Anda di halaman 1dari 36

Klinik Pratama Rawat Jalan UMP Tambaksari

Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Jl. Raya Tambaksari Kidul 03/03,Tambaksari
Kec : Kembaran, Kab : Banyumas Kode pos 53182
Telp : 02817776327 / WA 0813150002426
Email : klinikumptambaksari@gmail.com

KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB


KLINIK PRATAMA RAWAT JALAN UMP TAMBAKSARI

Nomor : 01/SK/PPK/XI/2021

TENTANG

PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA KLINIK PRATAMA RAWAT JALAN UMP TAMBAKSARI

Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan klinik, pegawai


merupakan sumber daya yang memegang peranan yang sangat
penting untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Klinik Pratama
Rawat Inap Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
b. bahwa sesuai dengan peranan dan kedudukan pegawai,
diperlukan sistem baku dalam penataan kepegawaian untuk
meningkatkan kualitas pegawai dan peran sertanya dalam
penyelenggaraan pelayanan klinik serta untuk menjamin
perlindungan terhadap pegawai sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan.
c. bahwa perlindungan terhadap pegawai dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pegawai dan menjamin kesamaan
kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar
apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pegawai dengan tetap
memperhatikan perkembangan dan kemajuan klinik.
d. bahwa dalam penataan kepegawaian, perlu adanya pedoman yang
dtetapkan dengan Keputusan Kepala Klinik;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
3. Keputusan Bersama Badan Pembina Harian dan Rektor
Universitas Muhammadiyah Purwokerto Nomor A1-IV/066-
S.Kep/BPH/UMP/VIII/2007 dan Nomor
A1-IV/265-S.Kep/UMP/VIII/2007 Tentang Peraturan
Kepangkatan Pegawai.
4. Penggantian Keputusan Bersama Badan Pembina Harian dan
Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Nomor A1-IV/065-
S.Kep/BPH/UMP/VIII/2007 dan Nomor
A1-IV/263-S.Kep/UMP/VII/2007 Tentang Peraturan Cuti Pegawai.
5. Penggantian Atas Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto Nomor A.1-IV/264-S.Kep/UMP/VIII/2007 Tentang
Peraturan Disiplin Pegawai.
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 028/Menkes/Per/I/2011
tentang Klinik;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA RAWAT JALAN UMP


TAMBAKSARI TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian

Dalam Peraturan Pokok Kepegawaian ini, yang dimaksud dengan :


1. Klinik Pratama Rawat Jalan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)
Tambaksari merupakan amal usaha milik Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
2. Kepala Klinik adalah Penanggung Jawab Klinik Pratama Rawat Jalan UMP
Tambaksari, dibantu oleh Kepala Bagian Pelayanan Medis dan Kepela Bagian
SDM, Keuangan dan Administrasi Umum untuk menjalankan kebijakan-
kebijakan pengelolaan Klinik Pratama Rawat Jalan UMP Tambaksari.
3. Pegawai adalah Pegawai amal usaha UMP yang berstatus tetap dan tidak
tetap.
4. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak seseorang pegawai dalam satu satuan organisasi.
5. Analisis jabatan/pekerjaan adalah suatu kegiatan atau proses untuk
mengumpulkan, mencatat, mengkaji, mempelajari dan menganalisis
keterangan-keterangan atau fakta-fakta atas suatu jabatan/pekerjaan secara
sistematis dan teratur, sehingga berdasarkan keterangan-keterangan dan
fakta-fakta tersebut diperoleh informasi tentang deskripsi jabatan/pekerjaan
yang diperlukan.
6. Deskripsi jabatan/pekerjaan adalah suatu catatan kesimpulan yang
sistematik dari informasi yang didapat dari catatan laporan analisis
jabatan/pekerjaan yang menguraikan tentang ikhtisar jabatan/pekerjaan dan
persyaratan pejabat/pekerja.
7. Jabatan Struktural, adalah jabatan-jabatan yang berada dalam struktur
organisasi UMP dan merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang pegawai dalam rangka
memimpin satuan kerjanya.
8. Jabatan Fungsional, adalah jabatan yang didasarkan pada suatu keahlian
dan atau keterampilan tertentu dan bersifat mandiri.
9. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang pegawai
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian.
10. Perjanjian Kerja adalah suatu kesepakatan kerja antara Klinik dengan
pegawai secara tertulis baik untuk waktu tertentu maupun waktu tidak
tertentu yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak
yang pelaksanaannya berpedoman pada peraturan perundangan yang
berlaku.
11. Gaji adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari klinik kepada pegawai yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-
undangan termasuk tunjangan bagi pegawai dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
12. Penyelenggaraan kesejahteraan adalah segala kegiatan, usaha, dan upaya-
upaya yang dilakukan untuk memelihara kondisi jasmani dan rohani pegawai
melalui pemberian hak-hak atas kesejahterannya.
13. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban pegawai maupun klinik.
14. Pelatihan Kerja/Training adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan
keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan yang pelaksanaannya berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 2
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari Peraturan Pokok Kepegawaian Klinik ini adalah untuk
menciptakan hubungan kerja yang baik, mengatur kewajiban dan hak Pegawai
terhadap Klinik ataupun sebaliknya sehingga terwujud ketenangan kerja dan
produktivitas kerja maksimal yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Pasal 3
Ruang Lingkup Peraturan Pokok Kepegawaian
Peraturan Pokok Kepegawaian ini mengatur hal-hal yang bersifat umum. Yang
bersifat khusus dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Klinik ini
akan diatur dengan Surat Keputusan Kepala Klinik. Sepanjang suatu hal tidak
diatur dalam Peraturan Pokok Kepegawaian ini atau dalam peraturan lain yang
dikeluarkan oleh Kepala Klinik, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam
undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.

BAB II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 4
Perjanjian Kerja
1. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara Klinik dan
Pegawai.
2. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
3. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Pokok Kepegawaian Klinik Pratama Rawat Jalan UMP
Tambaksari serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5
Jenis Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja yang berlaku di Klinik Pratama Rawat Jalan UMP Tambaksari
terdiri dari :
a. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT), yaitu ikatan kerja
berdasarkan jangka waktu yang ditentukan berdasarkan periode tertentu
atau selesainya pekerjaan yang pelaksanaannya berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang kemudian dimaksud
perjanjian Kontrak.
b. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT), yaitu ikatan kerja yang
tidak dibatasi jangka waktu tertentu.

Pasal 6
1. Perjanjian kerja di buat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
2. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat
dibatalkan.
3. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi
hukum.

Pasal 7
1. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat :
a. Nama, alamat klinik, dan jenis usaha;
b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pegawai;
c. Jabatan atau jenis pekerjaan;
d. Tempat pekerjaan;
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban klinik dan pegawai;
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
2. Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf e dan f, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
3. Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat sekurang-
kurangnya rangkap 2 (dua), yang mempunyai kekuatan hukum yang sama,
serta pegawai dan klinik masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja.

Pasal 8
Pengakhiran Tugas
1. Seorang Pegawai berhenti bertugas apabila :
a. Pekerja meninggal dunia;
b. Telah mencapai batas usia pensiun;
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan jasmani atau rohani;
d. Berakhir masa kontraknya;
e. Diberhentikan untuk kepentingan rasionalisasi/perampingan organisasi;
f. Diberhentikan karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK);
g. Dijatuhi pidana yang berkekuatan hokum tetap (inkracht).
h. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
2. Pemberhentian pegawai yang disebabkan karena sebagaimana disebut dalam
ayat (1), diatur dalam peraturan tersendiri oleh Rektor bersama BPH.
3. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya
jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau
berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja
diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pegawai
sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

Pasal 9
Status Hubungan Kerja
Status Hubungan Kerja terdiri dari :
a. Pegawai Tetap UMP, yaitu pegawai yang diangkat dan diberhentikan oleh
Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
b. Pegawai Kontrak, yaitu pegawai non edukatif yang diangkat melalui kontrak
dalam jangka waktu tertentu, dengan menandatangani surat kesepakatan
kerja yang mencantumkan hak dan kewajiban yang disetujui Bersama.
BAB III
PEGAWAI
Pasal 10
Persyaratan Penerimaan Pegawai
1. Untuk dapat diterima menjadi pegawai UMP harus memenuhi persyaratan
umum dan persyaratan khusus
2. Persyaratan Umum :
a. Pelamar sudah berusia minimal 18 (delapan belas) tahun dan maksimal
35 (tiga puluh lima) tahun.
b. Harus beragama Islam.
c. Setia dan taat pada UUD 1945 dan Pancasila.
d. Bersedia menaati segala peraturan yang berlaku di Klinik Rawat Jalan
UMP Tambaksari dan melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam
pekerjaan atau tugas-tugas yang akan diberikan.
e. Memiliki ijazah resmi sesuai jenjang Pendidikan dan keahlian yang
diminta.
f. Sehat jasmani dan Rohani.
g. Tidak sedang dan / atau telah menjalani proses pidana, baik sebagai
tersangka, terdakwa, dan / atau terpidana yang berkekuatan hukum
tetap.
h. Melengkapi dokumen persyaratan sebagai berikut :
1) Surat Lamaran Kerja yang ditujukan kepada Penanggung Jawab Klinik
Pratama Rawat Jalan UMP Tambaksari.
2) Foto Copy Ijazah dan Transkip Nilai masing masing 1 (satu) lembar.
3) Foto Copy KTP sebanyak 1 (satu) lembar.
4) Pas Photo berlatar belakang merah ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua)
lembar.
5) Daftar Riwayat Hidup.
6) Foto Copy sertifikat/pelatihan pendukung lainnya bila ada.
i. Lulus dalam tes tertulis, wawancara dan tes pemeriksaan kesehatan yang
ditentukan Klinik Pratama Rawat Jalan UMP Tambaksari.
3. Persyaratan Khusus
a. Memiliki sejumlah keahlian/ketrampilan yang diminta untuk dapat
menyelesaikan tugas kewajiban dan tanggungjawab dalam
jabatan/pekerjaan yang akan duberikan.
b. Memiliki keadaan jasmani dan kepribadian yang khas yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan/jabatan dengan baik.
4. Calon pegawai yang terikat perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang telah
berakhir masa kerjanya dapat menjadi pegawai tetap jika memenuhi
persyaratan yang ditetapkan Klinik Pratama Rawat Jalan UMP Tambaksari.
5. Pegawai tetap akan mendapat surat pengangkatan yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Badan Pembina Harian UMP atau PT Uempe Insan Medika.

Pasal 11
Pengangkatan Pegawai Tidak Tetap dan Pegawai Tetap
1. Bagi calon pegawai yang telah memenuhi persyaratan sesuai Pasal 10 dapat
diangkat menjadi Pegawai Kontrak.
2. Pegawai kontrak yang telah menjalani masa kerja aktif secara terus menerus
dapat diangkat menjadi Pegawai Tetap dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 12
Perhitungan Masa Kerja
1. Bagi pegawai yang berstatus tetap, masa kerja dihitung sejak tanggal pegawai
tersebut diangkat menjadi pegawai tetap.
2. Bagi pegawai yang berstatus kontrak, masa kerja dihitung sejak tanggal
ditandatanganinya surat kesepakatan kerja.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI
Pasal 13
Hak Pegawai
1. Setiap pegawai berhak mendapatkan tugas dan pekerjaan sesuai dengan
posisinya.
2. Setiap pegawai berhak atas imbalan berupa gaji, tunjangan dan pendapatan
lain yang ditetapkan sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.
3. Setiap pegawai berhak atas waktu dan hari istirahat kerja serta cuti.
4. Setiap pegawai berhak menerima uang lembur apabila bekerja di luar jam
kerja sesuai ketentuan yang berlaku di Klinik Pratama Rawat Jalan UMP
Tambaksari.
5. Setiap pegawai berhak mendapatkan seragam, THR dan rekreasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Klinik Pratama Rawat Jalan UMP
Tambaksari.
6. Setiap pegawai akan diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan, meliputi jaminan Kesehatan, kecelakaan kerja dan
jaminan hari tua yang dikaitkan dengan jaminan kematian.
Pasal 14
Kewajiban Pegawai
1. Melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
2. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
Klinik.
3. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan
kesatuan sesama pegawai Klinik.
4. Menciptakan dan memelihara Suasana kerja yang baik.
5. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Klinik dengan sebaik-
baiknya.
6. Selalu menjunjung tinggi asas dan tujuan serta nama baik Klinik baik pada
saat bekerja maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
7. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
8. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap
bawahannya.
9. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
kariernya.

Pasal 15
Tata Tertib Kerja
1. Setiap pegawai wajib hadir dan mulai bekerja pada waktu yang telah
ditentukan.
2. Selama jam kerja, pegawai tidak diperkenankan meninggalkan tempat kerja
sebelum jam kerja berakhir tanpa izin atasan langsung.
3. Setiap pegawai wajib memeriksa peralatan kerja masing-masing sebelum
mulai bekerja atau akan meninggalkan pekerjaan sehingga benar-benar tidak
akan menimbulkan kerusakan atau bahaya yang akan mengganggu
pekerjaan.
4. Setiap pegawai wajib memelihara ketertiban dan kebersihan di tempat kerja,
serta menjaga dan memelihara kondisi dan keselamatan barang inventaris
yang berada di bawah tanggung jawabnya.
5. Setiap pegawai wajib bersikap, berperilaku dan berpakaian yang pantas dan
sopan. Bagi mereka yang bekerja pada bagian tertentu yang karena sifat
pekerjaannya memerlukan keseragaman dan atau peralatan perlindungan
diri, diharuskan memakai pakaian kerja dan alat pengaman yang telah
ditentukan dan disediakan oleh Klinik.
6. Setiap pegawai dilarang minum minuman keras, membawa/menyimpan dan
menyalahgunakan bahan narkotik, melakukan segala macam perjudian dan
atau berkelahi dengan sesame pegawai/pimpinan di dalam lingkungan klinik.
7. Apabila pegawai menemui hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan
pegawai dan atau Klinik harus segera melaporkan kepada atasannya atau
bidang lain yang terkait.

BAB V
JABATAN
Pasal 16
Penetapan Jabatan
1. Jabatan Penanggung Jawab ditetapkan oleh Rektor Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
2. Persyaratan dan ruang lingkup setiap jabatan di Klinik ditetapkan oleh
Penanggung Jawab.
3. Penanggung Jawab menempatkan pegawai dalam suatu jabatan tertentu
sesuai dengan kualifikasinya agar pegawai dapat bekerja sesuai dengan
bidang dan kemampuannya yang kemudian dimaksud adalah jabatan
fungsional.

BAB VI
PENGGAJIAN
Pasal 17
Penetapan Gaji
1. Yang dimaksud gaji adalah upah yang diterima oleh pegawai secara tetap
setiap bulan berdasarkan pangkat dan golongannya.
2. Penanggung Jawab menetapkan standar upah atau rentang Upah Minimum
dan Maksimum pada setiap golongan.
3. Penanggung Jawab menetapkan sistem dan peraturan penggajian yang
berlaku di Klinik dan diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 18
Komponen Gaji
1. Komponen gaji pegawai terdiri atas :
a. Gaji Pokok
1) Pegawai dengan masa kerja 1 Tahun mendapatkan gaji pokok
2) Pegawai dengan masa kerja 2 Tahun atau lebih mendapatkan gaji
pokok ditambah Tunjangan Perbaikan Penghasilan
b. Tunjangan Tetap, terdiri dari :
1) Tunjangan Jabatan
2) Tunjangan keahlian/fungsional
2. Tunjangan jabatan diberikan kepada yang menempati jabatan struktural
dalam klinik.
3. Tunjangan keahlian atau fungsional diberikan kepada pegawai yang memiliki
kemampuan teknis dan atau ketrampilan sesuai bidang kerjanya yang dinilai
baik oleh Penanggung Jawab sehingga menghasilkan kualitas hasil kerja yang
prima.

Pasal 19
Pembayaran Gaji
1. Gaji pegawai dibayarkan selambat-lambatnya pada tanggal 1 pada bulan
berikutnya.
2. Apabila tanggal 1 bertepatan dengan hari libur atau tanggal merah, maka
pembayaran gaji akan dilakukan 1 (satu) hari sebelum tanggal 1.
Pasal 20
Kenaikan Gaji Berkala
1. Kenaikan gaji pegawai ditetapkan oleh Penanggung Jawab dan tidak
dilaksanakan secara otomatis melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
a. Bagi pegawai tetap kenaikan gaji berkala dilaksanakan setiap 2 (dua)
tahun sekali.
b. Kenaikan gaji pegawai diperhitungkan dari pengangkatan pegawai kontrak
menjadi pegawai tetap.
2. Besar kenaikan gaji merujuk kemampuan Klinik yang diatur dalam ketentuan
sendiri.

BAB VII
KESEJAHTERAAN
Pasal 21
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
1. Sesuai Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Klinik
mengikutsertakan pegawai dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan.
2. Program BPJS Ketenagakerjaan yang meliputi jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian dan jaminan hari tua dalam hubungan kerja.
3. Iuran BPJS Kesehatan ditanggung oleh Klinik.
Pasal 22
Tunjangan Hari Raya Keagamaan
1. Klinik memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pegawai dalam rangka
merayakan hari besar keagamaan.
2. Yang berhak mendapat Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR) adalah
Pegawai tetap dan pegawai kontrak dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi Pegawai yang pada saat tanggal Hari Raya telah bekerja sebagai
pegawai tetap selama 1 (satu) tahun atau lebih diberikan sebesar 1 (satu)
bulan gaji pokok.
b. Bagi Pegawai kontrak yang pada saat tanggal Hari Raya telah bekerja
selama 1 (satu) tahun atau lebih diberikan sebesar 1 (satu) bulan gaji
pokok.
c. Bagi pegawai kontrak yang pada saat tanggal Hari Raya telah bekerja di
bawah 1 (satu) Tahun diberikan secara proporsional dengan masa kerja,
yaitu dengan perhitungan masa kerja dibagi 12 X 1 (satu) bulan gaji
pokok.
d. Besar Tunjangan Hari Raya (THR) adalah sebesar gaji pokok pegawai
dalam 1 (satu) bulan.
3. Pemberian THR dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum hari
raya keagamaan.

Pasal 23
Tunjangan Perawatan Kesehatan
1. Yang dimaksud dengan perawatan kesehatan ialah usaha penyembuhan
terhadap suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang secara nyata dapat
menghambat pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan bukan usaha
untuk menambah kekuatan kecantikan dan sebagainya.
2. Klinik menjamin terpeliharanya kesehatan pegawai dengan cara
mengikutsertakan pegawai dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan.

Pasal 24
Pinjaman
1. Untuk meringankan beban Pegawai, Klinik memberikan bantuan keuangan
berupa pinjaman tanpa bunga bagi Pegawai untuk keperluan yang dianggap
penting dan mendesak.
2. Pinjaman diberikan kepada pegawai yang telah bekerja minimal 12 bulan
berturut-turut.
3. Besarnya pinjaman disesuaikan dengan kemampuan pegawai dengan
perhitungkan angsuran 70% dari gaji pokok yang dipotong setiap bulan dan
harus lunas paling lambat dalam jangka waktu 12 bulan.
4. Pinjaman dapat diberikan atau ditolak oleh Penanggung Jawab tergantung
kondisi keuangan Klinik.
5. Permintaan pinjaman berikutnya akan diproses apabila pinjaman sebelumnya
telah dibayar lunas sebelum permohonan baru diajukan.

Pasal 25
Bonus Akhir Tahun
1. Klinik akan memberikan bonus tahunan kepada pegawai yang kemudian
disebut Gaji ke 13, yang diambil dari keuntungan Klinik.
2. Besarnya gaji ke 13 bagi pegawai tetap sebesar satu kali gaji pokok.
3. Besarnya gaji ke 13 bagi pegawai kontrak sebesar satu kali gaji pokok dengan
minimal masa kerja 1 (satu) Tahun.
4. Waktu pembagian bonus akhir tahun disesuaikan dengan kondisi Klinik,
paling lambat 2 (dua) bulan setelah akhir tahun.

Pasal 26
Insentif
1. Yang dimaksud dengan insentif adalah balas jasa berupa uang atau bentuk
lain di luar gaji sehubungan dengan status penugasan atau kepegawaian/
pangkat/golongan pegawai dalam Klinik. Insentif tersebut bersifat tidak tetap.
2. Bentuk-bentuk insentif yang diberikan perusahaan adalah :
a. Insentif Kedisiplinan Kehadiran yaitu Insentif kedisiplinan kehadiran
diberikan berdasarkan kehadiran pegawai.
b. Insentif Penugasan Proyek yaitu insentif yang diberikan kepada pegawai
yang ditugaskan untuk melaksanakan proyek tertentu.
3. Pembayaran insentif dilakukan bersamaan dengan pembayaran gaji bulan
berikutnya atau pada saat penugasan.
4. Penetapan besarnya nilai insentif ditetapkan melalui keputusan tersendiri.

Pasal 27
Tunjangan Masa Kerja
Pegawai berhak mendapatkan 1 (satu) kali gaji total untuk setiap masa kerja 5
(lima) tahun secara terus menerus sebagai pegawai tetap.
BAB VIII
WAKTU KERJA DAN JAM KERJA
Pasal 28
Hari Kerja dan Jam Kerja
1. Dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku serta kebutuhan
Klinik, waktu kerja diatur sebagai berikut:
a. 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu, 6 (enam) hari
kerja atau
b. 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu, 5 (lima) hari
kerja.
2. Khusus bagi pegawai yang karena sifat kerjanya terlibat dalam kerja shift,
hari kerja bagi tiap kelompok shift kerja diatur menurut kebutuhan, dengan
sepengetahuan atasan yang berwenang dan bagian Sumber Daya Manusia.
3. Hari dan jam kerja yang bersifat khusus ditentukan tersendiri oleh atasan
yang berwenang dengan sepengetahuan bagian Sumber Daya Manusia.

Pasal 29
Hari Libur
1. Hari libur Klinik adalah hari libur resmi yang ditentukan pemerintah dan
atau hari lain yang dinyatakan libur oleh Klinik.
2. Hari minggu / hari tanggal merah dinyatakan libur bagi karyawan non shift,
bagi karyawan yang sifat kerjanya shift maka libur ditentukan sesuai jadwal
setiap unit.
3. Pada hari libur resmi/hari raya yang ditetapkan oleh Pemerintah, pegawai
dibebaskan untuk tidak bekerja dengan mendapat gaji penuh.
4. Banyaknya libur hari raya adalah 5(lima) hari sejak hari pertama hari raya,
6(enam) hari setelah libur hari raya, karyawan yang bekerja akan di hitung
lembur.

Pasal 30
Kerja Lembur
1. Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai yang melebihi
waktu kerja biasa pada hari-hari kerja atau karena melakukan pekerjaan
diluar jam kerja normal atas perintah atasan yang berwenang dengan
persetujuan Penanggung Jawab yang dilakukan untuk kepentingan Klinik.
2. Apabila Klinik memerlukan maka pegawai harus bersedia untuk melakukan
kerja lembur dengan mengikuti peraturan Klinik.
3. Ada pegawai yang tidak mendapat upah lembur karena lembur untuk
pegawai tersebut dianggap telah diperhitungkan sebagai salah satu
komponen gaji yang diterimanya, yaitu:
a. Pegawai yang sedang dalam perjalanan dinas.
b. Pegawai yang karena sifat dari pekerjaan sedemikian rupa sehingga tidak
terikat oleh peraturan jam kerja.
c. Pegawai dengan golongan gaji tertentu yang termasuk pegawai harian.

Pasal 30
Tidak Hadir Karena Sakit
1. Apabila pegawai tidak hadir kerja pada hari kerjanya karena sakit maka
secepatnya yang bersangkutan / keluarganya wajib memberitahu atasan
langsung secara lisan atau secara tertulis.
2. Pegawai yang tidak hadir kerja pada hari kerjanya lebih dari 2 (dua) hari
karena sakit diharuskan membawa Surat Keterangan Dokter.

Pasal 31
Tidak Hadir Tanpa Ijin/Mangkir
Pegawai Klinik yang tidak hadir pada hari kerjanya tanpa ijin atau tanpa
memberitahukan atasannya, dianggap tidak hadir tanpa ijin / mangkir dan
dapat diberi surat peringatan. Jumlah hari ketidakhadiran karena mangkir
akan mengurangi jatah cuti.

BAB IX
CUTI
Pasal 32
Pengertian
1. Cuti pegawai adalah keadaan tidak masuk kerja seorang pegawai Klinik UMP
yang diijinkan oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti dalam jangka
waktu tertentu, selanjutnya disebut cuti.
2. Yang dimaksud dengan cuti di luar tanggungan adalah istirahat kerja yang
diambil oleh pegawai di luar istirahat kerja yang menjadi hak pegawai, dengan
ketentuan:
a. Selama masa cutinya pegawai akan di potong gaji serta tidak menerima
fasilitas dan tunjangan kesejahteraan lainnya.
b. Masa cutinya tidak dihitung sebagai masa kerja.
Pasal 33
Jenis Cuti Pegawai
1. Jenis cuti terdiri dari :
a. Cuti Tahunan
b. Cuti Besar
c. Cuti Sakit
d. Cuti Bersalin
e. Cuti karena alasan penting
f. Cuti diluar tanggungan

Pasal 33
Cuti Tahunan
1. Pegawai berhak cuti selama 12 (dua belas) hari kerja setelah bekerja
minimum 1 (Satu) Tahun berturut-turut dengan mendapat gaji penuh bagi
pegawai tetap dan cuti 6(enam) hari cuti bagi pegawai kontrak setelah bekerja
selama 2 tahun berturut-turut.
2. Pegawai yang bekerja lebih dari 1 (Satu) tahun boleh mengambil hak cutinya
3 (tiga) bulan lebih cepat sebelum hari jatuhnya cuti berdasarkan tahun masa
kerjanya sesuai kebijakan Penanggung Jawab Klinik.
3. Hak cuti tahunan pegawai diberikan dalam batas waktu 1 (satu) tahun
setelah hari jatuhnya cuti.
4. Hak cuti yang tidak diambil setelah 1 (satu) tahun dari hari jatuhnya cuti
dianggap hangus (gugur).
5. Cuti yang belum diambil sama sekali dan masih berlaku untuk tahun yang
berjalan, dapat digabung pengambilannya dengan cuti tahun berikutnya
dengan ijin pimpinan. Lama cuti gabungan maksimal 18 (delapan belas) hari
kerja sesuai dengan kebijakan Penanggung Jawab.
6. Klinik dapat menunda permohonan cuti tahunan paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak hari jatuhnya cuti tahunan. Bila penundaan lebih dari 6
(enam) bulan maka cuti dapat diganti dengan uang.
7. Demi kelancaran pelayanan di Klinik maka pengambilan cuti tahunan tidak
dibolehkan bertepatan dengan libur hari raya keagamaan.

Pasal 34
Cuti Besar
1. Pegawai yang telah bekerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun secara terus
menerus dapat mengajukan cuti besar untuk waktu paling lama 3 (tiga)
bulan.
2. Cuti besar diberikan oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti tertulis.
3. Cuti besar lebih diprioritaskan bagi pegawai yang akan menunaikan ibadah
haji.

Pasal 35
Cuti Sakit
1. Pegawai yang sakit lebih dari 2 (dua) sampai 3 (tiga) bulan berhak atas cuti
sakit dengan ketentuan bahwa pegawai yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara terulis kepada pejabat yang berwenang
dengan melampirkan surat keterangan dokter.
2. Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), menyatakan
alasan tentang perlunya pemberian cuti lamanya cuti dan keterangan lain
yang di pandang perlu.
3. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan untuk jangka
waktu paling lama 1 (satu) tahun.
4. Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dapat
ditambah untuk paling lama 3 (tiga) bulan apabila dipandang perlu
berdasarkan surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
5. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan (pengujian) kesehatan sampai waktu
1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan belum sembuh, maka berangkutan
diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai.
6. Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), belum mencapai usia pensiun
berhak mendapat santunan.

Pasal 36
1. Pegawai yang mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas
karena kewajibannya sehingga dia perlu mendapat perawatan, berhak atas
cuti sakit berdasarkan surat keterangan dokter.
2. Apabila sampai 3 (tiga) tahun pegawai yang bersangkutan tidak mampu
bekerja kembali dalam jabatan apapun juga maka dapat diberhentikan
dengan hormat sebagai pegawai.
3. Pegawai sebagaimana dalam ayat (2), tetapi belum mencapai usia pensiun
berhak mendapat santunan.

Pasal 37
1. Pegawai perempuan yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit
untuk paling lama satu setengah bulan.
2. Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pegawai perempuan yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada pejabat yang berwenang untuk memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.

Pasal 38
Cuti Bersalin
1. Pegawai perempuan berhak atas cuti bersalin.
2. Lama cuti bersalin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan selama 3
(tiga) bulan yang dapat diambil sebelum dan sesudah persalinan.

Pasal 39
1. Pegawai perempuan yang akan bersalin harus mengajukan permintaan cuti
bersalin secara tertulis kepada pejabat yang berwenang.
2. Cuti bersalin diberikan oleh pejabat yang berwenang secara tertulis.

Pasal 40
Cuti Karena Alasan Penting
1. Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting ialah :
a. Istri/suami, anak menantu, orangtua/mertua, sakit keras atau meninggal
dunia.
b. Peristiwa lainnya yang dianggap penting oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 41
Lama cuti karena alasan penting adalah 3(tiga) hari.

Pasal 42
Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis dengan menyebutkan alasan-alasan kepada pejabat
yang berwenang secara tertulis.

Pasal 43
Cuti diluar Tanggungan
1. Cuti di luar tanggungan dapat diberikan kepada pegawai dengan
pertimbangan khusus dari Penanggung Jawab.
2. Pegawai tersebut telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara
terus menerus.
3. Diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun dan masih dapat diperpanjang
untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan yang dapat diterima
untuk diperpanjang.
4. Cuti di luar tanggungan bukan hak, oleh sebab itu permintaan cuti diluar
tanggungan dapat diterima atau ditolak oleh pejabat yang berwennag
memberikan cuti, karena satu dan lain hal tergantung atas pertimbangan
pejabat yang bersangkutan yang didasarkan untuk kepentingan dinas.
5. Pegawai yang menjalani cuti diluar tanggungan tidak mendapat gaji dan hak
lain dari Klinik.
6. Pegawai yang menjalani cuti diluar tanggungan dapat diaktifkan kembali,
dengan ketentuan :
a. Ada formasi
b. Masih dibutuhkan tenaganya.
c. Mengajukan surat permohonan pengaktifan kembali kepada Penanggung
Jawab.
d. Mendapat surat / SK pengaktifan kembali dari Penanggung Jawab.

BAB X
PROSEDUR PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI
Pasal 44
1. Pegawai yang akan menjalani cuti tahunan, cuti sakit, cuti bersalin dan cuti
karena alasan penting mengajukan permohonan kepada Penanggung Jawab
dengan mengisi blanko yang telah disediakan.
2. Formulir permohonan cuti tersebut disetujui oleh Penanggung Jawab dan
diajukan kepada bagian Administrasi untuk diperhitungkan jumlah hak
cutinya.
3. Apabila yang bersangkutan masih memungkinkan untuk cuti, maka
diterbitkan surat ijin cuti.
4. Apabila hak cuti pada tahun yang bersangkutan telah habis, maka kepada
pegawai yang bersangkutan diberikan surat permohonan penolakan cuti.

BAB XI
KETENTUAN LAIN LAIN
Pasal 45
1. Pegawai yang sedang menjalani cuti tahunan, cuti sakit, cuti besar, cuti
bersalin dan cuti karena alasan penting dapat dipanggil kembali bekerja
apabila ada kepentingan Klinik yang mendesak.
2. Dalam hal terjadi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), sisa waktu cuti
yang belum dijalani tetap menjadi hak pegawai yang bersangkutan.
3. Selama menjalani cuti, pegawai tetap mendapat gaji kecuali yang memperoleh
cuti diluar tanggungan Klinik.

Pasal 46
1. Pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin ringan, hak cuti dikurangi 1/3
dari ketentuan yang ada.
2. Bagi pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin sedang, hak cuti
dikurangi ½ dari ketentuan yang berlaku.
3. Bagi pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin berat, hak cuti dicabut.

Pasal 47
Penanggung Jawab dapat menangguhkan segala macam cuti pegawai, apabila
dipandang perlu.

BAB XII
SANKSI
Pasal 48
Tingkat dan jenis sanksi pelanggaran disiplin
1. Tingkat sanksi pelanggaran disiplin terdiri dari :
a. Sanksi Ringan;
b. Sanksi Sedang;
c. Sanksi Berat;
2. Jenis sanksi pelanggaran disiplin, terdiri dari :
a. Sanksi ringan, dapat berupa :
1) Teguran lisan;
2) Teguran tertulis atau
3) Permintaan pejabat kepada pegawai yang melanggar untuk membuat
surat pernyataan bermaterai yang berisi permohonan maaf dan tidak
akan mengulangi lagi pelanggaran yang dibuat;
b. Sanksi sedang, dapat berupa :
1) Penundaan kenaikan gaji berkala, untuk paling lama satu tahun
2) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling
lama satu tahun
3) Penundaan kenaikan pangkat, untuk paling lama dua tahun
4) Penghentian gaji untuk paling lama 3 (tiga) bulan berturut-turut.
c. Sanksi berat, dapat berupa :
1) Penurunan pangkat ke pangkat yang setingkat lebih rendah, untuk
paling lama 1 (satu) tahun.
2) Pembebasan dari jabatan
3) Penghentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
pegawai Klinik Pratama Rawat Jalan UMP Tambaksari.
4) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai Klinik Pratama
Rawat Jalan UMP Tambaksari.

Pasal 49
Tata Cara Pemeriksaan
1. Ketentuan Umum
a. Sebelum menjatuhkan sanksi, pejabat yang berwenang memeriksa lebih
lanjut pegawai yang patut diduga melakukan pelanggaran disiplin dan jika
dianggap perlu dapat dikonsultasikan dengan senat UMP.
b. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam butir a, dilakukan :
1) Secara lisan;
2) Secara tertulis;
c. Pemeriksaan pegawai yang diduga melakukan pelanggaran disiplin
dilakukan ssecara tertutup.
d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam beita acara pemeriksaan.
e. Pemeriksaandilakukan atas dasar laporan, pengaduan, dan atau temuan
langsung dari pejabat yang berwenang.
2. Pemanggilan
a. Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil untuk
menjalani pemeriksaan.
b. Panggilan tersebut dilakukan dengan lisan, namum bila dengan cara
tersebut tidak hadir, maka panggilan dilakukan secara tertulis.
c. Apabila pegawai yang disangka melakukan pelanggaran disiplin tidak
memenuhi panggilan tertulis pertama, maka dibuat panggilan tertulis
kedua.
d. Apabila pada panggilan tertulis kedua pegawai tersebut tidak hadir, maka
hal tersebut tidak menghalangi pejabat yang berwenang untuk
menjatuhkan sanksi.
3. Pemeriksaan
a. Sebelum melakukan pemeriksaan, pejabat yang berwenang memberikan
sanksi atau pejabat lain yang ditunjuk, mempelajari terlebih dahulu
dengan seksama laporan-laporan atau bahan bahan mengenai dugaan
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan.
b. Pada dasarnya pemeriksaan harus dilakukan oleh pejabat yang
berwenang memberikan sanksi.
c. Pejabat yang berwenang memberikan sanksi dapat memerintahkan
pejabat dibawahnya untuk memeriksa pegawai yang patut diduga
melakukan pelanggaran.
d. Berita acara pemeriksaan ditandatangani oleh pemeriksa dan pegawai
yang diperiksa.
e. Apabila pegawai yang diperiksa menolak menandatangani berita acara
pemeriksaan maka berita acara cukup ditandatangani oleh pemeriksa
dengan menyebut dalam berita acara pemeriksaan, bahwa pegawai yang
diperiksa menolak menandatangani berita acara pemeriksaan tersebut,
sehingga berita acara tersebut tetap dapat digunakan sebagai bahan
untuk menjatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.
f. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup, dalam arti bahwa pemeriksaan
itu hanya dapat diketahui oleh pejabat yang berkepntingan dan yang
bersangkutan.
g. Apabila dipandang perlu, untuk menjamin obyektivitas mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin, pejabat yang berwenang
menjatuhkan sanksi dapat meminta keterangan kepada pihak lain.
4. Jangka Waktu
a. Jangka waktu pemanggilan pertama dan pemanggilan keduai sesuai
dengan kepentingan kasus pelanggaran.
b. Jangka waktu pemeriksaan sesuai dengan kepentingan penyelesaian
kasus pelanggaran.
c. Jangka waktu pemanggilan dan pemeriksaan ditentukan oleh pejabat
yang berwenang.

Pasal 50
Pertimbangan
1. Dalam menjatuhkan jenis sanksi pelanggaran disiplin dipertimbangkan
dengan seksama bahwa sanksi pelangaran disiplin itu setimpal dengan
pelanggaran disiplin.
2. Dalam menjatuhkan jenis sanksi sedang dan berat, pejabat yang berwenang
memberikan sanksi dapat meminta pertimbangan Penanggung Jawab.
3. Pegawai yang pernah dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin yang kemudian
melakukan pelanggaran yang sifatnya sama, terhadapnya dijatuhi sanksi
pelanggaran disiplin yang lebih berat daripada sanksi pelanggaran disiplin
terakhir yang pernah dijatuhkan kepadanya.

Pasal 51
Tata Cara Penjatuhan Sanksi
1. Pegawai yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan
pelanggaran disiplin, terhadapnya diajtuhi sanksi oleh pejabat yang berenang
sesuai dengan jenis sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana yang dimaksud
dlam Pasal 48 peraturan ini :
a. Teguran Lisan :
1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi memberitahukan kepada
pegawai tentang pelanggaran disiplin yang telah dilakukan.
2) Pernyataan tersebut dinyatakan secara tegas sebagai sanksi
pelanggaran disiplin.
b. Teguran tertulis :
1) Jenis sanksi disiplin yang berupa teguran tertulis ditetapkan dengan
surat atau surat keputusan.
2) Dalam surat sanksi teguran tertulis itu, harus disebutkan pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan.
3) Setiap jenis sanksi teguran tertulis yang dijatuhkan kepada seorang
pegawai, wajib diberitahukan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan sanksi kepada pejabat yang mengurusi
masalah kepegawaian.
c. Permintaan pejabat kepada pelanggar disiplin untuk membuat surat
pernyataan bermaterai yang berisi permohonan maaf.
d. Pernyataan Tidak Puas Secara Tertulis :
1) Jenis sanksi disiplin yang berupa pernyataan tidak puas secara tertulis
ditetapkan dengan surat atau surat keputusan.
2) Dalam surat sanksi pernyataan tidak puas secara tertulis itu, harus
disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai yang
melakukan pelanggaran.
e. Penghapusan Kenaikan Gaji Berkala :
1) Jenis sanksi yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala, ditetapkan
dengan surat atau surat keputusan.
2) Jenis sanksi yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala, ditetapkan
untuk masa sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan untuk masa paling
lama 1 (satu) tahun.
3) Dalam surat atau surat keputusan sanksi penundaan kenaikan gaji
berkala, harus disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh
pegawai yang mlakukan pelanggaran.
4) Masa penundaan kenaikan gaji berkali dihitung penuh untuk masa
kerja sebagai perhitungan kenaikan gaji berkala berikutnya.
f. Penurunan Gaji
1) Jenis sanksi yang berupa penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan
gaji berkala, ditetapkan dengan surat atau surat keputusan.
2) Jenis sanksi yang berupa penurunan gaji, ditetapkan untuk masa
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan untuk masa paling lama 1 (satu)
tahun.
3) Dalam surat sanksi penurunan gaji, harus disebutkan pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan.
4) Setelah masa menjalani anksi disiplin penurunan gaji selesai, maka gaji
pokok pegawai yang bersangkutan langsung kembali pada gaji pokok
semula.
5) Masa penurunan gaji tersebut dihitung penuh untuk kenaikan gaji
berkala berikutnya.
6) Apabila dalam menjalani sanksi disiplin pegawai yang bersangkutan
memenuhi syarat-syarat untuk kenaikan gaji berkala, maka kenaikan
gaji berkala tersebut baru diberikan terhutung mulai bulan berikutnya
dari saat berakhirnya masa menjalani hukuman disiplin.
g. Penghentian Gaji
1) Jenis sanksi yang berupa penghentian gaji, ditetapkan dengan surat
atau surat keputusan.
2) Jenis sanksi yang berupa penghentian gaji, ditetapkan untuk masa
paling lama 3 (tiga) bulan, terhitung mulai tanggal yang bersangkutan
dinyatakan melakukan pelanggraan disiplin.
3) Dalam surat sanksi berupa penghentian gaji, harus disebutkan
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan.
h. Penurunan Pangkat
1) Jenis sanksi yang berupa penurunan pangkat pada pangkat yang
setingkat lebih rendah, ditetapkan dengan surat atau surat keputusan.
2) Jenis sanksi yang berupa penurunan pangkat, ditetapkan untuk masa
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dan untuk masa paling lama 1
(satu) tahun.
3) Setelah selesai menjalani sanksi pelanggaran disiplin penurunan
pangkat selesai, maka pegawai yang bersangkutan dengan sendirinya
kembali kepada pangkat berikutnya.
4) Masadalam pangkat terakhir sebelum dijatuhi sanksi disiplin berupa
penurunan pangkat, dihitung sebagai masa kerja untuk kenaikan
pangkat berikutnya.
5) Kenaikan pangka berikutnya pegawai yang dijatuhi sanksi pelanggaran
disiplin berupa penurunan pangkat, baru dapat dipertimbangkan
setelah pegawai yang berangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
dikembalikan pada pangkat semula.
i. Pembebasan dari Jabatan
1) Yang dimaksud dengan pembebasan dari jabatan adalah pembebasan
jabatan structural dan atau jabatan fungsional akademik.
2) Jenis sanksi yang berupa pembebasan dari jabatan, ditetapkan dengan
surat atau surat keputusan.
3) Dalam surat atau surat keputusan sanksi pembebasan dari jabatan,
harus disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai
yang melakukan pelanggaran.
4) Selama menjalani sanksi pembebasan dari jabatan, pegawai yang
bersangkutan masih tetap menerima penghasilan penuh sebagai
pegawai Kinik UMP kecuali tunjangan jabatan.
5) Pegawai yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berupa pembebasan
dari jabatan fungsional, baru dapat diangkat lagi dalam suatu jabatan
setelah yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
menjalani sanksi disiplin pembebasan dari jabatan itu.
6) Pegawai yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berupa pembebaan
dari jabatan structural, tidak dapat diangkat lagi dalam suatu jabatan
yang sama dalam periode yang sama.
j. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
pegawai
1) Jenis sanksi yang berupa pemberhentian dengan hromat tidak atas
permintaan sendiri ditetapkan dengan surat atau surat keputusan.
2) Pegawai yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai diberikan
hak-hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Kinik
UMP.
3) Dalam surat keputusan sanksi disiplin pemberhentian dengan tidak
atas permintan sendiri sebagai pegawai, harus disebutkan pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan.
k. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai
1) Jenis sanksi yang berupa pemberhentian tidak dengan hormat,
ditetapkan dengan surat atau surat keputusan.
2) Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai pegawai tidak diberikan hak-hak kepegawainnya,
kecuali ditentukan lain dalam ketentuan yang berlaku di Klinik UMP.
3) Dalam surat keputusan sanksi disiplin pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai pegawai, harus disebutkan pelanggaran disiplin yang
dilakukan oleh pegawai yang melakukan pelanggaran.

Pasal 52
1. Sanksi pelanggaran disiplin yang diberikan kepada seorang pegawai tidak
mengurangi kemungkinan adanya tuntutan hokum terhadap pegawai yang
bersangkutan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik
pidana maupun perdata.
2. Pegawai yang ternyata tidak terbukti melakukan pelanggaran disiplin
sebagaimana dimaksud ayat 1 (satu), berhak mendapat rehabilitas dan gant
rugi material.
3. Surat panggilan, berita acara pemeriksaan, laporan hasil pemeriksaan, surat
keputusan dan bahan-bahan lain yang menyangkut pemberian sanksi
pelanggaran disiplin adalah bersiap rahasia.

Pasal 53
Pegawai yang sedang dalam proses pemeriksaan atau sedang menjalani sanksi
pelanggaran disiplin tidak dapat dinaikkan gaji berkala dan kenaikan pangkatnya
atau mengajukan ususlan jabatan fungsional akademik.

Pasal 54
Pengajuan Keberatan Terhadap Sanksi
1. Sanksi disiplin yang tidak dapat diajukan keberatan kepada pekabat yang
berwenang adalah sanksi yang dijatuhkan oleh Badan PElaksana Harian
UMP.
2. Sanksi yang dapat diajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang
menjatuhkan sanksi adalah semua jenis sanksi, kecuali tersebut dalam ayat
(1).
3. Prosedur pengajuan keberatan adalah :
a. Keberatan harus diajukan secara tertulis, dan harus memuat alasan-
alasan keberatan itu secara lengkap.
b. Keberatan tersebut harus sudah disampaikan melalui saluran hierarki
dalam jangka waktu 14 (empat belas ) hari terhitung mulai tanggal
pegawai yang bersangkutan menerima keputusan sanksi disiplin itu.
c. Keberatan yang diajukan melebihi 14 (empat belas) hari tidak
dipertimbangkan.
d. Atasan pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi dapat memperkuat
atau mengubah sanksi disiplin yang diajukan oleh pejabat yang
menajtuhkan sanksi, yang ditetapkan dengan surat keputusan atasan
pejabat yang berwenang.

Pasal 55
Pemberlakuan Sanksi dan Berakhirnya Sanksi
1. Pemberlakuan Sanksi terhadap pelanggaran disiplin pegawai ditetapkan
menurut jenis sanksi :
a. Sanksi Ringan :
Mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya surat keputusan oleh pejabat
yang berwenang menjatuhkan sanksi kepada pegawai yang dijatuhi sanksi
pelanggaran disiplin.
b. Sanksi Sedang
Apabila tidak ada keberatan sebagaimana dimaksud pada pasal 54
peraturan ini maka sanksi sedang mulai berlaku sejak tanggal keputusan
disiplin itu ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi
dan haru segera dilaksanakan.
c. Sanksi Berat
Mulai berlaku sejak tanggal keputusan disiplin itu ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menjatuhkan sanksi dan haru segera dilaksanakan.
d. Apabila ada keberatan, sebagaimana dimaksud pada pasal 54 ayat (2)
peraturan ini, maka jenis sanksi yang terhadapnya dapat diajukan
keberatan :
Mulai berlaku sejak keputusan atas keberatan itu ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menjatuhkan sanksi.
2. Berakhirnya Sanksi :
a. Pegawai yang meninggal dunia pada waktu ia sedang menjalani sanksi
pelanggaran disiplin, dianggap telah selesai menjalani sanksi.
b. Pegawai yang mencapai batas usia pensium sebagai pegawai pada waktu
ia sedang menjalani sanksi pelanggaran disiplin, dianggap telah selesai
menjalani sanksi.
c. Sesuai dengan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang
menjatuhkan sanksi.

BAB XIII
PEMUTUS HUBUNGAN KERJA
Pasal 56
Ketentuan Umum
Hubungan kerja antara pegawai dengan Klinik putus karena :
a. Pegawai mengundurkan diri
b. Pegawai mencapai usia pensiun
c. Pegawai melakukan pelanggaran terhadap peraturan Klinik dan kesepakatan
kerja
d. Pegawai sakit berkepanjangan
e. Pegawai meninggal dunia
f. Pegawai tidak mau melanjutkan hubungan kerja karena Klinik menyalahi
aturan
g. Pegawai ditahan oleh pihak berwajib
h. Pegawai melakukan kesalahan Berat
i. Klinik melakukan perubahan status dan pegawai tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja.
j. Klinik melakukan perubahan status sehingga Klinik tidak bersedia
melanjutkan hubungan kerja.
k. Klinik melakukan efisiensi karena mengalami kerugian.
l. Klinik tutup / pailit.

Pasal 57
PHK Karena Pegawai Mengundurkan Diri
1. Pegawai yang ingin memutuskan hubungan kerjanya dengan Klinik, wajib
mengajukan permintaan berhenti secara tertulis sekurang-kurangnya 1 (satu)
bulan sebelumnya. Permohonan tersebut diajukan kepada atasan langsung
yang bersangkutan dengan tembusan kepada atasan yang lebih tinggi dan
bagian Sumber Daya Manusia.
2. Sebelum berhenti pegawai tersebut harus memenuhi syarat :
a. Menyerahkan kembali semua milik Klinik yang berada dalam
penguasaannya dan atau di bawah tanggung jawabnya, yang meliputi
seluruh barang inventaris dan surat-surat serta naskah-naskah lain baik
dalam bentuk asli maupun rekaman.
b. Melakukan serah terima pekerjaan dengan atasannya atau dengan
pegawai lain yang ditunjuk oleh atasannya tersebut.
c. Menyelesaikan hutang-hutang dan kewajiban-kewajiban keuangan
lainnya dengan Klinik.
d. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran
diri.
3. Pegawai yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point c.

Pasal 58
PHK Karena Mencapai Usia Pensiun
1. Seorang pegawai yang telah mencapai usia pensiun, akan diputuskan
hubungan kerjanya dengan hormat dari Klinik.
2. Maksud dari Klinik untuk memutuskan hubungan kerja tersebut akan
disampaikan secara tertulis oleh bagian Sumber Daya Manusia kepada
pegawai yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sebelumnya
dan diulangi 11 (sebelas) bulan kemudian.
3. Pemutusan hubungan kerja tersebut dilakukan pada akhir bulan.
4. Apabila Klinik mengikutkan pegawai pada program pensiun yang iurannya
dibayar penuh oleh Klinik, maka pegawai tidak berhak mendapatkan uang
pesangon sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point a dan uang penghargaan
masa kerja sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point b, tetapi tetap berhak atas
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point c.
5. Dalam hal Klinik tidak mengikutsertakan pegawai yang mengalami
pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program pensiun
maka Klinik wajib memberikan kepada pegawai uang pesangon sebesar 2
(dua) kali ketentuan Pasal 66 ayat 2 point a, uang penghargaan masa kerja 1
(satu) kali ketentuan Pasal 66 ayat 2 point b dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point c.
6. Pegawai yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 memperoleh uang pisah sebesar 50%
(lima puluh perseratus) dari uang penghargaan masa kerja.
7. Hak atas manfaat pensiun sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 4 dan
ayat 5 tidak menghilangkan hak pegawai atas jaminan hari tua yang bersifat
wajib sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 59
PHK Karena Pelanggaran Peraturan Klinik dan Kesepakatan Kerja
1. Klinik dapat melakukan pemutusan hubungan kerja jika pegawai melakukan
pelanggaran pada saat surat peringatan ketiga (terakhir) belum habis masa
berlakunya.
2. Pegawai yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 memperoleh uang pesangon sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 66 ayat 2 point a, uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 66 ayat 2 point b dan uang penggantian
hak sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point c.

Pasal 60
PHK Karena Pegawai Meninggal Dunia
Apabila pegawai meninggal dunia, maka hubungan kerja secara otomatis putus.
Kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar perhitungannya sama
dengan perhitungan 2 (dua) kali uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2
point a, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 66
ayat 2 point b, dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point
c.

Pasal 61
PHK Karena Klinik Menyalahi Aturan
1. Pegawai dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja, dalam
hal Direksi melakukan perbuatan sebagai berikut :
2. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pegawai;
3. membujuk dan/atau menyusuh pegawai untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
4. tidak membayar gaji tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut atau lebih;
5. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pegawai;
6. memerintahkan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan, atau
7. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan
dan kesusilaan pegawai sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan
pada perjanjian kerja.
8. Pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 pegawai berhak mendapat uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal
66 ayat 2 point a, uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal
66 ayat 2 point b dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2
point c.

Pasal 62
PHK Karena Pegawai Ditahan Pihak Berwajib
1. Dalam hal pegawai ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana bukan atas pengaduan Klinik, maka Klinik tidak wajib
membayar gaji tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga pegawai
yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan 25% (dua puluh lima perseratus) dari
upah
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan 35% (tiga puluh lima perseratus) dari
upah
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan 45% (empat puluh lima perseratus) dari
upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih 50% (lima puluh perseratus)
dari upah;
2. Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama 6
(enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama pegawai ditahan oleh
pihak yang berwajib.
3. Klinik dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pegawai yang
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya karena dalam proses perkara pidana.
4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan sebagaimana dimaksud berakhir dan pegawai dinyatakan tidak
bersalah, maka Klinik wajib mempekerjakan pegawai kembali.
5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan berakhir dan pegawai dinyatakan bersalah, maka Klinik dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja kepada pegawai yang bersangkutan.
6. Pegawai yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat 3 dan ayat 5, hanya diberi uang penghargaan masa kerja 1 (satu)
kali ketentuan Pasal 66 ayat 2 point b dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan dalam Pasal 66 ayat 2 point c.

Pasal 63
PHK Karena Kesalahan Berat
1. Klinik dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pegawai dengan alasan
pegawai telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut :
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau
uang milik Klinik;
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
Klinik;
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai
dan/atau
d. Mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di
lingkungan kerja;
e. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
f. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja
atau Direksi di lingkungan kerja;
g. Membujuk teman sekerja atau Direksi untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
h. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik Klinik yang menimbulkan kerugian bagi Klinik;
i. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau Direksi
dalam keadaan bahaya di tempat kerja;
j. Membongkar atau membocorkan rahasia Klinik yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara, atau melakukan
perbuatan lainnya di lingkungan Klinik yang diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
2. Kesalahan berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung
dengan bukti sebagai berikut :
3. Pegawai tertangkap tangan;
4. ada pengakuan dari pegawai yang bersangkutan, atau bukti lain berupa
laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di Klinik yang
bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.
5. Pegawai yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1, dapat memperoleh uang penggantian hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat 2 point c.
Pasal 64
PHK Karena Klinik Tutup / Pailit
1. Direksi dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh karena Klinik tutup yang disebabkan Klinik mengalami
kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa
(force majeur), dan atau Klinik pailit.
2. Pegawai yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 66 ayat 2 point a, uang penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 66 ayat 2 point b dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 66 ayat 2 point c.

Pasal 65
Kompensasi Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Penggantian
Hak
1. Uang pesangon adalah pemberian berupa uang dari Klinik kepada pegawai
sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja.
2. Uang P.M.K (Penghargaan Masa Kerja) adalah pemberian berupa uang dari
Klinik kepada pegawai sebagai penghargaan berdasarkan masa kerja akibat
adanya pemutusan hubungan kerja.
3. Penggantian Hak adalah pemberian berupa uang dari Klinik kepada pegawai
sebagai pengganti istirahat tahunan, istirahat panjang, biaya perjalanan
pulang ke tempat dimana pegawai diterima bekerja, fasilitas pengobatan,
fasilitas perumahan sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja.

Pasal 66
Besarnya Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Penggantian
Hak
1. Uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian hak
dibayarkan satu kali dan sekaligus yang dilakukan pada saat pemutusan
hubungan kerja.
2. Ketentuan besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan
penggantian hak sesuai dengan Undang - Undang No 13 tahun 2003 sebagai
berikut:
a. Besarnya uang pesangon ditetapkan sebagai berikut :
1) Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
2) Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun,
2 (dua) bulan upah;
3) Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun,
3 (tiga) bulan upah;
4) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat)
tahun, 4 (empat) bulan upah;
5) Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima)
tahun, 5 (lima) bulan upah;
6) Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam)
tahun, 6 (enam) bulan upah;
7) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh)
tahun, 7 (tujuh) bulan upah.
8) Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan)
tahun, 8 (delapan) bulan upah;
9) Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
b. Besarnya uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai berikut :
1) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun,
2 (dua) bulan upah;
2) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan)
tahun, 3 (tiga) bulan upah;
3) Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua
belas) tahun, 4 (empat) bulan upah;
4) Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima
belas) tahun, 5 (lima) bulan upah;
5) Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18
(delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan upah;
6) Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21
(dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
7) Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24
(dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah;
8) Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh )
bulan upah.
c. Penggantian hak ditetapkan sekurang-kurangnya meliputi :
1) Cuti / istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur.
2) Cuti / istirahat panjang yang belum diambil dan belum gugur.
3) Biaya atau ongkos pulang untuk pegawai dan keluarganya ke tempat
dimana pegawai diterima bekerja.
4) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan
sebesar 15% dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa
kerja bagi yang memenuhi syarat.
3. Komponen gaji yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak terdiri atas gaji
pokok dan tunjangan tetap.
4. Dalam hal penghasilan pegawai dibayarkan atas dasar perhitungan harian,
maka penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari.
5. Dalam penghasilan dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil,
potongan/borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama
dengan pendapatan rata-rata perhari selama 12 (dua belas) bulan terakhir,
dengan ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum provinsi
atau kabupaten/kota.
6. Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan penghasilan
didasarkan pada upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung
dari upah rata-rata 12 (dua belas) bulan terakhir.

BAB XIV
LAIN – LAIN
Pasal 67
1. Apabila terjadi perselisihan antara Klinik dengan pegawai atas hubungan
kerja, syarat-syarat kerja dan ketentuan-ketentuan ketenagakerjaan lainnya
akan diselesaikan secara musyawarah.
2. Apabila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan diadakan
penyelesaian bipartit dengan pegawai,

BAB XV
PENUTUP
Pasal 68
1. Peraturan Klinik ini dibagikan kepada semua pegawai.
2. Klinik dapat mengadakan perubahan, penambahan maupun pengurangan
terhadap peraturan ini bila dianggap perlu, sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun sekali.
3. Perubahan dilakukan oleh Penanggung Jawab dengan memperhatikan
aspirasi yang ada di lingkungan pegawai, kondisi Klinik serta ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.
4. Pelaksanaan teknis dan hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan
Klinik ini akan diatur tersendiri dengan keputusan Penanggung Jawab.
5. Apabila dalam Peraturan Klinik ini terdapat persyaratan kerja yang kurang
dari peraturan perundang-undangan yang berlaku maka persyaratan kerja
tersebut batal demi hukum dan yang diberlakukan adalah yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ditetapkan di : Purwokerto
Pada tanggal : November 2021
PENANGGUNG JAWAB KLINIK
PRATAMA RAWAT JALAN UMP TAMBAKSARI

Dr. M. FADHOL ROMDHONI, M.SI


NIK 2160625

Anda mungkin juga menyukai