Anda di halaman 1dari 12

BUDIDAYA IKAN BETOK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING

APUNG (KJA)
(Makalah Engineering akuakultur)

Kelompok

Agus Wibowo 1714111029


Bagoes Septananda Putra 1714111024
Imaduddin Kholish 1714111033
M. Darmawan 1714111017
Nanda Fahur Alyansi 1614111022
Pita Indriswari 1714111003
Yeti Barokah Turiovika 1714111036

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungai merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang

searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1–1,0 m/detik, serta

sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan),

jenis batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin

besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air

semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian hulu dicirikan

dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair

jernih dan mengalir cepat. Selain itu, sungai juga menjadi habitat bagi salah satu

jenis ikan air tawar, yaitu ikan betok (Anabas testudineus).

Ikan betok (Anabas testudineus) juga dikenal dengan beberapa nama lain

seperti betok atau bethik (Jawa), puyu (Malaysia) atau papuyu (bahasa Banjar).

Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch,

merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Ikan betok (Anabas

testudineus) merupakan salah satu ikan air tawar yang penting untuk

dibudidayakan. Hal tersebut disebabkan karena ikan betok mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi dan sangat digemari oleh masyarakat.

Selain karena harga jual yang tinggi serta digemari oleh masyarakat, ikan betok

juga merupakan salah satu ikan yang proses pemeliharaannya cukup mudah dan
hanya membutuhkan modal yang relatif kecil, lahan yang terbatas dan resiko

terserang penyakit lebih kecil. Berdasarkan hal-hal tersebut, beberapa wilayah di

Indonesia sudah mulai mengembangkan budidaya ikan betok di sungai yang mana

merupakan habitat aslinya.


II. ISI

A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila

Ikan betok adalah sejenis ikan air tawar yang hidup liar di kali, waduk dan

danau alam. Ikan betok jarang sekali dipelihara sebagai ikan piaraan. Ikan betok

termasuk ikan yang memiliki sifat sebagai ikan pemangsa atau karnivora. Ikan

betok memiliki nama lain yaitu ikan betik (jawa), ikan puyu (melayu) atau ikan

pepuyu (bahasa banjar) dan dalam bahasa Inggris, ikan ini memiliki nama

Climbing Gouramy karena kemampuan ikan betok yang bisa memanjat ke

daratan. Dalam bahasa latin ikan ini memiliki nama Anabas Testudineus. Sekilas

ikan ini mirip dengan ikan mujair dengan warna belang di sepanjang tubuhnya.

Ikan betok memiliki warna agak gelap dengan warna kuning di bagian bawah

tubuhnya garis – garis gelap melintang secara samar di permukaan kulitnya.

Ukuran tubuhnya kira- kira sebesar telapak tangan dengan ukuran maksimal

sepanjang 25 cm.

Klasifikasi dari Ikab Betok sendiri yaitu :

Kerajaan : Animalia

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Labyrinthici

Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae

Genus : Anabas

Spesies : Anabas testudineus

B. Ekologi dan Habitat Ikan Betok

Berdasarkan karakter morfometrik-meristik dan tinjauan taksonomis,

klasifikasi ikan betok menurut Bloch, 1792 dalam www.fishbase.com dan Kottelat

et al (1993), termasuk dalam kelompok teleostei, ordo: perciformes, serta

merupakan bagian dari famili anabantidae. Nama lokal ikan ini yaitu betok

(Jawa), betik (Sumatera), papuyu (Kalimantan). Ikan ini berdasarkan hasil studi

dari Akbar (2008) memiliki habitat utama di rawa, walaupun kadang ditemukan di

danau dan sungai. Hal ini ditunjukkan kelimpahan yang tinggi pada daerah rawa,

terutama pada bulan desember (musim hujan).

C. Kondisi Lingkungan Budidaya

Karamba adalah wadah usaha budidaya berupa kurungan berbentuk

segiempat dan terbuat dari bahan kayu, bambu atau besi. Karamba biasanya

diletakkan di perairan seperti sungai, danau, waduk, situ atau saluran irigasi.

Karamba dipancang dengan pasak atau jangkar, dengan posisi terendam sebagian

atau seluruhnya. Karamba yang siap digunakan belum tersedia di pasaran, namun

bahan-bahan pembuatan karamba cukup banyak tersediaSistem karamba adalah

sebuah sistem budidaya ikan yang dilaksanakan didalam sebuah wadah yang

terbuat dari bambu maupun jaring.

Karamba-karamba bisa di sungai , danau di Kalimantan Selatan sungai-

sungai dimanfaatkan warga untuk lahan penangkapan ikan, keperluan pengairan

sawah dan perkebunan serta sarana transportasi air. Sedangkan untuk usaha
budidaya sungai belum banyak warga masyarakat mengunakan keramba sebagai

wadah budidaya mereka.Pemanfaatan sungai sebagai budidaya di karamba hanya

sebagian kecil aja atau pemanfaatannya belum maksimal. Setiap musim kemarau

anak sungai yang ada tidak pernah mengalami kekeringan, karena sumber air

dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang dibawa oleh induk sungai. Sebaliknya

dimusim hujan, sungai ini tidak pernah meluap karena pergerakan air yang cukup

lancar. Walaupun pergerakan air cukup lancar karena di lahan gambut pH air

cenderung rendah/asam sehingga kalau ada budidaya ikan cenderung ke budidaya

ikan yang toleran terhadap keasaman seperti ikan Gabus,ikan Papuyu/betok dan

ikan-ikan lainnya.

D. Estimasi Tempat Budidaya

No. Tahap Pelaksanaan Pengamatan


1 Penentuan ukuran karamba Panjang :1,3m
Lebar : 1,2 m
Tinggi : 1,0 m
2 Volume karamba V = panjang x lebar x tinggi
= 1.56 m3
3 Kerangka karamba Jumlah potongan bambu
= 185 potong
Panjang potongan kayu = 14m
4 Jeruji karamba Lebar celah antarjeruji
karamba=
0.5 cm,menggunakan Jaring
Waring 5 m2
5 Jenis ikan yang dipelihara Ikan Papuyu/Ikan Betok
Jumlah : 200 Ekor
6 Jumlah biaya yang dikeluarkan Rp 200.000,-
untuk pembuatan karamba
E. Langkah Budidaya

Pada daerah rawa gambut ikan yang bisa di budidayakan adalah ikan

sepert ikan gabus,ikan betok atau dalam bahasa Banjar Kalimantan Selatan di

namakan ikan Papuyu.Dalam budidaya ikan Papuyu, kita bisa melakukannya

dalam beberapa media, salah satunya adalah media keramba jaring apung.

Budidaya ikan keramba jaring apung bisa di lakukan baik di sungai .Budidaya

ikan keramba jaring apung merupakan salah satu cara budidaya pembesaran ikan

Papuyu yang efisien dan efektif, model sistem budidaya ini telah terbukti lebih

efisien, baik efisien secara teknis ataupun ekonomis.

Dengan luasan media yang sempit, kita bisa melipat gandakan hasil panen

ikan tanpa harus menambah biaya yang besar. Pola yang di pakai adalah

mengintensifkan pola budidaya ikan tersebut, memang ahirnya akan berdampak

pada biaya tinggi namun bisa didapatkan keuntungan yang lebih tinggi pula.Jika

kita kelola dengan benar, sungai mempunyai potensi yang luar biasa dan dapat

menghasilkan uang dalam jumlah besar. Peluang yang sangat baik ini akan

membuat lapangan pekerjaan bagi warga setempat juga.

Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya ikan tidak

mengalami stres atau kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang

ditebar berukuran 3-4 cm, berat 10 – 20 gr dan padat tebar 200 ekor/m3. Pakan

yang diberikan untuk pembesaran ikan papuyu adalah pakan dengan protein 40%.

Lama pemeliharaan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung mencapai 8-12

bulan dengan tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate sebanyak 80%.

Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan dosis 3 – 4% dari bobot total
ikan. Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan

rasio konversi pakan (FCR) 1,5.

Langkah-Langkah dalam membuat karamba antara lain:

Merendam bambu terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai jeruji

karamba panjang,tujuan perendaman ini adalah agar bambu lebih awet dan tidak

gampang lapuk.

Lalu pembuatan rangka.

Pemasangan potongan bamboo di rangka


Melapisi keramba dengan waring

Pembuatan tutup keramba


Dilapisi lagi keramba dengan potongan bambu

Peletakkan karamba pada tempat alam


III. PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Helmy. 2009. Ekobiologi, Habitat dan Potensi Budidaya Ikan Betok
(Anabas testudineus ) di Indonesia: Mini Review. Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Samudra Langsa Aceh

Andri, Wibowo. 2015. Kelangsungan Hdup dan Pertumbuhan Benih Ikan Betok
(Anabas testudineus)yang Di Pelihara dalam Waring dengan Padat Tebar
Berbeda. FISERIES IV - 1 : 38 – 43.

Prasetya, Jaka. 2015. Pemijahan Ikan Betok (Anabas testudineus ) yang


Dirangsang Ekstrak Hipofisa Ikan Betok dengan Rasio Berat Ikan Donor
dan Resipen Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 3(2) : 36-47
(2015)

http://ikanjejangkit.blogspot.com/2016/08/keramba-ikan-papuyu.html . Di Akses
Tanggal 18-19 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai