Anda di halaman 1dari 9

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Jilid 6, Edisi 2, 2022, hlm. 246-254 P-
ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675
Akses terbuka:https://doi.org/10.23887/jere.v6i2.48417

Tersembunyi Potensi Manusia Anak Down Syndrome (DS)


Berdasarkan Respon terhadap Intervensi

Totok Bintoro1*, Riana Bagaskorowati2, Murni Winarsih3


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia
1,2,3

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Setiap anak memiliki potensi masing-masing baik anak normal maupun anak
Riwayat artikel: berkebutuhan khusus khususnya anak Down Syndrome (DS). Anak dengan DS
Diterima 04 Februari 2022 tergolong memiliki keterbelakangan mental dan ciri yang paling menonjol
Direvisi 05 Februari 2022
ditunjukkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah. Anak-anak dengan DS
Diterima 28 April 2022
Tersedia online 25 Mei 2022
memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang serta kemungkinan dalam
potensi kemanusiaan mereka. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi
Kata Kunci : potensi manusia yang tersembunyi pada anak down syndrome (DS) berdasarkan
Potensi Manusia, RTI, respon terhadap intervensi. Jenis penelitian ini yaitu studi kasus. Peneliti memilih
Sindrom Down 3 subjek penelitian sebagai sampel untuk diamati. Pendekatan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif
Kata kunci: melalui metode studi eksploratif. Metode pengumpulan data dalam penelitian
Potensi Manusia, RTI,
ini adalah wawancara, observasi catatan dan catatan lapangan. Instrumen yang
Sindrom Down
digunakan yaitu lembar observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan model Miles dan Huberman.
Hasil penelitian yaitu tiga anak dengan DS telah menunjukkan keunggulan
potensi manusia yang tersembunyi seperti menggambar dan menari. Dengan
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah
munculnya potensi manusia yang tersembunyi ini ditunjukkan dengan
CC BY-SA lisensi.
Hak Cipta © 2022 oleh Penulis. Diterbitkan kepercayaan yang dibuatnya terhadap hubungan mereka dengan teman sebaya,
oleh Universitas Pendidikan Ganesha orang tua dan guru.

ABSTRAK
Setiap anak memiliki potensi, baik anak tipikal maupun anak berkebutuhan khusus, khususnya anak Down Syndrome (DS). Anak dengan
DS tergolong mengalami keterbelakangan mental; tingkat kecerdasan yang rendah menunjukkan karakteristik yang paling menonjol.
Anak-anak dengan DS memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang serta kemungkinan-kemungkinan dalam potensi
kemanusiaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi manusia yang terpendam pada anak down syndrome (DS)
berdasarkan respon terhadap intervensi. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Peneliti memilih tiga subjek penelitian sebagai sampel
yang akan diamati. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif melalui
metode penelitian eksperimen. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan catatan
lapangan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan wawancara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif dengan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga anak penderita DS telah menunjukkan kelebihan
potensi tersembunyi manusia seperti menggambar dan menari. Munculnya potensi manusia yang tersembunyi ini ditunjukkan dengan
terciptanya kepercayaan dalam hubungannya dengan teman sebaya, orang tua, dan guru.

1. PERKENALAN
Pada dasarnya anak Down-Syndrome (DS) memiliki masalah internal dalam hal kemampuan belajar,
adaptasi lingkungan, kepribadian dan emosi sehingga berdampak pada aktivitas kehidupan sehari-hari mereka
(Mayasari, 2019; Simahate & Munip, 2020). Anak down syndrome sering disebut sebagai anak yang mengalami
keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental yang dialami oleh anak down syndrome akan membawa
suasana yang kurang kondusif dalam kegiatan belajar di sekolah(Fagan et al., 2020; Griffiths et al., 2022; John et
al., 2022). Oleh karena itu, agar lebih berdaya dalam kehidupan, potensi kemanusiaan perlu dikembangkan
seperti anak normal lainnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa. dan negara(Hartini et al., 2020; Kusdaryani et al., 2016; Maulida, 2017; Wulandari et
al., 2020). Artinya, pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan potensi diri pada setiap individu
siswa (anak).(Ayu & Junaidah, 2018; Irsyad, 2019).
Untuk menggali potensi anak down syndrome, perlu dilakukan observasi mendalam terlebih
dahulu. Orang tua dan pendidik diharapkan dapat melihat apa yang disukai dan tidak disukai

* Penulis yang sesuai.


Alamat email:tbintoro@unj.ac.id (Totok Bintoro)
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 247

menyukai(Çelik et al., 2022; Lanfranchi et al., 2021; EY Lee et al., 2021). Orang tua dan pendidik juga perlu
mengetahui kelebihan yang ada pada setiap anak down syndrome. Tentunya kerjasama yang baik antara orang
tua dan guru (sekolah) akan sangat membantu anak down syndrome agar dapat belajar dan berkembang secara
optimal.(Buechele & Ridosh, 2022; NR Lee et al., 2020). Pada prinsipnya anak down syndrome dapat berkembang
secara optimal jika didukung oleh lingkungan yang kondusif yaitu adanya sistem pendukung belajar yang positif.
Lingkungan belajar yang kondusif dapat dimulai dengan memberikan intervensi yang terencana dan terukur
secara bertahap, kemudian merespon anak down syndrome agar potensi kemanusiaannya berkembang dengan
baik.(Ahmed et al., 2022; Brown et al., 2021). Bagaimanapun tanggung jawab pendidikan pada anak down
syndrome adalah tanggung jawab kita bersama.
Anak down syndrome memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam mendapatkan pendidikan dan
belajar sehingga potensi terbaiknya dapat dimunculkan(Dia et al., 2021; Tovar et al., 2018). Munculnya potensi terbaik
dalam diri setiap anak hanya akan terjadi jika diberi kesempatan dan pengasuhan yang tepat dan dibutuhkan oleh anak.
Orang tua dan guru (sekolah) bertanggung jawab untuk menghasilkan potensi unggulan pada setiap anak, termasuk
anak dengan Down Syndrome(Dimitriou & Halstead, 2021; Meneghetti et al., 2019). Oleh karena itu kemauan eksploratif
untuk mengidentifikasi potensi manusia berdasarkan respon terhadap intervensi pada anak down syndrome sangatlah
penting. Potensi manusia sangat memungkinkan untuk dikembangkan, khususnya anak down syndrome sebagai bagian
dari anak berkebutuhan khusus. Di balik kekhususan atau kekurangan pada anak berkebutuhan khusus, ada harapan
positif untuk mengidentifikasi potensi unggul yang terpendam yang dimilikinya(Koivu et al., 2018; Valencia-Naranjo &
Robles-Bello, 2017). Keunggulan tidak selalu identik dengan kecerdasan. Keunggulan tidak selalu akademik. Excellence is
multiple intelligence, oleh karena itu akan selalu ada pada setiap individu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa down syndrome mempengaruhi anak-anak di antara satu dari 700
kelahiran hidup atau antara 800-1000 kelahiran pada bayi di seluruh dunia yang diperkirakan saat ini berjumlah
empat juta. (Masgutova & Sadowska, 2015).Anak Berkebutuhan Khusus (DS) Down dikategorikan sebagai anak
berkebutuhan khusus. Ciri umum yang diketahui oleh masyarakat awam pada anak Down Syndrome adalah
memiliki kecerdasan yang rendah, atau dikenal dengan anak tunagrahita, tunagrahita ringan dengan IQ: 50-70,
tunagrahita sedang dengan IQ: 35-49 dan tunagrahita berat dengan IQ : 20-34, namun jarang ditemukan anak
dengan retardasi mental berat. Untuk anak tunagrahita ringan dan sedang banyak ditemukan pada siswa
pendidikan tingkat dasar(Popescu et al., 2013; Wegier & Shaffer, 2017). Bukan karena memiliki IQ di bawah rata-
rata, lalu dinilai tidak memiliki potensi kemanusiaan yang bisa dikembangkan. Hal ini justru sebaliknya ketika
dieksplorasi dengan mengidentifikasi potensi tersembunyi yang mereka miliki melalui model respon terhadap
intervensi, akan memungkinkan mereka untuk berdaya dan sukses hidup di masa depan. Tingkat
keterbelakangan mental yang dibawa oleh anak down syndrome menghasilkan persepsi negatif sebagai individu
yang memiliki potensi belajar rendah(Mengoni et al., 2014; Rahmah et al., 2016). Sebagai orang tua tentunya
menginginkan anaknya berhasil dalam belajar melalui pengembangan potensi guru sekolah dengan melakukan
strategi atau intervensi tertentu agar potensi manusia dapat berkembang secara optimal. Banyak anak down
syndrome dapat tumbuh dan berkembang jika dilatih dan diasah potensi belajarnya dan banyak dari mereka
yang berhasil menjadi musisi dan atlet olahraga.
Identifikasi potensi manusia berdasarkan respon intervensi pada anak down syndrome dilakukan
melalui studi deskriptif-eksploratif dengan pendekatan kualitatif di SD Kahuripan Jakarta Timur pada siswa
kelas 4 SD. Kajian dilakukan dengan observasi yang cermat sebagai bentuk identifikasi dalam beberapa
lapis intervensi sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang potensi anak down syndrome. Hasil
identifikasi ini kemudian dijadikan dasar untuk merancang program pembelajaran yang tepat sesuai
kebutuhan anak down syndrome. Pada akhirnya, anak dengan Down Syndrome sendiri dapat mengetahui
dan memahami potensi kemanusiaannya untuk dikembangkan dan dibesarkan secara maksimal. Melalui
penelitian ini, kami merubah paradigma dan persepsi kami menjadi lebih optimis dan positif bahwa anak
down syndrome memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi
unggulannya di luar akademisi. Saat kita bisa mengungkap potensi kemanusiaan mereka dengan tepat.
Pada gilirannya, hasil identifikasi potensi manusia digunakan sebagai acuan dalam merancang program
pendidikan individu (IEPs) dan merancang sistem pendukung pembelajaran positif untuk anak Down-
Syndrome.
Temuan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa anak-anak dengan sindrom Down harus diperhatikan
secara hati-hati(Lemon & Fuchs, 2010; Ratz, 2013). Penelitian lain juga menyatakan bahwa down syndrome perlu
mendapatkan pembelajaran yang baik seperti siswa pada umumnya(Andreou & Katsarou, 2013; Dekker et al., 2014).
Melalui penelitian ini diharapkan dapat merubah stigma negatif dan persepsi yang salah tentang anak down syndrome
sebagai anak yang tidak memiliki potensi unggul. Seharusnya pendidikan di Indonesia mengikuti sendiri yaitu No Child
Left Behind. Potensi manusia ada pada setiap individu sebagai kemampuan dasar yang harus diidentifikasi melalui
pendidikan dan pembelajaran. Model respon intervensi merupakan salah satu model yang efektif dan sistematis untuk
mengidentifikasi potensi-potensi unggulan yang belum terungkap. Keunggulan tidak

Totok Bintoro/ Tersembunyi Potensi Kemanusiaan Anak Down Syndrome (DS) Berdasarkan Respon terhadap Intervensi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 248

selalu identik dengan kecerdasan. Keunggulan tidak selalu akademis. Keunggulannya adalah multiple
intelligences, oleh karena itu akan selalu ada pada setiap anak, termasuk anak down syndrome. Penelitian
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi manusia yang terpendam pada anak down syndrome (DS) berdasarkan
respon terhadap intervensi.

2. METODE
Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa Dian Kahuripan, Pisangan, Jakarta Timur.
Peneliti bekerjasama dengan guru kelas dalam mengajar anak down syndrome di sekolah tersebut. Peneliti memilih 3 subjek penelitian sebagai sampel untuk diamati. Ketiga subjek berinisial ZZ (laki-laki berusia 8 tahun), ZTW (perempuan

berusia 9 tahun) dan THA (perempuan berusia 8 tahun) merupakan kelompok siswa kelas 2 SD dengan kemampuan yang berbeda-beda. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan deskriptif

kualitatif melalui metode studi eksploratif. Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti mengikuti setiap perkembangan di lapangan dengan subjek penelitian dalam jangka waktu kurang lebih 1 tahun. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kualitatif dengan model Miles dan Huberman. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dokumentasi dan catatan lapangan yang terdiri dari pertama, Peneliti melakukan

wawancara dengan melakukan percakapan langsung dengan guru kelas, kepala sekolah dan tiga orang tua yang memiliki anak down syndrome. Kedua, observasi yang dilakukan peneliti secara langsung di lapangan dengan mengamati

aktivitas ketiga anak down syndrome tersebut, namun tidak dilibatkan dalam semua aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti mengamati respon yang dilontarkan oleh ketiga subjek penelitian

terhadap intervensi yang diberikan oleh guru berupa intervensi pembelajaran seni dan olahraga. Untuk pembelajaran seni berupa seni lukis dan tari, sedangkan olahraga futsal. Ketiga, peneliti menggunakan dokumen tertulis untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan. Dokumen dapat berupa catatan, jurnal, portofolio, dan lain-lain yang mendukung. Peneliti melakukan wawancara dengan melakukan percakapan langsung dengan guru kelas, kepala sekolah dan tiga

orang tua yang memiliki anak down syndrome. Kedua, observasi yang dilakukan peneliti secara langsung di lapangan dengan mengamati aktivitas ketiga anak down syndrome tersebut, namun tidak dilibatkan dalam semua aktivitas yang

dilakukan oleh subjek penelitian. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti mengamati respon yang dilontarkan oleh ketiga subjek penelitian terhadap intervensi yang diberikan oleh guru berupa intervensi pembelajaran seni dan olahraga.

Untuk pembelajaran seni berupa seni lukis dan tari, sedangkan olahraga futsal. Ketiga, peneliti menggunakan dokumen tertulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Dokumen dapat berupa catatan, jurnal, portofolio, dan lain-lain

yang mendukung. Peneliti melakukan wawancara dengan melakukan percakapan langsung dengan guru kelas, kepala sekolah dan tiga orang tua yang memiliki anak down syndrome. Kedua, observasi yang dilakukan peneliti secara langsung

di lapangan dengan mengamati aktivitas ketiga anak down syndrome tersebut, namun tidak dilibatkan dalam semua aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti mengamati respon yang

dilontarkan oleh ketiga subjek penelitian terhadap intervensi yang diberikan oleh guru berupa intervensi pembelajaran seni dan olahraga. Untuk pembelajaran seni berupa seni lukis dan tari, sedangkan olahraga futsal. Ketiga, peneliti

menggunakan dokumen tertulis untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Dokumen dapat berupa catatan, jurnal, portofolio, dan lain-lain yang mendukung. kepala sekolah dan tiga orang tua yang memiliki anak dengan sindrom Down.

Kedua, observasi yang dilakukan peneliti secara langsung di lapangan dengan mengamati aktivitas ketiga anak down syndrome tersebut, namun tidak dilibatkan dalam semua aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti mengamati re

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Subjek adalah anak down syndrome yang duduk di kelas 2 SLB Dian Kahuripan, Pisangan,
Jakarta Timur. Ketiga subjek penelitian tersebut adalah ZZ, ZTW, dan THA. Hasil dari segi kemampuan
yang dimiliki oleh ZZ berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pendidikan khususnya
disajikan padaTabel 1, Tabel 2,DanTabel 3.

Tabel 1.Hasil Pengamatan Ditinjau dari Kemampuan yang Dimiliki ZZ

Aspek dari
Hasil Aspek Pengamatan Hasil
Pengamatan
Pengetahuan Bagus Kemampuan Verbal Cukup
Pengaturan Bagus Kematangan Emosi Bagus
Sosial yang baik
Bagus Kemampuan Abstraksi Cukup
Memahami
Penyimpanan Cukup Kemampuan Menghitung Cukup
Kemampuan Nonverbal Cukup Perhatian Bagus
Konsentrasi Cukup Ketepatan Cukup
Minat untuk Belajar Cukup Kemerdekaan Bagus

Meja 2.Intervensi dalam Subjek Tingkat 1 ZZ

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Membaca Mengetahui Alfabet K K K K
Bacaan Sederhana K K K K
Menulis Tulisan Sederhana K K K K
Perhitungan Penghitungan Sederhana K K K K
Mewarnai / Melukis Mampu mewarnai gambar sederhana dengan memahami K K C C
batasan gambar dan memilih warna menggunakan pensil
warna, serta mampu menggambar 5 gambar sederhana
yang bermakna
Mampu menirukan gerakan berpola dan mampu menari K K K K
secara sederhana.

JER,P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 249

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Menari K K C C
K K K K
Olahraga Mampu menggerakkan kepala, atas, bawah, kiri, kanan, K C C C
berputar, tidak ke mana-mana, Lompat, dan Lari
C C C C

Tabel 3.Intervensi pada Subjek Tier 2 ZZ

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Membaca Mengetahui Alfabet K K C C
Bacaan Sederhana K K K K
Menulis Tulisan Sederhana K K K K
Perhitungan Penghitungan Sederhana K K K K
Mewarnai / Melukis Mampu mewarnai gambar sederhana dengan memahami
batasan gambar dan memilih warna menggunakan pensil K K K K
warna, serta mampu menggambar 5 gambar sederhana
yang bermakna
Menari Mampu menari sederhana K K K K

K C C C

K K K K
Olahraga Mampu menggerakkan kepala, atas, bawah, kiri, kanan, C C C C
berputar, tidak ke mana-mana, Lompat, dan Lari
C C C C

Kemampuan yang dimiliki oleh ZTW berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pendidikan
khususnya disajikan padaTabel 4, Tabel 5,DanTabel 6.

Tabel 4.Hasil Pengamatan Ditinjau dari Kemampuan yang Dimiliki ZTW

Aspek dari Hasil Aspek Pengamatan Hasil


Pengamatan
Pengetahuan Bagus Kemampuan Verbal Cukup
Pengaturan Cukup Kematangan Emosi Cukup
Sosial yang baik Cukup Kemampuan Abstraksi Cukup
Memahami
Penyimpanan Cukup Kemampuan Menghitung Cukup
Kemampuan Nonverbal Cukup Perhatian Bagus
Konsentrasi Cukup Ketepatan Cukup
Minat untuk Belajar Cukup Kemerdekaan Bagus

Tabel 5.Subyek Intervensi Tingkat 1 ZTW

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Membaca Mengetahui Alfabet K K K K
Bacaan Sederhana K K K K
Menulis Tulisan Sederhana K K K C
Perhitungan Penghitungan Sederhana K K K K
Mewarnai / Melukis Mampu mewarnai gambar sederhana dengan memahami K K C C
batasan gambar dan memilih warna menggunakan pensil
warna, serta mampu menggambar 5 gambar sederhana
yang bermakna
Menari Mampu menari sederhana K K C K
C C C C
K C C C
Olahraga Mampu menggerakkan kepala, atas, bawah, kiri, kanan, K C C C
berputar, tidak ke mana-mana, Lompat, dan Lari C C C C

Totok Bintoro/ Tersembunyi Potensi Kemanusiaan Anak Down Syndrome (DS) Berdasarkan Respon terhadap Intervensi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 250

Tabel 6.Subjek Intervensi Tingkat 2 ZTW

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Membaca Mengetahui Alfabet C C C C
Bacaan Sederhana
Menulis Tulisan Sederhana K K C C
Perhitungan Penghitungan Sederhana K K K K
Mewarnai / Melukis Mampu mewarnai gambar sederhana dengan C C C C
memahami batasan gambar dan memilih warna
menggunakan pensil warna, serta mampu menggambar
5 gambar sederhana yang bermakna

Menari Mampu menari sederhana C C C C


C C C
C C C C
Olahraga Mampu menggerakkan kepala, atas, bawah, kiri, kanan, C C C C
berputar, Tidak ke mana-mana, Lompat, dan Lari
C C C C

Kemampuan yang dimiliki THA berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pendidikan
di dalamTabel 7, Tabel 8,DanTabel 9.

Tabel 9.Hasil Pengamatan Ditinjau dari Kemampuan yang Dimiliki oleh THA

Aspek dari Hasil Aspek Pengamatan Hasil


Pengamatan
Pengetahuan Bagus Kemampuan Verbal Cukup
Pengaturan Cukup Kematangan Emosi Cukup
Sosial yang baik Cukup Kemampuan Abstraksi Cukup
Memahami
Penyimpanan Cukup Kemampuan Menghitung Cukup
Kemampuan Nonverbal Cukup Perhatian Cukup
Konsentrasi Cukup Ketepatan Cukup
Minat untuk Belajar Cukup Kemerdekaan Bagus

Tabel 6.Subjek Intervensi Tingkat 1 THA

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Membaca Mengetahui Alfabet SK SK SK SK
Bacaan Sederhana
Menulis Tulisan Sederhana SK SK SK SK
Perhitungan Penghitungan Sederhana SK SK SK SK
Mewarnai / Melukis Mampu mewarnai gambar sederhana dengan SK SK SK K
memahami batasan gambar dan memilih warna
menggunakan pensil warna, serta mampu menggambar
5 gambar sederhana yang bermakna
Mampu menari sederhana SK SK SK SK
Menari
K K K K

Olahraga Mampu menggerakkan kepala, atas, bawah, kiri, kanan, K K K K


berputar, Tidak ke mana-mana, Lompat, dan Lari
C C C C

Tabel 7.Subjek Intervensi Tingkat 2 THA

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Membaca Mengetahui Alfabet SK SK SK SK
Bacaan Sederhana

JER,P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 251

Domain Objektif W1 W2 W3 W4
Menulis Tulisan Sederhana SK SK SK SK
Perhitungan Penghitungan Sederhana SK SK SK SK
Mampu mewarnai gambar sederhana dengan memahami K K K C
Mewarnai / Melukis batasan gambar dan memilih warna menggunakan pensil
warna, serta mampu menggambar 5 gambar sederhana K K K K
yang bermakna
K C C C
Menari Mampu menari sederhana
C C C C

Olahraga Mampu menggerakkan kepala, atas, bawah, kiri, kanan, C C C C


berputar, Tidak ke mana-mana, Lompat, dan Lari C C C C

Diskusi
Pembelajaran harus tetap berjalan lancar dan disesuaikan dengan karakteristik anak agar
anak-anak dengan down syndrome memperoleh pengetahuan seperti anak-anak pada umumnya(Andreou & Katsarou, 2013; Mengoni et al., 2014).
Pembelajaran yang diberikan pada mata pelajaran ZZ, ZTW, dan THA di kelas adalah menggunakan kurikulum nasional yang telah dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan mata pelajaran. Pembelajaran akademik dititikberatkan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung semata karena ketiga subjek tersebut
adalah penyandang Down Syndrome yang memiliki skor IQ rendah kurang dari atau sama dengan 67. Bahkan untuk mata pelajaran THA berdasarkan hasil tes
psikologi termasuk dalam kategori berat. keterbelakangan mental dengan IQ = 30 menurut Skala Stanford Binet. Artinya kemampuan THA-nya di bawah rata-
rata usia anak-anak. Oleh karena itu jika dikaji pada masing-masing mata pelajaran, kemampuan merespon THA pada masing-masing tingkatan dibandingkan
dengan dua mata pelajaran lainnya sangat kurang. Diantara ketiga subjek down syndrome, subjek ZZ termasuk yang memiliki kapasitas diri yang cukup.
Walaupun tidak atau tidak memiliki psikotes (menurut guru), mata pelajaran ZZ dapat digolongkan sebagai retardasi mental sedang. Begitu juga dengan mata
pelajaran ZTW, walaupun belum dilakukan tes psikologi (menurut guru kelas), berdasarkan pengamatan bahwa ZTW adalah down syndrome dengan retardasi
mental kategori sedang. Ciri lain dari anak down syndrome secara kasat mata adalah wajah mereka hampir mirip satu sama lain, meskipun berbeda secara
nasional, bahkan nasional, namun wajah anak down syndrome memiliki kesamaan. berdasarkan pengamatan bahwa ZTW merupakan down syndrome dengan
retardasi mental kategori sedang. Ciri lain dari anak down syndrome secara kasat mata adalah wajah mereka hampir mirip satu sama lain, meskipun berbeda
secara nasional, bahkan nasional, namun wajah anak down syndrome memiliki kesamaan. berdasarkan pengamatan bahwa ZTW merupakan down syndrome
dengan retardasi mental kategori sedang. Ciri lain dari anak down syndrome secara kasat mata adalah wajah mereka hampir mirip satu sama lain, meskipun
berbeda secara nasional, bahkan nasional, namun wajah anak down syndrome memiliki kesamaan.(Lemons & Fuchs, 2010; Popescu et al., 2013; Rahmah et al.,
2016).
Sedangkan pembelajaran non akademik meliputi seni dan olahraga yang diberikan oleh sekolah dalam bentuk kesenian
kegiatan yang meliputi seni mewarnai, melukis, dan tari sederhana. Sedangkan olahraganya adalah futsal. Kegiatan
tersebut sebenarnya untuk menunjang kesiapan anak dalam belajar akademik, karena di dalamnya terdapat observasi
terkait fungsi motorik dan persepsi yang mendukung kemampuan kognitif dan perilaku anak.(Buechele & Ridosh, 2022;
Dimitriou & Halstead, 2021; NR Lee et al., 2020). Melalui kegiatan seni dan olahraga juga dapat dilihat tingkat
kemampuan pengembangan diri pada setiap anak down syndrome. Bahkan respon yang ditunjukkan anak down
syndrome dapat dijadikan langkah guru untuk melatih keterampilan pengembangan diri yang masih kurang atau lemah
untuk ditingkatkan lebih baik lagi.(Dia et al., 2021; Valencia-Naranjo & Robles-Bello, 2017). Artinya respon intervensi yang
digunakan dalam mengajar anak down syndrome sangat bermanfaat bagi guru dan orang tua untuk memantau
perkembangan potensi yang dimiliki oleh anak down syndrome. Kegiatan pembelajaran baik akademik maupun non
akademik dengan pendekatan respon intervensi pada anak down syndrome merupakan suatu keharusan untuk
memunculkan potensi kemanusiaan anak tersebut.(Brown et al., 2021; Meneghetti et al., 2019). Kegiatan pembelajaran
akademik memang penting, namun yang jauh lebih penting adalah mengikutsertakan kegiatan pembelajaran non
akademik bagi anak down syndrome agar mereka dapat mandiri dan memiliki rasa percaya diri yang baik.

Pendekatan respon intervensi merupakan pendekatan yang harus dilakukan secara terus menerus dan
ditingkatkan oleh sistem. Karena hal ini sangat membantu guru dan orang tua untuk mengidentifikasi potensi lain di luar
akademik yang dimiliki oleh anak down syndrome. Anak down syndrome memiliki hak yang sama untuk berkembang
seperti anak normal pada umumnya. Sebuah respon intervensi yang akan berjalan dengan baik jika sistem pendukung
perilaku positif dibangun dengan baik oleh kita semua (orang tua, guru, dan masyarakat)(Çelik et al., 2022; Lanfranchi et
al., 2021). Identifikasi potensi belajar melalui respon intervensi pada anak down syndrome merupakan upaya untuk
melihat anak down syndrome dari sisi lain yaitu potensi manusia yang beragam dan beragam. Jika kemampuan kognitif
dan akademik kurang, setidaknya ada kecerdasan lain di luar akademik yang bisa ditonjolkan dan dibanggakan(Griffiths
et al., 2022; Koivu et al., 2018). Dengan kata lain, penelitian ini menyadarkan dan membuktikan kepada kita semua untuk
No Child Left Behind. Semua itu hanya dapat dilakukan melalui sistem pendukung perilaku positif dengan
mengembangkan pendekatan respon terhadap intervensi.

Totok Bintoro/ Tersembunyi Potensi Kemanusiaan Anak Down Syndrome (DS) Berdasarkan Respon terhadap Intervensi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 252

Response to Intervention (RtI) merupakan model yang banyak dikembangkan di beberapa negara maju terkait dengan
cara mengidentifikasi anak berkebutuhan secara sistematis dan efektif. Hal ini pula yang coba diterapkan oleh SLB Dian
Kahuripan dengan cara yang masih sederhana. Namun memiliki manfaat yang sangat baik untuk bagaimana kita tetap dapat
memantau perkembangan atau perkembangan anak down syndrome pada khususnya, dan anak berkebutuhan khusus pada
umumnya. SLB Dian Kahuripan memfasilitasi kesenian di bidang mewarnai, melukis dan tari sederhana. Respons intervensi
menuntut guru untuk kreatif dalam memberikan rangsangan belajar yang dapat ditanggapi oleh anak. Sedangkan olahraganya
adalah futsal. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan sekolah dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran non akademik.

RtI dilakukan secara bertahap untuk mengidentifikasi potensi belajar anak down syndrome yang sangat
baik untuk terus dikembangkan melalui penelitian selanjutnya. Namun ada beberapa saran yang dapat
dilanjutkan pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Proses identifikasi melalui RTI memiliki manfaat (1).
Identifikasi melalui respon intervensi dapat dilakukan secara efektif jika sistem pendukung perilaku positif juga
dilakukan secara bersamaan untuk mendukung upaya tersebut; 2. Memerlukan adanya tim sekolah, termasuk
orang tua dan guru, yang solid untuk bekerja sama menjodohkan anak down syndrome guna mengidentifikasi
potensi belajar di luar akademik atau potensi manusia lainnya; 3. Memerlukan pengkajian yang dinamis dan
berkesinambungan untuk dapat menemukan potensi unggulan pada anak down syndrome.

4. KESIMPULAN
Respons intervensi menuntut proses penilaian yang dinamis melalui pemantauan kemajuan yang
dilakukan secara bertahap (tier). Pentahapan intervensi tidak ada batasannya, artinya terus dilakukan secara
terus menerus hingga anak dengan down syndrome dapat menunjukkan potensi kemanusiaannya, bahkan dapat
berujung pada prestasi yang dapat diapresiasi oleh masyarakat. Dari hasil respon anak kita bisa mengetahui
mana yang masih lemah, dan mana yang sudah mulai membaik. Tentu saja bagi anak down syndrome tidak
banyak yang diharapkan dari potensi kemampuan belajar akademiknya, tetapi harus juga melihat potensi non
akademiknya, misalnya dalam bidang seni dan olahraga. Seni dan olahraga juga sangat banyak jenisnya.

5. PENGAKUAN
Kajian ini didukung oleh LP3M dengan Project Dosen Mengajar di SLB Dian Kahuripan Timur
Jakarta oleh tiga tim.

6. REFERENSI
Ahmed, M., Wang, AC-J., Elos, M., Chial, HJ, Tutup, & Sillau, S. (2022). Sistem kekebalan bawaan
merangsang sitokin GM-CSF meningkatkan pembelajaran / memori dan patologi otak interneuron dan
astrosit pada tikus sindrom Dp16 Down dan meningkatkan pembelajaran / memori pada tikus tipe liar.
Neurobiologi Penyakit,168.https://doi.org//10.1016/j.nbd.2022.105694.
Andreou, G., & Katsarou, D. (2013). Pembelajaran Bahasa pada Anak Down Syndrome (DS): Reseptif
dan Kemampuan Morphosyntactic Ekspresif.Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku,93. https://
doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.09.304.
Ayu, SM, & Junaidah, J. (2018). Pengembangan Akhlak pada Pendidikan Anak Usia Dini.Al-Idarah: Jurnal
Pendidikan Islam,8(2).https://doi.org/10.24042/alidarah.v8i2.3092.
Brown, SSG, Mak, E., Clare, I., Grigorova, M., & Beresford-Webb, J. (2021). Mendukung mesin vektor
pembelajaran dan jaringan struktural yang diturunkan difusi memprediksi kuantitas dan kognisi
amiloid pada orang dewasa dengan sindrom Down.Neurobiologi Penuaan,115.
https://doi.org/10.1016/j.neurobiolaging.2022.02.013.
Buechele, SE, & Ridosh, M. (2022). Orangtua dari Anak Down Syndrome dan Interaksinya dengan
Penyedia Perawatan Kesehatan Anak.Jurnal Perawatan Kesehatan Anak,36(2).
https://doi.org/10.1016/j.pedhc.2021.07.005.
Çelik, S., Tomris, G., & Tuna, DM (2022). Pandemi COVID-19: Evaluasi keadaan darurat
program pelatihan orang tua jarak jauh berdasarkan dukungan di rumah untuk anak-anak dengan sindrom
down. Tinjauan Layanan Anak dan Remaja,133.https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2021.106325.
Dekker, AD, Deyn, PP De, & Rots, MG (2014). Epigenetik: Kunci yang diabaikan untuk meminimalkan pembelajaran dan
defisit memori pada sindrom Down.Ulasan Ilmu Saraf & Biobehavioral,45. https://doi.org/
10.1016/j.neubiorev.2014.05.004.

JER,P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 253

Dimitriou, D., & Halstead, EJ (2021). Bab Dua Belas - Pembelajaran terkait tidur pada Sindrom Williams dan
Sindrom Down.Kemajuan dalam Perkembangan dan Perilaku Anak,60.
https://doi.org/10.1016/bs.acdb.2020.07.002.
Fagan, AM, Henson, RL, Li, Y., Boerwinkle, AH, & Xiong, C. (2020). Perbandingan biomarker CSF di
Sindrom Down dan penyakit Alzheimer dominan autosomal: studi cross-sectional.2021, 20(8).
https://doi.org/10.1016/S1474-4422(21)00139-3.
Griffiths, M., Yang, J., Vaidya, D., Nies, M., & Brandal, S. (2022). Biomarker Hipertensi Paru Adalah
Diubah pada Anak dengan Down Syndrome dan Pulmonary Hypertension.Jurnal Pediatri, 241.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2021.10.017.
Hartini, H., Rugaiyah, R., & Kahar, A. (2020). Evaluasi Program Pendidikan Pengembangan Spesialisasi
Polri TA 2018 Di Sekolah Pimpinan Tingkat Pertama Polri.Visipena.
https://doi.org/10.46244/visipena.v11i2.1299.
He, F., Lin, B., Mou, K., Jin, L., & Liu, J. (2021). Model pembelajaran mesin untuk prediksi turun
sindrom pada skrining antenatal trimester kedua.Clinica Chimica Acta,521. https://doi.org/
10.1016/j.cca.2021.07.015.
Irsyad, M. (2019). Pendidikan Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini.Dasar: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar,5(1).https://doi.org/10.32332/elementary.v5i1.1374.
John, ST, Gayathri, K., & Sahasranam, KV (2022). Pola Sitogenetik, Penyakit Jantung Bawaan, dan
Disfungsi Tiroid pada Anak Down Syndrome.Jurnal Pediatri,245. https://doi.org/10.1016/
j.jpeds.2022.01.034.
Koivu, A., Korpimäki, T., Kivelä, P., Pahikkala, T., & Sairanen, M. (2018). Evaluasi pembelajaran mesin
algoritma untuk penilaian risiko yang lebih baik untuk sindrom Down.Komputer dalam Biologi dan
Kedokteran,98.https://doi.org/10.1016/j.compbiomed.2018.05.004.
Kusdaryani, W., Purnamasari, I., & Damayani, AT (2016). Penguatan Kultur Sekolah Untuk Mewujudkan
Pendidikan Ramah Anak.Jurnal Ilmiah Pendidikan,35(1).https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.8383.
Lanfranchi, S., Onnivello, S., Lunardon, M., Sella, F., & Zorzi, M. (2021). Pelatihan dasar berbasis orang tua
keterampilan angka pada anak-anak dengan sindrom Down menggunakan permainan komputer adaptif.
Penelitian Cacat Perkembangan,112.https://doi.org/10.1016/j.ridd.2021.103919.
Lee, EY, Neil, N., & Friesen, DC (2021). Mendukung kebutuhan, mengatasi, dan stres di antara orang tua dan pengasuh
dari orang dengan sindrom Down.Penelitian Cacat Perkembangan,119.
https://doi.org/10.1016/j.ridd.2021.104113.
Lee, NR, Perez, M., Hamner, T., & Adeyemi, E. (2020). Pemeriksaan awal morfometri otak
di masa muda dengan sindrom Down dengan dan tanpa kesulitan tidur yang dilaporkan orang tua.
Penelitian Cacat Perkembangan,99.https://doi.org/10.1016/j.ridd.2020.103575.
Lemon, CJ, & Fuchs, D. (2010). Kesadaran fonologis anak-anak dengan sindrom Down: Perannya dalam
belajar membaca dan efektivitas intervensi terkait.Penelitian Cacat Perkembangan,31(2).
https://doi.org/10.1016/j.ridd.2009.11.002.
Masgutova, & Sadowska. (2015). Penggunaan Program Integrasi Refleks Neurosensorimotor untuk Meningkatkan
Pola Refleks Anak Down Syndrome.Jurnal Neurologi dan Ilmu Saraf,6(4). https://doi.org/
10.21767/2171-6625.100059.
Maulida, A. (2017). Konsep dan Desain Pendidikan Akhlak dalam Islamisasi Pribadi dan Masyarakat.
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam,2(4).https://doi.org/10.30868/ei.v2i04.36. Mayasari, N.
(2019). Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita Dengan Tipe Down Syndrome.Yin Yang:
JurnalStudiIslamGenderDanAnak,14(1),111–134.
https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i1.2847.
Meneghetti, C., Toffalini, E., Carretti, B., & Lanfranchi, S. (2019). Bab Lima - Pembelajaran lingkungan di
individu dengan sindrom Down.Tinjauan Internasional Penelitian dalam Cacat Pembangunan, 56.
https://doi.org/10.1016/bs.irrdd.2019.06.003.
Mengoni, SE, Nash, HM, & Hulme, C. (2014). Belajar membaca kata-kata baru pada individu dengan Down
sindrom: Menguji peran pengetahuan fonologis.Penelitian Cacat Perkembangan, 35(5).
https://doi.org/10.1016/j.ridd.2014.01.030.
Popescu, G., Dina, L., Stroiescu, S., & Dina, G. (2013). Kekhasan Pembelajaran Senam Motorik di Bawah
Anak Sindrom.Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku,93.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.174.
Rahmah, L., Wan, S., Riaza, M., Hafiza., A., & Anidzan., A. (2016). Suatu Pendekatan dalam Pengajaran Membaca untuk
Anak Sindrom Down.Jurnal Internasional Informasi dan Pendidikan dalam Teknologi, 6(11).
https://doi.org/10.7763/IJIET.2016.V6.815.
Ratz, C. (2013). Apakah siswa dengan sindrom Down memiliki profil belajar khusus untuk membaca?Riset di
Ganggungan perkembangan,34(12).https://doi.org/10.1016/j.ridd.2013.09.031.

Totok Bintoro/ Tersembunyi Potensi Kemanusiaan Anak Down Syndrome (DS) Berdasarkan Respon terhadap Intervensi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 6, Edisi 2, 2022 hlm. 246-254 254

Simahate, S., & Munip, A. (2020). Latihan Gerak Lokomotor Sebagai Upaya Mewujudkan Motorik Kasar
Sindrom Anak Down.ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal,8(2), 236.
https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.7656.
Tovar, Á. E., Westermann, G., & Torres, A. (2018). Dari perubahan plastisitas sinaptik menjadi pembelajaran atipikal: A
model komputasi Sindrom Down.Pengartian,171.
https://doi.org/10.1016/j.cognition.2017.10.021.
Valencia-Naranjo, N., & Robles-Bello, MA (2017). Mempelajari potensi dan kemampuan kognitif di prasekolah
anak laki-laki dengan sindrom X dan Down yang rapuh.Penelitian Cacat Perkembangan,60. https://
doi.org/10.1016/j.ridd.2016.12.001.
Wegier, P., & Shaffer, VA (2017). Membantu pembelajaran informasi risiko melalui pengalaman simulasi (ARISE):
Menggunakan hasil simulasi untuk meningkatkan pemahaman tentang probabilitas bersyarat
dalam skrining sindrom Down prenatal.Edukasi dan Konseling Pasien,100(10).
https://doi.org/10.1016/j.pec.2017.04.016.
Wulandari, Sudatha, & Simamora. (2020). Pengembangan Pembelajaran Blended Pada Mata Kuliah Ahara
Yoga Semester II di IHDN Denpasar.Jurnal Edutech Undiksha,8(1), 1–15.
https://doi.org/10.23887/jeu.v8i1.26459.

JER,P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675

Anda mungkin juga menyukai