Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

NAMA : UNTARI CAHYAWATI


NIM : PO.71.20.3.19.070
KELAS : 2 B
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN MATA KULIAH : H. Jhon Feri,S.Kep,Ns,M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Yang mana berkat rahmatnya kami dapat menyusun
makalah ini dengan lancar.

Makalah ini merupakan makalah tentang “Keperawatan Pada Gangguan Sistem Hematologi”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnanan dan banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya makalah ini dapat memberikan pemikiran serta kelancaran
tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua pihak Amin.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar  ………………………………………………………………………….


Daftar Isi ………………………………………………………………………………...
Bab I Pendahuluan 
1.1    latar Belakang  …………………………………………………………………..
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………..
Bab II Pembahasan
2.1  Pengkajian dan Anamesa pada kasus hematologi………….......................................
2.2 Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan pada Anemia……………………..
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada leukemia…………………………………………
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Thalasemia…………………………………………….
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kelainan Darah………………………………….
Bab III Penutup 
3.1 Kesimpulan  ………………………………………………………………………….
3.2 Saran ………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA  ……………………………………………………………………..

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang


Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah.
Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.

Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel
darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ
pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti
ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan
berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih
seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi
tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat
bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem
ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak
berfungsi.
Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah
pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan
sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah
harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus
menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan
paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang
tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada
kematian.
Hematologi adalah kata yang sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yakni haima; arti haima di
sini adalah darah. Jadi, hematologi dikenal sebagai sebuah cabang ilmu kesehatan di mana yang
dipelajari khususnya adalah tentang darah, penyakit yang berhubungan dengan peredaran
darah dan juga organ-organ pembentuk darah. Namun ada pula yang menyatakan bahwa
hematologi merupakan sebuah cabang ilmu kedokteran yang mengkhususkan pada penyakit
dalam.
Pada hematologi, segala gangguan darah, diagnosa, pengobatan, hingga cara mencegah penyakit
yang menyerang darah adalah hal-hal utama untuk dipelajari. Dalam hal ini, hematologi
mempelajari juga protein darah, sel darah, pembuluh darah, trombosit, serta hemoglobin. Limpa
dan juga sumsum tulang yang merupakan organ penghasil darah juga termasuk.

anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini

4
perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan
teknik komunikasi terapeutik.
Penyakit Anemiaatau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah
(Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Hemoglobinyang terkandung di
dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi
Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada
perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%.

Anemia (bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(proteinpembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat,
dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit
kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.

Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai
yang diperlukan tubuh . keadaan ini sering menyebabkan energi dalam tubuh menjadi menurun
sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih. Dalam hal ini orang yang terkena
anemia adalah orang yang menderita kekurangan zat besi. Seseorang yang menderita anemia
akan sering mengalami keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan Meningkatnya
penghancuran sel darah merah, Pembesaran limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah merah,
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis
herediter, Elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami anemia di sebabkan karena
pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

5
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui
tentang leukemia,  kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi
jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan
tiga kelompok sel darah.  Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah
putih, dan keping-keping darah.

Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan
penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke
paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan
darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam
jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah
putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan
tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.

Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam
menangani pasien dengan diagnosa leukemia.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk
memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering
menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan
keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan  pada kasus
penyakit leukemia tersebut.

Thalasemia adalah gangguan pembentukan hemoglobin yang diturunkan (genetik) dari orang tua
kepada anak-anaknya secara autosomal resesif. Manifestasi klinis thalasemia pada anak

6
bervariasi mulai dari tidak adanya keluhan (asymptomatic), gejala ringan hingga berat.
Manifestasi klinis thalasemia bergantung pada kelainan genetiknya atau jenis talasemianya.
Pada talasemia terjadi gangguan pembentukan hemoglobin, suatu komponen sel darah merah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen. Akibatnya jumlah hemoglobin penderita lebih rendah
dan jumlah sel darah merah lebih rendah sehingga terjadi anemia. Anemia pada anak yang
disebabkan oleh thalasemia dikelompokkan ke dalam anemia hemolitik (anemia disebabkan
pecahnya/lisis sel darah merah).

Kelainan darah adalah suatu kondisi ketika darah mengalami gangguan baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Seperti yang kita ketahui, darah terdiri dari 4 (empat) elemen, yaitu:

 Sel darah merah (eritrosit)


 Sel darah putih (leukosit)
 Keping darah (trombosit)
 Plasma darah

Keempat elemen tersebut memiliki peran yang sangat vital bagi keberlangsungan
fungsi tubuh. Oleh sebab itu, adanya kelainan pada darah (blood disorder) adalah sesuatu yang
tidak boleh dianggap sepele karena dampaknya bisa sangat berbahaya bagi tubuh, bahkan
mengancam keselamatan jiwa sekalipun.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memahami secara umum tentang Hematologi dan melaksanakan asuhan


keperawatan yang komprehensif.

2. Tujuan Khusus
Memahami hal-hal yang berkaitan dengan yaitu :
a) Definisi
b) Klasisfikasi 

7
c) Macam-macam
d) Etiologi 
e) Patofisiologi
f) Tanda dan gejala
g) Penatalaksanaan/Penanganan
h) Mampu menjelaskan konsep teori penyakit
i) Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit
j)  Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami
k) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit
l) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami
penyakit
m) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
n) Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian dan Anamesa pada kasus Hematologi

Pengkajian Umum System Hematologi

Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,
sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Hal ini
perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis atau tanda
serta gejala yang h Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan
penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat
kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan
keadaan khusus lainnya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap
pengkajian adalah : Wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik
(physical assessment). dan studi dokumentasi.

9
1. WAWANCARA

Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.
Macam wawancara
1.       Auto anamnesa : wawancara dengan klien langsung
2.      Allo anamnesa : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
1. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / keluhan /
respon. misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
2. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya :
“……………. Anda setuju bukan?”
3. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
4. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar
atau salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
2. OBSERVASI
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita
lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan
klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui
kepekaan alat panca indra.

10
Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya
perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart rate,
batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain.
3. PEMERIKSAAN FISIK

Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik
keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan
sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan
rencana tindakan keperawatan.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna,
bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran
tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal
bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma
di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. palpasi

11
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur,
turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3. perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan
suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah
hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah
caverna paru, pada klien asthma kronik.dan timpani pada usus
4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh
tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
 Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
 Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.

12
 Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
 Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari :
keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan,
leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital,
sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem
pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat
membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan
memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-
penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat,
kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola
reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
4. DOENGOES (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, hygiene,
neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial,
penyuluhan / pembelajaran.
1. Data demografi
2. Usia
Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan hematologi yang
menyebabkan klien tidak berusia panjang(6-7 tahun).
1. Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor darah klien bila
diperlukan tranfusi darah.

13
2. Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor lingkungan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti
gangguan yang dialami klien seperti perdarahan dan anemia.
1. Masalah kesehatan klien sekarang
2.   Tanda-tanda infeksi
3.   Perdarahan
4.  Warna kulit
5.  Dispnea
6.  Pica
7.  Perut terasa penuh menunjukkan splenomegali
8.  alkoholik
9.  Neurologi
10.  Pruritus
1. Riwayat kesehatan  klien
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien yang berhubungan
dengan system hematologi seperti berikut ini:
1. Keganasan, kemoterapi
2. Risiko HIV
3. Hepatitis
4. Kehamilan
5. Thrombosis vena
1.  Pemeriksaan fisik
1)      Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan (HEENT)
1)      Konjunctiva anemis, mukosa pucat àanemia
2)      Ikhterik/ jaundice àhemolisis, heperbilirubinemia
3)      Petekie àtrombositopenia
4)      Glositis àanemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12
5)      Limfadenopatiàlimfoma
6)      Edema

14
7)      Kemerahan
8)      Perdarahan
9)      Ketidaknormalan lensa
10)  Gangguan penglihatan
11)  Kebutaan
12)      Rambut Tekstur Pertumbuhan
13)      System integument/Kulit dan membran mukosa
a)      Pucat anemia
b)      Jaundice-àhiperbilirubinemia
c)      Koilonisia (kuku seperti sendok) anemia defisiensi zat besi
d)      Ekimosis dan petekie trombositopenia
e)      Pengkajian system Sianosis
f)       Joundice
g)      Lesi yang sulit sembuh
h)      Pigmentasi
i)        Koreng pada tungkai
j)        Kulit tangan dan kaki mengelupas
4)      Kuku
Cembung
Datar
Mudah patah
Clubbing
5) Mulut
Membran mukosa kemerahan
Luka
6) Lidah
Nyeri
Tekstur
Ada papil
Ada alur/garis
Warna

15
7) System kardiovaskuler
Takikardi S4 anemia berat dengan gagal jantung
Aritmia
Murmur
Gagal jantung
Nyeri
Nafas pendek
Kelelahan
8) Pengkajian system respiratori
Sesak nafas
Perubahan suara nafas
9)        Abdomen
Splenomegaliàpolisitemia, limfoma
Splenomegali
Hepatomegali
Adanya nyeri
Sirosis
10)  Pengkajian system Gastrointestinal
Mual
Muntah
Kesulitan menelan
Anoreksia
Penurunan BB
11)    System neurologi
Kehilangan sensasi getar (vibratio sense)àanemia megaloblastik
12) Pengkajian system neurology
Pusing
Kelemahan
Sulit tidur
Perubahan perilaku
Mati rasa/kaku

16
G. Pengkajian system muskuloskeletal
1. ROM
2. Tulang
Nyeri  Nyeri tulang/ terdernessà myeloma multiple
Kaku
Bengkak
Penipisan kortek tulang panjang
Penipisan tulang kartilago
Penebalan tulang kranial
3. Jaringan lunak
Edema
Abses
a)      H. Pengkajian system genitourinaria
Hematuri
Inkontinensia
Menstruasi yang berlebihan
Nyeri/sakit
1. Evaluasi Pemeriksaan: Laboratorium . Diagnosa penunjang
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan secara valid melalui persiapan klien, alat dan bahan,
serta pemeriksanya sendiri. Pemeriksaan laboratorium meliputi berikut
b)      Pemeriksaan Hb bila nilainya < 5 g/dlindikasi dilakukan tranfusi meski tidak ada gejala
c)      Pemeriksaan Hct  bila nilaninya >70 % indikasi dilakukan flebotomi segera
d)      Hitung plateletbila nilainya < 10.000.mm2 maka risiko terjadi perdarahan spontan, bila
nilainya < 50.000/mm2 maka risiko perdarahan meningkat pada trauma dan pembedahan, bila >
2.000.000mm2  maka terdapat risiko thrombosis
e)      Hitung neutrofilà bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko tinggi infeksi
f)       Protrombine time (PT)àBila nilainya <1,5x control maka tidak ada peningkatan risiko
perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat terjadi risik perdarahan spontan.
Pada PTT àBila nilainya<1,5x control maka ada penigkatan risiko perdarahan, bila 2,5 kontrol
maka risiko tinggi adanya perdarahan spontan.
g)      Waktu perdarahan bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko perdarahan spontan

17
h)      Antitrombin III Bila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi thrombosis spontan
PENGKAJIAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
PENGKAJIAN
SISTEM  KEKEBALAN  TUBUH
A.     IDENTITAS  PASIEN
Nama
Umur
Seks
Suku / Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Alamat
Latar Belakang Etnik
B.     RIWAYAT  KESEHATAN
1.      KELUHAN  UTAMA
◙       Kelelahan
◙       Demam
◙       Diaforesis, Keringat  Malam
◙       Kemerahan
◙       Kelemahan muscular
◙       Nyeri / Pembengkakan sendi
◙       Penurunan Berat Badan
◙       Proses Pemulihan  Buruk
2.      RIWAYAT  KESEHATAN  SEKARANG
Apakah pasien masih merasakan kelelahan, demam, diaforesis, kemerahan, kelemahan muscular,
nyeri / pembenngkakan sendi, penurunan berat badan,. Apakah masih terdapat massa yang tidak
biasa, limfadenopati, proses pemulihan buruk, hepatomegali, perubahan tanda-tanda vital.
3.            RIWAYAT  PENYAKIT  SEKARANG/MENYERTAI
Infeksi berulang        :  sering, khususnya virus
Infeksi opurtunistik  :  jamur protozoa, atau virus.

18
◙       Anemia                                          ◙       Leukemia
◙       Pleuritis                                         ◙       Penyakit Imonodefiseiensi
◙       Perikarditis                                    ◙       Sarkoma kaposi’s
◙       Fenomena Reynaud’s                   ◙       Limfoma
◙       Vaskulitis                                      ◙       Penggunaan obat-obatan IV
◙       Maligna
4.            RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
◙       Alergi
◙       Autoimun
◙       Proses Infeksi
◙       Penyakit transmisi seksual
◙       Hepatitis
◙       Pemajanan terhadap agen kimia
◙       Iradiasi
5.            RIWAYAT  KELUARGA
◙       Kanker
◙       Gangguan  Imun
◙       Alergi
6.            RIWAYAT  SOSIAL
◙       Merokok
◙       Penggunaan Alkohol
◙       Peningkatan Stres
◙       Pilihan Seksual
◙       Pasangan Seks Multipel
◙       Penggunaan obat IV, pemakaian jarum bersama-sama
7.            RIWAYAT  PENGOBATAN
◙       Imunisasi
◙       Menerima darah atau produk darah sebelum 1985
◙       Hidralazin
◙       Prokainmid
◙       Isoniazid

19
◙       Penggunaan obat-obatan IV secara gelap
C.     RIWAYAT  KESEHATAN
1.      KEADAAN  UMUM
◙       Tanda-tanda vitasl  :  N, R, P, TD
◙       TB
◙       BB
2.      SISTEM  INTEGUMEN
◙       Sensitivitas matahari
◙       Berkilau, kulit tegang diatas sendi yang rusak
◙       Modul subkutaneus diatas tonjolan tulang
◙       Kemerahan
◙       Eritema : “Kupu-kupu” pada pipi dan hidung : nodusum
◙       Bercak puytih, abu-abu/putih pada mukusa
◙       Lesi merah sampai ungu / coklat
◙       Vesikel herpetic
◙       Olserasi oral, nasal
◙       Kista tulang ; tangan ; kaki
◙       Perlambatan pemulihan luka
◙       Alopesia parsial
3.      SISTEM  SYARAF  PUSAT
 
UMUM   :
◙       Sakit Kepala
◙       Parestesia
◙       Paralisis
◙       Neuritis
◙       Perubahan kesadaran
 
KOGNITIF   :
◙       Kerusakan memori
◙       Kerusakan konsentrasi

20
◙       Penurunan proses berpikir
◙       Kacau mental
 
MOTORIK   :
◙       Gaya berjalan
◙       Kelemahan tungkai bawah
◙       Penurunan koordinasi tangan
◙       Tremor
◙       Kejang
 
PERILAKU   :
◙        Kurang menjiwai
◙        Menarik diri
◙        Emosional labil
◙        Perubahan kepribadian, ansietas, mengingkari
◙        Psikosis
◙        Oepresi
4       SISTEM  PENGLIHATAN
◙ Fotokobia                          ◙    Berkurangnya lapang pandang penglihatan
◙ Diplopia                             ◙    Kebutaan
◙ Pandangan kabur               ◙    Katarak
◙ Badan Cytoid retinal          ◙    Kinjungtivitas & Ureitis
◙ Proptosis
◙ papiledema
5.      SISTEM  PERNAFASAN
◙        Sesak nafas
◙        Dipsnea
◙        ISPA  sering
◙        Batuk
◙        Takipnea
◙        Sianosis

21
◙        Pendarahan
◙        Hipertensi pulmoner, fibrosis, korpulmonate
◙        Mengi
◙        Krekels pada basis atau difusi
◙        Retraksi interkostai
6.      KARDIOVASKULER
◙        Palpitasi, Lakikardia
◙        Nyeri dada dari sendang sampai berat
◙        Hipertensi
◙        Murmur
◙        Kardiomegali
◙        Fenimena Reynoud’s
7.      SISTEM  GASTROINTESTINAL
◙        Anorexia
◙        Mual
◙        Disfagia
◙        Nyeri abdimen, kram, kembung
◙        Gatal pada rectum, nyeri
◙        Penurunan Berat Badan, tidak disengaja
◙        Muntah
◙        Diare
◙        Fisura tektum, pendarahan
◙        Hepatosplenomegali
8.      SISTEM  GONOTOURINARIUS
◙       Hemakuria
◙       Serpihan selular
◙       Azotemia
◙       Nyeri panggul
◙       Nyeri pada waktu berkemih
◙       Fenimena Reynoud’s
9.      SISTEM  MUSKULOSKELETAL

22
◙       Nyeri dan kekacauan sendi
◙       Kelemahan muscular
◙       Parestesia : tangan, kaki
◙       Artralgia
◙       Peradangan/Pembengkakan sendi
◙       Kerusakan fungsi sendi
◙       Nodul-nodul subkutan pada tonjolan hati
◙       Edema jaringan lunak
10     SISTEM  HEMATOLOGI
◙       Petekie
◙       Purpura
◙       Mudah memar
◙       Epistaksis
◙       Pendarahan gusi
11     SISTEM   LIMFATIK
◙       Limpadenopati
◙       Splenomegali
D.     PEMERIKSAAN  PENUNJANG
1.      ELISA                                    :
2.      TEST  ALERGI                      :
3.      TEST  BONEMORROW       :
4.      LIMFANGLOGRAFI           :
Hampir sama antara gangguan hematologi primer dan sekunder dapat diminimalkan.
Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan
dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun pemeriksaan fisik.
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan
penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat
kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan
keadaan khusus lainnya.

23
2.2 Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan pada Anemia

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia

1. Pengertian
Anemia adalah keadaan dimana rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB)
sehingga hematokrit(HT)/viskositas darah menjadi encer. Anemia menunjukkan suatu gejala
penyakit atau perubahan fungsi tubuh bukan suatu penyakit.
Anemia terbagi dalam beberapa jenis yaitu
1) ketidakadekuatan pembentukan sel darah merah ( eritropoiesis),
2) penghancuran sel darah merah yang berlebihan (hemolisi) atau terlalu cepat,
3) kehilangan darah( penyebab yang paling umum ) seperti perdarahan atau menstruasi yang
berkepanjangan,
4) kurangfnya nutrisi yaiyu defisiensi vitamin B12 atau vitamin C atau zat besi,
5) faktor heriditer (brunner dan suddarth, 2000).

24
2. Penyebab
ETIOLOGI

Sebagian akibat produksi sel darah merah tidak mencukupi, dan sebagian lagi akibat
sel darah prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Faktor penyebab lain
meliputi: kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis.

PATOFISIOLOGI

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel


darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis: berkurangnya eritropoesis)
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inflasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama adalah sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang terbentukdalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang
terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglonin akan munculdalam plasma
(hemogloninemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis: apabila jumlahnya
lebih dari sekitar 100 mg/dL) hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat
memberikan inflamasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien
dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik
tersebut.

ANEMIA PADA PENYAKIT KRONIK

25
Anemia ini sebagai infeksi dapat dikemukakan: infeksi ginjal, paru (bronchiektasis,
abses, empiema), tuberculosis, pneumonia.

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Penyebab tersering pada pria dan wanita pasca menopause adalah perdarahan (mis:
dari ulkus, gastritis atau tumor saluran pencernaan) atau malabsorbsi, terutama setelah reseksi
gaster. Penyebab teresering anemia defisiensi besi pada wanita premenopause adalah menoragia
(perdarahan menstruasi berlebihan)

ANEMIA MEGALOBLASTIK

Penyebab adalah:

1. Defisiensi vit B12

2. Defisiensi asam folat

3. Gangguan metabolisme vit B12 dan asam folat

4. Gangguan sinteses DNA

ANEMIA HEMOLITIKA AUTOIMUN

Disebabkan oleh hemolisis eritrosit - eritrosit berdasarkan reaksi antigen antibodi.

ANEMIA SEL SABIT

Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul Hb dan disertai dengan
serangan nyeri.

ANEMIA SIDEROBLASTIK

Secara Etiologi dibagi dalam:

1. Kongenital : herediter

2. Didapat : a. Idiopatik

- Responsif terhadap piridoksin

26
- Tidak responsif terhadap piridoksin

- Preleukemia

b. Disebabkan obat – obatan dan toksin

- Anti tuberculosis

- Kloramfenicol

- Etanol

ANEMIA PADA PENYAKIT HATI

Pada umunya anemia pada penyakit kronik berbentuk anemia normokrom normositer. Anemia
akan menjadi hipokrom apabila terdapat perdarahan kronik,akan tetapi anemianya jarang sampai
berbentuk mikrositer. defisiensi asam folat sering didapatkan pada sirosis hati, oleh karena hati
yang sirotik tidak dapat bersifat sebagai tempat depot asam folat.

MANIFESTASI KLINIK

Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala:

1. Kecepatan kejadian anemia

2. Durasinya ( mis: kronisitas )

3. Kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan

4. Adanya kelainan lain kecacatan

5. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang mengakibatkan anemia.

Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada orang yang normal
penurunan hemoglobin hitung darah merah atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan
kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama.
Individu yang telah mengalami anemia, selama waktu yang cukup lama, dengan kadar Hb antara
9 dan 11 mg/dL, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain

27
takikardi ringan. Dispnue latihan biasanya terjadi hanya dibawah 7,5 g/dL; kelemahan hanya
terjadi dibawah 6g/dL; dispnue istirahat dibawah 3 g/dL; dan gagal jantung, pada kadar sangat
rendah 2 – 2,5 g/dL.

Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang. Pasien
dengan hipotiroidisme dengan kebutuhan O2 yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa
takikardia atau peningkatan curah jantung, pada kadar Hb dibawah 10 g/dL.

EVALUASI DIAGNOSTIK

Berbagai uji hematologis dilakukan untuk menentukan jenis dan penyebab anemia. Uji tersebut
meliputi kadar Hb dan PVC, indeks sel darah merah, penelitian leukosit. Kadar besi serum,
pengukuran kapasitas ikatan besi. Kadar folat, vit B12, hitung trombosit, waktu perdarahan,
waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang dapat
dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya
penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

KLASIFIKASI ANEMIA

ANEMIA APLASTIK

Disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang
dengan lemak. Dapat juga idiopatik dan merupakan penyebab utama.

ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL

Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritropoetin. Beberapa eritripoetin terbukti diproduksi diluar ginjal, karena terdpat eritropoesis
yang masih terus berlangasung, bahkan pada pasien yang ginjalnya telah diangkat.

PENATALAKSANAAN ANEMIA

Ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang, memperbaiki status
nutrisi.

Penatalaksanaan anemia berdasarkan klasifikasinya:


Anemia Aplastik : Transplantasi sumsum tulang dan pemberian terapi imunosupresi dengan

28
globulin antitirosit (ATG)
Anemia pada penyakit ginjal: Hemodialisis, pemberian zat besi dan asam folat.
Anemia pada penyakit kronis: Pemberian epoetin alfa
Anemia defisiensi besi: Pemilihan diet seimbang, makanan kaya besi bersama dengan sumber
vitamin C.
Anemia megaloblastik: Definisiensi Vit B diberikan vitamin B, ataupun terapi Vit B12
Anemia hemolitika: Pengontrolan
Anemia sel sabit: Pemberian hydroxyurea, cetiedetil citrate, pantoxifyline, vanili
KOMPLIKASI:

Infeksi
Hipoksia dan Iskemia
Stroke
Gagal Ginjal
Priarpiosmus
Angina ataupun gagal jantung kongestif

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN

AKTIVITAS / ISTIRAHAT

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum kehilangan produktivitas, penurunan semangat


untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.

Tanda : Takikardia/Takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia,
tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda – tanda lain yang
menunjukkan keletihan.

SIRKULASI

29
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI kronis, menstruasi berat; angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infeksi kronis. Palpitasi (takikardia,
kompensasi).

Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi
postural disritmia: abnormalitas EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T: Takikardia. Bunyi jantung: murmur sistolik. Ekstremitas (warna): pucat pada kulit
dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dan tampak sebagai keabu – abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP)
atau kuning lemon terang.
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB)
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi).
Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilinikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)

INTEGRITAS EGO
Gejala : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis: penolakan transfusi
darah.

Tanda : depresi

ELIMINASI
Gejala : riwayat prelonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB) hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran lirme.
Tanda : distensi abdomen.

MAKANAN/CAIRAN

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/ masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dispepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
untuk es, kotoran, tepung, jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB)
Tanda : Lidah tampak merah daging / halus ( AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12 ).
Membran mukosa kering, pucat.

30
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kusut / hilang elastisitas ( DB ).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi )
Bibir : selitis, mis: inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah ( DB ).

HIGIENE
Tanda : kurang bertenaga, penampilan tak rapi

NEUROSENSORI
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus. Ketidakmampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah; parestesia tangan / kaki ( AP ) ; klaudikasi sensasi menjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis. Mental: tak mampu berespons
lambat dan dangkal oftalfik: hemoragic retma ( aplastik, AP ). Epitaksis, perdarahan dari lubang
– lubang ( aplastik ). Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda
Romberg positif, paralisis ( AP ).

NYERI / KENYAMANAN
Gejala : nyeri abdomen samar : sakit kepala ( DB ).

PERNAPASAN
Gejala : Riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea , ortopnea , dan dispnea

KEAMANAN

Gejala : Riwayat pekejaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya , beneen , insektisida ,
fenilbutason, naftalen. Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi kanker tidak toleran, terhadap dingin dan / atau panas.transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan. Penyembuhan luka buruk,sering infeksi.
Tanda : demam rendah, berkeringat malam limfaindopati umum petekie dan ekimosis ( aplustik )

SEKSUALITAS
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya : menoragra atau amenore ( DB ). Hilang libido

31
( pria dan wanita ) impoten.
Tanda : seviks dan dinding vagina pucat.

PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : kecenderungan keluarga untuk anemia ( DB / AP ) penggunaan antikolvusan masa lalu /
saat ini, antibiotik, agen kemoterapi ( gagal sum-sum tulang ), aspirin, obat antiinflamasi , atau
antikoagulan. Penggunaan alkohol kronis. Adanya / berulang nya episode pendarahan aktif
( DB ). Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi : penyakit selrak atau penyakit
malabosrpsi lain; enteritis regronal; manifestasi cacing pita; poliendo kimopati; masalah
autoimun ( misalnya ; antibodi pada sel parletal, faktor intrinsik, antibodi tiroid dan sel T )
pembedahan sebelumnya, misalnya; splenektomi; eksisi tumor; penggatian kutub prostetik;
eksisi bedah deudenum atau reseksi guster, gastrektomi parsral / total ( DB / AP ). Riwayat
adanya masalah dengan penyembuhan luka atau pendarahan; infeksi kronis , ( RA ) , penyakit
granulomatus kronis, atau kanker ( selunder anemia ).
Pertimbangan DRG menunjukan berapa lama di rawat; 4,6 hari

Rencana pemulangan: dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan ( injeksi ); aktivitas


perawatan diri dan / atau pemeliharaan rumah, perubahan rencana diet.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Jumlah darah lengkap ( JDL ) : hemoglobin dan HCT menurun. Jumlah eritrosit : menurun (AP),
menurun berat ( aplastik ); MCV ( volume korpuskular rerata ) dan MCH ( hemoglobin
korpukular rerata ) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia ( apiastik ).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misalnya, menurun (AP) , meningkat ( respons sum-sum tulang
terhadap kehilangan darah / hemolisis ).
Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk ( dapat mengindikasikan tipe khusus
Anemia ).
LED : Peningkatan nenunjukan adanya reaksi Inflamasi, misalnya : peningkatan kerusakan SDM
atau penyakit Malignasi.
Masa Hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa Anemia, misalnya : pada tipe Anemia
tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek.

32
Tes kerapuhan Eritrosit : menurun ( DB )
SDP : jumlah sel total sama dengan SDM mungkin meningkat menurun( Aplastik ), Jumlah
Trombosit : menurun ( Aplastik ), meningkat (DB) : normal / tinggi ( Hemolitik )
Hemoglobin Elektroferesis : mengidentifikasi tipe struktur Hemoglobin.
Bilirubin Serum ( tak terkonyugasi ) : meningkat ( AP, Hemolitik )
Total serum dan vitamin 12 : membantu mendiagnosa Anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan / absorpsi.
Besi serum : tidak ada ( DB ) : tinggi ( Hemolitik )
TIBC serum : meningkat ( DB )
Feritis serum : menurun ( DB )
Masa perdarahan : Memanjang ( Aplastik )
LDH serum : mungkin meningkat ( AP )
Tes Schilling : penurunan ekskresi vitamin B12 urine ( AP )
Gualak : mungkin positif untuk darah pada urine : feses, dan isi gaster, menunjukan perdarahan
akut / kronis ( DB ).
Analisa Gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan PH dan tak adanya Asam Hidrolik Bebas
( DP )
Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan Biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah
ukuran dan bentuk, membentuk membedakan tipe Anemia, misalnya : peningkatan Megalobias
( AP ), lemak sumsum dan penurunan sel darah ( Aplastik ).
Pemeriksaan Endoskopik dan Radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Peningkatan perfusi jaringan


2. Memberikan kebutuhan Nutrisi / cairan
3. Mencegah Komplikasi
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, Prognosis, dan program pengobatan

TUJUAN PEMULANGAN

1. Kebutuhan aktifitas sehari – hari terpenuhi, mandiri / dengan bantuan orang lain
2. Komplikasi tercegah / minimal

33
3. Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami

DIAGNOSA KEPERAWATAN : PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN :

Dapat di hubungkan dengan : penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen / nutrien ke sel
Kemungkinan dibuktikan oleh : Palpitasi, Angina
Kulit pucat, membran mukosa : kering, kuku dan rambut
rapuh
Eksterivitas dingin
Penurunan haluaran urine
Mual / muntah, distensi abdomen
Perubahan TD, pengisian kapiler lambat
Ketidakmampuan berkontraksi, disorientasi

Hasil Yang Diharapkan /

Karena Evalvasi Pasien Akan : Menentukan Perfusi adekuat misalnya : tanda vital stabil;
Membran Mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat : Mental
seperti biasa

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit / membran mukosa dasar kaku
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
3. Awasi upaya pernapasan : Auskultasi Bunyi napas perhatikan bunyi Adventisius
4. Selidiki keluhan nyeri dada, Palpitasi
5. Kaji untuk respon vebal melambat, mudah terangsang, Agitasi gangguan memori, bingung
6. orientasi / orientasikan -ulang pasien sesuai kebutuhan –catat jadwal aktivitas pasien untuk di
rujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien berpikir, komunikasi dan aktifitas.
7. Cata keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi
8. Hindari penggunaan bantalan hangat/botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan Termometer

KOLABORASI

34
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya H8/Ht dan jumlah SDIM, GDA
Berikan SDM darah lengkap / packed, produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk
komplikasi tranfusi
Berkan oksigen tambahan sesuai indikasi
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi Memberikan informasi tentang derajat /
keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi jika ada Hipotensi
Dispnea, gemericik menunjukan GJK karena regangan jantung lama / peningkatankompensasi
curah jantung
Iskemia seluler mempengaruhi jaringan Miokardial / potensial resiko infark.
Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena Hipoksia atau defisiensi vit B12.
Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan melakukan / mempertahankan kebutuhan
AKS
Vasokonstriksi ( ke organ vital ) menurunkan sirkulasi perifer, kenyamanan pasien / kebutuhan
rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan, pencetus
Vasodilatsi ( penurunan perfusi organ ).
Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan / respons terhadap terapi
Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko
perdarahan
Memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan
Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang / Anemia plastik

Diagnosa keperawatan : Kekurangan Volume Cairan, Resiko tinggi terhadap

Faktor resiko meliputi : Peningkatan kebutuhan cairan, contoh status Hypermetabolik / demam.
Proses inflamasi.
Kerusakan / Infrak Parenkit ginjal terbatasi kemampuan ginjal untuk memekatkan urine
( hipostenuria ).
( tidak dapat diterapkan; adanya tanda – tanda dan gejala – gejala membuat diagnosa aktual )

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi – pasien akan :

35
Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh haluaran urine individu tepat
dengan berat jenis mendekati normal, tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, dan pengisian kapiler cepat.

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

Pertahankan pemasukan dan pengeluaran akut. Timbang tiap hari.


Perhatikan karateristik urine dan berat jenis
Awasi tanda vital, bandingkan dengan hasil normal pasien saat ini / sebelumnya. Ukur TD dalam
posisi berbaring, duduk dan berdiri bila mungkin
Observasi demam, perubahan tingkat kesadaran, turgor kulit buruk, dan membran mukosa
kering, nyeri.
Awasi tanda vital dengan ketat selama tranfusi darah dan catat adanya dispnea, gemericik, ronki,
mengi, JVD, penurunan bunyi napas, batuk, sputum kental, dan sianosis Pasien dapat menurun
pemasukan cairan selama periode krisis karena Malaise, Anoreksia, dan sebagainya, Dehidrasi
dari muntah, diare, demam, dapat menurunkan haluaran urine dan pencetus krisis Vaso-okllusif
Ginjal dapat kehilangan kemampuannya untuk mengkonsentrasikan urine, mengakibatkan
kehilangan banyak urine encer.
Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dan peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan
hipotensi dan Takikardia.Gejala yang menunjukan dehidrasi / hemokonsentrasi yang dengan
status Vaso-oklusif.
Jantung dapat kelelahan dan cenderung gagal karena kebutuhan pada status Anemia. Jantung
mungkin tak mampu mentoleransi tambahan volume cairan transfusi / infus IV terlalu cepat UX
mengatasi krisis / syok

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

KERUSAKAN, PERTUKARAN GAS


Dapat di hubungkan dengan :
penurunan kapasitas pembawa oksigen darah, penurunan Lemia hidup SDM / destruksi
prematur, struktur SDM abnormal; sensitivitas tegangan oksigen rendah ( latihan berat,
peningkatan ketinggian ).
Peningkatan Viskositas darah ( sumbatan akibat sel sabit yang menumpuk dalam kapiler ) dan

36
kongesti paru ( kerusakan Fagositosis permukaan )
Pencetus Pnemunia bakterial, inferk paru
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Dispnea, penggunaan otot aksesoris gelisah, kelam pilus Takikardia. Sranosis ( Hipoksia )

HASIL YANG DIHARAPKAN / KRITERIA EVALUASI

PASIEN AKAN :
Menunjukan perbaikan ventilasi / oksigenasi sebagai bukti adalah frekwensi pernapasan dalam
rentang normal, tidak ada sranosis, dan penggunaan otot aksesories; bunyi napas normal
Berpartisipasi dalam aktivitas sehari – hari tanpa kelemahan dan keletihan.
Menunjukan perbaikan tes fungsi paru yang membaik / normal

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI

Awasi frekwensi / kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, area sranosis


Auskultasi bunyi napas, catat adanya tidak adanya, dan bunyi Adventisius
Observasi tanda peningkatan demam, batuk, bunyi napas Adventisius
Bantu dalam mengubah posisi batuk dan napas dalam
Kaji tingkat kesadaran / fungsi mental secara teratur
Indikator keadekuatan fungsi pernapasan atau tingkat gangguan dan kebutuhan / keefektifan
terapi.
Terjadinya Atelektasis dan stasis sekret dapat mengganggu pertukaran gas
Menggambarkan terjadinya infeksi paru, yang meningkatkan kerja penting dan kebutuhan
oksigen
Meningkatkan ekspensi dada optimal, memobilisasikan sekresi, dan pengisian udara semua area
paru; menurunkan resiko stasis sekret / Pneumonia
Jaringan otak sangat sensitif pada penurunan oksigen dan dpt merupakan indikator dari
terjadinya hipoksia

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

37
Dapat dihubungkan dengan :
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan / absorpsi nutrien yang
diperlukan untuk pembentukan SDM normal.

Kemungkinan dibuktikan oleh :


Penurunan berat badan / berat badan dibawah normal untuk usia, tinggi dan bangun badan.
Penurunan lipatan kulit risep
Perubahan gusi, membran mukusa mulut
Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot.

Hasil yang diharapkan /


kriteria evaluasi pasien :
menunjukan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal
Tidak mengalami tanda malnutrisi
Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / atau mempertahankan
berat badan yang sesuai

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai


Observasi dan catat masukan makanan pasien
Timbang berat badan tiap hariBerikan makanan sedikit dan frekwensi sering / atau makan
diantara waktu makan
Observasi dan catat kejadian mual / muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan
Berikan dan bantu higiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang dicerna bila mukosa oral luka

KOLABORASI

Konsul pada ahli gizi


Beri obat sesuai indikasi
Berikan diet halus rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai
indikasi
Berikan suplemen rutin, misalnya : Ensure, Isocal Mengidentifikasi defisiensi, menduga

38
kemungkinan intervensi
Mengevaluasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
Mengawasi penurunan berat badan atau evektifitas intervensi nutrisi
Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster
Gejala G1 dapat menunjukan efek anemia ( hipoksia ) pada organ
Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh / luka / perdarahan dan nyeri berat.
Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual
Kebutuhan penggantian tergantungpada tipe anemia dan / atau adanya masukan oral yang buruk
dan defisiensi yang diidentifikasi
Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi pasien
Meningkatkan masukan protein dan kalori

DIAGNOSA KEPERAWATAN : INTOLERAN AKTIVITAS

Dapat dihubungkan dengan : ketidakseimbangan antara suplai oksigen ( penerimaan ) dan


kebutuhan
Kemungkinan dibuktikan oleh: Kelemahan dan kelelahan
Mengeluh penurunan toleransi aktivitas / latihan
Lebih banyak memerlukan istirahat / tidur
Palpitasi, Takikardia, peningkatan TD / respons pernapasan dengan kerja ringan
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi
Pasien akan : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas ( termasuk aktivitas sehari – hari )
Menunjukan penurunan tanda Fisiologis intoleransi, misalnya : nadi, pernapasan, dan TD masih
dalam rentang normal pasien

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI

Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas / AKS normal, catat laporan kelelahan,
keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas

39
Kaji kehilangan / gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas
Berikan lingkungan tenang
Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
Prioritaskan jadwal Asuhan Keperawatan untuk meningkatkan istirahat
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila Palpitasi, nyeri dada, napas pendek,
kelemahan, atau pusing terjadi
Mempengaruhi pilihan intervensi / bantuan
Menunjukan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien / resiko cedera
Manifestasi Kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat untuk jaringan
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru
Hipotensi postural atau Hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan
peningkatan resiko cedera.
Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan
Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol
Regangan / stres kardiopulmonal berlebihan / stres dapat menimbulkan dekompensasi /
kegagalan
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Integritas kulit, kerusakan : resiko tinggi terhadap

Faktor resiko meliputi :  Gangguan sirkulasi ( Statis vena dan Vaso-oklusif ) gangguan sensasi

 Penurunan mobilitas / tirah baring

Kemungkinan dibuktikan oleh: [ Tidak dapat diterapkan; adanya tanda – tanda dan gejala –
gejala membuat diagnosa aktual

Hasil yang diharapkan /

kriteria pasien akan :  Mencegah cedera iskemik dermal

40
 Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan faktor resiko / kerusakan kulit

 Observasi perbaikan luka / penyembuhan lesi jika ada

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI

Sering ubah posisi, bahkan bila duduk di kursi


Inspeksi kulit / titik tekanan secara teratur untuk kemerahan, berikan pijitan
Pertahankan permukaan kulit kering dan bersih; linen kering / bebas kerutan
Awasi tungkai terhadap kemerahan, perhatikan dengan ketat terhadap pembentukan ulkus
Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk
KOLABORASI :

Berikan kasur air atau tekanan udara


Awasi status daaerah iskemik, ulkus perhatikan distribusi, ukuran, kedalaman, karakter dan
drainase. Bersihkan dengan Hidrogen peroksida, asam borak, atau larutan betadine sesuai
indikasi
Siapkan untuk / bantu oksigenasi hiperbolik pada ulkus
Mencegah tekanan jaringan lama dimana sirkulasi telah terganggu, menurunkan resiko trauma
jaringan / iskemia
Sirkulasi buruk pada jaringan, mencegah kerusakan kulit Lembab, area terkontaminasi
memberikan media yang baik untuk pertumbuhan organisme pathogen
Potensial jalan masuk untuk organisme patogen. Pada gangguan sistem imun ini meningkatkan
resiko infeksi / perlambatan penyembuhan
Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan statis vena / pembentukan edema
Menurunkan tekanan jaringan dan membantu dalam meminimalkan / memaksimalkan perfusi
seluler untuk mencegah cedera dermal
Perbaikan atau lamanya penyembuhan menunjukan status perfusi jaringan dan keefektifan
intervensi. Catatan : pasien ini beresiko serius terhadap komplikasi karena rendahnya pertahanan
terhadap infeksi dan penurunan nutrien untuk penyembuhan
Memaksimalkan pemberian oksigen untuk jaringan, meningkatkan penyembuhan.

41
DIAGNOSA KEPERAWATAN :

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen / nutrien ke sel

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI
Pantau TTV, warna kulit dan membran mukosa
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Auskultasi bunyi napas ( perhatikan bunyi adventisius )
Awasi keluhan nyeri dada, palpitasi
Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung
Catat keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan suhu hangat sesuai indikasi
Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
termometer

KOLABORASI

Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb / Ht dan jumlah SDM, GDA


Berikan SDM darah lengkap, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi
tranfusi
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi
Memberikan informasi tentang derajat / keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan

intervensi

2.3 konsep asuhan keperawatan pada leukemia

42
1.1   Pengertian
(1)   Leukemia adalah proliferasi patologin dari sel pembuat darah  yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir dengan fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya
kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah yaitu pada sum-sum tulang (Ngastiyah, 1997 : 381)
(2)   Leukemia : proliferlasi sel darah putih yang masih teratur dalam jaringan pembentuk darah
(Suriadi, 2001 : 175)

1.2   Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu :
(1)   Faktor genetik
(2)   Radiasi
(3)   Obat-obat imunosupresif, obat-obata karsinogenik
(4)   Faktor heredifer
(5)   Kelainan kromososm

1.3   Patofisiologi
Adanya proliferasi sel kanker sehingga sel kanker bersaing dengan sel normal untuk
mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan dengan sel kanker. Dengan
adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan mempengaruhi eritrosit,
leukosit, faktor pembekuan dan jaringan meningkat karena adanya depresi dari sumsum tulang
maka produksi eritrosit menurun dan terjadi anemia, produksi leukosit juga menurun sehingga
sistem retikoloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh

43
dan mudah mengalami infeksi yang manifestasinya berupa demam. Faktor pembekuan juga
mengalami penurunan sehingga terjadi perdarahan yang akan menimbulkan trombositopenia.
Dengan adanya pergantian sel normal oleh sel kanker terjadi infiltrasi ekstra medular sehingga
terjadi pembesaran limpa, lifer, nodus limfe dan tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri tulang
dan persendian. Hal tersebut juga akan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat) yakni adanya
infiltrasi SSP sehingga timbullah meningitis leukemia, hal tersebut juga akan mempengaruhi
metabolisme sehingga sel akan kekurangan makanan

1.4   Klasifikasi
Berdasarkan morfologi sel terdapat 5 golongan besar leukemia sesuai dengan lima macam sistem
dalam sumsum tulang yaitu :
1.      Leukemia sistem eritropoitik : mielosis, eritremika.
2.      Leukemia sistem granulopoitik : leukemia granulosit.
3.      Leukemia sistem trombopoitik : leukemia megakarlosit.
4.      Leukemia sistem limfopoitik : leukemia megakarlosit.
5.      Leukemia RES : retikulo endoteliosis / retikolosis.

1.4.1   LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT


1.      Penyebab
LLA lebih sering dijumpai pada anak usia 3-5 tahun, dan lebih sering terjadi pada anak laki-
laki dari pada perempuan. 
Sampai sekarang  penyebabnya belum diketahui, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor
lain yang berperan :
1.1  Faktor eksogen    :  sinar X, sinar radio aktif, hormon, bahan kimia (benzol, arsen, preparat
sulfat), infeksi (virus, bakteri)
1.2  Faktor endogen   :  ras (orang Yahudi mudah menderita LLA), faktor konstitusi seperti
kelainan kromosom (sindrom down), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada
kembar satu telur)
2.      Gejala Klinis
2.1   Gejala khas : pucat, panas, perdarahan, splenomegali, hepatomegali, limfadenopati.
2.2   Gejala tidak khas : sakit sendi / sakit tulang.

44
2.3   Gejala lain : lesi purpura pada kulit.
3.    Pemeriksaan Laboratorium
3.1   Darah tepi :  Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik untuk
leukemia
3.2   Sum-sum tulang :  Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(apabila sekunder). (Ilmu Kesehatan Anak :145)
4.      Pemeriksaan lain
4.1   Biopsi limpa
4.2   Kimia darah
4.3   Cairan cerebrospinal
4.4   Sitogenik
5.      Pengobatan
5.1   Transfusi darah bila Hb kurang dari 6 g/dl
5.2   Kortikosteroid
5.3   Sistostatika
5.4   Imunoterapi
5.5   Infeksi sekunder dihindarkan (isolasi)
1.4.2   LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (LLK)
1.      Insiden
Lebih sering pada laki-laki  dan ditemukan pada umur kurang dari 40 tahun. Pada usia 60 tahun
ke atas insiden tinggi.
2.      Gejala klinis
Limfodenopati, splenomegali, hepatomegali, anemia hemolitik, trombositopenia.
3.      Pemeriksaan Lab
3.1  Darah tepi : limfositosis 50.000/mm.
3.2  Sum-sum tulang : adanya infiltrasi merata.
4.      Pengobatan
Clorambucil dan kortikosteroid.

45
1.4.3   LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT (LMA)
1.      Insiden
Lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85 persen) daripada anak-anak (15 per sen) dan lebih
sering pada laki-laki.
2.      Gejala klinis
Rasa lelah, pucat, nafsu makan menuurn, nyeri tulang, pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran kelenjar mediastrium, anemia ptekie, perdarahan, infeksi.

1.4.4   LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK (LGK)


1.      Pengertian
Suatu penyakit mielopoliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan dari sel granulosit
yang relatif matang.
2.      Gejala Klinis
Rasa lelah, penurunan berat badan, rasa penuh di perut, splenomegali.
3.      Pemeriksaan Lab
3.1   Leukosit lebih dari 50.000/mm
3.2   Trombositopenia
3.3   Kadar fosfatose alkali leukosit rendah
3.4   Kenaikan kadar vitamin B16 dalam darah
3.5   Sumsum tulang : hiper seluler dengan peningkatan jumlah megalicitiosil dan aktivitas
granulopolsis.
1.5   Manifestasi Klinik
Pilek, pucat, lesu, mudah terstimulasi, demam, anoreksia, BB menurun, ptechiae, nyeri tulang
dan persendian, nyeri abdomen, limfadenopati, hepatoslenomegali.

1.6   Pemeriksaan Diagnostik
(1)   Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya
ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
(2)   Kimia darah
Asam urat meningkat hipogamaglobinemia

46
(3)   Sumsum tulang
(4)   Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang terdesa
seperti : limfosit normal, RES.
(5)   Cairan serebrospinalis
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
(6)   Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Phi)

1.7   Penatalaksanaan
(1)   Medik
(1)   Tranfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gram %
(2)   Kartikosteroid
(3)   Sitostatika
Diberikan metotreksat atau MTX 2 minggu / kg BB secara intrafekal 3x seminggu 6-
Merkaptopurin atau 6-MP setiap hari dengan dosis 65 mg/m2 luas permukaan badan.
(4)   Infeksi sekunder dihindarkan
(5)   Imunoterapi
(2)   Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umunya sama dengan pasien lain yang menderita
penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang menggembirakan (sama
sepeti kanker lainnya) maka pendekatan psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan
ialah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan
lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini
sangat peka perasaannya jika mengetahui anaknya.

2.   KONSEP DASAR ASKEP


2.1  Pengertian
1)      Biodata
Terutama menyerang usia 3-4 tahun.

47
2)      Riwayat penyakit
(1)   Keluhan utama
Pucat, panas
(2)   RPS
Pucat mendadak disertai panas dan perdarahan.
(3)   RPD
-    Antenatal   :  ibu menderita leukemia
-    Natal          :   -
-    Post natal   :   -
3)      Activity Daily Life 
(1)   Nutrisi
Nafsu makan hilang, penurunan BB
(2)   Eliminiasi
Terjadi konstipasi dan diare
(3)   Istirahat
Sering tidur
(4)   Aktivitas
Lemas, lelah, nyeri sendi
(5)   Personal hygiene
Terganggu

2.2  Pemeriksaan
1)      Umum
(1)   Kesadaran        :  composmentis sampai koma
(2)   Tekanan darah :  hipotensi
(3)   Nadi                 :  takikardi dan filiformis
(4)   Suhu                 :  demam sampai dengan hiperpireksia
(5)   Pernafasan        :  takipnea sesak nafas
2)      Fisik
(1)   Kepala
-    Wajah            :  pucat

48
-    Mata              : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
-    Hidung          : epitaksis
-    Mulut            : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis
-    Leher             : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis
-    Dada             : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura
-    Abdomen      :  hepatomegali, spenomefali, limfodenopati
-    Skeletal         :  nyeri tulang dan sendi
-    Integumen     :  purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar
3)      Penunjang
(1)   Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi berupa adanya
ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
(2)   Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, Asam urat meningkat, hipogamaglobinemia
(3)   Pemeriksaan Sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel
limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesa (aplasia sekunder)
(4)   Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfe yang terdesa.
(5)   Cairan serebrospinalis
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
(6)   Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Phi)
2.3  Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Resiko infeksi sehubungan dengan ketidakefektifan sistem imun
2. Intoleran aktivitas sehubungan dengan gangguan transpor oksigen skunder terhadap
berkurangnya jumlah sel darah merah.
3. Resiko injury sehubungan dengan ketidakadekuatan faktor pembeku (platelet).
4. Kecemasan sehubungan dengan ketidakadekuatan  dengan diagnosa baru dan rencana
perawatan.

49
2.4  Rencana Keperawatan
1)      Diagnosa 1
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
(1)   Kriteria hasil
         Menunjukkan tidak ada tanda-tanda  infeksi.
         Suhu 365o – 374oC
         Kultur darah (-)
         Tidak ada tanda infeksi dalam pemeriksaan fisik.
(2)   Intervensi
         Monitor TTV tiap 4 jam, jangan memakai termometer rectal.
R/ deteksi dini terhadap infeksi dan menjaga keadaan mukos rectal.
         Cegah konstipasi da prosedur invasi jaringan, melakukan injeksi IM, SC, IV.
R/ mencegah perdarahan.
         Ambil darah melalui ibu jari tidak dengan jarum suntik.
R/ mencegah perdarahan.
         Inspeksi kulit setiap hari pada daerah yang rusak.
R/ kulit yang sempurna sebagai pertahanan pertama melawan serangan organisme.
         Inspeksi rongga mulut apakah ada candida dan kerusakan pada lapisan mukosa oral.
R/ kesehatan  mukosa oral adalah sebagai pertahanan melawan serangan organisme.
         Instruksi keluarga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil jika ada dugaan infeksi.
R/ keluarga kooperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap pencegahan infeksi.
         Beri semangat  untuk hggiene oral.
R/ kebersihan oral yang buruk merupakan medium utama untuk pertumbuhan organisme.

2)      Diagnosa  2
Tujuan : Aktifitas anak menjadi meningkat
(1)   Kriteria hasil
         HR, keseimbangan cairan sesuai unsur
         Keluarga atau anak mengerti tanda-tanda anemia dan penyebab
         Membentuk ADL yang tepat tanpa bantuan
(2)   Intervensi

50
         Kaji HAR dan urine tiap 4 jam
R/ memonitor transpor oksigen dalam toleransi kegiatan.
         Diskusikan dengan orang tua / anak tanda anemia dan tindakan pilihan.
R/ orang tua kooperatif dan mampu melakukan tindakan pilihan.
         Berikan transfusi RBC
R/ menormalkan jumlah sel darah merah dan kapasitas oksigen.
         Susunlah periode istirahat
R/ memberikan energi untuk penyembuhan dan regenerasi sel.
3)      Diagnosa 3
Tujuan : Mencegah injury yang berkelanjutan
(1)   Kriteria hasil
         Menunjukkan tidak ada tanda-tanda perdarahan dalam prosedur RS.
         Mempunyai pergerakan perubahan sehari.
         Bebas injury dan lingkungan yang bebas.
         Orang tua / anak secara verbal mengenal tindakan yang diperlukan ketika jumlah platelet
turun.
(2)   Intervensi
         Monitor jumlah platelet.
R/ mencegah terjadinya perdarahan.
         Inspeksi faeces, gusi, emesis, sputum, sekret nasal.
R/ mengetahui adanya persarahan sebagai tanda-tanda tromvositopenia.
         Minimalkan / hindari prosedur invasi.
R/ mengurangi kerusakan integritas mulut yang memungkinkan terjadinya  infeksi.
         Cegah konstipasi
R/ mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangi resiko infeksi.
         Sediakan lingkungan yang aman
R/ lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan perdarahan bila anak mengalami
trombositopenia.
         Instruksikan pada klien untuk memodifikasi kegiatan yang tepat untuk meminimalkan resiko
trauma.
R/ diagnosa keperawatan tidak bosan dan terhindar dari injury.

51
4)      Diagnosa Keperawatan 5
Tujuan : Mengurangi terjadinya kecemasan
(1)   Kriteria hasil
         Orang tua mengungkapkan secara verbal tentang diagnosa
         Orang tua ikut serta dalam rencana pelaksanaan.
         Orang tua memikirkan spesifik untuk pelaksanaan perawatan.
(2)   Intervensi
1. Buatkan orang tua diagnosa dan tindakan dengan teratur.
R/ orang tua mengerti dan kooperatif dalam tindakan.
2. Perkenalkan keluarga kepada keluarga lain di mana anak mereka mempunyai diagnosa sama
dan terapi yang sama.
3. R/ antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain bisa saling tukar menukar informasi
tentang penyakit yang diderita anaknya.
4. Perkuat secara verbal rencana setiap hari.
R/ keluarga kooperatif dalam tindakan keperawatan.
5. Berikan tulisan dan verbal tentang instruksi tindakan yang dilakukan di rumah.
R/ melanjutkan intervensi.

2.5  Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah wujud dari
tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.

2.6  Evaluasi
6. Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
obyektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang
perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.

52
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Thalasemia

Defenisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di

53
dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).
(Ngastiyah,2005,hal345)
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defesiensi prosuksi
rantai globin pada hemoglobin. (Rita Yuliana. Suriadi, 2001, hal 23)
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan oleh kedua
orang tua, kepada anak-anaknya secara resesif. Thalasemia adalah merupakan penyakit
hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif (kks anak).
Klasifikasi thalasemia
Thalasemia defesiensi pada rantai a merupakan kasus terbanyak, dan terdiri dari 3 bentuk
yaitu :
thalasemia minor / thalasemia trait ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
thamasemia intermedia a; ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot
thalasemia mayor
Anemia berat, tidak dapat hidup tanpa transfusi.
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
thalasemia – χ (gangguan pembentukan rantai χ )
thalasemia – β (gangguan pembentukan rantai β)
thalasemia – β – Ѕ (ganguan pembentukan β dan Ѕ yang letak gennyadiduga pendekatan.
thalasemia – Ѕ (ganguan pembentukan rantai Ѕ)
Anatomi Dan Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam terdapat dalam pembuluh darah yang
warnanya merah.
Bagian-bagian darah :
–Air : 91 %
-Protein : 3 %
–Mineral : 0,9 %
–Bahan organik : 0,1 %

Darah terdiri dari 2 (dua) bagian :


•Sel-sel darah merah ada 3 macam :
–eritrosit

54
–leukosit
–trombosit
1. Eritrosit (sel darah merah)
Bentuknya seperti cakram bikonkaf dan tidak mempunyai inti ukurannya kira-kira 7,7 unit
warnanya kuning kemerah-merahan.
2. Leukosit (sel darah putih)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak-gerak dengan perantaraan kaki palsu
(Pseudopedia) warnanya bening atau tidak berwarna. Banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 600 –
9000.
Macam-macam leukosit meliputi :
Agranulosit
–Limfosit
–monosit
Granulosit
–Neutrofil
–Eusonofil
3. Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam ada
yang bulat dan ada juga yang lonjong, warnanya putih banyaknya normal pada orang dewasa
200.000 – 300.000 /mm3.
4. Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuning-kuningan. Hampir 90 %
dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang lain yang terlarut
didalamnya.
Etiologi
Gangguan genetika
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia
(Ngastiyah 2005 hal 345).
5.Manifestasi Klinis
•Letergi

55
•Pucat
•Kelemahan
•Anoreksia
•Sesak nafas
•Tebalnya tulang cranial
•Pembesaran limfe
•Distritmia
•Menipisnya tulang kartilago
(Yuliani Rita Syuriadi, 2001 hal 26)
Komplikasi
•Fraktur Patologi
Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik dan dengan cepatnya
dekstruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin / kelebihan dan dekstruksi
RBC dengan cara reduksi dalam hemoglobin menstimulasi Bone Morrow sehingga memproduksi
RBC yang lebih dalam stimulasi yang konstan pada Bone Morrow, produksi RBC diluar menjadi
eritropoetik aktif menyebabkan Bone Morrow menjadi tipis dan sudah pecah dan rapuh fraktur.
•Hepatosplenomegali / pembesaran hati dan limfa.
Dimana thalasemia menyebabkan hemafoesis, pembesaran pada limfa, metabolisme zat besi
dengan peningkatan timbunan besi didalam jaringan hati dan limfe sehingga terjadi pigmentasi
coklat pada kulit dan serosis hepatis / pembentukan jaringan fibrosa secara berlebih dalam
struktur hati dan limfa (hepatosplenomegali)

•Disfungsi organ
Apabila mengenai organ lain akan menyebabkan disfungsi organ tersebut seperti pada jantung
dan pankreas.

•Gangguan tumbuh kembang


Thalasemia merupakan kelainan genetik menstimulasikan eritrofoesis hiperplasia sumsum tulang
yang dapat menyebabkan perubahan skletal yang dapat menimbulkan anemia maturasi seksual
dan pembentukan terlambat. (Suryadi, Rita Yuliani, 2005 hal26)

56
 Penatalaksanaan
•Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menembuhkan penyakit thalasemia. Trasfusi darah
diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 69 %) atau bila anak terlihat tidak ada
nafsu makan.
•Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua diumur 2 tahun sebelum terjadi pembesaran
limfa atau hemosiderosis. Disamping itu diberikan beberapa vitamin, tetapi preparat yang
mengandung zat besi tidak boleh.
•Pada dasarnya perawatan pasien thalasemia sama dengan pesien anemia lainnya. Masalah
pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi, resiko tinggi terjadi komplikasi akibat
transfusi yang berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman.
Pemeriksaan Diagnostik
•Studi hematologi : terdapat perubahan-perunahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis,
hipokromia, anisositosis, foikilositosis, sel target, eritrosit yang imatur, penurunan hemoglobin
dan hematokrit.
•Elektroforesis Hemoglobin : peningkatan hemoglobin F dan A2.
         Pengkajian
1).Pengkajian Fisik
•Riwayat keperawatan
•Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat, lemah, nafas cepat, hipoksia, kronik, nyeri tulang dan
dada, menurunnya aktifitas dan anoreksia serta epistaksis berulang-ulang)
2.Pengkajian Psikososial
•Anak: usia, tugas perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan penyakit
mekanisme koping yang digunakan.
•Keluarga: respon emosional leluarga, koping keluarga yang digunakan keluarga, penyesuaian
keluarga terhadap stress.
3). Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke sel – sel
Tujuan : gangguan perfusi jaringan teratasi
a.     Kriteria Hasil:
-              Tanda vital normal N : 80 – 110. R : 20 – 30 x/m
-              Ektremitas hangat
57
-              Warna kulit tidak pucat
-              Sclera tidak ikterik
-              Bibir tidak kering
-       Hb normal 12 – 16 gr%
b. Intervensi keperawatan :
a.    Observasi Tanda Vital , Warna Kulit, Tingkat Kesadaran Dan Keadaan Ektremitas
Rasional : Menunujukan Informasi Tentang Adekuat Atau Tidak Perfusi Jaringan Dan Dapat
Membantu Dalam Menentukan Intervensi Yang Tepat
b.    Atur Posisi Semi Fowler
Rasional : Pengembangan paru akan lebih maksimal sehingga pemasukan O2 lebih adekuat
c.    Kolaborasi Dengan Dokter Pemberian Tranfusi Darah
Rasional : Memaksimalkan sel darah merah, agar Hb meningkat
d.     Pemberian O2 kapan perlu
Rasional : Dengan tranfusi pemenuhan sel darah merah agar Hb meningkat.
2.    Nyeri berhubungan dengan anoksia membran (krisis vaso-occlusive)
Tujuan : rasa nyeri teratasi.
a.     Kriteria Hasil:
    Rasa Nyeri hilang atau kurang
Intervensi keperawatan:
a     Jadwalkan medikasi untuk pencegahan secara terus – menerus meskipun tidak dibutuhkan.
Rasional: untuk mencegah sakit.
b     Kenali macam – macam analgetik termasuk opioid dan jadwal medikasi mungkin diperlukan.
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana rasa sakit dapat diterima.
c     Yakinkan si anak dan keluarga bahwa analgetik termasuk opioid, secara medis diperlukan dan
mungkin dibutuhkan dalam dosis yang tinggi.
Rasional: karena rasa sakit yang berlebihan bisa saja terjadi karena sugesti mereka.
D.     Beri stimulus panas pada area yang dimaksud karena area yang sakit
e.      Hindari pengompresan dengan air dingin
Rasional: karena dapat meningkatkan vasokonstriksi.

58
3.      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
Tujuan           : Intoleransi aktivitas dapat teratasi
1. Kriteria Hasil:
 Klien dapat melakukan aktivitasnya setiap hari secara mandiri.
 intervensi keperawatan :
a.   Observasi adanya tanda kerja fisik (takikardi, palpitasi, takipnea, dispnea, napas pendek,
hiperpnea, sesak napas, pusing, kunang-kunang, berkeringat) dan keletihan
Rasional: Untuk merencanakan istirahat yang tepat
b.    Pertahankan posisi fowler- tinggi
Rasional : Untuk pertukaran udara yang optimal
c.   Beri oksigen suplemen
Rasional : Untuk meningkatkan oksigen ke jaringan
d.  Ukur tanda vital selama periode istirahat
Rasional:Untuk meningkatkan nilai dasar perbandingan selama periode aktivitas
e.  Antisipasi dan bantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang mungkin diluar batas toleransi
anak
Rasional : Untuk mencegah kelelehan
f.   Rencanakan aktivitas keperawatan
Rasional : Untuk mencegah kebosanan dan menarik diri
g.  Beri aktivitas bermain pengalihan yang meningkatkan istirahat dan tenang
Rasional : Untuk memberikan istirahat yang cukup
4.   Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap fungsi
keluarga ; resiko penyembuhan yang lama pada anak.
Tujuan     :   Agar mendapatkan pemahaman tentang penyakit tersebut
1.        Kriteria Hasil: klien memahaman tentang penyakit tersebut
Intervensi keperawatan:
a.      Ajari keluarga dan anak yang lebih tua tentang karakteristik dari pengukuran – pengukuran.
Rasional: untuk meminimalkan komplikasi.
b. Tekankan akan pentingnya menginformasikan perkembangan kesehatan, penyakit si anak.
Rasional: untuk mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang tepat

59
       c.  Jelaskan tanda – tanda adanya peningkatan krisis terutama demam, pucat dan
gangguan pernafasan.
Rasional: untuk menghindari keterlambatan perawatan.
d.  Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang genetik keluarga mereka.
Rasional: agar keluarga tahu apa yang harus dilakukan.
e.         Tempatkan orang tua sebagai pengawas untuk anak mereka.
Rasional: agar mendapatkan perawatan yang terbaik.
       Agar menerima dorongan yang cukup.
2.   Kriteria Hasil : klien selalu memiliki semangat setiap hari
Intervensi keperawatan:
      Mengacu pada organisasi yang terpercaya.
Rasional: Untuk mendukung proses perawatan.
a.    Daftarkan anak pada klinik anemia
Rasional: untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
b.   Selalu waspada terhadap suatu keluarga bila 2 atau lebih anggota keluarganya terjangkit penyakit
ini.
Rasional : Agar keluarga yang lain tidak terjangkit dengan penyakit tersebut.
5.   Resiko tinggi injuri berhubungan dengan ketidaknormalan hemoglobin, penurunan oksigen,
dehidrasi.
Tujuan            :  klien tidak mengalami resiko tinggi injuri
1. Kriteria Hasil: klien tidak terkena infeksi
Jaga agar pasien mendapat oksigen yang cukup
Intervensi keperawatan:
a.   Ukur tekanan untuk meminimalkan komplikasi berkaitan dengan eksersi fisik dan stres
emosional
Rasional: menghindari penambahan oksigen yang dibutuhkan
  Jaga agar pasien tidak mengalami dehidasi
Intervensi keperawatan.
a.       Observasi cairan infus sesuai anjuran (150ml/kg) dan kebutuhan minimum cairan anak; infus.
Rasional: agar kebutuhan cairan ank dapat terpenuhi.

60
b.         Meningkatkan jumlah cairan infus diatas kebutuhan minimum ketika ada latihan fisik atau
stress dan selam krisis.
Rasional: agar tercukupi kebutuhan cairan melalui infus.
c.   Beri inforamasi tertulis pada orang tua berkaitan dengan kebutuhan cairan yang spesifik.
Rasional: untuk mendorong complience.
d.   Dorong anak untuk banyak minum
Rasional: untuk mendorong complience.
e.  Beri informasi pada keluarga tentang tanda – tanda dehidrasi
Rasional: untuk menghindari penundaan terapi pemberian cairan.
f.   Pentingnya penekanan akan pentingnnya menghindari panas
Rasional: menghindari penyebab kehilangan cairan.
    Bebas dari infeksi
Intervensi keperawatan
g.    Tekankan pentingnya pemberian nutrisi; imunisasi yang rutin, termasuk vaksin pneumococal
dan meningococal; perlindungan dari sumber – sumber infeksi yang diketahui; pengawasan
kesehatan secara berkala.
h.   Laporkan setiap tanda infeksi pada yang bertanggung jawab dengan segera.
Rasional: agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan.
i.     Beri terapi antibiotika
Rasional: untuk mencegah dan merawat infeksi.

61
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kelainan Darah

62
1. Konsep Hematologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulan dan nodus limfa. Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar
7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
1.    Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan  protein
darah.
2.    Butir-butir darah ( blood corpuscles), yang terdiri atas komponen sebagai berikut :
a. Eritrosit (sel darah merah)

63
b. Leukosit (sel darah putih)
c. Trombosit (platelet) butir pembeku darah.

Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersuspensi dalam plasma darah. Sel darah
dibagi menjadi eritrosit ( sel darah merah, normalnya 5 ribu per mm3 darah) dan lekosit 9 sel
darah putih, normalnya 5000 – 10000 per mm3 darah). Terdapat sekitar 500 – 1000 eritrost tiap
satu lekosit. Lekosit dapat berada dalam berapa bentuk; eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan
limfosit. Fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit ( normalnya 150000 – 450000
per mm3 darah). Komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40% - 45% voume darah.
Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut hematokrit. Darah terlihat sebagai cairan
merah, opak, dan kental. Warnanya ditentukan oleh hemoglobinyang terkandung dalam sel darah
merah.
Volume darah manusia skitar 7% - 10% berat badan norma dan berjumlah sekitar 5 litet.
Darah bersirkulasi di dalam system vaskulerdan berperan sebagai penghubng antar organ tubuh,
membawa oksigen yang diabsobsi oleh paru dan nutrisi yang diabsobsi oleh traktus
gastrointestinal ke sel tbuh ntuk metabolisme sel. Darah juga mengangkut produsi sampah yang
dihasilkan oleh metabolism sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan ditransformaasidan dibuang
ke luar drai tubuh. Darah juga membawa hormone dan antibody ke tempat sasaran atau tujuan.
Asuhan Keperawatan Gangguan Pada Sistem Hematologi “Anemia” Sistem hematologi
tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sum-sum tulang dan nodus limfa.
Darah adalah organ khusus, yang berbeda dengan organ lain. Untuk menjalankan fungsinya
darah harus tetap berada dalam keadaan cairan normal. karena berupa cairan, selalu terdapat
bahaya kehilangan darah dari sistem vaskuler akibat trauma. atau kegagalan sum-sum tulang atau
keduanya dapat menimbulkan anemia. anemia bukan merupakan penyakit atau gangguan fungsi
tubuh. secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut O2 ke jaringan. Anemia yang sering terjadi pada anak dapat digolongkan dalam
beberapa bagian antara lain
A.    Anemia Aplastik

1.      Defenisi

64
Anemia aplastik dapat didefinisikan sebagai suatu kegagalan anatomi dan fisiologi dari
sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentuk
darah dalam sumsum tulang.

2.      Etiologi

Penyebab bisa congenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, insektisida, obat-obat


klorompenikol pasca hepatitis, kelainan hemoglobinuria paroksisimal nokturnal.

1.      Faktor Kongenital
Sindrom fankoni yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti microsepali, strabismus,
anomali jari, kelainan ginjal dan sebagainya

2.      Faktor didapat
Bahan kimia               : Benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb
Obat  : Cloramfenikol, Mesantoin (anti konvulsan), piribenzamin (anti histamin),
santonin/kalomel, obat sitostatika (mileran, metrotrexate, TEM, Vincristine, rubidomycine, dsb)
Radiasi                       : Sinar rontgen, radio aktif.
Faktor individu           : Alergi terhadap obat, bahan kimia dll
Infeksi                       : Tuberculosis milier, hepatitis dab
Lain – lain                   : Keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin.
Idiopatik                     : Merupakan penyebab yang paling sering.

3.      Fatofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum dapat terjadi akibat invasi kuman,
kekurangan nutrisi, selain pembentukan Hb terganggu akan menyebabkan terjadinya gangguan
pada sirkulasi O2 dan nutrisi kejaringan tbuh dan mengakibatkan penurunan tekanan dalam
sirkulasi paru dan terjadinya kelemahan serta kelelahan

4.      Komplikasi

Komplikasi umum anemia meliputi gagal ginjal, paratesia dan kejang pada setiap tingkat
anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih besar kemungkinan mengalami anemia
atau gejala gagal jantung kongestif daripada seseorang yang tidak mempunyai penyakit jantung.

7.      Uji laboratoriun dan diagnostik :


65
1.      Hitung darah lengkap disertai diferensial – anemia makrositik, penurunan granulosit, monosit
dan limfosit

2.      Jumlah trombosit – menurun

3.      Jumlah retikulosit – menurun

4.      Aspirasi & biopsi sumsum tulang – hiposelular

5.      Elektroforesis hemoglobin – kadar hemoglobin janin meningkat

6.      Titer antigen sel darah merah – naik

7.      Uji gula air – positif

8.      Uji Ham – positif

9.      Kadar folat dan B12 serum – normal atau meningkat

10.  Uji kerusakan kromosom – positif untuk anemia Fanconi

8.      Penatalaksanaan Medis :

Pilihan utama pengobatan anemia aplastik adalah tranplantasi sumsum tulang


dengan donor saudara kandung, yang antigen limfosit manusianya (HLA) sesuai. Imunoterapi
dengan globulin anti timosit (ATG) atau globulin anti limfosit (ALG) adalah terapi primer bagi
anak yang bukan calon untuk transplantasi sumsum tulang. Terapi penunjang mencakup
pemakaian antibiotik dan pemberian produk darah. Antibiotika dipakai untuk mengatasi demam
dan neutropenia, antibiotika profilaktif tidak diindikasikan untuk anak yang asimptomatik.
Produk darah yang dapat diberikan adalah sbb :

1.      Trombosit – untuk mempertahankan jumlah trombosit diatas 20.000/mm3. Pakai feresis


trombosit donor tunggal untuk menurunkan jumlah antigen limfosit manusia yang terpajan pada
anak itu.
2.      Packed red blood cells – untuk mempertahankan kadar hemoglobin diatas g/dl (anemia kronik
sering ditoleransi dengan baik) untuk terapi jangka panjang pakai deferoksamin sebagai agens
pengikat ion logam untuk mencegah komplikasi kelebihan besi
3.      Granulosit – ditransfusi ke pasien yang menderita sepsis gram negative

66
4.      Pengkajian Keperawatan :
1. Mengkaji tempat-tempat perdarahan dan gejala perdarahan
2. Mengkaji tingkat aktivitas
3. Mengkaji tingkat perkembangan
5.      Diagnosa Keperawatan :
1. Risiko tinggi cedera
2. Risiko tinggi infeksi
3. Intoleransi aktivitas
4. Kelelahan
5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
6.      Intervensi Keperawatan :

1.      Identifikasi dan laporkan tanda dan gejala perdarahan


a.       Tanda-tanda vital (denyut apex meningkat, nadi lemah dan cepat, TD menurun)
b.      Tempat perdarahan
c.       Warna kulit (pucat) dan tanda-tanda diaphoresis
d.      Kelemahan
e.       Penurunan tingkat kesadaran
f.       Penurunan jumlah trombosit
2.      Lindungi dari trauma
a.       Jangan beri aspirin atau obat-obat NSAID
b.      Hindari suntikan IM dan suppositoria
c.       Beri obat kontrasepsi untuk mengurangi menstruasi berlebihan
d.      Usahakan higiene mulut yang baik dengan sikat gigi lunak
3.      Lindungi dari Infeksi
a.       Hindari kontak dengan sumber infeksi potensial
b.      Usahakan isolasi ketat (rujuk kebijakan dan prosedur RS)
c.       Beri produk darah dan pantau respon anak terhadap infus (setelah transplantasi sumsum tulang
untuk menghindari sensitisasi terhadap antigen transplantasi donor)
d.      Observasi adanya efek samping atau respons yang merugikan
e.       Observasi tanda-tanda kelebihan cairan

67
f.       Pantau tanda-tanda vital sebelum pemasangan infus, pantau selama 15 menit
g.      selama jam pertama dan kemudian setiap jam setiap infus terpasang
h.      Berikan periode istirahat yang lebih sering. Berikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan
toleransi aktivitas dan mencegah kelelahan
i.    Pantau respons terapeutik dan respon yang merugikan terhadap pengobatan, pantau kerja dan
efek samping obat
j.     Siapkan anak dan keluarga untuk transplantasi sumsum tulang
k.     pantau tanda-tanda komlikasi trasplantasi sumsum tulang
l.      Berikan aktivitas pengalih dan rekreasi sesuai usia
m.    Berikan penjelasan sesuai usia sebelum pelaksanaan prosedur
4.      Hasil yang diharapkan
a.       Anak berangsur-angsur mengalami peningkatan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan
akhirnya trombosit
b.      Infeksi yang terjadi pada anak semakin sedikit
c.       Episode perdarahan pada anak minimal
d.      Anak dan keluarga memahami perlunya perawatan di rumah dan perawatan tindak lanjut.
B.     Anemia Defesiensi Zat besi

1.      Defenisi

Keadaan dimana kandungan zat besi tubuh total turun dibawah normal.

2.      Etiologi

Umunya disebabkan oleh perdarahan kronik, investasi cacing tambang, diet yang tidak
cukup, absorbsi yang menurun, kebutuhannya meningkat pada kehamilan, laktasi, perdarahan
pasda saluran cerna, mestruasi, donor darah, hemoglobinuria, penyimpanan besi berkurang.

3.      Fatofisiologi

Penderita defesiensi besi yang berat lebih dari 40mg/100ml: Hb 6-7 grm/100ml
mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata dan mudah patah, selain itu atropi
papilla lida mengakibatkan lida tampak pucat, licin mengkilat, merah daging, meradang dan
sakit, dapat juga timbul stomatis angularis, pesah-pecah dan kemerahan disudut mulut yang
menimbulkan rasa nyeri.

68
4.      Komplikasi

1.      Perkembangan otak buruk

2.      daya konsentrasi menurun

3.      Hasil uji perkembangan menurun

4.      Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun\

5.      Uji laboratorium dan Diagnostik

1)      Kadar porfirin eritrosit bebas – meningkat

2)      Konsentrasi besi serum – menurun

3)      Saturasi transferin – menurun

4)      Konsentrasi feritin serum – menurun

5)     Hemoglobin – menurun & Rasio hemoglobin – porfirin eritrosit – meningkat

6)      Mean Corpuscle Volume (MCV) dan Mean Corpuscle Hemoglobin Concentration (MCHC) –
menurun, menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil
dan pucat

7)    Selama pengobatan, jumlah retikulosit – meningkat dalam 3 –5 hari sesudah dimulainya terapi
besi mengindikasikan respon terapeutik yang positif

8)      Dengan pengobatan, hemoglobin – kembali normal dalam 4 – 8 minggu mengindikasikan


tambahan besi dan nutrisi yang adekuat

6.      Penatalaksanaan Medis :
Usaha pencegahan ditujukan pada pengobatan dan intervensi. Pencegahan

tersebut mencakup menganjurkan ibu untuk memberikan ASI, makan makanan kaya zat besi
dan, minum vitamin pranatal yang mengandung besi. Terapi untuk mengatasi anemia zat besi
terdiri dari program pengobatan berikut : Zat besi diberikan per oral (PO) dalam dosis 2 – 3 mg
per kg unsur besi. Semua bentuk zat besi sama efektifnya (ferosulfat, ferofumarat, ferosuksinat,

69
feroglukonat). Vitamin C harus diberikan bersama zat besi (vitamin C meningkatkan absorbsi
besi). Zat besi paling baik diserap bila iminum 1 jam sebelum makan. Terapi besi hendaknya
diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia dikoreksi untuk mengisi kembali
cadangan besi. Zat besi yang disuntikkan jarang dipakai kecuali terdapat penyakit malabsorbsi
usus halus.

7.      Intervensi Keperawatan

1.      Pantau efek terapeutik dan efek yang tidak diinginkan terhadap terapi zat besi pada anak

2.      Efek samping dari terapi oral (perubahan warna gigi) jarang terjadi

3.      Ajarkan tentang cara-cara mencegah perubahan warna gigi


- minum preparat besi dengan air, sebaiknya dengan jus jeruk
- berkumur setelah minum obat

4.      Anjurkan untuk meningkatkan makanan berserat dan air untuk mengurangi konstipasi dari zat
besi

5.      Untuk mengatasi konstipasi berat akibat zat besi, cobalah untuk

6.      menurunkan dosis zat besi, tetapi memperpanjang lama pengobatan.

7.      Ajarkan pada orangtua tentang asupan nutrisi yang adekuat

8.      Kurangi asupan susu pada anak

9.      Tingkatkan asupan daging dan pengganti protein yang sesuai

10.  Tambahkan padi-padian utuh dan sayur-sayuran hijau dalam diet

11.  Dapatkan informasi tentang riwayat diet dan prilaku makan

12.  Kaji faktor-faktor yang menyebabkan defisiensi besi nutrisi psikososial, prilaku, dan nutrisional

13.  Buat rencana bersama orangtua tentang pendekatan-pendekatan kebiasaan makan yang dapat
diterima

14.  Rujuk ke ahli gizi untuk evaluasi dan terapi intensif

15.  Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya, karena zat besi dari ASI mudah untuk diserap

8.      Hasil yang diharapkan

70
1.      Warna kulit anak membaik

2.      Pola tumbuh anak membaik

3.      Tingkat aktivitas anak sesuai dengan usianya

4.      Orangtua menunjukkan pemahamannya terhadap aturan pengobatan di rumah (pemberian obat,


makanan kaya zat besi yang sesuai)

C.     Anemia Sel Sabit

1.      Definisi

Anemia sel sabit adalah anemia dimana kondisi eritrosit mengandung bentuk hemoglobin
yang abnormal (HbS) dengan rantai beta yang abnormal. Sebagai akibatnya mereka mengambil
bentuk aneh (bersabit) jika tekanan oksigen menurun.

2.      Etiologi
Kelainan bawaan (kongenital) atau merupakan faktor yang didapat (acquired).

3.      Patofisiologi

Defek dasar pada penyakit ini adalah adalah gen autosom yang mutan yang
mempengaruhi penggantian valin dengan asam glutamat pada rantai hemoglobin. Sel darah
merah pada pada anemia ini berbentuk sabit dan memiliki kemampuan yang kurang dalam hal
membawa oksigen. Sel ini juga memiliki angka destruksi yang lebih besar dari sel darah normal.
Jangka hidupnya menurun hingga 16 sampai 20 hari. Sel sabit sangat kaku, karena
hemoglobinnya berbentuk gel, dehidrasi seluler, dan membrannya yang tidak fleksibel. Sel-sel
ini menyebabkan terperangkap dalam sirkulasi dan membentuk lingkaran setan infark dan
sickling yang progresif. Terdapat 3 jenis krisis : (1) oklusi pembuluh darah (sangat nyeri), (2)
sekuestrasi limpa, dan (3) aplastik. Krisis sel sabit menurun frekuensinya sejalan dengan
bertambahnya usia. Mortalitas pada tahun-tahun pertama umumnya disebabkan oleh infeksi dan
krisis sekuestrasi.

4.      Komplikasi

71
1.      Kurang tidur.

2.      Pubertas tertunda

3.      Fertilitas terganggu

4.      Priapismus

5.      Batu empedu

6.      Ulkus tungkai

7.      Penyakit jantung, hati dan ginjal menahun

8.      Osteomielitis

9.      Depresi, isolasi, dan rendah diri

10.  Enuresis

11.  Risiko tinggi ketergantungan obat

12.  Hubungan anak – orangtua tegang

13.  Stroke

5.      Uji Laboratorium dan Diagnostik

1.      Elektroforesis hemoglobin, sebaiknya dilakukan pada saat lahir terhadap semua bayi sebagai
bagian dari skrinning bayi baru lahir. Uji ini dapat menghitung persentase hemoglobin S yang
ada

2.      Darah atau sel fetus – uji ini memungkinkan penetapan diagnosis prenatal antara kehamilan
minggu ke 9 dan 11

6.      Penatalaksanaan Medis

72
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan obat untuk anemia sel sabit, tetapi
penatalaksanaan medis yang dilakukan dapat mengurangi terjadinya krisis. Pemberian penicillin
profilaktik untuk mencegah septikemia hendaknya dilakukan pada periode baru lahir. Imunisasi
tambahan yang diperlukan adalah (1) vaksin pneumokokus saat berusia 2 tahun, dengan booster
saat anak berusia 4 sampai 5 tahun dan (2) vaksin influenza

Program hipertransfusi bagia anak dengan riwayat stroke, penyakit paru progresif dan
mungkin juga krisis vasooklusif berat (kontroversial), adalah pengobatan yang kinssi diberikan.
Kelebihan besi menyebabkan besi tersebut mengendap pada organ-organ dengan komlikasi
sebagai berikut : kardiomiopati, sirosis, diabetes tergantung insulin, hipotiroidisme,
hipoparatiroidisme, pertumbuhan yang tertunda, dan perkembangan seks yang juga tertunda.
Deferoksamin (Desferal) yang diberikan melalui subkutan atau transfusi, mengkelasi besi
sehingga dapat dikeluarkan bersama urin atau empedu untuk membantu mengurangi komplikasi
tersebut.

Analgesik dipakai untuk mengendalikan nyeri selama masa krisis. Antibiotik dapat
dipakai, karena infeksi dapat memicu terjadinya krisis.

7.      Pengkajian Keperawatan

1.      Kaji sistem kardiovaskulernya (nadi, thorax, tampilan umum, kulit dan edema)

2.      Kaji sistem respirasinya ( bernapas, hasil auskultasi thorax, bentuk dan lingkar dada, tampiln
umum)

3.      Kaji tingkat nyeri anak.

8.      Diagnosa Keperawatan

1.      Perubahan perfusi jaringan : ginjal, serebrum, dan perifer

2.      Nyeri

3.      Risiko tinggi keletihan

73
4.      Risiko tinggi infeksi

5.      Risiko tinggi kelebihan volume cairan

6.      Risiko tinggi cedera

7.      Perubahan pertumbuhan dan perkembangan

8.      Risiko tinggi koping keluarga tidak efektif : menurun

9.      Risiko tinggi koping individu tidak efektif : menurun

10.  Risiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif

9.      Intervensi Keperawatan

1.      Cegah atau minimalkan efek dari krisis sel sabit :


Sadari bahwa pengkajian dan penanganan dini adalah kunci pencegahan dan intervensi episode
krisis

2.      Hindari dingin dan vasokonstriksi selama episode nyeri, dingin dapat meningkatkan sickling

3.      Berikan dan tingkatkan hidrasi (satu setengah sampai 2 kali didrasi rumatan)

4.      pertahankan dengan ketat asupan dan keluaran, kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
tingkatkan oksigenasi jaringan : pantau adanya tanda-tanda hipoksia – sianosis; hiperventilasi;
peningkatan denyut apeks; frekuensi napas dan tekanan darah; dan konfusi mental

5.      Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi pemakaian oksigen

6.      Pantau penggunaan alat oksigen.

7.      Berikan dan pantau penggunaan produk darah dan terapi kelasi; kaji tanda-tanda reaksi
transfusi demam, gelisah, disritmia jantung, menggigil, mual dan muntah, nyeri dada, urin merah
atau hitam, sakit kepala, nyeri pinggang, dan tanda-tanda syok atau gagal ginjal

8.      Pantau adanya tanda-tanda kelebihan cairan sirkulasi (overload)-dispnea, naiknya frekuensi


pernapasan, sianosis, nyeri dada, dan batuk kering

9.      Hilangkan atau minimalkan nyeri

74
10.  Panas lembab untuk 24 jam pertama

10.  Hasil Yang Diharapkan

1.      Anak dan keluarga memahami pentingnya pemeriksaan tindak lanjut dan kapan harus meminta
bantuan medis

2.      Krisis oklusi pembuluh, sekuestrasi dan aplastik yang dialami anak minimal

3.      Keluarga mencari konseling genetik bagi anak lainnya

2.2. Pengkajian

a.       Pengkajian perawatan

Pada pengkajian anak dengan hematologi dapat ditemukan adanya pendarahan kambuhan
yang dapat timbul setelah trauma baik ringan maupun berat. Pada umumnya pendarahan di
daerah persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha ; sedangkan otot yang
paling sering terkena adalah lengan bawah. Khususnya pada bayi dapat terlihat adanya
perdarahan yang berkepanjangan setelah bayi dilakukan sirkumsisi, adanya hematoma setelah
terjadinya infeksi , sering pendarahan pada mukosa oral dan jaringan lunak, sering awalnya
disertai dengan nyeri kemudian setelah nyeri akan menjadi bengkak, hangat, dan menurunnya
mobilitas. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai jumlah trombositnya normal, masa
protombinnya normal, masa tromboplastin parsialnya meningkat.

b.      Riwayat Keperawatan 

1. Aktivitas/Istrahat

Gejalah    :Keltihan, kelemahan, Malaise umum. Kehilangan produktivitas, penurunan


semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak Tanda    :Takikardia/takipnea. Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik
pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.

75
2.  Sirkulasi
Gejala         : Riwayat kehilangan darah kronis. Riwayat endokarditis infektif kronis.
Tanda         : TD: Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar.
Distritmia : atnormalitas EKG. Bunyi jantung : murmus sitolik. Ekstermitas (warna) : Pucat
pada kulit dan membrane mukosa.

3.  Integritas ego

Gejalah         : Keyakian agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan.

          Mis               : penolakan transfuse darah

Tanda           :Depresi

4.   Eliminasi

Gejalah   : Riwayat pilonefritis, gagal ginjal, Flatulen, sindrom, malabsorbsi, hematemesis, Diare
atau konstipasi, penurunan haluaran urine

Tanda    : Distensi abdomen

5.   Makan dan cairan

Gejalah   : Penurunan masukan diet, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan, mual dan muntah,
dyspepsia, anoreksia

          Tanda      : Lidah tampak merah daging/halus, membrane mukosa kering, pucat,

          Turgor kulit : buruk, kering tampak kisut, stomatitis dan glositis, Bibir : selitis

6.      Higiene

          Gejalah         : Kurang bertenaga, penampilan tak rapih

7.      Neurosensori

   Gejalah         :Sakit kepala, Insomnia, kelemahan, sensasi menjadi dingin

          Tanda           :Peka rangsang, gelisah, defresi, cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespon lambat dan dangkal. Oftalmik : Hemoragis retina.

76
8.      Nyeri/Kenyamanan

          Gejalah         : Nyeri abdomen , sakit kepala

9.      Pernafasan

          Gejalah         : Riwayat TB. Abses paru, nafas pendek pada istirahat dan aktivitas

          Tanda           : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.

10.  Keamanan

Gejalah         : Riwayat terpajan terhadap bahan kimia, Gangguan penglihatan, penyembuhan


luka buruk, sering infeksi.

          Tanda           : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadeuopati umum, peteki dan
ekimosis.

11.Penyuluhan dan pembelajaran

 Gejala           : Kecenderungan keluarga untuk anemia

2.3. Diagnosa Keperawatan
      Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penderita anemia adalah
1.      Perubahan perfusi jaringan berbanding penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman O2/nutrient ke sel

2.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan

3.      Gangguan pertukaran gas berbanding Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru

4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berbanding gangguan membran mukosa oral

5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berbanding adanya peradangan perubahan sirkulasi

6.      Nyeri berbanding adanya kulit yang pecah, licin dan meradang

7.      Diare berbanding perubahan proses pencernaan

8.      Ansietas berbanding perubahan situasi kesehatan

9.      Kurang pengetahuan berbanding salah interpretasi informasi.

2.4. Intervensi dan Rasional

77
1.      Perubahan perfusi jaringan berbanding penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman O2/nutrient ke jaringan tubuh

a) Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.

Rasional→ Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan ferfusi jaringan dan membantu


kebutuhan intervensi
b) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi
Rasional→Vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer
c) Berikan O2 tambahan sesuai indikasi
Rasional→Memaksimalkan transport O2 kejaringan
2.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan

a) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/aktivitas normal, catat laporan keleahan
keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas

Rasional→Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan


b) Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan kelemahan otot
c) Rasional→Menunjukkan perubahan neurology karena defesiensi vit B12, mempengaruhi
keamanan pasien/resiko cedera Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas
d) Rasional→Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah O2 adekuat Anjurkan vasien untuk menghentikan aktivitas palpitasi, nyeri dada,
kelemahan dan pusing terjadi
e) Asional→Regangan/stress kardiopulmonal lebih bannyak dapat menimbulkan
dekompensasi.
3.      Gangguan pertukaran gas b/d Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru

a.  Kaji frekuensi kedalaman dan dan kemudahan pernafasan

Rasional→Manifestasi distress pernafasan tergantung pada derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum

b.   Observasi warna kulit membran mukosa dan kuku, catat sianosis perifer

Rasional→Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh

78
terhadap demam/ menggigil namun sianosis daun telinga, membran mukosa dan sekitar mulut
menunjukkan hipoksemia sistemik

4.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berbanding gangguan membran mukosa
oral Mandiri :

a.       Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

Rasional→Mengidentifikasi defisiensi menduga kemungkinan intervensi

b.      Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional→Mengawasi masukan kalori atau kualitas konsumsi makanan

c.       Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan

Rasional→Meningkatkan nafsu makan

Kolaborasi :
a.       Konsul pada ahli gizi

Rasional→Membantu dalam membuat rencana diet untuk kebutuhan

individual

b.      Berikan obat sesuai indikasi misalnya vitamin dan suolemen mineral

Rasional→Kebutuhan pergantian tergantung pada tipe anemia

5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berbanding adanya peradangan perubahan


sirkulasi

a.       Kaji integritas kulit, perubahan turgor kulit, gangguan warna, hangat lokal, eritema, eskoriasi.

Rasional→Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi

b.      Bantu untuk latihan rentang gerak pasif dan aktif

Rasional→Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis

6.      Nyeri adanya kulit yang pecah, licin dan meradang

a.       Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas

79
Rasional→untuk mengetahui intervensi yang akan diberikan, bermanfaat dalam mengevaluasi
nyeri

b.      Berikan rendam duduk atau lampu penghangat bila diindikasikan

Rasional→untuk meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan, perbaikan penyembuhan

7.      Diare akibat perubahan proses pencernaan

a.       Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah

Rasional→membantu mengidentifikasi penyebab/faktor pemberat dan intervensi yang tepat

b.      Auskultasi bunyi usus

Rasional→bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi

c.       Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan

Rasional→mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi


defesiensi diet.

8.      Ansietas b/d perubahan situasi kesehatan

a.       Kaji tingkat rasa takut pada klien dan orang terdekat perhatikan tanda pengingkaran

Rasional→Membantu menetukan jenis intervensi yang diperlukan

b.      Akui kenormalan perasaan pada situasi saat ini

Rasional→mengetahui perasaan normal dapat menghilangkan takut bahwa klien kehilangan


kontrol

c.       Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan keperawatan sesuai indikasi

Rasional→Keterlibatan meningkatkan perasaan berbagi, menguatkan perasaan berguna dan


memperkecil rasa takut.

9.      Kurang pengetahuan b/d salah interpretasi informasi.

a.       Tinjau tujuan untuk persiapan pemeriksaan diagnostik

Rasional→Ansietas tentang ketidaktahuan meningkatkan stress yang selanjutnya meningkatkan


beban jantung

80
b.      Jelaskan bahwa dara diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk anemia

Rasional→Ini sering merupakan kekuatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat
ansietas pasien.

2.5. Evaluasi
1) Tanda vital stabil, membran mukosa warna mera mudah, pengisian kapiler baik. haluaran
urine adekuat.
2) Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
3) Mempertahankan integritas kulit
4) Mendemonstrasikan ventilasi dan ogsigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh
GDA/Oksimetri dalam rentang normal

81
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulan dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena bentuk
cairan. Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersuspensi dalam plasma darah. Sel darah
dibagi menjadi eritrosit ( sel darah merah, normalnya 5 ribu per mm3 darah) dan lekosit 9 sel
darah putih, normalnya 5000 – 10000 per mm3 darah). Komponen seluler darah ini normalnya
menyusun 40% - 45% voume darah. Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut
hematokrit. Darah terlihat sebagai cairan merah, opak, dan kental. Warnanya ditentukan oleh
hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah.

Jadi, bila anak megaalami Perubahan TTV kearah yang abnormal dapat menunjukan
terjadinya peningkatan kehilangan cairan akibat perdarahan / dehidrasi
Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan membantu
mengevaluasi status cairan Memberikan informasi tentang derajat hipovolemi dan membantu
menentukan intervensi Mempertahankan keseimbangan cairan akibat perdarahan

3.2. Saran

Bila kita sebagai calon perawat bila mendapatkan kasus klien dengan gangguan sistem
hematologi terutama pada anak atau bayi sesegera mungkin lakukan pemeriksaan khusus dan
Penatalaksaan tranfusi untuk perdarahan di lakukan dengan teknik virisidal yang di ketahui
efektif membunuh virus-virus yang dapat menyebabkan infeksi lain akibat tranfusi, dan di sebut
sebagai standar terbaru rekombinan sehingga dapat menghilangkan resiko tertular virus.

82
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik FKUI. 1973. Patologi. Jakarta: FKUI


https://leonmilan.blogspot.com/2009/06/makalah-anemia.html

83
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi I, Jilid III. Jakarta : Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
UPF IKA RSUD Dr. Soetomo, 1998.
  Ngastiyah, 2005, hal 345
  Yuliani Rita Syuriadi, 2001 hal 26
Burner dan Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8 . EGC Jakarta.
1996
  Hardjono, H. dkk. 2003, Interpensi Hasil Test Laboratorium Diagnostik. Penerbit Unhas
(Lephas) Anggota IKAPI. Makassar
 Marilyn E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice G. Geissler. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi III. EGC. Jakarta . 1993
Ziliwu, 2003, Kumpulan Asuhan Keperawatan, Makassar.
 www.keperawatan-cahayabangsabanjarmasin.blogspot.com
https://halosehat.com/tips-kesehatan/kesehatan-darah/kelainan-darah

84

Anda mungkin juga menyukai