BIOTEKNOLOGI
Disusun Oleh:
Nama Anggota :
Hanifah Suwandi
Manurung Jessica Y
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
Manurung, Jessica
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1 Pengertian damai...................................................................................................4
2.2 Peace Maker...........................................................................................................4
2.3 Tokoh Alkitab.........................................................................................................6
2.4 Hubungan dalam kehidupan sehari-hari.............................................................7
BAB III.............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
mikroba yang berperan dalam pembuatan tempe ini yaitu
empat jenis kapang g e n u s rhizopus, yaitu rhizopus
oligospurus, rhyzopus stolonifer,rhyzopu s arrhizus, rhyzopus
oryzae
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan tempe
2.Mengetahui mikrobarhyzopus oryzaeyang berperan dalam
pembuatantempe
1.4 Manfaat
1. Mengetahui cara kerja atau proses pembuatan tempe dengan
menggunakanbioteknologi
2. .Memperdalam pemahaman materi mengenai bioteknologi konvensional
BAB II
PEMBAHASAN
Damai adalah untuk membawa konotasi yang positif, dan tidak ada orang yang
menantang perdamaian, karena perdamaian merupakan tujuan utama dari
kemanusiaan. Damai memiliki banyak arti: arti kedamain berubah sesuai dengan
hubungannya dengan kalimat. Perdamain dapat menunjuk ke persatuan atau
mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau sebuah periode dimana
sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh.damai dapat juga di artikan
4
sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat – tempat yang terpencil,
mengijinkan tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan
emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari defenisi –
defenisi diatas. Dalam Alkitab Damai sejahtera itu adalah hak dan sekaligus
tanggungjawab setiap orang yang mengikut Yesus. "Hendaklah damai sejahtera
Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil
menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah Kolose 3:15." Damai sejahtera itu
bermulanya di dalam hati, bukan di bagian eksternal atau interaksi dengan sesama
kita. Orang yang berusaha perform damai sejahtera tanpa benar-benar dipenuhi
damai itu, pasti sangat lelah. Damai sejahtera itu tidak pernah dimaksudkan untuk
konsumsi pribadi pula, tujuannya adalah untuk kebutuhan hidup bersama.
Cara kerja damai itu adalah dengan memerintah hati dan pikiran kita, setelah kita
menerima Kristus. Menerima Kristus itu tidak pernah berbentuk pasif, itu adalah
sesuatu yang aktif, kita aktif memastikan damai sejahtera itu sekarang
bertanggungjawab mengatur semua suasana dan keputusan hati kita. Meski damai
itu harus bermula di internal manusia, tetapi damai itu tidak pernah dimaksudkan
untuk kalangan sendiri saja. Kehendak Tuhan Yesus adalah agar kita menjadi
peace maker, bukan hanya peace owner atau peace keeper. Kita menegakkan
damai Tuhan dalam pekerjaan, dalam rumah tangga, dalam pergaulan dan dalam
segala aspek hidup kita.
Damai dan menjadi alat perdamaian ( Peace Maker) adalah dua hal yang berbeda.
Damai atau Shalom (PL) atau eirene (PB) adalah “suatu keadaan (state) dimana
ada kebebasan, kesejahtraan, keamanan, kecukupan kesehatan dan yang lain
semuanya, yang bersifat holistik yang mencakup multi aspek”. Alkitab secara
spesifik menjelaskan bahwa “damai, damai sejati dibangun di atas
kebenaran”sehingga” dimana ada kebenaran, di situ ada damai” ( Yesaya 32 :17;
Yoh 14:6,27; Maz 72:3). Melihat dari sudut pandang lain, panggilan menjadi
Peace Maker adalah “hak istimewa” atau privilese (privilege) bagi orang kristen
( II korintus 5: 14 – 18; Mat 5:9). Panggilan menjadi Peace Maker ini menjelaskan
5
bahwa orang kristen adalah “ duta perdamaian” atau “advokator perdamaian” ( II
Korintus 5:18). Sebagai “ duta advokator perdamaian” orang Kristen sejati telah
mengalami perdamaian denagan TUHAN Allah melalui Yesus Kristus. Landasan
bagi kebenaran ini dapat di jelaskan sebagai berikut:
6
kepahitan hidup. Dampaknya, hidup menjadi tidak damai, penuh kebencian,
curiga dan susah untuk mengampuni.
Jika ada di antara kita pernah mengalami hal tersebut, atau bahkan mungkin
sekarang sedang mengalaminya, sebenarnya kita tidak benar-benar sendirian.
Yusuf pernah diperlakukan seperti itu, bahkan oleh saudara kandungnya sendiri.
Yusuf dibenci saudara-saudaranya karena ia sangat dikasihi oleh ayahnya dan
juga karena mimpi yang ia ceritakan kepada mereka (Kej 37:4,8). Saudara-
saudaranya mencari cara untuk mencelakakan bahkan membunuh Yusuf (Kej
37:18-20). Yusuf mengalami kekerasan secara fisik, ia dibuang ke dalam sumur
yang ada di padang gurun (Kej 37:22). Dan akhirnya Yusuf benar-benar
diasingkan. Yusuf dijual kepada orang Ismael dengan harga dua puluh syikal
perak (Kej 37:28) dan orang Ismael tersebut menjual Yusuf kepada Potifar,
pegawai istana. yang dilakukan oleh Yusuf justru diluar kebiasaan umum.
Kedua, memahami rencana besar Tuhan (ayat 18-20). Kita tidak pernah
memahami rencana besar dari Tuhan terhadap hidup kita, kalau kita tidak pernah
belajar sungguh-sungguh tentang kebenaran. Pada saat Yusuf hidup, belum ada
banyak perintah dan larangan yang diberikan. Tetapi karena penyertaan Tuhan
dan hati nurani Yusuf yang peka, dia tahu bagaimana menyenangkan hati Tuhan.
Dia tahu kebenaran dan kebenaran tersebut menjadi bagian dalam hidupnya.
Karena kebenaran, Yusuf menolak untuk berzinah dengan istri Potifar
7
Ketiga, menentramkan batin, bukan menggelisahkan hati (ayat 21). Sikap hati
seseorang akan mempengaruhi tingkah lakunya. Perkataan seseorang yang
diucapkan setiap hari bisa dipakai untuk mengukur karakter seseorang. Di akhir
kisah Yusuf, perkataan Yusuf menenangkan hati saudara-saudaranya. Demikian
juga seharusnya kita sebagai orang percaya. Perkataan kita menenangkan bukan
menakutkan, menginspirasi bukan membuat emosi, memotivasi bukan
menjatuhkan, memberi sukacita bukan membuat duka.
Damai itu dimulai dari diri kita sendiri, menengakkan damai dalam pekerjaan,
pergaulan dan dalam segala aspek hidup kita. Dalam kehidupan saya damai yang
telah saya lakukan seperti belajar untuk mengampuni atau memaafkan,
berkembang menjadi generasi yang berkarakter yang bisa bertanggung jawab,
menghormati orang yang lebih tua, sopan, belajar untuk selalu jujur, membangun
harmoni sosial dimana dapat hidup rukun, dan seperti contoh tokoh dalam Alkitab
yaitu Yusuf, dimana bisa menjaga perkataan yang dikeluarkan, perkataan yang
keluar jangan perkataan yang menyakitkan orang tapi harus yang membangun,
memotivasi, dan juga sebagai Anak Tuhan tidak boleh untuk membenci atau
membalas kejahatan dengan kejahatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sudah menjadi tanggungjawab kita menjadi peace maker, dimana kita menegakan
damai Tuhan dalam pekerjaan, rumah tangga, pergaulan dan dalam segala aspek
kehidupan kita, hidup dalam kebenaran, hidup rukun, menegakkan kebenaran dan
keadilan. libatkan selalu Allah dalam langkah kehidupan kita, maka sebutan anak-
anak Allah akan menjadi predikat dalam kehidupan kita dan kalau kita disebut
8
anak-anak Allah maka kita adalah ahli waris di dalam kerajaan Sorga. Oleh sebab
itu marilah kita terus menerus mengoreksi diri kita, membereskan hidup kita,
senantiasa bertobat secara sungguh-sungguh, tetap memelihara iman kepada
Tuhan Yesus dan hubungan kasih dengan sesama supaya hubungan kita dengan
Tuhan semakin akrab