Anda di halaman 1dari 35

Tawasulan

Cara tawasul yang Tidak Banyak Diketahui


Tawasul dan Wasilah
Pengertian Tawassul
Secara etimologi tawassul berasal dari kata “tawassala – yatawassalu – tawassulan
” yang berarti mengambil perantara (wasilah), taqarrub atau mendekat.Sedangkan
secara terminologi: tawassul adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan menggunakan wasilah (perantara). Wasilah sendiri berarti kedudukan di
sisi Raja, jabatan, kedekatan dan setiap sesuatu yang dijadikan perantara
pendekatan dalam berdo’a. Imam An-Nasafi berkata: “Wasilah adalah semua bentuk
di mana seseorang bertawassul atau mendekatkan dirinya dengannya.”Pemahaman
tawassul sebagaimana yang dipahami oleh umat islam selama ini adalah bahwa
Tawassul adalah berdoa kepada Allah melalui suatu perantara, baik perantara
tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap
mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. Jadi tawassul merupakan pintu dan
perantara doa untuk menuju Allah SWT.
• Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantaraan berupa
sesuatu yang dicintainya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga
mencintai perantaraan tersebut.
• Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah
bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya da. Jika ia berkeyakinan bahwa
sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat
dan madlorot, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi
manfaat dan madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata.
• Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk
berdo’a agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa
di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah dan
sholawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah
satu usaha agar do’a yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah s.w.t.
Dengan demikian, tawasul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan
keharusan.
Tawasul adalah berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah (perantara). Salah satu
landasannya adalah :
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan (wasilah)
yang mendekatkan diri kepada-Nya, …. (QS.Al-Ma’idah 5:35)
Misalnya dalam doa Dluha : …. Allahuma in kaana rizka fis samaa fa anzilhu, wa
inkaana fil ardli fa akhrijhu…. bihaqi dhuha-ika, wa quwatika, wal qudratika …
( Ya Allah jika rizki di langit turunkanlah, jika di bumi keluarkanlah … dengan haq
dhuha-Mu, kekuatan-Mu, kekuasaan-Mu, …..)
Dalam shalawat badar : …. tawassalna bi bismillah wa bil hadi rasulillah, wa kulli
mujahidin lillah bi ahlil badri, Ya Allah (… Kami bertawasul dengan bismillah dan
petunjuk rasulillah, dan seluruh mujahidin di jalan Allah pada perang Badar)
Hukum tawassul adalah sunah, kecuali kepada orang yang sudah meninggal (dalam
contoh di atas Mujahidin badar) terdapat ikhtilaf. Ada yang melarang, sedang yang
lain memperbolehkan/sunah.
Imam Ibnu Taimiah dalam Kitabnya Al-Fataawaa berkata: “Dinukil dari Imam Ahmad
bin Hanbal dalam Musnadnya tentang tawassul dengan Nabi dan sebagian yang lain
melarangnya. apabila maksud mereka adalah tawassul dengan dzatnya, maka inilah
tempatnya perselisihan pendapat (di antara mereka/Ulama). Dan apa-apa yang
diperselisihkan oleh mereka harus dikembalikan kepada Allah dan RasulNya.” (Al-
Fataawaa, Ibnu Taimiah 1/264)
“Do’a apabila disertai dengan bertawassul kepada Allah lewat perantara seorang
makhluk adalah khilaf far’I dalam tatacara berdo’a dan bukan merupakan masalah
aqidah” (Asy-Syahid Hasan Al-Banna)

MACAM-MACAM TAWASSUL
1. Tawassul dengan Iman kepada Allah dan RasulNya.
Tawasul kepada Allah dengan nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang
tinggi. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya :

‫ﻋْﻮه ِﺑَﻬﺎ‬
ُ ‫ﺴَﻨﻰ َﻓﺎْد‬
ْ ‫ﺤ‬
ُ ‫ﺳَﻤﺎُء اْﻟ‬
ْ َ ‫َو ﻟﻠِﻪ اﻷ‬
“Dan hanya milik Allah nama-nama yang baik. Maka berdo’alah kalian dengan
(wasilah) nama-nama tersebut”. (Al A’raaf : 180)
Asy Syaikh Abdurrahaman As Sa’di rahimahullah menafsirklan ayat ini dengan
ucapan beliau: “Dan diantara kesempurnaan nama-nama Allah yang baik tersebut
adalah tidaklah Dia diseru melainkan dengan (wasilah) nama-nama-Nya dan seruan
(do’a) tersebut mencakup do’a ibadah dan do’a permintaan. Dia diseru di dalam
setiap permintaan dengan nama yang sesuai dengan permintaan tersebut.
Contohnya seseorang berdo’a: “Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Terimalah taubatku
wahai Dzat yang Maha Memberi taubat. Berilah aku rizki wahai Dzat yang Maha
Memberi rizki. Berilah kelembutan padaku wahai Dzat yang Maha Lembut dan lain-
lain”.
Tidaklah diragukan bahwa sifat-sifat Allah yang tinggi juga termasuk di dalam
wasilah tersebut karena nama-nama-Nya yang baik sekaligus mengandung sifat-sifat
bagi-Nya. Terlebih lagi Rasululullah amalkan di dalam do’anya yang shohih :

‫ﺧْﻴًﺮا‬
َ ‫ﺤَﻴﺎَة‬
َ ‫ﺖ اﻟ‬
َ ‫ﻋِﻠْﻤ‬
َ ‫ﺣِﻴِﻨﻲ َﻣﺎ‬ْ ‫ﻖ َأ‬ ِ ‫ﺨْﻠ‬َ ‫ﻚ ﻋﻠﻰ اْﻟ‬
َ ‫ﺐ َو ُﻗْﺪَرِﺗ‬
َ ‫ﻚ اْﻟَﻐْﻴ‬
َ ‫َُّم ِﺑِﻌﻠِﻤ‬ ‫ﷲ‬
‫ﺧْﻴًﺮا ﻟﻲ‬َ ‫ﺖ اﻟَﻮَﻓﺎُة‬
ِ ‫ﻟﻲ َوَﺗَﻮَّﻓِﻨﻲ َإَذا َﻛﺎَﻧ‬
“Ya Allah dengan ilmu-Mu tentang yang ghaib dan kekuasaan-Mu terhadap makhluk-
Mu, hidupkanlah aku yang Engkau telah ketahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku
dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku”. ( H.R An Nasa’i dan Al
Hakim serta dishohihkan Asy Syaikh Al Albani di dalam “Shohih An Nasa’i no. 1304).
Disini beliau bertawasul kepada Allah dengan wasilah dua sifat-Nya yaitu “Al Ilmu”
dan “Al Qudrah” (kekuasaan).
Allah tetapkan perkara ini di dalam firman-Nya :

‫ﻏِﻔْﺮَﻟَﻨﺎ‬
ْ ‫ﻢ َﻓﺂَﻣَّﻨﺎ َرَّﺑَﻨﺎ َﻓﺎ‬
ْ ‫ن آِﻣُﻨْﻮا ِﺑَﺮِّﺑُﻜ‬
ْ ‫ن َأ‬
ِ ‫ﺳِﻤْﻌَﻨﺎ ُﻣَﻨﺎَدًﻳﺎ ُﻳَﻨﺎِدي ِﻟﻹ ِْﻳَﻤﺎ‬
َ ‫َرَّﺑَﻨﺎ ِإَّﻧَﻨﺎ‬
ِ‫ﺳِّﻴَﺌﺎِﺗَﻨﺎ َو َﺗَﻮَّﻓَﻨﺎ َﻣَﻊ اﻷ َْﺑَﺮار‬ َ ‫ﻋَّﻨﺎ‬
َ ‫ُذُﻧْﻮَﺑَﻨﺎ َو َﻛِّﻔْﺮ‬
“Wahai Rabb kami sesungguhnya kami telah mendengar seruan orang yang menyeru
(Muhammad ) kepada keimanan yaitu: “Berimanlah kalian kepada Rabb kalian”. Maka
kami pun beriman. Wahai Rabb kami ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah
kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik”.(Ali
Imran : 193)
Maka lihatlah mereka menyebutkan keimanan terlebih dahulu sebelum berdo’a !
Bahkan iman dan amalan sholih sendiri merupakan sebab dikabulkannya sebuah do’a
sebagaimana firman Allah :

‫ﻀِﻠِﻪ‬
ْ ‫ﻢ ﻣﻦ َﻓ‬
ْ ‫ﻫ‬
ُ ‫ت ِوَﻳِﺰْد‬
ِ ‫ﺤﺎ‬
َ ‫ﺼاِﻟ‬
َّ ‫ﻋِﻤُﻠﻮا اﻟ‬
َ ‫ﻦ آَﻣُﻨﻮا َو‬
َ ‫ﺐ اَّﻟِﺬْﻳ‬
ُ ‫ﺠْﻴ‬
ِ ‫ﺴَﺘ‬
ْ ‫َوَﻳ‬
“Dan Dia memperkenankan do’a orang-orang yang beriman dan beramal sholih serta
menambah balasan kebaikan kepada mereka dari keutamaan-Nya”. (Asy Syura :26).
Demikian keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam “Al Qo’idah Al Jalilah”
hal. 97 dan 241.
Tawasul dengan menyebutkan keadaannya yang sangat membutuhkan sesuatu kepada
Allah, sperti misal Do’a Nabi Zakariya ? yang Allah kisahkan di dalam firman-Nya
menunjukkan bolehnya perkara ini. Dia berfirman :

ِّ‫ﻚ َرب‬ َ ‫ﻋﺎِﺋ‬


َ ‫ﻦ ِﺑُﺪ‬
ْ ‫ﻢ َأُﻛ‬
ْ ‫ﺷْﻴًﺒﺎ َوَﻟ‬
َ ‫س‬
ُ ‫ﻞ اﻟَّﺮْأ‬
َ ‫ﺷَﺘَﻌ‬
ْ ‫ﻢ ِﻣِّﻨﻲ َوا‬
ُ ‫ﻈ‬
ْ ‫ﻦ اْﻟَﻌ‬
َ ‫ﻫ‬
َ ‫ب ِإِّﻧﻲ َو‬
ِّ ‫ل َر‬
َ ‫َﻗا‬
‫ﺷِﻘًّﻴﺎ‬
َ
“Wahai Rabbku sesungguhnya tulangku telah melemah, rambutku telah ditumbuhi uban
dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada-Mu, wahai Rabbku”. (Maryam : 4)
Kemudian beliau pun meminta kepada Allah untuk dianugerahi seorang putera yang
sholih. Dan Allah pun mengabulkannya.

2. Tawassul dengan amal sholeh kita


Para ulama sepakat memperbolehkan tawassul terhadap Allah SWT dengan
perantaraan perbuatan amal sholeh, sebagaimana orang yang sholat, puasa, membaca
al-Qur’an, kemudian mereka bertawassul terhadap amalannya tadi. Seperti hadis
yang sangat populer diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih yang menceritakan
tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa, yang pertama bertawassul
kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang kedua
bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjahui perbuatan
tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya dan yang ketiga bertawassul
kepada Allah SWT atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta
orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan
keluar bagi mereka bertiga.. (Ibnu Taimiyah mengupas masalah ini secara mendetail
dalam kitabnya Qoidah Jalilah Fii Attawasul Wal wasilah hal 160)
Adapun yang menjadi perbedaan dikalangan ulama’ adalah bagaimana hukumnya
tawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap
sholeh dan mempunyai amrtabat dan derajat tinggi dei depan Allah. sebagaimana
ketika seseorang mengatakan : ya Allah aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu
Muhammmad atau Abu bakar atau Umar dll.
Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas ulama
mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh. Akan tetapi kalau
dikaji secara lebih detail dan mendalam, perbedaan tersebut hanyalah sebatas
perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena pada dasarnya tawassul
kepada dzat (entitas seseorang), pada intinya adalah tawassul pada amal
perbuatannnya, sehingga masuk dalam kategori tawassul yang diperbolehkan oleh
ulama’.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar berkata,”Saya telah
mendengar Rasulullah saw bersabda,’Pernah terjadi pada masa dahulu sebelum kamu.
Tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam didalam sebuah goa. Tiba-tiba
ketika mereka sedang berada didalam goa itu jatuhlah sebuah batu besar dari atas
bukit dan menutupi pintu goa itu hingga mereka tidak dapat keluar.
Berkatalah mereka,’Sungguh tiada sesuatu yang dapat menyelamatkan kalian dari
bahaya ini kecuali jika kalian berdoa kepada Allah dengan (perantara) amal-amal
shaleh yang pernah kalian lakukan dahulu. Maka berkata seorang dari mereka,’Wahai
Allah dahulu saya mempunyai ayah dan ibu dan saya biasa tidak memberi minuman
susu pada seorang pun sebelum keduanya (ayah-ibu), baik pada keluarga atau hamba
sahaya. Pada suatu hari saya menggembalakan ternak ditempat yang agak jauh
sehingga tidaklah saya pulang pada keduanya kecuali sesudah larut malam sementara
ayah ibuku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya pun
segan untuk membangunkan keduanya dan saya pun tidak akan memberikan minuman
itu kepada siapa pun sebelum ayah ibu. Lalu saya menunggu keduanya hingga terbit
fajar, maka bangunlah keduanya dan minum dari susu yang saya perah itu. Padahal
semalam anak-anakku menangis didekat kakiku meminta susu itu. Wahai Allah jika
saya melakukan itu semua benar-benar karena mengharapkan keridhoan-Mu maka
lapangkanlah keadaan kami ini. Lalu batu itu pun bergeser sedikit namun mereka
belum dapat keluar darinya.
Orang yang kedua berdoa,’Wahai Allah saya pernah terikat cinta kasih pada anak
gadis pamanku, karena sangat cintanya saya selalu merayu dan ingin berzina
dengannya akan tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia
menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku maka saya memberikan
kepadanya seratus duapuluh dinar akan tetapi dengan perjanjian bahwa ia akan
menyerahkan dirinya kepadaku pada malam harinya. Kemudian ketika saya telah
berada diantara dua kakinya, tiba-tiba ia berkata,’Takutlah kepada Allah dan jangan
kau pecahkan ‘tutup’ kecuali dengan cara yang halal. Saya pun segera bangun
daripadanya padahal saya masih tetap menginginkannya dan saya tinggalkan dinar
mas yang telah saya berikan kepadanya itu. Wahai Allah jika saya melakukan itu
semata-mata karena mengharapkan keredhoan-Mu maka hindarkanlah kami dari
kemalangan ini. Lalu batu itu pun bergeser sedikit namun mereka belum dapat
keluar.
Orang yang ketiga berdoa,’Wahai Allah dahulu saya seorang majikan yang
mempunyai banyak buruh pegawai dan pada suatu hari ketika saya membayar upah
buruh-buruh itu tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu dan
ia segera pergi meninggalkan upah, terus pulang ke rumahnya dan tidak kembali.
Maka saya pergunakan upah itu sehingga bertambah dan berbuah menjadi kekayaan.
Setelah beberapa waktu lamanya buruh itu pun datang dan berkata,’Wahai Abdullah
berilah kepadaku upahku dahulu itu?’ Saya menjawab,’Semua kekayaan yang
didepanmu itu adalah dari upahmu yang berupa onta, lembu dan kambing serta budak
penggembalanya itu.’ Orang itu berkata,’Wahai Abdullah kau jangan mengejekku.’
Saya menjawab,’Saya tidak mengejekmu.’ Lalu diambilnya semua yang disebut itu
dan tidak meninggalkan satu pun daripadanya. Wahai Allah jika saya melakukan itu
semua karena mengharapkan keredhoan-Mu maka hindarilah kami dari kesempitan
ini. Tiba-tiba batu itu pun bergeser hingga mereka dapat keluar darinya dengan
selamat.” (HR. Bukhori Muslim)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa kisah diatas merupakan contoh
berdoa dengan perantara amal-amal shaleh. Setiap mereka menyebutkan suatu amal
besar yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah karena amal tersebut diantara
perbuatan-perbuatan yang dicintai dan disenangi oleh Allah swt dengan harapan
mendapat pengabulan-Nya. Ada yang berdoa dengan menyebutkan perbuatan baiknya
kepada kedua orang tuanya, ada yang berdoa dengan menyebutkan sifat iffahnya
dan ada yang berdoa dengan menyebutkan sifat amanah dan ihsannya.
Karena itulah Ibnu Mas’ud mengatakan di waktu sahur,”Wahai Allah Engkau telah
memerintahkanku maka aku menaati-Mu dan Engkau telah menyeruku maka aku pun
menyambut-Mu. Dan (dengan) sahur ini maka ampunkanlah (dosa) ku.”
Hadits Ibnu Umar yang mengatakan di bukit Shafa,”Wahai Allah sesungguhnya
Engkau pernah mengatakan dan perkataan-Mu adalah benar,”Berdoalah kepada-Ku
(maka) Aku kabulkan (doa) mu.’ Dan sesungguhnya Engkau tidaklah menyalahi janji.”
Kemudian dia menyebutkan doa yang ma’ruf dari Ibnu Umar… (Majmu al Fatawa
Dan tidak ada pelarangan terhadap seseorang untuk meminta kepada Allah swt
berbagai permintaan yang dikehendakinya baik terkait dengan urusan-urusan dunia
maupun akherat melalui berdoa dengan perantara suatu amal shaleh yang paling
afdhal yang pernah dilakukannya. Firman Allah swt :

َ ‫ﻫِﺪﻳ‬
‫ﻦ‬ ِ ‫ﺸﺎ‬
َّ ‫ل َﻓﺎْﻛُﺘْﺒَﻨﺎ َﻣَﻊ اﻟ‬
َ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ﺖ َواَّﺗَﺒْﻌَﻨﺎ اﻟَّﺮ‬
ْ ‫َرَّﺑَﻨﺎ آَﻣَّﻨﺎ ِﺑَﻤﺎ َأﻧَﺰَﻟ‬
Artinya : “Ya Tuhan kami, kami Telah beriman kepada apa yang Telah Engkau
turunkan dan Telah kami ikuti rasul, Karena itu masukanlah kami ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)”. (QS. Al Imron :
53)
َ‫ﻒ اْﻟِﻤﻴَﻌﺎد‬
ُ ‫ﺨِﻠ‬
ْ ‫ﻚ ﻻ َ ُﺗ‬
َ ‫ﺨِﺰَﻧﺎ َﻳْﻮَم اْﻟِﻘَﻴﺎَﻣِﺔ ِإَّﻧ‬
ْ ‫َ ُﺗ‬ ‫ﻚ َوﻻ‬
َ ‫ﺳِﻠ‬
ُ ‫ﻋَﻠﻰ ُر‬
َ ‫ﻋﺪَّﺗَﻨﺎ‬
َ ‫َرَّﺑَﻨﺎ َوآِﺗَﻨﺎ َﻣﺎ َو‬
١٩٤﴿﴾
Artinya : “Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru
kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka kamipun beriman.
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak
berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari
kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS. Al Imron : 193 – 194)
3. Tawassul kepada Allah dengan (perantaraan) para waliNya ada beberapa macam.
Pertama.
Seseorang memohon kepada wali yang masih hidup agar mendoakannya supaya
mendapatkan kelapangan rezeki, kesembuhan dari penyakit, hidayah dan taufiq, atau
(permintaan-permintaan) lainnya. Tawassul yang seperti ini dibolehkan. Termasuk
dalam tawassul ini adalah permintaan sebagian sahabat kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam agar beristsiqa (meminta hujan) ketika hujan lama tidak turun
kepada mereka. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada
Allah agar menurunkan hujan, dan Allah mengabulkan doa beliau itu dengan
menurunkan hujan kepada mereka.
Begitu pula, ketika para sahabat Radhiyallahu ‘anhum beristisqa dengan perantaraan
Abbas Radhiyallahu ‘anhu pada masa kekhalifahan Umar Radhiyallahu ‘anhu. Mereka
meminta kepadanya agar berdoa kepada Allah supaya menurunkan hujan. Abbas pun
lalu berdoa kepada Allah dan diamini oleh para sahabat Radhiyallahu ‘anhum yang
lain. Dan kisah-kisah lainnya yang terjadi pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan setelahnya berupa permintaan seorang muslim kepada saudaranya sesame
muslim agar berdoa kepada Allah untuknya supaya mendatangkan manfaat atau
menghilangkan bahaya.
Kedua.
Seseorang menyeru Allah bertawassul kepadaNya dengan (perantaraan) rasa cinta
dan ketaatannya kepada nabiNya, dan dengan rasa cintanya kepada para wali Allah
dengan berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu agar Engkau
memberiku ini (menyebutkan hajatnya)’. Tawassul yang seperti ini boleh karena
merupakan tawassul dari seorang hamba kepada rabbnya dengan (perantaraan) amal-
amal shalihnya. Termasuk tawassul jenis ini adalah kisah yang shahih tentang
tawassul tiga orang, yang terjebak dalam sebuah goa, dengan amal-amal shalih
mereka. [Hadits Riwayat Imam Ahmad II/116. Bukhari III/51,69. IV/147. VII/69.
dan Muslim dengan Syarah Nawawi XVII/55]
Ketiga.
Seseorang meminta kepada Allah dengan (perantaraan) kedudukan para nabi atau
kedudukan seorang wali dari wali-wali Allah dengan berkata -misalnya- ‘Ya Allah,
sesunguhnya aku meminta kepadaMu dengan kedudukan nabiMu atau dengan
kedudukan Husain’. Tawassul yang seperti ini tidak boleh karena kedudukan wali-
wali Allah dan lebih khusus lagai kekasih kita Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam, sekalipun agung di sisi Allah, bukanlah sebab yang disyariatkan dan bukan
pula suatu yang lumrah bagi terkabulnya sebuah doa.
Karena itulah ketika mengalami musim kemarau, para sahabat Radhiayallahu ‘anhum
berpaling dari tawassul dengan kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
berdoa meminat hujan dan lebih memilih ber-tawassul dengan doa paman beliau,
Abbas Radhiyallahu ‘anhu, padahal kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berada diatas kedudukan orang selain beliau. Demikian pula, tidak diketahui bahwa
para sahabat Radhiyallahu ‘anhum ada yang ber-tawassul dengan (perantraan) Nabi
setelah beliau wafat, sementara mereka adalah generasi yang paling baik, manusia
yang paling mengetahui hak-hak Nabi Shallalalhu ‘alaihi wa sallam, dan yang paling
cinta kepada beliau.
Keempat.
Seorang hamba meminta hajatnya kepada Allah dengan bersumpah (atas nama) wali
atau nabiNya atau dengan hak nabi atau wali dengan mengatakan, ‘Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta ini (menyebutkan hajatnya) dengan (perantaraan)
waliMu si-Fulan atau dengan hak nabiMu Fulan’, maka yang seperti ini tidak boleh.
Sesungguhnya bersumpah dengan makhluk terhadap makhluk adalah terlarang, dan
yang demikian terhadap Allah Sang Khaliq adalah lebih keras lagi larangannya.
Tidak ada hak bagi makhluk terhadap Sang Khaliq (pencipta) hanya semata-mata
karena ketaatannya kepadaNya Subahanhu wa Ta’ala sehingga dengan itu dia boleh
bersumpah dengan para nabi dan wali kepada Allah atau ber-tawassul dengan mereka.
Inilah yang ditampakkan oleh dalil-dalil, dan dengannya aqidah Islamiyah terjaga
dan pintu-pintu kesyirikan tertutup.
Tawasul jenis ini pernah dipraktekkan baik di jaman Nabi masih hidup maupun
setelah sepeninggal beliau . Di dalam riwayat Muttafaqun ‘Alaihi dari hadits Anas
bin Malik ? menceritakan tentang tawasul orang Arab Badui dengan do’a Nabi agar
Allah menurunkan hujan ketika terjadi kekeringan dan menahan hujan ketika
terjadi banjir. Maka Allah mengabulkan do’a beliau .
Demikian juga apa yang diriwayatkan Al Bukhori di dalam “Shohih”-nya dari Umar
bin Al Khoththob ? bahwa beliau pernah bertawasul dengan do’a Abbas bin Abdul
Muththolib ? agar Allah menurunkan hujan.
Di dalam tawasul jenis kelima ini terdapat satu kaidah yang sangat penting bahwa
yang dijadikan sebagai wasilah adalah do’a seorang yang sholih. Sehingga kalaupun
orang sholih tersebut tidak memanjatkan do’anya atau mendo’akan sesuatu yang
tidak mungkin dikabulkan maka tentunya tidaklah mungkin untuk ditunaikan tawasul
jenis ini. Walillahil Hamdu.
Penyebutan macam-macam tawasul yang diperbolehkan secara syariat ini apabila
dipadukan dengan kaidah bahwa penentuan tawasul syar’iyah itu hanya dengan
keterangan Al Qur’an dan As Sunnah maka mengeluarkan segala bentuk tawasul yang
tidak termasuk di dalamnya, walaupun dengan berbagai dalih dan alasan.
Asy Syaikh Al Albani rahimahullah di dalam “At Tawasul” hal. 50 memberi nasehat
mulia kepada kita dengan ucapannya: “Dan diantara perkara yang sangat aneh,
engkau melihat mereka (orang-orang yang bertawasul dengan wasilah yang tidak
disyari’atkan) itu berpaling dari macam-macam tawasul yang disyariatkan. Hampir-
hampir mereka tidak lagi melakukan satupun darinya di dalam do’a ataupun tatkala
membimbing manusia untuk melakukan tawasul. Padahal itu telah ditetapkan di
dalam Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan umat ini. Engkau melihat mereka
menggantinya untuk kemudian sengaja membuat do’a-do’a dan tawasul-tawasul
sendiri yang tidak pernah disyariatkan Allah . Tidak pula pernah dipraktekkan
Rasulullah dan ternukilkan dari pendahulu umat ini dari kalangan tiga generasi
terbaik. Minimal yang mereka katakan bahwa tawasul yang diluar tawasul syar’i itu
diperselisihkan hukumnya oleh para ulama. Maka betapa pantas keadaan mereka
dengan firman-Nya :

ٌ‫ﺧْﻴﺮ‬
َ ‫ﻫَﻮ‬
ُ ‫ﻫَﻮ َأْدَﻧﻰ ِﺑاَّﻟِﺬي‬
ُ ‫ن اَّﻟِﺬي‬
َ ‫ﺴَﺘْﺒِﺪُﻟْﻮ‬
ْ ‫َأَﺗ‬
“Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik?”.(Al Baqarah : 61)
Dan nampaknya pemandangan amaliah mereka memperkuat kebenaran ucapan seorang
tabi’in yang mulia Hassan bin Athiyyah Al Muhasibi rahimahullah tatkala berkata:
“Tidaklah suatu kaum membuat kebid’ahan di dalam agama mereka kecuali Allah cabut
sunnah setimpal dengan perbuatan bid’ah itu. Kemudian Allah tidak
mengembalikannya kepada mereka sampai hari kiamat”. (Diriwayatkan Ad Darimi
1/45 dengan sanad shohih)”.
Beliau pun juga mengajak kita untuk berpikir jernih tentang permasalahan besar
itu di dalam “Silsilah Adh Dha’ifah” 1/94. Beliau berkata: “Kalaulah tawasul bid’ah
itu dianggap tidak keluar dari lingkup khilafiyah, maka jika manusia mau bersikap
adil pastilah mereka akan berpaling darinya dalam rangka hati-hati dan
mengamalkan ucapan beliau :

َ‫ﻚ إَﻟﻲ َﻣاﻻ َ َﻳِﺮْﻳُﺒﻚ‬


َ ‫ع َﻣﺎ َﻳِﺮْﻳُﺒ‬
ْ ‫َد‬
“Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu”.
Untuk kemudian engkau beramal dengan apa yang kami isyaratkan dari bentuk-
bentuk tawasul yang disyariatkan. Namun ternyata mereka – ironis sekali –
berpaling dari perkara ini. Lalu berpegang teguh dengan tawasul yang
diperselisihkan tadi seakan-akan tawasul bid’ah tersebut sebagai suatu keharusan
yang mereka tekuni sebagaimana halnya perkara yang wajib !”.
Setelah itu kita pun harus mengerti bagaimana bentuk tawasul bid’ah yang
sebenarnya telah diperingatkan para ulama sebelum munculnya nama besar Asy
Syaikh Al Albani rahimahullah sekalipun !.
Bentuk tawasul bid’ah yang sering diterangkan para ulama di dalam banyak karya
mereka adalah seperti apa yang Allah tegaskan di dalam firman-Nya:

‫ﻢ ِإﻻ َّ ِﻟُﻴَﻘِّﺮُﺑﻮَﻧﺎ ِإﻟﻲ ﷲ ِ ُزْﻟَﻔﻰ‬


ْ ‫ﻫ‬
ُ ‫َﻣﺎ َﻧْﻌُﺒُﺪ‬
“Tidaklah kami (orang-orang musyrik) beribadah kepada mereka (orang-orang sholih)
melainkan agar mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya”.(Az Zumar: 3)
Hakekat bentuk tawasul mereka ini adalah menjadikan dzat dan kedudukan orang-
orang sholih sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah ataupun wasilah
untuk dikabulkannya suatu do’a. Hanya saja Asy Syaikh Sholih bin Fauzan bin
Abdillah Al Fauzan hafizhohullah di dalam “Al Muntaqo” dari fatwa beliau 1/89
memberikan rincian yang bagus tentang bentuk tawasul bid’ah ini yang masing-
masingnya memiliki hukum yang berbeda. Beliau berkata: “Kemudian bila dia (orang
yang bertawasul bid’ah yang masih beriman kepada rububiyah Allah ) ini
bertaqarrub kepada orang-orang sholih dengan sesuatu dari bentuk-bentuk ibadah
seperti menyembelih untuk wali-wali atau orang sholih, nadzar untuk mereka,
meminta hajat dari orang-orang mati dan beristighotsah kepada mereka maka ini
adalah syirik besar yang mengeluarkan dia dari agama.
Namun apabila dia bertawasul dengan orang-orang sholih karena kedudukan mereka
yang tinggi di sisi Allah tanpa memberikan satupun bentuk ibadah kepada mereka
maka ini termasuk bid’ah yang diharamkan dan perantara untuk sampai kepada
syirik”.
Alasan mereka (orang-orang musyrik) berbuat demikian karena memandang orang-
orang sholih memiliki ilmu dan ibadah sehingga berkedudukan tinggi di sisi Allah .
Kemudian mereka mengkiaskan keadaan Allah dengan seorang raja di dunia. Seorang
raja tidak mungkin ditemui rakyatnya melainkan melalui para pembantunya.
Demikian juga tidak mungkin mereka mendekatkan diri kepada-Nya dan
dikabulkannya sebuah do’a melainkan harus melalui orang-orang sholih tadi.
Subhanallah ! Tidaklah mereka sadar bahwa alasan dan dalil yang mereka bawakan
itu sebenarnya sebuah celaan kepada Allah . Kias yang mereka kemukakan merupakan
sejahat-jahat kias yang mengandung unsur penyamaan Allah yang Maha Kuasa
dengan makhluk yang sarat dengan berbagai kelemahan. Padahal seorang yang
memilki mata hati yang paling lemah pun masih mengerti adanya perbedaan yang
sangat terang antara keadaan Rabbul ‘Alamin dengan segenap alam semesta ini.
Diantara perbedaan yang mencolok sekali antara seorang raja di dunia dengan
Allah bahwasanya seorang raja memang tidak mungkin memenuhi segala keinginan
rakyatnya karena kemampuannya yang sangat terbatas. Sedangkan Allah Maha Kuasa
untuk memenuhi kebutuhan setiap makhluk yang ada di alam semesta ini dan Dia pun
Maha Tidak Butuh kepada segenap makhluk-Nya. Walillahil Hamdu.
Ironis memang tatkala kita melihat dan menengok kenyataan bahwa bentuk dan
alasan mereka bertawasul ternyata diwarisi para generasi yang mengaku paling
mengerti tentang agama ini di jaman sekarang. Bahkan mereka telah melengkapi
alasan dan dalih rusak nenek moyang mereka terdahulu dengan dalih dan alasan
terbaru ataupun sekedar “menghias” keyakinan dan aqidah jahiliyyah masa silam.
Mereka menjadikan tawasul bid’ah ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
do’a dan dzikir mereka setiap hari. Kita pun sering mendengar dan melihat mereka
berkata: ( ‫ﺤَّﻤٍﺪ‬
َ ‫ﺠﺎِه ُﻣ‬
َ ‫ ) … ِﺑ‬atau (‫ﺠْﻴﻻﻧﻲ‬
َ ‫ﻋْﺒِﺪ اْﻟَﻘﺎِدِر اﻟ‬
َ ‫ )… ِﺑَﺒَﺮَﻛِﺔ اﻟﺸﻴﺦ‬sebelum
berdo’a kepada Allah dan seterusnya di masjid-masjid Allah.
Mereka pun tidak sekedar mengamalkan tawasul bid’ah namun lebih daripada itu
mendidik, mendakwahkan dan menulis karya-karya yang tidak mustahil akan dibaca
di setiap tempat dan jaman. Wallahul Musta’an.
Seandainya mereka mendatangkan sejuta alasan dengan sejuta pula tingkat
“keilmiahan” dari alasan-alasan sebelumnya, atau sekokoh dan setinggi apapun
bangunan syubuhat yang mereka tegakkan maka terpatahkanlah alasan dan hancur
pula bangunan tersebut secara serempak tatkala menghadapi tegaknya kaidah yang
telah kita miliki, sebelum kita datangkan jawaban dari tiap-tiap alasan tersebut
secara terperinci. Allah berfirman:

‫ﺴْﻴًﺮا‬
ِ ‫ﻦ َﺗْﻔ‬
َ ‫ﺴ‬
َ ‫ﺣ‬
ْ ‫ﻖ َوَأ‬
ِّ ‫ﺤ‬
ّ ‫ك ِﺑاْﻟ‬
َ ‫ﺟْﺌَﻨﺎ‬
ِ َّ ‫ﻞ إﻻ‬
ٍ ‫ﻚ ِﺑَﻤَﺜ‬
َ ‫َوﻻ َ َﻳْﺄُﺗْﻮَﻧ‬
“Dan tidaklah mereka mendatangkan sesuatu yang janggal melainkan Kami
mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”.
(Al Furqan : 33)

Dalil-Dalil Tentang Tawassul


Dalam setiap permasalahan apapun suatu pendapat tanpa didukung dengan adanya
dalil yang dapat memperkuat pendapatnya, maka pendapat tersebut tidak dapat
dijadikan sebagai pegangan. Dan secara otomatis pendapat tersebut tidak
mempunyai nilai yang berarti, demikian juga dengan permasalahan ini, maka para
ulama yang mengatakan bahwa tawassul diperbolehkan menjelaskan dalil-dalil
tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash al-Qur’an maupun hadis, sebagai
berikut:
A. Dalil dari alqur’an.
1. Allah SWT berfirman dalam surat Almaidah, 35 :
‫ﻳﺎأﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮااﺗﻘﻮاﷲ واﺑﺘﻐﻮا إﻟﻴﻪ اﻟﻮﺳﻴﻠﺔ‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan.”
Suat Al-Isra’, 57:

ُ‫ﺣَﻤَﺘﻪ‬
ْ ‫ن َر‬ َ ‫ﺟﻮ‬ُ ‫ب َوَﻳْﺮ‬ ُ ‫ﻢ َأْﻗَﺮ‬ ْ ‫ﺳﻴَﻠَﺔ َأُّﻳُﻬ‬
ِ ‫ﻢ اْﻟَﻮ‬ُ ‫ن ِإَﻟﻰ َرِّﺑِﻬ‬
َ ‫ن َﻳْﺒَﺘُﻐﻮ‬
َ ‫ﻋﻮ‬
ُ ‫ﻦ َﻳْﺪ‬
َ ‫ﻚ اَّﻟِﺬﻳ‬
َ ‫لـِﺋ‬
َ ‫ُأو‬
ً‫ﺤُﺬورا‬ْ ‫ن َﻣ‬َ ‫ﻚ َﻛﺎ‬
َ ‫ب َرِّﺑ‬َ ‫ﻋَﺬا‬
َ ‫ن‬َّ ‫ﻋَﺬاَﺑُﻪ ِإ‬ َ ‫ن‬َ ‫ﺨﺎُﻓﻮ‬َ ‫َوَﻳ‬
17.
57. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan
mereka [857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti. [857] Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat
dan ‘Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri
kepada Allah.
Lafadl Alwasilah dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul
terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik.
2. Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sejak jaman sebelum Nabi
Muhammad SAW. QS 12:97 mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang
memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi
dan Rasul, yakni N. Ya’qub AS. Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata
tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan
untuk putera-puteranya (QS 12:98).

َ‫ﻫﻮ‬ُ ‫ﻲ ِإَّﻧُﻪ‬
َ ‫ﻢ َرِّﺑ‬
ْ ‫ﺳَﺘْﻐِﻔُﺮ َﻟُﻜ‬
ْ ‫ف َأ‬
َ ‫ﺳْﻮ‬
َ ‫ل‬
َ ‫ َﻗا‬.‫ﻦ‬
َ ‫ﻃِﺌﻴ‬
ِ ‫ﺧﺎ‬
َ ‫ﺳَﺘْﻐِﻔْﺮ َﻟَﻨﺎ ُذُﻧﻮَﺑَﻨﺎ ِإَّﻧﺎ ُﻛَّﻨﺎ‬
ْ ‫َﻗاُﻟﻮْا َﻳﺎ َأَﺑﺎَﻧﺎ ا‬
ُ‫ﺣﻴﻢ‬ِ ‫اْﻟَﻐُﻔﻮُر اﻟَّﺮ‬
97. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-
dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”.
98. N. Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT
dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT.
Bahkan QS 17:57 dengan jelas mengistilahkan “ayyuhum aqrabu”, yakni memilih
orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah.
3. Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT
dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk
mereka. Bahkan secara eksplisit menyebutkan kedudukan N. Musa AS (sebagai Nabi
dan Utusan Allah SWT) sebagai wasilah terkabulnya doa mereka. Hal ini ditegaskan
QS 7:134 dengan istilah‫ك‬ َ ‫ﻋﻨَﺪ‬
ِ ‫ﻋِﻬَﺪ‬
َ ‫ِﺑَﻤﺎ‬Dengan (perantaraan) sesuatu yang diketahui
Allah ada pada sisimu (kenabian).
Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS, sebagaimana QS 2:37

ُ ‫ﺣﻴ‬
‫ﻢ‬ ِ ‫ب اﻟَّﺮ‬
ُ ‫ﻫَﻮ اﻟَّﺘَّﻮا‬
ُ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ ِإَّﻧُﻪ‬
َ ‫ب‬
َ ‫ت َﻓَﺘﺎ‬
ٍ ‫َﻓَﺘَﻠَّﻘﻰ آَدُم ِﻣﻦ َّرِّﺑِﻪ َﻛِﻠَﻤﺎ‬
“Kemudian Nabi Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.”Kalimat yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli
tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW,
yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT,
sebagai nabi akhir zaman.
4. Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT di QS 4:64 bahkan dengan janji
taubat mereka pasti akan diterima. Syaratnya, yakni mereka harus datang ke
hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah
SAW yang juga mendoakannya.

َ‫ﺟﺂُؤوك‬ َ ‫ﻢ‬ ْ ‫ﺴُﻬ‬ َ ‫ﻇَﻠُﻤﻮاْ َأﻧُﻔ‬


َّ ‫ﻢ ِإذ‬
ْ ‫ن اﻟّﻠِﻪ َوَﻟْﻮ َأَّﻧُﻬ‬ ِ ‫ﻄﺎعَ ِﺑِﺈْذ‬
َ ‫ل ِإﻻ َّ ِﻟُﻴ‬ ٍ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ﺳْﻠَﻨﺎ ِﻣﻦ َّر‬
َ ‫َوَﻣﺎ َأْر‬
‫ﺣﻴًﻤﺎ‬
ِ ‫ﺟﺪُوْا اﻟّﻠَﻪ َﺗَّﻮاًﺑﺎ َّر‬
َ ‫ل َﻟَﻮ‬
ُ ‫ﺳﻮ‬ُ ‫ﻢ اﻟَّﺮ‬ ُ ‫ﺳَﺘْﻐَﻔَﺮ َﻟُﻬ‬ْ ‫ﺳَﺘْﻐَﻔُﺮوْا اﻟّﻠَﻪ َوا‬
ْ ‫َﻓﺎ‬
“Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin
Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
B. Dalil dari hadis.
a. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW sebelum lahir
Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW.
Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda :

‫ ﻳﺎ رﺑﻰ ! إﻧﻰ‬: ‫ ﻟﻤﺎ اﻗﺘﺮف آدم اﻟﺨﻄﻴﺌﺔ ﻗﺎل‬: ‫ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
‫ ﻳﺎ آدم ﻛﻴﻒ ﻋﺮﻓﺖ ﻣﺤﻤﺪا وﻟﻢ أﺧﻠﻘﻪ ﻗ‬: ‫أﺳﺄﻟﻚ ﺑﺤﻖ ﻣﺤﻤﺪ ﻟﻤﺎ ﻏﻔﺮﺗﻨﻰ ﻓﻘﺎل ﷲ‬
‫ﻲ ﻣﻦ روﺣﻚ رﻓﻌﺖ رأﺳﻰ ﻓﺮأﻳﺖ‬ ّ ‫ ﻳﺎ رﺑﻰ ﻷﻧﻚ ﻟﻤﺎ ﺧﻠﻘﺘﻨﻰ ﺑﻴﺪك وﻧﻔﺨﺖ ﻓ‬: ‫ﺎل‬
‫ﻋﻠﻰ ﻗﻮاﺋﻢ اﻟﻌﺮش ﻣﻜﺘﻮﺑﺎ ﻻإﻟﻪ إﻻ ﷲ ﻣﺤﻤﺪ رﺳﻮل ﷲ ﻓﻌﻠﻤﺖ أﻧﻚ ﻟﻢ ﺗﻀﻒ إﻟﻰ‬
‫ ﺻﺪﻗﺖ ﻳﺎ آدم إﻧﻪ ﻷﺣﺐ اﻟﺨﻠﻖ إﻟﻲ‬: ‫إﺳﻤﻚ إﻻ أﺣﺐ اﻟﺨﻠﻖ إﻟﻴﻚ ﻓﻘﺎل ﷲ‬،
‫ وﻟﻮﻻ ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺘﻚ )أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻰ اﻟﻤﺴﺘﺪرك‬،‫ادﻋﻨﻰ ﺑﺤﻘﻪ ﻓﻘﺪ ﻏﻔﺮت ﻟﻚ‬
615 :‫ ص‬2 : ‫)وﺻﺤﺤﻪ ج‬
“Rasulullah s.a.w. bersabda:”Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku”.
Lalu Allah berfirman:”Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum
aku jadikan?” Adam menjawab:”Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan
tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruhMu, maka aku angkat
kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis “Laailaaha illallaah
muhamadun rasulullah” maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan
sesuatu kepada namaMu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai”. Allah
menjawab:”Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai,
bredoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada
Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu”
Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian
juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam
kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib
Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti
dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini
adalah shohih.
Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi
:

2 :‫ﻓﻠﻮﻻ ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺖ آدم وﻻ اﻟﺠﻨﺔ وﻻ اﻟﻨﺎر )أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻰ اﻟﻤﺴﺘﺪرك ج‬


615:‫)وص‬
Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih segi sanad, demikian juga Syekh
Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh
Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa’ , dan dinukil oleh Ibnu
Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180.
Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama’,
hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh wattta’dil (penilaian kuat dan
tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul
terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh.
b. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya.
Diriwatyatkan oleh Imam Hakim :

‫ﻋﻦ ﻋﺜﻤﺎن ﺑﻦ ﺣﻨﻴﻒ ﻗﺎل ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﺟﺎءه رﺟﻞ‬
‫ﺿﺮﻳﺮ‬
‫ ﻳﺎ رﺳﻮل ﷲ ! ﻟﻴﺲ ﻟﻰ ﻗﺎﺋﺪ وﻗﺪ ﺷﻖ ﻋﻠﻲ ﻓﻘﺎل‬: ‫ ﻓﻘﺎل‬،‫ﻓﺸﻜﺎ إﻟﻴﻪ ذﻫﺎب ﺑﺼﺮه‬
‫ ﷲم إﻧﻰ‬: ‫اﺋﺖ اﻟﻤﻴﻀﺎة ﻓﺘﻮﺿﺄ ﺛﻢ ﺻﻞ رﻛﻌﺘﻴﻦ ﺛﻢ ﻗﻞ‬: : ‫رﺳﻮل ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
‫أﺳﺄﻟﻚ وأﺗﻮﺟﻪ إﻟﻴﻚ ﻟﻨﺒﻴﻚ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺒﻲ اﻟﺮﺣﻤﺔ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ إﻧﻰ أﺗﻮﺟﻪ ﺑﻚ إﻟﻰ رﺑﻚ‬
‫ ﻓﻮﷲ ﻣﺎ‬: ‫ ﻗﺎل ﻋﺜﻤﺎن‬،‫ﻲ وﺷﻔﻌﻨﻰ ﻓﻰ ﻧﻔﺴﻰ‬ّ ‫ ﷲم ﺷﻔﻌﻪ ﻓ‬،‫ﻓﻴﺠﻠﻰ ﻟﻰ ﻋﻦ ﺑﺼﺮى‬
‫ )أﺧﺮﺟﻪ‬.‫ﺗﻔﺮﻗﻨﺎ وﻻ ﻃﺎل ﺑﻨﺎ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺣﺘﻰ دﺧﻞ اﻟﺮﺟﻞ وﻛﺄﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺑﻪ ﺿﺮ‬
‫)اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻰ اﻟﻤﺴﺘﺪرك‬
Dari Utsman bin Hunaif: “Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada
Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang
menuntunku dan aku merasa berat” Rasulullah berkata”Ambillah air wudlu, lalu
beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata:”bacalah doa (artinya)” Ya Allah
sesungguhnya aku memintaMu dan menghadap kepadaMu melalui nabiMu yang penuh
kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta
tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan
berilah aku syafaat”. Utsman berkata:”Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum
juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar”.
(Hadist riwayat Hakim di Mustadrak)
Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam
Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi
mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam
kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib.
Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa
hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam
kitab shohihnya.
c. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal.
Diriwayatkan oleh Imam Addarimi :
‫ ﻗﺤﻂ أﻫﻞ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻗﺤﻄﺎ ﺷﺪﻳﺪا ﻓﺸﻜﻮا‬: ‫ﻋﻦ أﺑﻰ اﻟﺠﻮزاء أ وس ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﻗﺎل‬
‫ اﻧﻈﺮوا ﻗﺒﺮ اﻟﻨﺒﻲ ﻓﺎﺟﻌﻠﻮا ﻣﻨﻪ ﻛﻮا إﻟﻰ اﻟﺴﻤﺎء ﺣﺘﻰ ﻻ ﻳﻜﻮن‬: ‫إﻟﻰ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻓﻘﺎﻟﺖ‬
‫ ﻓﻔﻌﻠﻮا ﻓﻤﻄﺮوا ﻣﻄﺮا ﺣﺘﻰ ﻧﺒﺖ اﻟﻌﺸﺐ وﺳﻤﻨﺖ اﻹ‬: ‫ﺑﻴﻨﻪ وﺑﻴﻦ اﻟﺴﻤﺎء ﺳﻘﻒ ﻗﺎل‬
‫ ص‬1 : ‫ ﺑﻞ ﺣﺘﻰ ﺗﻔﺘﻘﻂ ﻣﻦ اﻟﺴﺤﻢ ﻓﺴﻤﻲ ﻋﺎم اﻟﻔﺘﻖ ) أﺧﺮﺟﻪ اﻹﻣﺎم اﻟﺪارﻣﻰ ج‬:
43)
Dari Aus bin Abdullah: “Sautu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu
datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang
kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata: “Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu
bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat
langsung”, maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga
rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk”
(Riwayat Imam Darimi)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
‫ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ إن ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺧﻄﺎب ﻛﺎن إذا ﻗﻄﺤﻮا اﺳﺘﺴﻘﻰ ﺑﺎﻟﻌﺒﺎس ﺑﻦ ﻋﺒﺪ‬
‫ ﷲم إﻧﺎ ﻛﻨﺎ ﻧﺘﻮﺳﻞ إﻟﻴﻚ ﺑﻨﺒﻴﻨﺎ ﻓﺘﺴﻘﻴﻨﺎ وإﻧﺎ ﻧﻨﺘﻮﺳﻞ إﻟﻴﻚ ﺑﻌﻢ‬: ‫اﻟﻤﻄﻠﺐ ﻓﻘﺎل‬
137:‫ ص‬1 :‫ ﻓﻴﺴﻘﻮن )أﺧﺮﺟﻪ اﻹﻣﺎم اﻟﺒﺨﺎرى ﻓﻰ ﺻﺤﻴﺤﻪ ج‬: ‫) ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻓﺎﺳﻘﻨﺎ ﻗﺎل‬
Riwayat Bukhari: dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi
kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu
Abbas berkata:”Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu
melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi
kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan.
d. Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul .
‫ ﻣﻦ ﺧﺮج ﻣﻦ ﺑﻴﺘﻪ‬: ‫ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬: ‫ﻋﻦ أﺑﻰ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺤﺬري ﻗﺎل‬
‫ ﷲم إﻧﻰ أﺳﺄﻟﻚ ﺑﺤﻖ اﻟﺴﺎﺋﻠﻴﻦ ﻋﻠﻴﻚ وﺑﺤﻖ ﻣﻤﺸﺎى ﻫﺬا ﻓﺈﻧﻰ‬: ‫ ﻓﻘﺎل‬،‫إﻟﻰ اﻟﺼﻼة‬
‫ ﺧﺮﺟﺖ إﺗﻘﺎء ﺷﺨﻄﻚ واﺑﺘﻐﺎء‬،‫ﻟﻢ أﺧﺮج ﺷﺮا وﻻ ﺑﻄﺮا وﻻ رﻳﺎءا وﻻ ﺳﻤﻌﺔ‬
‫ إﻧﻪ ﻻ ﻳﻐﻔﺮ اﻟﺬﻧﻮب إﻻ‬،‫ وأن ﺗﻐﻔﺮ ﻟﻰ ذﻧﻮﺑﻰ‬،‫ﻣﺮﺿﺎﺗﻚ ﻓﺄﺳﺄﻟﻚ أن ﺗﻌﻴﺬﻧﻰ ﻣﻦ اﻟﻨﺎر‬
‫ أﻗﺒﻞ ﷲ ﺑﻮﺟﻬﻪ واﺳﺘﻐﻔﺮ ﻟﻪ ﺳﺒﻌﻮن أﻟﻒ ﻣﻠﻚ )أﺧﺮﺟﻪ ﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ وأﺣﻤﺪ وﺑﻦ‬،‫أﻧﺖ‬
‫)ﺣﺰﻳﻤﺔ وأﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ وﺑﻦ ﺳﻨﻰ‬.
Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda:”Barangsiapa keluar dari
rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah
sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui
langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya
dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka
aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku
sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu”, maka Allah akan
menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya”. (Riwayat Ibnu
Majad dll.).
Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah
dengan sanad yang ma’qool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis
ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119).
Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar
1/272).
Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan
bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323).
Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah
dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98).
Pandangan Para Ulama’ Tentang Tawassul
Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada
baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu. Kadang sebagian orang masih
kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat
ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil saja tanpa harus menyartakan pendapat
ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya. Namun untuk lebih
memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan
pandangan ulama’ mengenai hal tersebut.
Lewat ulasan para waliyulloh kamil, mereka banyak memberi suatu pendapat, di
antaranya:
Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku akan
terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya mengistiqomahkan,
bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak pernah henti-hentinya
membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x setiap malamnya”
Menurut Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara
istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00) niscaya aku
akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun kamu
menginginkannya”.
Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi
keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan kepada-Nya
atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu / menjumpai di setiap
malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara kenikmatanku (surga)
apabila kamu terus beristiqomah bertawassul kepadaku di setiap malamnya, dengan
memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal
wakil”.
Menurut imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya
aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat syafa’at di
kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap malamnya dengan terus
membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi (Allohumma Sholli ala sayidina
Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan
percayalah kepadaku, karena sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu
mendoakanmu sampai mencapai derajat mulia (surga)”.
Menurut Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup
dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT. Dan barang
siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap malamnya dengan membaca
surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar sebanyak 30.000x niscaya aku akan
terus hadir menjumpaimu sampai dirimu tanpa sadar menjadi seorang derajat
waliyulloh kamil”.
Menurut imam Asy-Sya’roni, “Jangan kau sesekali meninggalkan istiqomah
bertawassul kepada para nabi, malaikat dan wali lainnya. Sesungguhnya bertawassul
adalah suatu kebajikan hati dalam mencari syafa’at dan rahmat para Ahlillah yang
menjadi kekasih-Nya”. Tambahnya lagi, “sesungguhnya derajat yang paling mudah
didapat adalah, kedekatan hati kita dengan para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya,
maka tiada lain dan tiada bukan, istiqomahkan bertawassul kepadanya!”.
Menurut imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan
oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan penghormatan kepada
para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan. Karena sesungguhnya batu
loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain adalah bantuan rahmat dari para
Ahlillah yang sudah mendahului kita, kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.
Menurut pendapat para walijawa (walisongo), “Gunakanlah waktumu untuk kebajikan
di jalan-Nya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam kelebihan dan kekurangan.
Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan akan ilmu dan pengetahuan,
dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan para kekasih-Nya (bertawassul)
sesungguhnya hanya lewat jalan inilah kamu sekalian akan mendapat derajat mulia
di sisi-Nya”.

Pandangan Ulama Madzhab


Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu
dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:”Kalau aku berziarah ke kubur nabi,
apakah menghadap kubur atau qiblat? Imam Malik menjawab:”Bagaimana engkau
palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu
Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat maka
Allah akan memberimu syafaat”. (Al-Syifa’ karangan Qadli ‘Iyad al-Maliki jus: 2 hal:
32).
Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i
dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada
bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :”Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan
ibarat sehat bagi badan kita”
(166:‫)ﺷﻮاﻫﺪ اﻟﺤﻖ ﻟﻴﻮﺳﻒ ﺑﻦ إﺳﻤﺎﻋﻴﻞ اﻟﻨﺒﻬﺎﻧﻰ ص‬
Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:
‫ وﻫﻢ إﻟﻴﻪ وﺳﻴﻠﺘﻰ‬# ‫آل اﻟﻨﺒﻰ ذرﻳﻌﺘﻰ‬
‫ ﺑﻴﺪى اﻟﻴﻤﻦ ﺻﺤﻴﻔﺘﻰ‬# ‫أرﺟﻮ ﺑﻬﻢ أﻋﻄﻰ ﻏﺪا‬
(180:‫)اﻟﻌﻮاﺻﻖ اﻟﻤﺤﺮﻗﺔ ﻷﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺠﺮ اﻟﻤﻜﻰ ص‬
“Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku
berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat
nanti dengan tangan kananku”
Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky
Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu
yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’
serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan
tersebut sampai datang seorang ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah
sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom hal 160)
Pandangan Ibnu Taimiyah
Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi
Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal.
Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad
SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi :
‫ ﷲم إﻧﻰ أﺳﺄﻟﻚ وأﺗﻮﺳﻞ إﻟﻴﻚ ﺑﻨﺒﻴﻚ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺒﻲ‬: ‫أن اﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻢ ﺷﺨﺼﺎ أن ﻳﻘﻮل‬
ّ‫اﻟﺮﺣﻤﺔ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ إﻧﻰ أﺗﻮﺟﻪ ﺑﻚ إﻟﻰ رﺑﻚ ﻓﻴﺠﻠﻰ ﺣﺎﺟﺘﻰ ﻟﻴﻘﻀﻴﻬﺎ ﻓﺸﻔﻌﻪ ﻓﻲ‬
‫))أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺘﺮﻣﻴﺬى وﺻﺤﺤﻪ‬.
Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa: (artinya)”Ya Allah sesungguhnya aku
meminta kepadaMu dan bertwassul kepadamu melalui nabiMu Muhammad yang penuh
kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar
dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku sya’faat”. Tawassul seperti ini adalah
bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276)
Pandangan Imam Syaukani
Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang
lain ( orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah
merupakan ijma’ para shohabat.
Pandangan Muhammad Bin Abdul Wahab.
Beliau melihat bahwa tawassul adalah sesuatu yang makruh menurut jumhur ulama’
dan tidak sampai menuju pada tingkatan haram ataupun bidah bahkan musyrik.
Dalam surat yang dikirimkan oleh Syekh Abdul Wahab kepada warga qushim bahwa
beliau menghukumi kafir terhadap orang yang bertawassul kepada orang-orang
sholeh., dan menghukumi kafir terhadap AlBushoiri atas perkataannya YA AKROMAL
KHOLQI dan membakar dalailul khoirot. Maka beliau membantah : “ Maha suci
Engkau, ini adalah kebohongan besar. Dan ini diperkuat dengan surat beliau yang
dikirimkan kepada warga majma’ah ( surat pertama dan kelima belas dari kumpulan
surat-surat syekh Abdul Wahab hal 12 dan 64, atau kumpulan fatwa syekh Abdul
Wahab yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Bin Suud Riyad bagian ketiga
hal 68)

Dalil-dalil yang melarang tawassul


Dalil yang dijadikan landasan oleh pendapat yang melarang tawassul adalah sebagai
berikut:
1. Surat Zumar, 2:
‫ﻢ ِإَّﻟﺎ ِﻟُﻴَﻘِّﺮُﺑﻮَﻧﺎ ِإَﻟﻰ‬
ْ ‫ﻫ‬
ُ ‫ﺨُﺬوا ِﻣﻦ ُدوِﻧﻪِ َأْوِﻟَﻴﺎء َﻣﺎ َﻧْﻌُﺒُﺪ‬َ ‫ﻦ اَّﺗ‬َ ‫ﺺ َواَّﻟِﺬﻳ‬ُ ‫ﺨاِﻟ‬
َ ‫ﻦ اْﻟ‬ ُ ‫َأَﻟﺎ ِﻟَّﻠِﻪ اﻟِّﺪﻳ‬
َ‫ﻫﻮ‬ُ ‫ﻦ‬ ْ ‫ن اﻟَّﻠَﻪ َﻟﺎ َﻳْﻬِﺪي َﻣ‬ َّ ‫ن ِإ‬
َ ‫ﺨَﺘِﻠُﻔﻮ‬
ْ ‫ﻢ ِﻓﻴِﻪ َﻳ‬ ْ ‫ﻫ‬
ُ ‫ﻢ ِﻓﻲ َﻣﺎ‬ ْ ‫ﻢ َﺑْﻴَﻨُﻬ‬
ُ ‫ﺤُﻜ‬
ْ ‫ن اﻟَّﻠَﻪ َﻳ‬
َّ ‫اﻟَّﻠِﻪ ُزْﻟَﻔﻰ ِإ‬
ٌ‫ب َﻛَّﻔﺎر‬ٌ ‫َﻛﺎِذ‬
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-
orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang
mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.
Orang yang bertwassul kepada orang sholih maupun kepada para kekasih Allah,
dianggap sama dengan sikap orang kafir ketika menyembah berhala yang dianggapnya
sebuah perantara kepada Allah. Namun kalau dicermati, terdapat perbedaan antara
tawassul dan ritual orang kafir seperti disebutkan dalam ayat tersebut: tawassul
semata dalam berdoa dan tidak ada unsur menyembah kepada yang dijadikan
tawassul , sedangkan orang kafir telah menyembah perantara; tawassul juga dengan
sesuatu yang dicintai Allah sedangkan orang kafir bertwassul dengan berhala yang
sangat dibenci Allah.
2. Surah al-Baqarah, 186:
‫ﺠﻴُﺒﻮْا ِﻟﻲ‬ ِ ‫ﺴَﺘ‬
ْ ‫ن َﻓْﻠَﻴ‬ ِ ‫ﻋﺎ‬َ ‫ع ِإَذا َد‬ ِ ‫ﻋَﻮَة اﻟَّﺪا‬
ْ ‫ﺐ َد‬
ُ ‫ﺟﻴ‬
ِ ‫ﺐ ُأ‬
ٌ ‫ﻋِّﻨﻲ َﻓِﺈِّﻧﻲ َﻗِﺮﻳ‬
َ ‫ﻋَﺒﺎِدي‬
ِ ‫ﻚ‬
َ ‫ﺳَﺄَﻟ‬
َ ‫َوِإَذا‬
َ‫ﺷُﺪون‬ُ ‫ﻢ َﻳْﺮ‬ْ ‫َوْﻟُﻴْﺆِﻣُﻨﻮْا ِﺑﻲ َﻟَﻌَّﻠُﻬ‬
2. 186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Allah Maha dekat dan mengabulkan doa orang yang berdoa kepadaNya. Jika Allah
maha dekat, mengapa perlu tawassul dan mengapa memerlukan sekat antara kita dan
Allah.
Namun dalil-dalil di atas menujukkan bahwa meskipun Allah maha dekat, berdoa
melalui tawassul dan perantara adalah salah satu cara untuk berdoa. Banyak jalan
untuk menuju Allah dan banyak cara untuk berdoa, salah satunya adalah melalui
tawassul.
3. Surat Jin, ayat 18:
ً‫ﺣﺪا‬
َ ‫ﻋﻮا َﻣَﻊ اﻟَّﻠِﻪ َأ‬
ُ ‫ﺟَﺪ ِﻟَّﻠِﻪ َﻓَﻠﺎ َﺗْﺪ‬
ِ ‫ﺴﺎ‬
َ ‫ن اْﻟَﻤ‬
َّ ‫َوَأ‬
72. 18. Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
Kita dilarang ketika menyembah dan berdoa kepada Allah sambil menyekutukan dan
mendampingkan siapapun selain Allah.
Seperti ayat pertama, ayat ini dalam konteks menyembah Allah dan meminta sesuatu
kepada selain Allah. Sedangkan tawassul adalah meminta kepada Allah, hanya saja
melalui perantara.
Kesimpulan
Tawassul dengan perbuatan dan amal sholeh kita yang baik diperbolehkan menurut
kesepakatan ulama’. Demikian juga tawassul kepada Rasulullah s.a.w. juga diperboleh
sesuai dalil-dalil di atas. Tidak diragukan lagi bahwa nabi Muhammad SAW
mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT, maka tidak ada salahnya jika
kita bertawassul terhadap kekasih Allah SWT yang paling dicintai, dan begitu juga
dengan orang-orang yang sholeh.
Selama ini para ulama yang memperbolehkan tawassul dan melakukannya tidak ada
yang berkeyakinan sedikitpun bahwa mereka (yang dijadikan sebagai perantara)
adalah yang yang mengabulkan permintaan ataupun yang memberi madlorot. Mereka
berkeyakinan bahwa hanya Allah lah yang berhak memberi dan menolak doa hambaNya.
Lagi pula berdasarkan hadis-hadis yang telah dipaparkan diatas menunjukakn bahwa
perbuatan tersebut bukan merupakan suatu yang baru dikalangan umat islam dan
sudah dilakukan para ulama terdahulu. Jadi jikalau ada umat islam yang melakukan
tawassul sebaiknya kita hormati mereka karena mereka tentu mempunyai dalil dan
landasan yang cukup kuat dari Quran dan hadist.
Tawassul adalah masalah khilafiyah di antara para ulama Islam, ada yang
memperbolehkan dan ada yang melarangnya, ada yang menganggapnya sunnah dan
ada juga yang menganggapnya makruh. Kita umat Islam harus saling menghormati
dalam masalah khilafiyah dan jangan sampai saling bermusuhan. Dalam menyikapi
masalah tawassul kita juga jangan mudah terjebak oleh isu bid’ah yang telah
mencabik-cabik persatuan dan ukhuwah kita. Kita jangan dengan mudah menuduh
umat Islam yang bertawassul telah melakukan bid’ah dan sesat, apalagi sampai
menganggap mereka menyekutukan Allah, karena mereka mempunyai landasan dan
dalil yang kuat. Tidak hanya dalam masalah tawassul, sebelum kita mengangkat isu
bid’ah pada permasalahan yang sifatnya khilafiyah, sebaiknya kita membaca dan
meneliti secara baik dan komprehensif masalah tersebut sehingga kita tidak mudah
terjebak oleh hembusan teologi permusuhan yang sekarang sedang gencar mengancam
umat Islam secara umum.
Memang masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang muslim awam dalam
melakukan tawassul, seperti menganggap yang dijadikan tawassul mempunyai
kekuatan, atau bahkan meminta-minta kepada orang yang dijadikan perantara
tawassul, bertawassul dengan orang yang bukan sholeh tapi tokoh-tokoh masyarakat
yang telah meninggal dunia dan belum tentu beragama Islam, atau bertawassul
dengan kuburan orang-orang terdahulu, meminta-minta ke makam wali-wali Allah,
bukan bertawassul kepada para para ulama dan kekasih Allah. Itu semua tantangan
dakwah kita semua untuk kita luruskan sesuai dengan konsep tawassul yang
dijelaskan dalil-dalil di atas.
Wallahu a’lam bissowab

‫ﻢ َﻓﺂَﻣَّﻨﺎ َرَّﺑَﻨﺎ‬
ْ ‫ن آِﻣُﻨﻮْا ِﺑَﺮِّﺑُﻜ‬
ْ ‫ن َأ‬
ِ ‫ﺳِﻤْﻌَﻨﺎ ُﻣَﻨﺎِدًﻳﺎ ُﻳَﻨﺎِدي ِﻟﻹ ِﻳَﻤﺎ‬ َ ‫َّرَّﺑَﻨﺎ ِإَّﻧَﻨﺎ‬
١٩٣﴿ ‫ﺳِّﻴَﺌﺎِﺗَﻨﺎ َوَﺗَﻮَّﻓَﻨﺎ َﻣَﻊ اﻷْﺑَﺮاِر‬ َ ‫ﻋَّﻨﺎ‬
َ ‫ﻏِﻔْﺮ َﻟَﻨﺎ ُذُﻧﻮَﺑَﻨﺎ َوَﻛﻔِّْﺮ‬
ْ ‫﴾َﻓﺎ‬
Cara Tawassul Mengamalkan Ilmu
Bismillahirrohmanirrohim
Hadiah Fatihah kepada Kanjeng Rasulullah S.A.W.
Ila hadrotin nabiyyil mustofa sayidina wa maulana Muhammadin SAW.... Al Fatihah
1x.
2. Hadiah fatihah kepada 4 Malaikat dan para Malaikat penjaga.
Wa ila hadroti malaikatil jibriil wa mika-il wa isrofil wa 'izroil wal malaikatil
muqorrobin wal karubiyyin syai-u lillaahi lahumul ...Al-Fatihah 1x.
3. Hadiah Fatihah kepada 4 sahabat.
Wa ila hadroti sadatina khulafaur rosyidin, abi bakrin, wa umar, wa utsman, wa
ali, syai-u lillahi lahumul....Al Fatihah 1x
4. Hadiah Fatihah kepada para wali
Wa ila hadroti quthbur robbani syaikh 'abdul qodiril jailani, syaikh ahmad bin 'ali
albuni, syaikh ahmad addrobi as syafi'i, syaikh tilmisani maghribi, syeikh abi hasan
as syadzili, al imam ghozali, wal masya-ikhina, wal waliyyina, syai-u lillahi lahumul
... Al Fatihah 1x.
5. Hadiah Fatihah kepada para guru-guru pribadi masing-masing.
Wa ila hadroti .........(sebut nama-nama gurunya yang mengajarkan ilmu-ilmu batin)
syai-u lillahi lahumul .....Al Fatihah 1x
6. Hadiah Fatihah kepada Ibu dan Bapak, Muslimin wal muslimat.
Wa ila hadroti abi wa ummi, wal muslimiina wal muslimati, syai-u lillahi lahumul
...Al Fatihah 1x.
7. Hadiah Fatihah kepada diri kita sendiri dan kepada qorin.
Wa 'ala nafsi.... (sebut namanya sendiri) wal qorini, wa sadulur papat lima pancer
syai-u lillahi lahumul ....Al Fatihah 1x
8. Hadiah Fatihah atas hajat pribadi masing-masing.
Wa ilal hajati ................ (sebut keinginan).............. Al-Fatihah 1x
9. Hadiah Fatihah kepada pemegang "kunci ilmu hikmah".
- Bi mu'jizati sayidina khidir alaihis salam................... Al-Fatihah 1x
- Wa bibarokati sayidina khidir alaihis salam............... Al-Fatihah 1x
- Wa ila ruhi sayidina khidir alaihis salam.................... Al-Fatihah 1x
Dilanjutkan membaca "kunci ilmu hikmah".
- Astagfirullohal 'azhiim 3x
- A 'uzubillahimina syaithonir rojim 3x
- Bismillahirrahmanirrahim 3x
- Kalimat Syahadat 3x
- Sholawat yang disukai 3x
- Inna lillahi wa inna ilaihi ro-jiun 3x
- La haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim 3x
Dilanjutkan lagi membaca 4 Raja Qur'an.
- Al Fatihah 1x
- Al Ikhlas 3x
- Al Falaq 1x
- An Nas 1x
Dilanjutkan membaca Tahlil.
- La ilaha illallah 21x / 100x.

DO'A BERTAWASUL DI MAKAM PARA WALIYULLOOH


Makam Pangeran Santri (Rd. Sholih bin Muhammad/Pangeran Pamelekaran)
atau Pangeran Kusumah Adinata 1, di Gunung Ciung komplek Makam Pasarean Gede
Sumedang Kota
Kaifiatul untuk bertawasul di Maqom Waliyullah. Sebagian dari adab berziarah ke
maqam waliyullah adalah :
1. Perbaguslah niat
2. Perbaiki akhlak
3. Bersih lahir dan batin.
4. Mengingat dan meneladani perjuangan para Dai Ilallah
5. Menyadari bahwa hidup didunia adalah sementara Insya Allah jika telah
memenuhi sebagian syarat tersebut, kemungkinan Qobul akan cepat.
Tujuan ziarah kepada para Wali
Tujuan ziarah kepada para Wali adalah meneladani perjuangan mereka dalam
menegakkan kalimat Tauhid. Bertawasul kepada mereka, menurut ijma’ para Ulama
hukumnya : DIBOLEHKAN.
Tawasul atau wasilah artinya Mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Allah telah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-
Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah : 35) Ayat ini dikuatkan
oleh firman Allah SWT : “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri
mencari jalan kepada Tuhan mereka” (Al-Isra : 57)
Perbuatan Tawasul sendiri telah dicontohkan oleh Rasulullah (HR. Ath-Thabrany
dalam kitab Ausath dan Al-Kabir juga Ibnu Hibban dan Hakim), serta para sahabat
beliau, diantaranya Sayyidina Umar bin Khotob (Ad-Durratus Saniyyah fir-raddi
‘alal Wahabiyah : Syekh Ahmad Zaini Dahlan), Sahabat Bilal bin Harits.
Hakekat Tawasul kepada Nabi, Wali dan Ulama Tawasul adalah sebagai sebab yang
dapat menyebabkan doa dikabulkan oleh Allah. Tawasul diperbolehkan dilakukan
dengan seseorang yang masih hidup atau pun yang sudah wafat. Yang dalam hal ini
jelas kesholehannya. Perbuatan tawasul ini ada tuntunan langsung dari Qur’an
maupun Al-Hadits serta bimbingan dari Alim Ulama.
Berbagai macam cara tawasul telah diajarkan para Alim Ulama kepada kita. Dan
menjadi warisan turun-temurun diantara murid-murid mereka. Maka diantaranya
adalah yang Al-Faqir tuliskan dibawah ini. Maka jika engkau berkeinginan agar
hajatmu tercapai, dengan kondisimu yang hina di mata Allah SWT-maka carilah
asbab yang dapat mengantarkan keinginanmu dihadapan Allah SWT. Inilah Ritual
Tawasul yang dimaksud.
Sebaiknya sebelum memulai bertawasul sebaiknya membaca Qoshidahnya Al-Habib
Abdullah bin Husein bin Thohir Ba ‘Alawy saat berada didepan Maqom Sang Wali).
Dan setelah itu dalam posisi masih berdiri, bacalah salam untuk wali yang kita
Ziarohi.
Assalamu’alaika Yaa Waliyullah Assalamu’alaika Yaa Da’i ilaa Thoriiqillah
Assalamu’alaika Yaa Man akromahulloh bil ‘ilmi wal wilayah wa ‘inda qobri ahli
baitin nabiyyi Sholallahu ‘alaihi wa sallama tuzaadu bihadzihil kalimaati.
Assalamu’alaika Yaa Ahla baiyti Rasulillahi Sholallahu ‘alaihi wa sallama.
Assalamu’alaika Yaa Baniiz Zahroo-il Batul.
Assalamu’alaika Yaa Baniil Musthofa Sholallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallama..
Assalamu’alaika wa ‘alaa jaddika Rasulillahi Sholallahu ‘alaihi wa sallama.
Assalamu’alaika wa ‘alaa jaaddatika Sayyidatina Fatimataz zahro sayyidati nisaa-il
‘aalamiin warohmatullahi wa barokatuh.
Kemudian duduk sambil membaca :
Attahiyyaatul mubaarokaatush-sholawaatuth-thoyyibaatu lillahi.
Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu warohmatullahi wa barokatuhu.
Assalamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillahish-shoolihiin. (Yaa Hayyu, Yaa Qoyyum.7x tanpa
nafas)
Alloohumma inni waaqifun bibaabika walaa-idzun bijanaabika wa muta’awwidzun
bijalaalika wa mutawassilun bi auliyaa-ika wa mustasyfi’un bi waliyyika……………
bin…………antaqdhiya jamii’a haajati.(sebutkan hajat kita)
Cat : setelah kalimat bi Waliyyika sebut nama Wali yang kita Ziarohi
Setelah itu membaca :
Asyhaduan laa ilaha ilallah wa asyhaduanna Muhammadar rasulullah. 3x
Astaghfirullahal adhiimal ladzii laa ilaha illa huwal Hayyul Qoyyumu wa atubu
ilaihi. 3x
Sholawat Ruh :
Bismillahir rahmaanir rahiim...
Allhohumma sholli ‘alaa ruuhi sayyidina Muhammadin fiil arwaahi wa ‘alaa jasadihi
fil ajsaadi wa ‘alaa Qobrihi fiil Qubuuri wa ‘alaa alihi wa shohbihi wabarik wa
sallim tasliiman bi qodri ‘adhoomati dzaatika fii kulli waqtin wahiin. 11x
Setelah itu bacalah surat al Ikhlas 3x
Bismillahir rahmaanir rahiim...
Qul huwa allaahu ahadun,
allaahu shamadu,
lam yalid walam yuuladu,
walam yakun lahu kufuwan ahadun. 3x
Surah al Falaq 1x,
Bismillahir Rahmanir Rahim...
Qul 'a-'uuzu bi-Rabbil-Falaq,
Min-sharri maa kholaq,
Wa min-sharri gaasiqin 'izaa waqob,
Wa min-sharrin Naffaasaati fil 'uqod,
Wa min-sharri haasidin 'izaa hasad.
Surah an Naas
Bismillahir Rahmanir Rahim...
Qul 'a-'uuzu bi Rabbin Naas,
Malikin-Naas,
'Illahin-Naas,
Min-sharril Waswaasil khon Nass,
'Allazii yuwas-wisu fii suduurin Naasi
Minal-Jinnati wan Naas.
Baru kemudian kita membaca surah al faatihah khusus kepada waliyullah tersebut.
Mulailah dengan pembacaan surah al faatihah sebagai berikut :
1. Al faatihah liridho illahi ta’alaa, syai-un lillahi ta’alaa ~ Al faatihah 1x.
2. Al faatihah lisyafaa’atin Nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu ‘alaihi wa
alihi wa sallam ~ Al fatihah 1x.
3. Al faatihah libarokaati karoomati auliyaa-illahi ta’alaa. ~ Al faatihah 1x.
4. Al faatihah liridhol walidayni syai-un lillahi ta’alaa. ~ Al faatihah 1x.
5. Al faatihah li akhi wa tau-amaani wa qoriibi syai-un lillahi ta’alaa. ~ Al
faatihah. 1x
6. Al faatihah ilaa ruuhi karoomati………(Nama Wali yang dimaksud)…….wawalidayhi
wa masya-ikhihi. ~ Al faatihah 1x
7. Assalamu’alaika Yaa Waliyullooh ……… (nama Wali yang dimaksud). 7x (Hadir)
8. Hatta Arokum bi’aiini wa ukallimukum bilisaanii. 7x
9. Kemudian baca Dzikir ini : Yaa Hu. 1511x
Kemudian bacalah Amalan Asadullahil Gholib, do'anya :

Al fatihah bil-Qobuuli wa tamaami kulli suulin wa ma’muulin wa sholaahis-sya’ni


dhohiron wa bathinan dafi’atan likulli syarrin jaalibatan likulli khoirin was-
sholahi was-suruuri wa ilaa hadrotir rosuuli Sayyidina Muhammadin Sholallahu
‘alaihi wa sallama. Bisirril al faatihah. 7x
1. Asyhaduan laa ilaha illallah wa asyhaduanna muhammadan rasulullah. 7x
2. Astaghfirullahal adziim. 7x
3. Allahumma sholli ‘alaa sayyidina muhammadin nuridz-dzaati was-sirri saari fi
saa-iril asmaa-i wash-shifaati wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallim. 7x
4. Fakasyafna ‘anka ghithoo-aka fabashurkal yauma haddid. 7x
5. Lahaula walaa quwwata illa billah. 7x
6. Bismillahi…(Allahu akbar. 3x senafas). Tawasaltu Bi Sayyidi Wa Habibi Wa
Syafii’i Rasulillah Muhammad Ibni Abdullah Sholallahu ‘Alaihi Wa Sallama Wa
Sayyidil Imami Masyriq Wal Maghrib Asadullahil Gholib Sayyidina Ali Bin Abi
Tholib Karamallahu Wajhahu Wa Tilmidzihi Dzul-Iman Laqobuhu Kian Santang, Wal
Habib Abdullah Bin Abdul Qodir Bil-Faqih, wal Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bil-
Faqih, Wal Habib Alwi Bin Ahmad Bahsin, Wa syekh (isi dengan nama wali yang kita
ziarohi)
7. Allahumma iyyakana’budu wa iyyaka nasta’iin…….(Niatkan disini hajatmu) 7x
8. Ihfazhna wa salimna min syarril kholqi ajma’iin. 7x
9. Bihaqqi….: Laa ilaha illallah. 165x
10. Akhiri dengan ucapan : "Muhammadur rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam"
11. Ya ‘ibadallah a’iinuuni. 3x / 7x
12. Ya Rijal Ghoib unshuruni billah. 3x /7x
13. Ya Allah. 66x / 1000x
14. Sholawat Nuur : Allahumma sholli ‘ala nuril anwar, wa sirril asror,wa tiryaqil
aghyaar, Wa miftahii baabil yasaar, sayyidina muhammadinil mukhtar wa alihil ath-
har,wa ashabihil akhyaar, ‘adada ni’amillahi wa ifdholi. 11 x
15. Selanjutnya hidupkan dzikir nafasnya selama kurang lebih 10 menit/selama
setengah jam/selama yang kita inginkan). Caranya :
- Tarik nafas dari bawah pusat sampai ke ubun-ubun, baca : HUU
- Turun nafas dari ubun-ubun kebawah susu kanan 2 jari, baca : ALLAH……sambil
munajat kepada Allah dibatin. Fokus untuk kehadiran sang waliyullah.
Pembacaan ini dimaksudkan untuk pencegahan dari kedatangan Ruhaniyyah atau
sebangsa jin yang akan menyerupai Wali yang kita inginkan.
Insya Allah setelah membaca ini maka ruhaniyyah/Jin/Khodam itu tidak akan bisa
menyerupai sang Waliyullah.
Ciri-ciri kedatangan Waliyullah biasanya diiringi dengan suasana yang terasa
hening, badan dan pikiran kita terasa tenang, hati merasa haru. Terasa tumbuh
Jiwa Tauhid kepada Allah SWT, meleburnya nafsu dalam diri, timbul rasa berdosa
akan kesalahan / maksiat yang kita perbuat.
‫’‪ZIARAH KEPADA PARA AULIYA‬‬
‫‪Pernahkah anda berziarah ke makam para wali? Tentu pernah dong. Nah, jika pernah,‬‬
‫‪apakah sebelum anda memasuki makam orang-orang mulia tersebut mengucapkan‬‬
‫‪salam layaknya bertamu ke kediaman beliau? Apakah sama antara ucapan salam‬‬
‫‪kepada orang yang masih hidup dengan ucapan salam kepada orang yang sudah‬‬
‫?‪meninggal dunia? Lantas ucapan salam yang bagaimana yang mesti harus diucapkan‬‬
‫‪Tentunya berbeda kan!! Nah bagi anda yang belum tau tata cara memberikan salam‬‬
‫‪kepada para Auliya’ dan orang-orang shalih. Berikut contohnya :‬‬

‫لــَﻳﺂْء‬
‫ﺳَﻠﺎْم ﻛَﻔﺎَدا َﻓَﺮا َأْو ِ‬
‫)) َ‬
‫ﺣﺐُ‬ ‫ﺻﺎ ِ‬‫َ‬ ‫لـــَﻳﻰ ﷲ ُ ‪) .......‬ﺳﺒﻮت ﻧﻤﺎﻳﺎ(‬ ‫ك َﻳﺎَو ِ‬ ‫ﻲـ َ‬‫ﻋَﻠ ْ‬
‫ﺴَﻠﺎُم َ‬
‫َأﻟ َّ‬
‫ﻋَﻨﺎ‬‫ﻦ‪َ .‬أْوَد ْ‬
‫ﻒـــْﻳ َ‬
‫ﻚ َواِﻗ ِ‬ ‫ﻋَﻠﻰ َﻣَﻘﺎِﻣ َ‬ ‫ﻦ َو َ‬
‫ئــِرْﻳ َ‬
‫ك َزا ِ‬‫ﺊــَﻧﺎ َ‬
‫ﺟ ْ‬‫لــَﻛَﺮاَﻣِﺔ‪ِ ,‬‬‫ا ْ‬
‫ﺻَّﻠﻰ‬ ‫لﷲ ِ َ‬ ‫ﺳْﻮ ُ‬
‫ﺤَّﻤًﺪا َر ُ‬
‫ن ُﻣ َ‬
‫ن َﻟﺎ إَﻟَﻪ إَّﻟﺎ ﷲ ُ ‪َ,‬وَأ َّ‬ ‫ﺷَﻬﺎَدًة َأ ْ‬
‫ك َ‬
‫ﻋْﻨَﺪ َ‬‫ِ‬
‫ﺳَّﻠﻢَ‬
‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو َ‬
‫‪.‬ﷲ ُ َ‬

‫لــَﻳﺂِء(‬ ‫لـَﻣَﻘﺎِم ْاﻷْو ِ‬ ‫ﻋْﻨَﺪ ِزَﻳﺎَرِة ا ْ‬ ‫ﺼْﻴَﺪٌة ِ‬ ‫)َﻗ ِ‬


‫يﷲ ْ‬ ‫ﻢ يَــــاَولِـــ َ‬ ‫ﻲــــُﻛ ْ‬ ‫ﻋَﻠ ْ‬
‫َ‬ ‫حـــــــــَﻣٌﺔ‬ ‫ﻞــِه َوَر ْ‬ ‫ســــــَﻟﺎُم اﻟ ّ‬ ‫َ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـــ َ‬ ‫َوِﻗْﻔَﻨﺎ َﻳﺎَو ِ‬ ‫نــــــاُﻛ ْ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻢ َوُزْر َ‬ ‫نــاُﻛ ْ‬ ‫يــ َ‬ ‫تــ ْ‬ ‫َأ َ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـ َ‬‫ﺼْﺪَﻧﺎ َﻳﺎَو ِ‬ ‫ﻢ َﻗ َ‬ ‫نــــاُﻛ ْ‬ ‫يـــ َ‬ ‫ﻖـ ْ‬ ‫ﺳِﻌْﺪَﻧﺎ إَذ َﻟ ِ‬ ‫َ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـ َ‬ ‫ﺟْﻴُﺒﻮا َﻳﺎَو ِ‬ ‫كـــْم ِﻟَّﻠْﻪ َأ ِ‬ ‫بـــــ ُ‬ ‫نــا ِ‬ ‫لــ َ‬ ‫ســــــــ ْ‬ ‫تـــَو َّ‬ ‫َ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـ َ‬ ‫ﻋْﻮا َﻳﺎَو ِ‬ ‫ﻢ ِﻟَﺘْﺪ ُ‬ ‫يـُﻛ ْ‬ ‫ﻦ َﻣَﺰا َ‬ ‫جـــــــــْوَﻧﺎ ِﻣ ْ‬ ‫َر َ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـ َ‬ ‫يــــــَﻧﺎ يَـــــــاَو ِ‬ ‫يـــَراْم َﻟَﺪ ْ‬ ‫ﻦ َﻣﺎ ُ‬ ‫ﺣَﻤ ِ‬ ‫ِإَﻟﻰ اﻟَّﺮ ْ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـــــــ َ‬ ‫يــــــــاَو ِ‬ ‫حــــــَﻟاًﻟﺎ َ‬ ‫َ‬ ‫ﺳَﻌَﺔ ْاﻷ َْرَزا ِ‬
‫ق‬ ‫ﺐـَﻧﺎ ُو ْ‬ ‫ﻃَﻠ ْ‬ ‫َ‬
‫لـــــــيَ ﷲ ْ‬ ‫يــــــــــــــــاَو ِ‬ ‫ِمـــــــــــــــَراًرا َ‬ ‫ﺤَﺮاِم‬ ‫ﻰ اْﻟ َ‬ ‫ﺖﻓ ِ‬ ‫ﺐـْﻳ ِ‬ ‫ﺞ اْﻟ َ‬ ‫ﺣ َّ‬‫َو َ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـ َ‬ ‫يــاَو ِ‬ ‫كــــــــــَراًمـــــا َ‬ ‫ِ‬ ‫ﺖــَﺗﺎِﻣَﻨﺎ‬ ‫ﺧ ِ‬ ‫ﻰا ْ‬ ‫ﺴًﻨﺎ ﻓ ِ‬ ‫ﺣ ْ‬ ‫َو ُ‬
‫قــــــــْر ِ‬
‫ب‬ ‫بـــــــ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ﻈﻰ‬ ‫ﺤ َ‬ ‫ﺴﻰ َﻧ ْ‬ ‫ﻋ َ‬ ‫ﺿﻰ َ‬ ‫ﺴﻰ َﻧْﺮ َ‬ ‫ﻋ َ‬ ‫َ‬
‫لـــــــــــــــــــَﻳﻰ ﷲ ْ‬ ‫يــــــــــــــــــاَو ِ‬ ‫َ‬
‫يﷲ ْ‬ ‫لـ َ‬ ‫ﻢـــــٍد َﻳﺎَو ِ‬ ‫ﺤ َّ‬ ‫ُﻣ َ‬ ‫ﻋَﻠﻰ‬ ‫ﻢ َ‬‫ﺳَّﻠ َ‬ ‫لَـﯨﻰ َ‬ ‫صــــــــــــ ّ‬ ‫َو َ‬
‫ﻲﷲ ْ‬ ‫لـ ﯨ َ‬
‫يــاَو ِ‬ ‫ﻚـــــــًرا َ‬ ‫ﺷ ْ‬ ‫َو ُ‬ ‫يــِمــــ ِ‬
‫ن‬ ‫ﻞــــُمـــــــَهــ ْ‬ ‫حـــــْمــــــًدا ِﻟ ْ‬ ‫َو َ‬
‫‪Doa diatas dibaca setelah membaca ratibu tahlil atau aurad-aurad mubarok lainnya sebelum meninggalkan‬‬
‫‪pesarean / makam. Syukur-syukur ditambah dengan bait Asma’ Al-Husna.‬‬
‫‪Cukup sekian, dan semoga bermanfaat.‬‬
‫ ﻗﻀﺎء اﻟﺤﻮاﺋﺞ ﻋﻨﺪ زﻳﺎرة اﻷوﻟﻴﺎء واﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ‬:

‫ﮬﺬه ﻓﺎﺋﺪة ﻋﻨﺪ زﯾﺎرة اوﻟﯿﺎء ﷲ اﻟﺼﺎﻟﺤﯿﻦ وﺗﻄﻠﺐ ﻣﻦ ﷲ ﻟﻘﻀﺎء ﺣﺎﺟﺘﻚ‬


‫ ﯾﺴﺘﺠﺎب ﻟﻚ ﺳﺮﯾﻌﺎ ﺑﺎذن ﷲ وﺣﻮﻟﻪ وﻗﻮﺗﻪ واﻟﯿﻜﻢ اﻟﻔﺎﺋﺪه‬:
‫ ﻣﺮة وﺗﺘﻮﺳﻞ ﺑﺎﻟﻨﺒﻲ‬11 ‫ ﻣﺮة وﺗﻘﻮل ﻻ اﻟﻪ اﻻ ﷲ‬11 ‫ﺗﻘﺮا اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻣﺮة واﻻﺧﻼص‬
‫ﺻﻠﻲ ﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ ﺛﻢ ﺗﮭﺪي ﻛﻞ ذﻟﻚ اﻟﻲ روح ﺳﯿﺪﻧﺎ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻲ ﷲ ﻋﻠﯿﻪ‬
‫وﺳﻠﻢ وآل اﻟﺒﯿﺖ واﻻﺻﺤﺎب واﻟﺘﺎﺑﻌﯿﻦ رﺿﻮان ﷲ ﻋﻠﯿﮭﻢ اﺟﻤﻌﯿﻦ ﺛﻢ اﻟﻰ ﺟﻤﯿﻊ‬
‫ أرواح أوﻟﯿﺎء ﷲ ﺛﻢ اﻟﻰ روح ذﻟﻚ اﻟﻮﻟﻲ وﺗﻘﻮل‬:
‫اﻟﻠﮭﻢ أﺳﺎﻟﻚ ﺑﺎﻟﺴﺮ اﻟﺬي ﺑﯿﻨﻚ وﺑﯿﻦ ﮬﺬا اﻟﻮﻟﻲ ان ﺗﻔﻌﻞ ﻟﻲ ﻛﺬا وﻛﺬا‬
‫ﻣﺮات‬3 ‫ﻓﺎن ﺣﺎﺟﺘﻚ ﺗﻘﻀﻰ ﺑﺎذن ﷲ ﺳﺮﯾﻌﺎ وﮬﻮ ﻣﺠﺮب ﺛﻢ اﻗﺮا آﯾﺔ اﻟﻜﺮﺳﻲ‬
‫و ﺗ ﺨﺮ ج‬

WASHILAH UNTUK BERTEMU DENGAN AULIYA' DAN PARA LELUHUR


Washilah bertemu dengan para Auliya' dan leluhur kita yang sudah meninggal. Waht
is that? Apaan tuh? Mungkin itulah sekelumit kata yang bakal keluar dari mulut
kita saat membaca judul diatas. Kenapa bisa sedemikian kagetnya? Jawabannya
sederhana saja dan mudah di tebak. "Selain orang yang memiliki jabatan Mursyid
tidak mungkin bisa bertemu dengan para Auliya' apalagi bertemu dengan leluhur
yang sudah lama meninggal". Itu satu jawaban yang sudah sering kali bahkan ribuan
kali kita dengar yang membuat kita putus asa dalam berusaha.
Obat hati ada lima, diantaranya "berkumpulnya orang-orang shalih". Al Hamdulillah,
berkah hormat pemberangkatan haji kemarin malam, saya bertemu dengan teman
seperguruan ayah mertua (alm), beliau menceritakan banyak hal tentang
perjuangannya mendampingi ayah mertua, diantaranya proses mendirikan masjid
(saat mereka masih belajar di pondok pesantren) sampai berhasil mendirikan pondok
pesantren sendiri.
Ngalor ngidul perbincangan kami, dan akhirnya sampailah pada thema yang saya
nanti-nantikan, yakni cerita mengenai sesepuh pejuang dan penyebar agama Islam
di desa kami. Dalam ceritanya, beliau menyebut satu nama "Mbah Hasan Rahmat",
beliaulah tokoh pertama yang menyebarkan ajaran agama Islam khususnya di desa
Mrico Kelurahan Lebak Kec/Kab.Grobogan.
Tahun kemarin, kami waraga RW. 04 sepakat membangun makam Mbah Hasan Rahmat,
namun di RW lain banyak para tokoh dan ulama' yang menentangnya, mungkin
karena minimnya pengetahuan mereka tentang tokoh-tokoh setempat. Dan saya
sendiri diberi tugas oleh bapak kepala desa untuk mencari nasab / silsilah Mbah
Hasan Rahmat ini, bagaimanapun caranya. Dalam hati aku bilang " Waduh!!!" Ini
perkara sulit.
Dari sinilah muncul inisiatif untuk mencari amalan atau doa agar bisa bertemu
dengan para auliya' dan leluhur yang sudah lama meninggalkan kita.
Sebelum kami mengakhiri perbincangan kita, saya beranikan diri untuk meminta
sebuah amalan agar bisa bertemu dengan para auliya' dan para leluhur. Dan Al
Hambulillah beliau Kang Abdurrahman memberikan amalan tersebut.
Berikut ini adalah bentuk amalannya :
1. Dalam kondisi suci lahir batin.
2. Didalam ruangan yang gelap.
3. Sholat hajat 2 / 4 tekaat.
4. Washilah seperti biasa, ditambah orang yang akan di temui.
5. Membaca surat Yasin 1x
6. Membaca surat al ikhlas 10x
7. Membaca surat al alaq 1x
8. Membaca surat an nas 1x
9. Membaca bait berikut (3x)
‫ اﺣﻴﺎ اﺳﻤﻪ ﺣﻲ ﻳﺪﻋﻰ دارس اﻟﺮﻣﻢ‬# ‫ﻟﻮﻧﺴﺒﺖ ﻗﺪره اﻳﺎﺗﻪ ﻋﻈﻤﺎ‬
LAW NASABAT QODRUHU AYATUHU 'IDHIMA # AHYAS MUHU HIYA YUD'A DARISAR
RIMAMI.
10. Membaca surat Al fatihah lagi 1x
11. Tarik nafas (tenangkan fikiran) kemudian membaca :
3 ‫ﻻ اﻟﻪ اﻻ ﷲ‬x
Tarik nafas lagi sampai getaran tahlil menembus pada otak
12. Ketuk tanah 3x dan ucapkan salam.
Syarat :
Dibaca sendirian ditempt sepi. Misal makam / di dlm kamar yg tertutup rapat.
Nb. Jika tidak dapat bertemu langsung, Insya Allah akan bertemu dalam mimpi.
‫وﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ اﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ اﺟﻤﻌﻴﻦ‬

TABARUKAN KEPADA PARA WALI DAN SOLIHIN


di era yang semakin “entah” zaman apa ini banyak terjadi fitnah (ujian), baik dari
medsos maupun kenyataan. Hampir semua orang telah melupakan akhlaknya,
mementingkan dirinya sendiri, memperkaya membabi buta, lupa akan sanak saudara
dan masih banyak konflik-konflik lainnya. Ujian hidip masih akan selalu datang
silih berganti untuk mewarnai kehidupan manusia. Segala macam cara di gunakan
untuk mencapai tujuan dan cita-citanya, tidak memperdulikan halal dan haramnya.
Dan sebagian dari mereka ada juga yang merasa lelah dan putus asa, ada pula yang
sedang dalam musibah namun anehnya mereka tidak merasakannya, tidak mau
menggerakkan hati dan fikirannya untuk mencari solusi.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah pernah mengingatkan kepada umatnya yang diriwayatkan oleh


Imam Ahmad dan Tirmidzi yang artinya “sesungguhnya masing-masing umat itu ada
fitnahnya, dan fitnah bagi umatku adalah harta”.
Melongok hadits tersebut saya teringat akan sebuah pujian dengan bahasa jawa
yang sering di lantunkan oleh anak-anak, yang berbunyi :
RUSAKNYA UMATKU KARENA DUA PERKARA
SATU, MENINGGALKAN ILMU
DUA, MENUMPUK-NUMPUK HARTA
Dan kini sudah terbukti nyata apa yang di sabdakan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬ribuan
tahun silam. Saat ini begitu banyak rumah-rumah kaum muslimin yang seharusnya
bersinar karena dzikir pada Allah justru menjadi tempat tinggalnya syetan dan
bala tentaranya, mengundang teman untuk bersama-sama melakukan budaya diluar
ajaran islam, berpesta pora, begadang dan keburukan-keburukan lainnya. Na’udzu
billah.
Berangkat dari pendahuluan diatas, disini saya pribadi khususnya mencoba untuk
mencari kesibukan agar tidak terseret oleh arus globalisasi yang sedang melanda
dunia islam saat ini. Diantar usaha yang saya lakukan adalah berharap ridho Allah
dan Syafaat Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬dan juga kepada para wali yang menjadi
patoknya bumi dan juga pewaris para nabi.
Doa ini jika dibaca secara istiqomah akan mendapat berkah dari awliya' ra, dan
dengan mengamalkan doa ini Insya Allah orang tersebut akan disukai oleh segala
ruhaniyah, dan mereka akan patuh dan serta taat kepadanya tanpa menimbulkan efek
keburukan dengan berdzikir kepada Allah ‫ﷻ‬.

‫ﺻَّﻠﻰ ﷲ‬ َ ‫ﺤَّﻤٍﺪ‬ َ ‫ﺳِّﻴِﺪَﻧﺎ َوَﻣْﻮَﻟﺎَﻧﺎ ُﻣ‬


َ ‫ﻄٰﻔﻰ‬ َ ‫ﺼ‬ْ ‫لـُﻣ‬ ْ ‫ﺐــِّﻳﻰ ا‬ ِ ‫ﻀَﺮِة اﻟَّﻨ‬ ْ ‫ﺣ‬َ ‫ِإَﻟﻰ‬
ِ‫ﺤﺔ‬ َ ‫ﻦ َأْﻟَﻔﺎِﺗ‬ َ ‫ﺟَﻤِﻌْﻴ‬ْ ‫ﺤِﺒِﻪ َأ‬
ْ ‫ﺻ‬َ ‫ﻋٰﻠﻰ آِﻟِﻪ َو‬َ ‫ﻢ َو‬َ ‫ﺳَّﻠ‬َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬ َ ُ :....
‫ﺳِّﻴِﺪَﻧﺎ‬َ ‫ﺻﺎ‬ ً ‫ﺼْﻮ‬ُ ‫ﺧ‬ ُ ‫ﺟِﻤْﻴِﻊ ْاﻷ َْﻧِﺒَﻴﺂِء َوْاﻷ َْوِﻟَﻴﺂِء‬ َ ‫ﻀَﺮِة‬ ْ ‫ﺣ‬ َ ‫ﻢ ِإَﻟﻰ‬ َّ ‫ُﺛ‬
ِ‫ﻀَﺮِة َأْوِﻟَﻴﺎء‬ ْ ‫ﺣ‬َ ‫ َوِإٰﻟﻰ‬,‫ﻋْﻨُﻪ‬ َ ُ ‫ﺿَﻴﻰ ﷲ‬ ِ ‫ﺠْﻴَﻠﺎِﻧﻰ َر‬ َ ‫ﻋْﺒِﺪ اْﻟَﻘﺎِدِر اْﻟ‬ َ ‫ﺦ‬ِ ‫ﺸْﻴ‬
َّ ‫اﻟ‬
ِ‫ﺷْﻴﺦ‬ َ , ‫ڮا‬ َ ‫ﺟﺎ‬ َ ‫ن َﻛاِﻟﻰ‬ ْ ‫ﺳْﻮَﻧﺎ‬
ُ ‫ﺻﺎ‬ ً ‫ﺼْﻮ‬ ُ ‫ﺧ‬ُ ‫ﺠﺎٰوى‬ َ ‫ﺴَﻌِﺔ ِﻓﻰ اْﻟ‬ ْ ‫ﷲ ِ اﻟِّﺘ‬
ُ‫ﻋْﺒﺪ‬
َ ‫ﺳِّﻴْﺪ‬ َ ‫ت َﻣﺎَﺗَﺮاْم‬ ْ ‫ڠُﻛْﻮَرا‬
ْ ‫ڠ َﻣﺎ‬ ْ ‫ڮو‬ ُ ‫ن َأ‬ ْ ‫ﻄﺎ‬َ ‫ﺳْﻠ‬ُ ,‫ڠ َﻟﺎْﻧُﺪوْه‬ ْ ‫ڠُﻛﻮ‬ ْ ‫ﺟﺎ‬ َ
‫ﺤُﻬﻢْ َوُﻳْﻌِﻠﻰ‬ ‫ﺿِﺮْﻳ َ‬
‫ﻢ َوَﻧَّﻮَر َ‬ ‫ﻫ ْ‬
‫ﺳَّﺮ ُ‬
‫س ﷲ ُ ِ‬ ‫ﻋُﺒﻮْد‪َ ,‬ﻗَّﺪ َ‬
‫ﻦ َﺑﺎ َ‬
‫ﺣٰﻤ ِ‬
‫اﻟّﺮ ْ‬
‫ﺤﺔِ‬
‫ﻢ اْﻟَﻔﺎِﺗ َ‬
‫ﺊ ﻟﻠِﻪ ﻟَُﻬ ُ‬
‫ﺷْﻴ ٌ‬
‫ﻢ َ‬‫ﻫ ْ‬‫تـ ِ‬
‫ﺟﺎ ِ‬ ‫‪َ :....‬دَر َ‬

‫ﺣْﻴﻢِ‬ ‫ﻦ اﻟَّﺮ ِ‬ ‫ﺣٰﻤ ِ‬ ‫ﻢ ﷲ ِ اﻟَّﺮ ْ‬ ‫ﺴ ِ‬ ‫ِﺑ ْ‬


‫ﻋٰﻠﻰ‬ ‫ﺻَّﻠﻰ ﷲ ُ َ‬ ‫ﻢ‪َ ,‬و َ‬ ‫ﻈْﻴ ِ‬ ‫ﻲ اْﻟَﻌ ِ‬ ‫بﷲ ِ اْﻟَﻌِﻠ ِ‬ ‫ل َوَﻟﺎ ُﻗَّﻮَة ِاَّﻟﺎ ِ‬ ‫ﺣْﻮ َ‬ ‫َوَﻟﺎ َ‬
‫ﺖ ِﻟْﻠَﻐْﻴﺐِ‬ ‫ﺟَﻌَﻠ ْ‬ ‫ﻦ َ‬ ‫ﻢ َﻳﺎ َﻣ ْ‬ ‫ﻢ‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫ﺳَّﻠ َ‬ ‫ﺤِﺒِﻪ َو َ‬ ‫ﺻ ْ‬ ‫ﻋٰﻠﻰ آِﻟِﻪ َو َ‬ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َو َ‬ ‫ﺳِﻴِﺪَﻧﺎ ُﻣ َ‬ ‫َ‬
‫ﻢ َوَﺑَﺮَﻛﺎتِ‬ ‫ﻫ ْ‬ ‫تـ ُ‬ ‫كـ َ‬ ‫ﻢ اْرُزْﻗَﻨﺎ َﺑَﺮ َ‬ ‫ﺳٌﺔ‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َ‬ ‫ح ُﻣَﻘَّﺪ َ‬ ‫ل َوَأْرَوا ٌ‬ ‫ﺟا ٌ‬ ‫َﻣَﻠﺎِﺋَﻜٌﺔ َوِر َ‬
‫ﺸﺮِ‬ ‫ث ِﻟْﻠَﺒ َ‬ ‫ﻏْﻮ َ‬ ‫ﻢ َ‬ ‫ﻫ ْ‬ ‫ﺖـ ُ‬ ‫ﺟَﻌْﻠ َ‬ ‫ﻦ َ‬ ‫ت َﻣ ْ‬ ‫ﻢ اْرُزْﻗَﻨﺎ َﺑَﺮَﻛﺎ ِ‬ ‫ﻦ‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫ﺤْﻴ َ‬ ‫ﺼاِﻟ ِ‬ ‫ﻚ اﻟ َ‬ ‫َاْوِﻟَﻴﺎِﺋ َ‬
‫ﻚ ِﻣﻦْ‬ ‫ت َاْوِﻟَﻴﺎِﺋ َ‬ ‫ﻢ اْرُزْﻗَﻨﺎ َﺑَﺮَﻛﺎ ِ‬ ‫ﻦ‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫ﺤْﻴ َ‬ ‫ﺼاِﻟ ِ‬ ‫ك اﻟ َّ‬ ‫ﻋَﺒﺎِد َ‬ ‫ﻦ ِ‬ ‫ﻚ ِﻣ ْ‬ ‫َﺑْﻌَﺪ َاْﻧِﺒَﻴﺎِﺋ َ‬
‫ﻫﻢْ‬ ‫تـ ُ‬ ‫ﺸِﺮ َوَاَّﻳْﺪ َ‬ ‫ﺨْﻴَﺮ ِﻟْﻠَﺒ َ‬ ‫ﻢ َواْﻟ َ‬ ‫ﻢ اْﻟِﻌْﻠ َ‬ ‫ﻫ ُ‬ ‫يـ ِ‬ ‫ﻋَﻠﻰ َﻳَﺪ ْ‬ ‫ﺖ َ‬ ‫ﺟَﺮْﻳ َ‬ ‫ﻢ َوَا ْ‬ ‫ﻫ ْ‬ ‫ﺖـ ِ‬ ‫ﺣَﺒَﺒ ِ‬ ‫َا ْ‬
‫ﻞ َﻓِﻘْﻴﺮٌ‬ ‫ﻋْﺒٌﺪ َذِﻟْﻴ ٌ‬ ‫ﻢ َﻓِﺈِّﻧﻰ َ‬ ‫ﻚ اْﻟَﻜِﺮْﻳ ِ‬ ‫ﺟِﻬ َ‬ ‫ﻏْﺜِﻨﻰ َﺑَﻮ ْ‬ ‫ﻢ َا ِ‬ ‫ﻋﺎِء‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫ﺟﺎَﺑِﺔ اﻟُّﺪ َ‬ ‫ِﺑِﺈ َ‬
‫ﻫَﺬا َاْﻟَﺄْﻣﺮَ‬ ‫ﻞ َﻧَﻔﺎُذ َ‬ ‫ﺠِﻠْﻴ ِ‬ ‫ﻢ اْﻟ َ‬ ‫ﺣْﻴ ِ‬ ‫ب اﻟَﺮ ِ‬ ‫ﻦ ﷲ ِ اْﻟَﻘِﺪْﻳِﺮ اﻟَّﺮ ِّ‬ ‫ﺖ ِﻣ َ‬ ‫ﻃﻠﻀْﺒ ُ‬ ‫َ‬
‫ﻫَّﻤِﺘﻰ ِإَﻟْﻴِﻪ َﻓَﺄْدِرْﻛِﻨﻰ ِﺑَﻌْﻮِﻧﻚَ‬ ‫ت ِ‬ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َوَاَﺛَﺮ ْ‬ ‫ل َ‬ ‫ﻃاِﻟُﺒُﻪ َوُﻣَﻌَّﻮ ٌ‬ ‫ي َاَﻧﺎ َ‬ ‫اَّﻟِﺬ ْ‬
‫لـَﻣْﻨِﻊ َواْﻟُﻌُﻴْﻮنِ‬ ‫ﻢ ا ْ‬ ‫ﺳ َ‬ ‫ﻃَﻠﺎ ِ‬ ‫ﻋِّﻨﻰ َ‬ ‫ﻚ َ‬ ‫ك َوَﻓ ِّ‬ ‫ﻚ َوَاْﻧَﻮاِر َ‬ ‫ﺣَﻤِﺘ َ‬ ‫ﺷِﻤْﻠِﻨﻰ ِﺑَﺮ ْ‬ ‫‪َ.‬وَا ْ‬
‫لـَﻣْﻜُﻨْﻮنِ‬ ‫ﺴِّﺮ ا ْ‬ ‫ﻋٰﻠﻰ اﻟ ِّ‬ ‫ﻃِﻠْﻌِﻨﻰ َ‬ ‫ن َوا ْ‬ ‫ﻈُﻨْﻮ َ‬ ‫ﺻَﺪ َواﻟ ُّ‬ ‫لـَﻣَﻘﺎ ِ‬ ‫ﻢ ِﺑِﻠْﻐِﻨﻰ ا ْ‬ ‫َاﻟّٰﻠُﻬ َّ‬
‫ل َﻟُﻪ ُﻛﻦْ‬ ‫ن َﻳُﻘْﻮ َ‬ ‫ﺷْﻴًﺌﺎ َأ ْ‬ ‫ﻲ ْاﻟَﻘُّﻴْﻮِم‪ِ .‬اَّﻧَﻤﺎ َاْﻣُﺮُه ِاَذا َأَراَد َ‬ ‫ﺤ ِّ‬ ‫ﻖ ﷲ ِ اْﻟ َ‬ ‫ﺤ ِّ‬ ‫ِﺑ َ‬
‫ﺿْﻴﻖٍ‬ ‫ﻢ َو َ‬ ‫ﻏ ٍّ‬ ‫ﻢ َو َ‬ ‫ﻫ ٍّ‬ ‫ﻞ َ‬ ‫ﻋِﻨﻰ ُﻛ َّ‬ ‫ج َ‬ ‫ﻖ َوَﻓِّﺮ ْ‬ ‫ﻄِﺮْﻳ ِ‬ ‫ﺷْﺪِﻧﻰ ِاَﻟﻰ اﻟ َّ‬ ‫ﻢ اْر ُ‬ ‫ن‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫َﻓَﻴُﻜْﻮ ُ‬
‫ﺳَّﻠﻢَ‬ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو َ‬ ‫ﺻَّﻠﻰ ﷲ ُ َ‬ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َ‬ ‫ﺳِّﻴِﺪَﻧﺎ ُﻣ َ‬ ‫ﻖ َ‬ ‫ﺤ ِّ‬ ‫ﻖ ِﺑ َ‬ ‫ﻃْﻴ ُ‬ ‫ﺤِّﻤْﻠِﻨﻰ َﻣاَﻟﺎ َأ ِ‬ ‫َوَﻟﺎ ُﺗ َ‬
‫ﻋُﺪٍّو ُﻣَﻌﺎَﻧٍﺪ َوَﻛﻒِّ‬ ‫ﻞ َ‬ ‫ﻫْﺪ ِﻟﻰ ُﻛ َّ‬ ‫ﻦ َو ُ‬ ‫ﺤْﻴ َ‬ ‫ﺼاِﻟ ِ‬ ‫ﺸَﻬَﺪاِء َواﻟ َّ‬ ‫ﻦ َواﻟ ُّ‬ ‫ﺼِّﺪْﻳِﻘْﻴ َ‬ ‫َواﻟ ِّ‬
‫ﺤَّﺒِﺔ َواْﻟَﻘُﺒْﻮلِ‬ ‫لـَﻣ َ‬ ‫ﺿﺎ َوا ْ‬ ‫ﺧْﻠَﻌَﺔ اﻟِّﺮ َ‬ ‫ﺴِﻨﻰ ِ‬ ‫ﺳٍﺪ َواْﻟِﺒ ْ‬ ‫ﺣﺎ ِ‬ ‫غ َو َ‬ ‫ﻞ َﺑﺎ ٍ‬ ‫ﻋِّﻨﻰ ُﻛ َّ‬ ‫َ‬
‫ﻋﻦْ‬ ‫ﻒ ِﻟﻰ َ‬ ‫ﺸ ْ‬ ‫ل َواْﻛ ِ‬ ‫ﺳَﻤْﻊ ِﻣِّﻨﻰ َﻣﺎ َأُﻗْﻮ ُ‬ ‫ل َوا ْ‬ ‫ب َﻣْﻘُﻔْﻮ ٍ‬ ‫ﻞ َﺑﺎ ٍ‬ ‫ﺢ ِﻟﻰ ُﻛ َّ‬ ‫َواْﻓَﺘ ْ‬
‫ﺊ َواْرَﻓﻊْ‬ ‫ﻄ ُ‬ ‫ﺨ ِ‬ ‫ﺳًّﺮا َﻟﺎ َﻳ ْ‬ ‫ﻰ َواْﻧَﻔْﺬ ِﻟﻰ ِ‬ ‫ﺨِّﻔﻴ ٍّ‬ ‫ﻞ ُﻣ َ‬ ‫ﻇِﻬْﺮ ِﻟﻰ ُﻛ َّ‬ ‫ﻰ َوَأ ْ‬ ‫ﻄﻴ ٍّ‬ ‫ﻞ ُﻣْﻐ ِ‬ ‫ُﻛ ِّ‬
‫ﺟَّﻨِﺘﻚَ‬ ‫ﺢ َ‬ ‫ﺨْﻮَر َوَرَواِﺋ َ‬ ‫ﺢ اْﻟُﺒ ُ‬ ‫ﺷِّﻤْﻤِﻨﻰ َرَواِﺋ َ‬ ‫ﺴُﺘْﻮَر َو َ‬ ‫ﺐ َواﻟ ُّ‬ ‫ﺠ َ‬ ‫ﺤ ُ‬ ‫ِﻟﻰ اْﻟ ُ‬
‫ﻋٰﻠﻰ ُﻧْﻮرٍ‬ ‫ﻦ ُﻧْﻮٍر َ‬ ‫ﺤٍﺮ ِﻣ ْ‬ ‫ﺴِﻨﻰ ِﻓﻰ َﺑ ْ‬ ‫ﻏِﻤ ْ‬ ‫ﺧْﻴٍﺮ َﻣْﺬُﻛْﻮٍر َوا ْ‬ ‫ﻞ َ‬ ‫ﻚ َوُﻛ َّ‬ ‫ﻚـِﺗ َ‬ ‫َوَﻣَﻠﺎِﺋ َ‬
‫ﻫَﺬا َوْﻗﺖِ‬ ‫ﺸُﺮْوِر َ‬ ‫ﻞ اﻟ ُّ‬ ‫ﻦ ُﻛ ِّ‬ ‫ﺳُﺘْﻮٍر ِﻣ ْ‬ ‫ج ْاﻷ ُُﻣْﻮِر َد ْ‬ ‫ئــ َ‬ ‫ﻫَﺪ َﻧَﺘﺎ ِ‬ ‫ﺷﺎ ِ‬ ‫ﺣّٰﺘﻰ ُأ َ‬ ‫َ‬
‫ي ِاَﻟﻰ‬ ‫ض َأْﻣِﺮ ْ‬ ‫ﺴُﺘْﻮٍر َوُأَﻓِّﻮ ُ‬ ‫ﻞ َﻣ ْ‬ ‫ﺨْﻴٍﺮ ُﻛ َّ‬ ‫ﻇِﻬْﺮ ِﻟﻰ ِﺑ َ‬ ‫ﻢ َا ْ‬ ‫ﺨْﻴِﺮ َواﻟُّﻨْﻮِر‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫اْﻟ َ‬
‫بﷲ ِ‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬﻢَّ‬ ‫ﺼْﻴٌﺮ ِﺑْﺎﻟِﻌَﺒﺎِد‪َ ,‬وَﻣﺎ َﺗْﻮِﻓْﻴِﻘﻰ ِإَّﻟﺎ ِ‬ ‫ن ﷲ َ َﺑ ِ‬ ‫ﷲ ِ ِإ َّ‬
‫ﻏْﻴُﺜِﻨﻰ‬ ‫ﻢ َا ِ‬ ‫ﺣًﻘﺎ‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫ﻰ َ‬ ‫ﻄُﻠْﻮِﺑﻲ ِﺑَﻌْﻴِﻨ ْ‬ ‫ﺣٰﺘﻰ َأٰرى َﻣ ْ‬ ‫ى َ‬ ‫ﺼْﻮِد ْ‬ ‫َﺑِّﻠْﻐِﻨﻰ َﻣْﻘ ُ‬
‫ﺴﻲْ‬ ‫ن َﻧْﻔ ِ‬ ‫ﻢ ِإ َّ‬ ‫ﻢ‪َ .‬اﻟّٰﻠُﻬ َّ‬ ‫ﺳَّﻠ َ‬ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو َ‬ ‫ﺻَّﻠﻰ ﷲ ُ َ‬ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َ‬ ‫ﺳِّﻴِﺪَﻧﺎ ُﻣ َ‬ ‫ﺤْﺮَﻣِﺔ َ‬ ‫ِﺑ ُ‬
‫ﺠﺄَ‬‫ﺠﺎ َوَﻟﺎ َﻣْﻠ َ‬ ‫ﺚ َﻟﺎ َﻣْﻨ َ‬ ‫ﺣْﻴ ُ‬ ‫ﻚ َ‬ ‫ن ِإَراَدُﺗ َ‬ ‫ﻃْﻮَﻓﺎ ٍ‬ ‫ﺤِﺮ ُ‬ ‫ﺳﺎِﺋَﺮٌة ِﻓﻰ َﺑ ْ‬ ‫ﺳِﻔْﻴَﻨٌﺔ َ‬ ‫َ‬
‫ل َوَﻟﺎ ُﻗَّﻮةَ‬ ‫ﺣْﻮ َ‬ ‫ﻫﺎ‪َ ,‬وَﻟﺎ َ‬ ‫ﺳﺎ َ‬ ‫ﻫﺎ َوُﻣْﺮ َ‬ ‫ﺠٰﺮيـ َ‬ ‫ﻢ ﷲ ِ َﻣ ْ‬ ‫ﺴ ِ‬ ‫ﻚ ِﺑ ْ‬ ‫ﻚ ِإَّﻟﺎ ِإَﻟْﻴ َ‬ ‫ِﻣْﻨ َ‬
‫ﻋٰﻠﻰ‬ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َو َ‬ ‫ﺳِّﻴِﺪَﻧﺎ ُﻣ َ‬ ‫ﻋٰﻠﻰ َ‬ ‫ﺻَّﻠﻰ ﷲ ُ َ‬ ‫ﻢ َو َ‬ ‫ﻈْﻴ ِ‬ ‫ﻲ ْاﻟَﻌ ِ‬ ‫بﷲ ِ اْﻟَﻌِﻠ ِّ‬ ‫ِاَّﻟﺎ ِ‬
‫ﺳَّﻠﻢَ‬ ‫ﺤِﺒِﻪ َو َ‬ ‫ﺻ ْ‬ ‫‪.‬آِﻟِﻪ َو َ‬
Kaifiyah :
Doa ini dibaca 7 (tujuh) kali setelah membaca fatihah 100 (seratus) kali
Khasiatnya :
Memperoleh kedudukan tinggi di sisi Allah. Di sayang semua makhluk, ditakuti lawan,
diselamatkan dari berbagai macam fitnah, bencana dan balak. Di taati oleh
ruhaniyah atas dan bawah. Membuat hati semakin waspada. Tajam mata batinnya.
Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Wallohu A‘lam.
َ‫ﺳَّﻠﻢ‬
َ ‫ﺤِﺒِﻪ َو‬
ْ ‫ﺻ‬
َ ‫ﻋٰﻠﻰ آِﻟِﻪ َو‬
َ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َو‬
َ ‫ﺳِّﻴِﺪَﻧﺎ ُﻣ‬
َ ‫ﻋٰﻠﻰ‬
َ ُ ‫ﺻَّﻠﻰ ﷲ‬
َ ‫َو‬.

REAKSI AHLI KUBUR SAAT DIDATANGI PEZIYARAH ORANG TUA DI ALAM KUBUR
KETIKA DI ZIARAHI ATAU DI DOAKAN ANAKNYA
Dalam penjelasan kitab al-Ruh, karya Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah* , Apa yang
terjadi kepada orang tua ketika Anda berziarah ke makam mereka atau ketika Anda
mendoakan mereka?
Syaikh Muhammad al-Syanqithi, berkata: Semoga Alloh mengampuni keluarga kita
yang telah meninggal dunia dan kaum Muslimin yang telah meninggal dunia. Aku
tidak mampu menahan tangis melihat betapa perlunya ahli kubur kepada kita. Aku
terkesan dan aku ingin semuanya mengetahui hal ini..
Utsman bin Sawad, ulama salaf, bercerita tentang ibunya, seorang wanita yang ahli
ibadah. Ketika ibunya akan meninggal dunia, ia mengangkat pandangannya ke langit
dan berkata: “Wahai tabunganku, wahai simpananku, wahai Tuhan yang selalu
menjadi sandaranku alam hidupku dan setelah kematiaku, jangan Engkau abaikan
diriku ketika mati, jangan biarkan aku kesepian dalam kuburku.” Kemudian ia
meninggal dunia.
Aku selalu berziarah ke makamnya setiap hari Jum’at . Aku berdoa untuknya, dan
memohonkan ampun baginya dan semua ahli kubur di situ. Pada suatu malam aku
bermimpi berjumpa dengan ibuku.
Aku berkata:
“Wahai ibuku, bagaimana keadaanmu?”
Ia menjawab:
“Wahai anakku, sesungguhnya kematian itu adalah kesusahan yang dahsyat. Aku
alhamdulillah ada di alam barzakh yang terpuji. Ranjangnya harum, dan bantalnya
terdiri tenunan kain sutera.”
Aku berkata:
“Apakah Ibu ada keperluan kepadaku?”
Ia menjawab:
“Iya... Jangan kamu tinggalkan ziarah yang kamu lakukan kepada kami. Sungguh aku
sangat senang dengan kedatanganmu pada hari Jum’at ketika berangkat dari
keluargamu". Orang-orang akan berkata kepadaku:
“Ini anakmu sudah datang.”
Lalu aku merasa senang, dan orang-orang mati yang ada di sekitarku juga senang.”
Basysyar bin Ghalib, ulama salaf pula, berkata: “ Aku bermimpi Robiah al-Adawiyah
dalam tidurku. Aku memang selalu mendoakannya. Dalam mimpi itu ia berkata
kepadaku: *“Wahai Basysyar, hadiah-hadiahmu selalu sampai kepada kami di atas
piring dari cahaya, ditutupi dengan sapu tangan sutera.”
Aku berkata:
“Bagaimana hal itu bisa terjadi?”
Ia menjawab:
“Begitulah doa orang-orang yang masih hidup. Apabila mereka mendoakan orang-
orang yang sudah mati dan doa itu dikabulkan, maka doa itu diletakkan di atas
piring dari cahaya dan ditutupi dengan sapu tangan sutera. Lalu hadiah itu
diberikan kepada orang mati yang didoakan itu"
Lalu dikatakan kepadanya:
“Terimalah, ini hadiah si anu kepadamu.”
Seberapa sering kita berziarah ke makam orang tua, keluarga dan guru kita yang
telah meninggal dunia?*
Seberapa banyak kita mendoakan mereka dalam waktu-waktu kita beribadah? Baik
mereka masih ada maupun telah tiada,,, berbakti lah.
Ziarah kita dan doa kita sangat penting bagi mereka..
‫ﷲم اﻧﺲ ﻓﻲ ﻗﺒﺮه وﺣﺪﺗﻲ ورﺣﻢ ﻓﻴﻪ ﻏﺮﺑﺘﻲ‬

AMALAN UNTUK MENEMUI AHLI QUBUR, PARA WALI PARA ARWAH MUQODDASAH DAN UNTUK
BERBICARA DG. MEREKA

ِ‫ﻦ َاْﻛَﺮَﻣُﻪ ﷲ ِﺑاْﻟِﻌْﻠﻢ‬ ْ ‫ﻢ َﻳﺎ َﻣ‬


ْ ‫ﻋَﻠْﻴُﻜ‬
َ ‫ﺴﻻ َُم‬ َّ ‫ﻲ ﷲ ِ ! َاﻟ‬ َّ ‫ﻢ َﻳﺎَوِﻟ‬
ْ ‫ﻋَﻠْﻴُﻜ‬
َ ‫ﺴﻻ َُم‬
َّ ‫َاﻟ‬
‫ل َوﻻ َ ُﻗَّﻮَة ِاﻻ‬ َ ‫ﺣْﻮ‬ َ َ ‫ َوﻻ‬,‫ﺿَﻮاِﻧْﻪ‬ ْ ‫ﺣَﻤِﺔ ﷲ ِ َوِر‬ ْ ‫ﺖ ِﺑَﺮ‬ ُ ‫ﺳَّﻠْﻤ‬
َ ,‫َواﻟِْﻮﻻ ََﻳْﺔ‬
ٌ‫ﺤْﻴﻂ‬ِ ‫ﺊ ُﻣ‬ ٍ ‫ﺷْﻴ‬
َ ‫ﻞ‬
ِّ ‫ َوﷲ ُ ِﺑُﻜ‬,‫ﻢ‬ ِ ‫ﻈْﻴ‬ِ ‫ﻲ اْﻟَﻌ‬
ِّ ‫بﷲ ِ اْﻟَﻌِﻠ‬ ِ َّ .
ٍ‫ﺣَﻤﺔ‬
ْ ‫ﺐ َر‬
َ ‫ﻲ ﺳَﺄِﺑْﻴ‬ْ ‫ﻰ َﻗْﻠِﺒ‬
َ ‫ﻋﻠ‬ َ ‫ﺐ‬
َّ ‫ﺻ‬
ُ ‫َو‬
4× ‫ﺖ‬ْ ‫ﺣَﻜَﻤ‬
ْ ‫ﻢ َﻓَﺄ‬
ِ ‫ﺤِﻜْﻴ‬
َ ‫ﺤْﻜَﻤِﺔ َﻣْﻮﻻ ََﻧﺎ اْﻟ‬
ِ ‫ِﺑ‬
ْ‫ﻫَﻮى ﻓَﺄَّرَﻗِﻨﻲ‬
ْ ‫ﻦ َأ‬ْ ‫ﻒ َﻣ‬ ُ ‫ﻃْﻴ‬
َ ‫ﺳَﺮى‬ َ ‫ﻢ‬ ْ ‫َﻧَﻌ‬
3× ‫ﻢ‬ ِ ‫ت ِﺑْﺎﻷ ََﻟ‬ ِ ‫ض اَّﻟَّﺬا‬
ُ ‫ﺐ َﻳْﻌَﺘِﺮ‬ُّ ‫ﺤ‬ُ ‫َواْﻟ‬
ْ ‫ﺳْﻴَﻠِﺘ‬
‫ﻲ‬ ِ ‫ﺖ َو‬
َ ‫ ( َوَأْﻧ‬3× ‫ﻲ‬
ْ ‫ْ ) َأْدِرْﻛِﻨ‬ ‫لﷲ‬
َ ‫ﺳْﻮ‬
ُ ‫ﻚ َﻳﺎ َر‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴ‬
َ ‫ﺴﻻ َُم‬
َّ ‫ﺼﻻ َُة َواﻟ‬
َّ ‫َاﻟ‬
3ْ ‫لﷲ‬ َ ‫ﺳْﻮ‬ُ ‫))َﻳﺎ َر‬
‫ﻲ َﻳﺎ‬
ْ ‫ﻲ ) َاْدِرْﻛِﻨ‬ ْ ‫ﺣْﻴَﻠِﺘ‬
َ ‫ﺖ‬
ْ ‫ْ ! َﻗَّﻠ‬ ‫ل ﷲ‬
َ ‫ﺳْﻮ‬
ُ ‫ﻚ َﻳﺎ َر‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴ‬
َ ‫ﺴﻻ َُم‬
َّ ‫ﺼﻻ َُة َواﻟ‬
َّ ‫َاﻟ‬
3× ْ ‫ل ﷲ‬ َ ‫ﺳْﻮ‬ُ ‫)َر‬
ْ‫ﻫْﻮن َﻓﺎَدا َاﻟﻠﻪ‬ ُ ‫س ﻣَﻤْﻮ‬
ْ ‫ ( ْﺗُﺮو‬41 × . ‫( ) اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ‬1 × ‫ﺶ اﻟﺦ‬
ٍ ‫ﻒ ُﻗَﺮْﻳ‬
ِ ‫)ﻹ ِْﻳَﻠ‬
َ‫ﺼﻮْدﻳﺎ‬
ُ ‫َاَﻓﺎ َﻣْﻘ‬
َ‫ﻋﻠﻰ‬ َ ‫ َو‬,‫ح‬
ِ ‫ﻰ ْاﻻ َْروَا‬ ْ ‫ﺤَّﻤٍﺪ ِﻓ‬َ ‫ﺳِّﻴِﺪﻧَﺎ َوَﻣْﻮﻻ َﻧَﺎ ُﻣ‬ َ ‫ح‬ ِ ‫ﻋﻠﻰَ ُرْو‬
َ ‫ﻞ‬ ِّ ‫ﺻ‬
َ ‫ﻢ‬ َّ ‫َاﻟَّﻠُﻬ‬
ْ‫ﺳِّﻠﻢ‬
َ ‫ﺤﺒِِﻪ َو‬
ْ ‫ﺻ‬
َ ‫ﻋﻠﻰَ َاِﻟِﻪ َو‬
َ ‫ َو‬,‫ﻰ ْاﻟُﻘُﺒْﻮِر‬
ْ ‫ﻰ ُﻗُﺒْﻮِرِه ِﻓ‬
َ ‫ﻋﻠ‬
َ ‫ َو‬,‫ﺴﺎْد‬
َ ‫ﺟ‬ْ َ ‫ﻰ ْاﻻ‬
ْ ‫ﺴِﺪِه ِﻓ‬
َ ‫ﺟ‬ َ .

‫ﺳْﻮَﻛﺎِﺋﻰ‬
ُ ‫ي‬
ْ ‫ع ِد‬
ْ ‫ن َﻳﺎ‬
ْ ‫ﺴَﻮاْﺋﻰ ْدﻋَﺎ‬
ُ ‫ﺳ‬
ْ ‫س ْﺑْﺮِذِﻛْﺮ‬
ْ ‫ح ……… ْﺗُﺮو‬
ِ ‫ﻲ ِﺑُﺮْو‬
ْ ‫ﺤْﻘِﻨ‬
ِ ‫ﻢ َأْﻟ‬
َّ ‫َاﻟَّﻠُﻬ‬

Keterangan
Asma` ini kalau di baca baik di maqam para wali atau di tempat-tempat lain,
kemudian berdzikir atau baca Alqur`an atau sholawat maka Allah akan memberi
kemampuan bertemu / melihat para wali para arwah yang di maksud juga bisa
bercakap-cakap kepada mereka Biidznillah wa bi syafaati Rosulillah. SAW Insya
Allah qobul dan Mujarrab. Amin

Tawasul Al-Habib Abdurahman Asegaf


Assalamualaikum
Berikut adalah TAwasul dari Al Habib Abdurahman Assegaf Bukit Duri Jakarta.
Tawasul ini sangat bagus dibaca oleh kita dalam meminta wasilah melalui para
Wali, Anbia dan Malaikat...
Semoga Allah terus melimpahkan Keberkahan kepada Beliau dan kita yang
mengamalkan tawasul ini.. Amien

‫ﺗﻮﺳﻞ اﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ أﺣﻤﺪ اﻟﺴﻘﺎف‬


‫ آﻣﻴﻦ‬- ‫ﻧﻔﻌﻨﺎ ﷲ ﺑﻪ وﺑﻌﻠﻮﻣﻪ ﻓﻰ اﻟﺪارﻳﻦ‬

ِ‫ِإَﻟِﻬﻰ ِﺑﺠَﺎِه اﻷ َْﻧِﺒﻴَﺎِء َواﻟَﻤﻻ َِﺋَﻜﺔ‬


ِ‫ﺟْﺪ َﻟﻨَﺎ ِﺑاﻹ ِﺟَﺎَﺑﺔ‬
ُ ‫َوِﺑاﻷ َْوِﻟﻴَﺎِء‬
Wahai Tuhanku, dengan keagungan para nabi dan malaikat
Juga dengan keagungan para wali, sayangi kami dengan senantiasa memenuhi
permohonan kami

ِ‫ﻚ اﻟَﻜِﺮْﻳﻢ‬َ ‫ﺳْﻠﻨَﺎ ِﺑُﻘْﺮَآِﻧ‬


َّ ‫ِإَﻟِﻬﻰ َﺗَﻮ‬
‫ﺳْﻤِﻌﻰ َوُﻣْﻘَﻠِﺘﻰ‬ َ ‫ﺼْﻴَﺮِﺗﻰ َو‬ ِ ‫ُﺗَﻨِّﻮْر َﺑ‬
Wahai Tuhan kami, kami bertawasul dengan Qur’an yang mulia
Agar ia bisa menerangi jiwaku, juga menerangi pendengaranku dan lisanku

َ‫ﻋْﻠﻢ‬ِ ‫ﺷِﺪى َوَﺗْﺮُزْﻗِﻨﻰ‬ْ ‫َوُﺗْﻠِﻬُﻤِﻨﻰ ُر‬


ِ‫ﻦ اﻟِﻌﺒَﺎَدة‬
ِ ‫ﺴ‬
ْ ‫ﺤ‬
ُ ‫ﻦ ُﺗَﻮِّﻓْﻘِﻨﻰ ِﻟ‬
ِ ‫اﻟَﻴِﻘْﻴ‬
Agar ia bisa memberikan ilham kepadaku akan kecerdasan dan memberiku ilmu yaqin
Dan juga bisa memberiku taufiq (kemampuan taat) untuk dapat beribadah dengan
baik

ٍ‫ﺠْﻮُد ِﺑَﺘْﻮَﺑﺔ‬
ُ ‫ﺴَﻨﻰ َﺗ‬ْ ‫ﺤ‬
ُ ‫ﻚ اﻟ‬ َ ‫ﺳﻤَﺎِﺋ‬ْ ‫ِﺑَﺄ‬
‫ﻰ ُذُﻧْﻮِﺑﻰ َوَزَّﻟِﺘﻰ‬
ِ ‫ح َﺗْﻐِﻔُﺮ ﻟ‬ٍ ‫ﺼْﻮ‬ُ ‫َﻧ‬
Dengan nama-namaMu yang sangat baik, Engkau pasti menerima akan taubat
Yang baik, ampunilah aku segala dosa-dosaku dan semua kehilafanku

ٍ‫ﺤﺔ‬ َ ‫ل َوَﻟْﻤ‬
ٍ ‫ﻞ ﺣَﺎ‬ ِّ ‫ﻰ ُﻛ‬ِ ‫ﻈْﺮِﻧﻰ ﻓ‬ ُ ‫َوَﺗْﻨ‬
ِ‫ل َﻳْﻮِم اﻟِﻘﻴَﺎَﻣﺔ‬
ِ ‫ﻫْﻮ‬ َ ‫ﻦ‬ْ ‫ﺠﻰ ِﺑﻬَﺎ ِﻣ‬ ِّ ‫ُﺗَﻨ‬
Engkau mengawasi ku di setiap keadaan dan setiap detik waktu
Dengan nama-namaMu Engkau selamatkan aku dari kerusuhan hari qiyamah

‫ﺻْﺪِرى‬َ ‫ﻰ‬ ِ ‫حﻟ‬ُ ‫ﺸَﺮ‬ ْ ‫ل َﺗ‬


ِ ‫ﺳْﻮ‬
ُ ‫ﻄَﻔﻰ اﻟَّﺮ‬ َ ‫ﺼ‬ْ ‫َوِﺑاﻟُﻤ‬
‫ﻒ ُﻛْﺮَﺑِﺘﻰ‬
ُ ‫ﺸ‬ِ ‫ﻰ َأْﻣِﺮى َوَﺗْﻜ‬ ِ ‫ﺴُﺮ ﻟ‬
ِّ ‫ُﺗَﻴ‬
Dengan Nabi terpilih yang menjadi Rasul, lapangkanlah buatku akan jiwaku
Mudahkanlah buatku semua urusanku, serta lepaskanlah semua keresahanku

‫َِﺋَﻜِﺔ اﻟِﻜﺮَاِم‬ ‫َْﻧِﺒﻴَﺎِء َواﻟَﻤﻻ‬ ‫َوِﺑاﻷ‬


‫ك ﻏَﺎَﻳِﺘﻰ‬
‫ﻖ ِﺑاﻟَّﺘْﻘَﻮى َوِإْدرَا ِ‬
‫ﺤِّﻘ ْ‬
‫ُﺗ َ‬
‫‪Dengan keberkahan serta kemuliaan para nabi dan malaikat yang mulia‬‬
‫‪Nyatakan kami mendapatkan ketaqwaan dan dapat mencapai harapanku‬‬

‫ﺤُﻘِﻨﻰ ِﺑِﻬﻢْ‬
‫ﻢ َوِﺑاﻹ َْوِﻟﻴَﺎِء ُﺗْﻠ ِ‬ ‫ِﺑِﻬ ْ‬
‫ﺸْﻴَﺮِﺗﻰ‬
‫ﻋ ِ‬
‫ﺷْﻴَﻌِﺘﻰ َو َ‬ ‫َوُذِّرﻳَِﺘﻰ َو ِ‬
‫‪Berkat mereka dan para wali izinkan aku agar bisa bersama mereka selalu‬‬
‫‪Juga bias berkumpul bersama keturunanku, kumpulanku dan kawan-kawanku‬‬

‫ﺤِّﻘِﻬﻢْ‬‫ﺷٍّﺮ ِﺑ َ‬
‫ﻞ َ‬‫ﻋِّﻨﻰ ُﻛ َّ‬‫ف َ‬
‫ﺼِﺮ ُ‬‫َوَﺗ ْ‬
‫ﺟَّﻨﺔِ‬
‫ﺲ َو ِ‬‫ﻦ ِإْﻧ ٍ‬ ‫ﺷٍّﺮ ِﻣ ْ‬
‫ﺷًّﺮا ِﻟِﺬى َ‬
‫َو َ‬
‫‪Jauhkan dariku segala keburukan, berkat kemuliaan mereka‬‬
‫‪Segala keburukan yang berbuat jahat, baik dari manusia ataupun jin‬‬

‫ﺨﻮَاِﺗﻢِ‬‫ﻦ اﻟ َ‬
‫ﺴ ِ‬
‫ﺤ ْ‬
‫ﺸْﺮِﻧﻰ ِﺑ ُ‬
‫ﻚ َﺑ ِّ‬
‫ﺿِﻠ َ‬‫ِﺑﻒ ْ‬
‫ﺧْﻠِﻨﻰ ِﺑﺪَاِر اﻹ ِﻗَﺎَﻣﺔِ‬
‫ﺣَﻤِﺔ اْد ِ‬‫َوِﺑاﻟَّﺮ ْ‬
‫‪Dengan keutamaanMu kruniakan kebahagiaan kepadaku dengan baik akhir hayatku‬‬
‫)‪Dengan kasih saying masukkan aku ke dalam tempat tinggal yang abadi (sorga‬‬

‫ﺴِﻠْﻴﻢٌ‬
‫ﺻﻻ ٌَة َوَﺗ ْ‬ ‫ﻰ َ‬ ‫ﻦ اﻟَﻤْﻮﻟ َ‬
‫ﻢ ِﻣ َ‬‫ﻋَﻠْﻴِﻬ ْ‬
‫َ‬
‫ﺐ ِإَﻟِﻬﻰ ُﻣﻨَﺎﺟَﺎِﺗﻰ‬‫ﺠ ْ‬
‫ﺳَﺘ ِ‬‫ن ْ‬ ‫نا ِ‬‫ﺿﻮَا ُ‬‫َوِر ْ‬
‫‪Untuk mereka dari Allah SWT semoga kasih sayang dan keselamatan dilimpahkan‬‬
‫‪Juga keridloan dari Allah, kabulkanlah wahai Tuhanku atas semua permohonan‬‬
‫‪munajatku.. amien‬‬

‫) ﻧﻮادر اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺮوﺣﺎﻧﻴﻪ ) ﻣﻨﻘﻮل‬

‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬


‫واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ ﺧﻴﺮ اﻟﺨﻠﻖ اﺟﻤﻌﻴﻦ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ اﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ‬
‫اﺟﻤﻌﻴﻦ‬
‫اﻋﻠﻢ ان ﻫﺬا اﻟﻌﻤﻞ ﻫﻮ ﻣﻦ ﻧﻮادر اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺮوﺣﺎﻧﻴﻪ اﻟﺘﻲ ﻟﻦ ﺗﺠﺪﻫﺎ ﻋﻨﺪ اي اﺣﺪ او‬
‫ﻓﻲ اي ﻛﺘﺎب وﻫﻮ ﻋﻤﻞ ﻛﺸﻒ اﻟﻘﺒﻮر وﻫﻮ ﻋﺒﺎره ﻋﻦ ﻣﻼﻗﺎة وﻣﺸﺎﻫﺪة ﺻﺎﺣﺐ‬
‫اﻟﻘﺒﺮ اﻟﺬي اﻧﺖ ﺑﺼﺪده واﻋﺘﻘﺎدﻧﺎ اﻧﻪ اﻟﻘﺮﻳﻦ اﻟﺬي ﻋﺎش ﻣﻊ ذﻟﻚ اﻟﺸﺨﺺ وﻟﻴﺲ‬
‫روﺣﻪ ﺣﻴﺚ ان اﻻرواح ﻓﻲ اﻟﺒﺮزخ ﺗﺤﺎﺳﺐ اﻣﺎ ﺗﻨﻌﻢ واﻣﺎ ﺗﻌﺬب واﻟﻌﻴﺎذ بﷲ‬

‫ﻓﺎﺋﺪة ﻫﺬا اﻟﻌﻤﻞ ﻫﻲ اﻟﺴﺆال ﻋﻦ اﻣﺮ ﻗﺪ اﺧﻔﺎه اﻟﻤﺘﻮﻓﻲ وﻟﻜﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﺎﺋﺪه ﻟﺬوﻳﻪ او‬
‫ﻣﻦ ﻳﻄﻠﺐ ذﻟﻚ اﻟﺴﺮ اﻟﻤﺨﻔﻲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ ﻓﻴﺤﻀﺮ ﻗﺮﻳﻨﻪ وﺗﺘﻢ اﻟﻤﺨﺎﻃﺒﻪ‬
‫واﻟﺴﺆال واﻟﺠﻮاب ﻛﻤﺎ ﺣﺪث ﻣﻌﻲ واﺳﺘﺤﻀﺮت ﻗﺮﻳﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻔﺘﺎح اﻟﺴﻴﺪ اﻟﻄﻮﺧﻲ‬
‫ﺑﻬﺬه اﻟﻄﺮﻳﻘﻪ وﺑﻄﺮق ﻣﺸﺎﺑﻬﻪ ﻟﻬﺎ اﻳﻀﺎ وﺳﺄﺿﻊ ﻟﻜﻢ ﻫﻨﺎ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﺟﻤﻴﻠﻪ ﻟﻠﻘﻴﺎم ﺑﻬﺬا‬
‫اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺸﺮط ان ﻻ ﻳﺴﺘﺨﺪم ﻓﻲ ﻓﻀﺢ اﺳﺮار اﻟﻨﺎس‬

‫اذا ﻧﻮﻳﺖ اﻟﻌﻤﻞ ﻓﺎﻏﺘﺴﻞ ﺑﻌﺪ ﺻﻼة اﻟﻤﻐﺮب او اﻟﻌﺸﺎء وﺗﻄﻴﺐ واذﻫﺐ اﻟﻰ اﻟﻘﺒﺮ‬
‫اﻟﻤﺮاد واﺑﺪأ ﺑﺎﻟﺴﻼم ) اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻳﺎ اﻫﻞ اﻟﻘﺒﻮر ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ اﻧﺘﻢ‬
‫اﻟﺴﺎﺑﻘﻮن واﻧﺎ ان ﺷﺎء ﷲ ﺑﻜﻢ ﻻﺣﻘﻮن ( ﺛﻢ اﻗﺮأ اﻟﻔﺎﺗﺤﻪ وﻫﺐ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ‬
‫اﻟﻘﺒﺮ وواﺟﻪ اﻟﻘﺒﺮ اي ﺗﻮاﺟﻪ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ وﺟﻬﺎ ﻟﻮﺟﻪ وﺗﺠﻠﺲ ﺑﻜﻞ ﺳﻜﻴﻨﻪ وﺗﻘﻮل‬
‫) ﷲم ﺻﻞ ﻋﻠﻰ روح وﺟﺴﺪ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺳﻴﺪ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ وﻋﻠﻰ ارواح واﺟﺴﺎد اﻻ‬
‫ﻧﺒﻴﺎء واﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ واﻟﺼﺪﻳﻘﻴﻦ واﻟﺸﻬﺪاء واﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ واﻻوﻟﻴﺎء اﻟﻜﺎﻣﻠﻴﻦ واﻟﻌﻠﻤﺎء‬
‫اﻟﺮاﺷﺪﻳﻦ وﺟﻤﻴﻊ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ ﻳﺎ ارﺣﻢ اﻟﺮاﺣﻤﻴﻦ ﻳﺎرب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ( ‪ 245‬ﻣﺮه‬
‫وﻫﺐ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ وﻗﻢ واذﻫﺐ وﻋﺪ اﻟﻴﻮم اﻟﺘﺎﻟﻲ واﻗﺮأ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ اﻟﺴﻼ‬
‫م اﻟﺬي ﻓﻲ اﻟﺼﻴﻐﻪ اﻻوﻟﻰ ‪ 11‬ﻣﺮه ﺛﻢ اﻏﻠﻖ ﻋﻴﻨﻴﻚ وﻗﻞ ) ﻳﺎ روح ﻳﺎ روح ( ‪21‬‬
‫ﻣﺮه ‪ ) ..‬ﻳﺎ روح اﻻرواح ( ‪ 21‬ﻣﺮه ‪) ..‬ﺳﻼم ﻗﻮﻻ ﻣﻦ رب رﺣﻴﻢ( ‪ 850‬ﻣﺮه ﺛﻢ ﺻﻴﻐﺔ‬
‫اﻟﺼﻼة اﻟﺴﺎﺑﻘﻪ اﻟﺘﻲ اوﻟﻬﺎ ﷲم ﺻﻞ ‪ 11 ...‬ﻣﺮه وﻫﺐ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ ﺛﻢ ﻗﻢ‬
‫وﻋﺪ ﻓﻲ اﻟﻴﻮم اﻟﺜﺎﻟﺚ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ واﻗﺮأ اﻟﻔﺎﺗﺤﻪ وﻫﺒﻪ ﺛﻮاﺑﻬﺎ ﺛﻢ ﻗﻞ‬
‫واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ) ﻳﺎ روح ﻳﺎ روح ( ‪ 21‬ﻣﺮه ‪ ) ..‬ﻳﺎ روح اﻻرواح ( ‪ 21‬ﻣﺮه ﺛﻢ‬
‫)ﺳﻼم ﻗﻮﻻ ﻣﻦ رب رﺣﻴﻢ ( ‪ 130‬ﻣﺮه ﺛﻢ ﺗﻘﻮل ) ﺳﺒﻮح ﻗﺪوس رﺑﻨﺎ رب اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ و‬
‫اﻟﺮوح ( وﻛﺮرﻫﺎ واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ﺣﺘﻰ ﻳﺤﻀﺮ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﺒﺮ وﻳﺒﺪأ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ‬
‫ﻣﻌﻚ واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ورﺑﻤﺎ ﺗﺮاه واﻧﺖ ﻣﻐﻤﺾ ﻋﻴﻨﻴﻚ ﻫﺬا ﻋﻠﻰ ﺣﺴﺐ ﻗﻮة‬
‫اﻟﻜﺸﻒ ﻋﻨﺪك وﺑﻌﺪ ﻗﻀﺎء اﻟﺤﺎﺟﻪ واﻟﺴﺆال اﺻﺮﻓﻪ ﺑﺎﻟﺰﻟﺰﻟﻪ ﺛﻢ اﻗﺮأ اﻳﺔ اﻟﻜﺮﺳﻲ‬
‫‪.‬واﻣﺴﺢ ﺑﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ وﻗﻢ‬

‫ﻳﻤﻜﻦ ﻟﻼﺧﻮه اﻟﻤﺸﺎﻳﺦ اﺻﺤﺎب اﻟﻜﺸﻮﻓﺎت اﻟﻘﻴﺎم ﺑﻬﺬا اﻟﻌﻤﻞ ﻣﻦ ﻣﻜﺎن ﺗﻮاﺟﺪﻫﻢ‬
‫ان ﻛﺎن اﻟﻘﺒﺮ ﺑﻌﻴﺪ ﻋﻨﻬﻢ وذﻟﻚ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻏﻼق اﻟﻌﻴﻨﻴﻦ وان ﺗﺘﺨﻴﻞ ﻧﻔﺴﻚ ﺟﺎﻟﺲ‬
‫اﻣﺎم اﻟﻘﺒﺮ‬

Anda mungkin juga menyukai