MACAM-MACAM TAWASSUL
1. Tawassul dengan Iman kepada Allah dan RasulNya.
Tawasul kepada Allah dengan nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang
tinggi. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya :
ﻋْﻮه ِﺑَﻬﺎ
ُ ﺴَﻨﻰ َﻓﺎْد
ْ ﺤ
ُ ﺳَﻤﺎُء اْﻟ
ْ َ َو ﻟﻠِﻪ اﻷ
“Dan hanya milik Allah nama-nama yang baik. Maka berdo’alah kalian dengan
(wasilah) nama-nama tersebut”. (Al A’raaf : 180)
Asy Syaikh Abdurrahaman As Sa’di rahimahullah menafsirklan ayat ini dengan
ucapan beliau: “Dan diantara kesempurnaan nama-nama Allah yang baik tersebut
adalah tidaklah Dia diseru melainkan dengan (wasilah) nama-nama-Nya dan seruan
(do’a) tersebut mencakup do’a ibadah dan do’a permintaan. Dia diseru di dalam
setiap permintaan dengan nama yang sesuai dengan permintaan tersebut.
Contohnya seseorang berdo’a: “Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Terimalah taubatku
wahai Dzat yang Maha Memberi taubat. Berilah aku rizki wahai Dzat yang Maha
Memberi rizki. Berilah kelembutan padaku wahai Dzat yang Maha Lembut dan lain-
lain”.
Tidaklah diragukan bahwa sifat-sifat Allah yang tinggi juga termasuk di dalam
wasilah tersebut karena nama-nama-Nya yang baik sekaligus mengandung sifat-sifat
bagi-Nya. Terlebih lagi Rasululullah amalkan di dalam do’anya yang shohih :
ﺧْﻴًﺮا
َ ﺤَﻴﺎَة
َ ﺖ اﻟ
َ ﻋِﻠْﻤ
َ ﺣِﻴِﻨﻲ َﻣﺎْ ﻖ َأ ِ ﺨْﻠَ ﻚ ﻋﻠﻰ اْﻟ
َ ﺐ َو ُﻗْﺪَرِﺗ
َ ﻚ اْﻟَﻐْﻴ
َ َُّم ِﺑِﻌﻠِﻤ ﷲ
ﺧْﻴًﺮا ﻟﻲَ ﺖ اﻟَﻮَﻓﺎُة
ِ ﻟﻲ َوَﺗَﻮَّﻓِﻨﻲ َإَذا َﻛﺎَﻧ
“Ya Allah dengan ilmu-Mu tentang yang ghaib dan kekuasaan-Mu terhadap makhluk-
Mu, hidupkanlah aku yang Engkau telah ketahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku
dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku”. ( H.R An Nasa’i dan Al
Hakim serta dishohihkan Asy Syaikh Al Albani di dalam “Shohih An Nasa’i no. 1304).
Disini beliau bertawasul kepada Allah dengan wasilah dua sifat-Nya yaitu “Al Ilmu”
dan “Al Qudrah” (kekuasaan).
Allah tetapkan perkara ini di dalam firman-Nya :
ﻏِﻔْﺮَﻟَﻨﺎ
ْ ﻢ َﻓﺂَﻣَّﻨﺎ َرَّﺑَﻨﺎ َﻓﺎ
ْ ن آِﻣُﻨْﻮا ِﺑَﺮِّﺑُﻜ
ْ ن َأ
ِ ﺳِﻤْﻌَﻨﺎ ُﻣَﻨﺎَدًﻳﺎ ُﻳَﻨﺎِدي ِﻟﻹ ِْﻳَﻤﺎ
َ َرَّﺑَﻨﺎ ِإَّﻧَﻨﺎ
ِﺳِّﻴَﺌﺎِﺗَﻨﺎ َو َﺗَﻮَّﻓَﻨﺎ َﻣَﻊ اﻷ َْﺑَﺮار َ ﻋَّﻨﺎ
َ ُذُﻧْﻮَﺑَﻨﺎ َو َﻛِّﻔْﺮ
“Wahai Rabb kami sesungguhnya kami telah mendengar seruan orang yang menyeru
(Muhammad ) kepada keimanan yaitu: “Berimanlah kalian kepada Rabb kalian”. Maka
kami pun beriman. Wahai Rabb kami ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah
kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik”.(Ali
Imran : 193)
Maka lihatlah mereka menyebutkan keimanan terlebih dahulu sebelum berdo’a !
Bahkan iman dan amalan sholih sendiri merupakan sebab dikabulkannya sebuah do’a
sebagaimana firman Allah :
ﻀِﻠِﻪ
ْ ﻢ ﻣﻦ َﻓ
ْ ﻫ
ُ ت ِوَﻳِﺰْد
ِ ﺤﺎ
َ ﺼاِﻟ
َّ ﻋِﻤُﻠﻮا اﻟ
َ ﻦ آَﻣُﻨﻮا َو
َ ﺐ اَّﻟِﺬْﻳ
ُ ﺠْﻴ
ِ ﺴَﺘ
ْ َوَﻳ
“Dan Dia memperkenankan do’a orang-orang yang beriman dan beramal sholih serta
menambah balasan kebaikan kepada mereka dari keutamaan-Nya”. (Asy Syura :26).
Demikian keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam “Al Qo’idah Al Jalilah”
hal. 97 dan 241.
Tawasul dengan menyebutkan keadaannya yang sangat membutuhkan sesuatu kepada
Allah, sperti misal Do’a Nabi Zakariya ? yang Allah kisahkan di dalam firman-Nya
menunjukkan bolehnya perkara ini. Dia berfirman :
َ ﻫِﺪﻳ
ﻦ ِ ﺸﺎ
َّ ل َﻓﺎْﻛُﺘْﺒَﻨﺎ َﻣَﻊ اﻟ
َ ﺳﻮ
ُ ﺖ َواَّﺗَﺒْﻌَﻨﺎ اﻟَّﺮ
ْ َرَّﺑَﻨﺎ آَﻣَّﻨﺎ ِﺑَﻤﺎ َأﻧَﺰَﻟ
Artinya : “Ya Tuhan kami, kami Telah beriman kepada apa yang Telah Engkau
turunkan dan Telah kami ikuti rasul, Karena itu masukanlah kami ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)”. (QS. Al Imron :
53)
َﻒ اْﻟِﻤﻴَﻌﺎد
ُ ﺨِﻠ
ْ ﻚ ﻻ َ ُﺗ
َ ﺨِﺰَﻧﺎ َﻳْﻮَم اْﻟِﻘَﻴﺎَﻣِﺔ ِإَّﻧ
ْ َ ُﺗ ﻚ َوﻻ
َ ﺳِﻠ
ُ ﻋَﻠﻰ ُر
َ ﻋﺪَّﺗَﻨﺎ
َ َرَّﺑَﻨﺎ َوآِﺗَﻨﺎ َﻣﺎ َو
١٩٤﴿﴾
Artinya : “Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru
kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka kamipun beriman.
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak
berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari
kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS. Al Imron : 193 – 194)
3. Tawassul kepada Allah dengan (perantaraan) para waliNya ada beberapa macam.
Pertama.
Seseorang memohon kepada wali yang masih hidup agar mendoakannya supaya
mendapatkan kelapangan rezeki, kesembuhan dari penyakit, hidayah dan taufiq, atau
(permintaan-permintaan) lainnya. Tawassul yang seperti ini dibolehkan. Termasuk
dalam tawassul ini adalah permintaan sebagian sahabat kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam agar beristsiqa (meminta hujan) ketika hujan lama tidak turun
kepada mereka. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada
Allah agar menurunkan hujan, dan Allah mengabulkan doa beliau itu dengan
menurunkan hujan kepada mereka.
Begitu pula, ketika para sahabat Radhiyallahu ‘anhum beristisqa dengan perantaraan
Abbas Radhiyallahu ‘anhu pada masa kekhalifahan Umar Radhiyallahu ‘anhu. Mereka
meminta kepadanya agar berdoa kepada Allah supaya menurunkan hujan. Abbas pun
lalu berdoa kepada Allah dan diamini oleh para sahabat Radhiyallahu ‘anhum yang
lain. Dan kisah-kisah lainnya yang terjadi pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan setelahnya berupa permintaan seorang muslim kepada saudaranya sesame
muslim agar berdoa kepada Allah untuknya supaya mendatangkan manfaat atau
menghilangkan bahaya.
Kedua.
Seseorang menyeru Allah bertawassul kepadaNya dengan (perantaraan) rasa cinta
dan ketaatannya kepada nabiNya, dan dengan rasa cintanya kepada para wali Allah
dengan berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu agar Engkau
memberiku ini (menyebutkan hajatnya)’. Tawassul yang seperti ini boleh karena
merupakan tawassul dari seorang hamba kepada rabbnya dengan (perantaraan) amal-
amal shalihnya. Termasuk tawassul jenis ini adalah kisah yang shahih tentang
tawassul tiga orang, yang terjebak dalam sebuah goa, dengan amal-amal shalih
mereka. [Hadits Riwayat Imam Ahmad II/116. Bukhari III/51,69. IV/147. VII/69.
dan Muslim dengan Syarah Nawawi XVII/55]
Ketiga.
Seseorang meminta kepada Allah dengan (perantaraan) kedudukan para nabi atau
kedudukan seorang wali dari wali-wali Allah dengan berkata -misalnya- ‘Ya Allah,
sesunguhnya aku meminta kepadaMu dengan kedudukan nabiMu atau dengan
kedudukan Husain’. Tawassul yang seperti ini tidak boleh karena kedudukan wali-
wali Allah dan lebih khusus lagai kekasih kita Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam, sekalipun agung di sisi Allah, bukanlah sebab yang disyariatkan dan bukan
pula suatu yang lumrah bagi terkabulnya sebuah doa.
Karena itulah ketika mengalami musim kemarau, para sahabat Radhiayallahu ‘anhum
berpaling dari tawassul dengan kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
berdoa meminat hujan dan lebih memilih ber-tawassul dengan doa paman beliau,
Abbas Radhiyallahu ‘anhu, padahal kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berada diatas kedudukan orang selain beliau. Demikian pula, tidak diketahui bahwa
para sahabat Radhiyallahu ‘anhum ada yang ber-tawassul dengan (perantraan) Nabi
setelah beliau wafat, sementara mereka adalah generasi yang paling baik, manusia
yang paling mengetahui hak-hak Nabi Shallalalhu ‘alaihi wa sallam, dan yang paling
cinta kepada beliau.
Keempat.
Seorang hamba meminta hajatnya kepada Allah dengan bersumpah (atas nama) wali
atau nabiNya atau dengan hak nabi atau wali dengan mengatakan, ‘Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta ini (menyebutkan hajatnya) dengan (perantaraan)
waliMu si-Fulan atau dengan hak nabiMu Fulan’, maka yang seperti ini tidak boleh.
Sesungguhnya bersumpah dengan makhluk terhadap makhluk adalah terlarang, dan
yang demikian terhadap Allah Sang Khaliq adalah lebih keras lagi larangannya.
Tidak ada hak bagi makhluk terhadap Sang Khaliq (pencipta) hanya semata-mata
karena ketaatannya kepadaNya Subahanhu wa Ta’ala sehingga dengan itu dia boleh
bersumpah dengan para nabi dan wali kepada Allah atau ber-tawassul dengan mereka.
Inilah yang ditampakkan oleh dalil-dalil, dan dengannya aqidah Islamiyah terjaga
dan pintu-pintu kesyirikan tertutup.
Tawasul jenis ini pernah dipraktekkan baik di jaman Nabi masih hidup maupun
setelah sepeninggal beliau . Di dalam riwayat Muttafaqun ‘Alaihi dari hadits Anas
bin Malik ? menceritakan tentang tawasul orang Arab Badui dengan do’a Nabi agar
Allah menurunkan hujan ketika terjadi kekeringan dan menahan hujan ketika
terjadi banjir. Maka Allah mengabulkan do’a beliau .
Demikian juga apa yang diriwayatkan Al Bukhori di dalam “Shohih”-nya dari Umar
bin Al Khoththob ? bahwa beliau pernah bertawasul dengan do’a Abbas bin Abdul
Muththolib ? agar Allah menurunkan hujan.
Di dalam tawasul jenis kelima ini terdapat satu kaidah yang sangat penting bahwa
yang dijadikan sebagai wasilah adalah do’a seorang yang sholih. Sehingga kalaupun
orang sholih tersebut tidak memanjatkan do’anya atau mendo’akan sesuatu yang
tidak mungkin dikabulkan maka tentunya tidaklah mungkin untuk ditunaikan tawasul
jenis ini. Walillahil Hamdu.
Penyebutan macam-macam tawasul yang diperbolehkan secara syariat ini apabila
dipadukan dengan kaidah bahwa penentuan tawasul syar’iyah itu hanya dengan
keterangan Al Qur’an dan As Sunnah maka mengeluarkan segala bentuk tawasul yang
tidak termasuk di dalamnya, walaupun dengan berbagai dalih dan alasan.
Asy Syaikh Al Albani rahimahullah di dalam “At Tawasul” hal. 50 memberi nasehat
mulia kepada kita dengan ucapannya: “Dan diantara perkara yang sangat aneh,
engkau melihat mereka (orang-orang yang bertawasul dengan wasilah yang tidak
disyari’atkan) itu berpaling dari macam-macam tawasul yang disyariatkan. Hampir-
hampir mereka tidak lagi melakukan satupun darinya di dalam do’a ataupun tatkala
membimbing manusia untuk melakukan tawasul. Padahal itu telah ditetapkan di
dalam Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan umat ini. Engkau melihat mereka
menggantinya untuk kemudian sengaja membuat do’a-do’a dan tawasul-tawasul
sendiri yang tidak pernah disyariatkan Allah . Tidak pula pernah dipraktekkan
Rasulullah dan ternukilkan dari pendahulu umat ini dari kalangan tiga generasi
terbaik. Minimal yang mereka katakan bahwa tawasul yang diluar tawasul syar’i itu
diperselisihkan hukumnya oleh para ulama. Maka betapa pantas keadaan mereka
dengan firman-Nya :
ٌﺧْﻴﺮ
َ ﻫَﻮ
ُ ﻫَﻮ َأْدَﻧﻰ ِﺑاَّﻟِﺬي
ُ ن اَّﻟِﺬي
َ ﺴَﺘْﺒِﺪُﻟْﻮ
ْ َأَﺗ
“Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik?”.(Al Baqarah : 61)
Dan nampaknya pemandangan amaliah mereka memperkuat kebenaran ucapan seorang
tabi’in yang mulia Hassan bin Athiyyah Al Muhasibi rahimahullah tatkala berkata:
“Tidaklah suatu kaum membuat kebid’ahan di dalam agama mereka kecuali Allah cabut
sunnah setimpal dengan perbuatan bid’ah itu. Kemudian Allah tidak
mengembalikannya kepada mereka sampai hari kiamat”. (Diriwayatkan Ad Darimi
1/45 dengan sanad shohih)”.
Beliau pun juga mengajak kita untuk berpikir jernih tentang permasalahan besar
itu di dalam “Silsilah Adh Dha’ifah” 1/94. Beliau berkata: “Kalaulah tawasul bid’ah
itu dianggap tidak keluar dari lingkup khilafiyah, maka jika manusia mau bersikap
adil pastilah mereka akan berpaling darinya dalam rangka hati-hati dan
mengamalkan ucapan beliau :
ﺴْﻴًﺮا
ِ ﻦ َﺗْﻔ
َ ﺴ
َ ﺣ
ْ ﻖ َوَأ
ِّ ﺤ
ّ ك ِﺑاْﻟ
َ ﺟْﺌَﻨﺎ
ِ َّ ﻞ إﻻ
ٍ ﻚ ِﺑَﻤَﺜ
َ َوﻻ َ َﻳْﺄُﺗْﻮَﻧ
“Dan tidaklah mereka mendatangkan sesuatu yang janggal melainkan Kami
mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”.
(Al Furqan : 33)
ُﺣَﻤَﺘﻪ
ْ ن َر َ ﺟﻮُ ب َوَﻳْﺮ ُ ﻢ َأْﻗَﺮ ْ ﺳﻴَﻠَﺔ َأُّﻳُﻬ
ِ ﻢ اْﻟَﻮُ ن ِإَﻟﻰ َرِّﺑِﻬ
َ ن َﻳْﺒَﺘُﻐﻮ
َ ﻋﻮ
ُ ﻦ َﻳْﺪ
َ ﻚ اَّﻟِﺬﻳ
َ لـِﺋ
َ ُأو
ًﺤُﺬوراْ ن َﻣَ ﻚ َﻛﺎ
َ ب َرِّﺑَ ﻋَﺬا
َ نَّ ﻋَﺬاَﺑُﻪ ِإ َ نَ ﺨﺎُﻓﻮَ َوَﻳ
17.
57. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan
mereka [857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti. [857] Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat
dan ‘Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri
kepada Allah.
Lafadl Alwasilah dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul
terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik.
2. Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sejak jaman sebelum Nabi
Muhammad SAW. QS 12:97 mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang
memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi
dan Rasul, yakni N. Ya’qub AS. Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata
tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan
untuk putera-puteranya (QS 12:98).
َﻫﻮُ ﻲ ِإَّﻧُﻪ
َ ﻢ َرِّﺑ
ْ ﺳَﺘْﻐِﻔُﺮ َﻟُﻜ
ْ ف َأ
َ ﺳْﻮ
َ ل
َ َﻗا.ﻦ
َ ﻃِﺌﻴ
ِ ﺧﺎ
َ ﺳَﺘْﻐِﻔْﺮ َﻟَﻨﺎ ُذُﻧﻮَﺑَﻨﺎ ِإَّﻧﺎ ُﻛَّﻨﺎ
ْ َﻗاُﻟﻮْا َﻳﺎ َأَﺑﺎَﻧﺎ ا
ُﺣﻴﻢِ اْﻟَﻐُﻔﻮُر اﻟَّﺮ
97. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-
dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”.
98. N. Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT
dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT.
Bahkan QS 17:57 dengan jelas mengistilahkan “ayyuhum aqrabu”, yakni memilih
orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah.
3. Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT
dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk
mereka. Bahkan secara eksplisit menyebutkan kedudukan N. Musa AS (sebagai Nabi
dan Utusan Allah SWT) sebagai wasilah terkabulnya doa mereka. Hal ini ditegaskan
QS 7:134 dengan istilahك َ ﻋﻨَﺪ
ِ ﻋِﻬَﺪ
َ ِﺑَﻤﺎDengan (perantaraan) sesuatu yang diketahui
Allah ada pada sisimu (kenabian).
Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS, sebagaimana QS 2:37
ُ ﺣﻴ
ﻢ ِ ب اﻟَّﺮ
ُ ﻫَﻮ اﻟَّﺘَّﻮا
ُ ﻋَﻠْﻴِﻪ ِإَّﻧُﻪ
َ ب
َ ت َﻓَﺘﺎ
ٍ َﻓَﺘَﻠَّﻘﻰ آَدُم ِﻣﻦ َّرِّﺑِﻪ َﻛِﻠَﻤﺎ
“Kemudian Nabi Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.”Kalimat yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli
tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW,
yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT,
sebagai nabi akhir zaman.
4. Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT di QS 4:64 bahkan dengan janji
taubat mereka pasti akan diterima. Syaratnya, yakni mereka harus datang ke
hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah
SAW yang juga mendoakannya.
ﻳﺎ رﺑﻰ ! إﻧﻰ: ﻟﻤﺎ اﻗﺘﺮف آدم اﻟﺨﻄﻴﺌﺔ ﻗﺎل: ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
ﻳﺎ آدم ﻛﻴﻒ ﻋﺮﻓﺖ ﻣﺤﻤﺪا وﻟﻢ أﺧﻠﻘﻪ ﻗ: أﺳﺄﻟﻚ ﺑﺤﻖ ﻣﺤﻤﺪ ﻟﻤﺎ ﻏﻔﺮﺗﻨﻰ ﻓﻘﺎل ﷲ
ﻲ ﻣﻦ روﺣﻚ رﻓﻌﺖ رأﺳﻰ ﻓﺮأﻳﺖ ّ ﻳﺎ رﺑﻰ ﻷﻧﻚ ﻟﻤﺎ ﺧﻠﻘﺘﻨﻰ ﺑﻴﺪك وﻧﻔﺨﺖ ﻓ: ﺎل
ﻋﻠﻰ ﻗﻮاﺋﻢ اﻟﻌﺮش ﻣﻜﺘﻮﺑﺎ ﻻإﻟﻪ إﻻ ﷲ ﻣﺤﻤﺪ رﺳﻮل ﷲ ﻓﻌﻠﻤﺖ أﻧﻚ ﻟﻢ ﺗﻀﻒ إﻟﻰ
ﺻﺪﻗﺖ ﻳﺎ آدم إﻧﻪ ﻷﺣﺐ اﻟﺨﻠﻖ إﻟﻲ: إﺳﻤﻚ إﻻ أﺣﺐ اﻟﺨﻠﻖ إﻟﻴﻚ ﻓﻘﺎل ﷲ،
وﻟﻮﻻ ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺘﻚ )أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻰ اﻟﻤﺴﺘﺪرك،ادﻋﻨﻰ ﺑﺤﻘﻪ ﻓﻘﺪ ﻏﻔﺮت ﻟﻚ
615 : ص2 : )وﺻﺤﺤﻪ ج
“Rasulullah s.a.w. bersabda:”Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku”.
Lalu Allah berfirman:”Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum
aku jadikan?” Adam menjawab:”Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan
tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruhMu, maka aku angkat
kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis “Laailaaha illallaah
muhamadun rasulullah” maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan
sesuatu kepada namaMu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai”. Allah
menjawab:”Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai,
bredoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada
Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu”
Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian
juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam
kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib
Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti
dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini
adalah shohih.
Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi
:
ﻋﻦ ﻋﺜﻤﺎن ﺑﻦ ﺣﻨﻴﻒ ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﺟﺎءه رﺟﻞ
ﺿﺮﻳﺮ
ﻳﺎ رﺳﻮل ﷲ ! ﻟﻴﺲ ﻟﻰ ﻗﺎﺋﺪ وﻗﺪ ﺷﻖ ﻋﻠﻲ ﻓﻘﺎل: ﻓﻘﺎل،ﻓﺸﻜﺎ إﻟﻴﻪ ذﻫﺎب ﺑﺼﺮه
ﷲم إﻧﻰ: اﺋﺖ اﻟﻤﻴﻀﺎة ﻓﺘﻮﺿﺄ ﺛﻢ ﺻﻞ رﻛﻌﺘﻴﻦ ﺛﻢ ﻗﻞ: : رﺳﻮل ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
أﺳﺄﻟﻚ وأﺗﻮﺟﻪ إﻟﻴﻚ ﻟﻨﺒﻴﻚ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺒﻲ اﻟﺮﺣﻤﺔ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ إﻧﻰ أﺗﻮﺟﻪ ﺑﻚ إﻟﻰ رﺑﻚ
ﻓﻮﷲ ﻣﺎ: ﻗﺎل ﻋﺜﻤﺎن،ﻲ وﺷﻔﻌﻨﻰ ﻓﻰ ﻧﻔﺴﻰّ ﷲم ﺷﻔﻌﻪ ﻓ،ﻓﻴﺠﻠﻰ ﻟﻰ ﻋﻦ ﺑﺼﺮى
)أﺧﺮﺟﻪ.ﺗﻔﺮﻗﻨﺎ وﻻ ﻃﺎل ﺑﻨﺎ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺣﺘﻰ دﺧﻞ اﻟﺮﺟﻞ وﻛﺄﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺑﻪ ﺿﺮ
)اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻰ اﻟﻤﺴﺘﺪرك
Dari Utsman bin Hunaif: “Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada
Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang
menuntunku dan aku merasa berat” Rasulullah berkata”Ambillah air wudlu, lalu
beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata:”bacalah doa (artinya)” Ya Allah
sesungguhnya aku memintaMu dan menghadap kepadaMu melalui nabiMu yang penuh
kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta
tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan
berilah aku syafaat”. Utsman berkata:”Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum
juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar”.
(Hadist riwayat Hakim di Mustadrak)
Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam
Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi
mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam
kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib.
Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa
hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam
kitab shohihnya.
c. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal.
Diriwayatkan oleh Imam Addarimi :
ﻗﺤﻂ أﻫﻞ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻗﺤﻄﺎ ﺷﺪﻳﺪا ﻓﺸﻜﻮا: ﻋﻦ أﺑﻰ اﻟﺠﻮزاء أ وس ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﻗﺎل
اﻧﻈﺮوا ﻗﺒﺮ اﻟﻨﺒﻲ ﻓﺎﺟﻌﻠﻮا ﻣﻨﻪ ﻛﻮا إﻟﻰ اﻟﺴﻤﺎء ﺣﺘﻰ ﻻ ﻳﻜﻮن: إﻟﻰ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻓﻘﺎﻟﺖ
ﻓﻔﻌﻠﻮا ﻓﻤﻄﺮوا ﻣﻄﺮا ﺣﺘﻰ ﻧﺒﺖ اﻟﻌﺸﺐ وﺳﻤﻨﺖ اﻹ: ﺑﻴﻨﻪ وﺑﻴﻦ اﻟﺴﻤﺎء ﺳﻘﻒ ﻗﺎل
ص1 : ﺑﻞ ﺣﺘﻰ ﺗﻔﺘﻘﻂ ﻣﻦ اﻟﺴﺤﻢ ﻓﺴﻤﻲ ﻋﺎم اﻟﻔﺘﻖ ) أﺧﺮﺟﻪ اﻹﻣﺎم اﻟﺪارﻣﻰ ج:
43)
Dari Aus bin Abdullah: “Sautu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu
datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang
kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata: “Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu
bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat
langsung”, maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga
rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk”
(Riwayat Imam Darimi)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ إن ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺧﻄﺎب ﻛﺎن إذا ﻗﻄﺤﻮا اﺳﺘﺴﻘﻰ ﺑﺎﻟﻌﺒﺎس ﺑﻦ ﻋﺒﺪ
ﷲم إﻧﺎ ﻛﻨﺎ ﻧﺘﻮﺳﻞ إﻟﻴﻚ ﺑﻨﺒﻴﻨﺎ ﻓﺘﺴﻘﻴﻨﺎ وإﻧﺎ ﻧﻨﺘﻮﺳﻞ إﻟﻴﻚ ﺑﻌﻢ: اﻟﻤﻄﻠﺐ ﻓﻘﺎل
137: ص1 : ﻓﻴﺴﻘﻮن )أﺧﺮﺟﻪ اﻹﻣﺎم اﻟﺒﺨﺎرى ﻓﻰ ﺻﺤﻴﺤﻪ ج: ) ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻓﺎﺳﻘﻨﺎ ﻗﺎل
Riwayat Bukhari: dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi
kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu
Abbas berkata:”Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu
melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi
kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan.
d. Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul .
ﻣﻦ ﺧﺮج ﻣﻦ ﺑﻴﺘﻪ: رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: ﻋﻦ أﺑﻰ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺤﺬري ﻗﺎل
ﷲم إﻧﻰ أﺳﺄﻟﻚ ﺑﺤﻖ اﻟﺴﺎﺋﻠﻴﻦ ﻋﻠﻴﻚ وﺑﺤﻖ ﻣﻤﺸﺎى ﻫﺬا ﻓﺈﻧﻰ: ﻓﻘﺎل،إﻟﻰ اﻟﺼﻼة
ﺧﺮﺟﺖ إﺗﻘﺎء ﺷﺨﻄﻚ واﺑﺘﻐﺎء،ﻟﻢ أﺧﺮج ﺷﺮا وﻻ ﺑﻄﺮا وﻻ رﻳﺎءا وﻻ ﺳﻤﻌﺔ
إﻧﻪ ﻻ ﻳﻐﻔﺮ اﻟﺬﻧﻮب إﻻ، وأن ﺗﻐﻔﺮ ﻟﻰ ذﻧﻮﺑﻰ،ﻣﺮﺿﺎﺗﻚ ﻓﺄﺳﺄﻟﻚ أن ﺗﻌﻴﺬﻧﻰ ﻣﻦ اﻟﻨﺎر
أﻗﺒﻞ ﷲ ﺑﻮﺟﻬﻪ واﺳﺘﻐﻔﺮ ﻟﻪ ﺳﺒﻌﻮن أﻟﻒ ﻣﻠﻚ )أﺧﺮﺟﻪ ﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ وأﺣﻤﺪ وﺑﻦ،أﻧﺖ
)ﺣﺰﻳﻤﺔ وأﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ وﺑﻦ ﺳﻨﻰ.
Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda:”Barangsiapa keluar dari
rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah
sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui
langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya
dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka
aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku
sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu”, maka Allah akan
menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya”. (Riwayat Ibnu
Majad dll.).
Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah
dengan sanad yang ma’qool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis
ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119).
Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar
1/272).
Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan
bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323).
Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah
dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98).
Pandangan Para Ulama’ Tentang Tawassul
Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada
baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu. Kadang sebagian orang masih
kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat
ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil saja tanpa harus menyartakan pendapat
ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya. Namun untuk lebih
memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan
pandangan ulama’ mengenai hal tersebut.
Lewat ulasan para waliyulloh kamil, mereka banyak memberi suatu pendapat, di
antaranya:
Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku akan
terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya mengistiqomahkan,
bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak pernah henti-hentinya
membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x setiap malamnya”
Menurut Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara
istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00) niscaya aku
akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun kamu
menginginkannya”.
Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi
keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan kepada-Nya
atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu / menjumpai di setiap
malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara kenikmatanku (surga)
apabila kamu terus beristiqomah bertawassul kepadaku di setiap malamnya, dengan
memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal
wakil”.
Menurut imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya
aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat syafa’at di
kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap malamnya dengan terus
membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi (Allohumma Sholli ala sayidina
Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan
percayalah kepadaku, karena sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu
mendoakanmu sampai mencapai derajat mulia (surga)”.
Menurut Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup
dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT. Dan barang
siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap malamnya dengan membaca
surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar sebanyak 30.000x niscaya aku akan
terus hadir menjumpaimu sampai dirimu tanpa sadar menjadi seorang derajat
waliyulloh kamil”.
Menurut imam Asy-Sya’roni, “Jangan kau sesekali meninggalkan istiqomah
bertawassul kepada para nabi, malaikat dan wali lainnya. Sesungguhnya bertawassul
adalah suatu kebajikan hati dalam mencari syafa’at dan rahmat para Ahlillah yang
menjadi kekasih-Nya”. Tambahnya lagi, “sesungguhnya derajat yang paling mudah
didapat adalah, kedekatan hati kita dengan para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya,
maka tiada lain dan tiada bukan, istiqomahkan bertawassul kepadanya!”.
Menurut imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan
oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan penghormatan kepada
para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan. Karena sesungguhnya batu
loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain adalah bantuan rahmat dari para
Ahlillah yang sudah mendahului kita, kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.
Menurut pendapat para walijawa (walisongo), “Gunakanlah waktumu untuk kebajikan
di jalan-Nya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam kelebihan dan kekurangan.
Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan akan ilmu dan pengetahuan,
dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan para kekasih-Nya (bertawassul)
sesungguhnya hanya lewat jalan inilah kamu sekalian akan mendapat derajat mulia
di sisi-Nya”.
ﻢ َﻓﺂَﻣَّﻨﺎ َرَّﺑَﻨﺎ
ْ ن آِﻣُﻨﻮْا ِﺑَﺮِّﺑُﻜ
ْ ن َأ
ِ ﺳِﻤْﻌَﻨﺎ ُﻣَﻨﺎِدًﻳﺎ ُﻳَﻨﺎِدي ِﻟﻹ ِﻳَﻤﺎ َ َّرَّﺑَﻨﺎ ِإَّﻧَﻨﺎ
١٩٣﴿ ﺳِّﻴَﺌﺎِﺗَﻨﺎ َوَﺗَﻮَّﻓَﻨﺎ َﻣَﻊ اﻷْﺑَﺮاِر َ ﻋَّﻨﺎ
َ ﻏِﻔْﺮ َﻟَﻨﺎ ُذُﻧﻮَﺑَﻨﺎ َوَﻛﻔِّْﺮ
ْ ﴾َﻓﺎ
Cara Tawassul Mengamalkan Ilmu
Bismillahirrohmanirrohim
Hadiah Fatihah kepada Kanjeng Rasulullah S.A.W.
Ila hadrotin nabiyyil mustofa sayidina wa maulana Muhammadin SAW.... Al Fatihah
1x.
2. Hadiah fatihah kepada 4 Malaikat dan para Malaikat penjaga.
Wa ila hadroti malaikatil jibriil wa mika-il wa isrofil wa 'izroil wal malaikatil
muqorrobin wal karubiyyin syai-u lillaahi lahumul ...Al-Fatihah 1x.
3. Hadiah Fatihah kepada 4 sahabat.
Wa ila hadroti sadatina khulafaur rosyidin, abi bakrin, wa umar, wa utsman, wa
ali, syai-u lillahi lahumul....Al Fatihah 1x
4. Hadiah Fatihah kepada para wali
Wa ila hadroti quthbur robbani syaikh 'abdul qodiril jailani, syaikh ahmad bin 'ali
albuni, syaikh ahmad addrobi as syafi'i, syaikh tilmisani maghribi, syeikh abi hasan
as syadzili, al imam ghozali, wal masya-ikhina, wal waliyyina, syai-u lillahi lahumul
... Al Fatihah 1x.
5. Hadiah Fatihah kepada para guru-guru pribadi masing-masing.
Wa ila hadroti .........(sebut nama-nama gurunya yang mengajarkan ilmu-ilmu batin)
syai-u lillahi lahumul .....Al Fatihah 1x
6. Hadiah Fatihah kepada Ibu dan Bapak, Muslimin wal muslimat.
Wa ila hadroti abi wa ummi, wal muslimiina wal muslimati, syai-u lillahi lahumul
...Al Fatihah 1x.
7. Hadiah Fatihah kepada diri kita sendiri dan kepada qorin.
Wa 'ala nafsi.... (sebut namanya sendiri) wal qorini, wa sadulur papat lima pancer
syai-u lillahi lahumul ....Al Fatihah 1x
8. Hadiah Fatihah atas hajat pribadi masing-masing.
Wa ilal hajati ................ (sebut keinginan).............. Al-Fatihah 1x
9. Hadiah Fatihah kepada pemegang "kunci ilmu hikmah".
- Bi mu'jizati sayidina khidir alaihis salam................... Al-Fatihah 1x
- Wa bibarokati sayidina khidir alaihis salam............... Al-Fatihah 1x
- Wa ila ruhi sayidina khidir alaihis salam.................... Al-Fatihah 1x
Dilanjutkan membaca "kunci ilmu hikmah".
- Astagfirullohal 'azhiim 3x
- A 'uzubillahimina syaithonir rojim 3x
- Bismillahirrahmanirrahim 3x
- Kalimat Syahadat 3x
- Sholawat yang disukai 3x
- Inna lillahi wa inna ilaihi ro-jiun 3x
- La haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim 3x
Dilanjutkan lagi membaca 4 Raja Qur'an.
- Al Fatihah 1x
- Al Ikhlas 3x
- Al Falaq 1x
- An Nas 1x
Dilanjutkan membaca Tahlil.
- La ilaha illallah 21x / 100x.
لــَﻳﺂْء
ﺳَﻠﺎْم ﻛَﻔﺎَدا َﻓَﺮا َأْو ِ
)) َ
ﺣﺐُ ﺻﺎ َِ لـــَﻳﻰ ﷲ ُ ) .......ﺳﺒﻮت ﻧﻤﺎﻳﺎ( ك َﻳﺎَو ِ ﻲـ َﻋَﻠ ْ
ﺴَﻠﺎُم َ
َأﻟ َّ
ﻋَﻨﺎﻦَ .أْوَد ْ
ﻒـــْﻳ َ
ﻚ َواِﻗ ِ ﻋَﻠﻰ َﻣَﻘﺎِﻣ َ ﻦ َو َ
ئــِرْﻳ َ
ك َزا ِﺊــَﻧﺎ َ
ﺟ ْلــَﻛَﺮاَﻣِﺔِ ,ا ْ
ﺻَّﻠﻰ لﷲ ِ َ ﺳْﻮ ُ
ﺤَّﻤًﺪا َر ُ
ن ُﻣ َ
ن َﻟﺎ إَﻟَﻪ إَّﻟﺎ ﷲ ُ َ,وَأ َّ ﺷَﻬﺎَدًة َأ ْ
ك َ
ﻋْﻨَﺪ َِ
ﺳَّﻠﻢَ
ﻋَﻠْﻴِﻪ َو َ
.ﷲ ُ َ
REAKSI AHLI KUBUR SAAT DIDATANGI PEZIYARAH ORANG TUA DI ALAM KUBUR
KETIKA DI ZIARAHI ATAU DI DOAKAN ANAKNYA
Dalam penjelasan kitab al-Ruh, karya Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah* , Apa yang
terjadi kepada orang tua ketika Anda berziarah ke makam mereka atau ketika Anda
mendoakan mereka?
Syaikh Muhammad al-Syanqithi, berkata: Semoga Alloh mengampuni keluarga kita
yang telah meninggal dunia dan kaum Muslimin yang telah meninggal dunia. Aku
tidak mampu menahan tangis melihat betapa perlunya ahli kubur kepada kita. Aku
terkesan dan aku ingin semuanya mengetahui hal ini..
Utsman bin Sawad, ulama salaf, bercerita tentang ibunya, seorang wanita yang ahli
ibadah. Ketika ibunya akan meninggal dunia, ia mengangkat pandangannya ke langit
dan berkata: “Wahai tabunganku, wahai simpananku, wahai Tuhan yang selalu
menjadi sandaranku alam hidupku dan setelah kematiaku, jangan Engkau abaikan
diriku ketika mati, jangan biarkan aku kesepian dalam kuburku.” Kemudian ia
meninggal dunia.
Aku selalu berziarah ke makamnya setiap hari Jum’at . Aku berdoa untuknya, dan
memohonkan ampun baginya dan semua ahli kubur di situ. Pada suatu malam aku
bermimpi berjumpa dengan ibuku.
Aku berkata:
“Wahai ibuku, bagaimana keadaanmu?”
Ia menjawab:
“Wahai anakku, sesungguhnya kematian itu adalah kesusahan yang dahsyat. Aku
alhamdulillah ada di alam barzakh yang terpuji. Ranjangnya harum, dan bantalnya
terdiri tenunan kain sutera.”
Aku berkata:
“Apakah Ibu ada keperluan kepadaku?”
Ia menjawab:
“Iya... Jangan kamu tinggalkan ziarah yang kamu lakukan kepada kami. Sungguh aku
sangat senang dengan kedatanganmu pada hari Jum’at ketika berangkat dari
keluargamu". Orang-orang akan berkata kepadaku:
“Ini anakmu sudah datang.”
Lalu aku merasa senang, dan orang-orang mati yang ada di sekitarku juga senang.”
Basysyar bin Ghalib, ulama salaf pula, berkata: “ Aku bermimpi Robiah al-Adawiyah
dalam tidurku. Aku memang selalu mendoakannya. Dalam mimpi itu ia berkata
kepadaku: *“Wahai Basysyar, hadiah-hadiahmu selalu sampai kepada kami di atas
piring dari cahaya, ditutupi dengan sapu tangan sutera.”
Aku berkata:
“Bagaimana hal itu bisa terjadi?”
Ia menjawab:
“Begitulah doa orang-orang yang masih hidup. Apabila mereka mendoakan orang-
orang yang sudah mati dan doa itu dikabulkan, maka doa itu diletakkan di atas
piring dari cahaya dan ditutupi dengan sapu tangan sutera. Lalu hadiah itu
diberikan kepada orang mati yang didoakan itu"
Lalu dikatakan kepadanya:
“Terimalah, ini hadiah si anu kepadamu.”
Seberapa sering kita berziarah ke makam orang tua, keluarga dan guru kita yang
telah meninggal dunia?*
Seberapa banyak kita mendoakan mereka dalam waktu-waktu kita beribadah? Baik
mereka masih ada maupun telah tiada,,, berbakti lah.
Ziarah kita dan doa kita sangat penting bagi mereka..
ﷲم اﻧﺲ ﻓﻲ ﻗﺒﺮه وﺣﺪﺗﻲ ورﺣﻢ ﻓﻴﻪ ﻏﺮﺑﺘﻲ
AMALAN UNTUK MENEMUI AHLI QUBUR, PARA WALI PARA ARWAH MUQODDASAH DAN UNTUK
BERBICARA DG. MEREKA
Keterangan
Asma` ini kalau di baca baik di maqam para wali atau di tempat-tempat lain,
kemudian berdzikir atau baca Alqur`an atau sholawat maka Allah akan memberi
kemampuan bertemu / melihat para wali para arwah yang di maksud juga bisa
bercakap-cakap kepada mereka Biidznillah wa bi syafaati Rosulillah. SAW Insya
Allah qobul dan Mujarrab. Amin
ٍﺠْﻮُد ِﺑَﺘْﻮَﺑﺔ
ُ ﺴَﻨﻰ َﺗْ ﺤ
ُ ﻚ اﻟ َ ﺳﻤَﺎِﺋْ ِﺑَﺄ
ﻰ ُذُﻧْﻮِﺑﻰ َوَزَّﻟِﺘﻰ
ِ ح َﺗْﻐِﻔُﺮ ﻟٍ ﺼْﻮُ َﻧ
Dengan nama-namaMu yang sangat baik, Engkau pasti menerima akan taubat
Yang baik, ampunilah aku segala dosa-dosaku dan semua kehilafanku
ٍﺤﺔ َ ل َوَﻟْﻤ
ٍ ﻞ ﺣَﺎ ِّ ﻰ ُﻛِ ﻈْﺮِﻧﻰ ﻓ ُ َوَﺗْﻨ
ِل َﻳْﻮِم اﻟِﻘﻴَﺎَﻣﺔ
ِ ﻫْﻮ َ ﻦْ ﺠﻰ ِﺑﻬَﺎ ِﻣ ِّ ُﺗَﻨ
Engkau mengawasi ku di setiap keadaan dan setiap detik waktu
Dengan nama-namaMu Engkau selamatkan aku dari kerusuhan hari qiyamah
ﺤُﻘِﻨﻰ ِﺑِﻬﻢْ
ﻢ َوِﺑاﻹ َْوِﻟﻴَﺎِء ُﺗْﻠ ِ ِﺑِﻬ ْ
ﺸْﻴَﺮِﺗﻰ
ﻋ ِ
ﺷْﻴَﻌِﺘﻰ َو َ َوُذِّرﻳَِﺘﻰ َو ِ
Berkat mereka dan para wali izinkan aku agar bisa bersama mereka selalu
Juga bias berkumpul bersama keturunanku, kumpulanku dan kawan-kawanku
ﺤِّﻘِﻬﻢْﺷٍّﺮ ِﺑ َ
ﻞ َﻋِّﻨﻰ ُﻛ َّف َ
ﺼِﺮ َُوَﺗ ْ
ﺟَّﻨﺔِ
ﺲ َو ِﻦ ِإْﻧ ٍ ﺷٍّﺮ ِﻣ ْ
ﺷًّﺮا ِﻟِﺬى َ
َو َ
Jauhkan dariku segala keburukan, berkat kemuliaan mereka
Segala keburukan yang berbuat jahat, baik dari manusia ataupun jin
ﺨﻮَاِﺗﻢِﻦ اﻟ َ
ﺴ ِ
ﺤ ْ
ﺸْﺮِﻧﻰ ِﺑ ُ
ﻚ َﺑ ِّ
ﺿِﻠ َِﺑﻒ ْ
ﺧْﻠِﻨﻰ ِﺑﺪَاِر اﻹ ِﻗَﺎَﻣﺔِ
ﺣَﻤِﺔ اْد َِوِﺑاﻟَّﺮ ْ
Dengan keutamaanMu kruniakan kebahagiaan kepadaku dengan baik akhir hayatku
)Dengan kasih saying masukkan aku ke dalam tempat tinggal yang abadi (sorga
ﺴِﻠْﻴﻢٌ
ﺻﻻ ٌَة َوَﺗ ْ ﻰ َ ﻦ اﻟَﻤْﻮﻟ َ
ﻢ ِﻣ َﻋَﻠْﻴِﻬ ْ
َ
ﺐ ِإَﻟِﻬﻰ ُﻣﻨَﺎﺟَﺎِﺗﻰﺠ ْ
ﺳَﺘ ِن ْ نا ِﺿﻮَا َُوِر ْ
Untuk mereka dari Allah SWT semoga kasih sayang dan keselamatan dilimpahkan
Juga keridloan dari Allah, kabulkanlah wahai Tuhanku atas semua permohonan
munajatku.. amien
ﻓﺎﺋﺪة ﻫﺬا اﻟﻌﻤﻞ ﻫﻲ اﻟﺴﺆال ﻋﻦ اﻣﺮ ﻗﺪ اﺧﻔﺎه اﻟﻤﺘﻮﻓﻲ وﻟﻜﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﺎﺋﺪه ﻟﺬوﻳﻪ او
ﻣﻦ ﻳﻄﻠﺐ ذﻟﻚ اﻟﺴﺮ اﻟﻤﺨﻔﻲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ ﻓﻴﺤﻀﺮ ﻗﺮﻳﻨﻪ وﺗﺘﻢ اﻟﻤﺨﺎﻃﺒﻪ
واﻟﺴﺆال واﻟﺠﻮاب ﻛﻤﺎ ﺣﺪث ﻣﻌﻲ واﺳﺘﺤﻀﺮت ﻗﺮﻳﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻔﺘﺎح اﻟﺴﻴﺪ اﻟﻄﻮﺧﻲ
ﺑﻬﺬه اﻟﻄﺮﻳﻘﻪ وﺑﻄﺮق ﻣﺸﺎﺑﻬﻪ ﻟﻬﺎ اﻳﻀﺎ وﺳﺄﺿﻊ ﻟﻜﻢ ﻫﻨﺎ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﺟﻤﻴﻠﻪ ﻟﻠﻘﻴﺎم ﺑﻬﺬا
اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺸﺮط ان ﻻ ﻳﺴﺘﺨﺪم ﻓﻲ ﻓﻀﺢ اﺳﺮار اﻟﻨﺎس
اذا ﻧﻮﻳﺖ اﻟﻌﻤﻞ ﻓﺎﻏﺘﺴﻞ ﺑﻌﺪ ﺻﻼة اﻟﻤﻐﺮب او اﻟﻌﺸﺎء وﺗﻄﻴﺐ واذﻫﺐ اﻟﻰ اﻟﻘﺒﺮ
اﻟﻤﺮاد واﺑﺪأ ﺑﺎﻟﺴﻼم ) اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻳﺎ اﻫﻞ اﻟﻘﺒﻮر ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ اﻧﺘﻢ
اﻟﺴﺎﺑﻘﻮن واﻧﺎ ان ﺷﺎء ﷲ ﺑﻜﻢ ﻻﺣﻘﻮن ( ﺛﻢ اﻗﺮأ اﻟﻔﺎﺗﺤﻪ وﻫﺐ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ
اﻟﻘﺒﺮ وواﺟﻪ اﻟﻘﺒﺮ اي ﺗﻮاﺟﻪ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ وﺟﻬﺎ ﻟﻮﺟﻪ وﺗﺠﻠﺲ ﺑﻜﻞ ﺳﻜﻴﻨﻪ وﺗﻘﻮل
) ﷲم ﺻﻞ ﻋﻠﻰ روح وﺟﺴﺪ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺳﻴﺪ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ وﻋﻠﻰ ارواح واﺟﺴﺎد اﻻ
ﻧﺒﻴﺎء واﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ واﻟﺼﺪﻳﻘﻴﻦ واﻟﺸﻬﺪاء واﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ واﻻوﻟﻴﺎء اﻟﻜﺎﻣﻠﻴﻦ واﻟﻌﻠﻤﺎء
اﻟﺮاﺷﺪﻳﻦ وﺟﻤﻴﻊ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ ﻳﺎ ارﺣﻢ اﻟﺮاﺣﻤﻴﻦ ﻳﺎرب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ( 245ﻣﺮه
وﻫﺐ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ وﻗﻢ واذﻫﺐ وﻋﺪ اﻟﻴﻮم اﻟﺘﺎﻟﻲ واﻗﺮأ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ اﻟﺴﻼ
م اﻟﺬي ﻓﻲ اﻟﺼﻴﻐﻪ اﻻوﻟﻰ 11ﻣﺮه ﺛﻢ اﻏﻠﻖ ﻋﻴﻨﻴﻚ وﻗﻞ ) ﻳﺎ روح ﻳﺎ روح ( 21
ﻣﺮه ) ..ﻳﺎ روح اﻻرواح ( 21ﻣﺮه ) ..ﺳﻼم ﻗﻮﻻ ﻣﻦ رب رﺣﻴﻢ( 850ﻣﺮه ﺛﻢ ﺻﻴﻐﺔ
اﻟﺼﻼة اﻟﺴﺎﺑﻘﻪ اﻟﺘﻲ اوﻟﻬﺎ ﷲم ﺻﻞ 11 ...ﻣﺮه وﻫﺐ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ ﺛﻢ ﻗﻢ
وﻋﺪ ﻓﻲ اﻟﻴﻮم اﻟﺜﺎﻟﺚ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ واﻗﺮأ اﻟﻔﺎﺗﺤﻪ وﻫﺒﻪ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﺛﻢ ﻗﻞ
واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ) ﻳﺎ روح ﻳﺎ روح ( 21ﻣﺮه ) ..ﻳﺎ روح اﻻرواح ( 21ﻣﺮه ﺛﻢ
)ﺳﻼم ﻗﻮﻻ ﻣﻦ رب رﺣﻴﻢ ( 130ﻣﺮه ﺛﻢ ﺗﻘﻮل ) ﺳﺒﻮح ﻗﺪوس رﺑﻨﺎ رب اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ و
اﻟﺮوح ( وﻛﺮرﻫﺎ واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ﺣﺘﻰ ﻳﺤﻀﺮ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ وﻳﺒﺪأ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ
ﻣﻌﻚ واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ورﺑﻤﺎ ﺗﺮاه واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ﻫﺬا ﻋﻠﻰ ﺣﺴﺐ ﻗﻮة
اﻟﻜﺸﻒ ﻋﻨﺪك وﺑﻌﺪ ﻗﻀﺎء اﻟﺤﺎﺟﻪ واﻟﺴﺆال اﺻﺮﻓﻪ ﺑﺎﻟﺰﻟﺰﻟﻪ ﺛﻢ اﻗﺮأ اﻳﺔ اﻟﻜﺮﺳﻲ
.واﻣﺴﺢ ﺑﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ وﻗﻢ
ﻳﻤﻜﻦ ﻟﻼﺧﻮه اﻟﻤﺸﺎﻳﺦ اﺻﺤﺎب اﻟﻜﺸﻮﻓﺎت اﻟﻘﻴﺎم ﺑﻬﺬا اﻟﻌﻤﻞ ﻣﻦ ﻣﻜﺎن ﺗﻮاﺟﺪﻫﻢ
ان ﻛﺎن اﻟﻘﺒﺮ ﺑﻌﻴﺪ ﻋﻨﻬﻢ وذﻟﻚ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻏﻼق اﻟﻌﻴﻨﻴﻦ وان ﺗﺘﺨﻴﻞ ﻧﻔﺴﻚ ﺟﺎﻟﺲ
اﻣﺎم اﻟﻘﺒﺮ