Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Sedangkan desentralisasi menurut KBBI adalah sistem pemerintahan yang lebih banyak
memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah. Secara etimologis, istilah desentralisasi
berasal dari Bahasa Belanda, yaitu "de" yang berarti "lepas", dan "centerum" yang berarti pusat.
Sumber :
BMP ADPU4440
2. Kerjasama antar daerah hanya dapat terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya
kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan. Oleh
karena itu, inisiasi kerjasama antar daerah baru dapat berjalan dengan efektif apabila telah
ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau kesamaan permasalahan. Kesamaan inilah
yang dijadikan dasar dalam mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra. Selain itu,
yang juga perlu dipikrkan adalah masalah feasibilitas kerjasama, baik secara ekonmi maupun
politis.
Secara politis karena walau bagaimanapun, keputusan akhir mengenai komitmen untuk
bekerjasama adalah sebuah keputusan politis yang harus diambil pada level pimpinan, sehingga
diperlukan argumentasi-argumentasi untuk bekerjasama yang cukup menarik secara politis bagi
level pimpinan itu. Tentu saja, karena secara politis kerjasama ini harus menarik bagi semua
daerah yang terlibat, maka juga harus menguntungkan bagi semua daerah. Prinsip “saling
menguntungkan” inilah yang menjadi salah satu filosofi dasar kerjasama.
Dalam pembahasan tentang kerjasama antar daerah(KAD) maka tidak terlepas dari beberapa isu
strategis dan menarik yang berkaitan dengan urgensi kerjasama antar pemerintah daerah selama
ini, yakni:
Pasca orde baru banyak harapan tertumpuh pada otonomi daerah dengan seperangkat regulasinya
yang diyakini sebagai aufklerung bagi masyarakat Indonesia. Kreatif dan inisiatif daerah semakin
berkembang, kesejahteraan masyarakat juga diharapkan juga semakin meningkat dengan makin
dimengertinya kemauan masyarakat oleh penyelenggara layanan public dan sederet harapan
lainnya yang tertumpuh pada penguatan otonomi daerah. Dalam pelaksanaan desentralisasi,
penguatan otonomi daerah memiliki sisi negative antara lain, sinergi pembangunan regional yang
dikhawatirkan semakin menjauh akibat lemahnya koordinasi di antara mereka. Kabupaten kota
bukannya menjalin kerjasama untuk berbagi peran dalam menyelesaikan masalah bersama, atau
meningkatkan daya saing dengan bersinergi tetapi membiarkan kondisi tanpa komunikasi, tanpa
koordinasi bahkan tanpa kerjasama di tingkat regional.
Perda APBD
4. Excellent service atau disebut juga Pelayanan Prima adalah melakukan pelayanan sebaik mungkin
kepada para pelanggan, sehingga pelanggan menjadi merasa puas. Atau definisi pelayanan prima
yaitu melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada para pelanggan atau konsumen sehingga
menimbulkan rasa yang puas. Secara umum tujuan pelayanan prima yaitu memberikan pelayanan
sehingga bisa memenuhi dan memuaskan para pelanggan efeknya perusahaan mendapatkan
keuntungan yang maksimal.
Manfaat dari pelayanan prima salah satunya untuk upaya meningkatkan kualitas pelayanan
perusahaan ataupun pemerintah kepada para pelanggan atau masyarakat, serta dapat menjadi
acuan untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan. Standar pelayanan dapat diartikan
sebagai tolak ukur atau patokan yang digunakan untuk melakukan pelayanan dan juga sebagai
acuan untuk menilai kualitas suatu pelayanan. Pelayanan disebut prima jika pelanggan sudah
merasa puas dan sesuai dengan harapan pelanggan
Definisi Pelayanan publik menurut Harbani Pasolong (2007:128) adalah setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Sementara Sinambela dalam buku
"Reformasi Pelayanan Publik" (2014:5) menyatakan bahwa "Pelayanan publik adalah pemenuhan
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai
kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan,
pendidikan dan lain-lain."
Sementara pakar luar negeri seperti Roth (1926: 1) mendefenisikan sebagai layanan yang tersedia
untuk masyarakat baik secara umum (seperti museum) atau secara khusus (seperti di restoran
makanan). Sedangkan Lewis & Gilman (2005:22) mendefinisikan pelayanan publik adalah
kepercayaan publik. Warga negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran
dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik. Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggungjawabkan menghasilkan kepercayaan
publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar
untuk mewujudkan pemerintah yang baik.
Penyediaan pelayanan yang berkualitas memacu potensi sosial ekonomi. Sedangkan perilaku
yang tidak sesuai merupakan kelemahan pelaksana yang tidak bertanggung jawab dengan tugas
dan kewajibannya sebagai pelaksana pelayanan publik. Masyarakat sejatinya juga berhak ikut
serta dalam penyusunan pelayanan publik. Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 Pasal 39
disebutkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dimulai sejak
penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan. Peran serta
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk kerja sama,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan
pelayanan publik. Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik.
Sumber ;
BMP ADPU4335
https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--wajah-pemerintah-dalam-pelaksana-pelayanan-publik