Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Seni Budaya

JATI JAWA KONTRIBUSI KAYU JATI BAGI MASYARAKAT JAWA


Muhammad Zamroni
Program Pascasarjana
Institut Seni Indonesia Surakarta
Jl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

ABSTRAK

Kayu jati merupakan salah satu tumbuhan alam yang tumbuh subur di pulau Jawa. Masyarakat Jawa dalam
sejarahnya telah cukup lama memanfaatkan kayu jati sebagai bahan baku berbagai macam bangunan, mebel,
maupun benda-benda kerajinan ukir. Kontribusi kayu jati bagi masyarakat Jawa tidak hanya sekedar dalam
aspek ekonomi, namun juga dalam aspek sosial, religi, kesenian, dan kebudayaan itu sendiri. Film “Java
Teak” adalah sebuah usaha untuk membuka diskursus tentang kontribusi kayu jati bagi masyarakat Jawa,
agar kayu jati didudukkan sebagai bagian penting bagi proses tumbuh-kembangnya kebudayaan Jawa. Film
dokumenter ini dibuat dengan pendekatan ekspositori, yaitu bentuk dokumenter yang menampilkan pesan
dan tujuan dari isi film kepada penonton secara langsung melalui presenter atau narasi berupa teks maupun
suara.

Kata kunci: Java teak, dokumenter, Jati, Jawa, budaya.

ABSTRACT

Teak wood is a natural plant that thrives in Java island. People in Java, historically for a long time, have used
teak wood as the raw material of various buildings, meublelair, and the craft of carving. Teak wood gives
contribution to Javanese people not only in economic aspect but also in the social, religious, art, and cultural
aspects. The film “Java Teak” is an effort to show discourse of teak wood contribution to Javanese people in
order that teak wood is placed as the important thing in the development of Javanese culture. The documentary
film is made by expository approach that is a documentary that directly shows the message and content of
the film to the audience through presenter or narration in the form of text or voice.

Key words: Java Teak, documentary, teak, Java, culture

A. Pengantar Sejarah telah mencatat bahwa kayu jati


memiliki peranan tersendiri bagi masyarakat Jawa
Kayu jati memiliki sejarah yang cukup panjang maupun pemerintahan Hindia Belanda. Sejak masa
bagi masyarakat Jawa. Hal ini bisa dilihat dari Kerajaan Majapahit – jauh sebelum tahun 1200, kayu
berbagai macam peninggalan sejarah dalam wujud jati sudah diambil manfaatnya untuk membangun
bangunan seperti rumah tradisional Jawa, masjid, armada laut. Pada masa itu moda transportasi darat
pendopo-pendopo keraton, mebel maupun dalam yang menggunakan hewan masih belum begitu
wujud tulisan yang tertulis dalam Serat Centhini. dominan. Oleh karena itu, dilakukan penguatan
Keistimewaan kayu jati yang berasal dari Jawa telah armada laut untuk mengontrol wilayah kekuasaan
melegenda dalam dunia Internasional dengan Majapahit yang sangat luas (Purnawati, 2004: 3). Jika
munculnya istilah Java teak. Munculnya istilah Java demikian, maka pada masa Kerajaan Majapahit kayu
teak berawal ketika kerajaan Mataram menyerahkan jati sudah dijadikan komoditas bagi industri
kekuasaannya pada Verenidge Oostindische perkapalan, walaupun masih dalam skala kecil atau
Compagnie (VOC). hanya sekedar memenuhi kebutuhan kerajaan.
Kayu jati - sebagai salah satu produk tanam Pemanfaatan kayu jati masih berlanjut hingga
paksa di samping kopi, gula, katun, dan nila – kedatangan VOC di bumi Nusantara pada awal abad
digunakan VOC untuk membangun kapal dagang, kapal ke 16. Untuk memenuhi kebutuhan membangun
perang, dan untuk diperdagangkan. Sejak saat itulah gudang-gudang, galangan-galangan kapal serta
nama java teak muncul untuk menyebut kayu jati yang bangunan-bangunan, perlahan VO C mulai
berasal dari Jawa yang terkenal sangat tinggi harganya mengeksploitasi hutan jati, khususnya di Pulau Jawa
dalam perdagangan internasional (Purnawati, 2004:31). (Purnawati, 2004: 3). Hal ini dikarenakan Pulau Jawa

58 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014


Muhammad Zamroni: Jati Jawa Kontribusi Kayu Jati bagi Masyarakat Jawa

merupakan daerah paling produktif bagi pertumbuhan Dugaan paling kuat berdasarkan naskah kuno
pohon jati, khususnya Jawa bagian tengah dan timur. yang menyebutkan rumah-rumah orang Jawa terbuat
Pohon jati tumbuh subur pada ketinggian 1 hingga dari kayu terjadi pada masa pemerintahan Prabu
1.800 meter di atas permukaan laut, di tanah yang Jayabaya. Pada naskah tersebut pula bahwa pada
berbatu dan berkapur serta beriklim kering dan panas. masa pemerintahan Prabu Wijayaka telah dibentuk
Di Jawa Barat persebaran pohon jati tidak dominan sebuah ‘departemen’ perumahan yang dipimpin oleh
dikarenakan iklimnya yang cenderung basah dan sifat pejabat bergelar bupati. Jabatan ini terbagi menjadi
tanahnya yang kurang disukai oleh spesies Jati empat spesialisasi antara lain (R. Ismunandar,
(Purnawati, 2004: 1). 2003: 4):
Eksploitasi kayu jati oleh VOC baru terlihat 1. Bupati kalang blandong (ahli menebang kayu/
dampaknya di saat VOC mengalami kebangkrutan. pohon)
Kerusakan hutan jati mulai terlihat di kawasan pesisir 2. Bupati kalang obong (ahli pembersihan hutan)
pantai Utara Jawa yang telah mencapai taraf tidak 3. Bupati kalang adeg (ahli perencanaan bangunan)
dapat menyediakan kayu kecuali harus masuk jauh 4. Bupati kalang abrek (ahli merobohkan bangunan)
ke pedalaman. Pemanfaatan kayu jati tanpa
memerhatikan kelestarian hutan tersebut akhirnya Merujuk spesialisasi yang telah dibuat pada
membuat pemerintahan VOC pada tahun 1787 masa itu, masyarakat Jawa t elah memil iki
mengambil upaya-upaya untuk mempertahankan pengetahuan yang cukup memadai tentang persoalan
hutan-hutan jati. Namun baru di tahun 1796 Gubernur hutan, pohon jati, dan bagaimana cara memanfaatkan
Pantai Timur Laut P.G. Overstraten melakukan kayu tersebut menjadi rumah atau bangunan.
percobaan dengan menyebar biji-biji jati di atas tanah Menjelang pergantian abad ke-19 sampai abad ke-
yang telah dipersiapkan (Purnawati, 2004: 3-4). 20, pengetahuan lisan masyarakat Jawa mengenai
Dengan demikian, jika pemerintah VOC mulai arsitektur mulai dituliskan ke dalam naskah yang
menebang hutan jati Jawa di tahun 1602 dan di tahun berjudul ‘Kawruh Kalang’ dan ‘Kawruh Griya’. Naskah
1796 baru melakukan pelestarian maka telah terjadi tersebut lebih menjelaskan seluk beluk bagian
eksploitasi hutan jati Jawa selama 194 tahun oleh bangunan, pengukuran, serta pengonstruksiannya dan
VOC. Angka ini menunjukkan lebih dari separuh masa petunjuk perancangan bangunan (Prijotomo, 1999: 31). Di
penjajahan Belanda atas Indonesia selama 350 tahun dalam naskah ‘Kawruh Kalang’ maupun ‘Kawruh Griya’
digunakan untuk mengeksploitasi hutan jati Jawa tidak terdapat pembahasan tentang kayu jati secara
tanpa melakukan pelestarian kembali. spesifik, namun, terdapat penjelasan rumah yang
Awal mula pemanfaatan kayu jati oleh ideal bagi orang Jawa diibaratkan sebagai berteduh
masyarakat Jawa belum diketahui secara pasti. di bawah pohon (grija poenika dipoen oepamakaken
Namun, beberapa ahli menduga kuat sebelum abad angaob ing sangandhaping kadjeng ageng). Kata
ke-8, masyarakat Jawa telah memanfaatkan kayu jati ‘pohon’ (kadjeng) pada kalimat tersebut bisa merujuk
sebagai bahan baku untuk membuat rumah. Hal ini pada pohon jati yang memang pada kenyataannya
didasarkan atas kesamaan teknik penyusunan rumah banyak digunakan untuk membangun rumah ataupun
adat Jawa dengan teknik penyusunan batu-batu candi bangunan lainnya. Pembicaraan mengenai kayu jati
yang ada di pulau Jawa. Teknik penyusunan batu- yang lebih spesifik terdapat dalam Serat Centhini,
batu candi yang umumnya dibuat pada abad ke-8 yang menjelaskan tentang jenis-jenis, watak, serta
diduga kuat meniru teknik penyusunan rumah Jawa pengaruhnya terhadap penghuni rumah atau bangunan
yang ada sebelumnya (R. Ismunandar, 2003: 3). lainnya. Berikut petikan dari Serat Centhini yang
Kesimpulan ini didasarkan pada dugaan bahwa rumah menceritakan tentang jenis dan watak kayu jati
(papan) merupakan kebutuhan setelah pakaian beserta pengaruhnya:
(sandang) dan makanan (pangan). 1. Katri kajeng kang dipunsusuhi
Jauh sebelum agama Hindu dan Buddha Paksi ageng tuwin kapondhokan
datang, tentunya nenek moyang masyarakat Jawa Sadengah buron wanane
telah mempunyai tempat tinggal yang cukup Kanamakaken Tunjung
permanen untuk melindungi diri dan keluarganya. Watekipun mboten prayogi
Namun, dugaan tersebut masih sangat lemah Angendhakaken drajat
mengingat tidak ada bukti fisik maupun tulisan yang Sartane punika angrusakaken ing sedya
menyertainya. Manggenipun kangge gedhokan utawi
kandanging rajakaya

Volume 12 Nomor 1, Juli 2014 59


Jurnal Seni Budaya

(nomor tiga kayu yang dipakai sarang Menurut Kanjeng Gusti Pangeran Haryo
burung besar serta dipondoki (KGPH) Puger, serat yang disusun oleh Pakubuwono
berbagai binatang buruan hutan V tersebut dihimpun berdasarkan pengetahuan yang
diberi nama Tunjung berkembang di dalam masyarakat Jawa pada saat
wataknya tidak baik itu. Namun, Serat Centhini sendiri – menurut KGPH.
menurunkan derajat Puger – sudah merupakan bentuk olahan atau
selain itu merusak hutan modifikasi data-data pengetahuan masyarakat Jawa
digunakan untuk kandang kuda atau binatang ke dalam konsep memayu hayuning bawana
peliharaan berkaki empat) ambrasta dur hangkara, yang artinya manusia hidup
di dunia harus mengupayakan keselamatan,
2. Catur uwit utawi pangneki kebahagiaan, dan kesejahteraan serta memberantas
kathukulan simbar nama Simbar sifat angkara murka, tamak, atau serakah (KGPH.
pan asrep adem sawabe Puger, dalam wawancara tanggal 12 Januari 2013).
prayogi manggennipun Ada upaya politis yang dilakukan oleh
kangge balungane kang masjid Pakubuwono V guna menyelamatkan keberadaan
langgar surambi lawan pohon jati yang telah mengalami penurunan kuantitas
balungane cungkup akibat eksploitasi oleh VOC selama ratusan tahun
tanapi sanggar planggatan lamanya. Upaya yang dilakukan adalah dengan
sasaminya wisma panepen pan suci ‘mewatakkan’ pohon jati menjadi seolah-olah hidup
dhingin pasemonira dan mempunyai daya untuk memengaruhi siapapun
(nomor empat pohon atau dahannya yang memanfaatkannya. Upaya ini menjadi sangat
ditumbuhi sejenis anggrek namanya Simbar berpengaruh pada masyarakat mengingat masyarakat
membuat sejuk dingin pengaruhnya Jawa pada saat itu masih meyakini bahwa segala
sebaiknya digunakan macam tumbuhan alam memiliki sifat dan watak
untuk kerangka bangunan masjid layaknya manusia. Dengan mewataki dan memberi
langggar, serambi atau sif at kepada berm acam-macam pohon jati,
kerangka bangunan rumah makam Pakubuwono V juga bertujuan untuk mencegah
atau juga sanggar untuk meditasi upaya-upaya serakah dalam memanfaatkan kayu jati,
sebangsa rumah doa yang suci mengingat jati merupakan tanaman tahun yang
dahulu seperti itu penggambarannya) memerlukan waktu cukup panjang untuk bisa tumbuh
dengan baik.
3. kaping gangsal ing satunggal uwit
pakahipun wonten cacah gangsal B. Kayu Jati dalam Aspek Sosial dan Ekonomi
punika Pandhawa ranne
watekipun linuhung Kayu jati dalam masyarakat Jawa juga
langkung rosa ingkang ngenggenni berperan penting dalam aspek sosial maupun
prayoga manggennira ekonomi.Dalam aspek ekonomi, Jepara adalah
kinarya punika sebuah Kabupaten yang sudah sangat terkenal akan
babalunganing pandhapa industri mebel dan ukir. Pujo Mulato, seorang
utaminya kangge saka guruneki pengusaha dan pengrajin ukir Jepara menyebutkan
samubarang santosa bahwa permintaan terbesar dalam bidang mebel
(nomor lima sebuah pohon maupun ukir sampai saat ini masih didominasi oleh
yang cabang dahannya berjumlah lima mebel dan ukir yang berbahan dasar kayu jati (Pujo,
yaitu Pandawa namanya dalam wawancara tanggal 19 Oktober 2012). Di Jepara
wataknya luhur yang memang sudah terkenal dengan kerajinan ukir
lebih kuat yang menempati dan mebelnya, pengkarya mendapatkan kenyataan
lebih baik digunakan bahwa kayu jati memiliki peranan yang cukup penting
yaitu untuk dalam menggerakkan perekonomian masyarakat.
kerangka bangunan pendapa Buku yang dikeluarkan oleh Center for International
terutama untuk empat tiang utama Forestry Research (CIFOR) menyatakan pada tahun
semuanya sentosa) 2009 kontribusi industri mebel telah menyumbang
27% perekonomian di Kabupaten Jepara. Persentase

60 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014


Muhammad Zamroni: Jati Jawa Kontribusi Kayu Jati bagi Masyarakat Jawa

tersebut menyerap sebesar 170.000 tenaga kerja. menggunakan batu sebagai bahan dasar pembuatan
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, rumah ibadah (KGPH. Puger, dalam wawancara
Perdagangan, dan Koperasi ,tahun 2007 terdapat 510 tanggal 12 Januari 2013). Kayu jati dipilih oleh para
perusahaan ekspor mebel kayu di Jepara yang Walisongo dan Raden Fatah sebagai pengganti batu
produknya diekspor ke 99 negara tujuan (Hery yang menjadi simbol religi pada zaman Hindu-Budha.
Purnomo dkk –ed, 2010: 2). Oleh sebab i tu, bangunan masjid di awal
Kayu jati terkenal sebagai kayu yang cukup perkembangan agama Islam di Jawa banyak
mahal harganya. Hal ini disebabkan karena menggunakan material kayu sebagai bahan dasar
keunggulan-keunggulan yang terdapat dalam kayu pembuatannya. Hal tersebut dapat dilihat pada Masjid
jati, tidak dimiliki oleh kayu-kayu yang lain. Selain Agung Demak sendiri dan masjid-masjid milik Keraton
itu, kayu jati merupakan tanaman tahunan yang Surakarta maupun Jogjakarta.
membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
tumbuh dengan baik dan bisa diambil manfaatnya.
Oleh sebab itu, hanya kalangan berstatus sosial
tertentu yang sanggup membeli dan menggunakannya.
Masyarakat Jawa memandang siapapun yang
dapat memanfaatkan dan memiliki produk turunan dari
kayu jati, memiliki status sosial yang tinggi. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Mbah Gunung,
seorang pakar pembuat rumah tradisional Jawa. Mbah
Gunung menyatakan bahwa dalam membangun
rumah tradisional Jawa yang berbahan dasar kayu
jati butuh biaya yang cukup besar (Mbah Gunung,
wawancara, 13 Februari 2013). Kenyataan ini Gambar 1. Miniatur Masjid Agung Demak.
(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)
menunjukkan bahwa penggunaaan kayu jati sebagai
bahan dasar pembuatan rumah, mebel maupun
produk-produk turunan lainnya membawa implikasi
terhadap status sosial tertentu dalam masyarakat
Jawa.

C. Kayu Jati dalam Aspek Religi

Sejarah berkembangnya agama Islam dalam


masyarakat Jawa ditandai dengan berdirinya MasjidAgung
Demak pada masa pemerintahan Raden Fatah. Suwagiyo,
pengurus Museum Masjid Agung Demak, menuturkan
pada awal pendirian Masjid Agung Demak di tahun
1466, seluruh bahan baku yang digunakan berupa Gambar 2. Masjid Agung Keraton Jogjakarta.
(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)
kayu jati. Mulai dari atap, tiang, dinding maupun
lantainya terbuat dari kayu jati. Menurut Suwagiyo,
soko guru Masjid Agung Demak baru direnovasi pada
tahun 1987. Artinya soko guru yang terbuat dari kayu
jati tersebut telah bertahan selama 600 tahun lebih.
Dari keempat soko guru – pada masa renovasi - tiga
diantaranya dipotong tujuh meter dan yang satunya
hanya dipotong satu meter (Suwagiyo, dalam
wawancara tanggal 3 November 2012). Pemakaian
kayu jati sebagai bahan dasar pembuatan Masjid
Agung Demak tersebut diperkuat oleh pernyataan
KGPH. Puger yang menyatakan bahwa, material kayu
dijadikan simbol masuknya Islam di tanah Jawa. Gambar 3. Masjid Agung Keraton Surakarta.
Sebab, pada j aman Hindu-Budha sudah (Foto: Muhammad Zamroni, 2013)

Volume 12 Nomor 1, Juli 2014 61


Jurnal Seni Budaya

D. Kayu Jati dalam Aspek Seni dan Budaya Menurut Mbah Gunung, kayu jati memiliki arti
penting dalam pembangunan rumah tradisional Jawa.
Kayu jati mewarnai perkembangan seni dan Di luar kualitas kayu jati yang awet dan mudah
budaya masyarakat Jawa. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaannya, penggunaan kayu jati tersebut
rumah-rumah tradisional Jawa yang bahan dasarnya berdasarkan mitos nyai jati sari kaki jati sari. Sebuah
menggunakan kayu jati. Pendopo-pendopo keraton mitos yang berkembang pada zaman Walisongo. Nyai
Jawa juga menggunakan kayu jati sebagai bahan jati sari kaki jati sari sendiri menurut Mbah Gunung
dasarnya, seperti keraton Solo dan keraton Jogja. mempunyai arti ‘yang paling bagus’. Semua manusia
Pendopo adalah tempat di mana acara-acara sakral mempunyai keinginan, dan setiap keinginan
keraton diselenggarakan, seperti pagelaran tari cenderung menginginkan sesuatu yang terbaik.
tradisional keraton maupun sebagai tempat penobatan Dalam hal pembangunan rumah tradisional Jawa ini,
raja.Pendopo memiliki makna yang penting bagi merupakan wujud keinginan sejati bagi para
keraton.Oleh sebab itu, bahan yang digunakan untuk pemiliknya. Artinya, penggunaan kayu jati dalam
membangun pendopo keraton juga memiliki makna membangun rumah tradisional Jawa adalah wujud
yang penting.Dalam Serat Centhini yang disusun oleh kejujuran masyarakat Jawa atas keinginannya
Pakubuwono V, digambarkan bahwa kayu jati memiliki membangun rumah (Mbah Gunung, dalam wawancara
watak atau sif at yang dapat mempengaruhi tanggal 13 Februari 2013).
penghuninya.
Pemahaman ini sama dengan yang diutarakan 1. Bentuk
oleh KGPH. Puger – pengageng sasana pustaka Menurut Bill Nicols, film dokumenter adalah
Keraton Surakarta – bahwa apa yang tertulis dalam upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau
Serat Centhini mengenai watak dan sifat kayu jati realitas menggunakan fakta dan data (Chandra Tanzil
tersebut, hanyalah sebuah perumpamaan agar kayu dkk, 2010:1). Metode penceritaan dalam film
jati ditempatkan sebagaimana mestinya. Artinya, dokumenter berbeda dengan berita meskipun sama-
karena kayu jati adalah kayu yang berkualitas, maka sama memaparkan realitas berdasarkan data dan
sudah semestinya digunakan untuk sesuatu yang fakta. Dalam film dokumenter, pengkarya dituntut
berkualitas atau bermakna pula.Adakalanya juga - untuk memiliki keberpihakan serta tujuan atau pesan
menurut KGPH. Puger – apa yang tertulis dalam Serat atas data-data yang disampaikan. Menurut John
Centhini mengenai kayu jati adalah untuk menakut- Grierson, dokumenter yang baik adalah yang mampu
nakuti atau semacam rambu-rambu untuk membuat kehidupan sehari-hari menjadi dramatik dan
masyarakat, agar kayu jati dapat tumbuh dengan baik masalah yang ada menjadi suatu puisi (Gerzon,
sebelum digunakan untuk berbagai macam keperluan 2008:82). Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan
(KGPH. Puger, dalam wawancara tanggal 12 Januari tersebut, diperlukan upaya kreatif agar karya yang
2013). dibuat memiliki pesan yang jelas namun tetap berpijak
Menurut Mbah Gunung, kayu jati memiliki arti pada data dan fakta.Film dokumenter “Java Teak”
penting dalam pembangunan rumah tradisional Jawa. dikemas dalam bentuk ekspositori, yaitu bentuk
Di luar kualitas kayu jati yang awet dan mudah dokumenter yang menampilkan pesan atau tujuan dari
pengerjaannya, penggunaan kayu jati tersebut isi film kepada penonton secara langsung melalui
berdasarkan mitos nyai jati sari kaki jati sari. Sebuah presenter atau narasi berupa teks maupun suara
mitos yang berkembang pada zaman Walisongo. Nyai (Chandra Tanzil dkk, 2010:7). Presenter dalam film
jati sari kaki jati sari sendiri menurut Mbah Gunung ini diwakili langsung oleh narasumber-narasumber
mempunyai arti ‘yang paling bagus’. Semua manusia berkompeten yang akan menjelaskan keunggulan dan
mempunyai keinginan, dan setiap keinginan kontribusi kayu jati bagi masyarakat sesuai dengan
cenderung menginginkan sesuatu yang terbaik. daftar pertanyaan yang telah disusun. Sentuhan
Dalam hal pembangunan rumah tradisional Jawa ini, kreatif yang dilakukan dalam film ini adalah
merupakan wujud keinginan sejati bagi para penggunaan narasi berupa tembang dalam bentuk
pemiliknya. Artinya, penggunaan kayu jati dalam uran-uran.Uran-uran adalah sebentuk puisi bebas
membangun rumah tradisional Jawa adalah wujud yang dinyanyikan tanpa bait, suku kata, dan rima yang
kejujuran masyarakat Jawa atas keinginannya tidak tetap. Dalam uran-uran tersebut nantinya akan
membangun rumah (Mbah Gunung, dalam wawancara berisi gambaran tentang kayu jati beserta pesan atau
tanggal 13 Februari 2013). tujuan dari pengkarya. Fungsi uran-uran dalam film
ini juga untuk menggantikan peran narator yang

62 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014


Muhammad Zamroni: Jati Jawa Kontribusi Kayu Jati bagi Masyarakat Jawa

cenderung lugas dan eksplisit dalam menyampaikan sekabehing kabetahan rinujit windu
jalannya cerita.Hal ini dilakukan untuk membawa (Kayu keras tapi belum batu
penonton ke nuansa Jawa, yang sesuai dengan mempunyai sifat semua kayu
konteks tema yang diangkat. dinamakan kayu jati
berkembang di tanah Jawa
2. Media anugerah Tuhan Yang Maha Suci
Film dokumenter yang pengkarya buat berwujud rumah-rumah
menggunakan media kamera Digital Single Lens semua berkembang secara rumit dan
Reflex (DSLR) yang memiliki fasilitas video.Media atau memerlukan waktu yang panjang)
alat perekam gambar ini mulai populer digunakan para
videographer karena kemampuan rekam gambarnya 2) Sinonggo bumi saguh kinaryo kadyo jawoto
yang hampir menyamai kamera v i deo sinungging dipunjejer wujuding budoyo
profesional.Bahkan beberapa film Hollywood seperti kagunan mami
The Avengers, Saturday Night Live, dan Home pernah kuncoro mungguhing negoro
menggunakan kamera DSLR jenis Canon 5D Mark II. poro wargo den resepi ing pangudi
Kamera 5D Mark II inilah yang akan pengkarya (Bagian dari anugerah tanah
gunakan sebagai media penciptaan film dokumenter. memiliki keunggulan ibarat perwujudan para
Pengkarya juga menggunakan Canon 60D dewa
sebagai kamera tambahan dan dengan pertimbangan diukir dan disusun, yang merupakan wujud
fasilitas layar LCD yang bisa diputar diberbagai dari keindahan kreatifitas manusia
macam sudut pengambilan gambar (angle). Fasilitas terkenal bagi Negara
ini m empermudah pengkarya dalam proses banyak warga yang mendapat keberuntungan
pengambilan gambar dengan sudut yang ekstrim dari usaha ini)
seperti high angle atau low angle.
3) Jati kajeng petingan kajeng klangenan
a. Unsur Gambar sutresnaning para minulyo
Film dokumenter merupakan penyajian data- gampil kinaryo bebuko pandarbe
data yang berkaitan dengan tema dan disusun secara hanggadhah serat ingkang linangkung
kreatif. Data-data yang disajikan dalam film sampurno gesang yuswo widodo
dokumenter bisa berupa foto, video, maupun data tan drembo ing kinaryo kajeng minongko aji
dalam bentuk suara. Unsur gambar pada film (Jati kayu pilihan dan kayu terpilih
dokumenter “Java Teak” dihasilkan oleh media disukai oleh orang kaya
perekam elektronik yang berupa gambar bergerak mudah untuk dibuat peralatan yang berguna
(video) dan gambar diam (foto). mempunyai serat yang bagus
Proses pengambilan gambar dalam film berumur panjang dan awet
dokumenter “Java Teak” sepenuhnya diambil secara tidak berlebihan sehingga menjadi peralatan
natural, artinya menghindari usaha artistik yang kayu yang bagus)
cenderung mengubah tampilan aslinya. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat kesan ‘apa adanya’, 4) Mongso jawah hangremboko ronipun
dimana film dokumenter pada hakikatnya adalah nalika ketigan dawah
capture of reality. Unsur gambar dalam f ilm asring tuwuh kahanan ingkang aking
dokumenter “Java Teak” dalah siti warni petak
linangkung edi ing pangreden Kendeng
b. Unsur Suara Semarang, Blora, miwah Mojokerto
Berikut adalah uran-uran yang telah dibuat kajeng unggul ing nuswantoro tinarbuko
sebagai narasi dalam film dokumenter “Java Teak”: (Musim penghujan kayu jati berdaun lebat
1) Kajeng atos dereng sela waktu kemarau, daunnya berguguran
anggadhahi sifat ingkang samukawis kajeng banyak tumbuh di tanah yang kering dan
jati anami tanah berwarna putih (kapur)
hangremboko jagat Jowo lebih baik dan bagus di pegunungan kendeng
nugrahaning ingkang maha Suci diawal i dari Semarang, Blora hingga
wujuding griya griya Mojokerto

Volume 12 Nomor 1, Juli 2014 63


Jurnal Seni Budaya

merupakan kayu primadona di seluruh 3. Struktur dramatik Film Dokumenter “Java


Nusantara) Teak”
Film berjudul “Java Teak” ini dihadirkan dalam
5) Jati pinundhi laladan kusumo ing tanah Jawi format dokumenter. Dokumenter secara umum dapat
rineko mungguhing weninging cipto diartikan sebagai capture of reality, atau sebuah usaha
sampurnaning badan tuwin gustinipun kreatif menyusun realitas menjadi lebih dramatik dan
hambabar parawali rinepto sultan metawis dapat dimaknai. Film dokumenter “Java Teak” adalah
sayektos ngadeg jejeg minongko seksi sang sebuah usaha untuk menghadirkan realitas di sekitar
aji kayu jati yang selama ini hidup dan berkembang
(Kayu jati diunggulkan sebagai jiwa di tanah dalam masyarakat Jawa. Beberapa realitas yang
Jawa melingkupi kayu jati dalam masyarakat Jawa dalam
dibuat peralatan untuk mengheningkan cipta film ini dituturkan melalui tiga segmen, yang diadopsi
(beribadah) dari teori struktur drama Aristoteles. Secara umum,
menyempurnakan tubuh untuk menyatu alur cerita film dibagi menjadi tiga tahap, yaitu awal,
dengan Tuhannya tengah, dan akhir yang masing-masingnya adalah:
dimulai dan dijabarkan dari para Wali sampai
Kasultanan Mataram
berdiri tegak hingga sekarang sebagai saksi
yang hebat)

6) Nyai jati sari kaki jati sari


pinaringan jarwi ing samukawis ingkang lungit
rinenggo dening bumi wijiling gusti ingkang
moho suci
linangkung wujuding kaendahan tan tinanding Gambar 4. Struktur dramatik film dokumenter
sawernineng kajeng “Java Teak”.
rinenggo karyo griyo kusumo
(Nyai jati kaki jati sari a. Segmen 1
memiliki makna untuk semua hal yang Segmen pertama dalam film ini menyajikan
berkaitan dengan keunggulan produk turunan dari kayu jati yang berupa ukiran,
ditumbuhkan oleh tanah mebel, ataupun kerajinan akar jati. Penonton diberikan
perwujudan kekuasaan Tuhan Yang Maha informasi maupun pengetahuan mengenai produk-
Suci produk kayu jati yang dihasilkan oleh masyarakat
lebih baik, dalam keindahan dan sulit Jawa. Selain itu, penonton juga diberikan pemahaman
ditandingi oleh kayu yang lain bagaimana peran kayu jati dalam menggerakkan
dibuat untuk rumah peribadatan) perekonomian masyarakat.
7) Jati pinilih laladan aji Pada segmen ini ada 2 narasumber yang
hamerbawani kraton dalasan kawulo diwawancarai. Pertama adalah Pujo Mulato, perajin
pasemon ageng gunging jejering adil dan pengusaha mebel dan ukir Jepara. Pujo Mulato
sinengker paningal pujonggo agung hamemuji menjelaskan pengalamannya sebagai pengukir dan
sejatining jati pengrajin mebel. Sebagai pengukir yang telah
(Kayu jati dipilih untuk ditempatkan di tempat berpengalaman mengukir berbagai macam kayu, Pujo
yang bagus Mulato menceritakan bagaimana perbedaan dan
memiliki wibawa di istana hingga ke rakyat kemudahan mengukir kayu jati dibanding kayu-kayu yang
peribahasa besar untuk para raja lainnya. Menurut Pujo, permintaan konsumen atas mebel
tertulis dengan indah dan disimpan dari yang berbahan dasar kayu jati masih mendominasi
pengetahuan para pujangga besar hingga saat ini. Hal ini disebabkan oleh mayoritas
yang selalu memuja dan memuji hakikat konsumen yang menganggap mebel yang terbuat dari
kehidupan) kayu jati lebih awet dari kayu-kayu yang lain. Karena
sifat kayu jati yang awet tersebut, maka sebenarnya
harga mebel kayu jati yang terbilang cukup mahal

64 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014


Muhammad Zamroni: Jati Jawa Kontribusi Kayu Jati bagi Masyarakat Jawa

tersebut menjadi lebih relatif. Artinya, konsumen lebih Narasumber kedua adalah Ahmad Salamun,
memilih mebel kayu jati yang lebih mahal namun awet, seorang pengrajin akar jati dari Blora. Ahmad
daripada membeli mebel yang lebih murah tetapi tidak Salamun pada mulanya adalah seorang pegawai di
awet dan harus membeli mebel baru lagi ketika sudah bidang kerajinan akar jati dan sekarang telah
rusak. mempunyai usaha sendiri di bidang yang sama. Ia
Pujo juga mengungkapkan bahwa dari sekian menceritakan pengalamannya sebagai pengrajin
banyak kayu yang bisa diukir, kayu jati adalah kayu sekaligus pengusaha kerajinan akar jati. Ahmad
yang pal ing m udah untuk diukir dan dapat Salamun juga menceritakan bagaimana pemuda-
menghasilkan bentuk yang bagus untuk dilihat dan pemuda di daerahnya mulai tergerak untuk menekuni
diraba. Serat kayu jati yang sejajar dan halus serta usaha akar jati, sekaligus memperlihatkan bagaimana
teksturnya yang indah, membuat hasil ukiran menjadi kayu jati tersebut menggerakkan perekonomian
terasa lebih indah dan memuaskan. masyarakat sekitarnya. Menurut Salamun, dahulu
sebelum dikatahui dapat dimanfaatkan untuk barang
kerajinan akar jati banyak dijadikan arang. Namun,
setelah akar jati diketahui bisa dijadikan barang
kerajinan dan bernilai tinggi, para pemuda sekitar
akhrinya banyak yang menekuni bidang kerajinan akar
jati.

Gambar 5. Pujo Mulato, Perajin Ukir Jepara.


(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)

Gambar 8. Ahmad Salamun, Perajin Akar Jati Blora.


(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)

Gambar 6.Pekerja di Bengkel Ukir Pujo Mulato.


(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)

Gambar 9. Produk Ukir Akar Jati.


(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)

b. Segmen 2
Segmen kedua menyajikan pemaparan ilmiah
tentang sifat-sifat kayu jati oleh pakar kayu dari
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Selain
itu juga dipaparkan keunggulan-keunggulan kayu jati
Gambar 7.Produk ukir Kayu Jati.
(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)
Jawa oleh administratur KPH. Randublatung
Kabupaten Blora. Penonton diberikan alasan ilmiah

Volume 12 Nomor 1, Juli 2014 65


Jurnal Seni Budaya

oleh Prof. TA. Prayitno mengapa kayu jati memiliki hutan jati di KPH. Randublatung yang hasil kayu
sifat-sifat atau karakter yang lebih unggul daripada jatinya saat ini menjadi yang termahal di dunia. Hal
kayu-kayu yang lain. Prayitno menjelaskan bahwa tersebut dikarenakan kondisi tanah dan iklim di sekitar
kayu jati merupakan kayu prima yang memiliki banyak pegunungan Kendeng yang terbentang dari Semarang,
keunggulan yang lebih baik daripada kayu yang lain. Blora hi ngga Mojokerto sangat baik untuk
Kayu jati memiliki warna bagus, arah serat yang lurus, pertumbuhan pohon jati. Tanah di sepanjang
adaptif terhadap cuaca, kuat, awet dan mudah dalam pegunungan Kendeng ini banyak mengandung kapur
pengerjaannya. Prayitno juga menjelaskan bagian- yang pH-nya rata-rata mendekati 7 yang sangat baik
bagian dari kayu jati yang terdiri dari kayu teras dan untuk perkembangan pohon jati.
kayu gubal. Kayu teras adalah bagian dalam kayu
jati yang berwarna lebih gelap. Kayu teras inilah
bagian paling awet dari kayu jati. Sedangkan kayu
gubal adalah bagian luar kayu yang berwarna lebih
terang, dan kurang awet jika dibandingkan dengan
kayu teras.

Gambar 12.Herdian, Kepala KPH. Randublatung Blora.


(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)

c. Segmen 3
Pada segmen terakhir ini menyajikan
kontribusi kayu jati dalam ranah keagamaan dan
budaya. Dalam ranah keagamaan, disajikan kontribusi
Gambar 10. Prof. Dr. Ir. T.A. Prayitno, M.For., Guru Besar kayu jati dalam sejarah pendirian Masjid Agung Demak
Fakultas Kehutanan UGM. (Foto: Muhammad Zamroni)
sebagai penanda awal mula berkembangnya agama
Islam dalam masyarakat Jawa. Narasumber yang
menjelaskan hal tersebut adalah Suwagiyo, pengelola
museum Masjid Agung Demak. Suwagiyo
menceritakan bagian-bagian Masjid Agung Demak
yang terbuat dari kayu jati beserta sejarahnya.

Gambar 11. Struktur Kayu Jati.


(Foto: Muhammad Zamroni, 2013)
Gambar 13. Suwagiyo, Ketua Museum Masjid Agung
Demak. (Foto: Muhammad Zamroni, 2013)
Sedangkan Herdian sebagai administratur
KPH. Randublatung Blora menjelaskan syarat-syarat Sajian selanjutnya adalah kontribusi kayu jati
pohon jati bisa tumbuh dengan kualitas yang baik. dalam ranah budaya, yaitu rumah tradisional Jawa
Herdian juga menjelaskan bagaimana pengelolaan dan kontribusinya bagi keberadaan Keraton Jawa.

66 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014


Muhammad Zamroni: Jati Jawa Kontribusi Kayu Jati bagi Masyarakat Jawa

Narasumber untuk menjelaskan kontribusi kayu jati dari tempat tinggal pengkarya, maka di setiap kota
bagi rumah tradisional Jawa adalah Mbah Gunung, pengkarya mengalokasikan waktu 3 hari untuk
seorang ahli bangunan rumah tradisional Jawa yang shooting. Hal ini juga dilakukan atas pertimbangan
berasal dari Ponorogo. Mbah Gunung menceritakan wilayah ketiga kota tersebut yang saling
pandangannya mengenai makna kayu jati bagi berdekatan dan lebih efektif jika dilakukan dalam
pendirian rumah tradisional Jawa. Mbah Gunung juga satu rangkaian produksi. Proses shooting di
menceritakan ritual apa saja yang harus dilakukan wilayah produksi 1 berjalan sesuai dengan alokasi
berkaitan dengan proses pembangunan rumah waktu yang telah ditentukan. Sedikit kendala
tradisional Jawa. terjadi di saat pengkarya akan melakukan
pengmbilan gambar di Tempat Pelelangan Kayu.
Pengkarya sempat dilarang untuk mengambil
gambar dikarenakan surat ijin di kantor pusat
KPH. Randublatung yang belum turun di Tempat
Pelelangan Kayu. Namun, setelah pengkarya
melakukan konfirmasi, proses shooting berjalan
kembali.
b. Wilayah produksi 2 yaitu kota Jogja. Di kota Jogja
pengkarya mengalokasikan waktu 2 hari dengan
asumsi 1 hari untuk wawancara narasumber, dan
1 hari berikutnya untuk pengambilan gambar di
keraton Jogjakarta. Proses pengambilan gambar
Gambar 14. Mbah Gunung, Pakar Pembuat Rumah
Tradisional Jawa. (Foto: Muhammad Zamroni, 2013)
di kota Jogjakarta berjalan sesuai dengan
rencana. Satu hari pertama pengkarya gunakan
Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger untuk pengambilan gambar wawancara dengan
sebagai pengageng sasana pustaka keraton Prof. Prayitno yang dilakukan di ruang kerja beliau
Surakarta menjelaskan mengenai kontribusi kayu jati tepatnya di Gedung Fakultas Kehutanan UGM.
bagi berdirinya keraton Kasunanan Surakarta. Keraton Hari kedua, pengkarya melakukan shooting di
sebagai simbol pusat budaya Jawa diharapkan keraton Jogjakarta dan Masjid Agung Keraton.
mampu menjelaskan peranan kayu jati baik secara c. Wilayah produksi 3 yaitu kota Solo. Di kota Solo,
fungsi maupun makna dari nama jati itu sendiri. pengkarya juga mengalokasikan waktu produksi
selama 2 hari, dengan asumsi 1 hari untuk
pengambilan gambar wawancara dengan
narasumber dan 1 hari berikutnya digunakan
untuk pengambilan gambar keraton Surakarta.
Proses pengambilan gambar di wilayah produksi
3 berjalan lancar. Satu hari pertama pengkarya
gunakan untuk pengambilan gambar wawancara
KGPH. Puger di perpustakaan keraton Surakarta.
Hari kedua produksi, pengkarya gunakan untuk
shooting bangunan pendopo keraton Surakarta
dan beberapa benda koleksi keraton yang terbuat
dari kayu jati.
Gambar 15. KGPH. Puger, Ketua Perpustakaan d. W ilayah produksi 4 yaitu kota Ponorogo.
Keraton Surakarta. (Foto: Muhammad Zamroni, 2013)
Pengkarya mengalokasikan waktu produksi
selama 3 hari dengan asumsi 1 hari untuk
4. Proses Berkarya
pengambilan gambar wawancara dengan
Proses pengambilan gambar film dokumenter
narasumber, dan 2 hari berikutnya digunakan
“Java Teak”dilakukan di 6 tempat, yaitu Ponorogo,
untuk pengambilan gambar proses pembangunan
Solo, Jogja, Demak, Jepara, dan Blora. Pengkarya
rumah tradisional Jawa. Proses shooting di
membagi wilayah produksi menjadi 4 yaitu:
wilayah produksi 4 juga berjalan lancar. Hari
a. Wilayah produksi 1 meliputi kota Demak, Jepara,
pertama pengkarya gunakan untuk pengambilan
dan Blora. Mengingat ketiga kota tersebut jauh
gambar wawancara dengan Mbah Gunung di

Volume 12 Nomor 1, Juli 2014 67


Jurnal Seni Budaya

rumah beliau, tepatnya di kelurahan Bandaralim, c. Mbah Gunung (60), selaku pakar dalam
Kecamatan Badekan Ponorogo. Sedangkan hari pembuatan rumah tradisional Jawa, menjelaskan
kedua dan ketiga pengkarya gunakan untuk pentingnya peran kayu jati sebagai bahan dasar
pengambilan gambar proses pembangunan rumah pembuatan rumah tradisional Jawa.
tradisional Jawa yang juga dilakukan di Kelurahan d. Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger (55) selaku
Bandaralim, Kecamatan Badekan Ponorogo. kepala perputakaan keraton Surakarta,
menjelaskan tentang kontribusi kayu jati bagi
5. Pendukung Karya kebudayaan masyarakat Jawa.
Proses pembuatan film dokumenter “Java e. Suwagiyo (50), selaku pengurus museum Masjid
Teak” ini pengkarya bertindak sebagai sutradara, Agung Demak menjelaskan tentang peran kayu
penulis naskah, second cameraman, dan editor. jati bagi pendirian Masjid Agung Demak.
Untuk pembuatan tembang uran-uran pengkarya f. Pujo Mulato (32) selaku pengrajin ukir dan
dibantu oleh Suharto. Beliau adalah dosen Jurusan pengusaha mebel Jepara, menjelaskan
Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember yang keutamaan kayu jati bagi pengrajin ukir.
saat ini sedang menempuh pendidikan magister ilmu g. Ahmad Salamun (29) selaku pengrajin ukir dan
sejarah di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Selain pengusaha akar jati dari Blora, menjelaskan peran
itu, Suharto juga telah lama berkecimpung dalam kayu jati bagi kehidupan sosial dan perekonomian
dunia kesenian tradisi Reog Ponorogo. Kemampuan masyarakat sekitar.
Suharto yang mumpuni terhadap sejarah Jawa dan
pengalaman dalam kesenian tradisi membuat E. Kesimpulan
pengkarya mempercayakan pembuatan tembang
sebagai pengganti narasi dalam film dokumenter “Java Kayu jati merupakan kayu unggulan yang
Teak”, sedangkan untuk penembang, pengkarya tumbuh dengan subur di pulau Jawa. Masyarakat Jawa
mempercayakan kepada Aris Setyaka. Aris adalah dal am perjalanan sejarahnya telah banyak
seorang magister musik tradisi dan sudah memiliki memanfaatkan kayu jati untuk digunakan sebagai
pengalaman yang cukup tinggi dalam menyanyikan bahan baku berbagai bangunan maupun benda-benda
tembang Jawa di pagelaran musik baik di tingkat kegunaan lainnya. Keunggulan kayu jati Jawa dikenal
Nasional maupun Internasional.Untuk recording oleh dunia Internasional pada awal abad ke 17. Pasar
tembang, pengkarya dibantu oleh Sigit Pratama. Sigit Internasional memberikan namaJava teak untuk
adalah mahasiswa jurusan Televisi dan Film Institut menyebut kayu jati yang berasal dari Jawa yang sangat
Seni Indonesia Surakarta yang mendalami musik dan tinggi harganya.
teknologi audio untuk kebutuhan ilustrasi film. Untuk Proses pembuatan film dokumenter “Java
kamera utama, pengkarya dibantu oleh Rio Kusuma Teak’ tidak banyak memiliki kendala. Kendala yang
Widagdo, S.Sn. Rio adalah lulusan jurusan Televisi muncul adalah persoalan perijinan tempat pengambilan
dan Film Intitut Seni Indonesia Surakarta yang saat gambar yang belum dijalankan sesuai prosedur.
ini bekerja di rumah produksi (production house). Kendala lainnya yaitu menentukan jadwal wawancara
Pengalaman serta jam terbang yang sudah cukup dengan narasumber merupakan salah satu rencana
tinggi di dunia produksi televisi dan film membuat yang sulit untuk diprediksi sesuai jadwal yang
pengkarya mempercayakan pengambilan gambar film ditentukan. Hal ini disebabkan kesibukan narasumber
dokumenter “Java Teak” dipimpin oleh Rio. yang kadang tidak bisa ditentukan sesuai jadwal yang
Film dokumenter “Java Teak” ini juga didukung dibuat. Pendekatan emosial terhadap para
oleh para narasumber sebagai berikut. narasumber sangat diperlukan agar proses produksi
a. Prof. Dr. TA. Prayitno, M.For. (62), Guru Besar bisa berjalan lancar.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Pemanfaatan kayu jati oleh masyarakat Jawa
selaku narasumber yang menjelaskan tentang terdapat dalam beberapa aspek, yaitu aspek sosial,
keunggulan kayu jati secara ilmiah. ekonomi, religi, seni dan budaya. Sepanjang penelitian
b. Herdian (52), selaku administratur Kesatuan yang dilakukan, pengkarya belum menemukan
Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung Blora wacana mengenai kayu jati yang diposisikan sebagai
yang menjelaskan t entang sebab-sebab materi pembentuk kebudayaan masyarakat Jawa.
keunggulan kayu jati Jawa dalam perdagangan Padahal kontribusi kayu jati bagi perjalanan
Internasional. kebudayaan masyarakat Jawa sangatlah besar. Film

68 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014


Muhammad Zamroni: Jati Jawa Kontribusi Kayu Jati bagi Masyarakat Jawa

dokumenter “Java Teak’ ini mencoba untuk membuka jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0
wacana mengenai kayu jati Jawa agar diposisikan sampai 7, sedangkan air laut dan cairan
sebagai salah satu materi pembentuk kebudayaan pemutih mempunyai sifat basa dengan nilai
masyarakat Jawa. Dengan pendekatan ekspositori, pH 7 hingga 14. Air murni adalah netral atau
film dokumenter tersebut cukup mampu memberikan mempunyai nilai pH 7.
informasi, pengetahuan serta pemahaman mengenai Silvikultur: Suatu bentuk pengelolaan hutan untuk
kontribusi kayu jati bagi masyarakat Jawa..Tembang kelak diambil hasilnya.
uran-uran yang digunakan sebagai pengganti VOC: Vereenigde Oostindische Compagnie atau
presenter dalam film tersebut juga mampu membawa Kongsi Perdagangan Hindia-Tim ur.
penonton ke dalam nuansa Jawa. Persekutuan dagang asal Belanda yang
mem iliki monopoli unt uk aktiv i tas
Glosarium perdagangan di Asia.Perusahaan ini
dianggap sebagai perusahaan multinasional
High Angle: Sebuah istilah yang merujuk pada pertama di dunia. Meskipun sebenarnya
penempatan sudut kamera, dimana posisi VOC merupakan sebuah perusahaan, tetapi
kamera lebih tinggi dari garis axis kamera. memiliki keistimewaan karena didukung oleh
Penempatan sudut kamera seperti ini akan Negara dan diberi fasilitas-fasilitas seperti
memposisikan penonton seolah-olah lebih boleh memiliki tentara dan bernegosiasi
tinggi dari subjek. dengan Negara-negara lain. Bisa dikatakan,
KGPH (Kanjeng Gusti Pangeran Haryo): Gelar VOC adalah Negara dalam Negara.
yang diberikan oleh keraton Kasunanan
untuk menyebut anak lelaki selain putra KEPUSTAKAAN
mahkota dari permaisuri ketika sudah
dewasa. Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter; dari ide
KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan): Wilayah sampai produksi. Jakarta: FFTV-IKJ Press.
pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan
Ismunandar, R. 2003. Joglo; Arsitektur Rumah
peruntukannya yang dapat dikelola secara
Tradisional Jawa. Semarang: Effhar Offset.
efisien dan lestari.
Low Angle: Sebuah istilah yang merujuk pada Purnawati, D. Made Oka. 2004. Hutan Jati Madiun;
penempatan sudut kamera, dimana posisi Silvikultur Di Karesidenan Madiun 1830-
kamera lebih rendah dari garis axis kamera. 1913. Semarang: Intra Pustaka Utama.
Penempatan sudut kamera seperti ini akan Purnomo, Herry dkk. 2010. Menunggang Badai:
memposisikan penonton seolah-olah lebih Untaian, Tradisi dan Kreasi Aktor Mebel
rendah dari subjek. Jepara. Bogor: CIFOR.
Mbah: Kakek, nenek, atau orang tua. Dalam
masyarakat Jawa juga biasa digunakan Prijotmo, Josef. 1999. “Griya dan Omah”, Dimensi
untuk menyebut seseorang yang dianggap Teknik Sipil, Vol. 27 No. 1 (Juli 1999), 31.
mempunyai kelebihan atau kepakaran dalam Sumarni, Sri. 2010. Struktur Kayu. Surakarta: Yuma
bidang tertentu. Pustaka.
Pendopo: Berasal dari kata mandapa (Sansekerta)
yang berarti bangunan tambahan. Sebuah Tanzil, Chandra dkk. 2010. Pemula dalam Film
bagian bangunan yang terletak di muka Dokumenter: Gampang-Gampang Susah.
Jakarta: IN-DOCS.
bangunan utama.Biasanya digunakan untuk
menerima tamu, latihan tari atau karawitan, Zoetmulder. 1995. Kamus Jawa Kuna-Indonesia.
rapat-rapat, dan kegiatan-kegiatan publik Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
lainnya.
pH: Sebuah skala untuk menyatakan tingkat
Narasumber:
keasaman dan kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Sifat asam mempunyai pH
antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai Herdian (52), Administratur KPH. Randublatung.
nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus Kelurahan Pilang Kecamatan Randublatung
Blora.

Volume 12 Nomor 1, Juli 2014 69


Jurnal Seni Budaya

Gunung (60), Pakar pembuat rumah tradisional Jawa. Salamun, Ahmad (29), Pengrajin Akar Jati Blora.
Kelurahan Bandaralim Kecamatan Badekan Kelurahan Jepon Kecamatan Jepon Blora.
Ponorogo.
Sukmono, Joko (52), Mandor Jati KPH Jember.
Mulato, Pujo (32), Perajin dan Pengusaha Ukir Jepara. Kelurahan Jember Lor Kecamatan Patrang
Desa Dongos Kecamatan Kedung Jepara. Jember.
Puger, KGPH (55), Pengageng Sasana Pustaka Suwagiyo (50), Pengurus Museum Masjid Agung
Keraton Surakarta. Kelurahan Baluwarti Demak. Kampung Setinggil Kecamatan
Kecamatan Pasar Kliwon Solo. Bintoro Demak.
Prayitno, TA (62), Guru Besar Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada.

70 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai