uap yang diperkirakan lebih murah dan
efisien. Dengan adanya mesin uap tersebut, sebuah kapal dapat berlayar 24 jam
penuh dengan adanya kayu serta batu bara yang cukup.
Revolusi industri tersebut memungkinkan bangsa Eropa untuk dapat
mengirim kapal perangnya ke seluruh penjuru dunia dengan jangka waktu yang
lebih singkat dan efisien. Berbagai negara imperialis yang ada di Eropa memulai
perjalanannya dengan menjajah berbagai kerajaan yang ada di Afrika serta Asia.
Namun, selain adanya penjajahan tersebut revolusi industri yang terjadi memiliki
dampak lain terhadap lingkungan, yaitu pencemaran lingkungan akibat asap yang
dikeluarkan mesin uap dikarenakan melakukan proses pembakaran kayu serta batu
bara yang menyebabkan polusi udara serta munculnya limbah pabrik akibat
penggunaan mesin uap tersebut dalam proses produksi.
Berdasarkan sumber yang ada, revolusi industri 1.0 yang terjadi di zamannya
berhasil dalam mendongkrak perekonomian yang ada, dimana selama lebih dari
dua abad setelah terjadinya revolusi ini, terjadinya peningkatan rata-rata sebesar
enam kali lipat pendapatan perkapita di berbagai negara yang ada di seluruh
dunia. Pahami lebih dalam pada buku Dasar-Dasar Memahami Revolusi Industri.
Pada revolusi industri 1.0 atau revolusi generasi pertama merupakan revolusi
pada tahap awal yang terjadi pada abad ke 18. Jika pada saat itu banyak pekerjaan
yang masih mengandalkan tenaga manusia dan hewan namun setelah terjadi
revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan adanya penemuan sebuah alat tenun
mekanis dengan menggunakan mesin uap pada tahun 1784 semuanya berubah,
tenaga hewan dan manusia tidak lagi digunakan mengakibatkan banyaknya
pengangguran walaupun jumlah produksi meningkat . Penemuan mesin uap juga
membuat meningkatnya perekonomian dan penghasilan perkapita negara menjadi
enam kali lipat sehingga dapat membuat sebuah perubahan-perubahan baru yang
akan melahirkan kembali sebuah revolusi industri dengan perkembangan yang
lebih maju (Annisa, 2001).

6
B. REVOLUSI INDUSTRI 2.0

Gambar 2. Revolusi Industri 2.0

Pada masa revolusi industri 2.0 ini terjadi perkembangan industri yang
sangat cepat terutama di negara – negara kolonial seperti Inggris, Perancis,
Amerika, Jerman, dan Jepang. Setelah itu revolusi pun menyebar hingga seluruh
Eropa dan Amerika. Pada masa ini disebut juga dengan revolusi teknologi
disebabkan pada periode ini terjadi lompatan besar dalam perkembangan budaya
masyarakat dan teknologinya. Pada masa ini inovasi yang yang terjadi merupakan
pengembangan dari industri sebelumnya. Revolusi industri 2.0 berlangsung
sekitar tahun 1900 – 1960. Revolusi industri 2.0 memiliki ciri dengan penemuan
mekanisasi sistem produksi massal. Sebagai contoh pada saat itu menjadi awal
kemunculan pembangkit tenaga listrik. Pada penemuan ini memicu kemunculan
teknologi yang semakin canggih seperti pesawat telepon, pesawat terbang, mobil
dan lain-lain.
Pada industri ini Roy J. Plunkett menciptakan Teflon. Sejarah Teflon atau
polytetrafluoroethylene (PTFE) berawal tahun 1938, teflon ditemukan secara
tidak sengaja oleh Roy Plunkett dari Kinetic Chemical saat mencoba membuat
CFC jenis baru. Tahun 1941 Kinetic Chemical mematenkannya dan mendaftarkan
Teflon tahun 1945 sebagai merk dagang. Kinetic Chemical merupakan perusahaan
yang didirikan oleh Du Pont dan General Motors tahun 1930 untuk memproduksi
zat CFC yang kita kenal sebagai Freon ( merk dagang dari Du Pont).
Pada awal tahun 1960 setiap keluarga mempunyai piring seng dan cangkir
seng, juga gelas dan piring. Namun untuk keperluan minum sehari-hari, masih
banyak warga yang menggunakan “cangkir” yang dibuat dari ruas bambu (lumur)
atau dari tempurung kelapa yang sudah tua dan dibersihkan sampai halus.
Demikian juga bila makan, sangat jarang warga menggunakan sendok. Mereka
bahkan cenderung tidak pernah menggunakannya sebab, rencang-sangu, lauk-
pauknya tak berkuah. Setiap kali makan selalu ada sambal terasi dengan aneka

7
lalap mentah atau dikukus. Lalapnya berganti dengan jengkol goreng atau
panggang/rebus petai. Kadang ada goreng ikan mujair atau belut, seringnya ikan
asin peda beureum atau asin ikan sepatsiem. Karena peran sendok sangat kecil,
bahkan untuk mengambil sambal pun, orang cukup menyobek daun pisang selebar
3 cm, lalu ditekuk dengan tiga jari, membentuk cekungan di ujung depan. Untuk
tempat nasi, digunakan boboko atau dulang. Peralatan ini umumnya dibeli dari
pedagang yang berkeliling kampung.
Pada tahun 1960 peralatan rumah tangga umumnya terbuat dari kaleng
atau seng yang ketebalannya dua atau tiga kali ketebalan seng saat ini. Bila ada
perabotan yang bocor, karena berkarat atau karena sebab lain, ada tukang patri,
orang yang bekerja untuk memperbaiki atau menambal perabotan itu. Tukang
patri ini setiap hari berkeliling dari kampung ke kampung, menawarkan jasa
perbaikan.
Dampak dari revolusi industri 2.0 ini yang lain dapat kita lihat dengan
adanya kejadian Perang Dunia II, dimana pada hal tersebut terjadi berbagai
kendaraan perang seperti pesawat tempur, tank, hingga senjata lainnya melakukan
proses produksi dalam skala yang besar. Pada era revolusi industri ini juga
terjadinya perkembangan pada manajemen bisnis yang membuat semakin
besarnya kemungkinan untuk meningkatkan efektifitas serta efisiensi berbagai
fasilitas yang ada di industri.
Revolusi tersebut yang membuat terbentuknya berbagai divisi pekerjaan
dimana setiap individu ataupun pekerja hanya berfokus pada pekerjaannya di
bagian tertentu dari keseluruhan proses produksi yang ada. Sehingga, assembly
lines atau proses manufaktur yang ada, dimana setiap divisi memiliki perannya
masing-masing dan disusun berdasarkan urutan yang jelas untuk menciptakan
sebuah produk dari proses yang berlangsung akan lebih efisien dan cepat.

C. REVOLUSI INDUSTRI 3.0

Gambar 3. Revolusi Industri 3.0

8
Kemunculan revolusi industri 3.0 yang terjadi pada akhir abad ke-20 ditandai
dengan adanya teknologi digital serta internet. Berdasarkan sosiolog Inggris yaitu
David Harvey yang mengemukakan cara pandangnya mengenai revolusi industri
yang terjadi di masa ini sebagai sebuah proses pemampatan ruang dan waktu yang
semakin terkompresi.
Jika dibandingkan dengan revolusi industri terdahulu, dimana revolusi
industri 1.0 yang dipicu dengan adanya mesin uap, revolusi industri 2.0 yang
dipicu dengan adanya ban berjalan dan juga tenaga pembangkit listrik, revolusi
industri 3.0 ini dipicu dengan adanya berbagai mesin yang dapat bergerak dan
juga berpikir secara otomatis, yang dibuat dalam bentuk komputer dan juga robot.
Selain itu, puncak revolusi industri 3.0 ini sendiri ditandai dengan adanya
revolusi digital. Dimana yang membuat ruang serta waktu yang ada tidak lagi
menjadi sebuah jarak. Jika dibandingkan dengan revolusi industri 2.0 yang
menghadirkan inovasi mobil yang mempersingkat waktu dan jarak yang ada,
revolusi industri 3.0 ini menyatukan keduanya, dimana era digital yang terjadi
mengusung waktu yang sebenarnya atau sisi kekinian.
Salah satu komputer pertama yang dibuat merupakan inovasi yang
dikembangkan pada era Perang Dunia II yang digunakan sebagai mesin untuk
memecahkan kode buatan Nazi Jerman yang diberi nama dengan Colossus.
Komputer tersebut merupakan sebuah mesin raksasa yang memiliki ukuran
sebesar ruang tidur.
Komputer tersebut tidak memiliki RAM dan juga tidak dapat menerima
perintah melalui keyboard. Komputer tersebut hanya dapat menerima perintah
melalui pita kertas yang ada dan membutuhkan daya listrik yang sangat besar
dengan 8.500 watt. Berikut ini beberapa inovasi dari hasil era revolusi industri 3.0
yaitu, teknologi komputer, munculnya akses internet, penggunaan berbagai
peralatan elektronik smartphone, berbagai inovasi pada sistem perangkat lunak,
serta inovasi pada pengembangan sumber energi baru.
Dengan adanya revolusi industri 3.0, terjadinya perubahan pada pola relasi
serta komunikasi yang terjadi pada masyarakat kontemporer. Berbagai bisnis yang
adapun harus beradaptasi dan merubah cara kerjanya agar dapat menyesuaikan
dengan keadaan yang ada dan tidak hilang tertelan karena adanya kemajuan
zaman ini. Selain itu, kemajuan teknologi komputer yang terjadi saat itu yang
berkembang dengan sangat pesat setelah Perang Dunia II selesai. Berbagai
penemuan seperti semikonduktor, transistor, hingga kemunculan IC atau
Integrated Chip yang membuat sebuah komputer dapat berukuran lebih kecil,
menggunakan daya listrik yang sedikit pula, dan kemampuan menghitung dan
menerima perintah yang semakin canggih.
Namun, dengan adanya revolusi ini sendiri, banyak industri pabrik yang lebih
memilih untuk menggunakan mesin dibandingkan tenaga manusia yang membuat
peluang lowongan tenaga kerja semakin sempit. Hal ini dikarenakan, penggunaan
mesin yang semakin canggih tersebut dapat membuat proses produksi berkali-kali

9
lipat lebih cepat dan berkualitas. Kemunculan bisnis dengan dasar teknologi pun
semakin banyak, sehingga munculnya sebuah istilah yang disebut dengan
Technopreneur. Revolusi industri 3.0 juga mengubah pola relasi dan komunikasi
masyarakat kontemporer. Praktik bisnis juga berubah agar tidak tertelan zaman.
Adanya mesin canggih yang memiliki kemampuan berproduksi lebih berlipat
ganda yang mengakibatkan adanya pengurangan tenaga kerja manusia (Eddyono,
Fauziah, 2021).
D. REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Gambar 4. Revolusi Industri 4.0

Merujuk beberapa literatur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


Revolusi industri terdiri dari dua (2) kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi
berarti perubahan yang bersifat sangat cepat, sedangkan pengertian industri adalah
usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila ditarik benang merah maka
pengertian revolusi industri adalah suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam
pelaksanaan proses produksi dimana yang semula pekerjaan proses produksi itu
dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang
diproduksi mempunyai nilai tambah (value added) yang komersial.
Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh pertengahan abad ke-19.
Revolusi industri ini pun sedang berjalan dari masa ke masa. Dekade terakhir ini
sudah dapat disebut memasuki fase ke empat 4.0. Revolusi Industri 4.0 atau
dikenal juga dengan Fourth Industrial Revolution (4IR) merupakan era industri
keempat sejak revolusi industri pertama pada abad ke-18 (Savitri, 2019).
Perubahan fase ke fase memberi perbedaan artikulatif pada sisi kegunaaannya.
Fase pertama (1.0) bertempuh pada penemuan mesin yang menitikberatkan
(stressing) pada mekanisasi produksi. Fase kedua (2.0) sudah beranjak pada etape
produksi massal yang terintegrasi dengan quality control dan standarisasi. Fase
ketiga (3.0) memasuki tahapan keseragaman secara massal yang bertumpu pada

10
integrasi komputerisasi. Fase keempat (4.0) telah menghadirkan digitalisasi dan
otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur (Fonna, 2019).
Revolusi Industri Keempat adalah sebuah kondisi pada abad ke-21, ketika
terjadi perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi
yang mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi. Revolusi
ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya
kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum,
bioteknologi, Internet of Things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi
digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi
industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam
semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya
menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis
bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis
transportasi online seperti Gojek, Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas
manusia dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat.
Berkembangnya teknologi autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone,
aplikasi media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi semakin menegaskan
bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental.
1. Dampak Revolusi Industri 4.0 Terhadap Pendidikan
Era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan berat bagi guru Indonesia.
Mengutip dari Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum
2018, pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara
mendidik dan belajar-mengajar, 30 tahun mendatang kita akan mengalami
kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan
pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana
saat ini terimplementasi, akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu
berkompetisi dengan mesin.
Era revolusi industri 4.0 akan berdampak pada peran pendidikan
khususnya peran pendidiknya. Jika peran pendidik masih mempertahankan
sebagai penyampai pengetahuan, maka mereka akan kehilangan peran seiring
dengan perkembangan teknologi dan perubahan metode pembelajarannya.
Kondisi tersebut harus diatasi dengan menambah kompetensi pendidik yang
mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan penciptaan melalui
pembelajaran mandiri.
Sektor pendidikan merupakan modal dasar yang utama bagi
perkembangan dan kemajuan generasi penerus bangsa ke depannya yang perlu
melibatkan semua pihak dan diperlukan juga regulasi yang baik ke depannya,
melalui upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran. Pembelajaran
digital yang terjadi saat ini adalah salah satu akibat dari revolusi industri 4.0.
Siswa dan guru tidak harus bertemu secara fisik untuk melakukan proses

11
pembelajaran, sumber belajar bisa diakses dimana dan kapan saja (Dito &
Heni, 2021).
Ahli teori pendidikan sering menyebut Pendidikan Era Revolusi Industri
4.0 untuk menggambarkan berbagai cara mengintegritaskan teknologi cyber
baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran. Pendidikan Era
Revolusi Industri 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi
industri dengan penyesuaian kurikulum baru sesuai situasi saat ini. Kurikulum
tersebut mampu membuka jendela dunia melalui genggaman contohnya
memanfaatkan internet of things (IOT). Di sisi lain pengajar juga memperoleh
lebih banyak referensi dan metode pengajaran.
Akan tetapi hal ini tidak luput dari tantangan bagi para pengajar untuk
mengimplementasikannya. Dikutip dari Kompasiana (2019) setidaknya ada 4
kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh pengajar. Pertama keterampilan
berpikir kritis dan pemecahan masalah. Merupakan kemampuan memahami
suatu masalah, mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sehingga dapat
dielaborasi dan memunculkan berbagai perspektif untuk menyelesaikan
masalah. Pengajar diharapkan mampu meramu pembelajaran dan mengekspor
kompetensi ini kepada peserta didik. Kedua Keterampilan komunikasi dan
kolaborasi. Keterampilan ini tidak luput dari kemampuan berbasis teknologi
informasi, sehingga pengajar dapat menerapkan kolaborasi dalam proses
pengajaran.
Ketiga, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Diharapkan ide-ide baru
dapat diterapkan pengajar dalam proses pembelajaran sehingga memacu siswa
untuk beripikir kreatif dan inovatif. Misalnya dalam mengerjakan tugas
dengan memanfaatkan teknologi dan informasi. Keempat, literasi teknologi
dan informasi. Pengajar diharapkan mampu memperoleh banyak referensi
dalam pemanfaatan teknologi dan informasi guna menunjang proses belajar
mengajar.
Bagi perguruan tinggi, Revolusi Industri 4.0 diharapkan mampu
mewujudkan pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas
pendidikan, perluasan akses dan relevansi dalam mewujudkan kelas dunia.
Untuk mewujudkan hal tersebut interaksi pembelajaran dilakukan melalui
blended learning (melalui kolaborasi), project based-learning (melalui
publikasi), flipped classroom (melalui interaksi publik dan interaksi digital)
(Theffidy, 2020).
2. Aplikasi Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 membawa dampak yang sangat besar dalam
kehidupan manusia, mulal dari gaya hidup, Interaksi, sosialisasi, bermain,
belajar, dan sebagainya. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut
manusia memiliki kemampuan penguasaan teknologi yang mumpuni.
Pendidikan adalah salah satu aspek yang terkena darnpak revolusi Industri
4.0. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran menjadi gencar dan dilakukan

12
oleh banyak guru. Inovasi dan Invensi terus dilakukan guna melatih peserta
didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran abad ke-21
menjadi tema besar dalam rangka pengembangan pembelajaran dengan ragam
inovasi di dalamnya. Adapun aplikasi pembelajaran di Era Revolusi Industri
4.0 yang dikutip dari buku “Konsep dan strategi pembelajaran di era revolusi
industri 4.0” yaitu sebagai berikut:
a. PowerPoint dan Focusky
Dua aplikasi presentasi yang sudah familiar di kalangan pendidik
ini dapat dijadikan alternatif menyajikan pembelajaran yang menarik di
dalam kelas. Materi yang akan disampaikan oleh guru dapat disajikan
dalam bentuk tayangan, baik berupa teks, gambar animasi, musik, hingga
tayangan video.
PowerPoint adalah aplikasi yang termasuk ke dalam Microsoft
Office, selain dua aplikasi favorit lainnya, yakni Word (pengolah kata)
dan Excel (pengolah angka). PowerPoint memang dibangun untuk
dengan tujuan utama sebagai aplikasi presentasi. Tujuannya adalah
membantu presenter serta memu- dahkan mereka menyampaikan pesan
kepada audiens. Semakin menarik tampilan presentasi yang disajikan
oleh guru, maka peserta didik pun juga kian antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Bukan hanya presentasi, PowerPoint ternyata juga bisa
dimanfaatkan untuk kuis, penilaian harian, dan sejenisnya. Kuncinya
terletak pada kreativitas guru dalam menyajikan dan menggunakan di
dalamnya.
Penggunaan PowerPoint dalam pembelajaran bukan hanya dapat
dilakukan oleh guru, tetapi juga oleh peserta didik. Sebagai contoh, guru
membentuk kelompok, memberikan tugas atau permasalahan kepada
kelompok yang terkait dengan pembelajaran, kemudian meminta mereka
memecahkan masalah tersebut dan menyajikannya di depan kelas dalam
bentuk presentasi. Jadi, setiap kelompok menjelaskan kepada peserta
didik yang lain melalui tayangan PowerPoint.
Selain PowerPoint, aplikasi lain yang juga dapat dimanfaatkan
sebagai jembatan penyampai materi pembelajaran melalui presentasi
adalah Focusky. Sama halnya dengan PowerPoint, Focusky dapat
digunakan baik oleh guru maupun peserta didik dalam pembelajaran.
Animasi yang menarik dalam Focusky menjadi kelebihan tersendiri yang
mungkin dapat menarik perhatian peserta didik ketika presentasi
disampaikan di depan kelas. Hanya saja, tidak semua fasilitas yang ada
dalam Focusky bersifat gratis. Fitur-fitur dalam versi trial aplikasi ini
terbatas. Jika ingin memanfaatkannya secara penuh dalam pembelajaran
maka harus membeli lisensi dengan harga yang ditawarkan. Untuk
sebuah aplikasi menarik dan sederhana, guru perlu membeli lisensi
sebagai wujud implementasi profesionalitas dalam bidang pendidikan.

13
Baik PowerPoint maupun Focusky sama-sama memiliki
kelebihan dan kekurangan. Namun, secara umum, desplikasi presentasi
ini dapat dikatakan mampu memudahkan dan membantu guru dalam
rangka menyampaikan materi pembe lajaran di kelas. Mendapatkan
aplikasi ini tidaklah sulit Guru dapat berselancar di dunia maya melalui
searching engine dengan mengetikkan kata kuncl. Secara otomatis, akan
muncul pilihan yang dapat membawa guru pada aplikasi yang
diinginkan.
b. The Hat
Pembelajaran dengan model problem based learning atau
disingkat PBL dapat melatih peserta didik untuk memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Melalui model pembelajaran problem based
learning, peserta didik mempelajari materi yang disampaikan oleh guru
dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Salah satu hetode
yang ada dalam PBL adalah diskusi kelompok. Selama ini, telah banyak
dikenal model penentuan kelompok dalam pembelajaran di kelas, di
antaranya berhitung sesuai urutan tempat duduk, urut menurut absen,
mengacu pada presensi ganjil genap, berda- sarkan deret bangku, dan
sebagainya.
Dari semua model penentuan kelompok tersebut, guru dapat
melakukannya dengan menggunakan salah satu aplikasi pembelajaran
untuk menentukan peserta didik masuk ke kelompok yang mana.
Sebenarnya, aplikasi ini sederhana dan hanya khusus digunakan untuk
mengacak pengelompokan nama. Namun, yang menjadikan aplikasi ini
menarik adalah ilustrasi yang ditampilkan serta musik sebagal latar yang
mengiringinya. Artinya, sekalipun sederhana dan hanya sebatas
digunakan untuk mengacak pengelompokan peserta didik, aplikasi ini
dapat digunakan untuk membangun suasana belajar yang berbeda. Di
antara wujud penggunaan teknologi dalam pembelajaran di era revolusi
industri 4.0 ialah mengganti pekerjaan yang sifat- nya konvensional
dengan menggunakan mesin. Salah satunya adalah penggunaan aplikasi
The Hat.
c. Sparkol Video Scribe
Berdasarkan hasil penelitian, keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh penggunaan metode dan media yang tepat. Salah satu
media pembelajaran yang memberikan dampak besar bagi keberhasilan
pembelajaran adalah audio visual.
Video merupakan salah satu media audio visual yang dapat
meningkatkan prestasi dan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran. Melalui tayangan video, peserta didik dapat terangsang,
baik dari segi visual melalui tampilan yang disajikan, maupun dari sisi
audio, yakni lewat suara yang mengiringi.

14
Adapun jika ingin lebih mantap, mau berkreasi menggunakan
video sendiri dalam pembelajaran, guru dapat membuatnya melalui salah
satu aplikasi Interaktif yang mudah digunakan, yakni Sparkol Video
Scribe. Aplikasi gratis ini dapat digunakan untuk membuat konten
pembelajaran dalam bentuk audio visual. Selain animasi yang menarik,
Sparkol Video Scribe tidak hanya men- dukung teks dan audio, tetapi
juga kombinasi gambar dan flash. Pengguna dalam hal ini guru, dapat
dengan leluasa membuat konten video pembelajaran dengan Sparkol
Video Scribe. Mulai dari konten yang berbasis teks, gambar, animasi,
audio sebagai pengiring, hingga warna-warna yang menarik dapat dipilih
dalam menyusun konten dan video untuk pembelajaran. Tidak diperlukan
keahlian khusus untuk dapat menggunakan aplikasi ini. Guru hanya
dituntut kreatif dalam memanfaatkan fitur-fitur yang ada. Kombinasi
pemilihan warna juga diperlukan agar media yang dibuat semakin
menarik.
d. iSpring Suite
Salah satu media IT yang dapat digunakan dalam penilaian atau
evaluasi pembelajaran adalah Spring Suite. Aplikasi ini juga merupakan
add-ons dalam Microsoft Office PowerPoint. Dengan demikian, ketika
pengguna melakukan instalasi (SpringSuite, maka secara otomatis
aplikasi ini akan tertanam ke dalam PowerPoint sebagal fitur tambahan
aplikasi tersebut. Fitur-fitur yang ada dalam iSpring Suite juga terbilang
lengkap dan variatif. Guru dapat membuat beragam jenis soal. Dalam hal
ini, setidaknya ada 14 jenis soal yang dapat dibuat oleh guru, seperti
pilihan ganda, uraian singkat, multiple response, mencocokkan, benar-
salah, esai, mengisi kolom kosong, dan sebagainya. Fitur lain yang ada di
dalam aplikasi ini adalah kemampuan mengacak soal. Ada fasilitas yang
disediakan di dalam aplikasi untuk mengacak soal dan bahkan mengacak
opsi jawaban (untuk soal pilihan ganda). Selain itu, pengguna juga dapat
memasukkan gambar, audio, dan bahkan video ke dalam aplikasi untuk
dijadikan bagian dari soal yang dibuat. Di bagian akhir, kita juga dapat
menentukan durasi waktu yang akan diberikan selama mengerjakan soal.
Bahkan, durasi Ini juga bisa ditentukan per soal Setelah semua soal
selesai dikerjakan, peserta didik dapat langsung melihat hasil atau skor
yang diperoleh di perangkat masing-masing.
3. Dampak Revolusi Industri 4.0 di Bidang Kuliner
Kemajuan teknologi dan pesatnya perkembangan inovasi di seluruh
belahan dunia telah menghasilkan revolusi yang kita sebut dengan revolusi
4.0. Dimana revolusi tersebut dipengaruhi oleh maraknya perkembangan
teknologi serta internet. Di era Marketing 4.0, sebuah brand tidak hanya
mengedepankan branding bagus, tetapi juga konten yang relevan sesuai
dengan harapan customer dan mampu menampilkan konten yang bagus

15
dengan kemasan yang terkini dan bagus. Jadi Marketing 4.0 tujuan utamanya
adalah memenangkan advokasi customer.
Dalam dunia kuliner, strategi Marketing 4.0 sudah mulai banyak dipakai
oleh beberapa brand. Perusahaan mendorong customeruntuk mengupload foto
makanan/ minuman dan memberikan testimoni atau advokasi secara online
melalui social media. Tujuannya adalah agar calon customer yang belum
mengenal produk atau yang masih ragu-ragu untuk mencoba menjadi lebih
percaya dan akhirnya mau membeli. Jadi perusahaan mulai mengoptimalkan
peran customer untuk menjadi tim penyebar kabar baik. Banyak tawaran
menarik yang diberikan kepada customer agar mereka mau bercerita melalui
social media, seperti diskon langsung, voucher makan selanjutnya, dan cara-
cara lainnya.
Revolusi Industri 4.0 menjadi lompatan besar bagi sektor Industri Kuliner
terutama bagi para UMKM. Semuanya menjadi serba digitalisasi, tak hanya
pada proses produksi namun teknologi dapat dimanfaatkan untuk melahirkan
sebuah bisnis kuliner yang dapat dikenal banyak orang dan memiliki cerita
yang melekat bagi audiensnya. Sehingga di era 4.0 ini para UMKM Kuliner
dituntut untuk terus kreatif dan berinovasi dengan memanfaatkan platform
digital, UMKM dapat mengikuti setiap perubahan dan mengefisiensikan
waktu dan tenaganya untuk hal yang memiliki dampak lebih besar. Sedangkan
sejauh ini menurut data Ekonomi Bisnis, hanya sekitar 20% produsen
makanan dan minuman yang siap untuk menerapkan industri 4.0. Dan untuk
saat ini pun Persaingan dunia kuliner yang demikian ketat menuntut pebisnis
kuliner harus bisa memanfaatkan customer dan semua pihak terkait untuk mau
bekerjasama meningkatkan brand awareness secara online dan offline (Abadi,
2020).

E. REVOLUSI INDUSTRI 5.0


Secara sederhana, Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep
masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi
(technology based). Konsep ini menyebabkan manusia tidak kehilangan perannya
dalam era digital. Manusia sebagai masyarakat tetap hidup sebagai pusat
peradaban. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi untuk melindungi pekerja dari
ancaman kehilangan pekerjaan. Sebab, Revolusi Industri 4.0 adalah keniscayaan
yang tidak bisa dihentikan. Tetapi pemerintah harus melakukan langkah-langkah
untuk menghindari dampak terburuk bagi kaum buruh, apalagi ditengah bonus
demografi yang dihadapi oleh indonesia di tahun 2035. Untuk itulah society 5.0
adalah jawaban atas masalah yang timbul di era revolusi industri 4.0, dimana
manusia sebagai pusat perdaban yg berbasis teknologi. Jangan sampai terbalik
manusia menjadi korban teknologi yang tumbuh berkembang.
Jika di era Revolusi Industri 4.0, manusia masih dibutuhkan untuk
memperbaiki perangkat (hardware) yang rusak, maka di Revolusi Industri 5.0

16
perangkat sudah otomatis mampu memperbaiki dirinya sendiri. Di era Revolusi
Industri 5.0, manusia akan terbiasa membuat kreasi lewat printer tiga dimensi.
Dan tidak hanya benda sehari-hari, namun juga makanan. Manusia juga akan
membuat robot yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence),
dengan tujuan membantu manusia (Biztech Academy, 2018).
Konsep revolusi yang dicetuskan di Jepang lebih mendorong terhadap
peranan manusia dalam mengatasi paradigma dari kemajuan revolusi industri 4.0.
Artinya, pada masa society 5.0 ini manusia dituntut untuk dapat lebih memiliki
kemampuan memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis, dan kreativitas.
Ketersedian teknologi tinggi, tren otomasi, dan pertukaran data masa revolusi
industri 4.0 seperti sistem cyber-fisik, internet of things (IoT), komputasi awan,
dan komputasi kognitif. Beriringan terhadap dampak kehidupan manusia di
seluruh dunia jadi penuh gejolak, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas.
Maka dengan kehadiran Society 5.0 dapat menjadi solusi akan hal di atas, bukan
malah menyaingi apa yang sudah ada sebelumnya di masa revolusi industri 4.0.
Prinsipnya mendasarkan pada peranan manusia itu sendiri bersama teknologi yang
sudah tercipta, sehingga manusia membuat seimbang antara kemajuan ekonomi
dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat menghubungkan
melalui dunia maya dan dunia nyata.
Relasi antara revolusi industri 4.0 dan society 5.0 adalah "Pemanfaatan Big
Data" yang mengikuti perkembangan society 5.0 bisa dalam berbagai bidang.
Salah satunya dalam bidang pemanfaatan teknologi wearable. Wearable biasa
digunakan membantu aktivitas komunikasi dan navigasi. Namun kemudian,
teknologi wearable telah menjelma sebagai teknologi pengumpul informasi Big
Data. Oleh peneliti Universitas Gajah Mada (UGM), Daniel Oscar, teknologi
wearable jadi teknologi berkembang seperti Google Glass dan smartphone, yaitu
Quick Disaster. Weaver, Realive, dan Stress Rate.
Society 5.0 ini sendiri merupakan satu gagasan yang ditandai muncul jadi
pembicaraan saat berada di dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada awal
Januari 2019 lalu di Davos, Swiss. Menurut perdana menteri Jepang. Shinzo Abe
mengatakan bahwa konsep revolusi industri 4.0 dan society 5.0 tidak memiliki
perbedaan yang jauh. Yaitu revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan
(artificial intellegent) sedangkan society 5.0 memfokuskan kepada komponen
manusianya. Prioritas society 5.0 pada masyarakat beradaptasi di masa depan
yakni HOTS: Higher Order Thinking Skills, jika cara berpikir secara kompleks,
berjenjang, dan sistematis dapat digunakan oleh masyarakat maka inilah yang
disebut cara berpikir tingkat tinggi society 5.0. Manfaat yang bisa dirasakan jika
society 5.0 diterapkan di Indonesia salah satunya bidang isu lingkungan seperti
monitoring dan management kualitas air menggunakan remote sensing serta data
oceanografik, early warning alert system berguna melindungi manusia dari
bencana alam & penyakit berdasarkan kombinasi berbagai data. Selanjutnya,
society 5.0 terkait pula dengan analisa data meteorologi menggunakan high

17
performance computer untuk pemecahan isu perubahan lingkungan; smart city
yang aman, nyaman dan efisien.
1. Tantangan Revolusi Industri 5.0
Sebenarnya, konsep revolusi industri 4.0 dan society 5.0 tidak memiliki
perbedaan yang jauh. Yaitu revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan
buatan (artificial intellegent) sedangkan society 5.0 memfokuskan kepada
komponen manusianya. Konsep society 5.0 ini, menjadi inovasi baru dari
society 1.0 sampai society 4.0 dalam sejarah peradaban manusia. Mulai dari
society 1.0 manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan. Pada
society 2.0 adalah pertanian di mana manusia sudah mulai mengenal
bercocok tanam. Lalu pada society 3.0 sudah memasuki era industri yaitu
ketika manusia sudah mulai menggunakan mesin untuk menunjang aktivitas
sehari-hari, setelah itu muncullah society 4.0 yang kita alami saat ini, yaitu
manusia yang sudah mengenal komputer hingga internet juga penerapannya
di kehidupan. Jika society 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga
membagikan informasi di internet, society 5.0 adalah era di mana semua
teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya
sebagai informasi melainkan untuk menjalani kehidupan. Sehingga
perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada
manusia dan masalah ekonomi pada kemudian hari.
Memang terdengar sangat utopis terjadi. Apalagi, Indonesia merupakan
negara berkembang yang bahkan bisa dikatakan hanya segelintir orang yang
mengenal Revolusi Industri 4.0 ataupun society 5.0. Hanya di kalangan
akademis yang melek akan kemajuan zamannya, pebisnis yang memang
punya kepentingan keberlangsungan usahanya, juga pemangku kebijakan
publik yang memperhatikan, baru hanya segelintir orang. Institusi pendidikan
yang dikategorikan unggulan di Indonesia pun belum menerapkan sistem
industri 4.0 dan society 5.0 ini. Dari mulai sistem pendidikannya, cara
berinteraksi pendidik dan yang terdidik, serta pemupukan paradigma berpikir
modernnya. Adapun komunitas dan organisasi beberapa memang secara
mandiri membahas mengenai revolusi industri 4.0 dan society 5.0, tetapi
hanya cukup menjadi konsumsi pribadi karena keterbatasan kekuasaan. Patut
juga diapresiasi akan adanya fokus mengenai perubahan sosial ini,
bermodalkan kekritisan dan kepekaan anak muda sehingga komunitas dan
organisasi mempunyai bekal untuk terus berinovasi dalam setiap individunya
maupun dalam lingkup organisasinya.

2. Dampak Revolusi Industri 5.0


Negara Jepang menyatakan dunia ini akan memasuki era Society 5.0 atau
masyarakat 5.0 dimana, masyarakat yang berpusat pada manusia (human-
centered) yang dikembangkan oleh Jepang. Menurut Kantor Kabinet Jepang,
Society 5.0 didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang berpusat pada

18
manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian
masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan ruang maya dan
ruan fisik. Revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi dalam mendegradasi
peran manusia membuat Jepang melahirkan sebuah konsep yaitu Society 5.0.
Melalui konsep ini, diharapkan dapat membuat kecerdasan buatan yang akan
mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala
bidang kehidupan menjadi suatu kearifan yang baru, dengan harapan untuk
meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka peluang- peluang bagi
manusia. Perbandingan dari kedua konsep ini yaitu pada industri 4.0,
masyarakat mencari, mengutip, dan menganalisis data atau informasi dengan
mengakses layanan cloud melalui internet.
Sedangkan, pada Society 5.0 sejumlah besar informasi dari sensor di ruang
fisik terakumulasi di dunia maya dan dianalisis oleh kecerdasan buatan, dan
hasilnya diumpan kembali ke manusia dalam ruang fisik dalam berbagai
bentuk. Dampak dari revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 membuat
kesempatan baru untuk Indonesia. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga
Hartanto, revolusi industri 4.0 justru memberi kesempatan bagi Indonesia
untuk berinovasi. Revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital
dinilai menguntungkan bagi Indonesia. Pengembangan ekonomi digital
adalah pasar dan bakat, dan Indonesia memiliki keduanya. Indonesia
berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing
global melalui percepatan industri 4.0, hal ini ditandai dengan peluncuran
"Making Indonesia 4.0" sebagai sebuah peta jalan dan strategi Indonesia
memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini.
Making Indonesia 4.0 dapat memberikan arah yang jelas bagi pergerakan
industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan lima
sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan. Pada penyusunan peta
jalan ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari
Institusi Pemerintahan, pelaku usaha, asosiasi industri, penyedia teknologi,
maupun lembaga riset dan pendidikan. Melalui komitmen serta partisipasi
aktif dari seluruh pihak tersebut, dapat diyakini implementasi Industri 4.0 di
Indonesia akan berjalan sukses dan sesuai sasaran. Pada penerapan awal
terdapat lima industri yang menjadi fokus implementasi industri 4.0 di
Indonesia, yaitu:
1) Makanan dan minuman
2) Tekstil
3) Otomotif
4) Elektronik
5) Kimia
Kelima industri ini merupakan tulang punggung, dan diharapkan
membawa pengaruh yang besar dalam hal daya saing dan kontribusinya
terhadap ekonomi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia di 2030. Hal ini

19
lah yang akan menjadi contoh bagi penerapan industri 4.0, penciptaan
lapangan kerja baru dan investasi baru berbasis teknologi. Kemudian,
menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia,
pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, serta
harmonisasi aturan dan kebijakan. Dalam hal ini, dengan adanya manfaat
yang nyata, Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Making
Indonesia 4.0 dan menjadikannya sebagai agenda nasional.
Perlu diingat juga pada konsep ini ditengah dunia berfokus pada Industri
4.0 (Penggunaan Teknologi, Data, dan Automation), terdapat sentuhan
humanisme di dalam Society 5.0 akan menjadi modal dasar konsep ini akan
diterima oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Fokus dalam Society 5.0
menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat transformasi
masyarakatnya. Bagi Indonesia tidak masalah langsung berpijak pada dua
kaki, revolusi industri 4.0 dan society 5.0. justru kedua momentum ini harus
digabungkan menjadi blue print nasional. Harus tercipta kesadaran bersama
baik oleh pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat, mulai dari mengubah
pikiran negatif dan ketakutan terhadap perkembangan industri serta
paradigma jika teknologi itu sulit, bahwa perubahan besar dalam industri
adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

20
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Ben. 2020. Bisnis Kuliner 4.0. Coach Ben Abadi. Diakses 28 Februari
2023 (online). https://benabadi.com/bisnis-kuliner-4-0/

Annisa, A. (2001). Sejarah Revolusi Industri dari 1.0 sampai 4.0. Artikel
Mahasiswa Sistem Telekomunikasi, 1(January), 2–3.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.20215.24488

Anonim. 2018. Menuju Revolusi Industri 5.0. Biztech Academy. Diakses 28


Februari 2023 (online). https://biztechacademy.id/menuju-revolusi-
industri-5-0/

Dito, S.B dan Heni Pujiastuti. 2021. Dampak Revolusi Industri 4.0 Pada Sektor
Pendidikan: Kajian Literatur Mengenai Digital Learning Pada Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jurnal Sains dan Edukasi Sains, 4 (2), 59-65.

Eddyono, Fauziah. 2021. Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Jawa Timur : Uwais


Inspirasi Indonesia.

Fonna, Nurdianita. 2019. Pengembangan Revolusi Industri 4.0 Dalam Berbagai


Bidang. Bogor: Guepedia.

Rostikawati, Dian. 2021. Kepemimpinan di Era Revolusi Industri 5.0. Surabaya:


Cipta Media Nusantara (CMN).

Savitri, Astrid. 2019. Revolusi Industri 4.0: Mengubah Tantangan Menjadi


Peluang di Era Disrupsi 4.0. Yogyakarta: Genesis.

Theffidy, S.G.A. 2020. Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 di Tengah Covid-19.
Ombudsman Republik Indonesia. Diakses 28 Februari 2023 (online).

21

Anda mungkin juga menyukai