MPR adalah lembaga negara. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sekarang ini bukan lagi
merupakan lembaga tertinggi negara. Ia adalah lembaga negara yang sederajat dengan lembaga
negara lainnya. Dengan tidak adanya lembaga tertinggi negara maka tidak ada lagi sebutan
lembaga tinggi negara dan lembaga tertinggi negara. Semua lembaga yang disebutkan dalam
UUD 1945 adalah lembaga negara.
Sistem ketatanegaraan kita menjelaskan jika MPR merupakan lembaga perwakilan rakyat, untuk
itu anggota-anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Sehingga bisa
disebutkan bahwa MPR memegang kedaulatan rakyat. Meskipun begitu MPR, bukan lagi
pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 1 ayat 2 UDD 1945
perubahan ketiga bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar
Tugas dan kewenangan
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tugas dan kewenangan MPR, yaitu pada pasal 3,
pasal 7 A dan 7B (6) dan (7), pasal 8 UUD 1945
Tugas dan Kewenangan MPR pada pasal 3 terdapat 3 kewenangan, yaitu:
1. Mengubah dan menetapkan UUD 1945
2. Melantik presiden dan/atau wakil presiden.
3. Memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD 1945.
Kewenangan MPR pada pasal 7A dan 7B ayat (6) dan (7)merupakan kondisi dimana presiden
dapat di makzulkan (Impeachment), sebagaimana ketentuan pasal 3 (3) tentang kewenangan MPR
meberhentikan presiden dan/atau wakil presiden. Ketentuan pasal 7A menyebutkan presiden
dan/atau wakil presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR hanya apabila terbukti oleh
MK melakukan pelanggaran hukum sesuai yang diatur dalam ketentuan pasal 7A. Kemudian,
pasal 7B (6) dan (7) merupakan mekanisme proses pemberhentian presiden dan/atau wakil
presiden yang dilakukan oleh MPR. MPR wajib menyelengarakan sidang selambat-lambatnya 30
hari setelah merima usul tersebut, kemudian pengambilan keputusan diambil dalam rapat
paripurna, setelah presiden dan/atau wakil presiden diberikan kesempatan memberikan
penjelasan.
Kewenangan MPR pada pasal 8 merupakan ketentuan yang harus dilaksanakan MPR apabila
terjadi kekosongan jabatan baik presiden, wakil presiden, atau kekosongan jabatan presiden dan
wakil presiden secara bersama-sama.
Apabila terjadi kekosongan jabatan Presiden, baik karena mangkat, berhenti, diberhentikan
(impeachment), atau sudah tidak mampu melakukan kewajibannya, MPR melantik Wakil
Presiden menjadi presiden sampai masa jabatan itu habis sebagaimana dalam pasal 8(1) UUD
1945.
Jika yang terjadi kekosongan jabatan yaitu Wakil Presiden, MPR memilih Wakil presiden yang
diusulkan oleh Presiden sebagaimana dalam pasal 8(2) UUD 1945.
Jika yang terjadi kekosongan secara bersama sama, untuk mencegah kekosongan kekuasaan,
pelaksana tugas kepresidenan dilaksanakan oleh Menlu, Mendagri, dan Menhan secara
bersamaan. Selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari MPR harus memilih presiden dan wakil
presiden sebagaimana yang dalam pasla 8(3) UUD 1945.
Itulah lembaga Majelis Permusyawaratan rakyat.
Apakah kalian sudah memahami materi majelis permusyawaratan rakyat
Apakah kalian ingin mengulang materi
Silahkan tekan tombol segitiga
DPR atau biasa kita kenal sebagai Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga negara. Ia adaalah
lembaga yang memiliki kedudukan yang sederajat dengan lembaga lainnya. Meskipun anggota
DPR juga menjadi anggota MPR, tidak menyebabkan kedudukan MPR lebih tinggi dari DPR.
Hal itu bertujuan untuk mewujudkan sistem mengawasi dan saling mengimbangi antar lembaga
negara. Sehingga, tidak ada lagi lembaga yang memiliki kewenangan yang lebih besar daripada
lembaga yang lain.
DPR juga disebut sebagai lembaga perwakilan rakyat. Anggota-anggota DPR dianggap mewakili
rakyat. Pada sistem perwakilan, representasi keterwakilan dalam sebuah badan perwakilan
menjadi penting. Dengan satu asumsi lembaga perwakilan memiliki tugas-tugas politik
sebagal wakil yang mengaspirasikan kehendak rakyat kepada pemerintah.
DPD atau kita kenal sebagai Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga nagara. Sama
dengan DPR, DPD memiliki kekuasaan yang setara. Anggota DPD dipilih melaui pemilihan
umum. Meskipun anggota DPD juga menjadi anggota MPR, tidak menjadikan MPR lebih tinggi
daripada.
DPD merupakan lembaga baru hasil dari amandemen UUD 1945 pada perubahan ketiga.
Pembentukan DPD dilakukan mengingat diperlukannya lembaga guna menampung dan
menjamin perwakilan daerah untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah. Adanya
lembaga perwakilan yang berkududukan mewakili daerah sebenarnya telah ada sebelum
perubahan, tapi lembaga tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan DPD.
Tugas dan kewenangan DPD telah diatur dalam UUD 1945 perubahan ketiga Pasal 22 D ayat 1-4.
Berdasarkan Pasal 22 D, dapat diketahui DPD meiliki fungsi-fungsi yaitu:
1. Fungsi Legislasi
Fungsi legislasi DPD tercantum dalam Pasal 22 D ayat 1 dan 2 UUD 1945. Ketentuan pasal
tersebut menyebutkan bahwa dpd diberikan kewenangan untuk mengajukan sekaligus ikut
mebahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah erta perimbangan keuangan
pusat dan daerah, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Meskipun telah DPD telah diberikan kewenangan legislasi, DPD tidak memiliki kewenangan
dalam ikut memutuskan pembentukan undang-undang tersebut. Keputusan pembentukan uu
berada pada DPR dan Presiden.
2. Fungsi konsultasi (Pertimbangan)
Fungsi konsultasi DPD tercantum dalam Pasal 22 D ayat 2. Ketentuan pasal tersebut
menyebutkan bahwa dalam pembuatan undang-undang yang berkaitan dengan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama DPD dapat memberikan pertimbangan kepada DPR. Fungsi ini termasuk
pertimbangan yang diberikan DPD kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan.
3. Fungsi Kontrol (Pengawasan)
Fungsi ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 22 D ayat 3, yaitu DPD berhak melakukan
pengwasan terhadap pelaksanaan UU yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya
alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
Hasil pengawasan diserahkan kepada DPR sebagai bahan untuk ditindak lanjuti.
4. Fungsi anggaran.
Fungsi ini terlihat dari diberikannya wewenang kepada Dewan Perwakilan Daerah untuk
mengajukan rancangan undang-undang tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah,
wewenang untuk memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara, serta wewenang untuk dapat ikut melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara tersebut.
Presiden adalah lembaga kekuasaan yang memegang kekuasaan eksekutif. Kekuasaan eksekutif
ini diartikan sebagai kekuasan menjalankan pemerintahan. Sebagai pemegang kekuasaan
eksekutif presiden disebut sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Dalam menjalankan kewenangannya, presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri
negara
Undang-undang dasar 1945 telah mengatur tugas dan kewenangan presiden sebagai kepala negara
sekaligus sebagai kepala pemerintahan.
Presiden sebagai kepala negara memiliki arti sebagai fungsi simbolik artinya sebagai pemimpin
bangsa, bukan sebagai pemimpin kelompok tertentu.
Adapun tugas dan kewenangan presiden sebagai kelapa negara yang telah diatur oleh Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai berikut:
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara (Pasal
10).
2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (Pasal 11 Ayat 1).
7. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain lain tanda kehormatan (pasal 15).
Presiden sebagai kepala pemerintahan meiliki arti sebagai kepala administrasi. Di sini peran
presiden merujuk kepada kekuasaan eksekutif yang tugasnya melaksanakan dan
mengimplementasikan undang-undang.
Adapun tugas presiden sebagai kepala negara yang telah diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945
sebagai berikut:
6. Membahas dan memberikan persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU
(pasal 20 ayat 2 dan 4)
8. Meresmikan keanggotaan BPk yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPD (pasal 23F Ayat 1).
9. Mengangkat dan memberhentikan anggota KY dengan persetujuan DPR (Pasal 24B Ayat 3)
Tugas dan kewenangan MA diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24 A ayat 1 yang
berbunyi “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang”
Kewenangan Mahkamah Agung tersebut kemudian dielaborasi lagi antara lain sebagai berikut
meliputi:
Kewenangan Mahakamah Agung dalam bertugas dan berwenang pada tingkat kasasi yaitu:
- Permohonan Kasasi
Uu tentang kewenangan MA
Pembentukan Mahkamah Konstitusi didasarkan pada kebutuhan akan adanya mekanisme judicial
review. Kebutuhan tersebut terwujud pada perubahan ketiga UUD 1945 dengan hasil
dirumuskannya Pasal 24C tentang Mahkamah Konstitusi.
UUD 1945 telah mengatur jika MK memiliki 4 kewenangan dan 1 kewajiban. Mahkamah
konstitusi memiliki kewenangan mengadili pada tingkat pertama dan terahkhir yang putusannya
bersifat final (einmalig) untuk:
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
Sengketa kewenangan lembaga negara dapat terjadi apabila terdapat peselisihan yang berkaitan
tentang pelaksanaan kewenangan antara dua atau lebih lembaga negara. Sengketa dapat
diakibatkan karena perbedaan penafsiran tentang kewenangan lembaga yang bersengketa.
Penjelasan tersebut mensyaratkan bahwa lembaga negara yang bersengketa harus disebutkan dan
memiliki kewenangan dalam UUD 1945. Jika semuanya terpenuhi, maka lembaga yang berhak
memutus sengketa tersebut adalah mahkamah konstitusi.
Partai politik merupakan salah satu pemenuhan uud pasal 28 E ayat 3 tentang kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Alasan-alasan pembubaran partai politik
oleh Mahkamah Konstitusi merupakan bentuk pembatasan undang-undang terhadap
pelaksanaan hak atas kebebasan berserikat sehingga partai politik yang melanggar larangan-
larangan yang telah ditetapkan dalam uu dapat dijatuhi sanksi pembubaran oleh Mahkamah
Konstitusi
Awalnya penyelesaian sengketa pemilu tidak diberikan kepada lembaga peradilan, melainkan
kepada lembaga legislatif, seperti Inggris sampai dengan tahun 1868. Namun kini dalam
perkembangannya banyak negara yang memberikan kewenangan memutus sengketa pemilu
kepada lembaga peradilan. Dengan mempercayakan pada lembaga peradilan hal itu
diharapkan dapat menjamin segala sengketa yang terjadi dapat diselesaikan secara hukum
dan berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam konstitusi.
Komisi yudisial merupakan salah satu lembaga negara yang terbentuk karena amandemen UUD.
Desakan pembentukan lembaga pengawasan eksternal terhadap perilaku hakim sangat kuat.
Mengingat terpuruknya dunia peradilan yang ada di Indonesia pada masa lampau Hal tersebut
membuat MPR pada waktu itu memasukan lembaga Komisi Yudisial ke dalam UUD 1945 Bab
IX tentang kekuasaan kehakiman.
Komisi Yudisial di dalam BAB IX UUD 1945 memiliki 2 (dua) wewenang, yaitu:
Ketentuan UUD 1945 pasal 24A (3) dan pasal 24B (1) telah menjelaskan jika pengangkatan
hakim agung merupakan kewenangan dari Komisi Yudisial. Calon hakim agung diusulkan oleh
Komisi Yudisal kepada DPR untuk medapat persetujuan. Jika mendapat persetujuan calon hakim
agung ditetapkan oleh presiden. Keterlibatan DPR dan Presiden dalam proses pengangkatan
hakim agung bertujuan mewujudkan fungsi check and balancesI antar lembaga negara.
Dalam hal ini Komisi Yudisial berfungsi sebagai pengawas. Posisi Komisi Yudisial sangatlah
strategis atau fundamental. Komisi Yudisial menjadi institusi yang diberi peran mengawasi
kinerja hakim.
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan lembaga negara yang bertugas memeriksa dan
mengawasi keuangan negara. Hal ini berarti jika dalam hal keuangan negara perlu diawasi segala
penggunaannya, apakah bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan. untuk itulah dibentuk
suatu lembaga yang anggotannya terdiri dari para ahli yang bertugas memeriksa tanggung jawab
pemerintah dalam penggunaan anggaran belanja.
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan lembaga yang berdiri sendiri dalam melaksanakan
tugasnya, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Kelembagaan BPK diatur dalam Pasal
23E sampai G UUD 1945.
Ketentuan Pasal 23E menyatakan BPK memiliki kewenangan utama yaitu memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengawasan yang dilakukan oleh BPK ini
merupakan bentuk pengawasan terhadap penggunaan anggaran belanja, baik APBD maupun
APBN.
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK diserahkan kepada badan perwakilan, baik
DPR, DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya. *Pasal 23E (2)
Hal ini dilakukan selain sebagai bentuk dari pelaksanaan sistem check and balances, juga sebagai
bahan bagi lembaga perwakilan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap pengawasan
anggaran yang dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Mengingat betapa luasnya ruang lingkup pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, untuk
meningkat kan kualitas hasil pemeriksaan, BPK tidak hanya berkedudukan di Ibukota, tetapi
memiliki perwakilan di setiap daerah. *Pasal 23G (1)