Oleh:
A. Latar Belakang
Sistem HACCP dikenal secara luas oleh industri pangan sebagai suatu
tindakan pengendalian terhadap risiko bahaya yang dapat memberikan efek
merugikan terhadap keamanan pangan (Asian Productivity Organization 2005).
Pada sistem HACCP ditekankan tindakan pencegahan pada setiap tahapan
produksi terhadap terjadinya risiko bahaya yang akan mengakibatkan
ketidakamanan bagi produk (Mayes 2001).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membuat rancangan HACCP untuk masakan jenis makanan
biasa yakni lauk nabati berupa tempe bacem goreng di Subdep
Gizi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan masakan jenis makanan biasa yakni lauk nabati
berupa tempe bacem goreng.
b. Mendata potensi bahaya, menetapkan signifikansi bahaya, dan
menetapkan tindakan pengendalian pada masakan jenis makanan
biasa yakni lauk nabati berupa tempe bacem goreng.
c. Menetapkan batas kritis pada makanan biasa yakni lauk nabati
berupa tempe bacem goreng.
d. Mendeskripsikan CCP yang terdapat dalam bahan baku dan
proses pengolahan makanan biasa yakni lauk nabati berupa
tempe bacem goreng.
e. Monitoring, tindakan koreksi, verifikasi, dan membuat formulir
rekaman pemantauan CCP.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
a. Bahan Pengamatan
1. Tempe
b. Waktu Pelaksanaan
c. Prosedur Kerja
5. Porsi 25 gram
6. Daya Simpan 1-2 jam pada suhu ruang
7. Sistem distribusi dan cara Untuk kelas VIP dan I Utama distribusi
penyajian dilakukan secara desentralisasi. Makanan
didistribusikan dengan dikirim ke dapur
ruangan (pantry) kemudian dilakukan
pemorsian.
Untuk kelas 1, 2 dan 3 distribusi dan
pemorsian makanan dilakukan secara
sentralisasi, di dapur Subdep Gizi Rumkital
Dr.Ramelan.
Penyimpanan T T S
M : Bakteri BM yang kurang
pembusuk tepat
Penerimaan Bahan dan Bumbu
F : permukaan Penanganan BM S R TS Penetapan spesifikasi bahan
basah, struktur yang kurang makanan yang baik
tempe hancur, tepat Menghilangkan bagian yang rusak
bercak hitam, Penyimpanan pada suhu refrigator
tercium bau 4C
amoniak,
Uji laboratorium kadar pestisida dan
kerikil.
mikrobiologi
K : Pestisida Penyemproten T T S
anti hama pada
Tempe kedelai
B : Ulat Proses S S TS
penyimpanan
yang tidak sesuai
dengan suhu
penyimpanan
M : Bacillus Penyuntikan R R TS
Thuringiensis hormone pada
tanaman kedelai
F : Debu, Proses R R TS Menyimpan pada tempat yang
kemasan penyimpanan tertutup
rusak, yang kurang Penerimaan garam sesuai
meleleh, benar spesifikasi bahan
kerikil
Garam K: Pemutih Proses T T S
penambahan
dengan sengaja
oleh produsen.
M/B : - - - - -
F : Debu, kerikil, Proses R R TS Menyimpan pada tempat yang
meleleh penyimpanan tertutup dan di tempat kering
yang kurang Penerimaan gula sesuai spesifikasi
benar bahan
K : Pengawet, Proses T T S
formalin penambahan
dengan sengaja
oleh produsen.
Gula merah
B : Semut Proses R R TS
penyimpanan
yang kurang
benar
M : Kapang Proses R R TS
penyimpanan
yang kurang
benar
F : Layu, warna Penanganan R R TS Menyimpan pada tempat yang
gelap, saat penanaman tertutup dan di tempat kering
berlubang dan panen BM Penetapan spesifikasi bahan
kurang tepat makanan yang baik
K : Pestisida Penyemproten T T S
anti hama pada
Daun salam
daun salam.
B: Ulat Penanganan BM S S TS
yang kurang
tepat
M : Listeria Keberadaan MO S S TS
secara alamiah
Ketumbar F : Debu, kerikil Proses R R TS Menyimpan pada tempat yang
halus penyimpanan
yang kurang tertutup dan di tempat kering
benar Penetapan spesifikasi bahan
Tepung Penambahan makanan yang baik
secara sengaja
oleh produsen
untuk menambah
volume
K: Pemutih Proses T T S
penambahan
dengan sengaja
oleh produsen.
B : Semut Proses R R TS
penyimpanan
yang kurang
benar
Laos F : Kotoran, Dari tanaman R R TS Menyimpan pada tempat yang
tanah, kulit laos tertutup dan di tempat kering
kering. Penetapan spesifikasi bahan makanan
K:- - - - - yang baik
B : Ulat, belatung Proses S S TS
penanaman atau
penyimpanan
M:- - - - -
Pencucian
Daun Salam F:- Menganalisis kadar kaporit dalam
K : kaporit/ klorin Desinfektan yang R R TS air
ditambahakan Mengganti tempat mencuci dan
sebagai metode pencucian
pembunuh
bakteri.
M : E-Coli Tempat T S S
pencucian yang
kurang bersih
F:- - - - - Menganalisis kadar kaporit dalam
K : kaporit/ klorin Desinfektan yang R R TS air
ditambahakan Mengganti tempat mencuci dan
sebagai metode pencucian
Laos pembunuh
bakteri.
M : E-Coli Tempat T S S
pencucian yang
kurang bersih
Keterangan :
Pemotongan Pencucian : Bahan asal yang mungkin tercemar
Tempe Garam Gula Daun salam Laos Ketumbar Bumbu C
merah halus : Tercemar dari permukaan/peralatan
Suhu
100C : Tercemar oleh penjamah
Perebusan
Pemotongan Pencucian : Bakteri mati, spora masih hidup
Pemorsian
Holding time Waktu
1-2 jam
Waktu Penyajian
1 jam
Pemorsian
Waktu Penyajian
1 jam
Keterangan :
: Bahan asal yang mungkin tercemar
Tahap Proses Bahaya Potensial Q1* Q2** Q3*** Q4**** CCP/not CCP
Penyimpanan F : kadar air berlebih Y T Y Y Not CCP
Bumbu C K : PH terlalu asam Y T Y T CCP
B : Belatung Y T Y T CCP
M : Bakteri pembusuk Y T Y T CCP
F : permukaan basah, Y T T - Not CCP
struktur tempe hancur,
bercak hitam, tercium
PenerimaanTempe bau amoniak, kerikil.
K : Pestisida Y Y - - CCP
B : Ulat Y Y - - CCP
M : Bacillus Thuringiensis T - - - Not CCP
F : Debu, kemasan rusak, Y T T - Not CCP
Penerimaan meleleh, kerikil
Garam K: Pemutih Y Y - - CCP
M/B : - - - - - -
F : Debu, kerikil, meleleh Y T T - Not CCP
Penerimaan Gula K : Pengawet, formalin Y Y - - CCP
merah B : Semut Y T T - Not CCP
M : Kapang Y Y - - CCP
Penerimaan Daun F : Layu, warna gelap, Y T T - Not CCP
salam berlubang
K : Pestisida Y Y - - CCP
B: Ulat Y Y - - CCP
M : Listeria Y T Y Y Not CCP
F : Debu, kerikil Y T T - Not CCP
Penerimaan Tepung
Ketumbar halus K: Pemutih Y Y - - CCP
B : Semut Y T Y Y Not CCP
Penerimaan Laos F : Kotoran, tanah, kulit Y T T - Not CCP
kering.
K:- - - - - -
B : Ulat, belatung Y T Y T CCP
M:- - - - - -
F:- - - - - -
Pencucian Daun
K : kaporit/ klorin Y T Y T CCP
Salam
M : E-Coli Y T Y Y Not CCP
F:- - - - - -
Pencucian Laos K : kaporit/ klorin Y T Y T CCP
M : E-Coli Y T Y Y Not CCP
Pemotongan F : Struktur tempe hancur. Y T T - Not CCP
Tempe K : Pestisida T - - - Not CCP
B : Ulat Y T T - Not CCP
Perebusan Tempe F : Terlalu lembek Y Y - - CCP
Dengan Bumbu
Rambut, debu,kotoran
K : Pestisida T - - - Not CCP
M/B : - - - - - -
Penggorengan F : Gosong. Y Y - - CCP
Tempe Bacem K : Pestisida T - - - Not CCP
M/B : - - - - - -
Holding Time F : Rambut, debu, nafas, Y Y - - CCP
air ludah, keringat
K : Pestisida T - - - Not CCP
Tempe Bacem
B : Semut Y T Y Y Not CCP
Goreng
M : E-Coli, Salmonela, Y T Y T CCP
Shigella
Pemorsian dan F : Rambut, debu, nafas, Y Y - - CCP
Distribusi Tempe air ludah, keringat
Bacem Goreng K : Pestisida T - - - Not CCP
B : Semut Y T Y Y Not CCP
M : E-Coli, Salmonela, Y T Y T CCP
Shigella
Keterangan:
* : Apakah Ada tindakan pencegahan ?
Y : di lanjutkan ke pertanyaan berikutnya T : Not CCP
** : Apakah tahapan ini dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan
yang tidak dapat diterima ?
Y : CCP T : di lanjutkan ke pertanyaan berikutnya
*** : Dapatkah bahaya yang sedang diuji terjadi melebihi batas yang tidak dapat diterima ?
Y : di lanjutkan ke pertanyaan berikutnya T : not CCP
**** : Akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan / mengurangi bahaya yang timbul ?
Y: not CCP T : CCP
BAB VIII
MATRIK PENERAPAN HACCP
1. Penetapan Batas Kritis, Monitoring, dan Tindakan Koreksi dari CCP
TABEL 3. Penetapan Batas Kritis, Monitoring, dan Tindakan Koreksi dari CCP
Nama Institusi : Instalasi Gizi
Deskripsi Produk : Tempe bacem goreng
Metode Penyajian/distribusi dan penyimpanan : Desentralisasi
Sasaran Penggunaan : Pasien dengan non diet dan diet di Paviliun
Pemotongan Tempe
A. Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 12 dan 19 Maret 2015 di
Subdep Gizi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, petugas penerimaan bahan
makanan tidak memperhatikan bahaya fisik, kimia dan biologi pada bahan
makanan secara keseluruhan terutama tempe dan bumbu-bumbu (bawang putih,
bawang merah, laos, ketumbar halus, gula merah, dll). Untuk bahaya fisik dan
biologi hanya ditangani dengan membersihkan bagian-bagian yang rusak, kotor
dan busuk. Selain itu petugas juga tidak melakukan pencucian bahan makanan
jarang diperhatikan untuk bahan berupa bumbu-bumbu, proses pengupasan
langsung digunakan untuk pengolahan. Sedangkan untuk bahaya fisik dan
biologi dapat terdeteksi secara kasat mata sedangkan mendeteksi bahaya kimia
harus melalui uji laboratorium sebelumnya dan memerlukan waktu yang lama, di
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya tidak dilakukan proses uji laboratorium bahan
makanan yang digunakan maka bahaya kimia tidak mendapatkan perhatian
dengan baik. Sehingga bahaya peptisida pada penerimaan tidak dilakukan
tindakan apapun. Sedangkan pada proses pengolahan tempe bacem yang paling
sering terjadi adalah tenaga pengolah meninggalkan makanan yang sedang
direbus dalam keadaan terbuka, yang akan mengakibatkan kontaminasi dengan
debu dan kotoran, dari segi tenaga pengolah yang sering terjadi adalah tidak
menggunakan APD dengan lengkap sehingga sangat memungkinkan jika
kontaminasi bahaya yang berasal dari manusia seperti rambut, air ludah,
keringat dapat tercampur pada tempe bacem. Hasil pengamatan juga mendapati
bahwa tenaga penjamah makanan tidak mencuci tangan dengan baik dan benar
saat setelah memegang bahan makanan tertentu dan berpindah ke bahan
makanan yang lainnya. Dari segi fasilitas yang disediakan oleh institusi
pengolahan makanan juga tidak menyediakan tempat khusus untuk karyawan
mencuci tangan, hanya terdapat handsanitizer yang terdapat pada salah satu
sudut dapur dan digunakan pada saat tertentu saja oleh karyawan.
Pada saat tempe bacem telah matang, penempatan tempe bacem yang
terletak pada meja tanpa penutup / dalam keadaan terbuka sangat
memungkinkan bahaya kontaminasi debu dan udara untuk masuk dalam tempe
bacem, dalam proses distribusi juga tidak semua karyawan penjamah
menggunakan APD dengan lengkap dan benar sehingga kemungkinan
kontaminasi dari manusia juga tetap bisa terjadi.
B. Kesimpulan
Berdasarkan ketererangan di atas dapat disimpulkan bahwa
1. Titik kendali kritis dari tempe bacem goreng adalah pada proses
penerimaan, pencucian, perebusan, penggorengan, pemorsian dan
pendistribusian.
2. Rencana tindak lanjut yang dilakukan melalui tabel pengendalian yaitu
mencuci bahan makananan terlebih dahulu sebelum diolah dan
penggunaan APD lengkap bagi petugas penjamah makanan ketika
melakukan pengolahan / pencampuran bahan dan pemorsian.
C. Saran