Anda di halaman 1dari 1

Kondisi lingkungan di pantai utara Jakarta dalam kondisi kritis.

Dari 32 kilometer garis pantai Jakarta,


hanya tiga kilometer pantai atau 10 persen yang masih ditumbuhi mangrove.

Kepala Kantor Pengelola Lingkungan Hidup (KPLH) Jakarta Utara Hotman Silaen, Jumat (30/7) di Jakarta
Selatan, mengatakan, ketiadaan penahan gelombang itu menyebabkan pantai utara Jakarta rawan
terhadap pengikisan atau abrasi.

Idealnya, hutan mangrove seharusnya terdapat di sepanjang pantai. Namun, saat ini tidak mungkin
menumbuhkan mangrove di sepanjang pantai karena banyak yang sudah digunakan sebagai pelabuhan,
hotel, dan taman hiburan.

”Jakarta seharusnya memiliki hutan mangrove minimal sepanjang 15 kilometer. Tanpa mangrove,
gelombang laut akan menggerus pantai,” kata Hotman.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Peni Susanti mengatakan,
Pemprov DKI akan menanami lahan seluas 40 hektar di kawasan Angke-Kapuk dengan tanaman bakau.
Saat ini sudah ada sekitar 296,7 hektar hutan mangrove yang menjadi sabuk hijau di pantai utara, di
kawasan Angke-Kapuk.

Kawasan yang menjadi bagian sabuk hijau adalah Hutan Lindung Angke Kapuk seluas 44,76 hektar dan
Taman Wisata Alam Angke Kapuk 99,82 hektar, Kebun Bibit Angke Kapuk 10,51 hektar, Suaka Marga
Satwa Muara Angke 25,02 hektar, dan Transmisi PLN 23,7 hektar. Selain itu terdapat juga di Cengkareng
Drain 28,39 hektar, Jalan Tol Sedyatmo dan Jalur Hijau seluas 95,50 hektar, serta Ecomarine Tourism
Muara Angke 7 hektar.

Salah satu perusahaan yang akan menghijaukan kawasan sabuk hijau itu adalah PT Kapuk Naga Indah
(KNI). Manajer Komunikasi dan Hubungan Media PT KNI Kosasih Wirahadikusumah mengatakan,
pihaknya bertanggung jawab atas kawasan sabuk hijau seluas 17,8 hektar.

PT KNI akan membangun tanggul sebelum menghijaukan kawasan sabuk hijau. Tanggul tersebut
diperlukan agar bibit bakau tidak mati dilanda gelombang laut. (ECA)

Anda mungkin juga menyukai