Anda di halaman 1dari 58

REVOLUSI INDUSTRI

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah sejarah Dunia II

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Sulasman, M.Hum.

Dina Marliana, M.Ag.

Disusun oleh :

Kelompok 5

Aminda Nazifah (1215010014)

Amira Rahayu (1215010015)

Anwar Munawar (1215010025)

Baiq Laelia (1215010036)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah kelompok
ini yang berjudul “Revolisi Industri”.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok kami yaitu pada mata kuliah Sejarah Dunia 2. Dengan keterbatasan ilmu
dan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami berterima kasih kepada Bapak Prof.
Dr. H. Sulasman, M.Hum dan juga Ibu Dina Marliana, M.Ag yang telah memberikan kami
arahan dan juga ilmunya dalam proses penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, meskipun
kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu
arahan serta masukkan kami terima untuk menyempurnakan makalah ini jikalau masih ada
kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca yang lain.

Bandung, 12 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................1

C. TUJUAN.......................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. ETIMOLOGI, SEJARAH, DAN SEBAB- SEBAB................................................................................2

B. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................6

C. JALANNYA REVOLUSI INDUSTRI................................................................................................12

D. BERBAGAI JENIS PENEMUAN....................................................................................................20

E. DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA.....................................................21

F. LATAR BELAKANG MUNCULNYA SISTEMTANAM PAKSA (CULTUUR STELSEL) DI INDONESIA...33

G. DAMPAK TANAM PAKSA BAGI INDONESIA...............................................................................36

BAB III PENUTUP..................................................................................................................52

A. KESIMPULAN............................................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................53

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah revolusi industri sebenarnya dikenalkan oleh Frederich Engels dan


Louis Aguste Blanqui pada abad ke-19. Akan tetapi, tidak ada ilmuwan yang secara
tegas mengemuka- kan terjadinya revolusi industri. TS. Ashton memperkirakan
terjadinya revolusi industri pada 1760-1830. Menurutnya, tidak ada titik pemisah
dengan terjadinya revolusi industri II tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan
ekonomi mend- apatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga uap, rel,
kemudian akhir abad tersebut perkembangan mesin berbahan bakar dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik.
Dalam jurnal Historia : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah 8(1)
disebutkan beberapa poin yang menjadi latar belakang revolusi industri, antara lain :
1. Keamanan Inggris pada abad ke-18 menjamin seluruh segi kehidupan
masyarakat Inggris, termasuk sistem ekonomi. Masyarakat inggris menjadi lebih
tenang dan tidak takut dalam menjalankan roda perekonomiannya,
2. Mulai berkembang kegiatan kewirausahaan dan manufaktur.
3. Inggris memiliki kekayataan alam, khususnya batu bara dan biji besi yang
membuat Inggris bisa mengembangkan proses produksi.
4. Memiliki banyak wilayah jajahan.
5. Terjadi revolusi agraris yang membuat masyarakat Inggris yang dilanda gejolak
turut melatarbelakang lahirnya revolusi industri di negara tersebut.
6. Muncul paham ekonomi liberal.

B. RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana sejarah Revolusi Industri dimulai?


 Bagaimana Dampak dari Revolusi Industri?
 Kapan revolusi industry terjadi?
 Apa sebab terjadinya rovolusi industry?
 Apa dampak tanam paksa Indonesia dan Belanda?

C. TUJUAN

Dapat mengetahui bagaimana awal mulanya Revolusi Industri ini dapat terjadi
serta latar belakang dan juga dampak-dampaknya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. ETIMOLOGI, SEJARAH, DAN SEBAB- SEBAB

1. Etimologi
Revolusi industri adalah proses transisi ke manufaktur baru di Eropa dan
Amerika Serikat (AS), pada periode antara 1760 hingga 1820 dan 1840. Transisi
ini termasuk beralih dari produksi tangan ke mesin, manufaktur kimia baru dan
proses produksi besi, mesin, peningkatan tenaga uap dan tenaga air dan lahirnya
sistem pabrik mekanis. Revolusi industri juga menyebabkan peningkatan laju
pertumbuhan. (Nahason “Pendidikan Kristen dan revolusi Industri 4.0)
Permulaan mula penggunaan istilah "Revolusi Industri" ditemukan dalam
surat oleh seorang utusan Perancis bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal
6 Juli 1799, dimana ia menuliskan bahwa Perancis sudah memasuki
era industrialise.. Dalam buku terbitan tahun 1976 yang berjudul : Keywords: A
Vocabulary of Culture and Society, Raymond Williams mencetuskan bahwa kata
itu kepada sebutan kepada istilah "industri".
Revolusi Industri merupakan perubahan luhur, secara cepat, dan radikal yang
mempengaruhi kehidupan corak manusia sering dikata revolusi. Istilah revolusi
pada umumnya dipergunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem
pemerintahan. Namun, Revolusi Industri di Inggris pada hakikatnya merupakan
perubahan dalam prosedur pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan
dengan tangan (tenaga manusia) yang belakang sekali digantikan dengan
tenaga mesin. Dengan demikian, barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah
jumlah dengan waktu yang relatif singkat.

2. Sejarah
Revolusi Industri dimulai pada abad ke-18, ketika masyarakat pertanian
menjadi lebih maju. Kereta api lintas benua, mesin uap, listrik, dan penemuan-
penemuan lainnya mengubah masyarakat secara permanen. Makna dari Revolusi
Industri sendiri yakni perubahan besar cara manusia memproduksi barang atau
jasa. Hingga saat ini Revolusi Industri sendiri telah memasuki Revolusi Industri
keempat atau lebih dikenal dengan istilah Revolusi Industri 4.0. Perubahan yang
terjadi berdampak pada seluruh bidang kehidupan seperti dalam bidang
ekonomi.politik, sosial, dan juga budaya, serta bersifat global.

2
Mulai digunakannya mesin-mesin dan pendirian pabrik-pabrik itu mempunyai
akibat-akibat luas tidak saja terhadap ekonomi, tetapi juga terhadap kehidupan
sosial dan politik. Perubahan – perubahan radikal dan luas sebagai akibat
penerapan teknologi modern pada industry inilah yang dikenal dengan istilah
“Revolusi Industri”. (Samekto, S.s (UI), M.A., (Exeter) “Ikhtisar Sejarah Bangsa
Inggris”.1998)
Revolusi dikenal sebagai perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dan atau pokok kehidupan
masyarakat. Revolusi berupa perubahan secara mendasar yang dapat
mempengaruhi pola pikir masyarakat.
Revolusi industri berupa perubahan yang terjadi abad ke- 18 atau awal abad
ke-19 yang menandai pergantian ekonomi pekerja, menjadi ekonomi berbasis
industri atau mesin. Revolusi industri dimulai di Inggris dengan digunakannya
mesin uap.
Revolusi industri dapat dikatakan sebagai perubahan mendasar dari sistem
ekonomi agraris menjadi sistem ekonomi industri. Penanda utamanya adalah
digunakannya mesin sebagai alat produksi (Juma’De Putra, 2014: 12 ). Sebelum
revolusi industri, masyarakat Eropa adalah masyarakat yang menggunakan alat
produksi tradisional dengan mengandalkan tenaga manusia dan hewan, seperti
cangkul, parang, sekop, pisau, palu, gergaji, pancung, jala, dan lain sebagainya.
Ketika terjadi revolusi industri, seluruh peralatan tersebut menjadi jarang
digunakan. Masyarakat mulai menggunakan mesin tenun, pemintal, lokomotif,
dan lain sebagainya. Revolusi industri merupakan era kekuatan manusia sudah
mulai berkurang. Mesin menjadi kekuatan produksi paling vital dalam
menggerakkan produksi.

Revolusi Industri terjadi pada periode antara tahun 1760-1850 di mana


terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang
mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi ini
menyebabkan terjadinya perkembangan besar-besaran yang terjadi pada semua
aspek kehidupan manusia. Singkatnya, revolusi industri adalah masa pekerjaan
manusia di berbagai bidang mulai digantikan oleh mesin. Revolusi Industri dimulai
dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika
Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.

Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah


dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi
3
Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan
pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita
negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang
dinyatakan oleh pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk
pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami
pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah
terjadi sebelumnya".

Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan


para pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri. Faktor kunci yang
turut mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain:

1. Masa perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan


penyatuan Inggris dan Skotlandia,
2. tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia,
3. aturan hukum (menghormati kesucian kontrak),
4. sistem hukum yang sederhana yang memungkinkan pembentukan saham
gabungan perusahaan (korporasi), dan
5. adanya pasar bebas (kapitalisme).

Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya


peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya
menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh
penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan
dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik
pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan
turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel
kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke
perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan
penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan
membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.

Awal mula Revolusi Industri masih diperdebatkan. T.S. Ashton menulisnya


kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada
sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan
momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir
abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik.

4
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah
terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke-16 dengan munculnya para
ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei. Disamping itu,
disertai adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga
riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan
The French Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan
politik dalam negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang
luas dan kaya akan sumber daya alam.

Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich


Engels dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa
sejarawan abad ke-20 seperti John Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat
bahwa proses perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi secara bertahap dan
revolusi jangka panjang adalah sebuah ironi. Produk domestik bruto (PDB) per
kapita negara-negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan
memunculkan sistem ekonomi kapitalis modern. Revolusi Industri menandai
dimulainya era pertumbuhan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi
kapitalis. Revolusi Industri dianggap sebagai peristiwa paling penting yang pernah
terjadi dalam sejarah kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan pada
masa Neolitikum.

3. Sebab – sebab

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Revolusi Industri terjadi yaitu


sebagai berikut:

1. Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang
mengharuskan raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja tunduk
kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas persejutuan
parlemen.
2. Inggris kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di
samping itu, wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.
3. Adanya penemuan baru di bidang teknologi yang dapat mempermudah cara
kerja dan meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun,
mesin uap, dan sebagainya.
4. Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga
dapat menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di
5
Inggris juga tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris mempunyai
banyak daerah jajahan yang menghasilkan bahan mentah tersebut.
5. Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan
baru (hak paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian ilmiah. Lebih-lebih
setelah dibentuknya lembaga ilmiah Royal Society for Improving
Natural Knowledge maka perkembangan teknologi dan industri bertambah maju.
6. Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong
pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak agar dapat
menampung mereka.

B. LATAR BELAKANG

Istilah revolusi industri sebenarnya dikenalkan oleh Frederich Engels dan


Louis Aguste Blanqui pada abad ke-19. Akan tetapi, tidak ada ilmuwan yang secara
tegas mengemukakan terjadinya revolusi industri. TS. Ashton memperkirakan
terjadinya revolusi industri pada 1760-1830. Menurutnya, tidak ada titik pemisah
dengan terjadinya revolusi industri II tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan
ekonomi mend- apatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga uap, rel,
kemudian akhir abad tersebut perkembangan mesin berbahan bakar dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik.

Revolusi industri pertama kali dimulai di Inggris pada abad ke-18. Revolusi
tersebut terus menjalar ke berbagai negara Eropa hingga Benua Amerika. Ada
banyak pendapat yang menyebabkan terjadinya revolusi industri.( 'Wahjudi Djaja,
(Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 95. )

Pertama, baiknya keamanan Inggris. Abad ke-18 menandai mantapnya


keamanan Inggris. Kondisi keamanan tersebut menjamin seluruh kehidupan
masyarakatnya. Dengan kekuatan modal, masyarakat Inggris memiliki kemampuan
membangun pabrik- pabrik, membayar pekerja, dan membeli bahan mentah. Inggris
menjadi negara yang kaya akibat keuntungan yang diperoleh dari perdagangan pada
abad ke-17 dan 18. Selain itu, perak dan emas terus mengalir dari negeri jajahan-
nya di India.

Inggris juga memperoleh dari pertanian dengan meng- gunakan teknik


menanam baru, yakni dengan sistem meng- gilir. Sebagian untuk tanaman rumput
guna persediaan makanan ternak pada musim dingin, sebagian lagi ditanami

6
tanaman pokok. Hasil produksi telah membuat Inggris me- miliki banyak modal.
Perolehan modal ini juga didapatkan dari tanah jajahannya.

Selain itu, Inggris tidak lupa melakukan investasi modal dengan cara
memperluas jalan lalu lintas di Inggris. Dari jalan raya, mereka mendapatkan modal
dari memungut cukai jika ada orang yang memakai jalan tersebut.

Kedua, tenaga kerja, Inggris memiliki tenaga kerja yang mendukung revolusi
industri. Tenaga kerja itu berasal dari Irlandia yang masuk ke Inggris. Juga dari
daerah pedesaan yang di tempat asalnya kehilangan mata pencaharian karena tanah
pertanian dijadikan tanah peternakan oleh golongan bangsawan.

Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong


pemerintah Inggris untuk membuka industri lebih banyak agar dapat menampung
mereka. Banyak- nya tenaga juga karena penduduk Inggris meningkat dua kali lipat
dari abad sebelumnya.

Ketiga, berkembangnya wiraswasta dan manufaktur. Masyarakat Eropa


prarevolusi industri hidup dalam sebuah sistem perdagangan yang mengandalkan
uang dan sistem barter. Kegiatan produksi banyak dilakukan di rumah atau kerajinan
rumah.

Masyarakat Prancis mengenal produksi tersebut dengan istilah Gilda, yaitu


bengkel kerja dan pusat usaha. Setiap orang yang akan memesan barang-barang
dapat menghubungi Gilda. Alat yang dihasilkan oleh Gilda merupakan alat rumah
tangga, alat kerja pertanian, dan lain sebagainya. Gilda akan melakukan produksi
ketika ada pesanan.

Gilda berubah menjadi pabrik setelah adanya ketertarikan luar biasa dari
masyarakat Inggris untuk menghasilkan produksi yang lebih besar. Ketertarikan
masyarakat Inggris terhadap Gilda membuat kegiatan ekonomi manufaktur muncul
sebagai konsekuensinya. Mereka tidak lagi bekerja di rumah-rumah, tetapi di tempat
khusus yang disediakan pengusaha sebagai tempat produksi.

Keempat, kekayaan alam yang besar. Inggris sangat men- dukung adanya
revolusi industri berkat kekayaan alam berupa batu bara dan biji besi yang melimpah.
Batu bara dan biji besi telah membantu mengembangkan industri dalam
menghasilkan produksi yang relatif besar.

Batu bara dijadikan bahan bakar mesin-mesin, dan biji besi diperlukan untuk
industri berat. Kekayaan alam tersebut ditunjang dengan kemampuan dan keinginan

7
masyarakat yang juga besar. Masyarakat sangat antusias mengembangkan produksi
yang lebih besar.

Orang Inggris dikenal sebagai orang yang rajin dan tekun dalam penelitian
alam. Kemauan dan keuletan mereka didukung oleh adanya lembaga penelitian
bernama The Royal for Improving Natural Knowledge yang didirikan tahun 1662.
Lembaga penelitian lainnya adalah The French Academy of Science yang didirikan
pada tahun 1666. Kedua lembaga tersebut mampu mensponsori kegiatan eksplorasi
alam yang mendorong adanya penemuan-penemuan penting di ke- mudian hari.

Kelima, adanya penemuan mesin di Inggris. Inggris adalah pelopor revolusi


industri dengan dukungan kemajuan di bidang teknik. Penemuan mesin merupakan
faktor yang cukup dominan. Pada tahun 1790, James Watt menjadi pelopor yang
menandai lahirnya revolusi industri di Inggris. Berkat penemuan mesin uap, banyak
industri mengguna- kannya untuk mesin pabrik dan memajukan pengangkutan.
Penemuan tersebut telah membuat gairah masyarakat untukmaju semakin tinggi.

Penemuan mesin uap didukung dengan penemuan mesin pintal dan mesin
lainnya yang akhirnya mendukung terjadinya revolusi industri. Penggunaan mesin
uap dan mesin lain- nya telah mampu menjadikan produksi pabrik di Inggris berlipat
ganda jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia. Hal ini mendorong
kemajuan luar biasa bagi Inggris di bidang industri.

Keenam, dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak abad ke-16, di


Eropa telah terjadi revolusi keilmuan yang muncul sebagai pengaruh dari terjadinya
abad pencerahan (aufklarung). Pada masa ini, muncul para pemikir dan ilmuwan
yang telah melahirkan pemikiran dan temuan- temuan baru yang sangat berguna
bagi peningkatan kehidupan manusia.

Hasil pemikiran para ilmuwan tersebut telah membuka cakrawala baru untuk
berpikir secara kritis dan ilmiah, yang sebelumnya dibatasi oleh dogma-dogma
bersifat mistis dan menyesatkan. Para ilmuwan tersebut, di antaranya Galileo Galilee,
Francis Bacon, Rene Descartes, Nicolai Copernicus, Johannes Keppler, Sir Isaac
Newton, dan lain sebagainya. Pencerahan dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut
mendorong lahirnya para pemikir-pemikir baru yang berusaha mengembangkan
teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Di Inggris, kondisi ini sangat memungkinkan dengan terbentuknya lembaga


riset, seperti The Royal for Improving Natural Knowledge serta The Royal Society of
England. Lembaga riset ini merupakan wadah bagi para ilmuwan dan peneliti untuk
8
dapat menghasilkan penemuan. penemuan baru yang akan digunakan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia.

Melalui lembaga riset tersebut, pada akhirnya di Inggris mampu dihasilkan


alat-alat teknologi baru yang menunjang perindustrian. Mesin pintal yang ditemukan
oleh James Hargreaves pada tahun 1795 serta model mesin pintal lain yang
ditemukan oleh Richard Arkwright pada tahun 1769, mampu meningkatkan produksi
tekstil lebih banyak bila dibandingkan dengan penggunaan teknologi secara manual.

Apalagi setelah teknologi mesin pintal tersebut di- sempurnakan oleh Edmund
Cartwright (1785) dan Samuel Crompton (1790), sehingga mesin pintal yang
digerakkan oleh tenaga mesin itu dapat menghasilkan produk tekstil lebih banyak
lagi.

Penemuan paling revolusioner pada saat itu adalah mesin uap yang
dikembangkan oleh James Watt pada tahun 1796. Penemuan mesin uap ini mampu
mendorong peningkatan hasil industri lebih banyak dan mendorong pengembangan
temuan-temuan lainnya untuk menunjang industry (HISTORIA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Sejarah Volume 8 (1) 2020 ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728) DOI :
10.24127/hj.v8i1.2214 83 ).

Hasil penemuan Watt kemudian digunakan oleh sebagian besar industri baru
di bidang tekstil, pengolahan gula, serta gandum. Pengembangan mesin uap memiliki
peran sangat besar bagi dimulainya revolusi industri di Britania Raya.

9
Revolusi industri di Inggris mengalami percepatan pada awal abad ke-19
setelah ditemukannya teknologi baru dalam bidang transportasi darat. Penemuan
tersebut berupa lokomotif yang dihasilkan oleh seorang penemu yang bernama
George Stephenson pada tahun 1825. Penemuan ini kemudian diwujudkan dengan
membangun jaringan kereta api pertama yang menghubungkan antara kota Liverpool
dan Manchester pada tahun 1830.

Penemuan ini sangat berarti bagi peningkatan industri Inggris, terutama


percepatan pendistribusian barang-barang hasil industri. Sebelum ditemukannya
lokomotif, terdapat kesulitan dalam memasarkan hasil industri karena tidak
tersedianya angkutan yang cukup memadai, sehingga proses pendistribusian lambat.
Dengan ditemukannya lokomotif, kemudian dibangun jaringan transportasi darat
berupa jalur kereta api sehingga lebih mempercepat proses pemasaran hasil industri.

Adapun yang menarik adalah bahwa terdapat suatu kerja sama yang cukup
baik antara para pengusaha dan para penemu (inovator), sehingga memperlancar
dan mem percepat proses revolusi industri. Hasil-hasil penemuan dimanfaatkan oleh
para pengusaha untuk membangun industri dengan menggunakan mesin-mesin hasil
penemuan tersebut sebagai alat produksi yang sangat penting dalam sistem industri.
Bahkan, ada beberapa dari penemu itu yang ke- mudian berkembang menjadi
pengusaha. Setelah berhasil menciptakan suatu mesin, kemudian ia mendirikan
industri dengan memanfaatkan mesin hasil temuannya. Golongan pengusaha inilah
yang pada perkembangan berikutnya menjadi kaum kapitalis.

Ketujuh, terjadinya Revolusi Agraria. Kondisi masyarakat Inggris yang dilanda


gejolak turut melatarbelakangi revolusi industri. Revolusi ini disebabkan oleh
berkembangnya ke- rajinan pakaian wol, yang dengan sendirinya meningkatkan
permintaan bulu domba. Dari hal itu, usaha di bidang wol menjadi sangat menarik,
maka tanah pertanian pun diubah menjadi peternakan domba.

Untuk keperluan peternakan domba tersebut, tanah para bangsawan yang


letaknya tersebar dikumpulkan dengan cara ditukar-tukar dengan tanah milik petani.
Tanah yang berupa tanah padang rumput itu dipagari dan digunakan sebagai
penggembalaan domba. Perubahan fungsi tanah menjadi lahan peternakan pun
disebabkan harga gandum yang turun.

Perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap para petani. Sebelumnya,


pada saat tanah pertanian masih diusahakan, mereka bekerja sebagai petani
penyewa. Sebab, tanah di Inggris pada dasarnya adalah milik raja dan bangsawan.

10
Sejak tanah itu diubah menjadi lahan pe- ternakan, jumlah pekerja yang dibutuhkan
relatif sedikit. Akibatnya, banyak para petani beralih sebagai pekerja di tambang batu
bara dan pabrik-pabrik tekstil.

Ada pula yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun, lapangan
pekerjaan terbatas dan akhirnya muncul gelandangan. Munculnya gelandangan
menjadi masalah ter sendiri bagi pemerintah. Pada saat perkembangan industri
sangat pesat di perkotaan, pemerintah dapat menanggulangi masalah gelandangan
degan menjadikan mereka sebagai buruh.

Kedelapan, munculnya paham ekonomi liberal. Ke- giatan lain yang


mendorong lahirnya Revolusi Industri adalah kegiatan perekonomian. Sejak abad ke-
17, dunia pelayaran dan perdagangan di Inggris berkembang pesat. Perkembangan
itu dibuktikan oleh banyaknya kongsi-kongsi dagang, seperti EIC (East India
Company), Virginia Co., Plymouth Co., Massachusetts Bay Co., dan lain-lain. Para
kongsi dagang banyak memperoleh keuntungan dari penanaman modalnya di Inggris
dan daerah lain.

Sebagian besar dari keuntungannya itu ditabung di bank, sehingga secara


keseluruhan aktivitas mereka memberi kesejahteraan bagi Kerajaan Inggris. Gejolak
dalam masyarakat lainnya adalah munculnya paham ekonomi liberal. Tokoh-tokoh
yang mengembangkan paham ini adalah Adam Smith, Thomas Robert Malthus,
David Ricardo, dan John Stuart Mill. Paham ekonomi liberal muncul sebagai reaksi
terhadap paham ekonom merkantilisme yang melahirkan sistem ekonomi yang diatur
oleh pemerintah.

Para pencetus gagasan ekonomi liberal menyatakan ke makmuran rakyat


akan cepat tercapai apabila rakyat dibebaskan untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Lahirnya paham ekonomi liberal di Inggris memantapkan persiapan masyarakat
menuju zaman industri. Artinya, paham ekonomi liberal memberi peluang bagi
perkembangan industri-industri baru di Inggris.

Kesembilan, perkembangan ilmu pengetahuan dan tek- nologi. Sejak awal


abad ke-16, Inggris mulai memasuki abad pemikiran yang mengakibatkan munculnya
ilmuwan-ilmuwan terkemuka dalam berbagai bidang pengetahuan dan teknologi.
Bersama dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan baru tersebut, muncul pula ide-ide
baru.

Ide dan gagasan baru tersebut mendorong terjadi- nya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang didasarkan atas ide dan gagasan
11
baru itu, muncul pula penemuan-penemuan baru yang dapat memperingan pekerjaan
manusia. Dengan temuan-temuan baru inilah, Revolusi Industri dimulai.

C. JALANNYA REVOLUSI INDUSTRI

Perkembangan Revolusi Industri di Inggris ditandai dengan penemuan mesin-


mesin yang berguna bagi dunia industri. Hasil temuan James Watt lebih efektif dan
efisien dibandingkan dengan hasil penemuan Thomas Newcomen. Temuan
Newcomen hanya berupa mesin yang dapat memompa air yang menggenang di
tambang-tambang batu bara dan masih menggunakan tenaga manusia.

Dengan demikian, temuan James Watt dapat digunakan di pabrik-pabrik.


Awalnya, pabrik-pabrik sangat bergantung pada tenaga air. Oleh karena itu, pabrik
harus didirikan di dekat sungai. Dengan menggunakan bahan bakar batu bara, mesin
uap temuan Watt menyebabkan pabrik-pabrik tidak bergantung pada tenaga air dan
dapat didirikan di mana pun.

Penemuan lainnya yang menunjang kemajuan industry adalah penemuan


mesin-mesin pertekstilan. Penemuan ini didasarkan pada keinginan untuk
memproses bahan tekstil secara cepat. Pada tahu 1768, ilmuwan Richard Arkwright
dan John Kay menemukan alat tenun 'yang dapat memproduksi cepat (flying shuttle
dan water frame).

Temuan ini lebih maju dibandingkan temuan John Hargreaves, yaitu mesin
pemintal yang dapat menghasilkan beberapa benang (spinning jenny). Mesin
tersebut masih di- gerakkan oleh tenaga kuda dan air. Tahun 1785, penemuan mesin
tenun yang lebih otomatis (power loom) dibuat oleh Edmund Carwright. Dia
menggabungkan penemuan Arkwirght, Kay, Hargreaves, dan James Watt. Mesin dan
pintal temuan Edmund Cartwright menggunakan mesin uap. tenun

Hasil temuan James Watt ternyata menjadi inspirasi bagi penemuan teknologi
lainnya dalam bidang industri ataupun alat transportasi. Di antaranya adalah Henry
Cort, yang me nemukan mesin pelebur bijih besi dengan bahan bakar batu bara.
Penemuan ini melahirkan temuan lain dalam bidang transportasi, seperti kapal uap
oleh Robert Fulton dan kereta api uap oleh George Stephenson.

Pada akhirnya, penemuan di bidang teknologi memiliki dampak yang luas di


bidang industri. Sehingga, produksi barang dapat diproses dengan cepat. Proses
didistribusikan dan pemasaran barang-barang industri pun semakin lancar ketika

12
berkembangnya sarana jalan dan alat transportasi yang digerakkan oleh mesin
(Perpustakaancyber.blogspot.com).

 Agricultural revolution

Revolusi pertanian, transformasi bertahap dari sistem pertanian tradisional


yang dimulai di Inggris pada abad ke-18. Aspek dari transformasi kompleks ini, yang
baru selesai pada abad ke-19, termasuk realokasi kepemilikan tanah untuk membuat
pertanian lebih padat dan peningkatan investasi dalam perbaikan teknis, seperti
mesin baru, drainase yang lebih baik, metode pemuliaan ilmiah, dan eksperimen
dengan tanaman baru dan sistem rotasi tanaman.

Di antara metode rotasi tanaman baru tersebut adalah sistem empat jalur
Norfolk, yang didirikan di daerah Norfolk, Inggris, yang menekankan tanaman pakan
ternak dan tidak adanya tahun bera yang sebelumnya digunakan secara
konvensional. Gandum ditanam di tahun pertama dan lobak di tahun kedua, diikuti
jelai, dengan semanggi dan ryegrass ditanam di tahun ketiga. Semanggi dan
ryegrass dipotong untuk pakan atau digembalakan pada tahun keempat. Di musim
dingin, sapi dan domba diberi makan lobak. Pengembangan sapi potong Shorthorn
melalui pemuliaan selektif sapi lokal di distrik Teeswater, wilayah Durham,
menunjukkan kemajuan yang dibawa oleh pemuliaan ilmiah (This article was most
recently revised and updated by Jeff Wallenfeldt.)

Historiografi periode yang menekankan kontribusi "orang-orang hebat" telah


kehilangan banyak pengaruhnya, tetapi nama Jethro Tull dan Arthur Young masih
sering dipanggil oleh mereka yang ingin memahami pentingnya revolusi pertanian,
yang merupakan pendahuluan penting ke Revolusi Industri.

Sistem pemagaran dan ladang tertutup ini sangat meng- untungkan bagi
pemilik tanah yang sebagai petani besar mengelola ladangnya sendiri, namun sangat
tidak meng- untungkan bagi golongan petani kecil yang pada akhirnya terpaksa
menjual tanahnya kepada petani besar.

Dengan demikian, mereka menjadi orang-orang yang tidak memiliki tanah dan
untuk mencari nafkah mereka menjadi buruh di usaha-usaha pertanian besar
ataupun pabrik-pabrik yang sudah mulai bermunculan. Meskipun sistem pemagaran
dan ladang tertutup ini memberikan dampak negatif bagi para petani kecil, tetapi

13
dilihat dari kepentingan bangsa Inggris secara keseluruhan, sistem ini merupakan
suatu keharusan.

Berkat sistem tersebut, produksi pertanian dan peternakan dapat ditingkatkan.


Peningkatan ini sangat perlu, mengingat terjadinya peningkatan jumlah penduduk di
Inggris. Dari pertengahan hingga akhir abad 18 penduduk Inggris dan Wales
meningkat dari 6 juta menjadi 9 juta, dan seabad kemudian bahkan meningkat
menjadi 36 juta jiwa.

Revolusi Agraria telah menempatkan metode baru di bidang pertanian


sehingga mendorong lebih cepatnya hasil- hasil pertanian seiring dengan laju
pertambahan penduduk pada masa itu. Akibat Revolusi Agraria, telah ditemukan
teknik unsur kimia untuk pertanian yang diciptakan oleh Von Liebig, seorang sarjana
kimia bangsa Jerman (1840), yaitu melalui pemupukan yang mengandung unsur-
unsur kimia, tanah menjadi lebih subur dan banyak menghasilkan tanaman-tanaman
pangan (The Editors of Encyclopaedia Britannica,Last Updated: Article History ).

 Revolusi Pertekstilan

Setelah tahun 1500, beberapa penemu alat pintal men. dapatkan


keberhasilan. Pemakaian cara kerja mesin pintal dan tenun mendorong terjadinya
Revolusi Pertekstilan Dapat kita katakan bahwa Revolusi Pertekstilan merupakan
awal Revolusi Industri.

Alat untuk memisahkan biji-biji kapas yang masih ter buat dari kayu
membutuhkan banyak tenaga manusia dan hal ini dinilai tidak efisien mengingat
kebutuhan sandang sejak Abad 18 di Eropa mulai meningkat. Seperti kita ketahui
bahwa pada masa itu, sumber bahan mentah kapas (tree wool) diimpor dari dunia
timur dan proses pembuatan bahan sandang masih manual, termasuk pembuatan
kain wool.

John Kay of Bury (d. 1764) telah menemukan pengganti perkakas tenun
manual dengan menggunakan mesin yang pertama. Penemuan alat ini mendorong
percepatan cara kerja alat itu dalam memproses pembuatan kain. Dalam tahun 1700,
produksi tekstil terbesar dan terkenal adalah Inggris.

Akibat uang melimpah, orang-orang dapat menanam modalnya dalam


pemakaian mesin baru. Penemuan mesin- mesin baru ini mendorong didirikannya
pabrik-pabrik tekstil yang dibangun di tepi sungai-sungai deras karena daya peng-

14
geraknya adalah air, bukan lagi manusia. Namun, setelah menggunakan tenaga uap,
pabrik-pabrik dapat didirikan di mana pun.

Penggantian dari tenaga manusia ke tenaga mesin yang bersifat mekanis,


tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk Eropa yang meningkat. Daerah-daerah
koloni Inggris, khususnya di Amerika Utara, sangat membutuhkan sandang dan untuk
mencukupi hal tersebut, jumlah produksi harus ditingkatkan secara cepat melalui
penggunaan mesin.

James Hargreave, Richard Arkwright, dan Elie Whitney merupakan para


penemu mesin baru dan berjasa menemu- kan cotton gin, yaitu mesin pemisah biji
kapas dan memudah- kan kapas tampak lebih putih. Sejak digunakan cotton gin,
dalam waktu sehari dapat menghasilkan ratusan pound kapas bersih, dan produksi
kapas di Amerika Serikat melonjak tajam dari 189.000 pound pada tahun 1791
menjadi 2.000.000 pound dalam tahun 1860, dan pada tahun 1900 menjadi
5.000.000 pound.

Persaingan tekstil dari dunia Timur mendorong para pengusaha tekstil Inggris
untuk merebut kembali pasarannya di dalam negeri maupun di Eropa. Oleh karena
itu, harus di- lakukan perubahan peningkatan produksi maupun kualitas barang.
Untuk memenuhi hal tersebut, perlu diciptakan mesin-mesin alat produksi baru
(Juma’ De Putra,2014: 26).

 The Transformation Revolution

Coba bayangkan seperti apa hidup Anda tanpa ada mesin yang bekerja untuk
Anda. Buatlah daftar mesin di rumah Anda dan pada diri Anda; Anda mungkin
sampai pada angka yang mengejutkan.

Sekarang bayangkan generasi sebelumnya selama masa kanak-kanak


mereka. Bagaimana mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain? Bagaimana
mereka berkomunikasi? Makanan apa yang mereka makan?

Pada suatu waktu, manusia, didorong oleh hewan dan tumbuhan yang
mereka makan dan kayu yang mereka bakar, atau dibantu oleh hewan piaraan
mereka, menyediakan sebagian besar energi yang digunakan. Kincir angin dan kincir
air menangkap energi ekstra, tetapi cadangannya sedikit. Semua kehidupan
beroperasi dalam aliran energi yang cukup cepat dari Matahari ke Bumi.

Semuanya berubah selama Revolusi Industri, yang dimulai sekitar tahun


1750. Orang-orang menemukan sumber energi ekstra dengan kapasitas kerja yang
15
luar biasa. Sumber itu adalah bahan bakar fosil - batu bara, minyak, dan gas alam,
meskipun batu bara memimpin - terbentuk di bawah tanah dari sisa-sisa tumbuhan
dan hewan dari zaman geologis yang jauh lebih awal
(https://www.khanacademy.org/humanities/big-history-project/acceleration/bhp-
acceleration/a/the-industrial-revolution). Saat bahan bakar ini dibakar, mereka
melepaskan energi, yang berasal dari Matahari, yang telah disimpan selama ratusan
juta tahun.

Batubara terbentuk ketika pohon-pohon besar dari periode Karbon (345–280


juta tahun yang lalu) tumbang dan tertutup air, sehingga oksigen dan bakteri tidak
dapat meluruhkannya. Sebaliknya, tekanan berat material di atasnya
memampatkannya menjadi batuan gelap, karbonat, dan mudah terbakar.

Sebagian besar minyak dan gas Bumi terbentuk lebih dari seratus juta tahun
yang lalu dari kerangka hewan kecil dan materi tumbuhan yang jatuh ke dasar laut
atau terkubur dalam sedimen. Bahan organik ini dipadatkan oleh berat air dan tanah.
Batubara, minyak, dan gas, meskipun relatif melimpah, tidak terdistribusi secara
merata di Bumi; beberapa tempat memiliki lebih banyak dari yang lain, karena faktor
geografis dan beragam ekosistem yang sudah ada sejak lama.

 Coal and Iron in the Industrial Revolution

16
Revolusi industri adalah masa inovasi dan kemajuan besar. Salah satu aspek
terpenting dari revolusi ini adalah perkembangan teknologi modern yang
memungkinkan produksi barang secara massal.

Batubara dan besi adalah dua bahan penting yang memainkan peran kunci
dalam proses ini. Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi pentingnya batu bara dan
besi dalam revolusi industri dan membahas beberapa perkembangan penting dalam
produksinya.

• Penambangan tradisional

Batubara telah digunakan selama berabad-abad sebagai sumber energi. Itu


adalah bahan bakar penting untuk mesin uap yang mendorong revolusi industri.
Penambangan batu bara dimulai dengan sungguh-sungguh pada abad ke-18, dan
pada tahun 1800 ada lebih dari seribu tambang batu bara di Inggris. Metode
tradisional ekstraksi batubara disebut 'perbankan'.

Ini melibatkan penggalian lubang di sisi bukit dan kemudian mengeluarkan


batu bara dari lapisan dengan beliung dan sekop. Saat tambang semakin dalam,
semakin sulit untuk mengekstraksi batubara menggunakan metode ini karena bahaya
keruntuhan.

https://pixabay.com/photos/
coal-miners-minerals-booty-1521718/

Besi adalah bahan penting lainnya untuk revolusi industri. Itu digunakan untuk
membuat alat, mesin, dan bangunan. Metode produksi besi tradisional disebut
'peleburan'. Ini melibatkan pemanasan bijih besi dalam tungku sampai mencair, dan
kemudian menuangkannya ke dalam cetakan untuk mendinginkan dan memadat.

17
Masalah dengan metode ini adalah menghasilkan besi tidak murni yang rapuh dan
lemah.

 Perkembangan produksi besi


Pada tahun 1709, Abraham Darby mengembangkan metode baru untuk
memproduksi besi dengan menggunakan kokas sebagai pengganti arang. Kokas
dibuat dengan memanaskan batu bara di dalam oven sampai semua senyawa yang
mudah menguap habis, meninggalkan bahan berpori ringan yang ideal untuk
digunakan dalam tanur sembur.

Metode produksi besi Darby yang baru secara signifikan lebih efisien daripada
peleburan tradisional, dan menghasilkan bentuk besi yang lebih murni yang dapat
digunakan untuk produk dengan kualitas lebih baik.

Pengembangan tanur sembur berbahan dasar kokas merupakan inovasi


penting lainnya selama revolusi industri. Tanur sembur adalah oven raksasa yang
digunakan untuk menghasilkan besi kasar dari bijih besi.

https://
pixabay.com/photos/forge-iron-meta-metal-forging-1405847/

Prosesnya melibatkan pemompaan udara ke dalam tungku untuk


menciptakan lingkungan yang kaya oksigen. Hal ini menyebabkan bijih besi meleleh
dan terpisah dari pengotornya. Besi cair kemudian dituangkan ke dalam cetakan di
mana ia mengeras.

Proses ini, yang dikenal sebagai 'peleburan kokas', jauh lebih efisien daripada
perbankan dan memungkinkan ekstraksi batubara dari lapisan yang lebih dalam. Ini
menghasilkan bentuk besi yang lebih kuat dan lebih murni yang disebut 'pig iron'.
Disebut demikian karena berbentuk ingot berbentuk babi.
18
Pig iron kemudian dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk lain seperti baja.
Inovasi Darby menyebabkan ledakan di industri pertambangan batu bara, dan pada
tahun 1800 ada lebih dari 500 tungku berbahan bakar kokas di Inggris.

• Genangan besi

Henry Cort mengembangkan inovasi penting lainnya selama revolusi industri


– tungku pelumpuran. Tungku pelumpuran digunakan untuk memurnikan besi kasar
menjadi bentuk yang lebih lunak dan lebih lunak yang disebut 'besi genangan'.
Proses ini melibatkan pengadukan besi cair dengan batang panjang hingga menjadi
terak tebal yang dapat dituang.

Keuntungan dari proses ini adalah menghasilkan produk dengan kualitas lebih
tinggi daripada peleburan tradisional, dan jauh lebih efisien daripada tungku
pelumpuran yang digunakan selama abad ke-18. Akibatnya, besi tempa menjadi
bentuk dominan dari besi yang digunakan selama revolusi industry
(https://www.historyskills.com/classroom/year-9/yr-9-coal-and-iron-reading/)

Besi kasar dan besi genangan merupakan bahan penting untuk revolusi
industri. Mereka digunakan untuk membuat berbagai produk seperti perkakas, mesin,
dan bangunan. Tungku genangan pertama dibangun pada tahun 1784, dan pada
tahun 1800 ada lebih dari 200 tungku genangan di Inggris.

• Jembatan besi

John Wilkinson adalah tokoh penting lainnya dalam perkembangan industri


batu bara dan besi. Dia menemukan mesin yang disebut 'mesin bor meriam' yang
bisa mengebor lubang melalui batuan padat. Mesin ini digunakan untuk membuat
terowongan untuk kanal dan tambang. Itu juga digunakan untuk membuat silinder
besi untuk mesin uap.

19
Pada 1779 Wilkinson membangun jembatan besi pertama di dunia, yang
membentang di atas Sungai Severn di Ngarai Ironbridge. Ini merupakan pencapaian
penting karena menunjukkan bahwa besi dapat digunakan untuk membangun
bangunan permanen yang besar. Jembatan ini masih berdiri sampai sekarang dan
sekarang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.

D. BERBAGAI JENIS PENEMUAN

Beradanya penemuan teknologi baru, luhur peranannya dalam bagian


industrialisasi sebab teknologi baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja
industri, melipatgandakan hasil, dan menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang
penting, selang lain sebagai berikut.

 Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Dengan alat ini bagian
pemintalan dapat berlangsung secara cepat.

 Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan Richard
Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.

 Mesin tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan Edmund


Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.

 Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Whitney (1794). Dengan
alat ini maka kepentingan kapas bersih dalam jumlah yang luhur dapat tercukupi.

 Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat dilukisi pola
kembang 200 kali bertambah cepat jika dibandingkan dengan pola cap balok dengan
tenaga manusia.

 Mesin uap, ciptaan James Watt (1769). Dari mesin uap ini dapat diciptakan berbagai
peralatan luhur yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan Richard Trevethiek
(1804) yang yang belakang sekali disempurnakan oleh George Stepenson dijadikan
kereta api penumpang (https://p2k.unkris.ac.id/id1/1-3073-2962/Revolusi-
Industri_25731_p2k-unkris.html#Tahap_Perkembangan_Industri). Kapal perang yang
digerakkan dengan mesin uap diciptakan olehRobert Fulton (1814). Mesin uap
merupakan isi dari Revolusi Industri sehingga James Watt sering dianggap sebagai
Bapak Revolusi Industri I'. Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin lengkap
dan menyempurnakan. Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II dan III, seperti
mobil, pesawat terbang, industri kimia dsb-nya.

20
Selain itu, Revolusi Industri merupakan masa perkembangan ilmu ilmu dan
teknologi yang menimbulkan penemuan-penemuan baru, seperti berikut :

 Tahun 1750 : Abraham Darby menggunakan batu bara (cokes) bagi melelehkan
besi bagi mendapatkan nilai besi yang bertambah sempurna.

 Tahun 1802 : Symington menemukan kapal kincir.

 Tahun 1807 : Robert Fulton menciptakan kapal api yang sudah menggunakan
baling-baling yang dapat menggerakkan kapal. Kapal itu diberi nama Clermont
yang mengarungi Lautan Atlantik pertama kali. Kapal ini beranjak dari Paris dan
berlabuh di New York. Selanjutnya, Robert Fulton berhasil menciptakan kapal
perang pertama (1814) yang sudah digerakkan oleh mesin uap.

 Tahun 1804 : Richard Trevethick menciptakan kapal uap.

 Tahun 1832 : Samuel Morse menciptakan telegraf.

 Tahun 1872 : Alexander Graham Bell menciptakan pesawat telepon.

 Tahun 1887 : Daimler menciptakan mobil.

 Tahun 1903 : Wilbur Wright dan Orville Wright menciptakan pesawat terbang.

E. DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Revolusi industri tentu memberikan banyak dampak bagi kehidupan manusia


di dunia. Tak hanya dalam satu bidang, dampak dari adanya revolusi industri ini
dirasakan pula oleh berbagai bidang. Mulai dari bidang sosial, politik dan bidang
ekonomi. Berikut dampak dari revolusi industri bagi kehidupan manusia.

1. Dampak revolusi industri dalam bidang sosial

Revolusi industri memberikan dampak dalam kehidupan manusia di bidang


sosial. Beberapa dampak dalam bidang ini adalah terjadinya perkembangan
urbanisasi, dimana kota menjadi sebuah pusat industri, sehingga para pekerja di
desa berbondong-bondong untuk pergi bekerja ke kota. Selain itu, adanya upah
buruh yang rendah akibat melimpahnya tenaga kerja, sedangkan banyak perusahaan
khususnya pabrik yang kini menggunakan tenaga mesin. Dampak selanjutnya adalah
munculnya golongan buruh dan golongan pengusaha atau yang biasa disebut
dengan kaum kapitalis.

2. Dampak revolusi industri dalam bidang politik

21
Dalam bidang politik, revolusi industri memberikan dampak munculnya
gerakan sosialis, para buruh yang pernah diperlakukan dengan tidak adil perlahan
mulai bergerak untuk memperbaiki nasib mereka. Selain itu, muncul pula Partai
Buruh yang memiliki kedudukan kuat sebagai wadah perjuangan politik para buruh.
Sedangkan para pengusaha masuk ke dalam sebuah partai yang bernama Partai
Liberal.

3. Dampak revolusi industri dalam bidang ekonomi

Adanya revolusi industri juga berdampak terhadap bidang ekonomi. Revolusi


industri membuat peningkatan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran
dengan menggunakan proses mekanisasi. Akibatnya, barang yang dihasilkan
memiliki jumlah fantastis dan harga yang menjadi lebih terjangkau. Revolusi industri
juga berdampak pada perusahaan kecil, karena tak mampu bersaing pada akhirnya
mereka gulung tikar. Namun, dampak revolusi industri lainnya dalam bidang ekonomi
adalah sarana transportasi yang semakin berkembang pesat, serta alat komunikasi
yang semakin hari semakin maju dan berkembang. (Sartika Nuralifah, Sejarah
Revolusi Industri dan Dampaknya Bagi Kehidupan Manusia,
https://www.ekrut.com/media/sejarah-revolusi-industri, di akses tanggal 10 maret
2023,)

Dampak negative revolusi industry

1. Terjadinya pengurangan tenaga kerja atau pemecatan dan perampingan tenaga kerja
pada sebuah perusahaan. Hal ini merupakan dampak dari globalisasi dikarenakan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mesinisasi atau
penggunaan mesin dan komputer yang akan menggantikan fungsi manusia sebagai
tenaga kerja. Hal ini terjadi dikarenakan pertimbangan manusia yang kurang efisien
dan terlalu banyak biaya.
2. Individu bersifat lebih individualis dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan
privasi individu dalam globalisasi dapat dengan mudah terekspos bila bersifat lebih
sosial dibandingkan sebelumnya.
3. Masuknya pola hidup ataupun budaya yang tidak sesuai dengan budaya kita.
Dampak negatif globalisasi ini akan semakin besar apabila budaya yang masuk
dapat menyerap dan dijadikan sebagai salah satu nilai dalam kebudayaan kita.
Contoh, budaya barat yang mengizinkan terjadinya perzinahan akan sangat merusak
moral tiap individu yang ada dalam masyarakat Indonesia.

22
Dampak positif yang kita dapat pada perkembangan indutri

1. Adanya pola hidup yang serba cepat atau semakin instan. Dampak positif globalisasi
ini mendukung dalam kecepatan produksi produksi barang khususnya makanan.
Contoh langsungnya dibidang pertanian.
2. Perkembangan informasi dan teknologi yang lebih pesat dan maju: Dampak positif
globalisasi ini tentu saja akan hadir dengan sendirinya karena adanya perpaduan
atau minimal pertemuan kebudayaan yang didalamnya tentu saja hasil pemikiran
tentang informasi informasi dan teknologi yang mereka kembangkan.
3. Perbedaan yang ada dalam satu negara khususnya negara yang memiliki warga
negara berbagai ras, etnis dan agama lebih mudah disatukan. Dampak positif
globalisasi ini terjadi dikarenakan adanya interaksi antara warga negara lain yang
berbeda ras, etnis dan agama sehingga perbedaan yang ada diantara mereka
khususnya disekitar wilayah tempat tinggal mereka akan semakin lenyap.
4. Peningkatan Ekonomi dan Kesejahteraan. Dampak positif ini akan hadir bila
masyarakat dan negara dapat memanfaatkan kemudahan berinteraksi dengan
negara lain diwilayah perekonomian, bisnis barang dan jasa. Apalagi dengan
menggunakan ecommerce. Ekspor dan impor barang.
5. Peningkatan kesehatan. Dampak positif ini ada karena adanya pertukaran dan
penambahan ilmu pengetahuan medis dari luar negara kita. (Adit Kusnandar,
“REVOLUSI INDUSTRI 1.0 HINGGA 4.0” https://osf.io/6hsz7/download , diakses
tanggal 10 maret 2023, hal 6)

Pencapaian-pencapain revolusi industry memberikan dampak yang luar biasa


pada kehidupan kemasyarakatan pada masa itu .Beberapa dampak positif dengan
negatifnya , antara lain :

1. Sistem pabrik , dengan adanya penemuan-penemuan mesin industry yang


sedemikian maka banyak dibangun pabrik-pabrik yang mempekerjakan manusia
sebagai buruh dengan melakukan pengaturan waktu, shift dan aturan-aturan pabrik
yang mengikat .Sistem ini menghasilkan keuntungan yang besar bagi pemiiknya .

2. Tumbuhnya sistem Kapitalisme, Sistem ini bertumpu kepada adanya kepemilikan


pribadi yang tak terbatas pada mesin-mesin produksi dan operasionalnya untuk
mendapatkan keuntungan .Akibatnya orang-orang kaya mendapatkan kemampuan
untuk mengontrol politik dan koloni pada masa itu.Para kapitalis ini secara perlahan
menggantikan pemilik lahan agraria yang mulanya menjadi pemimpin ekonomi dan

23
politik dan kemudian mereka mengambil alih kepemimpinan tersebut dikarenakan
kemampuan mereka menjadikan industry sebagai pilar ekonomi negara .

3. Urbanisasi , Dampak berikutnya adalah dengan berbondong-bondongnya orang


berpindah keperkotaan untuk bekerja sebagai buruh pabrik.Pertanian dan peternakan
tidak lagi menjadi tumpuan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya .

4. Ekploitasi kelas pekerja , Hal negative berikutnya adalah adanya ekploitasi pekerja,
hal ini dikarenakan migrasi yang tak terbatas ke kota mengakibatkan terjadinya
penggunaan tenaga kerja yang tidak terseleksi termasuk didalamnya ekploitasi anak
untuk bekerja.Pergeseran dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industry .

5. Kesempatan dan Peningkatan Standar Hidup, efek lainnya ,pada sisi lain maka
revolusi industry pada masa itu ,adanya kesempatan bekerja dan peningkatan
standar hidup artinya , munculnya kelas menengah akibat membaiknya upah
pekerja .Akibat munculnya kota-kota industry mengakibatkan adanya peluang
pekerjaan baru seperti pegawai bank, penjaga toko, akuntan , pegawai asuransi,
pengacara , guru , dokter dan lain sebagainya .

6. Peningkatan Teknologi , secara terus menerus adanya perubahan teknologi yang


dilakukan pada mesin-mesin industry dan pendukung untuk mencapai tujuan
efesiensi dan kecepatan sebagai konsekwensi dari revolusi industry itu sendiri .

7. Polusi dan penghancuran lingkungan, konsekwensi lain yang timbul adalah dengan
adanya penggunaan bahan bakar kayu dan fosil yang akan berdampak timbulnya
polusi dari pabrik maupun penghancuran lingkungan karena terbatasnya bahan baku
fosil di alam .

8. Munculnya faham sosialis dan marxisme, akibat jarak antara orang kaya dengan para
buruh yang demikian besar serta populasi kelas pekerja yang demikian besar maka
muncullah ketegangan sosial diantara keduanya , hal inilah yang memunculkan
faham sosialis yang pada teorinya menyatakan semua orang adalah sama dan harus
berbagi kepemilikan atas kekayaan negara .

2. Era tahun 1850-1914 ( revolusi industry ke dua )

Pada era revolusi industry ke dua ini hal yang paling menonjol adalah adanya
produksi massal , perakitan, dan tenaga listrik atau dikenal juga dengan revolusi

24
teknologi .Pada era ini beberapa lompatan teknologi demikian pesat namun juga ada
dampak negative yang timbul karenanya ,diantaranya :

1. Penemuan listrik , Michael Faraday , Thomas Alfa Edison dan Joseph Swan yang
menemukan listrik dan bola lampu serta diciptakannya generator listrik komersil
membuat listrik dapat dinikmati oleh public .

2. Semakin banyak penemuan , pada era ini beberapa penemuan prestegsius yaitu:

a.penemuan telegraf dan morse oleh Samuel Morse;

b.penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell dan disempurnakan oleh Antonio
Meucci;

c.penemuan bola lampu;

d.diperkenalkannya mobil model T karya Henry Ford; dan

e.penerbangan pertama bertenaga mesin oleh Wright bersudara .

3. Dampak sosial, dampak sosial yang timbul :

a.Urbanisasi meningkat ;

b.Keluarga yang terpencar-pencar karena pekerjaan;

c.Hilangnya kualitas kerja ;

d.Kecepatan kerja yang meningkat;

e.Kesehatan pekerja pabrik yang menurun;

f. Ketersedian pekerjaan yang tidak dapat di prediksi;

g.Hilangnya secara bertahap peran wanita di manufaktur karena terganti dengan


mesin-mesin.

h.Pengrajin yang tidak dapat bersaing;

i.Pernikahan di usia muda ;dan

j.Munculnya sifat konsumeritas .

25
c.Era Tahun tahun 1960 ( Revolusi Industri ke tiga )

Revolusi industry pada masa ini lebih dikenal dengan sebutan revolusi digital dengan
adanya penemuan dan pengembangan bidang elektronik, sistem teknologi informasi dan
otomatisasi .Revolusi masa ini membawa semikonduktor, komputasi mainframe , komputasi
personal dan internet menuju revolusi digital .

Pada masa era ini teknologi hijau ( Green Teknology ) menjadi pilihan utama hal ini
disebabkan penggunaan dari bahan fosil sudah ketinggalan zaman .Lima pilar yang
menandai revolusi industry ke tiga :

1.Adanya pergeseran tren energy menuju energy terbarukan;

2.Mengubah stock building di setiap benua menjadi pembangkit listri mikro ;

3.Menyebarkan hydrogen dan teknologi penyimpanan energy lain sehingga dapat


menyimpan energy intermitten;

4.Menggunakan teknologi internet untuk mengubah jaringan listrik tiap benua menjadi
energy seperti internet, yaitu dapat mendistribusikan kelebihan energy terbarukan pada
suatu tempat dan membagikannya bagi tempat lain yang membutuhkannya ; dan

5.Transisi armada transportasi dengan sisitem plug-in listrik .

Penemuan-penemuan teknologi dan dampaknya pada revolusi industry ke tiga :

1. HTML5 dengan Web RTC ( Real Time Communications ) yang mendukung


komunikasi data video , audio dan real time , yang semuanya dapat dilakukan hanya
dengan perintah javascript secara sangat sederhana .
2. Crowdsourcing , Suatu keadaan dimana beberapa kelompok dapat dihubungkan
hanya dengan web 2.0 untuk saling berinteraksi dan berkontribusi baik berupa
gagasan ,keahlian ,dana , untuk suatu proyek .Mobilisasi dengan cara inilah yang
disebut dengan Crowdsourcing .Fenomena ini membuat perusahaan mendapat
akses langsung ke konsumen mengenai ide-ide baru ,solusi baru dan keterlibatan
konsumen yang lebih besar untuk co-creation.Beberapa contoh antara lain aplikasi
Waze ,MC Donalds memberikan kebebasan pelanggan berkreasi terhadap produk
MC Donald,Leader Board dari Starbucks dan beberapa lainnya .
3. Automation of Knowledge Work , suatu keadaan dimana adanya otomatisasi sector
jasa yang di dukung dengan adanya Big data , Artificial intelligence.
4. Advance Robotics , penciptaan robot yang berkemampuan lebih baik
26
d. Era saat ini ( Revolusi Industri ke Empat )

Masa revolusi industry ke empat atau yang disebut dengan revolusi industry
4.0 merupakan ledakan besar dalam dunia teknologi yang secara radikal mengubah
cara manusia hidup dan bekerja .Hal ini memberi peluang adanya efesiensi dan
mendorong adanya inovasi-inovasi secara besar-besaran .Beberapa keuntungan
yang telah dirasakan pada era ini adalah:

1. Efesiensi Operasional , yaitu adanya penghematan biaya operational baik pada saat
industry itu sendiri beroperasi maupun melalui prediksi kemampuan mesin-mesin
industry terhadap life time serta kemungkinan pemeliharaan yang di lakukan.

2. Adanya pertumbuhan Ekonomi Data Baru ,beberapa perusahaan peralatan saat ini
telah melengkapi produknya bukan saja berfokus pada pembuatan dan penjualannya
saja tetapi berikut penjualan kosultasi efesiensi produk peralatan yang mereka
produk.

3. Berkembangnya produk dengan resiko penggunaan yang kecil,, beberapa produk


otomotif saat ini sudah dilengkapi dengan perangkat sensor keamanan sehingga
dapat memberikan peringatan dini keadaan lalu lintas ,sehingga memperkecil resiko
kecelakaan disamping data yang didapat dapat digunakan sebagai data klaim
asuransi.

Namun kondisi ini bukan tidak mengandung resiko ,beberapa resiko yang mungkin
terjadi ,antara lain :

1. Resiko siber ( Cyber Risk )

Pada era industry 4.0 ini penemuan IoT ( Internet of Thing ) menghilangkan
celah fisik antara proses produksi dengan web .Oleh karenanya kondisi ini sanagat
rentan terhadap serangan – serangan peretas-peretas yang bermain untuk k para
pesaing maupun orang-orang dengan tujuan tertentu .

2. Resiko Sumber Daya Manusia

Dengan perangkat produksi yang diproduk dengan berbasiskan teknologi


secara langsung tentu membutuhkan tenaga pengawak selain terampil namun
mempunyai kemampuan IT yang mumpuni.Oleh karenanya perusahaan mau tidak
mau secara berkesinambungan memberikan program pengembangan dan pelatihan
27
bagi karyawannya agar mampu mengoperasionalkan mesin-mesin produksi dari hulu
sampai menjadi produk yang siap pakai sampai ke tangan pembeli .

1. PT.Pan Brothers Tbk, yang memproduk tekstil dengan merek top dunia seperti
Uniqlo, Adidas, The Nort Face, serta H&M

2. PT Sri REjeki Isman ( anak perusahaan Sritex ) Sukoharjo , mengubah pola kerja
pemintalan benang yang tadinya dikerjakan dengan tenaga manusia diganti dengan
menggunakan teknologi industry 4.0.

3. PT Unilever Indonesia, telah menggunakan mesin Automated Guided Vehicle untuk


sisitem pergudangannya .

4. PT Suzuki Indomobil Motor, menggunakan robot dalam perakitan mobil.

5. PT Astra Daihatsu Motor, juga sebagian telah menggunakan teknologi 4.0.

(Letkol cpl Nasrul Helmi, REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN PENGARUHNYA BAGI INDUSTRI
DI INDONESIA, https://www.kemhan.go.id/pusbmn/2019/04/30/revolusi-industri-4-0-dan-
pengaruhnya-bagi-industri-di-indonesia.html , di akses tanggal 10 maret 2023)

 Pengaruh Revolusi Industri terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik di


Indonesia.
Revolusi Industri yang terjadi di Eropa dan di Inggris khususnya membawa
dampak di anggota sosial, ekonomi, dan politik. Di anggota sosial munculnya
golongan buruh yang hidup menderita dan berusaha berjuang bagi memperbaiki
nasib. Gerakan kaum buruh inilah yang yang belakang sekali melahirkan gerakan
sosialis yang dijadikan lawan dari Kapitalis. Bahkan, kaum buruh belakangnya
bersatu dalam suatu wadah organisasi, yakni Partai Buruh. Di anggota ekonomi,
perdagangan makin mengembang. Perdagangan lokal berubah dijadikan
perdagangan regional dan internasional. Sebaliknya, di anggota politik, Revolusi
Industri melahirkan imperialisme modern.
 Perubahan di anggota politik

Sejak VOC ditiadakan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali


kepada pemerintahan Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari
VOC ke tangan pemerintah Belanda tidak berarti dengan sendirinya membawa
perbaikan. Kemerosotan moral di kalangan para penguasa dan penderitaan
penduduk jajahan tidak berubah. Usaha perbaikan bagi penduduk tanah jajahan tidak
dapat dilaksanakan karena Negeri Belanda sendiri terseret dalam perang dengan
28
negara-negara luhur tetangganya. Hal ini terjadi karena Negeri Belanda pada waktu
itu diperintah oleh pemerintah boneka dari Kemaharajaan Prancis di bawah
pimpinan Napoleon Bonaparte. Dalam situasi yang demikian, Inggris dapat
memperluas daerah kekuasaannya dengan merebut jajahan Belanda, yaitu
Indonesia.

 Hindia Belanda di bawah Daendels (1808–1811)

Dalam usaha mengadakan pembaharuan pemerintahan di tanah jajahan, di


Negeri Belanda berada dua golongan yang mengusulkannya.

 Golongan Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan bagi


mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dimainkan oleh VOC.

 Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki supaya
pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan
menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dimainkan oleh VOC
supaya digantikan dengan sistem penyerahan pajak.

Di satu pihak pemerintah condong kepada pemikiran kaum Konservatif karena


kebijaksanaannya akan mendatangkan keuntungan yang cepat dan gampang dilaksanakan.
Di pihak lain, pemerintah juga bersedia menjalankan pembaharuan yang diketengahkan oleh
kaum Liberal. Gagasan pembaharuan pemerintahan kolonial dimulai semenjak
pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur jenderal pemerintahan Belanda di
Indonesia, Daendels jumlah memainkan langkah-langkah baru dalam pemerintahan.
Daendels mengadakan perombakan pemerintahan secara radikal, yakni meletak dasar-
dasar pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah- langkah tersebut, selang lain:

 Pemerintahan kolonial di pusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur


jenderal.

 Pulau Jawa dibagi dijadikan sembilan prefectur. Hal ini bagi mempermudah
administrasi pemerintahan.

 Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan prefect.

 Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan


(contingenten) dan kerja paksa.

 Kasultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang dikata
pemerintah gubernemen.

 Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.


29
Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang sistem kerja paksa dan
merombak sistem feodal. Akan tetapi, tugas bagi mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris menyebabkan Daendels terpaksa wajib mengadakan penyerahan kerja
paksa secara besarbesaran (dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) bagi
membangun jalanjalan dan benteng-benteng pertahanan. Demikian juga karena kas
negara kosong menyebabkan juga ditempuh cara-cara lama bagi mengisi kas negara.
Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika belakangnya Inggris
menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya tidak
mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan demikian, Indonesia
berada di bawah kekuasaan Inggris.

 Masa pemerintahan Raffles (1811–1816)

Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh


pemerintah Inggris dijadikan anggota dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East
India Company (EIC), Lord Minto yang mempunyai kedudukan di Calcuta (India) yang
belakang sekali mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil
gubernur) bagi Indonesia (Jawa). Raffles ditemani oleh suatu badan panasihat yang
dikata Advisory Council. Tugas yang utama merupakan mengatur pemerintahan dan
meningkatkan perdagangan, serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran liberal,
Raffles menginginkan beradanya perubahanperubahan dalam pemerintahan di Indonesia
(Jawa). Selain anggota pemerintahan, ia juga dimainkan perubahan di anggota ekonomi.
Ia berhasrat melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan kepada dasardasar
kebebasan sesuai dengan nasihat liberal. Langkah-langkah yang diambil oleh Raffles
dalam anggota pemerintahan dan ekonomi merupakan sebagai berikut.

 Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dimainkan oleh


penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala Barat. Bagi
memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi dijadikan
delapan belas karesidenan.

 Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan
bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka bukan
lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang menjalankan tugas
atas perintah dari atasannya.

 Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat diberi
kebebasan bagi menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.

30
 Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial merupakan pemilik seluruh tanah
yang berada di daerah tanah jajahan. Oleh karena itu, Raffles menganggap para
penggarap sawah merupakan penyewa tanah pemerintah.

Oleh karena itu, para petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah
kepada pemerintah. Sewa tanah atau landrente ini wajib diserahkan sebagai suatu
pajak atas pemakaian tanah pemerintah oleh penduduk. Sistem sewa tanah smacam
itu oleh pemerintah Inggris dijadikan pegangan dalam menjalankan kebijaksanaan
ekonominya selama berkuasa di Indonesia. Sistem ini yang belakang sekali juga
diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda setelah Indonesia diserahkan kembali
kepada Belanda.

Perubahan di Anggota Sosial Ekonomi

Sejak awal zaman ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang


sangat luhur bagi membiayai peperangan adun di Negeri Belanda sendiri
(pemberontakan rakyat Belgia), maupun di Indonesia (terutama perlawanan
Diponegoro) sehingga Negeri Belanda wajib menanggung hutang yang sangat luhur.
Bagi menyelamatkan Negeri Belanda dari bahaya kebrangkrutan maka Johanes van
den Bosch diangkatkan sebagai gubernur jenderal di Indonesia dengan tugas pokok
menggali dana semaksimal mungkin bagi mengisi kekosongan kas negara,
membayar hutang, dan membiayai perang. Bagi melaksanakan tugas berat itu, van
den Bosch memusatkan kebijaksanaannya pada peningkatan produksi tanaman
ekspor. Untuka itu, yang perlu dimainkan ialah mengerahkan tenaga rakyat tanah
jajahan bagi memainkan penanaman tanaman yang hasilhasilnya. dapat laku di
pasaran dunia dan dimainkan dengan sistem paksa. Setelah tiba di Indonesia (1830)
van den Bosch menyusun program kerja sebagai berikut.

 Sistem sewa tanah dengan uang wajib dihapus karena pemasukannya tidak jumlah
dan pelaksanaannya sulit.

 Sistem tanam bebas sama sekali wajib ditukar dengan tanam wajib dengan jenis-
jenis tanaman yang sudah dipastikan oleh pemerintah.

 Pajak atas tanah wajib dibayar dengan penyerahan beberapa dari hasil tanamannya
kepada pemerintah Belanda.

Apa yang dimainkan oleh van den Bosch itulah yang yang belakang sekali
dikenal dengan nama sistem tanam paksa atau cultuur stelsel. Sistem tanam paksa
yang diajukan oleh van den Bosch pada dasarnya merupakan gabungan dari sistem

31
tanam wajib ( VOC ) dan sistem pajak tanah (Raffles ). Pelaksanaan sistem tanam
paksa jumlah menyimpang dari aturan pokoknya dan cenderung bagi mengadakan
eskploitasi agraris semaksimal mungkin. Oleh karena itu, sistem tanam paksa
menimbulkan dampak sebagai berikut.

a. Dampak Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)


1) Sawah ladang dijadikan terbengkelai karena diwajibkan kerja rodi yang
berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
2) Beban rakyat semakin berat karena wajib menyerahkan beberapa tanah dan
hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko
apabila gagal panen.
3) Dampak berbagai jenis beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
4) Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.
5) Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga
angka kematian meningkat drastis.Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa
yang sangat mengerikan di daerah Cirebon (1843), Demak (1849) dan
Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan jumlah penduduk menurun
drastis. Penyakit abuhan lapar (hongorudim) juga mengembang di mana-
mana.
b. Dampak Tanam Paksa Bagi Belanda
Apabila sistem tanam paksa sudah menimbulkan malapetaka bagi bangsa
Indonesia, sebaliknya bagi bangsa Belanda berakibat sebagai berikut.
1) Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.

2) Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.

3) Penerimaan pendapatan menjadi bertambah aturan belanja.

4) Kas Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.

5) Berhasil membangun Amsterdam dijadikan kota pusat perdagangandunia.

6) Perdagangan mengembang pesat.

Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia,


khusunya Jawa, menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti golongan
pengusaha, Baron Van Hoevel, dan Edward Douwes Dekker. Dampak beradanya
reaksi tersebut, pemerintah Belanda secara berangsur-angsur menghapuskan sistem
tanam paksa. Sesudah tahun 1850, kaum Liberal memperoleh kemenangan politik di

32
Negeri Belanda. Mereka juga bersedia menerapkan asas-asas liberalisme di tanah
jajahan. Dalam hal ini kaum Liberal berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak
ikut campur tangan dalam masalah ekonomi, tugas ekonomi haruslah diserahkan
kepada orang-orang swasta, dan supaya kaum swasta dapat menjalankan tugasnya
maka wajib diberi kebebasan berusaha. Sesuai dengan tuntutan kaum Liberal maka
pemerintah kolonial segera memberikan peluang kepada usaha dan modal swasta
bagi menanamkan modal mereka dalam berbagai usaha di Indonesia, terutama
perkebunan-pekebunan di Jawa dan di luar Jawa. Selama periode tahun 1870–1900
Indonesia membuka bagi modal swasta Barat. Oleh karena itu masa ini sering dikata
zaman Liberal. Selama masa ini kaum swasta Barat membuka perkebunan-
perkebunan seperti, kopi, teh, gula dan kina yang cukup luhur di Jawa dan Sumatera
Timur. Selama zaman Liberal (1870–1900), usaha-usaha perkebunan swasta Barat
mengalami kemajuan pesat dan mendatangkan keuntungan yang luhur bagi
pengusaha. Kekayaan dunia Indonesia mengalir ke Negeri Belanda. Akan tetapi, bagi
penduduk pribumi, khususnya di Jawa sudah membawa kemerosotan kehidupan,
dan kemunduran tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti berikut.

1) Beradanya pertumbuhan penduduk yang meningkat pada bad ke-19, sementara


itu jumlah produksi pertanian menurun.

2) Beradanya sistem tanam paksa dan kerja rodi yang jumlah menimbulkan
penyelewengan dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa
korban bagi penduduk.

3) Dalam mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda


mengerahkan beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak langsung
Jawa wajib menanggung beban keuangan.

4) Beradanya sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.

Beradanya krisis perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan


perusahaan- perusahaan mengadakan penghematan, seperti menekan uang sewa
tanah dan upah kerja adun di pabrik maupun perkebunan. Pada kesudahan zaman
ke-19 muncullah kritik-kritik tajam yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda
dan praktik liberalisme yang gagal memperbaiki nasib kehidupan rakyat Indonesia.
Para pengkritik itu menganjurkan bagi memperbaiki rakyat Indonesia. Kebijaksanaan
ini didasarkan atas anjuran Mr. C. Th. van Deventer yang menuliskan buah cara
melakukan sesuatunya dalam majalah De Gids (Perinstis/Pelopor) dengan judul Een

33
Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga dikenal politik etis atau politik balas budi.
Gagasan van Deventer terkenal dengan nama Trilogi van Deventer.

F. LATAR BELAKANG MUNCULNYA SISTEMTANAM PAKSA (CULTUUR


STELSEL) DI INDONESIA

Latar belakang tanam paksa di Indonesia secara garis besar dapat


disimpulkan adalah untuk mengatasi kekosongan kas negara Belanda, Selama masa
antara tahun 1816 dan 1830 pemerintah Belanda gagal dalam usahanya untuk
mempraktekkan gagasan-gagasan liberal.

Hal itu disebabkan karena tujuan utama yang harus dilakukannya adalah
mengeksploatasi tanah jajahan untuk dapat memberikan keuntungan terhadap negeri
induk. Di samping itu juga karena kurangnya pengertian terhadap suasana
masyarakat Jawa.

Sementara itu pada tahun 1830 keadaan di tanah jajahan dan di Negeri
Belanda sangat buruk. Pemberontakan Negara Belgia dan Perang Diponegoro telah
banyak memakan beaya, sehingga beban hutang Negeri Belanda semakin besar.

Untuk menyelamatkan Negara Belanda dari bahaya kebangkrutan, maka Van


den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia dengan tugas mencari
cara untuk mengisi kekosongan kas negara. Jawa dalam hubungan ini dianggap
dapat mengisi kekosongan kas negara tersebut.

Untuk melaksanakan tugas berat tersebut Van den Bosch memusatkan


kebijaksanaannya pada soal peningkatan produksi tanaman ekspor yang selama
sistem pajak tidak berjalan.

Mengingat Negeri Belanda pada waktu itu tidak mempunyai perdagangan,


perkapalan dan pabrik, maka yang perlu dilakukan adalah mengerahkan tenaga
rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman yang hasil-hasilnya dapat dijual di
pasaran dunia.

Penanaman itu bukan dilakukan secara bebas, namun dengan sistem tanam
paksa. Hal ini dilakukan Van den Bosch setelah melihat kegagalan sistem pajak
tanah. Apa yang kemudian dilakukan Van den Bosch itu kemudian terkenal dengan
Sistem tanam paksa atau dengan nama resminya cultuurstelsel.

Sistem tanam paksa yang diperkenalkan itu pada dasarnya berisi suatu
keharusan bagi penduduk Jawa untuk membayar pajak pemerintah dalam bentuk

34
barang, yaitu hasil-hasil tanaman pertanian, untuk selanjutnya diekspor ke pasaran
dunia oleh Belanda.

Pusat perdagangan dunia tersebut adalah Negeri Belanda sendiri, yaitu pusat
perdagangan bagi hasil-hasil tanaman dari daerah tropis. Dengan cara demikian
pemerintah memungut pajak dalam bentuk hasil tanaman dagangan secara besar-
besaran yang dapat dikirim ke Negara Belanda.

Di Negara Belanda barang-barang dagangan itu dapat dijual kepada para


pembelinya dari Eropa dan Amerika dengan keuntungan yang besar. Industri di
Negara Belanda perlu dihidupkan agar hasilnya dapat dijual ke Indonesia.

Selain itu, hubungan perdagangan antara Indonesia dan Belanda akan


menghidupkan pelayaran dan perkapalan, karena pengangkutan barang-barang dari
kedua negeri itu harus diselenggarakan oleh kapal Belanda sendiri. Keuntungan tidak
hanya akan dipetik oleh pihak pemerintah, tetapi juga oleh para pengusaha Belanda
sendiri.

Sistem tanam paksa yang diajukan oleh Van den Bosch itu pada dasarnya
merupakan gabungan dari sistem VOC, yang diajukan Parahyangan dengan sistem
pajak tanah. Menurut ketentuannya sistem tanam paksa itu dilakukan atas dasar
ketetapan-ketetapan, selengkapnya bisa anda baca di artikel sejarah 7 Ketentuan
pokok tanam paksa

Jika melihat bunyi peraturannya, tanam paksa memang kelihatannya tidak


terlalu menekan rakyat Indonesia. Malahan Van den Bosch sendiri menyatakan
bahwa jika kewajiban pembayaran pajak-pajak diganti dengan kewajiban untuk
menyediakan sebagian dari waktu kerjanya untuk menanam tanaman dagangan,
misalnya 66 hari dalam setahun, maka kewajiban membayar pajak tanah dapat
dianggap lunas.

Namun pada pelaksanaannya, sistem tanam paksa banyak mengandung


penyimpangan yang memberaktn rakyat Indonesia. Banyak terjadi bahwa
penyediaan tanah untuk tanaman dagangan melebihi dari 1/5, yaitu 1/3 atau ½.
Malahan tidak jarang seluruh desa tanahnya dipergunakan untuk tanam paksa itu.

Kegagalan panen sering ditanggung oleh para petani. Banyak tenaga yang
semestinya dibayar tetapi tidak dibayar. Pembayaran penyerahan gula banyak yang
tidak sesuai dengan ketentuannya. Pekerjaan yang harus dikerjakan di pabrik-pabrik
gula ternyata lebih berat daripada pekerjaan di sawah.

35
Penetapan pohon kopi yang harus di tanam sering dilakukan secara
sewenang-wenang. Banyak penduduk dikerahkan untuk pekerjaan yang berat,
seperti pengangkutan, pengolahan gula di pabrik, membuat jalan, saluran air,
jembatan, yang semuanya tanpa diyar.

Penduduk yang dipekerjakan itu sering dipindah-pindah ke tempat-tempat


yang jauh. Sebagai contoh, ketika tanaman nila diwajibkan untuk ditanam di daerah
Parahyangan, maka beberapa desa di wilayah Simpur dipaksa untuk mengerahkan
orang laki-lakinya dalam penggarapan perkebunan yang letaknya jauh dari desa
tersebut.

Pengerahan tenaga tersebut dilakukan selama tujuh bulan dan mereka tidak
terurus. Mereka tidak bisa menghindarkan diri dari pekerjaan di perkebunan nila
karena diancam dengan sangsi-sangsi yang berat.

Keadaan yang sama juga dialami oleh Penduduk Rembang, Jawa Tengah.
Pada suatu ketika sebanyak 34.000 keluarga selama 8 bulan dalam satu tahun
diharuskan mengerjakan tanaman dagangan dengan menerima upah yang kecil
sekali setiap harinya. Tambahan lagi rakyat masih harus menyerahkan balok, bambu,
dan kayu untuk pembuatan bangunan untuk tanaman tembakau.

Tanaman yang Wajib ditanam

Tanaman-tanaman terpenting yang diwajibkan untuk ditanam selama itu


adalah kopi, gula, dan nila. Tanah yang digunakan untuk tanaman tersebut ternyata
luas sekali dan telah meminta pengerahan tenaga rakyat yang tidak sedikit
jumlahnya.

Sebagai contoh pada tahun 1858 sebanyak 450.000 orang telah dikerahkan
untuk mengerjakan penanaman kopi, kurang lebih 300.000 orang untuk penanaman
gula, dan 110.000 orang dipaksa untuk bekerja di perkebunan nila.

Sistem tanam paksa yang semula dimaksudkan sebagai usaha persetujuan


yang didasarkan atas sukarela, dalam pelaksanaannya menjadi suatu paksaan.

Adanya pemberian prosenan bagi pengumpulan hasil tanaman yang melebihi


jatah kepada para petugas, mendorong para petugas berusaha mempertinggi hasil
dengan menggunakan kekuasaannya. Untuk tujuan itu rakyat pada akhirnya ditindas
untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya.

Apabila ditentukan bahwa tanah yang digunakan untuk penanaman wajib itu
tidak dikenakan pajak tanah, dalam kenyataannya dikenakan juga. Dengan demikian
36
juga kelebihan dari nilai taksir dari hasil yang diserahkan dari luas tanah yang harus
dikenakan pajak, yang semestinya dibayarkan kembali kepada rakyat dalam
prakteknya tidak dibayarkan.

Pendek kata, dalam praktek tanam paksa dilaksanakan dengan jauh


menyeleweng dari persatuannya. (Mandala, 2023)

G. DAMPAK TANAM PAKSA BAGI INDONESIA

1. Cultur Stelsel Kaitannya Dengan Kehidupan Masyarakat

Hampir semua peneliti mutakhir menyimpulkan bahwa sistem tanam


Paksa tidak bermoral, tidak humanis, dan sama sekali tidak dapat dibenarkan
dalam situasi apapun. Sehubungan dengan permasalahan tersebut perlu
Dibedakan antara sistem itu sendiri yang dianggap tidak dapat dibenarkan,
Dengan dampak penerapan tanam paksa secara konkret bagi masyarakat.
Para Peneliti belum menemukan kata sepakat mengenai kedua variabel
tersebut. Pada satu pihak ada yang berpendapat bahwa sistem ini bermanfaat
karena Ekonomi uang telah masuk ke desa desa, yang kemudian menjadi
penggerak Roda perekonomian pada masyarakat pedesaan.

Sementara penelitian tentang Sistem ekonomi masa VOC


menunjukkan bahwa proses moneterisasi Sesungguhnya telah muncul dalam
masyarakat Jawa pada masa VOC bukan Pada masa tanam paksa. Dalam
kaitannya dengan masuknya ekonomi uang ke pedesaan, Prof. Van Niel dari
Universitas Hawaii mengemukakan penyertaan modal dalam Cultuur stelsel
pada awalnya bukan berasal dari orang-orang atau lembaga-lembaga Barat,
karena Belanda pada saat itu sedang dalam keadaan bangkrut Sehingga
memerlukan sistem tersebut untuk mendatangkan uang dengan cepat.
Sementara permodalan yang digunakan untuk pabrik-pabrik gula yang
dikelola Pihak swasta datangnya justru dari berbagai pihak di Jawa sendiri,
seperti halnya para pensiunan pegawai negeri, perusahaan ekspor-impor, dan
sudah Barang tentu para saudagar Cina yang telah lebih dulu memiliki modal
yang Cukup (Vani Niel, 1988).

Jika teori tersebut benar, dapat disimpulkan bahwa Moneterisasi


memang telah berlangsung jauh sebelum cultuur stelsel Diterapkan. Ini berarti
bahwa terhadap ekonomi uang masyarakat pedesaan, Sistem tanam paksa
tidak begitu banyak berdampak. Sementara itu M.R. Fernando dan O’Malley
melalui penelitiannya tentang perkebunan kopi di Cirebon menunjukkan
37
adanya segi-segi positif dari Penerapan cultuur stelsel bagi masyarakat Jawa.
Dengan meramu pendapat Sejumlah sarjana yang pernah meneliti masalah
cultuur stelsel seperti Van Niel, Lison R.Knaight, dan Fernando, kedua
sejarawan tersebut mengungkapkan Bahwa: ”... bukti sejarah sudah mulai
memperlihatkan bahwa pertumbuhan Pertanian komersial sesudah tahun
1830, pada masa ini ekonomi pedesaan Memiliki efek rangsangan dengan
pola komersialisasi yang mengarah pada Peningkatan taraf kehidupan bagi
mayoritas penduduk pedesaan, paling tidak Selama dasawarsa pertengahan
abad ke-19” (Booth, 1988: 236).

Fernando juga mengemukakan bahwa dampak cultuur stelsel adalah:


“cara hidup keluarga subsistensi secara berangsur-angsur mengalami
Perubahan ke arah matrialistik yang komersil. Dengan sistem tersebut
Penduduk pedesaan semakin terbiasa untuk membeli berbagai macam
Kebutuhan rumah tangga dengan menggunakan uang. Dampak ekonomi dari
Kebiasaan konsumen dari penduduk pedesaan itu tercermin dari
meningkatnya Jumlah penduduk yang melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi
non-agraris (Fernando, 1991: 3).

Tesis Fernando tersebut dibenarkan juga oleh Sugiyanto Padmo dari


Uuniversitas Gadjah Mada melalui penelitian historisnya. Secara Lebih
terperinci Fernando juga menjelaskan dalam sebuah tabel yang Menunjukkan
diversifikasi pekerjaan masyarakat baik agricultuur maupun Non-agricultuur.
R.E. Elson juga secara Khusus meneliti masalah-masalah kemiskinan dengan
mengajukan pertanyaan Bahwa apakah cultuur stelsel menimbulkan
kemiskinan atau tidak bagi masyarakat. Elson juga mengakui bahwa masalah
tersebut sangat sulit untuk Ditetapkan karena keterbatasan sumber sejarah,
terutama mengenai data Statistik yang kadang membingungkan. Namun ia
sampai pada tesis bahwa Tidak dapat dikatakan apakah cultuur stelsel
menimbulkan kemiskinan pada Masyarakat Jawa atau justru sebaliknya
mendatangkan kemakmuran. Akhirnya Elson hanya dapat mengemukakan
bahwa: ”sistem itu langsung atau tidak Langsung paling tidak dalam jangka
pendek, memberi peluang-peluang untuk Suatu pengelolaan secara lebih
mantap bagi kehidupan ekonomi pangan serta Membuka kemungkinan-
kemungkinan untuk pertumbuhan masyarakat tani, Yang sebelumnya pilihan
hidupnya sangat terbatas” (Elson, 1988).

2. Pembentukan Modal sebagai dampak Sistem Tanam Paksa

38
Sebelum Sistem tanam paksa diperkenalkan pada tahun 1830,
orangorang Eropa telah melakukan langkah simpatik dengan cara
meninggalkan Sistem penyerahan hasil bumi dan pengeluaran ongkos secara
paksa yang Merupakan ciri khas dari operasi VOC. Adapun para produsen
potensial dari Komuditi-komuditi pertanian yang dapat di ekspor, pada tahun-
tahun 1830 Adalah sebagai berikut.

1. Para penduduk desa di pulau Jawa yang menguasai tanah-tanah Yang


dibebani pajak sewa tanah.
2. Para pengusaha perkebunan swasta, terutama orang-orang Eropa Yang
memakai tanah yang “tak berharga atau berlebih”, dengan Membayar
sewa kepada pemerintah.
3. Para pengusaha perkebunan swasta, terutama orang-orang Eropa Yang
mengadakan kontrak dengan pangeran-pangeran Jawa untuk Pemakaian
hak tunjangan mereka di daerah-daerah kesultanan.
4. Para pemilik tanah partikelir, terutama orang-orang Eropa yang Memiliki
hak-hak tuan tanah atas tanah-tanah mereka berikut rakyat Di atas tanah-
tanah itu.

Masing-masing produsen seperti tersebut di atas mengalami kesukaran


Dalam proses penambahan modal guna memperluas dan meningkatkan
Operasinya. Sementara lembaga permodalan atau para pengusaha dari
orang Orang Eropa sebagai satu-satunya jenis modal yang tersedia pada saat
itu tidak Tertarik menanamkan modal di pulau Jawa. Hal ini di karena mereka
mempunyai Pengalaman buruk dengan perusahaan-perusahaan perkebunan
milik kolonial, Yakni pernah mengalami resiko kerugiaannya cukup besar. Dari
empat bentuk pengaturan produksi seperti telah dijelaskan di atas, Hanya
poin kedua yakni, para pengusaha perkebunan swasta yang mengerjakan
Tanah dan penyewa dari pemerintah dan peraturan-peraturan perburuhan.
Aspek ini kelihatannya mempunyai potensi untuk menarik serta mendapatkan
modal.

Desa di Jawa sama sekali di luar jangkauan keterlibatan ekonomi dan


tidak menunjukan budi daya untuk ekspor. Dibiarkan untuk berbuat
sekehendaknya, desa memusatkan perhatianya pada mata pencahariannya
sendiri, menghasilkan beras, kantum, nila, dan produk- produk yang lain untuk
kehidupan sehari hari, lagi pula, karena prosedur resmi yang biasa dipakai di
Barat mempunyai pengaruh kecil pada masalah pedesaan, maka tidak ada

39
perlindungan bagi para penanam modal, pengalaman antara tahun 1815 dan
1830 telah memperlihatkan, di mana hasil budi daya untuk diekspor seperti
perkebunan kopi diserakkan pada pengawasan desa, penanaman-
penanaman itu diabaikan atau dibiarkan saja produk-produk untuk ekspor,
seperti yang diperoleh selama masa ini, berasal dari para pengusaha
perkebunan swasta yang menyewa tanah dari tanah bengkok, atau dari
daerah-daerah di mana pelaksanaan serah paksa tetap berlaku (Van Niel,
1981). Sistem Tanam Paksa mempunyai tujuan utama untuk merangsang
produksi dan ekspor dari komoditi-komoditi pertanian yang dapat dijual di
pasaran dunia.

Pemerintah menyadari sejak semula bahwa setiap pengolahan yang


diperlukan oleh produk-produk ini, mungkin harus dikembangkan dengan
pemasukan-pemasukan modal yang diusahakan oleh pemerintah sendiri
untuk melengkapinya. Pemerintah meminjamkan uang kepada orang-orang
yang mengadakan perjanjian untuk mendirikan pabrik/penggilingan untuk
pengolahan produk-produk pertanian yang disediakan oleh para penduduk
desa. Peraturan-peraturan kontrak semacam itu dilaksanakan untuk berbagi
hasil panen, tetapi hanya di bidang pembuatan gula, peraturan-peraturan itu
menjadi faktor yang banyak artinya dalam usaha menghasilkan pertambahan
modal.

Para kontraktor pemerintah bukan saja menerima modal yang dibutuhkan


untuk membangun fasilitas-fasilitasnya, tetapi juga mendapat bantuan
pemerintah untuk memperoleh batang tebu mentah (raw cane) dan tenaga
kerja yang diperlukan. Kontraktor berkewajiban menjual gula yang telah diolah
itu kepada pemerintah untuk membayar kembali pinjamannya, tetapi
kelebihan jumlah gula yang diperlukan untuk pembayaran kembali pinjaman
itu tadi, boleh dijual tersendiri oleh kontraktor demi keuntungannya sendiri. Di
sini terdapat peluang untuk menghasilkan uang, dalam jangka waktu
beberapa tahun, nilai penjualan-kembali kontrak-kontrak gula ini meningkat
pesat.

Sistem Tanam Paksa–melalui suntikan modal dari pemerintah dan


melalui penanaman produk yang berorientasi ekspor berimplikasi positip yakni
mulai munculnya kepercayaan dari para petani bahwa mereka dapat
berkembang, bekerja lebih efesien dan memperoleh keuntungan cukup besar
seandainya pemerintah tidak ikut dalam sistem tanam paksa. Kepercayaan

40
diri para petani inilah yang mendorong semangat para petani untuk berjuang
dalam menigkat tarap hidup yang lebih baik sekaligus sebagai awal mula
munculnya pengusaha pengusaha lokal di wilayah pedesaan dan mereka
sudah mulai memahami paham tentang menejmen permodalan dalam dunia
perdagangan serta mulai berani melepaskan diri dari cengkeraman
pemerintahan tradisional mulai dari pemimpin desa sampai ke pemimpin
diatasnya secara hirarkis.

3. Tenaga Buruh Murah dalam Sistem Tanam Paksa

Dalam budi daya tanam yang berorientasi ekspor, keberadaan buruh


dengan upah murah merupakan kebutuhan utama dalam sistem tanam
paksa. Pengawasan terhadap tenaga buruh pada abad ke-19 merupakan
suatu hal yang penting ketimbang pengawasan terhadap tanah. Sistem
Tanam Paksa mempekerjakan tenaga buruh dengan menerapkan pola
tradisional Jawa yang dapat mengkondisikan tetap eksistensinya keberadaan
buruh terutama buruh di pulau Jawa. Hal demikian dimaksudkan agar para
petani menyerahkan sebagian hasil perkebunannya kepada pejabat yang
lebih tinggi di lingkungannya secara hirarkis seperti yang telah ditentukan oleh
penguasa Hindia Belanda (Naessen, 1977).

Untuk pekerjaan ini para buruh tidak dibayar, karena pekerjaan


tersebut dipandang sebagai suatu pola tata hubungan sosial yang hierarkis
sekaligus bentuk penghormatan rakyat terhadap penguasa. Sebelum
diterapkan sistem Tanam Paksa pada awal abad ke-19, pajak atas sewa
tanah yang dikenal sebagai sewa tanah, telah berlangsung dalam masyarakat
sebagai pengganti penyerahan hasil perkebunan. Untuk memungut pajak,
maka desa merupakan unit yang ditunjuk untuk mengorganisasikannya, di
samping sebagai unit penyedia serta penyalur pelayanan tenaga kerja paksa
yang tanpa pembayaran. Perubahan-perubahan demikian ditinjau dari sudut
pandang sosial, ekonomi, maupun politis, menimbulkan kesenjangan dan
perpecahan dalam masyarakat Jawa karena mereka mengagap ada
diskriminasi perlakuaan sehingga muncul keinginan untuk melakukan protes
dan perlawanan. Sebagaimana VOC sebelumnya, pemerintah kolonial di
Hindia Belanda menganggap dirinya sebagai pengganti raja-raja Jawa dan
menuntut hak istimewa sebagaimana yang diberikan kepada para pejabat
bangsa Jawa yang lebih tinggi kedudukannya.

41
Dalam hak-hak ini termasuk hak atas pelayanan para buruh, seperti
yang sebelumnya terjadi untuk membangun sarana dan prasarana seperti
pembangunan jalan-jalan, benteng, saluran irigasi, dan sarana-sarana umum
dimana pemerintah membayarnya dengan upah yang sangat murah. Kerja
paksa yang ditujukan untuk para kepala desa dan juga atasan-atasan dari
bangsa Jawa juga meningkat drastis, kendatipun pemerintah berwenang
mengawasi apakah terjadi penyalahgunaan wewenang di luar yang
ditentukan oleh pemerintah. Harus diakui bahwa peran dan keberadaan
kepala desa sangat penting dalam rangka menyalurkan tenaga buruh yang
tersedia untuk memungut pajak, sehingga pemerintah tidak dapat berbuat
banyak tanpa mereka.

Dengan demikian pola-pola tradisional harus tetap dipertahankan agar


Mendapatkan dukungan dari para kepala desa sebagai perpanjangan tangan
Pemerintah kolonial. Para petani Jawa bekerja di bawah pemerintah kepala
Desa, dengan menganggap bahwa pekerjaan itu sebagai persembahan
Tradisionalnya kepada pejabat-pejabat yang lebih tinggi. Bahkan
pengusahapengusaha perkebunan swasta yang mendapatkan tenaga buruh
yang diberi Upah, harus mengembalikan nilai kerja rodi buruh tersebut. Ada
pula yang Mendapatkan buruh dengan membayar pajak sebuah desa
sehingga Mendapatkan hak sebagai tuan besar untuk pelayanan buruh.
Setelah tahun 1830 pemerintah sudah mulai mengenalkan sistem Kontrak
kerja terhadap petani dengan pemberian upah yang tidak begitu Tinggi.

Walaupun sistem upah sudah mulai diterapkan tapi para petani atau
Kaum buruh masih terikat dengan hubungan kekerabatan tradisional Jawa
yakni Masih tetap memenuhi kewajibannya selaku anggota masyarakat pada
perintah Desa. Hal ini dikarenakan para petani Jawa belum terbiasa dengan
sistem upah, Sehingga kegiatan kerja yang mendapat imbalan upah tetap
tidak membawa Perubahan berarti bagi penigkatan tarap hidup ke arah yang
lebih baik. Fenomena ini diakibatkan penduduk sudah terbiasa dengan pola
hidup Subsistensi yang hanya memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Di luar
itu Mereka tetap memandang bahwa bekerja tetap terbatas pada pelayanan
wajib Kepada penguasa, yang lebih tinggi dan harus dipenuhinya.

Dalam perkembangannya, meningkatnya kebutuhan tenaga buruh,


juga Diiringi dengan meningkatnya praktek-praktek pemaksaan yang
dilakukan oleh Para pejabat yang terikat pada pelayanan pemerintah. Seiring

42
dengan Bertambahnya jumlah penduduk dan juga tekanan atas tanah-tanah
di daerah Penanaman pemerintah, maka uang ekstra dari upah makin lama
makin penting Artinya bagi ketahanan hidup para petani yang lebih miskin.
Para penulis tahap Pertama banyak memanfaatkan kenyataan, bahwa para
penguasa perkebunan Dan kontraktor sejak dasawarsa tahun 1840-an ke
atas mengatakan bahwa Buruh upah bekerja lebih baik dan efisien ketimbang
buruh-buruh paksa. Hal Ini dapat diterima mengingat tanggung jawabnya
sebagai buruh harus tetap Dijaga agar tetap dipercaya sebagai buruh yang
dibayar. Sementara bagi Mereka buruh yang tidak dibayar, maka tidak ada
ikatan formal, sehingga tidak Mengutakan pelayanan kerja yang baik. Namun
demikian, pada tahun 1850-an, usaha-usaha untuk memasukkan Buruh tani
ke dalam daerah yang biasanya dikerjakan oleh buruh rodi, harus
Ditinggalkan, karena tidak ada kaum buruh yang bersedia bekerja dengan
Tingkat upah yang dijanjikan oleh pemerintah. Sebagian besar petani Jawa
tidak Belajar menghargai pekerjaan sebagai alat untuk mencapai tujuan,
melainkan tetap memandang pekerjaan mereka sebagai beban yang harus
dipikul dan Menjadi derita kesehariannya.

Penambahan jumlah kerja paksa yang sangat Memberatkan di seluruh


daerah penduduk yang lebih luas, mungkin membuka Mata para petani,
mengenai ystem dan cara-cara bekerja di suatu perkebunan. Pada tahun
1860-an dan 1870-an, para pengusaha perkebunan swasta Mulai
mengadakan perjanjian perburuhan dan perjanjian tanah dengan Perorangan
dan desa-desa, sangat nyata bahwa ystem Tanam Paksa tidak Berkontribusi
banyak untuk mempersiapkan cara bagi pembentukan pasaran Buruh yang
bebas dan sukarela. Namun sebaliknya, ystem Tanam Paksa telah
Menyebabkan penilaian yang ysteme bagi pekerjaan karena memberikan
Kompensasi atau ganti rugi serendah mungkin. Dengan meneruskan
Penggunaan pola-pola kekuasaan tradisional ystem Tanam Paksa juga
Menciptakan kebutuhan akan penghasilan tambahan di daerah-daerah di
mana Penanaman ekspor dapat berkembang. Bagi para pengusaha
perkebunan Swasta, kondisi tersebut dapat menimbulkan keuntungan
maupun kerugian. Keuntungan terletak pada kenyataan akan rendahnya
tingkat upah yang sedang Berlaku, dan dengan demikian mereka dapat terus
bersaing di pasaran dunia.

Sementara itu kerugiannya, yang sementara itu lebih besar ketimbang


Keuntungannya, muncul karena adanya masalah-masalah dalam rangka
43
Menarik dan menahan tenaga kerja. Para pencari tenaga kerja diberikan pada
otoritas tradisional, yakni para Kepala desa dan tokoh-tokoh pesgusaha
lainnya, mereka memberi uang muka Terlebih dahulu untuk menarik tenaga
kerja, namun demikian masalah yang Muncul adalah buruh seringkali tidak
masuk kerja sebagaimana tercantum Dalam kontrak kerja. Dengan demikian,
berbagai tekanan terhadap buruh yang Dianggap lalai mereka gunakan.
Sementara pengadilan resmi berlangsung Lambat dan tidak memadai, lebih
efektif memanpaatkan orang-orang kuat untuk Memaksa para pekerja.
Bahkan kadang-kadang para pengusaha perkebunan Dapat membujuk para
pejabat administrasi untuk membantu dan memaksa.

Menjelang tahun 1880-an, tekanan pertumbuhan penduduk menjadi


Jelas dengan berkurangnya lahan garapan yang tersedia, dan semakin
Terbatasnya kemampuan desa untuk menyiapkan kebutuhan pokok mereka,
Sehingga banyak orang yang harus mencari tambahan penghidupan di luar
desa Mereka. Pada saat yang sama berjangkitlah hama tebu dan kopi yang
Mengakibatkan penurunan drastis hasil tanaman ekspor. Padahal penduduk
Sudah mulai menggantungkan hidupnya di perkebunan-perkebunan tersebut,
Sehingga dengan berkurangnya produksi kopi dan gula, maka upah yang
Diterimakan kepada penduduk juga semakin berkurang. Hal itu masih
ditambah Dengan munculnya gula bit dari Eropa yang berperan dalam
menurunkan harga gula di pasaran dunia internasional menurun. Dampaknya
para pengusaha Perkebunan menurunkan tingkat upah bagi para buruh, dan
mengurangi pula jumlah uang untuk penyewaan tanah.

Faktor-faktor yang kompleks tersebut Mengakibatkan penurunan


jumlah uang yang tersedia bagi masyarakat Jawa, Yang berdampak pada
harusnya kesediaan yang lebih besar dari masyarakat, Untuk menerima upah
buruh dengan harga dan syarat-syarat yang sebelumnya Tidak dapat mereka
terima (Elson, 1982). Penelitian-penelitian yang muncul selama ini khususnya
tentang Kesejahteraan masyarakat pedesaan Jawa cenderung mendukung
gagasan Bahwa, di Jawa selama penerapan sistem Tanam Paksa
berlangsung terdapat Lebih banyak kekayaan materi ketimbang dengan
tahun-tahun sesudah Pembubarannya. Pengerahan tenaga kerja berdasarkan
corvee tradisional Jawa Pada umumnya didasarkan pada hak-hak
kepemilikan tanah. Kerja menurut Pengaturan semacam itu, dihitung
berdasarkan suatu sistem yang dikenal Dengan cacah rumah tangga, kepala
rumah tangga yang mempunyai hak-hak Atas tanah juga diwajibkan
44
melaksanakan corvee (tidak menjadi masalah, Apakah pekerjaan tersebut
dikerjakan sendiri atau menyuruh seorang anggota Keluarga untuk
melaksanakannya).

Sistem cacah masih berlaku pada 1830, dan lambat laun sistem cacah
Dihapus oleh Van den Bosch karena setelah tahun 1838 tidak ada lagi
rujukan Dengan sistem tersebut. Alasannya cukup jelas, di mana untuk
pengadaan Tenaga kerja sebanyak-banyaknya maka perlu diterapkan
pelayan kerja Berdasarkan perorangan, bukan atas dasar rumah tangga.
Dampaknya, banyak Orang yang terlibat dalam pelayanan tanamm paksa
tidak lagi mempunyai hak Atas tanah. Banyak desa merasa perlu melakukan
penyesuaian dengan Menyerahkan hak penggunaan sebidang tanah kepada
beberapa orang sehingga Tenaga mereka dapat diikutsertakan dalam
pengaturan kerja yang dibutuhkan Oleh sistem Tanam Paksa.

4. Perubahan Ekonomi Pedesaan

Pelaksanaan sistem Tanam Paksa dalam prakteknya mengikuti pola


Tradisional yang berlaku dalam masyarakat Jawa, sehingga dapat
menggerakan Para petani di daerah-daerah tertentu agar mau bekerja dalam
menghasilkan Tanaman untuk ekspor. Harapan pemerintah adalah dengan
menggunakan Otoritas kepala desa, dapat menggerakan penduduk untuk
mau menyerahkan Sebagian tanah untuk kepentingan tanam paksa, dan juga
mau bekerja untuk Tanaman ekspor. Sikap ini juga dimaksudkan untuk
mengkondisikan agar Masyarakat Jawa tetap statis. Kenyataannya hal
tersebut tidak terjadi karena dampak ekonomi sistem Tersebut justru telah
menggerakan perubahan-perubahan dan mempercepat Kecenderungan-
kecenderungan yang sudah ada. Pola-pola tradisional kalangan Atas di
tingkat desa sudah kocar-kacir pada permulaan abad ke-19 sehingga Sistem
Tanam Paksa hanya dapat menggunakan pola-pola itu dengan cara-cara
yang tidak rasional dan alamiah.

Tokoh-tokoh penguasa mengalami tekanantekanan yang semakin


berat karena tuntutan-tuntutan sistem tersebut terhadapMereka.Sistem
Tanam Paksa dianggap telah mengubah hak-hak pemilikan Tanah dari milik
perseorangan menjadi milik bersama, yang tentunya telah Merusak hak-hak
perseorangan atas tanah yang sebelumnya sudah ada. Hakhak pemilikan
tanah merupakan kepentingan subjektif bagi kelompokkelompok pengusaha
swasta yang hendak mengganti sistem tersebut dengan Bentuk eksploitasi
45
mereka sendiri. Sementara Furnival dan Burger merupakan Penulis yang
fanatik mendukung kecenderungan tersebut, pembentangan paling Jernih dari
argumen ini dalam bahasa Ingris didapati pada penelitian Clifford Geertz
mengenai involusi pertanian (Geertz, 1963).

Dengan memintakan Perhatian terhadap bukti-bukti dan kesimpulan-


kesimpulan yang dikemukakan Oleh para peneliti terdahulu, dalam
menjelaskan perkembangan-perkembangan Semenjak diperkenalkanya
sistem Tanam Paksa, mereka mendapati bahwa Telah terjadi homogenisasi
sosial di desa-desa Jawa yang mengakibatkan “kemiskinan bersama”. Jauh
sebelum sistem Tanam Paksa dilaksanakan, kaum tani Jawa telah
Menyesuaikan diri secara pleksibel pada kebutuhan-kebutuhan setempat,
Tempat di mana mereka berada. Sifat-sifat seperti bersedia bekerja keras,
Kemampuan perorangan, dan penyesuaian kepada perubahan, serupa
dengan Apa yang telah dikemukakan oleh Selo Soemardjan pada tahun-
tahun 1960-an (Selo Soemardjan, 1968).

Para pengusaha di atas tingkat desa mengetahui Semuanya itu, lalu


mengolahnya secara terinci dengan para kepala cacah Mereka, yang oleh
Hoadley, yang meneliti wilayah Cirebon dan Priangan, Dipandang sebagai
abdi-abdi para penguasa yang lebih tinggi. Penyesuaian Demikian
memungkinkan para kepala di atas tingkat desa memenuhi kebutuhan
Pemerintah akan hasil-hasil pertanian dan tenaga buruh, sambil juga
memenuhi Kebutuhan mereka sendiri yang meningkat akan tenaga buruh,
serta akan lahan Penanaman yang lebih luas. Di bawah pengarahan mereka,
pemakaian lahan Yang tersedia dapat diatur dan penyesuaian-penyesuaian
dapat diadakan. Hak-hak milik atau hak-hak pengawasan atas lahan berada
di tangan para kepala Cacah dan golongan elite lokal lainnya. Berdasarkan
kenyataan sistem agraris ini, maka sistem Tanam Paksa Diperkenalkan pada
tahun 1830. Tujuannya adalah untuk mendapatkan Komoditi-komoditi yang
dapat dijual di pasaran dunia, dan untuk tujuan Tersebut sistem Tanam Paksa
memakai lahan dan tenaga kerja dari orang-orang Desa di Jawa yang dibujuk
atau dipaksa oleh para kepala di atas tingkat desa. Hal tersebut harus
dilakukan dalam batas-batas sistem Sewa Tanah (Van Niel, 1964).

Akhir-akhir ini penelitian sejarah mengetengahkan informasi mengenai


Apa yang terjadi di desa-desa sesudah tahun 1830, ketika pemerintah mulai
Menyusun pola-pola produksi baru, informasi tersebut memberikan

46
interpretasi Yang berbeda atas kejadian-kejadian, berbeda dengan apa yang
telah Dikemukakan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Bukti-bukti fisik dari
Cirebon, Pekalongan, Jepara, dan Pasuruan, semua daerah dimana
penanaman untuk Pemerintah telah diperkenalkan, dan memperlihatkan
bahwa kepemimpinan Desa telah berhasil menarik keuntungan dari
kebutuhan-kebutuhan pemerintah Itu dan memperkuat kekuasannya dan
melakukan pendekatan pribadi di Lingkungan struktur pedesaannya (Elson,
1979).

Dengan menggunakan hak-hak tanah mereka, baik secara perorangan


Maupun kolektif resmi, dan terutama dengan menyalahgunakan tenaga kerja
Paksa yang berada di bawah pengawasan mereka, memungkinkan bagi
mereka Untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian ke dalam. Dengan cara
demikian, Mereka mendapatkan keuntungan berlipat ganda, yakni memenuhi
kebutuhankebutuhan pemerintah di satu pihak, dan menjadikan dirinya
makmur dari hasil Pembayaran yang masuk ke desa di lain pihak.
Kewenangan pendistribusiannya sangat tergantung dari kehendak para
pemimpin tradisional. Dalam prakteknya, tidak semua desa mengadakan
reaksi yang sama, Tidak semua peraturan penanaman sama, dan tidak
semua perubahan itu terjadi Pada waktu yang bersamaan (Fernando, 1982).

Jika diamati secara mendalam, Maka penelitian-penelitian yang baru


memberikan penjelasan-penjelasan yang Lebih dapat dipahami, ketimbang
terhadap pandangan-pandangan lama tentang Pengaturan-pengaturan rumah
tangga desa di Jawa sekarang. Dengan Menggunakan istilah yang lebih
sederhana, maka desa-desa di Jawa masa kini Menunjukkan perbedaan
sosial yang tegas serta riil antara penduduk desa yang Kaya dengan
penduduk desa yang miskin. Mereka pada umumnya tidak Memperlihatkan
pemerataan tingkat sosial maupun homogenitas sosial, yang Disangka telah
disebabkan oleh penerapan sistem Tanam Paksa, berdasarkan Tulisan-
tulisan sejarah sosial sebelumnya. Di samping itu, desa-desa masa kini Juga
menunjukkan suatu kohesi yang kuat, sesuatu yang biasanya tidak akan
Dilukiskan sebagai suatu pengaruh disintegrasi yang terasa kemudian. Bagi
pengamat Barat terutama pada akhir abad ke-19, penguasaan Bersama yang
semakin meningkat dari pemilikan lahan itu secara sosial Merusak ketertiban
desa. Kondisi tersebut menimbulkan kesukaran bagi Pengaturan kontrak-
kontrak perorangan untuk menyewa tanah atau lahan.

47
Sementara pengaturan penguasaan bersama seringkali tidak meliputi
hak penuh Atas lahan tersebut, hanya terbatas pada penggunaannya dan
juga sama atas Hasilnya. Para pemimpin desa, yang hampir tidak pernah
secara langsung Menggarap lahan, dapat mempertahankan pengawasan
sepenuhnya atas Sebagian besar lahan-lahan pedesaan tersebut.
Pengaturan-pengaturan kontrak dalam berbagai bentuk yang luas, tersedia
bagi mereka dalam mempertahankan apa yang telah mereka miliki,
sementara membiarkan orang lain menjalankan pekerjaan di ladang atau di
mana saja. Para petani kecil yang mandiri, yang bukan merupakan bagian
dari lingkaran dalam desa itu atau yang telah melawan kemauan para
pemimpin desa, barangkali telah mengakibatkan hidup mereka tersiksa.

Secara ekonomis, orang-orang demikian telah mengalami kerugian


bahkan dapat dilakukan pemaksaan untuk meninggalkan lahan dan desa
mereka. Sedangkan rumah tangga-rumah tangga dan tenaga kerja yang tidak
pernah memiliki tanah, tidak begitu terpengaruh oleh otoritas kepala desa,
karena mereka di mana pun selalu bekerja untuk orang lain. Oleh sebab itu
penguasaan-penguasaan bersama tersebut tampak seolah-olah
menghilangkan perbedaan-perbedaan sosial di desa, meskipun sebenarnya
tidaklah demikian. Begitu juga keadaan tersebut tidak menimbulkan kesulitan
yang berarti bagi para pengusaha perkebunan swasta yang ingin menyewa
lahan-lahan pedesaan.

Dalam hal ini, sekali lagi biasanya kepala desa menguasai keadaan
dan sesuatu persetujuan selalu dapat dicapai. Dalam struktur golongan sosial
dan ekonomi desa ini, peralihan tidak secara keseluruhan mengubah ikatan
yang menyatukan desa sebagai suatu kesatuan sosial dan sebagai suatu unit
yang produktif. Meskipun para penduduk desa memahami perbedaan-
perbedaan sosial dan ekonomi, desa juga tetap merupakan pusat sistem
penghidupan bagi sebagian besar penduduk.

Benar, orang-orang berpindah ke kota dan mendapat pekerjaan bukan


jenis pertanian, sedangkan yang lain-lain menggabungkan diri dengan
perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang ekspor. Tetapi sebagian
besar orang Jawa, tinggal di desanya. Bahkan sebagian dari mereka yang
tampaknya sama sekali terpisah, memelihara ikatan dengan desanya dalam
berbagai cara. Pengaturan yang sedikit banyaknya bersifat ganda ini, ternyata
merupakan salah satu batubatu fondasi dari cara pengaturan tenaga buruh

48
murah yang menguntungkan bagi sektor ekspor dari perekonomian.
Perangkat desa mengumpulkan dan mengelola penyediaan tenaga buruh
murah ini, harus mempertahankan ikatan-ikatan dan hubungan-hubungan
tradisional agar dapat memenuhi fungsi yang tidak dihapuskan ini dengan
cara mengubah buruh-paksa menjadi buruh yang diberi upah, sebab tingkat
upah yang rendah tergantung pada simbiose yang berkesinambungan antara
ekspor swasta dengan ekonomi pedesaan.

Dalam konteks inilah para pemimpin desa harus membangun dan


memperluas kekuasaan mereka. Kenyataan-kenyataan itu tidak
menyebabkan mereka menjadi petani mandiri yang berorientasi pada pasar,
walaupun dalam bidang ini mereka memang melakukan fungsi-fungsi sebagai
perantara. Mereka tidak dapat mengabaikan hubungan-hubungan sosial
desa, karena desalah satu-satunya yang merupakan tumpuan mereka
sebagai basis kelembagaan yang tunggal untuk memperoleh kekuasaan dan
kekayaan yang berkesinambungan. Dalam kaitan suatu sistem ekonomi padat
karya para pemimpin desa berusaha keras dalam mempertahankan ikatan-
ikatan tradisional dan kewajiban-kewajiban sosial.

Karena dengan dipertahankannya sistem sosial tradisional, maka para


pemimpin desa akan mudah memperoleh tenaga kerja baik untuk
kepentingannya sendiri, maupun untuk pengabdian atau melayani pemerintah
kolonial. Akhirnya yang menjadi objek pemerasan adalah penduduk, yakni
disamping harus memenuhi tuntutan pemerintah kolonial, disisi lain mereka
dituntut untuk tunduk pada para kepala desa sebagai pemimpin tradisional
mereka. Tidak heran apabila ketika terjadi resistensi yang dilakukan oleh
masyarakat yang merasa tertindas, maka yang paling pertama menjadi
sasaran adalah para pemimpin tradisional. Fenomena ini dapat difahami
mengingat merekalah para pemimpin tradisional yang dirasa secara langsung
melakukan politik eksploitasi terhadap rakyat, baik berkenaan dengan
masalah tanah, maupun yang berhubungan dengan tenaga kerja. (Zulkarnain,
2011)

Dampak Tanam Paksa Bagi Indonesia

 Dampak Positif Tanam Paksa Bagi Indonesia

Tanam paksa ternyata tidak hanya menimbulkan atau mengakibatkan


dampak negatif bagi masyarakat, ada beberapa dampak positif yang dapat

49
diambil dari kebijakan sistem tanam paksa. Namun dampak positifnya sangat
tidak sebanding dengan dampak negatif yang diderita oleh masyarakat pribumi.
Apa saja dampak positif tanam paksa bagi Indonesia? Berikut ini 4 dampak
positifnya, meliputi :

1. Rakyat mengenal sistem uang dalam kegiatan perdagangan, karena


sebelumnya menggunakan sistem tradisional, seperti barter.
2. Jaringan jalan raya menjadi sangat luas, karena pemerintah Hindia Belanda
membangun jalan demi kepentingan tanam paksa.
3. Rakyat mulai mengenal teknologi-teknologi yang digunakan dalam
pengolahan pertanian.
4. Selain teknologi, rakyat juga mengenal jenis-jenis tanaman baru yang laku di
pasar perdagangan internasional, seperti : tebu, kopi dan lada.

Dari keempat dampak positif tanam paksa tersebut, kita dapat


menganalisis bahwa selain dampak buruk yang diterima, setidaknya ada
pelajaran positif yang di dapat, khususnya para petani yang dipaksa menanam
komoditas tertentu pada saat itu.

Pertama, adanya sistem tanam paksa membuat masyarakat khususnya


petani mengenal sistem uang ketika berdagang. Perlu kalian ketahui, sebelumnya
mereka (petani/pedagang) mengandalkan barter (tukar menukar barang). Adanya
tanam paksa juga meningkatkan infrastruktur, berupa jalan raja yang khusus
digunakan untuk kegiatan tenam paksa, pada periode selanjutnya dapat
digunakan untuk kepentingan petani.

Pihak pemerintah Hindia Belanda ternyata tidak melepas begitu saja


petani untuk menanam apa yang mereka perintahkan, tapi ada proses di mana
para petani diajarkan untuk menanam tanaman tertentu, sehingga mereka
mengenal teknologi yang sebelumnya belum diketahui secara umum.

Selain teknologi, jenis-jenis tanaman yang laku keras di pasaran eropa


kemudian dapat dikenal (ketahui) oleh petani semenjak adanya Sistem Tanam
Paksa.

 Dampak Negatif Tanam Paksa Bagi Indonesia

Berikut ini dampak negatif sistem tanam paksa bagi Indonesia, antara lain:

1. Produksi padi yang dihasilkan petani turun, hal ini karena beberapa tanahnya
digunakan untuk menanam tanaman wajib.

50
2. Dengan produksi padi menurun maka rakyat banyak yang kelaparan,
sehingga menimbulkan berbagai penyakit.
3. Rakyat hidup sangat menderita dan menyengsarakan, hal ini terjadi karena
banyak aturan / ketentuan yang dilanggar oleh Belanda.
4. Kemiskinan semakin meluas hal ini disebabkan karena kesejahteraan
masyarakat turun, sementara di lain pihak pemerintah Belanda mendapat
keuntungan yang besar.
5. Berkurangnya jumlah tanah yang diproduksi demi kepentingan petani/pemilik
tanah.
6. Jumlah penduduk menurun, hal ini karena banyak kematian akibat kelaparan.
7. Masyarakat yang tidak memiliki tanah sangat dirugikan dan menderita, hal ini
karena ia harus bekerja selama 20% hari dalam setahun.
8. Masyarakat mengalami banyak penderitaan karena mengalami kerja terlalu
berlebihan, selain itu mereka juga menderita secara mental.
9. Pajak yang dibebani pemilik tanah sangat tinggi.

Apakah dampak negatif tersebut sebanding dengan dampak positif


yang sudah disebutkan diatas? Tentu saja tidak! Adanya tanam paksa bisa
dikatakan membuat rakyat semakin menderita, apalagi kebijakan yang sudah
di tentukan ternyata dilanggar oleh para penguasa penjajahan kolonial
Belanda saat itu.

Dampak Tanam Paksa Bagi Belanda

Sistem tanam paksa bagi Belanda meliputi beberapa dampak, sebagai berikut:

1. Meningakatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di
pasaran di Eropa.
2. Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembang kempis setelah adanya
tanam paksa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3. Pabrik gula yang semula disediakan oleh kaum swasta Cina kemudian juga
dikembangkan oleh Belanda.
4. Belanda mendapatkan keuntungan bati slot yang besar. Keuntungan tanam
paksa pertama kali pada tahun 1834 sebesar 3 juta gulden, pada tahun
berikutnya sekitar 12 juta sampai 18 juta gulden.
5. Kas kerajaan yang semula kosong bahkan minus menjadi penuh dan
mendapatkan keuntungan berlipat – lipat.
6. Pendapatan dari tanam paksa melebihi anggaran belanja kerajaan.
7. Hutang – hutang yang besar segera terlunasi.
51
8. Perdagangan dan kegiatan ekonomi Belanda berkembang pesat sehingga
Amsterdam sukses menjadi kota pusat perdagangan dunia.

52
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Revolusi industri adalah proses transisi ke manufaktur baru di Eropa dan Amerika
Serikat (AS), pada periode antara 1760 hingga 1820 dan 1840. Transisi ini termasuk beralih
dari produksi tangan ke mesin, manufaktur kimia baru dan proses produksi besi, mesin,
peningkatan tenaga uap dan tenaga air dan lahirnya sistem pabrik mekanis. Revolusi industri
juga menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan. (Nahason “Pendidikan Kristen dan
revolusi Industri 4.0)

Revolusi Industri dimulai pada abad ke-18, ketika masyarakat pertanian menjadi lebih
maju. Kereta api lintas benua, mesin uap, listrik, dan penemuan-penemuan lainnya
mengubah masyarakat secara permanen. Makna dari Revolusi Industri sendiri yakni
perubahan besar cara manusia memproduksi barang atau jasa. Hingga saat ini Revolusi
Industri sendiri telah memasuki Revolusi Industri keempat atau lebih dikenal dengan istilah
Revolusi Industri 4.0. Perubahan yang terjadi berdampak pada seluruh bidang kehidupan
seperti dalam bidang ekonomi.politik, sosial, dan juga budaya, serta bersifat global.

Beradanya penemuan teknologi baru, luhur peranannya dalam bagian industrialisasi


sebab teknologi baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja industri,
melipatgandakan hasil, dan menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang penting, selang
lain sebagai berikut.

 Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Dengan alat ini bagian
pemintalan dapat berlangsung secara cepat.

 Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan Richard
Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.

 Mesin tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan Edmund


Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.

 Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Whitney (1794). Dengan
alat ini maka kepentingan kapas bersih dalam jumlah yang luhur dapat tercukupi.

 Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat dilukisi pola
kembang 200 kali bertambah cepat jika dibandingkan dengan pola cap balok dengan
tenaga manusia.

53
 Mesin uap, ciptaan James Watt (1769).

DAFTAR PUSTAKA

A.V. Efimov. “Modern History”Text book for the Ninth Form Part One. Prosveshcheniye 1965.

Setiawan, Doni “Faktor Penyebab Revolusi di Inggris”. https://www.donisetyawan.com/3621-


2/ diakses pada tanggal 10 maret pukul 21.36.

Samekto, S.s (UI), M.A., (Exeter) “Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris”. Jakarta : 1998

Adit Kusnandar, “REVOLUSI INDUSTRI 1.0 HINGGA 4.0” https://osf.io/6hsz7/download ,


diakses tanggal 10 maret 2023

Letkol cpl Nasrul Helmi, REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN PENGARUHNYA BAGI INDUSTRI
DI INDONESIA, https://www.kemhan.go.id/pusbmn/2019/04/30/revolusi-industri-4-0-
dan-pengaruhnya-bagi-industri-di-indonesia.html , di akses tanggal 10 maret 2023.

Wahjudi Djaja, Sejarah Eropo: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (Yogyakarta: Ombak,
2012)

HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (1) 2020 ISSN 2337-4713
(E-ISSN 2442-8728) DOI : 10.24127/hj.v8i1.2214 83

(Sartika Nuralifah, Sejarah Revolusi Industri dan Dampaknya Bagi Kehidupan Manusia,
https://www.ekrut.com/media/sejarah-revolusi-industri, di akses tanggal 10 maret
2023,)

Perpustakaancyber.blogspot.com

This article was most recently revised and updated by Jeff Wallenfeldt.

The Editors of Encyclopaedia Britannica, Last Updated: Article History

Revolusi-revolusi paling spektakuler di dunia by Juma’ De Putra

https://www.khanacademy.org/humanities/big-history-project/acceleration/bhp-acceleration/
a/the-industrial-revolution

https://www.historyskills.com/classroom/year-9/yr-9-coal-and-iron-reading/

https://p2k.unkris.ac.id/id1/1-3073-2962/Revolusi-Industri_25731_p2k-
unkris.html#Tahap_Perkembangan_Industri

54
https://www.pinhome.id/blog/latar-belakang-tanam-paksa/

https://www.researchgate.net/publication/
326709868_DAMPAK_PENERAPAN_SISTEM_TANAM_PAKSA_BAGI_MASYARAK
AT

https://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/09/dampak-positif-dan-negatif-tanam-paksa-bagi-
indonesia.html?m=1

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/10/latar-belakang-tanam-paksa.html

https://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/09/dampak-positif-dan-negatif-tanam-paksa-bagi-
indonesia.html?m=1

55

Anda mungkin juga menyukai