Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tasya Nashira

NIM : 2010313320001

Tugas matakuliah Teori Akuntansi

1. Definisi asset menurut para ahli


Menurut Ardian Suterdi (2009: 29) “Pengertian aset secara umum adalah barang (thing)
atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai
komersil (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan
usaha, instansi atau individu”. Ada dua jenis aset yaitu aset berwujud (tangible) dan aset
tidak berwujud (intangible).
Menurut Doli D. Siregar (2004;178) aset adalah barang yang dalam pengertian hukum
disebut benda yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Barang yang
dimaksud meliputi barang tidak bergerak (tanah dan atau bangunan) dan barang bergerak
baik berwujud maupun yang tidak berwujud yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau
harta kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan.
Definisi Aset adalah suatu kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud yang
memiliki nilai ekonomis, komersial, dan nilai tukar dimiliki pribadi atau instansi untuk
membantu tercapainya tujuan (Sutarto,2005: 89).
Riyadi Slamet (2009;21) menyebutkan asset and liability managent pada dasrnya adalah
suatu proses planning, organizing, actuating, dan controlling untuk mendapatkan
penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan
2. Definisi asset menurut SAK
Menurut PSAK No. 16 Revisi Tahun 2011, aset adalah semua kekayaan yang dipunyai
oleh individu ataupun kelompok yang berwujud maupun tidak berwujud, yang memiliki
nilai akan memiliki manfaat bagi setiap orang atau perusahaan.
Sementara, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan aset adalah sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari kejadian yang terjadi pada masa lalu dan
asal muasal datangnya manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan memiliki manfaat
bagi perusahaan.
Sejalan dengan pengertian tersebut IFRS /International Financial Reporting Standards
(2008), mengartikan aset sebagai berikut “an asset is a resource controlled by the
enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are
expected for flow to the enterprise”
3. Definisi asset menurut syariah
Aset atau harta dalam pandangan Islam merupakan kepemilikan sementara yang
diamanahkan Tuhan kepada manusia. Kepemilikan ini tidak bersifat mutlak, sebagaimana
terdapat dalam ekonomi kapitalis, tetapi bukan berarti Islam tidak mengakui individu
dalam pengelolan harta seperti ekonomi sosialis. Islam memberikan kebebasan kepada
manusia mengelola harta, namun kebebasan tersebut tidak boleh melanggar etika dan
nilai-nilai syariah. Nilai dan etika tersebut tersebut dapat berupa larangan penumpukan
harta, rasa cinta berlebihan terhadap harta, eksploitasi sumber daya baik itu SDM maupun
SDA (Usman, 2013: 86-87).
4. Pengakuan Aset menurut SAP
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (8)
menyatakan bahwa SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban,
aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan
basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Simanjuntak (2010) dalam Halim et al.
(2014:217) juga menyatakan bahwa akuntansi berbasis akrual merupakan suatu basis
akuntansi yang terkait dengan pengakuan, pencatatan, dan penyajian transaksi ekonomi
dan peristiwa lain dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:
(a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; (b) Biaya perolehan aset
dapat diukur secara andal; (c) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas; dan (d) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
5. Pengukuran Aset menurut SAK, Syariah, dan SAP
SAP
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan
cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan
aset tetap tersebut.
SAK
Setelah perolehan PSAK 16 pragraf 30-31 mengakui adanya 2 metode dalam perlakuan
akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode ini adalah :
1. Metode Biaya. Model biaya adalah model yang selama ini kita kenal, yaitu setelah
pengakuan awal, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai.
2. Metode Revaluasi. Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya
dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah
tanggal revaluasi. PSAK 16 paragraf 55 menyebutkan bahwa penyusutan suatu aset
dimulai ketika aset siap untuk digunakan, yaitu ketika aset berada pada lokasi dan kondisi
yang diperlukan supaya aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
Syariah

Anda mungkin juga menyukai