Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : DAVID MEIRCURY

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030509457

Tanggal Lahir : 03 MEI 1981

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4533

Kode/Program Studi : ILMU ADMINITRASI NEGARA -SI

Kode/Nama UPBJJ : 71 / SURABAYA

Hari/Tanggal UAS THE : Senin, 21 DESEMBER 2020

Petunjuk:

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau ditulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : DAVID MEIRCURY

NIM : 030509457

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4533


Fakultas : HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Program Studi : ILMU ADMINITRASI NEGARA S-I
UPBJJ-UT : SURABAYA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari THE pada laman
https://the.ut.ac.id
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak
idak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan diatas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

SUMENEP, 21 DESEMBER 2020


Yang Membuat Pernyataan

DAVID MEIRCURY

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


1. Kebijakan Otonomi Daerah yang diantaranya dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membawa implikasi yang luas
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, penyelenggaran pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat. Melalui kebijakan ini, Pemerintah bersama masyarakat
dapat lebih diberdayakan dan sekaligus diberi tanggungjawab untuk
mengakselerasikan pembangunan dan daya saing daerah, yang dalam pelaksanaannya
tidak terlepas dari keharusan melaksanakan pelayanan publik yang baik dan dapat
memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat, karena pelayanan publik merupakan
salah satu kunci keberhasilan pembangunan. Tuntutan peningkatan tuntutan kualitas
pelayanan publik dari masyarakat harus diimbangi dengan upaya menemukan model
atau sistem pelayanan yang berkualitas agar pelayanan yang dilakukan dapat menjadi
pelayanan yang prima. Hal ini untuk menghindari kesenjangan antara tuntutan standar
kualitasyang dibuat pemerintah dengan kualitas yang diberikan dalam pelayanan
kepada masyarakat.
Pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini, pelayanan publik dapat diartikan
sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah untuk memenuhi hak-hak
warga masyarakat, dalam berbagai bentuk pelayanan sektor publik dalam bentuk
barang dan atau jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pelayanan ini merupakan sarana pemenuhan kebutuh
an mendasar masyarakat untuk kesejahteraan sosial sehingga perlu memperhatikan
nilai-nilai, sistem kepercayaan, religi, kearifan lokal serta keterlibatan masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan publik dari pemberi layanan kepada masyarakat harus
mengedepankan etika dan prinsip nilai yang menjadi acuan perilaku. Prinsip nilai
dibutuhkan sebagai upaya menyesuaikan tatanan nilai masyarakat yang selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan nilai ini tentunya akan
mengubah standar harapan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya.Perhatian
terhadap beberapa aspek ini memberikan jaminan bahwa pelayanan publik yang
dilaksanakan merupakan ekspresi kebutuhan sosial masyarakat.
Menurut saya dari definisi keadilan sosial diatas adalah sangat baik. Karena kita
diajarkan untuk dapat melihat bahwa setiap manusia adalah sama, sehingga tidak ada
garis pembeda diantaranya. Tetapi keadilan sosial ini belum sepenuhnya dilakukan dan
diterapkan oleh masyarakat bahkan oleh pemerintahan serta aparat hukum. Contoh nya
adalah kasus tewasnya sejumlah mahasiswa saat melakukan demonstrasi beberapa
waktu lalu yang diduga akibat penembakan yang dilakukan oleh salah satu aparat
kepolisian, tetapi hal ini belum ada tindakan apapun dari penegak hukum.Jadi untuk
menjadikan negara kita negara yang dapat menjalankan keadilan sosial, kita harus
memiliki kesadaran tersendiri akan pentingnya untuk berperilaku adil didalam hidup
ini. Kita juga harus mengerti bahwa semua manusia adalah sama. Sehingga kita
memiliki pola pikir bahwa tidak ada garis pembeda antara umat manusia. Dan juga
kita harus menanamkan nilai keadilan sosial sejak dini, agar kedepannya kita dapat
memiliki pemimpin – pemimpin yang memiliki nilai keadilan sosial, serta dapat
menerapkan nilai tersebut dalam masyarakat.Sebagai warga negara, saya sungguh
masih bisa sangat mengritik keadilan sosial yang sedang terjadi di Indonesia ini.
Indonesia belum bisa mengaplikasikan sila ke lima ini untuk negrinya sendiri. Kurang
bijak kalau indonesia mengakui sudah melaksanakan sila ini dengan baik.

2. Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum harus dilaksanakan


berdasarkan asas kemanusiaan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan,
keikutsertaan, kesejahteraan, berkelanjutan dan keselarasan. Dengan diterapkan asas
ini pada pelaksanaan pengadaan tanah maka dapat meminimalisir terjadinya konflik
dalam pengadaan tanah. Pemberian ganti rugi terhadap pemegang hak atas tanah
bersifat layak dan adil, layak dari segi jumlah dan layak dari segi cara pemberiannya
sehingga pemegang hak atas tanah tidak merasa dipaksakan melepaskan tanahnya
untuk digunakan bagi kepentingan pembangunan berdasarkan prinsip penghormatan
terhadap hak pemegang atas tanah. Musyawarah dalam pengadaan tanah dilakukan
semaksimal mungkin dan tetap dalam posisi netral dan tetap dalam posisi sejajar dan
tidak ada pihak yang merasa ditekan atau dipaksakan, prinsip penghormatan terhadap
pemegang hak atas tanah tertuang dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 dengan
memberikan perlindungan hukum dan dalam pemberian ganti kerugian tidak
menyebabkan pemegang hak atas tanah tidak lebih buruk keadaannya dibandingkan
dengan sebelum pelepasan hak atas tanah.

Dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang diselenggarakan oleh


pemerintah mempunyai kewenanagan untuk melakukan upaya paksaan terhadap
masyarakat untuk melepaskan haknya atas tanah dengan alasan kepentingan umum.
Setidaknya terdapat dasar prinsip muatan yang terkandung didalam aturan yang dibuat
sehingga dalam aturan tidak memuat aturan yang tanpa dasar yang jelas.

Prinsip pemberian ganti rugi yang layak dan adil atas setiap pengambilan hak atas
tanah rakyat, sebab hak atas tanah tersebut bagian dari aset seseorang yang diperoleh
dengan pengorbanan tertentu, dan apabila sudah terdaftar maka telahada legalitas aset
yang diberikan oleh Negara dan kepada penerima haknya biasanya membayar
konpensasi kepada Negara baik dalam bentuk kewajiban uang, kemasukan kepada kas
Negara maupun kewajiban perpajakan, selain itu harus ditegaskan pengertian ganti
rugi yang layak dan adil sehingga diperoleh tolak ukur yang dapat dipedomani dalam
pemberian ganti rugi.

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:
pertama; Pengaturan kepentingan umum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum adalah
mencakup perencanaan pengadaan tanah, persiapan pengadaan tanah, pelaksanaan
pengadaan tanah, melakukan inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,
penggunaan, serta pemanfaatan tanah. Melakukan penilaian ganti rugi, musyawarah
penetapan ganti kerugian, pemberian ganti kerugian, penyerahan hasil pengadaan
tanah. Kedua; Dalam pengadaan tanah yang diatur masuk dalam katagori
pembangunan kepentingan umum adalah Pertahanan dan keamanan nasional; jalan
umum, jalan tol, trowongan, jalur kereta api, dan fasilitas operasi kereta api, waduk,
bendungan, bending, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi
dan bangunan pengairan lainnya; pelabuhan, bandar udara dan terminal; Infrastruktur
minyak, gas dan panas bumi; pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, an distribusi
tenaga listrik; jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah; Tempat
pembuangan dan pengelolaan sampah; Rumah sakit pemerintah/pemerintah daerah;
Fasilitas keselamatan umum; Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah
daerah; Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik; Cagar alam
dan cagar budaya; Kantor pemerintah/pemerintah daerah/desa; Penataan pemukiman
kumuh perkotaan dan atau konsulidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan status sewa; Prasarana pendidikan atau sekolah
pemerintah/pemerintah daerah; Prasarana olahraga pemerintah/ pemerintah daerah;
Pasar umum dan lapangan parkir umum. Ketiga; Perlindungan hukum bagi pemegang
hak yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 diwujudkan dalam
bentuk penghormatan terhadap hak pemegang atas tanah dengan bentuk mendapatkan
informasi rencana pengadaan tanah, hak untuk mengajukan gugatan terhadap
penetapan lokasi rencana pembangunan, mendapatkan ganti kerugian yang layak dan
adil, mengetahui dasar perhitungan nilai ganti kerugian dan dapat menolak bentuk dan
besarnya ganti kerugian yang ditetapkan, serta hak untuk mendapatkan penghormatan
dan perlakuan berdasarkan prinsip dan asas pengadaan tanah. Dan keempat; Pola
penyelesaian sengketa penetapan ganti kerugian dalam pengadaan tanah berdasarkan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah dengan menggunakan pola non litigasi
yaitu dengan musyawarah untuk mencapai kesepakatan, melakukan keberatan yang
diajukan kepada gubernur terhadap penetapan lokasi pembangunan. Melalui pola
litigasi yaitu menggunakan lembaga pengadilan dalam menetapkan lokasi
pembangunan jika ada keberatan dari pemegang hak atas tanah dan keberatan terhadap
ganti kerugian serta menggunakan pola yang bersifat memaksa untuk menerima ganti
kerugian dengan melakukan penitipan ganti kerugian melalui pengadilan, dengan
demikian maka secara otomatis hak atas tanah yang dimiliki seseorang beralih dan
dikuasai sepenuhnya oleh Negara. Sedangkan saran/rekomendasi yang dapat diberikan
untuk perbaikan dalam pengambilan keputusan ke depannya yakni; pertama; Bagi
pemerintah dan instansi yang memerlukan pengadaan tanah untuk kepentingan umum,
ganti kerugian yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah hendaknya tidak
bersifat memaksa dengan mengabaikan rasa keadilan, tetapi diupayakan secara
maksimal agar terjadi kesepakatan dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum. Kedua; Jika dalam pengadaan tanah tidak dapat diterima oleh
masyarakat atau pemegang hak atas tanah dan akan mengakibatkan terjadinya konflik
maka hendaknya lokasi pengadaan tanah dipindahkan dengan tetap tidak mengurangi
nilai pembangunan untuk kepentingan umum. Dan ketiga; Bagi pemerintah hendaknya
dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk kepen - tingan umum tidak merugikan
masyarakat secara sepihak tetapi menghormati pemegang hak atas tanah dengan
memberikan ganti rugi yang tidak merugikan pemegang hak dan tidak melaksanakan
pengadaan tanah untuk kepentingan swasta tetapi membungkus dengan alasan
kepentingan umum.

3. Etika publik pejabat negara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih


memiliki kedudukan dan peranan yang penting sebagai pedoman berperilaku yang
baik dalam menjalankan tugasnya. Terjadinya korupsi politik tidak hanya disebabkan
oleh besarnya kewenangan yang dimiliki, namun juga karena dilanggarnya etika
pejabat negara. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif serta pendekatan
literatur tentang pelanggaran hukum yang berawal dari pelanggaran etika pejabat
negara --- melalui studi kasus Korupsi Politik Hambalang yang sedang ditangani KPK,
betapa pelanggaran etika pejabat negara terjadi mulai dari eksekutif dan legislatif.
Pelanggaran etika pejabat negara tersebut terjadi karena adanya pergulatan
kepentingan dalam rangka pencarian sumber dana untuk pemenangan kandidat calon
ketua umum partai politik. Dalam melakukan tindak pidana korupsi, selain melibatkan
eksekutif dan legislatif, juga melibatkan pihak swasta. Celah hukum penyusunan
APBN dimanfaatkan untuk menaikkan nilai proyek Hambalang sehingga diperoleh
anggaran dan keuntungan yang besar, dan dana yang dikorupsi juga semakin besar.
Studi kasus tersebut menunjukkan adanya pelanggaran etika pejabat negara berupa
perilaku tidak jujur, memanipulasi data dan tidak transparan agar proyek Hambalang
dapat disetujui. Pelanggaran etika tersebut diiringi pelanggaran hukum yang
berimplikasi pada penurunan kepercayaan publik terhadap upaya menciptakan
pemerintahan yang bersih, khususnya bagi para pejabat yang berasal dari partai politik.

Pembentukan undang-undang tersebut tidak cukup, mengingat dalam pelaksanaannya


ada tindakan-tindakan penyelenggara negara di luar ranah hukum yang masih
menyebabkan krisis kepercayaan masyarakat dalam penyelenggaraan negara seperti:

a. Sikap dan perilaku penyelenggara negara yang mengabaikan penghormatan dan


ketaatan terhadap nilai-nilai moral dan prinsip dasar atau norma etika sehingga
seringkali terjadi tindakan/perbuatan tercela dan penyimpangan terhadap aturan.

b. Sikap, perilaku, tindakan, dan ucapan penyelenggara negara yang melakukan


kebohongan di hadapan publik dan tidak jujur dalam menyampaikan fakta yang
sebenarnya di lapangan.

c. Penyelenggara negara menerima hadiah/cindera mata tanpa melaporkan ke KPK


untuk dinilai apakah hadiah yang diterima termasuk gratifikasi atau tidak.

d. Penyelenggara negara bersikap diskriminatif dalam memberikan pelayanan umum,


mementingkan kepentingan pribadi, serta memberikan perlakuan khusus kepada
kerabat, keluarga, dan kelompok tertentu.

e. Penyelenggara negara seringkali bersikap dan berperilaku kurang sopan dan tak
acuh dalam Penyelenggara negara seringkali bersikap dan berperilaku kurang
sopan dan tak acuh memberikan pelayanan kepada masyarakat.

f. Selama ini belum semua lembaga dan profesi mempunyai kode etik dan lembaga
penegakannya belum optimal karena adanya kekosongan peraturan perundang-
undangan yang mengatur etika penyelenggara negara.
g. Adanya lembaga penegak kode etik yang bekerja tidak optimal, karena dianggap
tidak objektif dan independen serta cenderung melindungi oknum yang diproses
dalam lembaga ini.

h. Sanksi yang dikenakan kepada pelanggar kode etik kurang efektif dan tidak
menimbulkan efek jera.

Krisis kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara negara harus dijawab dan


diantisipasi dengan membuat perencanaan politik hukum negara dalam bentuk
undang-undang yang responsif terhadap krisis kepercayaan masyarakat.Apabila
krisis kepercayaan masyarakat tidak ditanggapi dengan baik maka dapat
menimbulkan delegitimasi terhadap penyelenggaraan negara walaupun prosesnya
diklaim telah dilakukan secara demokratis.

4. Penyebab korupsi bisa bermacam-macam, tergantung konteksnya. Biasanya media


sering mempublikasikan kasus korupsi yang berkaitan dengan kekuasaan dalam
pemerintahan. Pada faktanya, korupsi sebenarnya telah terjadi dari hal paling
sederhana sampai yang lebih kompleksLebih sederhananya, ada dua faktor penyebab
korupsi yang terjadi dari setiap segi kehidupan, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Sesuai dengan namanya, faktor internal merupakan faktor penyebab korupsi
yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang. Sedangkan faktor eksternal merupakan
faktor penyebab korupsi yang disebabkan oleh keadaan di luar.

Korupsi sekarang ini banyak dikaitkan dengan politik, ekonomi, kebijakan


pemerintahan dalam masalah sosial maupun internasional, serta pembangunan
nasional. Setiap tahunnya, bahkan mungkin setiap bulannya banyak pejabat daerah
yang tertangkap karena melakukan korupsi.

Pengertian korupsi bisa kamu temui dalam berbagai macam perspektif. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, korupsi bisa terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak
hanya pada pemerintahan.

Akibatnya korupsi juga berkembang degan begitu banyak definisi. Secara


internasional belum ada satu definisi yang menjadi satu-satunya acuan di seluruh dunia
tentang apa yang dimaksud dengan korupsi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau


penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

Sedangkan menurut hukum di Indonesia, korupsi adalah perbuatan melawan hukum


dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan maupun
korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor


20 Tahun 2001. Ada 30 delik tindak pidana korupsi yang dikategorikan menjadi 7
jenis. Kerugian keuangan negara, penyuapan, pemerasan, penggelapan dalam jabatan,
kecurangan, benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa, serta gratifikasi.

Semakin banyak orang yang salah mengartikan tentang kekayaan, maka akan semakin
banyak pula orang yang melakukan korupsi. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, ada dua faktor utama penyebab korupsi, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi seseorang.
Hal ini biasanya ditandari dengan adanya sifat manusia yang dibagi menjadi dua
aspek, yaitu:

a. Berdasarkan aspek perilaku individu

- Sifat tamak/rakus

Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang dengan apa
yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa kurang bersyukur. Orang
yang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya dengan
melakukan tindakan yang merugikan orang lain seperti korupsi.

- Moral yang kurang kuat

Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan mudah tergoda melakukan
perbuatan korupsi. Salah satu penyebab korupsi ini merupakan tonggak bagi ketahanan
diri seseorang dalam kehidupannya. Bila seseorang memang sudah tidak memiliki
moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa menyebabkan mudahnya pengaruh dari
luar masuk ke dalam dirinya.

- Gaya hidup yang konsumtif

Gaya hidup tentunya menjadi salah tu penyebab korupsi yang disebabkan oleh faktor
eksternal. Bila seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan pendapatannya
lebih kecil dari konsumsinya tersebut, maka hal ini akan menjadi penyebab korupsi.
Tentunya hal ini sangat erat kaitannya dengan pendapatan seseorang.

b. Berdasarkan aspek sosial

Berdasarkan aspek sosial bisa menyebabkan sesorang melakukan tindak korupsi. Hal
ini bisa terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga, walaupun sifat pribadi
seseorang tersebut tidak ingin melakukannya. Lingkungan dalam hal ini malah
memberikan dorongan untuk melakukan korupsi, bukannya memberikan hukuman.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar
diantaranya bisa kamu lihat dari beberapa aspek:

- Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam masyarakat kondusif
untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari bahwa yang paling rugi atau
korban utama ketika adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat juga
kurang menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.

Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Untuk itu, diperlukan adanya
sosialisasi dan edukasi tentang kesadaran dalam menanggapi korupsi ini bagi
masyarakat.

- Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal.
Bedanya, disini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan kepada sifat
konsumtifnya. Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab
korupsi dilakukan seseorang.

- Aspek Politis

Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Biasanya dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai
rantai penyebab korupsi yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.

- Aspek Organisasi

Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena beberapa hal, seperti
kurang adanya keteladan kepemimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar,
kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar, serta kelemahan sistim
pengendalian manajemen dan lemahnya pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai