Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS

TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : SITI AZA TANARUBUN


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041425083

Tanggal Lahir : 09/02/1987

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4440 / ADMINSTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Kode/Nama Program Studi : 50 / ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 86 / AMBON

Hari/Tanggal UAS THE : Minggu / 19 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : SITI AZA TANARUBUN


NIM : 041425083
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4440 / ADMINSTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
Fakultas : HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ-UT : AMBON

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Dobo, 19 Juni 2022


Yang Membuat Pernyataan

SITI AZA TANARUBUN


1. Kelebihan dan kekurangan Sentralisasi dan Desentralisasi di Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sentralisasi merupakan penyatuan segala
sesuatu ke suatu tempat (daerah dan sebagainya) yang dianggap sebagai pusat, penyentralan,
pemusatan. Sederhananya segala sesuatu sudah diatur pusat, daerah tinggal menjalankan.

Sedangkan desentralisasi menurut KBBI adalah sistem pemerintahan yang lebih banyak
memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah. Secara etimologis, istilah desentralisasi
berasal dari Bahasa Belanda, yaitu "de" yang berarti "lepas", dan "centerum" yang berarti pusat.

Kelebihan Sistem Sentralisasi :


a. Keseragaman aturan dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.
b. Pemerintah secara langsung dapat mengatur segala hal sampe yang ada di daerah.
c. Organisasi negara atau pemerintahan lebih sederhana.
d. Karena lebih sederhana maka dapat menghemat biaya.

Kekurangan Sistem Sentralisasi :


a. Lambatnya dalam menghasilkan sebuah keputusan, terlebih ketika dibutuhkan keputusan yang
cepat seperti ketika terjadi bencana alam.
b. Melahirkan pemerintahan yang otoriter.
c. Mengurangi kreativitas dan inovasi setiap daerah dalam mengembangkan daerahnya masing-
masing.
d. Kekayaan daerah atau pendapatan daerah tidak akan maksimal karena semua dibawa ke pusat.

Kelebihan Sistem Desentralisasi :


a. Adanya kewenangan pengambil keputusan di setiap daerah.
b. Pekerjaan di pusat akan lebih berkurang.
c. Dapat mengurangi birokrasi yang buruk dan panjang.
d. Cepar dalam mengambil keputusan jika terjadi sesuatu di daerah.

Kekurangan Sistem Desentralisasi :


a. Dengan desentralisasi dapat meunculkan ego kedaerahan.
b. Organisasi akan bertumpuk dan sama antara pusat dan daerah.
c. Karena orgnisasi banyak maka akan memakn banyak biaya.
d. Koordinasi pusat dan daerah dapat menimbulkan konflik.

Sumber :
BMP ADPU4440
2. Kerjasama antar daerah hanya dapat terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya
kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan. Oleh
karena itu, inisiasi kerjasama antar daerah baru dapat berjalan dengan efektif apabila telah
ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau kesamaan permasalahan. Kesamaan inilah
yang dijadikan dasar dalam mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra. Selain itu,
yang juga perlu dipikrkan adalah masalah feasibilitas kerjasama, baik secara ekonmi maupun
politis.

Secara politis karena walau bagaimanapun, keputusan akhir mengenai komitmen untuk
bekerjasama adalah sebuah keputusan politis yang harus diambil pada level pimpinan, sehingga
diperlukan argumentasi-argumentasi untuk bekerjasama yang cukup menarik secara politis bagi
level pimpinan itu. Tentu saja, karena secara politis kerjasama ini harus menarik bagi semua
daerah yang terlibat, maka juga harus menguntungkan bagi semua daerah. Prinsip “saling
menguntungkan” inilah yang menjadi salah satu filosofi dasar kerjasama.

Dalam pembahasan tentang kerjasama antar daerah(KAD) maka tidak terlepas dari beberapa isu
strategis dan menarik yang berkaitan dengan urgensi kerjasama antar pemerintah daerah selama
ini, yakni:

1. Peningkatan Pelayanan Publik


Kerjasama antar daerah diharapkan menjadi salah satu metode inovatif dalam meningkatkan
kuyalitas dan cakupan pelayanan public. Efektivitas dan efisiensi dalam penyediaan sarana
dan prasarana pelayanan public seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sebagainya juga
menjadi isu yang penting, terutama untuk daerah-daerah tertinggal. Peningkatan pelayanan
public ini juga termasuk pembangunan infrastruktur. Infrastruktur ini bisa mencakup jaringan
jalan, pembangkit listrik dan sebagainya.
2. Kawasan Perbatasan.
Kerjasama dalam hal keamanan di kawasan perbatasan juga menjadi salah satu isu strategis,
selain dalam hal keamanan, kerjasama di kawasan-kawasan perbatsan juga difokuskan pada
pengembangan wilayah karena daerah-daerah di kawasan perbatsan ini sebagian besar adalah
daerah tertinggal.
3. Tata Ruang
Keterkaitan tata ruang antar daerah diperlukan dalam hal-hal yang dapat mempengaruhi lebih
dari satu daerah seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan lingkungan dan sebagainya.
4. Penanggulangan Bencana dan Penanganan Potensi konflik.
Usaha mitigasi bencana dan tindakan pasca bencana, apabila bercermin dari pengalaman di
NAD, Alor, dan Nabire, serta daerah lainnya, ternyata keadaan ini membutuhkan koordinasi
dan kerjasama yang baik antar daerah-daerah yang berdekatan.
5. Kemiskinan dan Pengurangan Disparitas Wilayah
Keterbatasan kemampuan, kapasitas dan sumberdaya yang berbeda-beda antar daerah
menimbulkan adanya disparitas wilayah dan kemiskinan (kesenjangan social). Melalui
kerjasama antar daerah, diharapkan terjadi peningkatan kapasitas daerah dalam penggunaan
sumberdaya secara lebih optimal dan pengembangan ekonomi local, dalam rangka menekan
angka kemiskinan dan mengurangi disparitas wilayah.
6. Peningkatan
Peran Provinsi 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengisyaratkan perlunya
peningkatan peran provinsi, termasuk dalam memfasilitasi penyelesaian permasalahan-
permasalahan antar daerah. Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan provinsi dalam
menyelenggarakan dan mendorong kerjasama antar daerah (Local government cooperation).
Peran ini terutama dalam kapasitas provinsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat
dan sebagai fasilitataor dan katalisator kerjasama antar daerah.
7. Pemekaran Daerah
Kerjasama Antar Daerah (KAD) dapat menjadi salah satu alternative lain untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan public selain kebijakan pemekaran
daerah. Hak ini meningkat kebijakan pemekaran lebih banyak memerlukan sumberdaya
dibandingkan dengan kerjasama antar daerah, dan perkembangan daerah otonom baru, tidak
selalu memberikan hasil yang diinginkan

Pasca orde baru banyak harapan tertumpuh pada otonomi daerah dengan seperangkat regulasinya
yang diyakini sebagai aufklerung bagi masyarakat Indonesia. Kreatif dan inisiatif daerah semakin
berkembang, kesejahteraan masyarakat juga diharapkan juga semakin meningkat dengan makin
dimengertinya kemauan masyarakat oleh penyelenggara layanan public dan sederet harapan
lainnya yang tertumpuh pada penguatan otonomi daerah. Dalam pelaksanaan desentralisasi,
penguatan otonomi daerah memiliki sisi negative antara lain, sinergi pembangunan regional yang
dikhawatirkan semakin menjauh akibat lemahnya koordinasi di antara mereka. Kabupaten kota
bukannya menjalin kerjasama untuk berbagi peran dalam menyelesaikan masalah bersama, atau
meningkatkan daya saing dengan bersinergi tetapi membiarkan kondisi tanpa komunikasi, tanpa
koordinasi bahkan tanpa kerjasama di tingkat regional.

Semua masalah diupayakan penanganannya sendiri-sendiri (Warsono, dalam


Pramusinto.et.al.2009:107). Kondisi yang demikian dapat dianalisis dengan menggunakan aspek
meaningatau prinsip saling menguntungkan dalam membangun kerjasama antar daerah dan
beserta regulasinya dalam PP No.50 tahun 2007 yang berisikan pedoman dalam membangun
kerjasama antar daerah. Prinsip saling menguntungkan dalam membangun kerjasama antar daerah
secara signifikan memberikan pemahaman akan pentingnya melakukan kerjasama antar daerah
yang dapat membawa keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut.
Kekuatan pemahaman akan pentingnya membangun forum kerjasama antara para pengambil
kebijakan akan memberikan dorongan yang kuat dalam upaya meretas keterbatasan daya dalam
upaya peningkatan layanan public dan penyelesaian masalah bersama.
3. Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut:
(1) Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah;
(2) Penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran;
(3) Penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara;
(4) Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD;
(5) Penyusunan rancangan perda APBD; dan
(6) Penetapan APBD

Tahapan Penyusunanan Rancangan APBD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah


(RKPD)

Kebijakan Umum APBD

Prioritas Plafon Anggaran Sementara

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD


(RKA-SKPD)

Rancangan Perda APBD

Perda APBD
4. Excellent service atau disebut juga Pelayanan Prima adalah melakukan pelayanan sebaik mungkin
kepada para pelanggan, sehingga pelanggan menjadi merasa puas. Atau definisi pelayanan prima
yaitu melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada para pelanggan atau konsumen sehingga
menimbulkan rasa yang puas. Secara umum tujuan pelayanan prima yaitu memberikan pelayanan
sehingga bisa memenuhi dan memuaskan para pelanggan efeknya perusahaan mendapatkan
keuntungan yang maksimal.

Manfaat dari pelayanan prima salah satunya untuk upaya meningkatkan kualitas pelayanan
perusahaan ataupun pemerintah kepada para pelanggan atau masyarakat, serta dapat menjadi
acuan untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan. Standar pelayanan dapat diartikan
sebagai tolak ukur atau patokan yang digunakan untuk melakukan pelayanan dan juga sebagai
acuan untuk menilai kualitas suatu pelayanan. Pelayanan disebut prima jika pelanggan sudah
merasa puas dan sesuai dengan harapan pelanggan

Definisi Pelayanan publik menurut Harbani Pasolong (2007:128) adalah setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Sementara Sinambela dalam buku
"Reformasi Pelayanan Publik" (2014:5) menyatakan bahwa "Pelayanan publik adalah pemenuhan
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai
kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan,
pendidikan dan lain-lain."

Sementara pakar luar negeri seperti Roth (1926: 1) mendefenisikan sebagai layanan yang tersedia
untuk masyarakat baik secara umum (seperti museum) atau secara khusus (seperti di restoran
makanan). Sedangkan Lewis & Gilman (2005:22) mendefinisikan pelayanan publik adalah
kepercayaan publik. Warga negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran
dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik. Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggungjawabkan menghasilkan kepercayaan
publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar
untuk mewujudkan pemerintah yang baik.

Contoh Pelayanan Publik


Pada tahun 2019, Ombudsman Perwakilan Kalimantan Utara mencatat dugaan Maladministrasi
ini tertinggi kedua yang dilaporkan. Tingkat kepuasan masyarakat dalam mengakses pelayanan
publik adalah salah satu indikator meningkat atau tidaknya pelayanan publik. Meningkatnya
pelayanan publik yang baik merupakan salah satu pembuktian dari kinerja pemerintah, sehingga
membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Penyediaan pelayanan yang berkualitas memacu potensi sosial ekonomi. Sedangkan perilaku
yang tidak sesuai merupakan kelemahan pelaksana yang tidak bertanggung jawab dengan tugas
dan kewajibannya sebagai pelaksana pelayanan publik. Masyarakat sejatinya juga berhak ikut
serta dalam penyusunan pelayanan publik. Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 Pasal 39
disebutkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dimulai sejak
penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan. Peran serta
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk kerja sama,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan
pelayanan publik. Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik.

Sumber ;
BMP ADPU4335
https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--wajah-pemerintah-dalam-pelaksana-pelayanan-publik

Anda mungkin juga menyukai