Petunjuk:
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau ditulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik
NIM : 030509457
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari THE pada laman
https://the.ut.ac.id
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak
idak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan diatas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
DAVID MEIRCURY
Prinsip pemberian ganti rugi yang layak dan adil atas setiap pengambilan hak atas
tanah rakyat, sebab hak atas tanah tersebut bagian dari aset seseorang yang diperoleh
dengan pengorbanan tertentu, dan apabila sudah terdaftar maka telahada legalitas aset
yang diberikan oleh Negara dan kepada penerima haknya biasanya membayar
konpensasi kepada Negara baik dalam bentuk kewajiban uang, kemasukan kepada kas
Negara maupun kewajiban perpajakan, selain itu harus ditegaskan pengertian ganti
rugi yang layak dan adil sehingga diperoleh tolak ukur yang dapat dipedomani dalam
pemberian ganti rugi.
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:
pertama; Pengaturan kepentingan umum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum adalah
mencakup perencanaan pengadaan tanah, persiapan pengadaan tanah, pelaksanaan
pengadaan tanah, melakukan inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,
penggunaan, serta pemanfaatan tanah. Melakukan penilaian ganti rugi, musyawarah
penetapan ganti kerugian, pemberian ganti kerugian, penyerahan hasil pengadaan
tanah. Kedua; Dalam pengadaan tanah yang diatur masuk dalam katagori
pembangunan kepentingan umum adalah Pertahanan dan keamanan nasional; jalan
umum, jalan tol, trowongan, jalur kereta api, dan fasilitas operasi kereta api, waduk,
bendungan, bending, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi
dan bangunan pengairan lainnya; pelabuhan, bandar udara dan terminal; Infrastruktur
minyak, gas dan panas bumi; pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, an distribusi
tenaga listrik; jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah; Tempat
pembuangan dan pengelolaan sampah; Rumah sakit pemerintah/pemerintah daerah;
Fasilitas keselamatan umum; Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah
daerah; Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik; Cagar alam
dan cagar budaya; Kantor pemerintah/pemerintah daerah/desa; Penataan pemukiman
kumuh perkotaan dan atau konsulidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan status sewa; Prasarana pendidikan atau sekolah
pemerintah/pemerintah daerah; Prasarana olahraga pemerintah/ pemerintah daerah;
Pasar umum dan lapangan parkir umum. Ketiga; Perlindungan hukum bagi pemegang
hak yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 diwujudkan dalam
bentuk penghormatan terhadap hak pemegang atas tanah dengan bentuk mendapatkan
informasi rencana pengadaan tanah, hak untuk mengajukan gugatan terhadap
penetapan lokasi rencana pembangunan, mendapatkan ganti kerugian yang layak dan
adil, mengetahui dasar perhitungan nilai ganti kerugian dan dapat menolak bentuk dan
besarnya ganti kerugian yang ditetapkan, serta hak untuk mendapatkan penghormatan
dan perlakuan berdasarkan prinsip dan asas pengadaan tanah. Dan keempat; Pola
penyelesaian sengketa penetapan ganti kerugian dalam pengadaan tanah berdasarkan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah dengan menggunakan pola non litigasi
yaitu dengan musyawarah untuk mencapai kesepakatan, melakukan keberatan yang
diajukan kepada gubernur terhadap penetapan lokasi pembangunan. Melalui pola
litigasi yaitu menggunakan lembaga pengadilan dalam menetapkan lokasi
pembangunan jika ada keberatan dari pemegang hak atas tanah dan keberatan terhadap
ganti kerugian serta menggunakan pola yang bersifat memaksa untuk menerima ganti
kerugian dengan melakukan penitipan ganti kerugian melalui pengadilan, dengan
demikian maka secara otomatis hak atas tanah yang dimiliki seseorang beralih dan
dikuasai sepenuhnya oleh Negara. Sedangkan saran/rekomendasi yang dapat diberikan
untuk perbaikan dalam pengambilan keputusan ke depannya yakni; pertama; Bagi
pemerintah dan instansi yang memerlukan pengadaan tanah untuk kepentingan umum,
ganti kerugian yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah hendaknya tidak
bersifat memaksa dengan mengabaikan rasa keadilan, tetapi diupayakan secara
maksimal agar terjadi kesepakatan dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum. Kedua; Jika dalam pengadaan tanah tidak dapat diterima oleh
masyarakat atau pemegang hak atas tanah dan akan mengakibatkan terjadinya konflik
maka hendaknya lokasi pengadaan tanah dipindahkan dengan tetap tidak mengurangi
nilai pembangunan untuk kepentingan umum. Dan ketiga; Bagi pemerintah hendaknya
dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk kepen - tingan umum tidak merugikan
masyarakat secara sepihak tetapi menghormati pemegang hak atas tanah dengan
memberikan ganti rugi yang tidak merugikan pemegang hak dan tidak melaksanakan
pengadaan tanah untuk kepentingan swasta tetapi membungkus dengan alasan
kepentingan umum.
e. Penyelenggara negara seringkali bersikap dan berperilaku kurang sopan dan tak
acuh dalam Penyelenggara negara seringkali bersikap dan berperilaku kurang
sopan dan tak acuh memberikan pelayanan kepada masyarakat.
f. Selama ini belum semua lembaga dan profesi mempunyai kode etik dan lembaga
penegakannya belum optimal karena adanya kekosongan peraturan perundang-
undangan yang mengatur etika penyelenggara negara.
g. Adanya lembaga penegak kode etik yang bekerja tidak optimal, karena dianggap
tidak objektif dan independen serta cenderung melindungi oknum yang diproses
dalam lembaga ini.
h. Sanksi yang dikenakan kepada pelanggar kode etik kurang efektif dan tidak
menimbulkan efek jera.
Pengertian korupsi bisa kamu temui dalam berbagai macam perspektif. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, korupsi bisa terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak
hanya pada pemerintahan.
Semakin banyak orang yang salah mengartikan tentang kekayaan, maka akan semakin
banyak pula orang yang melakukan korupsi. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, ada dua faktor utama penyebab korupsi, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi seseorang.
Hal ini biasanya ditandari dengan adanya sifat manusia yang dibagi menjadi dua
aspek, yaitu:
- Sifat tamak/rakus
Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang dengan apa
yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa kurang bersyukur. Orang
yang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya dengan
melakukan tindakan yang merugikan orang lain seperti korupsi.
Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan mudah tergoda melakukan
perbuatan korupsi. Salah satu penyebab korupsi ini merupakan tonggak bagi ketahanan
diri seseorang dalam kehidupannya. Bila seseorang memang sudah tidak memiliki
moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa menyebabkan mudahnya pengaruh dari
luar masuk ke dalam dirinya.
Gaya hidup tentunya menjadi salah tu penyebab korupsi yang disebabkan oleh faktor
eksternal. Bila seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan pendapatannya
lebih kecil dari konsumsinya tersebut, maka hal ini akan menjadi penyebab korupsi.
Tentunya hal ini sangat erat kaitannya dengan pendapatan seseorang.
Berdasarkan aspek sosial bisa menyebabkan sesorang melakukan tindak korupsi. Hal
ini bisa terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga, walaupun sifat pribadi
seseorang tersebut tidak ingin melakukannya. Lingkungan dalam hal ini malah
memberikan dorongan untuk melakukan korupsi, bukannya memberikan hukuman.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar
diantaranya bisa kamu lihat dari beberapa aspek:
Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam masyarakat kondusif
untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari bahwa yang paling rugi atau
korban utama ketika adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat juga
kurang menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.
Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Untuk itu, diperlukan adanya
sosialisasi dan edukasi tentang kesadaran dalam menanggapi korupsi ini bagi
masyarakat.
- Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal.
Bedanya, disini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan kepada sifat
konsumtifnya. Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab
korupsi dilakukan seseorang.
- Aspek Politis
Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Biasanya dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai
rantai penyebab korupsi yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.
- Aspek Organisasi
Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena beberapa hal, seperti
kurang adanya keteladan kepemimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar,
kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar, serta kelemahan sistim
pengendalian manajemen dan lemahnya pengawasan.