Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa ANDHIKA FAHMI NASRULLAH FAILSOFUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM 041548853

Tanggal Lahir 11 JUNI 1999

Kode/Nama Mata Kuliah ADPU 4440/ ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Kode/Nama Program Studi 50/ ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ 13/ BATAM

Hari/Tanggal UAS THE MINGGU, 19 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa ANDHIKA FAHMI NASRULLAH FAILSOFUDDIN

NIM 041548853

Kode/Nama Mata Kuliah ADPU 4440/ ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Fakultas FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Program Studi ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UPBJJ-UT BATAM

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Batam,18 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Andhika Fahmi Nasrullah Failosofuddin


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1 Desentralisasi
Desentralisasi ialah upaya yang dicoba pemerintah dalam rangka penyerahan
kebijakan pemerintah pusat kepada pemerintah wilayah buat mengendalikan
daerahnya sendiri. Singkatnya, desentralisasi merupakan pemberian kewenangan
ataupun tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah wilayah.
Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), desentralisasi ialah
sistem pemerintahan yang lebih banyak membagikan kekuasaan kepada pemerintah
wilayah serta ataupun penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada
bawahan( ataupun pusat kepada cabang serta sebagainya).
Ditinjau dari segi bahasa, desentralisasi berasal dari bahasa Belanda yang ialah
gabungan 2 kata, ialah de yang berarti “lepas”, serta centerum yang berarti pusat.
Sebutan ini sesungguhnya merujuk kepada kebijakan pada suatu organisasi yang
secara simpel bisa dimaksud selaku penyerahan kewenangan.
Kelebihan dan Kekurangan Desentralisasi di Indonesia
Indonesia menerapkan asas otonomi daerah, yaitu pemerintah daerah
berwenang mengurus sendiri aturan serta perekonomian daerah. Hal ini lantas
menjadi dampak dari desentralisasi yang diterapkan, di mana pemerintah pusat
menyerahkan kewenangan pada pemerintah daerah.
Tentu penerapan asas ini menimbulkan dampak positif dan negatif. Salah satu
kelebihannya yakni dapat mendorong perekonomian daerah menjadi lebih pesat,
namun tak sedikit pula kekurangannya. Sedangkan salah satunya kekurangannya
adalah meningkatnya kompleksitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam sistem pemerintahan Indonesia, ada kelebihan dan kekurangan
desentralisasi. Berikut penjelasannya:
 
Kelebihan Desentralisasi
 
1. Menjadi Lebih Efektif
Penyelenggaraan pemerintah jadi lebih efektif di semua daerah karena tidak perlu
menunggu arahan langsung dari pusat. Untuk mengatasi masalah tertentu,
pemerintah daerah tentunya tidak lagi harus menunggu adanya instruksi dari
pemerintah pusat.
2. Meringankan Pekerjaan Pemerintah
Ketika tiap daerah melaksanakan kegiatan pemerintahannya sendiri, pekerjaan
pemerintah pusat menjadi lebih ringan. Upaya mengurangi penumpukan pekerjaan
yang dimiliki pemerintah pusat diberlakukan sebagai upaya yang tepat.
3. Birokrasi Tidak Terlalu Panjang
Hal ini memangkas tahapan-tahapan prosedur dalam birokrasi sehingga dapat
membuat sistem pemerintahan lebih efisien. 
4.  Lebih Efisien Biaya
Tanpa adanya birokrasi yang panjang dan wewenang pasar dan finansial turut
dipegang oleh pemerintah daerah, pengeluaran daerah jadi lebih terkontrol, hingga
pelayanan masyarakat akan menjadi lebih cepat dan efisien.
5. Kemajuan Daerah Terukur
Pemerintah setempat akan lebih memperhatikan daerah yang tertinggal. Pemerintah
daerah menjadi lebih fokus membangun daerahnya, serta mengembangkan rencana
dari beragam lembaga pemerintahan akan lebih terintegrasi.
6.  Meningkatkan Hubungan Pusat dan Daerah
Pemerintah pusat tetap ikut andil dalam berbagai keputusan, sehingga bisa membuat
hubungan pusat dan daerah akan tetap terjalin dengan baik.
 
Kekurangan Desentralisasi
1. Perbedaan Kebijakan Antar Daerah
Karena pemerinta daerah bisa membuat kebijakannya sendiri untuk masing-masing
daerah, maka dikhawatirkan tiap daerah memiliki banyak perbedaan dalam sistem
otonomi daerahnya.
2. Timbulnya Paham Kedaerahan
Jika hal ini berlebihan, sikap ini dapat memicu perpecahan antar daerah, hingga
paham kedaerahan dapat menjadi ancaman bagi keutuhan nasional.
3.  Terkikisnya Peran Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat tetap harus memiliki peran utama dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah, sebagai pemegang arahan tertinggi. Namun hal ini bisa
menyebabkan berkurangnya peran dan keterlibatan pemerintah pusat dalam daerah.
4. Penyelenggaraan Lebih Kompleks
Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memutuskan suatu perkara atas kebijakan
pemerintah daerah. Karena itu, keseimbangan nasional bisa terganggu karena
beragamnya kepentingan pemerintah daerah.
5.  Rawan Eksploitasi Kekayaan Daerah
Dengan sistem pemerintahan ini, pemda bisa bebas menggunakan kekayaan
daerahnya. Namun bila pemerintahan tidak berjalan dengan baik, maka ini bisa
memicu eksploitasi dan korupsi.
6. Tidak Efektif Jika Pemerintah Daerah Tidak Kompeten
Desentralisasi bisa menambah beban inefektivitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan, jika pemerintah tidak berjalan dengan baik.
Itulah hal mendasar tentang penerapan desentralisasi di mana asas tersebut memiliki
kelebihan serta kekeurangannya hingga tidak lepas dari peranan pemerintah terkait
penerapannya pada sistem pemerintahan Indonesia.

Sentralisasi
Sentralisasi merupakan pengaturan kewenangan dari pemerintah wilayah kepada
pemerintah pusat guna mengurusi urusan rumah tangganya sendiri menganut pada
prakarsa serta aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan republik
indonesia.
Sentralisasi memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer ataupun
yang memliki jabatan di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Tidak hanya
itu, sentralisasi banyak dipakai pada pemerintahan lama di Indonesia saat sebelum
terdapatnya otonomi wilayah.
Ada pula identitas dari asas sentralisasi ini merupakan pemusatan kekuasaan di
pusat, yang mengurusnya merupakan pemerintah pusat.
1. Kelebihan sistem sentralisasi yaitu:
 Keseragaman aturan dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.
 Pemerintah secara langsung dapat mengatur segala hal sampe yang ada di
daerah.
 Organisasi negara atau pemerintahan lebih sederhana.
 Karena lebih sederhana maka dapat menghemat biaya.
2. Kekurangan sistem sentralisasi yaitu:
 Lambatnya dalam menghasilkan sebuah keputusan, terlebih ketika dibutuhkan
keputusan yang cepat seperti ketika terjadi bencana alam.
 Melahirkan pemerintahan yang otoriter.
 Mengurangi kreativitas dan inovasi setiap daerah dalam mengembangkan
daerahnya masing-masing.
 Kekayaan daerah atau pendapatan daerah tidak akan maksimal karena
semua dibawa ke pusat.

2 Dari permasalahan yang ditemukan dapat ditawarkan beberapa solusi alternative


1. Perlu adanya payung hukum atau regulasi yang jelas dan pasti tentang sumber
anggaran untuk membiayai inisiasi kerjasama antar daerah. UU No.32 tahun
2004 dan PP No.50 tahun 2007 atau regulasi tentang anggaran daerah lainnya
belum menjamin dan memberikan dasar bagi pemerintah local untuk
menggunakan sumber dana kerjasama dari pos mana pun. Hal ini menyebabkan
“kehati-hatian” bagi pemerintah daerah dalam membangun kerjasama antar
daerah terutama berkaitan dengan aspek pendanaan.
2. Untuk mensiasati ketidakjelasan dan ketidakpastian regulasi tentang anggaran
untuk kerjasama tersebut maka pemerintah daerah perlu melakukan
pengintegrasian kebutuhan atau isu-isu obyek kerjasama yang akan
dikerjasamakan ke dalam sistem perencanaan daerah melalui RPJP. Dengan
demikian masalah anggaran bisa sedikitnya teratasi dengan dimasukannya
program kerjasama tersebut ke dalam sistem perencanaan daerah.
3. Membangun komitmen pimpinan daerah akan pentingnya kerjasama antar
daerah. Membangun kesepahaman dengan berpijak pada kepentingan dan
keuntungan bersama merupakan sebuah keniscayaan dalam membangun forum
kerjasama antar daerah. Pimpinan-pimpinan daerah harus bersinergi dan
membangun kesepakatan bersama dalam membangun relasi yang baik antar
daerah demi kemajuan daerah masing-masing. Konflik di masa lalu di antara
suku-suku di daerah perbatasan tidak boleh dilihat sebagai faktor penghalang
untuk membangun kerjasama dalam penyamaan tingkat kemakmuran lintas
daerah.

Hal ini menjadi lebih efektif jika kedua kepala daerah menyadari akan menjadikan
potensi konflik sebagai strategi untuk membangun kerjasama yang baik. Oleh
karena itu pemerintah daerah harus mampu untuk meningkatkan pendidikan
rakyat bagi daerah-daerah konflik, sehingga rasa persaudaraan terbina dengan
tulus dengan dasar pancasila menjadi anutan bersama (Bdk. A.Simanjuntak,
2011:220). Koordinasi antar pemerintah terkait kerjasama antardaerah, mulai dari
tingkat pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang selama
ini dipandang lemah menjadi tantangan bagi semua pihak. Upaya-upaya
koordinasi yang intensif untuk menyamakan persepsi, sinkronisasi program dan
kegiatan merupakan hal yang mutlak diperlukan. Pemerintah khususnya provinsi
dan kabupaten kota perlu melakukan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas
aparatur penyelenggara kerjasama, karena hal itu ikut menentukan tingkat
keberhasilan kerjasama. Khusus untuk peningkatan kualitas pemahaman,
pemerintah daerah secara intens perlu melakukan pembekalan, pelatihan,
workshop atau kegiatan semacamnya.

3 Dalam penyusunan APBD pemerintah daerah kabupaten/kota yaitu menyusun


rencana kerja pemerintah daerah dengan menggunakan bahan dari rencana kerja
Organisasi Perangkat Daerah untuk jangka waktu satu tahun yang mengacu pada
rencana kerja pemerintah pusat. Proses penganggaran pada dasarnya tidak berbeda
antar sektor swasta dan publik. Dalam hal tersebut meliputi siklus:
a. Tahap persiapan dan penyusunan anggaran, tahap ini melakukan taksiran
pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia

b. Tahap ratifikasi, tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik.
Kepala daerah dituntut tidak hanya memiliki managerial skill, tetapi juga harus
mempunyai kempauan berpolitik, salesmanship dan coalition building yang
kuat

c. Tahap pelaksanaan anggaran, setelah anggaran disetujui oleh legislative


maka selanjutnya adalah pelaksanaan anggaran. Pada tahap ini hal yang
penitng harus dilakukan oleh pengelola keuangan public adalah dimilikinya
system informasi akuntasi dan system pengendalian manajemen

d. Tahap pelaporan dan evaluasi, jika pada tahap persiapan, ratifikasi dan
implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran pada
tahap pelaporan dan evaluasi hal itu terkait dengan aspek akuntabilitas

4 good governance dan pelayanan prima dapat diwujudkan jika Pemerintah Daerah
menerapkan prinsip-prinsip reinventing government. Penerapan konsep reinventing
government di Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, politik,
dan budaya yang ada di Indonesia sendiri terutama apabila diterapkan pada
pemerintah daerah yang terdapat di Indonesia maka akan semakin beragam. Pada
dasarnya pemerintah harus dapat mengambil intisari positif konsep reinventing
government yang sesuai dengan kondisi yang ada pada organisasi pemerintahannya
dan diterapkan atau diimplementasikan dengan dukungan berbagai pihak terkait
seperti birokrasi, swasta, dan masyarakat sehingga dapat optimal pada
pelaksanaannya.
Osborne dan Gaebler (1992) dalam buku mereka yang berjudul Reinventing
Government: How the enterpreneurial spirit is transforming the public sektor
mengemukakan sepuluh cara untuk membentuk birokrasi-wirausaha, yaitu:
 Pemerintahan Katalis: Mengarahkan daripada mengayuh. Pemerintah sebagai
pembuat kebijakan-kebijakan strategis yang bersifat mengarahkan daripada
dalam teknis pelayanan (pengayuh). Dimana dengan peran pemerintah yang
mengarahkan akan membutuhkan orang yang mampu melihat seluruh visi dan
mampu menyeimbangkan berbagai kebutuhan, sedangkan pengayuh
membutuhkan orang yang memfokuskan pada satu misi dan melakukannya
dengan baik.
 Pemerintahan milik masyarakat: Memberi wewenang daripada melayani.
Masyarakat sebagai pemilik pemerintahan harus dapat diberdayakan daripada
terus-menerus dilayani. Pemerintah memberikan wewenang kepada
masyarakat untuk dapat mandiri dan inovatif dalam memenuhi kebutuhannya
dalam pelayanan.

 Pemerintahan yang kompetitif menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian


pelayanan. Dengan adanya kompetisi maka diharapkan aparat
pemerintahanmemiliki semangat juang yang tinggi dalam bekerja, menghargai
inovasi, dan dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
 Pemerintahan yang digerakkan oleh misi mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan Pemerintah memberikan kesempatan dan
kebebasan berkreasi dan berinovasi kepada unit-unit pemerintahan sebagai
lembaga yang bertugas mewujudkan misi. Oleh karenanya peraturan yang
ada untuk ditaati, bukan sebagai penghambat.
 Pemerintahan yang berorientasi hasil: membiayai hasil, bukan masukan.
Pemerintah lebih mementingkan hasil kinerja yang dicapai daripada faktor
masukan (input).
 Pemerintahan berorientasi pelanggan memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi. Pemerintah hendaknya menyadari tugasnya sebagai pelayan
masyarakat bukan yang dilayani oleh masyarakat, sehingga pemerintah akan
peka terhadap kebutuhan masyarakat dan berupaya memberikan pelayanan
yang optimal.
 Pemerintahan wirausaha : menghasilkan daripada membelanjakan.
Pemerintah sebagai suatu badan usaha harus dapat mandiri dan
meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, manajer/ pimpinan
pemerintahan harus berpikir kreatif untuk mendapatkan
penghasilan(enterpreneur) dalam membiayai kebutuhan pelayanan publik.
 Pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati. Pemerintah harus
memiliki perencanaan strategis dan memiliki daya antisipatif sehingga mampu
mencegah daripada menanggulangi masalah. Pencegahan ini diharapkan
dapat mengurangi resiko timbulnya masalah yang lebih kompleks.
 Pemerintahan desentralisasi dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja.
Pimpinan organisasi pemerintahan harus dapat mengubah pola kerja hierarki
menjadi pola kerja partisipasi dan kerja sama. Sehingga akan memberikan
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghasilkan inovasi kerja serta lebih
efektif dan efisien dalam proses pencapaian tujuan.
 Pemerintahan berorientasi pasar: mendongkrak perubahan melalui
pasar. Pemerintah harus memiliki strategi yang inovatif sebagai enterpreneur
dan mampu menciptakan perubahan melalui pasar.

Anda mungkin juga menyukai