Anda di halaman 1dari 3

Dampak Lingkungan dalam Pengembangan Tambak di Wilayah Pesisir Timur Lampung

A. Pengertian Tambak

sebuah kolam yang dibangun untuk membudidayakan biota air payau hingga laut, karena dekatnya
dengan sumber perairan air laut. Sangat banyak komoditas akuakultur yang dibudidayakan dalam system
tambak, diantaranya ada udang, bandeng, kerapu, nila salin, dan masih banyak lagi. Dan untuk di wilayah
Pesisir Lampung Timur sendiri, kebanyakan dari tambak-tambak yang dibangun adalah tambak untuk
budidaya udang.

B. Dampak Permasalahan Lingkungan

Pantai timur Provinsi Lampung mempunyai garis pantai sepanjang 270 km, merupakan wilayah pesisir
dengan keragaman potensi yang dapat menunjang pembangunan dalam sector perikanan. Namun, saat ini
pantai pesisir timur Lampung mengalami degradasi lingkungan yang cukup parah, terutama berdampak
besar dalam kerusakan habitat mangrove dan diperparah dengan terjadinya abrasi pantai.

Sekitar lebih dari 80% lahan hutan mangrove telah hilang akibat berbagai kegiatan manusia, antara lain
pertambakan, pemukiman, urbanisasi, pencemaran pesisir, pengambilan kayu mangrove untuk berbagai
kepentingan, dan lain-lain. Hal ini juga diperparah dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya hutan mangrove sebagai penyangga kehidupan daratan dan lautan, sehingga diperkirakan
kerusakan terus terjadi hingga saat ini. Selain itu, akibat sistem pengelolaan yang masih belum baik,
kerusakan hutan bakau di pesisir pantai timur Lampung makin meluas.

Sejarah pertambakan udang yang berkembang di pantai timur Lampung telah dimulai sejak sebelum
tahun 1960-an. Pada saat itu telah berkembang budidaya tambak ekstensif skala sangat kecil untuk ikan
bandeng, udang, dan kepiting liar di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung Timur.
Pada era tahun 1976 pembukaan lahan tambak yang pertama terjadi di Muara Gading Mas (Kecamatan
Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur) seluas 14 ha dan hingga tahun 1980 terjadi perluasan
tambak udang yang sangat cepat di sepanjang pantai timur. Selanjutnya mulai tahun 1990-an
perkembangan usaha tambak udang semakin pesat yang ditandai dengan konversi secara besar-besaran
kawasan mangrove untuk lahan tambak hingga luasnya diperkirakan mencapai lebih dari 60.000 ha.
Selain tambak udang yang dimiliki oleh masyarakat, kawasan tambak udang intensif telah dikembangkan
di pesisir timur dengan pola tambak inti rakyat oleh PT CPB dan PT DCD yang terletak di pesisir
Kabupaten Tulang Bawang.
Mulai dari pemgembangan tambak udang intesnif inilah, dampak-dampak kerusakan lingkungan yang
terjadi juga semakin luas. Dan yang paling berdampak adalah pada lahan hutan mangrove yang makin
lama makin tergerus, karena banyak dari tambak-tambak yang tak menyisihkan sebagian lahannya untung
green belt. Kalau system dalam pertambakan di wilayah pantai timur Lampung ini tidak segera dibenahi,
tentu ini akan berdampak buruk bagi lingkungan di wilayah tersebut.

C. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

dalam upaya pencegahan dan penaggulangan berbagai masalah lingkungan yang terjadi akibat kegiatan
manusia tersebut, pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan Provinsi Lampung bekerjasama dengan
LPM Univesitas Lampung pada tahun 2006 telah menyusun dokumen Masterplan Rehabilitasi Hutan
Mangrove Pesisir Timur Lampung. Dan upaya ini dilakukan oleh berbagai pihak, seperti pemerintah
provinsi/kabupaten, PT DCD dan PT CPB, masyarakat setempat, LSM, Perguruan Tingi, dan lain-lain.

Dalam masterplan tersebut dijelaskan langkah-langkah rencana aksi (action plan), antara lain:
1) Penataan Ruang Wilayah Pesisir Timur Lampung, yang meliputi kegiatan:
• Konsultasi Publik tentang Tata Ruang Wilayah Pesisir Timur Lampung
• Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Pesisir Timur Lampung
• Penyusunan Peraturan Daerah tentang Tata Ruang Wilayah Pesisir Timur Lampung

2) Rehabilitasi Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat, yang mencakup kegiatan:


• Pengukuran dan Penetapan Kawasan Jalur Hijau (Green Belt) Hutan Mangrove
• Penetapan dan Redesign Tambak-tambak Masyarakat Berbasis Konservasi
• Rehabilitasi Hutan Mangrove pada Kawasan Green Belt
• Pengawasan dan Pemeliharaan Kawasan Green Belt Hutan Mangrove

3) Memasukkan topik ekosistem hutan mangrove sebagai muatan lokal dalam kurikulum pendidikan
formal dan non formal.
4) Pembangunan dan pengembangan mangrove center
5) Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru (regional)
6) Penyusunan payung hukum berbasis masyarakat untuk pengelolaan ekosistem hutan mangrove
7) Pembentukan, penguatan, dan pemberdayaan kelembagaan pengelolaan ekosistem hutan mangrove.

Sumber: Indra Gumay Yudha, Status Lingkungan Hidup Daerah Povinsi Lampung 2007.

Anda mungkin juga menyukai