Anda di halaman 1dari 5

MATERI PRESENTASI BAHASA INDONESIA KELOMPOK 1

1. Pengertian Ejaan
Menurut Kosasih (2017:172), “Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang pelambangan bunyi
ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu”. Sedangkan menurut Alek dan Achmad
(2018:259), “Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan
penggabungan kata, penulisan kata, huruf dan tanda baca.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
2. Sejarah Ejaan
Bahasa indonesia telah mengalami beberapa perubahan pada ejaan tata bahasanya, hal ini
dipengaruhi oleh zaman dan menyempurnakan bahasa agar mudah dimengerti dan dipahami
oleh pemakai dan pembaca. Ejaan resmi bahasa indonesia diresmikan pada tahun 1901 yang
dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen, Mengalami perubahan pada tahun 1947 yang dikenal
dengan ejaan Soewandi, Pada 1972 diresmikannya ejaan EYD, dan pada tahun 2015 pemerintah
pendidikan membuat ejaan baru yang dikenal dengan PEUBI. Sedangkan yang tidak diresmikan
ejaan melindo dan ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kekusastraan). Ejaan berfungsi sebagai
wahana dalam menertibkan komunikasi tulis. Fungsi ejaan erat kaitannya dengan semua
cakupan unsur bahasa tulis. Dalam bahasa tulis, ejaan dan tanda baca akan memperjelas
penulisan, sehingga penampakan dan pemaknaannya mudah dipahami oleh pembaca. Kejelasan
bentuk (huruf, kata, dan kalimat) dalam sebuah tulisan akan mempermudah pembaca
memahami secara tepat suatu gagasan. Karena itu, dalam suatu tulisan, ejaan dan tanda
Mengembangkan Paragraf Sesuai Fungsi dan Posisi dalam Rangka Menulis Sebuah Tulisan Esai
diterapkan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. Kaedah yang berlaku saat ini yaitu PEUBI.

3. penulisan huruf pada Bahasa indonesia


• Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung. Misalnya: 
1) Presiden Joko Widodo mengatakan, ―Pemilihan menteri dilakukan secara hatihati dan
cermat dari kalangan profesional yang memiliki integritas dan bersih dari praktik korupsi.

• Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf
pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus ditulis dengan huruf
kapital, dirangkai dengan tanda hubung (-). Huruf besar atau kapital sebagai huruf pertama
nama gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama
orang. Misalnya.
 1) Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.
2) Zulkifli Hasan, Ketua MPR RI periode 2014—2019, berpendapat bahwa peningkatan gaji
pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai negeri itu sendiri.

• Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu
harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya.
 1) Jemaah haji dari Indonesia tahun ini lebih sedikit daripada tahun lalu, hanya berjumlah
170.000 orang karena Masjidil Haram sedang direnovasi.
2) Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
Akan tetapi, jika mengacu pada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu ditulis
dengan huruf kapital.
Misalnya. Dalam seminar itu Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, memberikan sambutan.
Dalam sambutannya Presiden mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet dalam
mengembangkan ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.

• Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya.
 1) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari Lebaran.
2) Kerajaan Inggris membatalkan undangan pernikahan William-Kate untuk pejabat Suriah.

•Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintah, dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi resmi. Misalnya.
1) Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia.

•Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti
sapaan. Singkatan pak, bu, kak, dik, dan sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika
diikuti oleh nama orang/nama jabatan. Kata Anda juga diawali huruf kapital. Misalnya.
 1) Surat Saudara sudah saya terima.
2) Kepala sekolah berkata kepada saya ―Tadi saya menerima berita bahwa Ibu Sri sakit keras di
Bandung.

2. Penulisan Huruf Miring


•Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan
huruf miring ditandai dengan garis bawah satu.
Contohnya:
1) Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca.
2) Berita itu sudah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan Republika.

3. Penulisan Kata pada Bahasa Indonesia


kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga
dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung
di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat,
objek, dan keterangan.kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Berikut
penjelasan lengkap mengenai jenis kata dalam bahasa Indonesia :

1. Nomina (Kata Benda)


Nomina adalah nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan, dan menurut
wujudnya dapat dibedakan menjadi :
a. Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap oleh pancaindra,
misalnya rumah, batu, binatang, tanah, api, pemukul, panah.
b. Kata benda abstrak, yaitu nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra,
misalnya keagungan, kehinaan, kebesaran, kekuatan, kemanusiaan, pencucian, pencurian.
Ciri-ciri kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan
menambahkan yang+ kata sifat atau yang sangat + kata sifat dibelakang kata tersebut.
Misalnya: rumah yang besar, batu yang keras.

2. Verba (Kata Kerja)


Verba atau kata kerja merupakan kata-kata yang menyatakan suatu perbuatan atau tindakan,
proses, gerak, keadaan atau terjadinya sesuatu. Verba menduduki fungsi sebagai predikat dalam
kalimat.
Ciri-ciri kata kerja dalam bahasa Indonesia adalah kata tersebut dapat diperluas dengan
kelompok kata dengan + kata sifat atau dengan + kata benda.
Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, yaitu sebagai predikat, kata kerja dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Kata kerja penuh, yaitu kata kerja yang langsung berfungsi sebagai predikat tanpa bantuan
kata-kata lain.
b. Kata kerja bantu, yaitu suatu kata yang memiliki fungsi khusus kata kerja utama.
Ada tiga jenis kata kerja bantu, yaitu;
1.kata kerja bantu yang menyatakan keharusan: harus, mesti, perlu.
2. kata kerja bantu yang menyatakan kemampuan: sanggup, mampu, boleh, bisa dan dapat ,
yang posisinya sebelum kata kerja utama.
3. kata kerja bantu yang menyatakan keinginan: ingin, hendak, mau dan suka yang dapat
langsung diikuti dengan kata kerja penuh, kata benda atau kata sifat.

3. Adjektiva (Kata Sifat)


adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat, keadaan, watak seseorang, binatang atau benda.
Dalam sebuah kalimat, adjektiva berfungsi sebagai penjelas subjek, predikat dan objek.
contoh: indah (indah sekali, seindah-indahnya). Pada tingkat frase, letak kata sifat adalah di
belakang kata benda yang disifatinya, misalnya: rumah besar, pemandangan indah, meja kecil.

4. Adverbia (Kata Keterangan)


Adverbia (kata keterangan) adalah kata yang menerangkan predikat (verba) suatu kalimat. Ada
beberapa jenis adverbia (kata keterangan) dalam bahasa Indonesia, yaitu :
a) Adverbial kuantitatif: menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Misalnya:
banyak, sedikit, cukup, dan kira-kira.
b) Adverbial limitative: menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan.
Misalnya: hanya, saja, dan sekedar.
c) Adverbial frekuentif: menggambarkan makna yang berhubungandengan tingkat keseringan
terjadinya sesuatu. Misalnya: selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang
d) Adverbial kewaktuan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan waktu terjadinya
suatu peristiwa. Misalnya: baru dan segera.
e) Adverbial kontrastif: menggambarkan pertentangan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Misalnya: bahkan, malahan, dan justru.
f) Adverbial keniscayaan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian
terjadinya suatu peristiwa. Misalnya: pasti dan tentu.

5. Pronomina (Kata Ganti)


Kata ganti (pronominal) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain dalam
struktur kalimat. Ada tiga macam pronominal dalam bahasa Indonesia, yaitu (a) pronominal
persona, (b) pronominal penunjuk, dan (c) pronominal penanya.
1. Pronominal pesona adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronominal
pesona dapat mengacu pada diri sendiri(pronominal pesona pertama), mengacu pada orang
yang diajak bicara(pronominal persona kedua), atau mengacu pada orang yang diajak bicara
(pronominal persona ketiga).
2. Pronominal penunjuk adalah pronominal yang menyatakan atau mengacu pada nomina
lainnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam pronominall penunjuk, yaitu
penunjuk umum dan penunjuk tempat.
3.Pronominal penanya adalah pronominal yang dipakai sebagai pertanyaan. Dari segi maknanya,
yang ditanyakan dapat berkaitan dengan orang, barang atau pilihan.
6. Numeralia (Kata Bilangan)
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya sesuatu hal yang
kongkret.Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam numeralia, yaitu numeralia pokok dan
numeralia tingkat. Numeralia pokok merupakan jawaban atas pertanyaan “Berapa?”, sedangkan
numeralia tingkat merupakan jawaban dari pertanyaan “Yang keberapa?”.

7. Konjungsi (Kata Sambung)


Konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan
kalimat. Berikut ini deskripsi kata hubung dan contohnya;
a) Konjungtor koordinatif: dan, serta, tetapi, atau, sedangkan, melainkan.
b) Konjungtor korelatif: baik…maupun; tidak hanya…tetapi juga; demikian…sehingga; sedemikian
rupa…sehingga
c) Konjungtor subordinatif: sejak, semenjak, sedari, jika, bila agar, seakan-akan, sebab, sehingga,
dengan, bahwa
d) Konjungtor antar kalimat: biarpun demikian, sekalipun demikian, sungguhpun demikian,
sebaliknya, tetapi, sebelum itu, selanjutnya.

8. Preposisi (Kata Depan)


Preposisi atau kata depan adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau
kata kerja.
Berikut ini deskripsi preposisi dan contohnya:
a) Preposisi berupa kata dasar: akan, bagi, demi, dengan, kecuali, pada, oleh, untuk.
b) Preposisi berupa kata beerafiks: bersama, menjelang, menurut, menuju, terhadap.
c) Preposisi yang berdampingan: daripada, oleh karena, sampai ke, sampai dengan selain itu.
d) Preposisi berkorelasi: antara … dan …; dari … ke …; dari … sampai …; dari … sampai dengan …;
sejak … sampai …
e) Preposisi dan nomina lokatif: di atas meja, ke dalam rumah, dari sekitar kampus.

9. Artikula (Kata Sandang)


Kata sandang (artikula) adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam bahasa
Indonesia ada tiga jenis artikula, yaitu (a) artikula yang bersifat gelar, (b) artikula yang mengacu
pada makna kelompok, dan (c) artikula yang menominalkan.

10. Interjeksi (Kata Seru)


Kata seru (interjeksi) adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hari pembicara. Untuk
memperkuat ungkapan rasa hari seperti kagum, sedih, dan heran, orang mamakai kata tertentu
di samping kalimat yang mengandung makna pokok tersebut.
Di samping interjeksi asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bahasa
asing.
Berikut ini jenis-jenis interjeksi dan
contohnya:
c) Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulilah
d) Interjeksi harapan: insya Allah, semoga
e) Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, eh
f) Interjeksi kekagetan: astaga, masyaallah
g) Interjeksi ajakan: ayo, mari
h) Interjeksi panggilan: hai, he, halo
i) Interjeksi simpulan: nah
5.     Pemakaian Tanda Baca
1)     Tanda Titik (.)
 Pemakaian tanda titik dapat diatur sebagai berikut:
   • Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
• Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
•Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan
huruf kecil. Contoh : s.d(sampai dengan)
• Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan,
dan seterusnya.
•   Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku
kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim).
• Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi
tabel, dan sebagainya
• Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat serta di belakang
nama dan alamat penerima surat.

2.     Tanda Koma (,)


Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

•Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan.
• Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
•Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat.
•Tanda koma haus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat. Kalau kata-kata tersebut terdapat pada posisi tengah kalimat, tanda
koma tidak dibubuhkan.

1)     Tanda Pisah (--)


Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelaan khusus di luar
bangun kalimat, menegaskan adanya oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ̳sampai dengan‘ atau di
antara dua nama kota yang berarti ke‘ atau ̳ ̳sampai‘ panjangnya dua ketukan (dua kali tanda
hubung).

 5.) Tanda Petik (“...”)


Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang
mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya.

6.) Garis Miring (/)


 Garis miring dipakai untuk menyatakan (a) dan atau atau; (b) per yang artinya tiap‘; (c) tahun ̳
akademik/tahun ajaran/tahun takwim; (d) nomor rumah setelah nomor jalan; (e) nomor surat.

Anda mungkin juga menyukai