Oleh:
A. Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi
setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan merupakan unsur terpenting
dalam menentukan derajat kesehatan seseorang, makanan juga dapat menjadi sumber
penularan penyakit (Priyanto, 2008).
Penyakit dapat menular melalui makanan dan minuman yang dikenal dengan
food borne disease (keracunan makanan) yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Interaksi mikroban terhadap manusia dapat memberikan kerugian, contohnya
Clostridium perfringens dan Bacillus cereus dan yang memberikan keuntungan
adalah Lactobacillus bulgaricus serta Rhyzopus oryzae. Escherichia coli dan bakteri
kelompok Coliform merupakan indikator adanya kotoran atau senyawa yang tidak
baik terdapat pada air, makanan, dan susu (Pelczar, 2008). Salmonella sp merupakan
genus bakteri penyebab utama penyakit bawaan makanan, bakteri ini biasanya dapat
dijumpai pada bahan makanan yang mengandung protein cukup tinggi sebagai media
yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, salah satu bahan pangan yang
mengandung cukup tinggi protein dan sering kita jumpai pada penyelenggaraan
makanan yaitu telur (Darmayanti, 2017). Penyelenggaraan makanan terutama
makanan khusus di rumah sakit harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan
standar kesehatan, serta indikasi pasien. Penyelenggaraan makanan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang proses
perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang atau infeksi nosokornial
(Infeksi yang didapatkan di rumah sakit) yang diantaranya dapat melalui makanan.
Selain timbulnya infeksi nosokornial, penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang
tidak memenuhi standar kesehatan juga dapat menyebabkan keracunan makanan
(Puspita, 2010).
Instalasi Gizi merupakan bagian penunjang yang menyelenggarakan makanan
di rumah sakit yang dilaksanakan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik
dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pasien. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma dan sanitasi dari makanan
tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan yaitu dengan menetapkan Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga
keamanannya untuk dikonsumsi.
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan
mutu yang mendasarkan kepada kesadaran bahwa bahaya (hazard) dapat timbul pada
berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendalian untuk
mengontrol bahaya-bahaya tersebut (Winarno,2004). Penerapan HACCP tersebut
meliputi semua kegiatan yang dimulai dari penangan bahan mentah, pemilihan bahan
mentah, persiapan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian makanan matang. Pada
penelitian (Estowara, 2012) untuk mencapai kualitas telur asin yang baik dan sesuai
kriteria diperlukan pengawasan dan pengendalian mutu menggunakan konsep
HACCP untuk meminimalisir timbulnya bahaya pada produk sehingga keamanan
produk terjada sampai ke tangan konsumen.
Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Temanggung merupakan salah satu
rumah sakit yang menerapkan sistem HACCP pada penyelenggaraan makannya.
Salah satu hidangan yang disediakan oleh bagian Instalasi Gizi RSUD Kab.
Temanggung salah satunya adalah Telur Ceplok Balado. Menu ini perlu dilakukan
tindakan HACCP mengingat bahan bakunya berupa telur yang rentan terhadap bahaya
biologi, fisik dan kimia. Selain bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga
dapat timbul pada saat penerimaan maupun persiapan bahan baku. Bahaya tersebut
timbul bila kualitas bahan tidak sesuai standar, ada kontaminasi dengan bahan
makanan yang lain dan kebersihan alat pada saat digunakan. Oleh karena itu untuk
menerapkan HACCP kami mencoba melakukan pangamatan tentang Pengawasan
Mutu Makanan (HACCP) pada Telur Ceplok Balado di Instalasi Gizi RSUD Kab.
Temanggung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Pengawasan Mutu Makanan (HACCP) pada Telur Ceplok Balado di
Instalasi Gizi RSUD Kab. Temanggung.
C. Tujuan
Mahasiswa melakukan pengawasan dan menganalisa keamanan pangan pada
menu Telur Ceplok Balado dengan metode HACCP.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengawasan mutu terhadap
produk makanan yang diselenggarakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Temanggung.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Memberikan bahan masukan bagi institusi mengenai bagaimana pengawasan mutu
terhadap produk makanan yang diselenggarakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit
Umum Kabupaten Temanggung.
3. Manfaat bagi Institusi Program Studi Sarjana Terapan Gizi Poltekkes Semarang
Hasil pengawasan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dengan
memberikan informasi tentang pengawasan mutu terhadap produk makanan yang
diselenggarakan oleh suatu institusi.
BAB II
METODE PENELITIAN
KETERANGAN
H : Tinggi L : Rendah TN : Bahaya tidak nyata
M : Sedang N : Bahaya nyata/signifikan
c. Analisa Resiko
Tabel 4. Matriks Analisa Signifikansi Bahaya
Resiko tinggi (1.000) Resiko tinggi (1.000) Resiko tinggi (1.000)
Keakutan rendah (10) Keakutan sedang (100) Keakutan tinggi (1.000)
RxK = (10.000) RxK = (100.000) RxK = 1.000.000
Resiko Sedang (100) Resiko Sedang (100) Resiko Sedang (100)
Keakutan rendah (10) Keakutan sedang (100) Keakutan tinggi (1.000)
RxK = 1.000 RxK = 10.000 RxK = 100.000
Resiko Rendah (10) Resiko Rendah (10) Resiko Rendah (10)
Keakutan rendah (10) Keakutan sedang (100) Keakutan tinggi (1.000)
RxK = 100 RxK = 1.000 RxK = 10.000
8. Penetapan Verifikasi
Tabel. 10 Penetapan Verifikasi pada Setiap CCP
CCP Jenis Bahaya Prosedur verifikasi
Pengemasan Pengolah Mengecek kembali apakah pengolah
(bumbu halus) makanan menggunakan APD yang lengkap dengan
benar
Penumisan Alat Mengecek kembali apakah alat yang
(bumbu halus) digunakan sudah bersih
Kematangan Mengecek kembali apakah rasa bumbu sudah
pas
Pengolah Mengecek kembali apakah pengolah
makanan menggunakan APD yang lengkap dengan
benar
Penggorengan Alat Mengecek kembali apakah cetakan
(telur) penggoreng telur, sendok dan sendok sayur
bersih atau tidak
Kematangan Mengecek kembali apakah telur goreng sudah
produk matang atau belum
Pengolah Mengecek kembali apakah pengolah
makanan menggunakan APD yang lengkap dengan
benar
Pengungkepan Alat Mengecek kembali apakah wajan yang
digunakan bersih atau tidak
Kematangan Mengecek kembali apakah rasa sudah pas dan
produk bumbu sudah meresap pada telur ceplok
Pengolah Mengecek kembali apakah pengolah
makanan menggunakan APD yang lengkap dengan
benar
Pemorsian Alat makan Memastikan kembali apakah alat makan dan
(bento/piring/p sendok yang digunakan bersih atau tidak
lato)
Pengolah Mengecek kembali apakah pengolah
makanan menggunakan APD yang lengkap dengan
benar dan menggunakan alat bantu selama
memorsi makanan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan HACCP diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Produk telur ceplok balado terdapat potensi bahaya meliputi fisik, biologi, dan
kimia.
2. Tahapan pengendalian untuk menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya
pada telur ceplok balado yaitu meliputi pemblenderan bumbu halus, pengemasan
bumbu halus, penumisan, pemasakan telur, pencampuran dan pengungkepan,
pemorsian.
3. Batas kritis yang harus dicapai dalam pengolahan bahan makanan adalah alat yang
digunakan bersih, kering dan tidak berkarat, serta lingkungan yang bersih
4. Monitoring yang dilakukan setelah menentukan batas kritis adalah pengamatan
secara langsung tentang kotoran yang masih menempel pada bahan makanan,
bahan yang cacat/busuk, dab pengamatan secara langsung pada suhu, alat yang
digunakan dan waktu dengan frekuensi monitoring 1-2 kali maupun kontinyu
yang dilakukan oleh quality control.
5. Proses verifikasi dilakukan untuk mengecek kembali kegiatan HACCP telur
ceplok balado berjalan lancar.
6. Pencatatan dilakukan dari penerimaan bahan makanan, standar resep dan standar
porsi. Pencatatan ini dilakukan oleh pihak Instalasi Gizi RSUD Kabupaten
Temanggung.
B. Saran
Untuk tetap menjaga kualitas telur ceplok balado di Instalasi Gizi RSUD
Kabupaten Temanggung dan mencegah timbulnya bahaya yang dapat membehayakan
konsumen, saran yang dapat diberikan meliputi :
1. Pengendalian proses produksi dengan pemastian alat, bahan, pekerja dan tempat
pengolahan dalam kondisi bersih sebelum dilakukan produksi.
2. Konsep HACCP yang telah dibuat hendaklah diterapkan pada setiap proses
produksi pembuatan telur ceplok balado di Instalasi Gizi RSUD Kabupaten
Temanggung.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, N., Puspita, W. L. And Rafiony, A. (2020) ‘Pengaruh Media Kalender Terhadap
Pengetahuan Dan Perilaku Personal Hygiene Pada Penjamah Makanan’, 3, Pp. 17–23.
Purwaningsih, S., & Widiyaningsih, E. N. (2019). Gambaran Lama Kerja Pengetahuan Dan
Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi
Penelitian, 16(2), 1-9.
Ermita, K. (2011). Pengendalian Mutu Kacang Telur Dan Perancangan Konsep Hazard
Analysis Critical Control Point (Haccp) Di Industri Rumah Tangga PDT Sragen.
Nurpriyanti, I. (2019). Respon Pelaku Usaha Terhadap Penerapan Sistem Hazard Analysis &
Critical Control Point (Haccp) Pada Produk Ayam Goreng, Ikan Goreng, Dan Telur Balado.
Studi Kasus: Warung Tegal (Doctoral Dissertation, Universitas Bakrie).
Djaafar, T. F., & Rahayu, S. (2007). Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian, Penyakit
Yang Ditimbulkan Dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2), 2007.
LAMPIRAN
Lampiran I
Bagan Alir Proses Telur Ceplok Balado
Simbol Keterangan
Tahapan proses
Arah aliran