Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

POLITIK HUKUM

PENGARUH POLITIK HUKUM DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DI MASA


PANDEMI COVID-19

Dosen Pengampu : Dr. Philips A. Kana, S.H., M.H.

Disusun Oleh :
Kelompok 5 (301 P2K)

1. Billy Boris (1933001273)

2. Poppy Laras Saki (1933001267)

3. Cosa Aditya I. S ()

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada kami karena hanya dengan izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Politik Hukum ini
dengan baik.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Politik Hukum, Bapak Dr.
Philips A. Kana, S.H., M.H. yang telah memberikan pengarahan, bantuan serta dukungannya
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun ini masih banyak
kekurangan baik secara sistematika penulisan, bahasa, dan penyusunannya. Oleh karena itu,
penulis memohon saran serta pendapat yang dapat membuat penulis menjadi lebih baik lagi
dalam menyelesaikan tugas di lain waktu, mudah-mudahan makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat untuk kami khususnya dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 03 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1. Latar Belakang................................................................................................................4

2. Rumusan Masalah...........................................................................................................6

3. Tujuan penulisan.............................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................7

KERANGKA TEORI................................................................................................................7

1. Politik Hukum.................................................................................................................7

2. Politilk Ekonomi.............................................................................................................7

BAB III....................................................................................................................................10

PEMBAHASAN..................................................................................................................10

1. Politik Hukum Pemulihan Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19 Perspektif


Konstitusi Ekonomi..............................................................................................................10

2. Penerapan Politik Ekonomi di Indonesia di masa pandemi covid-19...........................16

3. Dampak Pelaksanaan Politik Ekonomi Indonesia di masa pandemi covid-19.............16

4. Langkah Politilk untuk perbaikan Ekonomi pasca pandemi covid-19..........................17

BAB IV....................................................................................................................................19

PENUTUP............................................................................................................................19

1. KESIMPULAN.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada penghujung tahun 2019, masyarakat global dikejutkan dengan hadirnya suatu
kasus pneumonia misterius yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei.
Awalnya, pneumonia ini dinamakan sebagai 2019 Novel Corona (2019.nCoV) yang
kemudian WHO mengumumkan nama baru terhadap pneumonia tersebut yaitu Coronavirus
Disease (COVID19) pada tanggal 11 Februari 2020. COVID-19 adalah virus yang bersumber
dari hewan yang kemudian tertular ke manusia. Transmisi virus tersebut tidak berhenti di
situ, virus tersebut juga bertransmisi dari manusia ke manusia dengan sangat mudah sehingga
penyebaran virus tersebut sulit untuk dibendung. Inilah yang menjadi dasar WHO merubah
status COVID-19 dari epidemi lokal menjadi sebuah pandemi. Sampai dengan tanggal 28
Januari 2021 terdapat 87.640.097 juta kasus positif COVID-19 dengan jumlah kematian
1.890.847 ribu orang yang tersebar pada 215 negara di dunia. Bahkan total kasus di beberapa
negara seperti USA, Brazil, Russia, Inggris, Spanyol, dan Italia telah melewati total kasus
positif COVID-19 di China yang merupakan negara asal di mana COVID19 pertama kali
muncul.

Pandemi Covid-19 melanda dunia, dan Indonesia termasuk di dalamnya. Indonesia


berjuang melawan Covid-19 dengan memodifikasi kebijakan karantina wilayah (lockdown)
menjadi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang bersifat lokal sesuai tingkat
keparahan di wilayah provinsi, kabupaten, atau kota. Selama masa pandemi ini,
perekonomian dunia dan Indonesia mengalami pelambatan. Pemerintah dan lembaga kajian
strategis memprediksi Indonesia tumbuh rendah atau bahkan negatif di tahun 2020.

Untuk itu, Pemerintah berupaya mengagendakan kebijakan Normal Baru agar dampak
ekonomi akibat pandemi tidak sampai menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Kebijakan
ini berhubungan dengan perencanaan pembangunan dimana Pemerintah sudah menetapkan
program, target, dan major projects di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024. Pemerintah perlu melakukan penelaahan kembali terhadap rencana
jangka menengah mengingat pada tahun 2020 semua program dilakukan pengalihan fokus
untuk penanganan Covid-19. Pemerintah mempunyai 3 alternatif dalam perencanaan jangka
menengah, apakah tetap dengan rencana semula, melakukan revisi moderat, atau mengganti

4
dengan rencana yang baru dengan mendasarkan asumsi yang sudah diperbaharui dengan
datangnya pandemi Covid-19 dan dampak ekonomi yang mengiringinya.

Dalam penanganan COVID-19 Pemerintah Indonesia telah menetapkan politik hukum


dengan menerbitkan 3 (tiga) instrumen hukum sebagai langkah pencegahan terhadap
penyebaran wabah COVID-19: (1) Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Darurat Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19); (2)
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019, dan; (3) Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (Perppu) No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Dalam proses pembentukannya tentu membutuhkan perangkat kebijakan yang


komprehensif, terintegrasi dan tepat sasaran. Konstitusi UUD 1945 Pasal 22 ayat (1-3)
memberikan ruang bagi pemerintah menetapkan Perpu No. 1 Tahun 2020 menjadi UU No. 2
Tahun 2020 sebagai payung hukum dalam upaya dan menjaga ketahanan seluruh elemen
bangsa dari segala ancaman yang membahayakan keselamatan masyarakat bangsa dan
negara. Peran kebijakan hukum pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, memiliki
kedudukan sentral guna mengantisipasi “sistem” dan manajeman yang rapuh. Kebijakan
pemulihan ekonomi nasional tidak lepas dari kebijakan politik hukum itu sendiri, tentu
dengan memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian, itikad baik dan penuh integritas serta
tetap berlandaskan pada asas tata kelola yang baik, akuntabilitas, dan transparansi.

5
2. Rumusan Masalah

1) Apakah dampak dari Politik Hukum terhadap perekonomian masyarakat?


2) Apa saja rencana perbaikan Ekonomi pasca pandemi covid-19 secara Politik?

3. Tujuan penulisan

1) Untuk Mengetahui dampak dari Politik Hukum terhadap perekonomian masyarakat


2) Untuk mengetahui rencana perbaikan Ekonomi pasca pandemi covid-19 secara Politik

6
BAB II

KERANGKA TEORI

1. Politik Hukum

Abdul Gani Hakim Garuda Nusantara dalam bukunya memberikan definisi tentang
pengertian politik hukum. Gani menyatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan hukum
(legal policy) yang hendak diterapkan atau dilaksanakan oleh suatu pemerintahan negara
tertentu.Kemudian mengutip dari bapak hukum progressif Indonesia Satjipto Rahardjo juga
memberikan definisi tentang politik hukum. Beliau menyatakan bahwa politik hukum
merupakan sebuah aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu
tujuan nasional dan hukum tertentu dimasyarakat.
Pengertian politik hukum juga diutarakan oleh Padmo Wahyono. Menurutnya politik
hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukum sesuatu. Dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan dengan pembentukan
hukum, penerapan hukum dan penegakannya sendiri. Moh. Mahfud MD menguraikan bahwa
politik hukum adalah garis resmi yang dijadikan dasar pijak dan cara untuk membuat dan
melaksanakan hukum dalam rangka mencapai tujuan bangsa dan negara.
Sementara Bagir Manan sebagaimana dikutip Hermanto, memiliki pandangan yang khas
tentang politik hukum. Politik hukum menurut beliau tidak lain dari politik ekonomi, politik
budaya, politik sosial, politik hankam dan politik dari politik itu sendiri. Bagir Manan tidak
menyebut politik hukum sebagai legal policy, tetapi politik hukum merupakan policy behind
the legal policy. Dengan demikian Politik hukum menyangkut kebijakan mengenai arah
hukum, bentuk hukum dan isi hukum.

2. Politilk Ekonomi

Politik ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari produksi, perdagangan, dan
hubungannya dengan hukum dan pemerintah. Secara sederhana, ekonomi politik mengacu
pada nasihat yang diberikan oleh para ekonom ( seorang professional dalam disiplin ilmu
sosial ekonomi.) kepada pemerintah baik tentang kebijakan ekonomi umum atau proposal
khusus tertentu yang dibuat oleh politisi.

7
Politik ekomomi adalah tindakan-tindakan (actions) tertntu yang diambil atau dilakukan
pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya di negara Indonesia
berikut sebagai contohnya :

- Meningkatkan kesejahteraan penduduk atau warga masyarakat.


- Menjamin berlakunya hukum dan dan ketertiban masyarakat (law and order).
- Menjamin kebebasan berpendapat dan memilih.
- Mengurangi ketegangan-ketegangan sosial
- Mempertahakan diri dari "serangan-serangan" luar dan  Menyediakan sarana-sarana
kesehatan dan Pendidikan secara memadai

Strategi Ekonomi

            Jika politik ekonomi menyangkut keseluruhan tindakan atau intervensi pemerintah


dalam bidang ekonomi untuk mecapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan, sedangkan untuk
mecapai tujuan tersebut tersedia berbagai perangkat (instrumens) kebijakan, maka strategi
adalah keputusan untuk memilih satu atau lebih perangkat-perangkat kebijakan yang ada,
Biasanya dalam bidang ekonomi disebutkan lima perangkat kebikajan berikut:

- Keuangan Publik (public finance) yaitu tentang penerimaan dan pengeluaran


pemerintah (APBN,perpajakan,dll)
- Uang dan perkreditan
- Nilai tukar (kurs) mata uang
- Pengaturan langsung (direct controls) Misalnya penetapan harga-harga dan Perubahan
dalam kerangka dasar kelembagaan (institutional framework)

Pedoman-pedoman politik ekonomi sebagai berikut:

1. Anggaran pendapatan dari belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-


undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran-anggaran
yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalakan anggaran tahun lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang
3. Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang

8
4. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu
Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang.
Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Bahwa segala tindakan/politik ekonomi harus dilaksanakan berdasarkan undang-undang


tertentu menunjukan betapa sistem ekonomi yang berdasar Undang Undang Dasar belum
dianggap cukup terperinci dalam melaksanakan politik ekonomi harus disetujui DPR. 

Dari definisi-definisinya yang diberikan diatas menjadi jelas bahwa baik politik ekonomi
maupun sistem ekonomi keduanya dapat (dan harus) dibuat lebih demokratis. Artinya, politik
ekonomi yang benar harus menghasilkan atau dapat mewujudkan satu atau lebih tujuan yang
menguntungkan sebagian besar atau lebih baik lagi seluruh masyarakat, bukan hanya bagi
keuntungan atau kemanfaatan orang-seorang.

Sistem dan politik ekonomi yang berjiwa kerakyatan dilaksanakan untuk "mengoreksi"
sistem dan politik ekonomi sebelumnya  karena lebih berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi tinggi menganut pola konglomeransi (betting on the strong).

Pola atau strategi pembangunan ekonomi konglomerasi terutama sejak 1988 memang mampu
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi "secara berkelanjutan" meskipun
dengan akibat melebarnya jurang perbedaan kaya-miskin dan lambatnya penurunan jumlah
penduduk yang tergolong miskin (yang krisis ekonomi berlipat lebih dari 2 kali).

 Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa diterapkannya sistem dan politik ekonomi
kerakyatan memang akan mengurangi kemudahan-kemudahan yang biasanya diterima sektor
formal besar terutama di sektor industri. Politik ekonomi kerakyatan tidak berarti
mengabaikan sektor formal, tetapi lebih memperhatikan, melindungi, dan memberikan
prioritas pada usaha-usaha ekonomi rakyat selama 10 tahun terakhir kurang diperhatikan.

Ekonomi rakyat adalah bagian dari perekonomian nasional yang posisinya masih selalu
tertekan dan lemah.

9
BAB III

PEMBAHASAN

1. Politik Hukum Pemulihan Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19 Perspektif


Konstitusi Ekonomi

Politik pemulihan ekonomi nasional akibat Covid-19 tidak lepas dari pembuatan dan
penerapan hukum. Kebijakan hukum dalam politik hukum pemulihan ekonomi nasional
bertitik tolak dari garis resmi kebijakan negara dalam menerapkan hukum sebagai bagaian
dari hukum positif. Artinya terdapat proses tahapan dalam menerapkan politik hukum, dalam
hal ini terklasifikasi menjadi 3 (tiga) bagian. Mulai dari proses pembaharuan, perubahan dan
pembuatan hukum. Dalam kajian ini, politik hukum pemulihan ekonomi nasional lebih pada
pembuatan hukum. Dalam konstruksi konstitusi ekonomi, negara harus dapat menjamin
perlindungan bagi seluruh warga, baik dalam kondisi normal maupun kondisi tidak normal
atau kondisi luar biasa. Bentuk perlindungan yang diberikan oleh negara tidak sebatas
perlindungan dari ancaman fisik, namun juga perlindungan keseluruhan aspek kehidupan dari
keselamatan 269 juta jiwa penduduk Indonesia. Negara harus mampu menjaga ketahanan
seluruh elemen bangsa dari segala ancaman yang membahayakan negara dan masyarakat.
Dengan segala sumber daya yang ada, ia harus mewujudkan ketahanan negara yang kokoh
dari segala ancaman, termasuk ancaman terhadap perekonomian nasional dan/atau stabilitas
sistem keuangan yang menimbulkan dampak pada aspek sosial, ekonomi, politik dan
kesejahteraan masyarakat.
Fenomena pandemi yang berpengaruh pada turunnya pertumbuhan ekonomi
mengakibatkan perlunya dibentuk aturan sebagai kebijakan negara. Aturan ini penting
sebagai strategi landasan penerapan kebijakan pemulihan ekonomi untuk mendongkrak
pertumbuhannya yang lebih stabil. Dalam pembuatan aturan tersebut, tentu tidak lepas dari
pemilihan metodologi yang akan ditentukan agar mencapai tujuan politik hukum ini. serta ada
kretiria-kriteria tertentu yang yang dijadikan indikator. Maka pembentukan aturan melalui
politik hukum tidak lepas dari sumber yang dijadikan bahan penyusunan. Mulai sumber
filosifis, teoritis dan sosiologis. Karena isu politik hukum dibidang ekonomi, maka ilmu
ekonomi juga penting sebagai sumber kajian di dalam pembentukan aturan pemulihan
ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi pembangunan negara yang
lebih baik. Kebijakan pembangunan negara tidak lepas dari faktor hukum sendiri.
Sebagaimana diungkap oleh Leonard J Thierberge dalam tulisannya berjudul Law And

10
Economic Development. Menurut Berge, bahwa hukum menjadi reinforcement membuktikan
bahwa hukum memiliki elemen-elemen yang kondusif bagi pembangunan (termasuk
pembangunan ekonomi, yaitu (1) Stabilitas; (2) prediktabilitas); (3) fairness, (4) pendidikan,
(5) pengembangan kemampuan para ahli hukum. Berdasarkan pendapat diatas, hukum
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mengatasi permasalahan pertumbuhan
ekponomi nasional yang sedang jatuh.
Kebijakan politik hukum dapat berperan sebagai pendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Dalam pembentukan aturan ini, elemen-elemen menurut Berge bisa diterapkan. Pertama
bahwa dalam pembuatan aturan pemulihan ini tujuannya adalah stabilitas negara. Kedua
pembuatan hukum dalam mengatasi pemulihan ekonomi akibat pandemi perlu dilakukan
kajian secara prediktabilitas. Bahwa aturan tersebut dikaji untuk benar-benar bisa diterapkan
di masyarakat dengan cara yang sudah ditentukan untuk mewujudkan tujuan pemulihan
ekonomi nasional. Ketiga tentang pentingnya nilai keadilan dalam aturan. Pemulihan
ekonomi nasional bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan seluruh warga Indonesia.
Pembuatan aturan ini tentu tidak boleh hanya menguntungkan salah satu pihak. Maka prinsip
keadilan perlu dijadikan dasar. Kelima, sudah saatnya pemberdayaan para ahli hukum dalam
kontribusi pembentukan aturan ini. Kompetensi pemikiran-pemikiran ahli hukum dapat
menjadi sumbangsih sebagai tambahan referensi dalam menyusunan pemulihan ekonomi
nasional yang tepat untuk dilaksanakan. Politik hukum pemulihan ekonomi nasional bisa
berjalan dengan baik apabila menempatkan kedudukan hukum sebagai pedoman
pemberlakuan. Karena menurut J.D. Nyhart menegaskan bahwa hukum merupakan kekuatan
yang menjamin ketertiban melalui fungsi legislatif, ajudikatif serta administratif yang
kesemuanya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Artinya kedudukan
hukum dalam pemulihan ekonomi memiliki peran yang strategis.
Karena pemulihan ekonomi nasional berdasarkan kebijakan hukum akan menjaga
ketertiban pelaksanaan untuk mencapai tujuan pemulihan ekonomi itu sendiri. Namun dalam
pendapat tersebut ada 3 (indikator) yang perlu diperhatikan apabila menjadi hukum sebagai
landasan kebijakan pemulihan ekonomi. Pelaksanaan hukum untuk kebijakan ekonomi
dilakukan melalukan dari fungsi legislatif, ajudikatif dan administratif. Ketiga unsur tersebut
harus saling berkesinambungan agar tujuan pemulihan ekonomi melalui hukum bisa
terwujudkan. Produk politik hukum yang dibentuk sebagai pedoman pelaksanaan ketentuan
dan wajib dipatuhi. Produk politik hukum dapat menjadi dasar landasan pelaksanaan
kebijakan sebagai bentuk kepastian hukum. Namun hal tersebut tidak akan bisa berjalan
apabila tidak ada pelaksanaan. Maka administratif memiliki peran untuk mengkonkretkan
11
kebijakan agar bisa berlaku di ranah masyarakat. Pelaksanaan administratif harus benar-benar
berdasarkan amanat UU. Apabila administrasti tidak selaras dengan UU, tujuan UU tersebut
tidak akan tercapai. Misal pembentukan aturan pemulihan ekonomi memiliki tujuan sebagai
stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Maka perlu diimbangi dengan kebijakan
administratif. Apabila pelaksanaan kebijakan administrasi tidak sesuai amanat hukum
tersebut, tujuan pemulihan ekonomi tidak akan segera tercapai karena tidak berjalan sesuai
pedoman. Untuk mengimbangi berjalannya amanat UU dalam menuju pemulihan ekonomi
berdasar hukum, perlu pengawasan yang bisa dipegang oleh peran ajudikasi. Peran ini akan
berjalan dalam tataran pengawasan oleh lembaga peradilan. Apabila dalam pelaksanaan
amanat aturan pada projek pemulihan ekonomi ini tersandung presoalan kasus hukum, maka
peran ajudikasi menjadi sangat sentral. Peradilan juga memiliki kedudukan sangat penting
dalam mengawasi jalannya ekonomi nasional. ancaman monopoli bisa saja melanda.
Kemudian persaingan kurang sehat menjadi faktor oknum masyarakat untuk menguasai
iklim perekonomian. Akibatnya terjadi permasalahan baru dalam iklim ekonomi yang tidak
kondusif karena bisa merugikan masyarakat. Maka perlu segera ditangani melalui peradilan
agar bisa mengembalikan ritme ekonomi yang berwawasan keadilan. Politik hukum ekonomi
dalam pemulihan perekonomian nasional akibat pandemi bisa berjalan dengan baik apabila
kedudukan memiliki peran dengan unsur lain. bahwa politik hukum ekonomi dilakukan atas
kajian ekonomi secara politik yang tuangkan dalam suatu aturan. Maka kajian aturan tersebut
menjadikan ekonomi politik sebagai indikator objek pengaturan. Mochtar Mas’oed
mendefinisikan ekonomi politik sebagai studi tentang saling kaitan dan interaksi antara
fenomena politik dengan ekonomi antara negara “negara” dengan “pasar”, atara lingkungan
domestik dengan yang internasional. Dan antara pemerintah dengan masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas, politik hukum pemulihan ekonomi nasional harus melihat
ekonomi politik nasional sendiri sebagai referensi agar sesuai kebutuhan yang diperlukan.
Ranah kajian ekonomi politik dalam pembentukan aturan perekonomian harus mengkaji
interaksi antara negara dan pasar. Pada pendemi ini, negara harus bisa melihat kondisi pasar
akibat hantaman badai Covid- 19. Kerugian akibat pandemi yang terjadi dipasar harus benar-
benar dipahami. Pemilahan kajian kerugian pasar dan sebagainya bisa dijadikan dasar dalam
pencarian solusi yang akan dimasukan dalam suatu aturan. Negara yang aktif untuk
memperhatikan perkembangan pasar secara nasional akan mudah mengambil keputusan
karena bisa menemukan permasalahan yang akan dicarikan jalan penyelesaian. Kemudian
hubungan domestik dan internasional juga tidak luput diperhatikan sebagai referensi politik
hukum ekonomi ini. Selain itu peran para stakeholder dan para pejabat berwenang yang
12
memegang penuh kunci keberhasilan dalam menjalankan roda politik hukum ini. Akan tetapi
pejabat harus benar-benar bisa melihat kondisi masyarakat sekitar.
Tujuannya agar bisa melihat fenomena permasalahan dan peristiwa yang bisa ditangkap
oleh para pejabat. Segala fenomena dan peristiwa tersebut menjadi tugas bagi para pejabat
untuk bisa mencarikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang akan dtetapkan pada
penetapan hukum. Misalnya dalam pandemi ini, kondisi Indonesia saat pandemi harus benar-
benar bisa menangkap pokok permasalahan yang sudah kompleks di masyarakat baik
dibidang UMKM atau ekononi makro. Kemudian untuk menyelesaiakan turunnya UMKM
akibat pandemi, perlu dikontruksikan solusi konkretnya. Apakah dukungan dana atau
pemberdayaan para pelaku usaha kembali. apabila sudah dipilih, maka perlu dimasukan
dalam aturan sehingga bisa diterapkan.
Proses pengambilan kebijakan seperti di atas tidak lepas dengan konsepsi teori
sibernetika20 dari Tallcott Parson yang kembangkan oleh Satjipto Rahardjo. Bahwa
berdasarkan teori ini terdapat sebuah perputaran dan dampak kebijakan yang menjadi timbal
balik. Bahwa kebijakan politik diambil berdasarkan kondisi yang ada didalam masyarakat.
Kemudian diteruskan dalam penyelesaian berdasarkan bidang politik penetap aturan. Dalam
penetapan aturan ini harus benar-benar bersanding pada kebutuhan di masyarakat. Apabila
penetapan aturan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan, dampak yang terasa adalah
masyarakat sendiri. Dan kebijakan tersebut tentu akan merubah kondisi di masyarakat
berdasarkan aturan yang harus dipatuhi, sebagaimana istilah yang popoler dikenal dalam
ilmuwan hukum law as a tool social enginering (hukum adalah alat rekayasa sosial) dari
Rescou Pond. Dalam kaitan pandemi ini, teori sibernetika wajib menjadi perhatian bagi
pelaku politik hukum pemulihan ekonomi nasional. Penjaringan aspirasi dari masyarakat
harus benar-benar ditampung dengan baik. Aspirasi-aspirasi tersebut merupakan suatu
sumber persoalan yang wajib didengar sebagai referensi dalam mencari solusi penyelesaian
masalah. Bahwa berdasarkan teori sibernetika, kebijakan politik hukum harus benar-benar
memperhatikan keluhan dari masyarakat akibat pandemi ini dibidang perekonomian. Mulai
dari kerugian perdagangan, UMKM, perburuhan dan tingkat penawaran dan permintaan.
Apabila semua bisa diakomodasi dalam pembentukan hukum akan menjadi suatu sumber
hukum yang baik untuk bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam hukum itulah
solusi dari negara akan diberikan sebagai jaminan penyelesaian masalah ekonomi ini ditengah
pandemi. Namun apabila kebijakan ini tidak benar-benar menyaring sesuai kebutuhan
masyarakat, justru hanya menibulkan timbal balik yang bisa semakin merugikan masyarakat.

13
Indonesia sebagai negara demokrasi konstitusional dengan jumlah penduduk yang besar
bukan pekerjaan yang mudal dalam konteks pembangunan ekononi di tengah pandemi.
Perlunya politik hukum nasional sebagai dasar pijakan yang tepat sasaran dalam upaya
mengatasi pandemi adalah satu hal yang wajib dilakukan oleh pemegang tampuk kekuasaan.
Dengan konsep politik hukum berbasis konstitusi ekonomi sebagai salah satu upaya jalan
keluar dalam menghadapi situasi yang sulit merupakan ikhtiar nyata menuju Indonesia Sehat
dan Bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Amartya Sen dalam bukunya berjudul Beyond
The Crisis: Development Strategies in Asia menyatakan bahwa nilai yang paling dominan
dalam pembangunan ekonomi adalah adalah kebebasan. Kebebasan ini bisa terjamin dari
pelaksanaan demokrasi dalam suatu negara. Pentingnya demokrasi yang menjamin kebebasan
antara lain; Pertama, ia dapat membuat hidup ini lebih berarti karena kita bisa bertindak lebih
bebas dan lebih efektf. Kedua, demokrasi memberi insentif politik bagi pemerintah untuk
memperhatikan kelompok yang kurang beruntung. Ketiga, demokrasi memberi kesempatan
bagi masyarakat untuk saling mempelajari dan membangun nilai-nilai prioritas bersama. Pada
tataran inilah demokrasi mempunyai nilai konstruktif.
Indonesia sebagai negara demokrasi bisa memanfaatkan konseptualitas di atas dalam
mengatasi perekonomian yang turun akibat pandemi. Melalui sistem demokrasi politik
hukum ekonomi dalam pandemi ini bisa berjalan dengan bebas dan leluasa sesuai amanat
yang telah dibuat. Kemudian atas dasar demokrasi ini negara bisa memberi insentif untuk
memberikan perhatian bagi kelompok yang mendapat permasalahan dalam bidang ekonomi
akibat dampak Covid-19. Dalam konteks demokrasi, negara dipandang tidak berjalan sendiri
dalam menjakankan kebijakan. Akan tetapi masyarakat serta pihak stakeholder lain bisa
berkontribusi dalam menangani permasalahan ekonomi ditengah pandemi ini. Masyarakat
Indonesia bisa menuangkan pikirannya baik untuk mempelajari dan membangun nilai-nilai
prioritas utama sebagai solusi penyelesaian pandemi. Terutama bagaimana bisa kembali
memulihkan ekonomi nasional. Agar pertumbuhan perekonomian selanjutnya bisa stabil dan
iklim bisnis negara bisa berjalan normal. Pentingnya pemulihan ekononi sebagai salah satu
tulang punggung ketahanan pembangunan negara juga terdapat dalam perspektif Islam.
Pengertian pembangunan ekonomi dalam Islam berdasarkan pemahaman terhadap syari’ah
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Pembangunan ekonomi dalam Islam
menekankan bahwa keberhasilan pembangunan harus disertai pengetahuan tentang konsep-
konsep pembangunan klasik dan modern. Kemudian bisa melihat pengalaman negara-negara
yang telah berhasil dalam melakukan usaha pembangunan. Artinya dalam perspektif Islam
pentingnya pemulihan ekonomi tidak lepas dari pengetahuan tentang konsep-konsep klasik
14
dan modern serta pengalaman negara- negara yang berhasil dalam melakukan usaha
pembangunannya. Maka studi ilmu perekonomian tentang pembangunan yang telah berhasil
dilakukan beberapa negara juga bisa diadopsi. Usaha tersebut sebagai bentuk kajian yang
dilakukan dalam sistem politik hukum pada pemulihan ekononi nasional akibat pandemi.
Kajian-kajian strategi pembangunan ekonomi negara lain bisa menjadi referensi diadopsi dan
dimodifikasi sesuai dengan iklim di negeri ini sehingga ketika akan diterapkan dapat
menemukan efektifitas dan kemanfaatannya.
Sehingga bisa menciptakan kebijakan ekonomi di tengah pandemi dalam
mengembangkan kehidupan ekonomi masyarakat yang wajar dan adil. Pembentukan hukum
melalui politk hukum dalam pemulihan ekonomi nasional menjadi penting sebagai solusi
turunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tujuan dari luaran politik hukum ini bukan hanya
sebagai kepentingan umat. Akan tetapi usaha negara dalam mengatasi permasalahan ekonomi
akibat pandemi juga bagian amanat konstitusi. Keadaan ekonomi saat ini perlu dibangun
kembali melalui berbagai aspek terutama aspek hukum sebagai landasan kebijakan pemulihan
ekonomi nasional. Ketentuan sebagai bentuk kebijakan poitik hukum yang telah dikeluarkan
pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah (PERPPU) No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid- L9) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang
Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan. Dan Perppu
ini akhirnya disahkan ke dalam UU No.1 Tahun 2020. Munculnya aturan tersebut karena
tidak lepas dari dampak kerugian yang ditilmbulkan akibat penyebaran Covid – 19. Bahwa
pemerintah menyadari dampak dari Covid -19 mengakibatkan perlambatan pertumbuhan
ekonomi nasional. pertumbuhan ekonomi nasional yang turun ternyata juga berpengaruh pada
penerimaan negara dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan.
Selain itu akibat turunya pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada penurunan berbagai
aktivitas ekonomi domestik. Maka disini perlu solusi untuk menyelamatkan kesehatan dan
perekonomian nasional dalam hal pemulihan terhadap masyarakat yang terdampak.
Pemerintah tidak menunggu lama untuk mencari solusi penyelesaian masalah ekonomi
sekarang dengan mengeluarkan ketentuan hukum. Sehingga keluarlah Perppu tersebut untuk
mengatasi hal yang dapat mengancam maupun membahayakan perekonomian dan stabilitas
sistem keuangan nasional. Beberapa pasal yang terdapat dalam Perppu tersebut merupakan
kajian-kajian sebagai strategi negara yang bisa diterapkan dalam menghadapi pandemi ini.
Upaya yang bisa dilaksanakan melalui aturan tersebut tentu dilakukan dalam rangka
memulihkan perekonomian nasional. Tujuannya agar kondisi ekonomi Indonesia bisa
15
kembali stabil. Apabila ekonomi Indonesia stabil, pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
Meningkatnya ekonomi Indonesia akan berdampak kembali lancarnya aktivitas perdagangan
domestik sebagai sumber pencarian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan.

2. Penerapan Politik Ekonomi di Indonesia di masa pandemi covid-19

Dalam menghadapi Covid-19, Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan yang cepat


untuk mengurangi dampaknya pada perekonomian. Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh
Covid-19 bisa lebih besar dari dampak kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi akan melambat.
Jika terjadi perlambatan ekonomi, maka daya serap tenaga kerja akan berkurang,
meningkatnya pengangguran dan kemiskinan. Sektor yang sangat terpukul dengan pandemi
Covid-19 adalah pariwisata dikarenakan adanya larangan traveling dan konsekuensi social
distancing. Imbasnya merembet ke industri perhotelan, restoran, retail, transportasi dan
lainnya. Sektor manufaktur juga terimbas karena terhambatnya supply chain bahan baku
disebabkan kelangkaan bahan baku terutama dari China dan keterlambatan kedatangan bahan
baku. Hal ini akan berdampak pada kenaikan harga produk dan memicu inflasi. Pemerintah
Indonesia mengambil kebijakan yang komprehensif di bidang fiskal dan moneter untuk
menghadapi Covid-19. Di bidang fiskal, Pemerintah melakukan kebijakan refocusing
kegiatan dan realokasi anggaran. Untuk itu, Presiden RI, Joko Widodo, menerbitkan Inpres
No.4/2020, yang menginstruksikan, seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota
mempercepat refocusing kegiatan, realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa penanganan
Covid-19.

3. Dampak Pelaksanaan Politik Ekonomi Indonesia di masa pandemi covid-19

Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga
memengaruhi kondisi perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Pandemi ini menyebabkan beberapa pemerintah daerah menerapkan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas
masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial lainnya.
Menurunnya berbagai aktivitas ini berdampak pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat,
khususnya masyarakat rentan dan miskin. Oleh sebab itu, pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun daerah, mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi penyebaran
COVID-19 serta kebijakan-kebijakan yang bersifat penanggulangan dampak sosial dan

16
ekonomi akibat pandemi ini. Di sektor ekonomi, pemerintah telah melakukan percepatan
dalam penyaluran ragam bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat. Serta di sektor lainnya,
pemerintah telah mengeluarkan skema-skema kebijakan untuk meminimalisir dampak
pandemi. Semuanya dilakukan semata-mata untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia. 

4. Langkah Politilk untuk perbaikan Ekonomi pasca pandemi covid-19

Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan moneter
yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana APBN untuk
pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun. Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai
terasa pada triwulan III. Meskipun tidak bertumbuh positif, diharapkan ekonomi nasional
tidak berkontraksi sebesar triwulan II. Selanjutnya triwulan IV, diharapkan ekonomi nasional
bertumbuh positif sehingga kontraksi tahun 2020 bisa ditekan sekecil mungkin. Sementara
itu, pada tahun 2021, diharapkan ekonomi nasional akan mengalami recovery secara
siginifkan. Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat 3 (tiga) kebijakan yang dilakukan yaitu
peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga
stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter.

Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan sinergy antara pemegang


kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait. Salah satu penggerak
ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri, semakin banyak konsumsi maka ekonomi
akan bergerak. Konsumsi sangat terkait dengan daya beli masyarakat. Oleh sebab itu,
Pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar Rp172,1 triliun untuk mendorong
konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui Bantuan
Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik dan lain-lain.

Pemerintah juga mendorong konsumsi kementerian/Lembaga/pemerintah daerah melalui


percepatan realisasi APBN/APBD. Konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam negeri
sehingga memberikan multiplier effects yang signifikan. Pemerintah berusaha menggerakkan
dunia usaha melalui pemberian insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Untuk
UMKM, pemerintah antara lain memberikan penundaaan angsuran dan subsidi bunga kredit
perbankan, subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat dan Ultra Mikro, penjaminan modal
kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian insentif pajak misalnya Pajak Penghasilan (PPh
Pasal 21) Ditanggung Pemerintah. Untuk korporasi, Pemerintah memberikan insentif pajak

17
antara lain bebas PPh Pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dan pengembalian
pendahuluan PPN; menempatkan dana Pemerintah di perbankan untuk restrukturisasi debitur.
Pemerintah juga memberikan penjaminan modal kerja untuk korporasi yang strategis,
prioritas atau padat karya. Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank
Indonesia menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah, menurunkan suku bunga, melakukan
pembelian Surat Berharga Negara, dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Tujuan
penurunan suku bunga adalah meningkatkan likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas
dunia usaha.

18
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga
memengaruhi kondisi perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Pandemi ini menyebabkan beberapa pemerintah daerah menerapkan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas
masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial lainnya.
Menurunnya berbagai aktivitas ini berdampak pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat,
khususnya masyarakat rentan dan miskin.
Bahwa pemerintah menyadari dampak dari Covid -19 mengakibatkan perlambatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional yang turun ternyata juga
berpengaruh pada penerimaan negara dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan.
Selain itu akibat turunya pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada penurunan berbagai
aktivitas ekonomi domestik.
Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan moneter
yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana APBN untuk
pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat 3
(tiga) kebijakan yang dilakukan yaitu peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan
aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter. Pemerintah juga
mendorong konsumsi kementerian/Lembaga/pemerintah daerah melalui percepatan realisasi
APBN/APBD. Konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam negeri sehingga memberikan
multiplier effects yang signifikan. Pemerintah berusaha menggerakkan dunia usaha melalui
pemberian insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Dalam rangka mendukung
pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah,
menurunkan suku bunga, melakukan pembelian Surat Berharga Negara, dan stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan. Tujuan penurunan suku bunga adalah meningkatkan
likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas dunia usaha.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hanoatubun, S. (2020). DampakCovid – 19 terhadapPrekonomian Indonesia. EduPsyCouns:


Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 146-153.

SALAM; JurnalSosial&BudayaSyar-i FSH UIN SyarifHidayatullah Jakarta Vol. 7 No. 3


(2020), pp.227-238, DOI: 10.15408/sjsbs.v7i3.15083

burhanuddin, chairul, & Abdi, M. (2020). KRISIS EKONOMI GLOBAL DARI DAMPAK
PENYEBARAN VIRUS CORONA (COVID-19). AkMen JURNAL ILMIAH, 17(1), 90-98.

Hadiwardoyo, W. (2020). KerugianEkonomi Nasional AkibatPandemi Covid-19.


BASKARA: Journal of Business & Entrepreneurship, 2(2), 83-92.

Kresna, A., &Ahyar, J. (2020). Pengaruh Physical Distancing dan Social Distancing
terhadapKesehatandalamPendekatanLinguistik. Jurnal Syntax Transformation, 1(4), 14-19.

Pradana, A. A., &Casman, C. (2020). PengaruhKebijakan Social Distancing pada Wabah


COVID-19 terhadap Kelompok Rentan di Indonesia. JurnalKebijakanKesehatan Indonesia:
JKKI, 9(2), 61-67.

Ristyawati, A. (2020). EfektifitasKebijakanPembatasanSosialBerskalaBesarDalam Masa


Pandemi Corona Virus 2019 oleh PemerintahSesuaiAmanat UUD NRI Tahun 1945.
Administrative Law & Governance Journal, 3(2), 240- 249

20

Anda mungkin juga menyukai