Disusun Oleh :
LIVANI
P07131216054
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah satu institusi yang melakukan kegiatan
penyelenggaraan makanan dan minuman secara rutin, sehingga dalam
pelaksanaanya penyelenggaraan makanan dan minuman disuatu rumah
sakit memerlukan penanganan khusus, pasien yang sedang dirawat
dirumah ialah konsumen tetap dari kegiatan penyelenggaraan makanan dan
minuman disuatu rumah sakit. Pasien tubuhnya dalam kondisi lemah
sehingga sangat rentang terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui makanan, oleh karena itu pengolahan
makanan dirumah sakit perlu mendapatkan perbaikan yang lebih seksama
(Depkes RI, 2006).
Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu, kualitas makanan baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik
harus dipertahankan. Kualitas makanan harus senantiasa terjamin setiap
saat agar masyarakat sebagai pemakai produk makanan tersebut dapat
terhindar dari penyakit/ gangguan kesehatan serta keracunan akibat
makanan (Reni, 2012).
Teknik pengawasan dan pengendalian mutu pada pengolahan
makanan dapat dilakukan dengan analisis bahaya titik kontrol kritis
(HACCP). HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan
suatu alat (tools) yang di gunakan untuk menilai tingkat bahaya, menduga
perkiraan resiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan
dengan menitikberatkan pada pencegahan dan pengendalian proses
pengujian proses akhir yang biasanya di lakukan dengan cara pengawasan
tradisional.
Hazard Analysis adalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya
resiko bahaya yang tidak dapat di terima. Bahaya disini adalah segala
macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak dapat diterima
karena merupakan penyebab masalah keamanan pangan. Bahaya tersebut
meliputi keberadaan yang tidak di kehendaki dari pencemar biologis,
kimiawi atau fisik pada bahan mentah, pertumbuhan atau kelangsungan
hidup mikroorganisme dan hasil perubahan kimiawi yang tidak
dikehendaki misalnya nitrosamin pada produk antara atau jadi atau pada
lingkungan produksi dan kontaminasi atau kontaminasi ulang (cross
contamination), pada produk antara jadi, atau pada lingkungan produksi.
Keberhasilan dalam penerapan HACCP membutuhkan tanggung
jawab penuh dan keterlibatan manajemen serta tenaga kerja. Keberhasilan
penerapan HACCP juga membutuhkan pendekatan tim, tim ini harus
terdiri dari tenaga ahli yang tepat. Sebagai contoh harus terdiri dari ahli
budidaya, dokter hewan, personel produksi, ahli mikrobiologi, spesialis
kesehatan masyarakat, ahli teknologi pangan, ahli kimia dan perekayasa
menurut studi tertentu.
Oleh karena itu dengan diterapkan system HACCP akan mencegah
resiko complain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. selain
itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era
pasar global yang memiliki daya saing kompetitif.
B. Rumusan masalah
Berdasakan uraian dalam latar belakang masalah di atas ,maka rumusan
masalah di atas adalah “Bagaimanakah penerapan HACCP pada
pengolahan produk Tempe Bacem di Instalasi Gizi RSU Cut Meutia Aceh
Utara.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melaksanakan pengawasan mutu dan
penerapan HACCP pada produk Tempe Bacem sesuai dengan tahapan
proses penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSU Cut Meutia
Aceh Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisis permasalahan penerapan HACCP pada bahan
mentah, persiapan, pengolahan dan pendistribusian produk.
b. Mampu mendeskripsikan produk dan spesifikasinya.
c. Mampu mengidentifikasi jenis bahaya dan pencegahannya.
d. Mampu menganalisis risiko bahaya dan kategori risiko bahaya.
e. Mampu menetapkan Critical Control Point (CCP) atau Batas
Kritis.
f. Mampu melakukan penerapan HACCP pada produk
g. Mampu menganalisis hasil penerapan HACCP.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Bahan Pengamatan
1. Bahan Pembuatan Tempe Bacem
Tempe
Bawang merah
Bawang putih
Ketumbar
Jahe
Kunyit
Asam jawa
Gula jawa
Garam
Daun salam
Minyak
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil wawancara petugas
diruangan pengolahan yang telah ada. Menu yang diamati adalah
Tempe Bacem sebagai makanan yang dikonsumsi oleh pasien di
RSU Cut Meutia.
B. Waktu Pelaksanaan
Pengamatan penerapan HACCP pengolahan Tempe Bacem ini
dilakukan pada hari Jum’at 8 November 2019, mulai pukul 09.00 – 16.00
WIB di Instalasi Gizi RSU Cut Meutia Aceh Utara.
C. Prosedur Kerja
1. Menetapkan daftar titik/ceklis yang akan diamati.
2. Melakukan pengamatan pada penerimaan bahan makanan.
3. Melakukan pengamatan pada persiapan bahan makanan dan bumbu.
4. Melakukan pengamatan pada pengolahan.
5. Melakukan pengamatan pada distribusi makanan.
BAB III
2. Ahli Gizi
Tugas :
- Perencanaan bahan makanan dan pengolahan
- Pemantauan proses pengolahan
3. Bagian Keuangan
Tugas : Menyusun anggaran
4. Petugas Administrasi
Tugas :
- Penerimaan bahan makanan
- Proses penyimpanan sebelum dan sesudah pengolahan
5. Petugas pengolahan
Tugas :
- Proses persiapan bahan makanan
- Proses pengolahan
6. Pramusaji
Tugas : Distribusi makanan ke pasien
BAB IV
DESKRIPSI PRODUK
A. Deskripsi Produk
1. Nama produk : Tempe Bacem
2. Komposisi produk : Tempe, Bawang Merah, Bawang Putih,
Ketumbar, Jahe, Kunyit, Asam Jawa, Gula Jawa, Minyak, Garam,
Daun Salam
3. Konsumen : Pasien Rawat Inap RSU Cut Meutia
Aceh
Utara
4. Cara penyimpanan : Tidak ada dilakukan penyimpanan,
tempe bacem langsung didistribusikan ke pasien
5. Cara distribusi : Tempe Bacem disajikan di dalam plato
stainless steel yang di tutup, kemudian didistribusikan ke pasien
6. Cara mengkonsumsi : Dikonsumsi langsung
7. Cara produk lengkap :Tempe yang masih terbungkus
didistribusikan ke ruang persiapan dan pengolahan. Diruang tersebut,
tempe dipisahkan dari pembungkusnya. Kemudian tempe dibelah
menjadi enam bagian. Tempe dicampur dengan bumbu halus,
beberapa menit kemudian, tempe bacem siap disajikan.
Informasi Nilai Gizi Dalam 25 Gram Tempe Bacem
TEMPE BACEM
Penerimaan Bahan
Dipanaskan
(dalam wajan
di atas api)
Tumis Bumbu
Matang
Siap disajikan
BAB VI
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHAN
3 Bawang Putih - + - + + + IV
4 Ketumbar - + - - - - I
5 Jahe - + - + + + IV
6 Kunyit - + - + - - II
8 Gula Jawa - + - + - - II
9 Minyak - + - + - - II
10 Garam - + - - - - I
11 Daun salam - + - - + - II
TEMPE
Apakah tempe mungkin mengandung/sensitive bahan berbahaya
(K/M/F)
Ya
Ya {bukan CCP}
BAWANG MERAH
Ya
Ya (bukan CCP)
BAWANG PUTIH
Ya
Ya (bukan CCP)
KETUMBAR
Apakah ketumbar mungkin mengandung/sensitive
bahan berbahaya (K/M/F)
Ya
Ya (bukan CCP)
JAHE
Apakah Jahe mungkin mengandung/sensitive
bahan berbahaya (K/M/F)
Ya
Ya (bukan CCP)
KUNYIT
Apakah kunyit bubuk mungkin mengandung/sensitive
bahan berbahaya (K/M/F)
Ya
Ya (bukan CCP)
ASAM JAWA
Ya
Ya (bukan CCP)
GULA JAWA
Ya
Ya (bukan CCP)
GARAM
Ya
Ya (bukan CCP)
DAUN SALAM
Ya
Ya (bukan CCP)
MINYAK
Ya
Ya (bukan CCP)
CCP DESSISSION TREE
TAHAP PEMBERSIHAN DAN PENCUCIAN
Ya (CCP)
PROSES PEMASAKAN
Tidak
Ya
Tidak (CCP)
PROSES DISTRIBUSI
Tidak
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/ meningkat
sampai melebihi batas
Ya
PROSES KONSUMSI
Tidak
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/ meningkat sampai melebihi
batas
Ya
Keterangan :
P1 : apakah bahan mentah mengandung bahaya sampai pada tingkat yang
berbahaya
P2 : apakah pengolahan/penanganan selanjutnya (termasuk cara penggunaan
oleh konsumen ) dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai pada
tingkat yang aman?
P3 : apakah formulasi/komposisi atau struktur produk antara atau produk
akhir penting untuk mencegah meningkatnya bahaya pada tingkat yang tidak
dapat diterima
P4 : mungkinkah kontaminasi ulang terjadi? Mungkinkah bahaya akan
meningkat?
P5 : apakah pengolahan/penanganan (termasuk penggunaan oleh konsumen )
dapat menghilangkan bahaya
P6 : apakah tahap proses ditunjukan untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya sampai batas aman?
BAB VIII
MATRIK PENERAPAN HACCP
A. Kesimpulan
Dari hasil yang dapat kita simpulkan bahwa tempe bacem
merupakan salah satu menu makanan yang diolah di Instalasi Gizi RSU
Cut Meutia Aceh Utara dengan bahan mentah berupa tempe dan bumbu
(bawang putih, bawang merah, ketumbar, jahe, asam jawa, gula jawa,
daun salam, kunyit bubuk, minyak goreng dan garam)
Beberapa bahan dan proses dari pembuatan tempe bacem
mempunyai potensi bahaya biologis , fisik, maupun kimia. Pada proses
persiapan sampai dengan proses pendistribusian terdapat beberapa batas
CCP serta toleransinya dari setiap proses yang dilakukan. Tindakan
pemantauan dalam pembuatan tempe bacem terpantau aman dan
prosesnya dilakukan dengan baik tanpa melalui tahap penyimpanan.
Tidak adanya tahap penyimpanan pada proses pembuatannya sehingga
juga tidak terdapat tindakan koreksi yang diperlukan.
B. Saran
Meningkatkan pengawasan pengolahan terhadap tenaga pengolah
agar proses produksi berjalan dengan dengan baik, meningkatkan
pengawasan terhadap semua tahapan proses yang menjadi CCP sehingga
bahaya yang terjadi dapat di tekan sekecil mungkin.
Lampiran I
FROM PENILAIAN
SKOR KEAMANAN PANGAN (SKP)
Adapun nilai kriteria yang tidak terpenuhi yakni 7 poin, sehingga jumlah
skor keamanan pangan untuk menu tempe bacem adalah 0,947 = 94,7% maka
menu tempe bacem tergolong dalam kategori keamanan pangan sedang (sesuai
dengan penjelasan SKP minimum untuk menentukan kategori keamanan pangan)
0,9332 =< SKP < 0,9703 (93,32-97,02%)
Lampiran II
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Cetakan ketiga. Jakarta:
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
Agustini, T.W. Dan fronthea Swastawati , 2003.pemanfaatan hasi perikanan
sebagai produk bernilai tambah (Value-Added) dalam upaya penganekaragaman
makanan .jurnal teknologi dan industry makanan.