Anda di halaman 1dari 41

POLA HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH

DAERAH

(Studi Kasus Penanganan Pandemi Covid oleh Pemerintah Pusat melalui


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta)

PROPOSAL

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan (S.IP)

Disusun Oleh :

Bryan Alberto

6670180047

PROGRAM ILMU STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan Ini Ditetapkan Bahwa Skripsi Berikut

Judul : Pola Hubungan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah


Daerah (Studi Kasus Penanganan Pandemi Covid Oleh
Pemerintah Pusat Melalui Pemerintah Provinsi Dki
Jakarta)
Nama Mahasiswa : Bryan Alberto
NIM : 6670180047
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuuk diuji pada Sidang skripsi,

Banten, Mei 2023

Mengesahkan

Pembimbing Skripsi

(………………………….)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

i
(………………………)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan Ini Ditetapkan Bahwa Skripsi Berikut

Judul : Pola Hubungan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah


Daerah (Studi Kasus Penanganan Pandemi Covid Oleh
Pemerintah Pusat Melalui Pemerintah Provinsi Dki
Jakarta)
Nama Mahasiswa : Bryan Alberto
NIM : 6670180047
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir Skripsi tersebut diatas


adalah benar-benar hasil karya asli saya dan tidak memuat hasil karya orang lain,
kecuali dinyatakan melalui rujukan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahawa sebagian
atau seluruh karya ini bukan karya saya, maka saya bersedia dituntut melalui
hukum yang berlaku. Saya juga bersedia menanggung segala akibat hukum yang
timbul dari pernyataan yang secara sadar dan sengaja saya nyatakan melalui
lembar ini.

Banten, Mei 2023

ii
Bryan Alberto

6670180047

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita berkah, serta rahmatnya kepada penulis, sehingga dalam
kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan sebuah skripsi untuk memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP) yang berjudul “Pola Hubungan
Pemerintah daerah dan Pemerintah pusat dengan Studi Kasus Penanganan
Pandemi Covid19 oleh Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta”

Skripsi ini di ajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan


pada program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tak lupa dalam penyusunan tulisan ini
tentunya tidak luput dari bantuan banyak pihak yang dimana selalu mendukung
penulis baik itu secara moril maupun materil. Selain hal itu, penulis sangat
menyadari bahwa masih terdapat kesalahan penulisan didalamnya, dan juga
proposal ini senantiasa belum cukup sempurna. Maka dari itu dengan lapang saya
menerima apapun bentuk kritik dan juga saran oleh pembaca supaya senantiasa
penulis mampu memperbaiki dan menyempurnakan penulisan ini untuk
kedepannya. Penulis mempunyai harapan semoga riset ini bisa menjadi sebuah
manfaat maupun inspirasi, dan berguna untuk memberikan wawasan secara luas
kepada pembaca untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Banten, 7 November 2021

Bryan Alberto

v
vi
ABSTRAK

vii
DAFTAR ISI

viii
DAFTAR GAMBAR

ix
DAFTAR TABEL

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desentralisasi merupakan sebuah kebijakan penyelenggaraan pemerintah
daerah di Indonesia dengan tujuan memberikan sebuah otonomi khusus
pemerintah daerah dalam menyelenggarakan sebuah pemerintahan daerah.
Desentralisasi menurut Soejanto ialah suatu system yang dipakai dalam bidang
pemerintahan yang juga merupakan kebalikan dari sentralisasi, dimana sebagai
kewenangan pemerintah pusat yang dilimpahkan kepada pihak pemerintah daerah
untuk dilaksanakan. Sementara menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (United
Nations) ialah suatu hal yang merujuk kepada pemindahan kekuasaan dari
pemerintah pusatbaik itu melalui dekosentrasi pada pejabat wilayaj ataupun
melalui devolusi pada badan-badan suatu otonom daerah. Secara garis besar
Desentralisasi berupaya memberikan sebuah kebebasan kepada pemerintah daerah
dalam membentuk otonom daerah ataupun memberikan delegasi khusus dari
pemerintah pusat untuk dikelola oleh daerah.

Desentralisasi di Indonesia sendiri telah beberapa kali mendapat perhatian


dengan pertama kali keluar melalui undang – undang, yakni pada UU No. 22
Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah. Lahirnya kebijakan mengenai
pemerintahan daerah ini atas dasar respon pemerintahan pusat untuk pemerintahan
daerah yang hendak memisahkan diri dari NKRI. Kemudian pada tahun 2004,
Pemerintah Pusat mengeluarkan Kebijakan mengenai otonom daerah melalui UU
No.32 Tahun 2004, dan direvisi Kembali pada UU No.12 Tahun 2008. Lahirnya
undang – undang tersebut menggantikan kebijakan yang dimana semula Kepala
Daerah dipilih oleh DPRD kemudian digantikan melalui pemilihan rakyat. Pada
2014 pemerintah pusat mengeluarkan UU No. 23 Tahun 2014, dimana pada

1
undang – undang tersebut perpindahan istilah dari kewenangan pemerintah daerah
diganti menjadi urusan pemerintah daerah1.

Desentralisasi dapat diimplementasikan dalam sebuah pola hubungan


antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dalam contoh kasus penelitian
ini terdapat asas desentralisasi terhadap pola hubungan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peneliti menilik bagaimana pola
hubungan pusat dengan daerah dalam menangani lonjakan kasus pasien Covid19
pada tahun 2020 hingga 2021 lalu. Dalam menangani kasus lonjakan pasien
Covid19 pada maret 2020 yang pertama kali terindikasikan sebagai pasien
covid19 pertama, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial
Skala Besar atau PSBB. Dalam perjalanannya terhitung PSBB sudah beberapa
kali mengalami perubahan kebijakan.

Kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pertama kali


diberlakukan pada 31 maret 2020 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2020 guna membatasi segala aktivitas dan mobilitas masyarakat secara total
dengan menutup aktivitas sekolah dan tempat bekerja, selain itu PSBB meliputi
pembatasan kegiatan keagamaan serta pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum guna menghentikan lajur penyebaran Covid19 yang begitu rapid
dan massif pada bulan Maret 20202. Mekanismenya kebijakan PSBB diusulkan
oleh pemerintah daerah kemudian melalui peraturan pemerintah pusat tersebut
diserahkan pengelolaannya kepada gubernur atau walikota daerah. Seiring
perkembangannya, kebijakan PSBB berhasil dalam menekan laju penyebaran
Covid19 di Indonesia. Namun kebijakan dinilai terlalu menghentikan lajur
perkembangan ekonomi dan sektor esensial lainnya. Sehingga Pemerintah Pusat
memberikan solusi dengan mengeluarkan kebijakan terbaru yaitu PSBB Transisi.

1
UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah
2
CNBC Indonesia, 21 Juli 2021

2
Kebijakan baru ini diberlakukan mulai bulan Juni sampai dengan
September 2020. Perbedaan dengan kebijakan yang lalu adalah sifatnya yang
longgar antara lain memperbolehkan Kantor untuk melakukan Work From Office
(WFO) hingga kapasitas 50%, kapasitas transportasi 50% dan kebijakan tempat
umum yang dilonggarkan. Namun permasalahan kenaikan kasus pasien covid19
menjadi meningkat akibat pemberlakuan PSBB Transisi ini, Sehingga pemerintah
dengan sigap memberlakukan PSBB yang ketat sejak Oktober 2020 hingga
Januari 2021.

Selanjutnya, Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan mengenai


pengubahan kebijakan PSBB menjadi PPKM (Pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat). Menurut Menteri coordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto dalam konfersi pers virtual Rabu 21 Juli 2021, bahwa alasan Pemerintah
Pusat mengganti nama PSBB menjadi PPKM dadalah agar memiliki koordinasi
yang lebih terintegrasi antara pusat daerah. Seperti yang diketahui bahwa PSBB
merupakan program kebijakan atas dasar usulan oleh daerah – daerah yang
kemudian pemerintah pusat memberikan hak otonomi untuk mengelola daerah
masing – masing, Namun mekanisme PPKM berbeda ditentukan oleh Pemerintah
Pusat untuk diberlakukan di daerah-daerah meskipun isi kebijkannya menyerupai
kebijakan PSBB. Selain itu hal yang baru pada kebijakan PPKM adalah terdapat
wilayah aglomerasi yang mendapatkan penanganan berbeda dengan wilayah
administrasi.

Dalam kutipan diatas dapat diketahui bahwa pemerintah pusat mencoba


untuk memberlakukan kebijakan yang serupa dengan konsep PSBB, namun
pemerintah pusat mencoba untuk memporsir kebutuhan setiap daerah masing –
masing. Hal ini dapat dilihat bagaimana usaha pemerintah pusat untuk menangani
daerah – daerah aglomerasi yang memiliki dampak yang cukup signifikan akibat
laju perkembangan covid19 pada daerah atau wilayah aglomerasi. Konsep PPKM

3
lebih mengacu dari atas kebawah, atau dengan kata lain dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah. Sedangkan untuk PSBB lebih dari bawah keatas, atau
berdasarkan usulan pemerintah daerah. Sehingga untuk menangani penyebaran di
Kawasan aglomerasi akan sulit diimplementasikan jika menggunakan pendekatan
PSBB seperti yang terjadi pada tahun 2020.

Mengacu pada perkembangannya, PPKM diberlakukan kepada wilayah


aglomerasi yang dimana terdapat tujuh provinsi yang ada di Jawa-Bali, sejak 11
Januari 2021 selama dua pekan dan sempat diperpanjang satu kali. Wilayah
Aglomerasi ini dipilih berdasarkan mobilitas tinggi dan menyumbang angka kasus
positif Covid19 terbesar dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dinilai tidak
terlalu efektif, pemerintah pusat memperbaharui Istilah PPKM Jawa-Bali menjadi
PPKM Jawa-Bali Mikro. Berbeda dengan istilah sebelumnya, PPKM Jawa-Bali
Mikro ini menetapkan kebijakan yang serupa dengan PPKM Jawa-Bali namun
kebijakan ini berlaku hingga unit komunitas masyarakat terkecil yakni pada level
RT/RW.3

Setelah kasus Covid-19 melonjak pasca libur lebaran 2021, pemerintah


memutuskan menerapkan penebalan PPKM Mikro yang diberlakukan selama 14
hari dimulai hari Selasa, 22 Juli 2021. Kebijakan penebalan PPKM Mikro ini
melibatkan pengurus lingkungan, kepala desa, lurah, bintara pembina desa, serta
Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Namun dengan
penebalan PPKM Mikro ini tetap tidak membuahkan hasil, angka kenaikan kasus
Covid19 terus melonjak hingga 20 ribu kasus perhari. Akhirnya, Presiden Jokowi
selaku pemerintah pusat menetapkan PPKM Darurat yang diberlakukan sejak
awal Juli hingga 20 Juli. Kemudian Pemerintah pusat tetap mengawasi bagaimana
perkembangan lonjakan kasus pasien Covid19 kemudian PPKM Darurat ditindak
lanjuti hingga kemudian PPKM Darurat dilanjutkan dengan Kebijakan PPKM

3
Detik News, 12 Juli 2021

4
level 3 dan 4. PPKM level 3 dan 4 ini diberlakukan pada 4 Kabupaten dengan
asesmen situasi pandemic PPKM level 4 dan 74 Kabupaten dengan asesmen
situasi pandemic level 3 di Pulau Jawa dan Bali. Level asesmen ini dinilai
berdasarkan faktor laju penularan dan kapasitas respons di suatu daerah sesuai
rekomendasi WHO. Level asesmen PPKM level 3 dan level 4 adalah daerah yang
memiliki transmisi penularan tinggi, tapi kapasitas respons daerahnya tergolong
sedang hingga rendah. Daerah inilah yang dinilai perlu treatment khusus melalui
kebijakan PPKM Darurat.

Peran Pemerintah Pusat sangat diandalkan pada penanganan lonjakan pasien


positif Covid19 yang terhitung dimulai sejak bulan Maret 2020 hingga saat ini
masih berstatus pandemi. Namun pada perjalanannya pemberlakuan kebijakan
untuk menangani Covid19 terkesan terbelit – belit dan kurang mendapat respon
positif dari masyarakat. Seperti pada perubahan kebijakan PPKM, terhitung sejak
Januari 2021 hingga Desember 2021, Pemerintah Pusat telah mengganti istilah
PPKM sebanyak 5 kali namun dengan porsi yang tidak berbeda jauh dari
kebijakan sebelum – sebelumnya. Pada perjalanannya, Kebijakan PPKM sendiri
mendapat pertentangan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui Gubernur
Anies Baswedan. Awalnya sejak diberlakukan PSBB pertama kali, Gubernur
Anies Baswedan memberlakukan kebijakan PSBB tersebut sesuai dengan arahan
Pemerintah Pusat, namun pada perkembangannya Gubernur Anies Baswedan
melihat Langkah yang menggantung karena harus menunggu persetujuan dari
Istana, hal ini bertolak belakang dengan langkah cepat tanggap yang dilakukan
oleh Anies Baswedan. Menurut Anies, PSBB oleh pemerintah pusat dinilai
Langkah yang lambat karena penularan dan angka kurva tidak kunjung turun.
Melihat pada pelaksanaan PSBB yang kurang efektif dan menghawatirkan kondisi
ekonomi, pemerintah pusat akhirtnya mengakhiri Kebijakan PSBB untuk
menggantinya dengan istilah New Normal atau adaptasi dengan kebiasaan baru.

5
Namun, Anies Baswedan merespon dengan mengubah PSBB menjadi PSBB
Transisi dari pada harus menggunakan istilah New Normal.

Selain mengeluarkan Kebijakan PSBB dan PPKM, pemerintah pusat


melakukan beberapa upaya – upaya dengan mengakselerasi belanja negara dalam
menangani pandemic Covid19 melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020.
Dalam upaya memulihkan kondisi Ekonomi Indonesia akibat dampak pandemic
Covid19, secara garis besar Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 berusaha
mengoptimalkan APBN untuk pemulihan Nasional demi memperbaiki dan
memulihkan Ekonomi Indonesia tahun 2020. Adapun upaya – upaya didalamnya
mengupayakan dan optimalisasi pada Usaha mikro masyarakat yang terdampak
pandemic Covid19 tahun 20204.

Kebijakan Pemerintah Provinsi Pusat yang dinilai tidak sesuai dengan


kondisi yang terjadi pada wilayah Ibu Kota DKI Jakarta yang memaksa Anies
Baswedan selaku Gubernur Pemerintahan Provinsi melakukan kebijakan yang
bertolak belakang dengan Pemerintah Pusat. Anies Baswedan menjalankan suatu
pola hubungan yang berbeda dengan apa yang coba dilakukan oleh pemerintah
pusat. Secara harfiahnya, Gubernur Anies Baswedan mencoba menjalankan asas
otonomi daerah kepada kasus ini. Peran Pemerintah Daerah di era otonomi daerah
sangat besar, dimana pemerintah daerah diberikan kewenangan seluas-luasnya
untuk mengurus pemerintahannya sendiri, termasuk dalam menyelesaikan
permasalahan dalam suatu daerah, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan.
Dalam menjalankan suatu peran, strategi dibutuhkan untuk menciptakan suatu
solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi5. Pemerintah daerah adalah
penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
azas asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

4
Media Indonesia, 01 Juli 2020
5
Arsyad, Lincolin. 2000. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi. Yogyakarta. hlm 12

6
dalam sistem dan prinsip negara kesatuan republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang dasar republik Indonesia tahun 1945.

Namun menilik lebih jauh sebelum Anies Baswedan menjadi Gubernur


DKI Jakarta, terdapan kontestasi perebutan kursi Jabatan Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017. Dimana rival kekuasaan dalam perebutan
Kursi Gubernur tersebut, pasangan Anies Baswedan Bersama Sandiaga Uno
bersaing dengan pasangan Ahok dan Djarot Syaifulloh. Seperti yang diketahui
pasangan Ahok dan Djarot berada dengan partai dan kubu yang sama dengan yang
partai yang mengusung dan memenangi pada kontestasi Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden 2014. Namun pada kontestasi Jabatan Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta, kubu petahana harus gagal dengan kubu oposisi melalui
kalah dalam pemilihan suara. Rival politik ini terus berlanjut hingga saat ini, dan
terbawa dengan kebijakan – kebijakan yang masing – masing pemerintah pusat
dan pemerintah DKI Jakarta memiliki pandangan sendiri – sendiri terkait
penanganan Covid19 ini. Kebijakan Gubernur Anies Baswedan memiliki alasan
tersendiri mengapa beliau mengeluarkan kebijakan yang bertolak belakang
dengan keputusan dari pemerintah pusat. Gubernur Anies Baswedan menilai
bahwa kebijakan New Normal dari pusat tidak dapat berdampak berarti dengan
ekonomi DKI Jakarta, sementara penyebaran berada diangka yang tertinggi. Anies
Baswedan juga berpendapat bahwa kebijakan tersebut asas Desentralisasi
Asimetris. Desentralisasi Asimetris merupakan reaksi atau treatment individual
Pemerintah pusat kepada daerah berdasarkan kebutuhan nyata, potensi, dan akar
permasalahan yang ada didaerah tersebut. Desentralisasi Asimetris memiliki
urgensi khusus yang terjadi pada DKI Jakarta dimana terdapat Keistimewaan
Praktik Otonomi Daerah Khusus untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah
DKI Jakarta untuk melakukan Tindakan khusus terhadap penyebaran covid-19 .
Hal ini didukung dengan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan Daerah Khusus
Ibu Kota Indonesia.

7
Selain Rivalitas politik dalam kontestasi pemilihan Gubenur DKI Jakarta
pada 2017, peneliti menilik terbatasnya kewenangan Pemerintah Provinis DKI
Jakarta dalam menangani lonjakan kasus pasien Covid19 pada bulan Maret tahun
2020 hingga bulan desember tahun 2021 melalui kurva berikut :

Gambar 1 Kurva Pasien Covid

Sumber : Corona.jakarta.go.id Penambahan Kasus Harian DKI Jakarta6

Pada kurva tersebut terdapat peningkatan kasus pasien Covid19 DKI


Jakarta pada bulan Januari tahun 2021 hingga pada puncaknya pada bulan Juni
hingga bulan Juli Tahun 2021. Berubah – ubahnya kebijakan oleh pemerintah
pusat menimbulkan kebingungan public untuk mengikuti alur pembatasan yang
dilakukan sehingga masyarakat seakan tidak patuh pada kebijakan yang diberikan
oleh pemerintah pusat.

Terbatasnya kewenangan Pemerintah Provinsi DKI dalam menentukan


kebijakan akibat pemerintah pusat yang lambat memberikan respons dan terdapat
kontestasi rivalitas politik dalam pola hubungan pemerintah pusat dengan
pemerintah DKI Jakarta menjadikan sebuah permasalahan yang berbelit membuat
penulis tertarik untuk membahas dan mengangkat judul penelitian yaitu “POLA
HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH

6
Corona.jakarta.go.id Penambahan Kasus Harian DKI Jakarta

8
DAERAH (Studi Kasus Penangangan Pandemi Covid19 oleh Pemerintah pusat
melalui Pemerintah Provinsi DKI Jakarta)”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi DKI
Jakarta dalam menangani Lonjakan Kasus Pasien Covid-19?
2. Bagaimana Pemerintah Pusat mencoba memberikan wewenang kepada
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola PSBB Transisi?

C. Tujuan Penelitian
Terdapat tujuan penelitian yang akan ditetapkan oleh penulis adalah untuk
memaknai pola hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam
menangani Lonjakan Kasus Pasien Covid-19.

D. Manfaat penelitian
Manfaat Teoritis dalam penelitian ini adalah untuk dapat menjadi bahan
bacaan dan sumber referensi bagi pembaca mengenai bagaimanakah pola
hubungan yang dibangun oleh pemerintah Pusat dengan Pemerintah DKI Jakarta
dalam menangani pembatasan sosial guna menekan tingginya laju kasus pasien
Covid-19.

9
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
Pemerintah dalam arti luas adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara, sedangkan dalam arti sempit,
pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif
beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara7.
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwasanya
pemerintah terbagi menjadi dua yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

1. Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat adalah pemerintahan yang berada di tingkat nasional atau
federal dan bertanggung jawab dalam mengatur urusan politik, hukum, ekonomi,
dan sosial bagi seluruh wilayah negara. Pemerintah pusat biasanya terdiri dari
presiden/raja/perdana menteri sebagai kepala negara, dan kabinet sebagai
pemimpin sektor-sektor tertentu seperti keamanan, keuangan, pembangunan, dan
lain-lain. Pemerintah pusat juga mempunyai wewenang mengontrol jalannya
pemerintahan daerah dan menetapkan kebijakan-kebijakannya untuk dilaksanakan
oleh pihak-pihak lainnya dalam suatu negara. Pemerintahan pusat sendiri menurut
Undang – undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 4 ayat (1)
menjelaskan bahwa Presiden Republik Indonesia sebagai memegang kekuasaan
pemerintahan. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif di Indonesia.
Dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam
perumusan kebijakan atas urgensi yang terjadi pada negara.

7
Dahlia, ‘Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat Dan Daerah’, 2022.

10
Kriteria area kewenangan Pemerintah Pusat terhadap urusan pemerintahan
adalah sebagai berikut:
a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas daerah provinsi atau lintas
udara.
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas daerah provinsi atau
lintas udara.
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas
daerah provinsi atau lintas negara.
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
e. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan
nasional.

Berdasarkan keenam kriteria area kewenangan Pemerintah Pusat tersebut


sebagaimana yang telah tercantum pada UU Nomor 23 Tahun 2014 bahwa
Pemerintah Pusat memiliki kewenangan yang terbagi menjadi enam bentuk
berupa:

a. Urusan Politik Luar Negeri


Pemerintah Pusat berwenang dalam mengatur urusan yang
menyangkut dengan politik luar negeri sebagai negara yang
berpartisipasi aktif dalam membangun hubungan internasional dengan
nengara lain.
b. Urusan Pertahanan
Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
mewujudkan pertahanan negara yang kuat dan solid. Hal ini berkaitan
dengan menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

11
c. Urusan Keamanan
Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah agar
keamanan nasional dapat tercapai secara maksimal. Keamanan
nasional meliputi kemanan di darat, di laut maupun di udara.
d. Urusan Hukum
Pemerintah Pusat berwenang untuk mengatur sistem hukum maupun
menentukan pihak yang bertanggung jawab pada lembaga hukum
terkait.
e. Urusan Agama
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk memeluk
agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Hak tersebut
diatur oleh Pemerintah Pusat dan dilindungi oleh Undang-undang.
f. Urusan Moneter
Pemerintah Pusat berwenang dalam membuat kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal. Kebijakan moneter mencakup kebijakan pengaturan
uang yang dimiliki oleh negara untuk menjaga keseimbangan internal
yaitu pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan eksternal yaitu
keseimbangan neraca pembayaran. Sementara kebijakan fiskal
bertujuan untuk menstabilkan ekonomi negara melalui pajak dan suku
bunga.

2. Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah adalah organisasi pemerintahan yang bertanggung
jawab untuk memimpin dan mengatur wilayah tertentu di dalam suatu negara.
Pemerintah daerah merupakan sebuah lembaga yang terdiri dari pemimpin atau
kepala daerah (biasanya disebut dengan gubernur, bupati, maupun walikota)
beserta jajarannya (diantaranya wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota).

12
Tugas pokok dari pemerintah daerah antara lain mencakup pembangunan
infrastruktur, peningkatan kesejahteraan masyarakat, upaya pemberdayaan
ekonomi lokal, menjaga keamanan dan ketertiban umum, serta menegakkan
hukum dan peraturan daerah. Tujuan utama pemerintah daerah adalah untuk
menciptakan keseimbangan dan kesetaraan pada struktur pemerintahan nasional
sehingga diperoleh penyelenggaraan pemerintahan yang lebih efektif, produktif,
dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
Berdasarkan Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota. Daerah
provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur dengan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Provinsi
adalah suatu satuan dari teritorial yang dijadikan sebagai nama dari sebuah
wilayah administratif yang berada di bawah wilayah negara atau negara bagian.
Dalam pembagian administratif, Indonesia terdiri atas provinsi yang dikepalai
oleh seorang Gubernur8.
Menurut Pasal 13 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, yang menjadi kewenangan dari Pemerintah Daerah tingkat
provinsi adalah sebagai berikut:

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas daerah Kabupaten/kota.


b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas daerah Kabupaten/kota.
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah
Kabupaten/kota.
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh daerah provinsi.

3. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

8
Aditia Restianda, ‘Pelaksanaan Asas Pembagian Habis Tugas Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah Pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat’, 2018.

13
Berdasarkan Undang – Undang Dasar NKRI Tahun 1945 yang dirumuskan
pada pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang Berbentuk Republik. Kekuasaan tertinggi berada pada pemerintah
pusat tanpa ada suatu delegasi atau pelimpahan kewenangan kepada pemerintah
daerah. Sistem pemerintahan yang dianut oleh negara Indonesia adalah asas
Negara Kesatuan yang didesentralisasikan, sehingga perlu adanya pembagian
tugas – tugas tertentu yang diurus oleh pemerintahan daerah setempat9.
Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah menimbulkan adanya
konsekuensi yang berakhir pada beralihnya kewenangan dari pusat dan daerah.
Penting terciptanya hubungan kekuasaan yang harmonis dan tepat untuk mencapai
keleluasaan bagi daerah dalam menyelenggarakan pemerintahannya disamping
terpeliharanya negara kesatuan yang utuh dan harmonis. Maka dari itu dalam
penyelenggaraan pemerintahan jangan sampai menimbulkan adanya pihak yang
mendominasi, melainkan hubungan kemitraan dan rasa saling ketergantungan
yang perlu diterapkan.
Pentingnya koordinasi dalam hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah untuk dapat saling bekerja sama dengan lancar. Hubungan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, menurut Noer Fauzi dan Yando
Zakaria dalam penelitian Iqbal Dirgantara Hasibuan10, memiliki beberapa tipologi
(ciri-ciri), antara lain:

a. Desentralisasi adalah penyelenggaraan wewenang pemerintah oleh


pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka negara kesatuan.
b. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh dari pemerintah
kepada daerah otonom sebagai wakil pemerintahan dan atau perangkat
pusat di daerah dalam rangka negara kesatuan.
9
Dahlia.
10
Iqbal Dirgantara Hasibuan, ‘Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Batu Bara Nomor 5 Tahun
2019 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat Mengenai Minuman Beralkohol
(Studi Kasus Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara)’ (Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 2020).

14
c. Tugas pembantuan adalah keikutsertaan pemerintah daerah untuk
melaksanakan urusan pemerintahan yang kewenangannya lebih luas
dan lebih tinggi didaerah tersebut.

4. Desentralisasi
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, desentralisasi
adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem negara
Kesatuan Republik Indonesia. Penyerahan kewenangan ini dilakukan sebagai
upaya dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, dimana daerah yang mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Harapannya dengan dilakukannya
desentralisasi ini akan membantu dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat dikarenakan setiap program pemerintah pusat telah terdesentralisasi
kepada masing – masing pemerintah daerah setempat. Elemen dari desentralisasi
ini terdiri dari tiga macam, yatu sebagai berikut:

a. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU


No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur wewenang
serta tanggung jawab politik dan administratif pemerintah pusat, provinsi,
kota, dan kabupaten dalam struktur yang terdesentralisasi.
b. Undang-undang No. 25 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan dasar hukum bagi desentralisasi
fiskal dengan menetapkan aturan baru tentang pembagian sumber-sumber
pendapatan dan transfer antarpemerintah.
c. Undang-undang No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
mengalami perubahan dengan Undang-undang No 9 tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-undang No 23 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.

15
Ketiga elemen tersebut telah mencakup semua aspek utama dalam
desentralisasi fiskal dan administrasi, serta memindahkan sejumlah besar fungsi
pemerintahan pusat seperti fungsi pelayanan publik kecuali pertahanan, urusan
luar negeri, kebijakan moneter dan fiskal, urusan perdagangan dan hukum.
Desentralisasi saat ini telah dijadikan sebagai azas penyelenggaraan pemerintah
yang diterima secara universal yang diaplikasikan dalam berbagai macam bentuk.
Hal ini didukung dengan fakta di lapangan bahwasanya dalam penerapan semua
urusan pemerintah pusat untuk dilaksanakan dengan sentralisasi akan banyak
mengalami kesulitan mengingat kondisi geografis, kompleksitas perkembangan
masyarakat, kemajuan struktur sosial dan budaya lokal serta adanya tuntutan
demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan 11.
Secara umum tujuan dilaksanakannya desentralisasi terbagi menjadi dua
variabel yaitu sebagai upaya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintah dan sebagai upaya dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pemerintahan dan pembangunan. Desentralisasi berdasarkan
bidang kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah terbagi menjadi
sebagai berikut12:
a. Desentralisasi politik
Desentralisasi politik bertujuan untuk memberi warga negara atau
perwakilan terpilih mereka lebih banyak kekuasaan dalam
pengambilan keputusan publik. Tujuannya adalah untuk
memperkenalkan bentuk-bentuk pemerintahan yang lebih partisipatif
dengan memberikan pengaruh yang lebih besar kepada warga negara,
atau perwakilan mereka dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan
dan rencana.

11
Rira Nuradhawati, ‘Dinamika Sentralisasi Dan Desentralisasi Di Indonesia’, Volume 2 No 1
(2019).
12
Husnul Abdi, ‘Pengertian Desentralisasi, Jenis, Serta Kelebihan Dan Kekurangannya’, 2021
<https://www.liputan6.com/hot/read/4685982/pengertian-desentralisasi-jenis-serta-kelebihan-dan-
kekurangannya>.

16
b. Desentralisasi Administrasi
Desentralisasi administratif melibatkan pendistribusian kembali
wewenang, tanggung jawab, dan sumber daya keuangan untuk
menyediakan layanan publik dari pemerintah pusat ke unit lokal
instansi pemerintah, pemerintah daerah atau badan publik semi-
otonom atau perusahaan.
c. Desentralisasi Fiskal
Tanggung jawab keuangan adalah komponen inti dari desentralisasi.
Jika pemerintah daerah dan organisasi swasta ingin menjalankan
fungsi desentralisasi secara efektif, mereka harus memiliki tingkat
pendapatan yang memadai baik yang diperoleh secara lokal atau
ditransfer dari pemerintah pusat– serta kewenangan untuk membuat
keputusan tentang pengeluaran.
d. Desentralisasi Pasar
Desentralisasi pasar melibatkan pengalihan tanggung jawab terhadap
pasar dari publik ke sektor swasta termasuk bisnis dan organisasi non-
pemerintah. Desentralisasi pasar mungkin melibatkan reformasi
hukum konstitusional serta pengesahan undang-undang baru.
e. Desentralisasi Lingkungan
Dengan desentralisasi, pemerintah bisa lebih mengontrol hutan, air,
mineral, satwa liar dan sumber daya lain yang dimiliki. Pelimpahan
kendali kepada pemerintah daerah atau lokal terbukti merupakan cara
yang efektif untuk menangani masalah seperti penggunaan lahan
ilegal, zonasi, kerusakan lingkungan, dan eksploitasi.

17
Desentralisasi memiliki beberapa bentuk berdasarkan level atau tingkat
kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah secara luas, sebagaimana
menurut Fahmi Habbani yang dikutip dari pendapat Rondineli13 yaitu terdiri dari:

a. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi merupakan pembagian wewenang dan tanggung jawab
administrasi antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan
tanpa adanya penyerahan kewenangan untuk mengambil keputusan secara
leluasa. Bentuk desentralisasi ini pemerintah daerah tidak dapat mengambil
suatu keputusan tanpa adanya petunjuk yang diberikan oleh pemertintah
pusat.
b. Delegasi
Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan
pengelolaan untuk melakukan tugas-tugas yang tidak secara langsung dalam
pengawasan pemerintah pusat. Bentuk desentralisasi ini Pemerintah Daerah
diberikan tanggung jawab dalam mengambil keputusan dan fungsi
administrasi publik oleh Pemerintah Pusat yang tidak dikendalikan
sepenuhnya.
c. Devolusi
Devolusi adalah pelimpahan wewenang untuk pengambilan
keputusan, keuangan, dan manajemen kepada unit otonom pemerintah
daerah. Bentuk desentralisasi ini Pemerintah Daerah diberikan kewenangan
oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan pendapatan daerah setempat dan
mengamil keputusan investasi.

13
Fahmy Mahabbani, ‘MAHABBANI, FAHMY. IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH
KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KETERTIBAN UMUM (STUDI
TERHADAP PENERTIBAN VANDALISME OLEH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DI
KOTA WATES KULON PROGO)’ (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2020).

18
d. Privatisasi
Privatisasi adalah suatu tindakan kewenangan dari pemerintah kepada
badan-badan sukarela, swasta, swadaya masyarakat. Pemerintah
memberikan wewenang kepada organisasi nirlaba.

Pada intinya dengan diterapkannya desentralisasi akan mengubah sistem


pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik. Dikarenakan apabila
diterapkan sentralisasi akan cenderung meminimaslisir peran dari pemerintah
daerah sehingga aktivitas yang dilakukan pemerintah pusat akan berjalan tidak
berdasarkan pada kepentingan masyarakat setempat dan memicu terjadinya
peluang korupsi pada level pemerintah pusat. Maka dari itu tingkat urgensi dalam
penerapan desentralisasi ini cukup tinggi dalam berkonstribusi terhadap kemajuan
suatu daerah, berikut merupakan urgensi penerapan desentralisasi14:

1) Penerapan desentralisasi dapat meningkatkan efektivitas dalam


penyelenggaraan pemerintahan di semua daerah dikarenakan
pemerintah pusat tidak perlu langsung turun dan menangani masalah
tertentu pada suatu daerah.
2) Sistem pemerintahan akan berjalan lebih efisien dikarenakan proses
birokrasi lebih singkat.
3) Pemberian wewenang kepada pemerintah daerah setempat dapat
meringankan pekerjaan pemerintah pusat dalam berbagai hal.
4) Dengan penerapan desentralisasi kemajuan daerah dapat merata
dikarenakan pemerintah daerah lebih memperhatikan hal apa saja
yang diperlukan untuk daerahnya, sehingga diharapkan dengan
penerapan desentralisasi daerah tertinggal akan lebih terpantau
sehingga semakin berkembang menjadi lebih baik.

14
Dina Lathifa, ‘Asas Desentralisasi: Pengertian, Tujuan & Penerapannya Dalam Fiskal’, 2022
<https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/asas-desentralisasi#:~:text=Tujuan umum
pengelolaan dengan asas,mampu mengambil keputusan secara mandiri.>.

19
5. Pandemi Covid 19
Pandemi Covid 19 merupakan salah satu pandemi terbesar berdasarkan
jangkauan penyebaran, jumlah kasus dan jumlah kematian 15. Pandemi merupakan
suatu kejadian yang memiliki tingkat insiden atau prevalensi tinggi yang berkaitan
dengan waktu serta cakupan sebaran yang luas dan cepat. Biasanya pandemi
dikaitkan dengan suatu penyebaran penyakit menular yang cakupan kejadiannya
terbagi menjadi kategori transregional (antar kawasan), interegional (dua atau
lebih kawasan) dan global (seluruh kawasan).
Covid 19 merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan pernafasan
mulai dari spektrum ringan sampai berat yang ditimbulkan akibat virus SARS-
Cov-2 dengan gejala yang ditimbulkan berupa demam, batuk, nyeri tulang, dan
sesak nafas16. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) virus SARS-Cov-2
diyakini berasal dari hewan kelelawar yang menular ke luwak yang telah
teridentifikasi sejak tahun 2003. Wabah virus terbaru ini mulai terjadi akhir tahun
2019, bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, China yang bersumber dari kelelawar
yang menularkannya pada hewan lain sebelum ke manusia17. Gejalanya yang
ringan menyebabkan sebagian pasien yang merasakannya tidak terlalu
menanggapinya secara serius sehingga tingkat penularan kasus ini cukup tinggi
akibat ketidaksadaran. Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi virus ini cukup
berat pada kelompok orang tertentu yang memiliki kerentanan yang cukup tinggi
untuk terinfeksi bahkan menimbulkan kematian, kelompok tersebut seperti jenis

15
D. M. Morens and others, ‘Pandemic COVID-19 Joins History’s Pandemic Le-Gion.’, Vol 1 No
3 (2020), 1–9 <https://doi.org/https://doi.org/. https://doi.org/10.1128/mBio.00812-20>.
16
Y. C. Liu, R. L. Kuo, and S. R. Shih, ‘Documented Coronavirus Pandemic in History’,
Biomedical Journal, Vol 43 No (2020), 328–33
<https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.bj.2020.04.007>.
17
Bambang Arianto, ‘Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Perekonomian Dunia’, Jurnal
Ekonomi Perjuangan ( JUMPER ), Vol 2 No 2 (2020), 106–26
<https://doi.org/https://doi.org/10.36423/jumper.v2i2.665>.

20
kelamin pria, orang tua, perokok, mobilitas tinggi, serta kelompok dengan
penyakit penyerta (hipertensi, diabetes mellitus, jantung dan asma)18.
Penularan virus ini sangat cepat dan mudah, yaitu melalui tetesan air yang
keluar dari seseorang ketika berbicara, batuk atau bersin dan melalui kontak
seperti bersentuhan atau berjabatan tangan. Terlebih lagi ketika tangan seseorang
tidak sengaja menyentuh benda atau permukaan yang telah terkontaminasi virus
kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata tanpa mencuci tangan
sebelumnya19.
Pandemi Covid 19 ini memberikan dampak yang serius terhadap segala
aspek kehidupan manusia, mulai dari dampak psikologis sampai lingkungan.
Sehingga mempengaruhi kebiasaan dan kehidupan manusia dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Akan tetapi dampak langsung yang dirasakan dari pandemi
covid 19 ini yang cukup serius yaitu pada aspek kesehatan dan aspek ekonomi.
Dampak yang dirasakan akibat pandemi covid 19 pada aspek kesehatan
yaitu tingginya tingkat kematian akibat virus ini. WHO menyatakan bahwa selama
kurang lebih 17 bulan sejak kasus infeksi pertama di Wuhan, Cina, COVID-19 sudah
menjadi wabah di lebih dari 220 negara dengan kasus positif berjumlah 160 juta jiwa
dengan kematian mencapai 31 juta orang 20. Sehingga dengan adanya dampak ini
mengakibatkan sumber daya yang dimiliki pemerintah dikonsentrasikan untuk
penanganan covid 19 dikarenakan tingginya lonjakan kasus akibat virus ini yang cepat
dan luas.
Dampak yang dirasakan akibat pandemi covid 19 pada aspek ekonomi yaitu
perlambatan ekonomi akibat perubahan penyaluran dan permintaan barang dan
jasa karena kebijakan aktivitas yang dijalankan, terlebih negara berkembang akan
18
F. Kahar and others, ‘The Epidemiology of COVID-19, Attitudes and Behaviors of the
Community During the Covid Pandemic in Indonesia. International Journal of Innovative Science
and Research Technology’, Vol 5 No 8 (2020), 1681–87
<https://doi.org/https://doi.org/10.38124/ijisrt20aug670>.
19
Pande Putu Vera Fitriani, ‘Gambaran Pengetahuan Pencegahan Covid-19 Pada Keluarga Di
Desa Sidan Kelod Kelurahan Gianyar Kabupaten Gianyar Tahun 2021’, 2021.
20
World Health Organization, ‘WHO Corona Virus (COVID-19) Dashboard. WHO Corona Virus
(COVID-19) Dashboard’, 2021 <https://covid19.who.int/>.

21
merasakan dampak ekonomi yang lebih serius dibanding negara maju21.
Terjadinya perlambatan ekonomi mengakibatkan timbulnya tingkat penganguran
dan kemiskinan yang cukup tinggi. Akibat pandemi covid 19 banyak pekerja
harus kehilangan pekerjaannya ditambah dengan meningkatnya angkatan kerja
tiap tahunnya akan tetapi ketersediaan lapangan pekerjaan terbatas, sehingga
berpengaruh pada pendapatan yang menimbulkan tingkat kemiskinan semakin
tinggi. Adanya pandemi covid 19 menyebabkan tingkat pengangguran menjadi
lebih dari 7% dan tingkat kemiskinan bertambah menjadi 9,77%22.

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu diperlukan guna menghindari kesamaan topik secara
keseluruhan dari tulisan penulis dengan penulis-penulis terdahulu yang dimana
mengangkat topik serupa. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang
memiliki keterkaitan topik yang berhasil penulis temukan dan juga guna sebagai
bahan referensi penulisan:
Penelitian pertama berupa jurnal yang ditulis oleh Bambang Ariyanto tahun
2020 yang berjudul Pengelolaan Hubungan Pusat Dan Daerah Dalam Penanganan
Pandemi Covid-19. Metode penelitian adalah metode penelitian yuridis normatif
dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasilnya
prinsip dasar dalam pengelolaan hubungan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan
Daerah sebenarnya berbasis desentralisasi. Namun, seiring adanya pengaturan
baru dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pengelolaan
hubungan ini bergeser ke arah sentralisasi. Hal ini berpengaruh terhadap model
hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang secara teoritis
lebih banyak menempatkan Pemerintah Daerah sebagai The Agency Model23.

21
P. A. Vitenu-sackey and R. Barfi, ‘The Impact of Covid-19 Pandemic on the Global Economy:
Emphasis on Poverty Alleviation and Economic Growth’, The Economics and Finance Letters,
Vol 8 No 1 (2021), 32–43 <https://doi.org/https://doi.org/10.18488/journal.29.2021.81.32.43>.
22
Badan Pusat Statistik, ‘Kemiskinan Dan Ketimpangan’, 2021
<https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html#subjekViewTab3>.

22
Penelitian kedua berupa jurnal yang ditulis oleh Ardi Putra tahun 2021 yang
berjudul “Komunikasi Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah: Kasus
Dinamika Pelaksanaan Local Lockdown Dalam Mencegah Penyebaran COVID-
19”. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui komunikasi
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah: kasus dinamika pelaksanaan local
lockdown dalam mencegah penyebaran covid’19. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yaitu studi literature
pengambilan data melalui dokumentasi, buku, jurnal dan media massa. Hasil dari
penelitian ini adalah: komunikasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak
berjalan secara harmonis, ditandai dengan adanya beberapa daerah yang
menerapkan local lockdown diantaranya adalah Kota Tegal, Kota Tasikmalaya
dan Provinsi Papua24.
Penelitian ketiga berupa jurnal yang ditulis oleh Vicky Alfitra Tahun 2021
yang berjudul “Collaborative Governance Dalam Penanggulangan Covid-19 Studi
Kasus: Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Muhammadiyah Covid-19
Command Center”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa
efektifnya peran NGO yaitu MCCC dengan BPBD DIY dalam penanggulangan
Covid-19 di wilayah D.I Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan jenis penelitian berupa metode kualitatif dan pendekatan studi
kasus. Hasilnya diketahui bahwa pola hubungan yang dilakukan antara kedua
lembaga tersebut dilakukan melalui pembentukan posko dukungan yang sejatinya
memiliki 3 fungsi utama yakni cipta kondisi, dekontaminasi dan pemulasaran
jenazah Covid-19. Collaborative Governance antara MCCC PWM DIY dengan
BPBD DIY menunjukkan intensitas yang baik dalam melakukan penanganan
Pandemi Covid-19. Kesimpulan yang didapat bahwasannya pola kolaborasi yang
dilakukan ini cenderung efektif mengingat penanganan lapangan membutuhkan
23
Bambang Ariyanto 2020 Pengelolaan Hubungan Pusat Dan Daerah Dalam Penanganan Pandemi
Covid-19
24
Ardi Putra tahun 2021 Komunikasi Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah: Kasus Dinamika
Pelaksanaan Local Lockdown Dalam Mencegah Penyebaran COVID-19

23
suatu tindakan cepat dengan dukungan sumber daya yang mencukupi yang
dipenuhi melalui interaksi antar sektor25.
Perbedaan penyusunan penelitian yang ditulis oleh penulis dengan ketiga
penelitian terdahulu diatas yaitu terletak pada tempat penelitian. Penulis memilih
Dki Jakarta sebagai tempat penelitian dan lebih spesifik penelitian mengenai Studi
Kasus Penanganan Pandemi Covid oleh Pemerintah Pusat melalui Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikirian merupakan sebuah dasar dalam melakukan
pengembangan konsep dan teori yang dipergunakan pada penelitian ini, sehingga
alur dari perumusan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini tersusun
dengan runtut dan jelas untuk dapat menemukan suatu jawaban yang tepat.
Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini yaitu adanya kebijakan masing-
masing antara pemerintah pusat dan pemerintah DKI Jakarta sehingga
menimbulkan pengambilan keputusan yang diambil oleh Pemerintah DKI Jakarta
yang bertolak belakang dengan Pemerintah Pusat sebagai akibat dari dampak rival
politik yang terus berlanjut, serta adanya keterbatasan kewenangan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dalam menentukan kebijakan yang menimbulkan
permasalahan yang berbelit. Berdasarkan permasalahan tersebut diperoleh
kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 2.1:

POLA HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH


(Studi Kasus Penanganan Pandemi Covid oleh Pemerintah Pusat melalui Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta)
25
Vickry Alfitra tahun 2021 Collaborative Governance Dalam Penanggulangan Covid-19 Studi
Kasus : Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Muhammadiyah Covid-19 Command Center
Melakukan identifikasi permasalahan yang terdapat pada penelitian ini yaitu berupa
penetapan kebijakan masing-masing antara
24pemerintah pusat dan pemerintah DKI
Jakarta yang berakhir dengan suatu kebijakan yang betolak belakang dan keterbatasan
kewenangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menentukan kebijakan
Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat diklasifikasikan
berupa desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pada penelitian ini
digunakan azas desentralisasi untuk dapat mengidentifikasi pola hubungan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah DKI Jakarta

BAB III
METODE PENELITIAN
Mengetahui pola hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta

A. dalamPendekatan
menangani Lonjakan Kasus Pasien Covid-19 dan mengetahui Pemerintah Pusat
Penelitian
dalam mencoba
Jenis untuk yang
penelitian memberikan kewenangan
digunakan pada Pemerintah
pada penelitian ini yaituPrivinsi DKI Jakarta
penelitian yuridis
dalam mengelola
normatif, dimanaPSBB Transisi
jenis penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan
berdasarkan bahan baku utama dengan cara menelah hal yang bersifat teoritis
yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-
doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum dengan menggunakan data sekunder,
diantaranya: asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan peraturan lainnya. dengan mempelajari buku-buku,
peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan
penelitian26.
Penelitian dengan mengunakan hukum normatif dimaksudkan agar dapat
dijadikan langkah awal sebagai bahan dasar sudut pandang dan kerangka pikir
peneliti dalam melakukan analisis. Terdapat beberapa pendekatan dalam hukum
normatif yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual,
pendekatan perbandingan, pendekatan historis, pendekatan filsafat dan pendekatan
kasus27. Dalam penelitian hukum normatif ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus.
Pendekatan perundang-undangan merupakan pendekatan yang berfokus
pada berbagai aturan hukum yang akan dijadikan tema sentral suatu penelitian.
Dalam melakukan pendekatan ini seorang peneliti harus melihat hukum sebagai
sistem tertutup yang mempunya beberapa sifat yaitu comprehensive (saling

26
Wahyu Mustajab, ‘Tinjauan Yuridis Implementasi Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Pengguna Jasa Prostitusi Ditinjau Dari Aspek Keadilan’, Jurnal Kewarganegaraan, Vol 6 No 2
(2022), 3628–37.
27
Fajar Muchti and Yulianto Achmad, ‘Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris’
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), pp. 185–92.

25
keterkaitan antar norma hukum secara logis), all-inclusive (norma hukum dapat
menampung permasalahan hukum sepenuhnya) dan systematic (norma hukum
tersusun secara hierarkis). Pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Pendekatan kasus merupakan pendekatan penelitian yang bertujuan untuk
mempelajari penerapan norma hukum dalam praktiknya. Pada pendekatan ini
dipelajari suatu kasus agar dapat memperoleh gambaran penerapan norma dalam
suatu aturan dan praktik hukum, kemudian output dari analisis ini berupa bahan
masukan dalam eksplanasi hukum. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap
kasus pandemi covid 19 yang menggambarkan pola hubungan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Dearah dalam menanganinya.

B. Fokus Penelitian
Pembahasan permasalahan pada penelitian ini akan merambah ke berbagai
aspek luas, untuk itu diperlukan adanya batasan untuk penelitian ini agar
penelitian berfokus pada hal-hal yang ingin dipaparkan saja. Penelitian ini
memiliki batasan dalam pemaparan pembahasannya dan hanya berfokus pada pola
hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam
menangani Lonjakan Kasus Pasien Covid-19 dan mengetahui Pemerintah Pusat
dalam mencoba untuk memberikan kewenangan pada Pemerintah Privinsi DKI
Jakarta dalam mengelola PSBB Transisi.

C. Teknik Pengumpulan Data


Data merupakan hal paling penting dalam menentukan keberhasilan dalam
suatu penelitian. Dikarenakan data yang baik dapat menghasilkan keabsahan suatu
penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa data sekunder
atau studi kepustakaan yang berarti bahwa teknik pengumpulan yang dilakukan
pada penelitian ini yaitu dengan cara mengumpulkan data-data melalui buku,
catatan, berita, laporan serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan

26
dengan penelitian. Bahan hukum primer yang digunakan yaitu Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan, sedangkan bahan hukum
sekunder yang digunakan pada penelitian ini diambil dari jurnal, makalah, buku,
literatur yang relevan dengan permasalahan yang ada.

D. Teknik Analisis Data


Teknik analisa data merupakan suatu proses pengelompokan data serta
penyusunan data yang telah terkumpul sebagai bahan dalam menarik sebuah
kesimpulan sebagai bahan informasi untuk dapat dipahami atau diteliti orang lain.
Data yang telah terkumpul dilakukan analisis secara kualitatif yaitu sebagai
berikut:

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka
sebagai bahan pembahasan permasalahan, dalam hal ini peneliti harus dapat
mengumpulkan kebutuhan data dengan lengkap dan tertata agar dapat
dengan mudah ketika diperlukan saat pengelompokan data.
2. Mengkualifikasi data dan menghubungkannya dengan kasus yang ada
Kualifikasi data dilakukan setelah pengelompokan data lengkap, kemudian
hasil kualifikasi tersebut dihubungkan dengan kasus yang diangkat pada
penelitian ini kemudian dihubungkan juga dengan teori yang relevan dengan
permasalahan yang ada.
3. Penarikan kesimpulan
Dalam melakukan penarikan kesimpulan seorang peneliti sudah harus
berusaha mencari makna dari data yang telah terkumpul sejak awal.
Kemudian dari awal peneliti harus berpegang teguh pada tema, pola
hubungan serta persamaan atas hal-hal yang sering muncul sehingga akan
dengan mudah untuk dapat ditarik suatu kesimpulannya dari penelitian
tersebut.

27
E. Teknik Triangulasi
Teknik triangulasi merupakan salah satu teknik dalam menguji suatu
informasi untuk dapat dikatakan valid maupun tidak terhadap informasi serta
sumber yang sudah ada28. Sehingga pada dasarnya proses triangulasi ini bersifat
penggabungan data dan sumber yang telah ada yang bertujuan untuk melakukan
pengujian kredibilitas pada suatu data agar dapat dirarik kesimpulan yang akurat
dan tepat. Dalam penelitian Andarusni Alfansyur dan Mariyani 29 smemaparkan
bahwa triangulasi terbagi menjadi tiga jenis yaitu triangulasi sumber, triangulasi
teknik dan triangulasi waktu.
Pada penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber yaitu pemeriksaan
sumber yang digunakan sebagai penentu kabsahan suatu data yang ditemukan dari
sumber daya yang mempunyai perbedaan antar datanya. Teknik triangulasi data
ini akan mempertajam data sehingga suatu data akan dikatakan dapat dipercaya
jika dilakukan pengecekan data yang diperoleh selama melakukan riset melalui
beberapa sumber atau informan30.

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan dalam mendukung serta menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian ini bertempat di DKI Jakarta
sebagai pusat persebaran virus covid 19 yang pertama dan juga sebagai
daerah pusat yang menjadi perhatian dalam penerapan penanggulangan
pandemi covid 19.

2. Jadwal Penelitian

28
Sugiyono, ‘Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.’ (Bandung: CV Alfabeta,
2013).
29
Andarusni Alfansyur and Mariyani, ‘Seni Mengelola Data: Penerapan Triangulasi Teknik,
Sumber Dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial’, Jurnal Kajian, Penelitian &
Pengembangan Pendidikan Sejarah, Vol 5 No 2 (2020), 146–50
<http://journal.ummat.ac.id/index.php/historis>.
30
Sugiyono, ‘Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R Dan D’ (Bandung: Alfabeta, 2017).

28
Jadwal penelitian untuk dapat menyelesaikan penelitian ini sampai akhir
disajikan dalam Tabel 3.1.

29
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

No Uraian Mei Juni Juli Agustus September Oktober


Pengajuan
1
Judul
Observasi
2
awal
Pengumpula
3
n data
Mengolah
4
data
Penyusunan
5
Proposal
Seminar
6
Proposal
7 Observasi
Pengambilan
8
data
Penyusunan
9
laporan
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Anda mungkin juga menyukai