Anda di halaman 1dari 12

Hyaline Membrane Disease Pada Neonatus

Stephen Alvian Yaputra


102022006
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061
Email: stephen.102022006@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Manusia perlu pernapasan untuk bertahan hidup karena sel di tubuh memerlukan oksigen
untuk terus bekerja. Ketika sitem pernapasan terganggu, manusia akan sulit untuk menjalani
kehidupannya dengan normal terutama bayi yang baru lahir. Banyak kelainan yang bisa
didapat manusia ketika lahir salah satunya adalah Hyaline Membrane Disease atau bisa juga
disebut respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kelainan yang banyak ditemukan
pada bayi yang baru lahir. Kelainan ini menyababkan adanya membran yang terdiri dari
protein dan sel mati melapisi alveoli menyebabkan sulitnya bernafas hingga ketidakmampuan
untuk bernafas. Kelainan ini disebabkan oleh kurangnya surfaktan untuk menjaga tekanan
permukaan pada paru. Jika tidak ditangani dengan baik, RDS yang parah akan
mengakibatkan kegagalan beberapa organ hingga kematian. Kelainan ini disebabkan oleh
kurangnya maturitas atau kematangan paru saat lahir, oleh karena itu kebanyakan kasus RDS
berasal dari neonatus yang lahir pada usia 28 hingga 34 minggu kehamilan.

Kata kunci : Pernapasan, neonatus, surfaktan, bayi

Abstract
Humans need respiration to survive because the cells in the body need oxygen to keep
working. When the respiratory system is disturbed, humans will find it challenging to live
their lives normally, especially newborns. There are many abnormalities that humans can get
at birth, one of which is Hyaline Membrane Disease. It can also be called respiratory
distress syndrome (RDS), a disorder often found in newborns. This disorder causes the
presence of a membrane consisting of proteins and dead cells lining the alveoli causing
difficulty in breathing to the inability to breathe. A lack of surfactant causes this disorder to
maintain surface pressure in the lungs and lack lung maturity at birth. Severe RDS can lead
to multiple organ failures and even death if not treated properly. This disorder is caused by a
lack of lung maturity at birth. Therefore most cases of RDS are from neonates born at 28 to
34 weeks of gestation.

Keywords: Respiration, Neonatal, Surfactant, Baby

Pendahuluan
Paru-paru merupakan salah satu organ yang krusial dan penting bagi manusia. Tubuh
memerlukan oksigen untuk tetap hidup. Udara yang kita hirup mengandung oksigen dan zat
lain. Oksigen yang dihirup akan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan ditukar dengan
karbondioksida. Ketika terjadi kelainan pada paru-paru, akan sangat sulit untuk bernafas dan
menjalani hidup. Kelainan yang akan dibahas pada makalah ini adalah hyaline membrane
disease pada neonatus yang disebabkan oleh defisiensi surfaktan pada alveoli sesuai dengan
skenario yaitu, Seorang neonatus yang lahir prematur mengalami sesak nafas, disertai retraksi
dinding dada dan sianosis 24 jam setelah dilahirkan. Dokter menyatakan bayi menderita
Hyaline Membrane Disease.

Skenario
Neonatus perempuan lahir prematur 32 minggu dirawat di NICU karena mengalami sesak
nafas (nafas cepat, dangkal dan irregular). Dari hasil foto thorax posisi antero-posterior,
dokter mendiagnosis bayi menderita Respiratory Distress Syndrome/Hyaline Membrane
Diseases.

Identifikasi Istilah
1. Neonatus : adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi
tersebut memerlukan penyelesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi
(menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin) dan
toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik.1
2. NICU : NICU adalah unit perawatan intensif yang disediakan khusus untuk bayi baru
lahir dengan kondisi kritis atau memiliki gangguan kesehatan berat. Rentang usia
pasien yang dirawat di ruang NICU ini adalah bayi baru lahir hingga bayi berusia 28
hari.2
3. Respiratory distress syndrome/ hyaline membrane diseases : respiratory distress
syndrome adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh paru-
paru yang belum tumbuh dengan sempurna.3

Rumusan masalah
Seorang bayi perempuan lahir premature mengalami sesak nafas dan didiagnosis menderita
RDS/ HMD.

Hipotesis
RDS disebabkan karena bayi tersebut lahir prematur.

Sasaran pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur makroskopis dan mikroskopis
organ paru.
2. Mahasiswa dapat memahami mekanisme pernapasan.
3. Mhasiswa dapat memahami proses paru bayi yang baru lahir.
4. Mahasiswa dapat mengetahui sel-sel penyusun alveolus.

Pembahasan

I. Paru dan Pleura

 Paru-paru adalah organ utama pada sistem pernapasan pada manusia dan berhubungan


dengan sistem peredaran darah dan juga sistem ekskresi. Fungsinya adalah untuk
menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah atau sering disebut
bernapas.4
Gambar 1. Paru-paru

 Pleura adalah membran (selaput) tipis berlapis ganda yang melapisi paru-paru.
Lapisan ini mengeluarkan cairan (pleural fluid) yang disebut dengan cairan serous.
Fungsinya untuk melumasi bagian dalam rongga paru agar tidak mengiritasi paru saat
mengembang dan berkontraksi saat bernapas.5
Pleura terdiri dari dua lapisan, yaitu:
1. Pleura dalam (visceral), yaitu lapisan di sebelah paru-paru
2. Pleura luar (parietal), yaitu lapisan yang melapisi dinding dada
Dan area yang terdapat di antara dua lapisan tersebut bernama rongga pleura.5

Gambar 2. Pleura

II. Struktur makroskopis dan mikroskopis paru-paru


Masing-masing paru dibagi menjadi beberapa bagian, yang disebut dengan lobus. Paru-
paru kiri terdiri atas dua lobus. Jantung berada dalam alur (takik jantung) yang
terletak di lobus bawah. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus. Itu sebabnya, paru-
paru kanan punya ukuran dan berat yang lebih besar dibandingkan dengan paru-
paru bagian kiri. Paru-paru dipisahkan oleh area yang disebut dengan
mediastinum. Area ini berisi jantung, trakea, esofagus, dan kelenjar getah bening.
Paru-paru ditutupi oleh selaput pelindung yang dikenal sebagai pleura dan
dipisahkan dari rongga perut oleh diafragma otot.

Struktur makroskopis paru

 Pleura

Pleura adalah membran (selaput) tipis berlapis ganda yang melapisi paru-paru. Lapisan
ini mengeluarkan cairan (pleural fluid) yang disebut dengan cairan serous. Fungsinya
untuk melumasi bagian dalam rongga paru agar tidak mengiritasi paru saat mengembang
dan berkontraksi saat bernapas.

Pleura terdiri dari dua lapisan, yaitu:

 Pleura dalam (visceral), yaitu lapisan di sebelah paru-paru


 Pleura luar (parietal), yaitu lapisan yang melapisi dinding dada

 Bronkus (Bronchi)
Bronkus adalah cabang batang tenggorokan yang terletak setelah tenggorokan (trakea)
sebelum paru-paru. Bronkus merupakan saluran udara yang memastikan udara masuk
dengan baik dari trakea ke alveolus. Selain sebagai jalur masuk dan keluarnya udara,
bronkus juga berfungsi mencegah infeksi.

 Bronkiolus (Bronchioles)
Setiap bronkus utama membelah atau bercabang menjadi bronkus yang lebih kecil
(memiliki kelenjar kecil dan tulang rawan di dindingnya). Bronkus yang lebih kecil
ini akhirnya membelah menjadi tabung yang lebih kecil lagi, yang disebut bronkiolus.
Bronkiolus adalah cabang terkecil dari bronkus yang tidak memiliki kelenjar atau
tulang rawan. Bronkiolus berfungsi menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli. Selain
itu bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar
saat proses bernapas berlangsung.

 Alveoli
Bagian dari anatomi paru yang satu ini merupakan kelompok terkecil yang disebut
kantung alveolus di ujung bronkiolus. Setiap alveoli adalah rongga berbentuk cekung
yang dikelilingi oleh banyak kapiler kecil. Paru-paru menghasilkan campuran lemak
dan protein yang disebut dengan surfaktan paru-paru. Campuran lemak dan protein ini
melapisi permukaan alveoli dan membuatnya lebih mudah untuk mengembang dan
mengempis pada setiap tarikan napas. Alveoli (alveolus) berfungsi sebagai tempat
pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Alveoli kemudian menyerap oksigen dari
udara yang dibawa oleh bronkiolus dan mengalirkannya ke dalam darah. Setelah itu,
karbon dioksida yang merupakan produk limbah dari sel-sel tubuh mengalir dari
darah ke alveoli untuk diembuskan keluar. Pertukaran gas ini terjadi melalui dinding
alveoli dan kapiler yang sangat tipis.

Gambar 3. Struktur makroskopis paru

III. Sel penyusun Alveolus

Alveolus atau nama latinnya alveolus plumonis merupakan bagian dalam paru-


paru untuk tempat pertukaran gas dalam sistem pernafasan. Alveolus berperan
untuk melepaskan karbondioksida dan menyerap oksigen. Dinding alveolus
berbentuk tipis dan tersusun dari banyak pembuluh darah. Pada dinding tersebut
merupakan tempat terjadinya pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida,
terdapat 2 sel penyusun alveolus, yaitu :

1. Pneumosit tipe 1, sebesar 95%  merupakan sel penyusun alveolus yang sangat
tipis dan memiliki bentuk pipih. Tipe ini mendukung terjadinya fungsi
alveolus untuk melakukan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen.
2. Pneumosit tipe 2, yang memiliki peran untuk memproduksi surfaktan guna
menjaga tegangan permukaan alveolus agar tidak kempis. Selain itu juga
seperti yang telah disebutkan pada bagian fungsi bahwa pneumosit tipe 2 akan
mendukung pertahanan dan regenerasi sel pneumosit tipe 1.

Gambar 5. Alveoli

IV. Surfaktan

Surfaktan merupakan lipoprotein yang memiliki komposisi terdiri dari fosfolipid


dan protein. Lipid menjadi 80 hingga 90 persen komposisi dari berat molekul
surfaktan itu sendiri dan zat yang terdapat dalam surfaktan adalah fosfatidikolin,
fosfatidigliserol, dan fosfatidilinositol, dengan fosfatidikolin menjadi 70% dari
lipid di surfaktan. Fosfatidikolin ini juga dapat menjadi bentuk unik lain yang bisa
disebut dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC). Bersama dengan protein
surfaktan, DPPC menyediakan aktivitas permukaan surfaktan. Lipid lain yang
terdapat dalam surfaktan yaitu fosfatidilserin, fosfatidilethanolamin, dan
sphingomyelin, hadir dalam jumlah yang sedikit. Terdapat empat protein yang
terkandung dalam surfaktan, yaitu surfaktan protein (SP)-A, SP-B, SP-C, dan SP-
D. Dua dari protein tersebut yaitu SP-A dan SP-D merupakan zat hidrofilik dan
sisanya merupakan zat hidrofobik. Protein ini memiliki kesamaan yang mirip
dengan daerah NH2-terminal kolagen dan daerah C-terminal lektin yang dapat
mengikat karbohidrat. Surfaktan hidrofonik yaitu SP-B dan SP-C disimpan dan
dikeluarkan bersamaan dengan fosfolipid surfaktan. SP-B merupakan protein yang
tak bisa disimpan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan surfaktan
untuk mengurangi tegangan permukaan dan juga memiliki kemampuan
antimicrobial. Fungsi SP-C, salah satu peptida yang sangat hidrofobik belum
diketahui secara pasti, tetapi memiliki derajat konservasi yang tinggi dari zat lain.

V. Fungsi Surfaktan

Surfaktan memiliki beberapa fungsi yaitu menurunkan tegangan permukaan pada


antarmuka udara-air dan akhirnya mencegah kolapsnya alveoli pada akhir
ekspirasi, berinteraksi setelah matinya pathogen atau mencegah menyebarnya
pathogen tersebut, dan memodulasi respon imun. Kemampuan surfaktan untuk
menurunkan tegangan permukaan tergantung pada konsentrasi permukaan itu
sendiri. Disaat alveolus mengecil, konsentrasi surfaktan akan naik dan tegangan
permukaan berkrang. Perubahan drastis pada area permukaan alveoli selama
respirasi menentukan bahwa tegangan permukaan alveolar harus kurang dari
2Mn/m di akhir ekspirasi untuk mencegah kolapsnya alveolar. Fungsi surfaktan
yang kritis ini banyak ditemukan di DPPC, yang membuat tegangan permukaan
sangat rendah (<1mN/m) saat kompresi. Tegangan permukaan berkontribusi untuk
2/3 dari recoil paru-paru. Inspirasi membutuhkan kerja lebih untuk melebarkan
paru melawan kecenderungan recoil paru. Karena surfaktan menurunkan
kecnderungan recoil tersebut, surfaktan dapat mengurangi kerja nafas. Surfaktan
juga memiliki peran dalam perlindungan terhadap infeksi. Kolektin SP-A dan SP-
D meningkatkan pembersihan bakteri. Daerah C-terminal lektin dari protein ini
dapat mengikat oligasakarida yang ditemukan di virus dan bakteri. Yang paling
dapat mendeskripsikan fungsi dari kolektin ini yaitu mereka memiliki kemampuan
untuk mengoposonisasi  pathogen dan memfasilitasi fagositosis sel dari kekebalan
sistem imun, seperti makrofag dan monosit, begitu juga dengan meregulasi
mediator dari sel.

VI. Mekanisme Pernapasan

pernafasan merupakan pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel tubuh
dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Proses terjadinya
pernafasan terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Pernafasan yang dilakukan
secara sadar yaitu ketika kita melakukan pengaturan pernafasan seperti latihan
bernafas panjang lalu menghempaskannya perlahan. Sedangkan pernafasan
dilakukan tanpa sadar secara otomatis terjadi pada saat tertidur pulas.

Dalam prosesnya, pernafasan melibatkan semua organ pernafasan.

Organ-organ tersebut bekerja sama untuk membantu tubuh dalam melakukan


pertukaran gas antara paru-paru (alveolus) dan pembuluh darah yang selanjutnya
disalurkan ke seluruh sel-sel tubuh (Oksigen) atau dihembuskan ke udara (Karbon
dioksida).

Berikut uraian tahapan proses dalam mekanisme pernafasan:

 Ketika sedang menarik nafas atau inspirasi, diafragma dan otot antar tulang
rusuk akan berkontraksi dan meluaskan rongga dada, sehingga paru-paru
mengembang dan terisi udara.

 Udara masuk lewat hidung dan mulut lalu melewati proses penyaringan partikel
kecil oleh rambut-rambut hidung. Selanjutnya udara menuju trakea atau batang
tenggorokan.

 Udara dari trakea masuk ke dalam paru-paru melewati cabang paru-paru yaitu


bronkus kemudian menuju bronkiolus dan berakhir di alveolus.
 Ketika udara sampai di alveolus, terjadi proses pertukaran antara oksigen dan
karbon dioksida pada pembuluh darah kapiler.

 Oksigen masuk ke dalam kapiler, kemudian bersama sel darah merah


menuju jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Pada saat bersamaan,
karbon dioksida masuk dari kapiler ke arah rongga paru-paru.
 Setelah pertukaran oksigen dan karbon dioksida selesai, otot diafragma dan
tulang rusuk kembali relaksasi dan rongga dada kembali seperti semula.

Udara yang mengandung karbon dioksida terdorong dari paru-paru menuju


bronkiolus, bronkus, trakea dan keluar melalui hidung.

Gambar 6. Mekanisme penapasan

VII. Jenis Mekanisme Pernapasan

Mekanisme pernafasan terbagi menjadi proses inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan
dengan cara pernafasan dada dan pernafasan perut.

 Inspirasi

Pengertian dari inspirasi adalah aktivitas menghirup udara dari atmosfer masuk ke
dalam tubuh melalui rongga hidung. Istilah lain dari inspirasi adalah inhalasi.
Pada proses inspirasi, diafragma dan otot dada akan mengalami kontraksi. Volume
rongga dada membesar, paru-paru mengembang, dan udara masuk ke dalam paru-
paru.
 Ekspirasi

Berbanding terbalik dengan inspirasi, ekspirasi adalah aktivitas pelepasan karbon


dioksida dari dalam tubuh hingga kemudian dibawa keluar melalui rongga hidung.
Ekspirasi disebut juga sebagai ekshalasi. Ketika terjadi ekspirasi, diafragma dan
otot dada akan mengalami relaksasi. Volume rongga dada kembali normal karena
udara telah keluar dari paru-paru.

Gambar 7. Mekanisme pernapasan inspirasi dan ekspirasi

Kesimpulan

Daftar Pustaka
1. Kulkarni T, Majarikar S, Deshmukh M, Ananthan A, Balasubramanian H, Keil A,
Patole S. Probiotic sepsis in preterm neonates-a systematic review. Eur J Pediatr.
2022 Jun;181(6):2249-2262. doi: 10.1007/s00431-022-04452-5. Epub 2022 Mar 29.
PMID: 35348825.
2. Smith M, Bosque E. Neonatal Care Provider Tasks in the NICU and Delivery Room.
Adv Neonatal Care. 2022 Jun 1;22(3):215-222. doi:
10.1097/ANC.0000000000000917. Epub 2021 Jul 30. PMID: 34334678.
3. Meyer NJ, Gattinoni L, Calfee CS. Acute respiratory distress syndrome. Lancet. 2021
Aug 14;398(10300):622-637. doi: 10.1016/S0140-6736(21)00439-6. Epub 2021 Jul 1.
PMID: 34217425; PMCID: PMC8248927.
4. Vieira Braga FA, Kar G, Berg M, Carpaij OA, Polanski K, Simon LM, Brouwer S,
Gomes T, Hesse L, Jiang J, Fasouli ES, Efremova M, Vento-Tormo R, Talavera-
López C, Jonker MR, Affleck K, Palit S, Strzelecka PM, Firth HV, Mahbubani KT,
Cvejic A, Meyer KB, Saeb-Parsy K, Luinge M, Brandsma CA, Timens W, Angelidis
I, Strunz M, Koppelman GH, van Oosterhout AJ, Schiller HB, Theis FJ, van den
Berge M, Nawijn MC, Teichmann SA. A cellular census of human lungs identifies
novel cell states in health and in asthma. Nat Med. 2019 Jul;25(7):1153-1163. doi:
10.1038/s41591-019-0468-5. Epub 2019 Jun 17. PMID: 31209336.
5. Sorino C, Negri S, Spanevello A, Feller-Kopman D. The pleura and the endocrine
system. Eur J Intern Med. 2020 Feb;72:34-37. doi: 10.1016/j.ejim.2019.12.034. Epub
2020 Jan 7. PMID: 31918926.
6. ALVEOLUS. Bab II anatomi Dan Fisiologi Paru - Umm [Internet]. [cited
2022Jun7]. Available from: https://eprints.umm.ac.id/58625/3/BAB%20II.pdf
7. SURFAKTAN. Han SH, Mallampalli RK. The role of surfactant in lung disease and
host defense against pulmonary infections. Annals of the American Thoracic Society.
2015;12(5):765–74.
8. SURFAKTAN.Griese M. Pulmonary surfactant in Health and Human Lung
Diseases: State of the art. European Respiratory Journal. 1999;13(6):1455–76.  

Anda mungkin juga menyukai