Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang kala
tidak dapat dikendalikan, sebagian hasil pembakaran suatu bahan dalam udara dan
mengeluarkan energi panas dan nyala (api).
Proses pembakaran adalah suatu reaksi eksotermis, yakni suatu reaksi
yang mengeluarkan panas. Karena reaksinya adalah suhu tinggi maka reaksi
terjadi pada fasa gas. Jadi pembakaran adalah reaksi antara dua gas, satu
diantaranya adalah oksigen. Definisi ini berlaku pada pembakaran logam.

4.1 Proses Pembakaran dan terjadinya api

Apabila suatu molekul mengadakan kontak amat dekat dengan molekul


oksodator (yakni oksigen), maka pada umumnya akan terjadi reaksi kimia
(meskipun tidak selalu). Apabila tumbukan antar molekul hanya berenergi rendah,
maka reaksi tak akan terjadi. Tetapi apabila energi cukup besar maka reaksi akan
berlangsung. Karena reaksi eksotermis, maka banyak panas yang terbentuk.
Energi ini akan memanaskan bahan dan oksigen yang selanjutnya akan bereaksi
dan menimbulkan reaksi pembakaran. Dari peristiwa ini dapat diambil kesimpulan
bahwa proses pembakaran terjadi oleh adanya tiga unsur,yakni: bahan,energi
(panas) dan oksigen. Ketia unsur di atas apabila betemu akan terjadi api. Oleh
karena itu disebut segitiga api. Konsep terjadinya api tersebut dapat digambarkan
dalam fire triangle atau segitiga api, yaitu bahan bakar, oksigen, dan panas
merupakan sisi-sisi pembentuk segitiga tersebut.
Umumnya elemen-elemen oksigen dan fuel selalu ada atau terdapat dalam
keadaan sehari-hari dalam suatu proses produksi, sehingga menghilangkan atau
mengontrol heat (sumber panas percikan api) merupakan hal yang sangat penting
dalam menghilangkan bahaya kebakaran.

60
Gambar 4.1 Segitiga api

• Sumber Utama Penyalaan

Ada tiga sumber utama penyalaan yakni:


1. Api terbuka
2. Loncatan api
3. Permukaan panas
Kebakaran terbuka terjadi bahwa api akan membakar campuran yang
mudah terbakar (flammable).
• Loncatan api
Kembali pada proses pembakaran, dapat dilihat bahwa diperlukan energi
minimum bagi campuran tertentu uap/udara sebelum api dapat menyala. Energi
tersebut, disebut energi minimum penyalaan, berbeda untuk zat dengan zat
lainnya. Contoh untuk campuran banyak jenis hidrocarbon dengan udara, energi
minimumnya sekitar 0,2 mJ (1 mJ=1/1000 Joules). Nil;ai untuk bahan bakar
organik yang lain tak banyak berbeda dari harga tersebut. Tetapi canpuran
hidrogen/udara dapat dinyalakan hanya dengan bunga api (spark) berenergi 0,02
mJ. Energi yang diperlukan lebih rendah lagi untuk campuran hidrocarbon/
oksigen atau sekitar 0,002 mJ.
Dari data diatas dapat disimpilkan bahwa banyak tetapi tidak semua
loncatan bunga api dapat membakar campulran flammable. Pengetahuan kan
kondisi dimana tidak ada penyalaan oleh loncatan listrik, memungkinkan
desainperalatan yang disebut disain listrik yang aman.

61
Peralatan listrik pada umumnya adalah peralatan yang memerlukan energi
rendah. Untuk peralatan listrik lain, banyak cara lain, seperti pemisahan
(segregasi) yakni flammable dari sumber penyalaan yang potensial, cara
perlindungan yang baik (enclosure) dan peralatan tanpa loncatan listrik. Loncatan
listrik sebagai penyebab kebakaran dapat pula berasal dari loncatan listrik statis.
Bagaimana loncatan listrik statis dapat terjadi.
Apabila suatu zat (padat,cair dan gas) digosokkan pada benda lain, maka elektron
dilepaskan dari salah satu benda dan akan dikumpulkan pada benda lain. Biasanya
elektron tersebut akan kembali ke asalnya dengan mudah, tetapi apabila salah satu
atau keduanya adalah insulator listrik, maka elektron dalam jumlah besar dapat
terpisah dari benda asalnya. Permukaan dengan berlebih elektron akan bermuatan
negatif, sedang yang satunya yang kehilangan elektron akan bermuatan positif.
Apabila muatan yang terbentuk cukup besar sampai voltase tertentu, maka akan
merubah sifat insulator medium (biasanya udara), dan loncatan listrik akan terjadi
sehingga elektron kembali ke tempat asal.
Loncatan listrik statis yang berbahaya amat mudah dihasilkan dalam pompaan
cairan organik, aliran bubuk halus, aliran uap dan aliran udara melalui saluran
ventilasi.

• Cara menghilangkan loncatan listrik statis


Dalam keadaan listsrik statis amat berbahaya, maka suatu usaha harus
dilakukan untuk meniadakannya. Karena pada umumnya amat sulit mencegah
pemisahan muatan listrik, maka usaha pengamanan yang diambil adalah
menyatukan kembali muatan tersebut atau menyingkirkan bahan-bahan mudah
terbakar dari daerah dimana kemungkinan ada loncatan listrik statis. Cara
sederhana untuk menyatukan muatan adalah dengan pembumian (earthing atau
grounding).
Dalam pengilangan minyak, bahan cair mudah terbakar dengan hantaran
amat rendah (misalnya bensin) dipompa dengan kecepatan rendah untuk
mengurangi muatan listrik yang terbentuk. Dalam pabrik eksposif, pekerja yang
menangani bahan amat berbahaya perlu diketanahkan pula (grounding) lewat
sepatu atau lewat tangannya yang memegang logam yang berhubungan dengan
tanah. Di rumah sakit dimana campuran gas bius (anastetika) dan oksigen

62
dialirkan kepada pasien, ruang operasi dibuat berlantai yang menghantar listrik
pada para stafnya memakai sepatu penghantar listrik pula. Cara termodern untuk
mencegah pembentukan lsitrik statis adalah memakai sumber radiasi ion. Cara ini
akan menyebabkan udara atmosfir menjadi penghantar, sehingga muatan positif
dan negatif akan bersatu kembali tanpa loncatan listrik. Namun demikian,
penggunaan radiasi ion ini perlu disertai perlindungan para pekerjanya, oleh
karena itu cara tersebut hanya dipakai apabila cara-cara klasik di atas tidak dapat
dipakai.
Loncatan api akibat gesekan, misalnya sepotong logam yang dipukul
dengan palu, dapat pula menimbulkan kebakaran dari campuran gas mudah
terbakar. Lagi dalam hal ini, diperlukan perbandingan minimum antara vol
gas/udara dan pemanas oleh energi dari tumbukan benda tersebut. Dalam hal ini
kita sampai pada penyebab kedua kebakaran yang penting pula yakni permukaan
panas.

• Jenis permukaan panas sebagai sumber penyalaan


Dalam praktek, permukaan panas dapat amat bervariasi dalam bentuk dan
ukurannya serta suhunya. Faktor ini bersamaan dengan sifat kemudahan terbakar
campuran gas akan menentukan apakah kebakaran dapat terjadi atau tidak.
Permukaan panas dapat bervariasi dari yang amat luas seperti permukaan oven
atau pipa panas sampai pada mesin kendaraan dari pompa yang terlalu panas
sampai pada sumber yang amat kecil seperti pada filament listrik, loncatan api
pada saat pemotongan logam dan pengelasan.
Pada umumnya, permukaan panas memerlukan suhu yang lebih tinggi dari
pada suhu bakar sendiri (auto-ignition) dari campuran flammable untuk dapat
terjadi proses penyalaan. Titik bakar sendiri (auto ignition temperature = AIT)
adalah suhu dimana suatu zat dapat menyala dengan sendirinya danterus terbakar
tanpa ada api dari luar. Terdapat banyak data AIT untuk berbagai zat organik dan
beberapa zat organik mempunyai AIT yang cukup rendah seperti etil nitrat 90 oC,
karbib dusulfida 102 oC dan asetaldehida 140 oC. Namun demikian, suhu bakar di
atas dapat lebih rendah apabila kontak antara sumber panas dan gas flammable
lebih lama, atau gas campuran tersebut diaduk. Demikian juga akibat adanya aksi
katalist, proses penyalaan dapat terjadi pada suhu kecelakaan mobil dimana bensin

63
tumpah dan campuran gas bensin/udara kontak dengan besi panas (knalpot),
kebakaran akan dapat terjadi setelah beberapa menit, meskipun suhu knalpot
hanya kira-kira 200 oC.

• Apakah penyebab pemanasan spontan?


Proses pengerasan cat yang berlangsung setelah pelarut menguap
disebabkan oleh proses oksidasi oleh udara. Minyak dalam cat menerima oksigen
atom dan terpolimarisasi. Proses polimerisasi bersifat eksotermik dan
mengeluarkan panas, tetapi panas tersebut akan hilang dalam atmosfir sehingga
tak ada kenaikan suhu yan berarti. Tetapi apabila kita memakai lap (pakaian
bekas) untuk membersihkan tumpahan cat atau membersihkannya dengan sikat
dan melempar lap tersebut ke dalam tumpukan sampah, maka situasi menjadi lain.
Lap adalah bahan insulator, lapisan tipis cat pada lap bereaksi dengan O2 dan
panas dihasilkan, tetapi panas tersebut tidak terbuang begitu saja. Maka suhu akan
naik sampai bahan ditengah sampah menjadi membara, proses ini disebut proses
pemanasan sendiri yang selanjutnya akan meningkatkan suhu bahan padat dalam
sampah sampai titik bakar (AIT) sehingga terjadi kebakaran. Seluruh proses
akhirnya disebut penyalaan atau kebakaran spontan.
Jerami merupakan contoh dari gejala di atas. Suhu yang naik akaibat
proses mikrobiologi dan dalam isolasi tumpukan jerami, maka suhu akan terus
meningkat sampai terbakar secara spontan. Beberapa nilai suhu penyalaan spontan
seperti pada tabel 5.1
Tabel 4.1 Suhu Penyalaan Spontan
Bahan Suhu Penyalaan Spontan oC
Arang 125
Jerami 170
Kertas Koran 185
Serbuk gergaji 195
Kapas 225

Bahan apa dan kapan dapat terjadi pemanasan spontan ?


Hampir semua bahan yang dapat terbakar dapat mengalami pemanasan
spontan bila suhu naik mendekati suhu penyalaan sendiri. Suatu contoh dalam
industri adalah isolator panas. Banyak pipa dalam industri kimia dibungkus atau
diisolasi untuk mencegah hilangnya panas. Seandainya ada cairan, misalnya bahan

64
bakar yang tumpah maka akan masuk dalam isolator yang terkontaminasi tersebut
akan berasap.
Ini menunjukkan bahaya yang serius dalam suatu tempat sehingga perlu
usaha untuk menyingkirkan semua sumber pemanasan atau api. Dari banyak
penglaman, proses tersebut di atas adalah yang paling sering menjadi penyebab
kebakaran dalam industri kimia atau petrokimia.
Bahan berbahaya lain yang dapat mengalami pemanasan sendiri adalah
arang, batubara, makanan ternahk, misalnya ikan, minyak kedele, sabun bubuk,
dan sebagainya. Semua inidapat mengalami penyalaan sendiri apabila usah
pencegahan tidak dilakukan.

4.2 Penyebab Kebakaran


Secara umum, faktor-faktor yang dapat menimbulkan kebakaran adalah
faktor manusia, mesin/alat dan alam.
1. Faktor Manusia
Merupakan faktor yang paling dominan dari ketifa faktor penyebab
kebakaran lainnya, karena manusia merupakan faktor pengendali faktor-
faktor yang lain.
Kebakaran akibat faktor manusia, antara lain disebabkan oleh :
• Kurangnya Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan seringkali menyebabkan kebakran. Misalnya,
pekrjaan pengelasan di dekat/pada suatu kontainer yang berisi/pernah
berisi likuid yang dapat terbakar tidak dapat dilakukan begitu saja,
akan tetapi memerlukan cara-cara dan prosedur-prosedur tertentu yang
harus diikuti/dipenuhi.
• Kurangnya Pengawasan
Meskipun sudah cukup diberikan penerangan dan pengetahuan,
kadangkala manusia lupa untuk itu pengawasaan harus selalu ada.
• Kesengajaan
Berdasarkan hasil penyelidikan suatu kebakaran yang dilakukanoleh
yang berwenang, sering dijumpai adanya fkator kesengajaan.
Ssedangkan faktor kesengajaan itu sendiri mempunyai berbagai motif

65
misalnya karena sakit hati, penghilangan jejak kejahatan, untuk
mendapatkan asuransi, atau tindakan subversi.
2. Faktor Alat/mesin
Alat dan mesin dapat menjadi penyebab timbulnya kebakaran jika kuran
benar cara pemakaian dan penanganannya.
• Instalasi kelistrikan
Dewasa ini sebagian besar peralatan atau permesinan menggunakan
listrik sebagai sumber energinya, maka potensi timbulnya api
sangatlah tinggi. Kesalahan instalasi atau kesalahan operasi bisa
mengakibatkan suatu kebakaran.
• Gesekan/friksi
Gesekan antara bearing/bantalan dan poros atau tali kipas dan pulli jika
kurang mendapatkan pengawasan (pendinginan) dapat menimbulkan
kebakaran karena setiap gesekan akan menimbulkan panas.
• Api terbuka
Api terbuka adalah api yang berasal dari suatu alat, misalnya : korek
api, las, solder, kompor.
• Penyalaan spontan (spontaneous ignition)
Penyalaan sendiri (spontan) merupakan hasil suatu pemanasan yang
terjadi akibat reaksi kimia yang menimbulkan panas akibat terjadinya
oksidasi. Misalnya sodium dan potassium akan berdekomposisi jika
bercampur dengan air, mengeluarkan gas hidrogen dan dapat
menyala/terbakan dengan sendirinya.
Hal ini erat sekali dengan masalah penyimpanan. Penyimpanan yang
salah dapat berakibat fatal, kebakaran atau peledakan.
• Listrik statis
Masalah listrik satatis ini sering juga menimbulkan kebakaran jika
kurabng mendapatkan perhatian. Akumulasi muatan-muatan listrik
pada suatu tingkat dan kondisi tertentu akan meakukan loncatan ke
kumpulan muatan tak sejenis. Lompatan muatan ini menimbulkan
busur api yang jika terjadi di sekitar bahan-bahan yang mudah terbakar

66
dapat menimbulkan kebakaran. Kebakaran akibat listrik statis ini
sering terjadi di pabrik-pabrik tekstil.
3. Faktor Alam
Meskipun manusia diberi kemampuan untuk mengelola alam akan tetapi
sering terjadi musibah yang sma sekali di luar jangkauan kemampuan nalar
manusia (meskipun mungkin akibat ulah manusia), yang menimbulkan kebakaran,
misalnya: petir, gempa bumi, gunung meletus.

4.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


Konsep dasar dalam memadamkan api sesuai segitiga api terdiri dari
empat cara yakni:
1. Pemisahan oksigen (oxygen removal)
Pemisahan oksigen dari api dengan cara misalnya menutup lubang pengisi
tangki bahan bakar yang terbakar atau menggunkan busa (foam) dimana
akan mengisolir api terhadap udara sehingga kadar osigen yang diperlukan
api tersebut berkurang sampai api mati (smothing action) atau dengan
memmasukkan gas murni CO2 (purging/inerting)
2. Penghilangan bahan bakar (fuel removal)
Menghilanghkan/memisahkan bahan bakar dengan api, dengan jalan
menutup katup saluran bahan bakar/kimia yang menyebabkan kebakaran.
3. Pengontrolan sumber panas (heat source control)
Dengan jalan mendinginkan bahan yang terbakar sehingga tercapai suhu
dibawah suhu bakar, misalnya dengan semprotan air.
4. Penghentian reaksi kimia (chemical chain reaction interuption)
Dengan menghentikan/menggangu reaksi kimia yang terjadi dalam proses
pembentukan api yaitu dengan cara menyemprotkan bahan kimia kering
(dry chemical) atau dengan gas halon.
Bahan-bahan untuk memadamkan permulaan kebakaran:
1. Air
Air mempunyai daya pendingin yang besar dan dapat masuk ke dalam
bahan yang terbakar. Air sebagai bahan pemadam api, terutama digunakan
untuk kebakaran kayu, kertas, karton dan tekstil. Pemakaian air untuk

67
memadamkan kebakaran listrik adalah sangat berbahaya dan karenanya
terlarang. Kerugiannya terletak pada kerusakan benda yang tidak terbakar
tapi musnah karena air, yang kadang-kadang melebihi kerusakan benda
karena terbakar.
2. Busa
Busa besar daya menutupnya. Busa terutama dipakai utnuk memadamkan
cairan yang terbakar karena busa itu akan menyelimutinya. Pemakaian
busa untuk memadamkan kebakran listrik adalah sangat berbahaya dan
karenanya terlarang. Kerugian pemakaian busa sebaggai pemadam api
adalah terusaknya benda-benda disekitarnya karena busa itu terutama
terdiri dari air dan bahan-bahan pembentuk busa yang bersifat korosip.
3. Serbuk pemadam api
Keuntungan pemakaian serbuk api ini terutama terletak pada daya
pemadamnya yang besar. Serbuk pemadam api ini terutama dipakai
hampir untuk segala jenis kebakaran. Serbuk pemadam api ini terutama
dipakai untuk memadamkan kebakaran zat cair dan kebakaran gas karena
serbuk yang halus itu menyerap ke semua bagian yang terbakar dan
bersifat korosip.
4. Salju Karbondioksida
Salju karbondioksida terbentuk karena terlepasnyua dan pengembangan
volumenya dengant tiba-tiba dari keadaan cair bertekanan tinggi. Suhunya
akan menurun dengan tajam (-700C) sehingga karbondioksida membeku
dan keluar dalam bentuk salju. Salju karbondioksida mempunyai daya
menutup maupun daya mendingin. Oleh karenanya daya pemadamannya
juga besar serta tidak menimbulkan kerusakan.
Salju karbondioksida dapat dipakai untuk hampir segala macam
kebakaran. Hanya diragukan untuk pemadaman kebakaran kayu, kertas
dan sebangsanya karena masih ada kemungkinan tersisa pijaran bahan itu
dari dalam. Malah pemadaman kebakaran zirkonium atau logam yang pijar
adalah sangat berbahaya karena dapat terjadi peledakan yang disebabkan
oleh reduksi dari karbondioksida itu menjadi karbon monoksida yang
bersifat racun.

68
5. Pasir
Pasir digunakan untuk membendung dan memadamkan zat cair yang
terbakar dan dalam hal ini dimana air tidak boleh digunakan (misalnya
kebakaran logam natrium dan zirkonium).

4.4 Tindakan-tindakan yang harus diambil pada saat kebakaran

1. Segeralah bertindak bila menemui suatu kebakaran betapapun kecilnya.


2. Sambil menunggu regu pemadam kebakaran, usahakanlah memadamkan
api dengan alat-alat disekitarnya.
3. Ambillah tidnakan-tindakan untuk membatasi kebakran itu, Ini dapat
dilakukan dengan meindahkan semua benda yangmudah terbakar dari
sekeliling api tersebut. Padamkan listrik dan aliran gas setempat.
4. Segera pindahkan botol-botol gas menjauhi api, jangan mengosongkannya
dengan membuka katupnya.
5. Tutuplah pintu dan jendela sedapat mungkin dan usahakan supaya tetap
dalam keadaan tertutup karena api akan terus berkobar. Tutup pula semua
pintu gang dan pintu menuju ke tangga (bila terbentuk banyak asap maka
perlu mengatur ventilasinya).
6. Induk-induk ventilasi harus dihentikan (lemari asam, ventilator dan
sebagainya).
7. Pada waktu kebakaran kadang-kadang diperlukan pengosongan gedung
oleh orang-orang yang ada di dalamnya dengan cepat dan tertib. Dalam hal
ini periksalah pula apakah tidak ada korban yang tertinggal di dalam
gedung.
8. Pemakaian jenis alat pemadam api ditentukan oleh apa yang sedang
terbakar, umpama jangan menggunakan air untuk kebakaran listrik.
9. Pakailah alat pemadam api menurut aturan mempelajarinya sekarang.
10. Api dari orang terbakar pakaiannya harus dipadamkan dengan air atau
selimut kebakaran. Bila ini tidak dapat segera dilakukan dapat juga dengan
alat pemadam karbondioksida dengan syarat tidak boleh ditujukan
langsung ke kulitnya. Pada pemakaian selimut kebakaran hendaklah
diperhatikan bahwa kepala dan muka korban harus benar-benar tertutup

69
dan tidak terjadi tabung selimut, disarankan sebaiknya membaringkan
korban itu di lantai kemudian menutupinya dnegan selimut tersebut.
11. Alat pemadam api yang sudah terpakai harus segaera diganti baru, hal ini
dapat dilakukan dengan melaporkannya kepada bagian rumah tangga atau
orang diwajibkan untuknya.
12. Para pegawas dari gedung yang terbakar harus berkumpul di muka gedung
dan berkewajiban menolong petugas keamanan dalam penyelamatan
dokumen dan alat-alat berharga.
13. Taatilah larangan merokok.

Teknik Pemadaman Api

TEKNIK PEMADAMAN API


Benar Salah

Padamkan api kebakaran yang telah


besar secara bersama-sama Jangan memadamkan api seorang diri
bila apinya telah besar

Memadamkan api dengan mengikuti Jangan memadamkan api melawan arah


arah angin angin

70
Padamkan api dengan menunjukkan Jangan asal semburkan bahan pemadan
semburan ke sumber api api ke arah api

Semburkan bahan pemadam api secara Jangan sekaligus menghabiskan bahan


sedikit-sedikit pemadam api dari alat pemadam itu.

Padamkan cairan yang terbakar dengan


Jangan memadamkan cairan yang
cara menutupinya dengan semburan
terbakar diatas api
awan diatasnya

Alat pemadam api yang telah dipakai Jangan mengembalikan alat pemadam
segera diganti dengan yang baru api ke tempatnya bila sudah dipakai
Gambar 4.2 Teknik Pemadaman Api

71
4.5 Detektor dan Alarm Kebakaran
Pada dasarnya api atau kebakaran, dapat terjadi dikarenakan, adanya
perpaduan tiga unsur yaitu bahan bakar, udara dan panas. Dalam usaha
pencegahan kebakaran, maka yang harus dilakukan adalah mencegah berpadunya
ketiga unsur tersebut.
1. Tanda peringatan “ Dilarang merokok” dipasang ditempat-tempat didaerah
paabrik yang rawan kecelakaan atau tempat-tempat dimana terdapat
bahan-bahan yang mudah terbakar.
2. Hati-hati waktu membawa korek api yang dapat mengorek sendiri bila
dilantai, sewaktu berada di daaerah/tempat yang banyak terdapat bahan-
bahan yang mudah terbakar.
3. Dilarang menggunakan sepatu yang solnya berpelat besi, di daerah/tempat
yang terdapat gas atau bahan-bahan yang mudah terbakar.
4. Sebelum mendapat izin dari pejabat yang berwenang. Dilarang
menggunakan peralataaan kerja yang dapat menimbulkan bunga api di
daerah pabrik atau tempat-tempat lainnya dimana terdapat bahan-bahan
yang mudah terbakar.
5. Dilarang mempergunakan bensin atau zat-zat cair lainnya yang menguap
dan mudah menyala, untuk membersihkan pakaian, peralatan kerja dan
sebagainya.
6. Bersihkanlah segaera tempat kerja setelah pekerjaan yang dilakukan
selesai. Pemeliharaaan kebersihan tempat kerja yang baik menghilangkan
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
7. Bersihkanlah segera tempat kerja setelah pekerjaan yang dilakukan
selesai.Pemeliharaan kebersihan tempat kerja yang baik menghilangkan
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
8. Jika pakaian anda penuh dengan minyak, gantilah pakaian dengan segera
dan bersihkan anggota tubuh yang terkena dan pakaian yang penuh
minyak jangan disimpan di dalam almari tertutup.
9. Jangan menjemur pakaian atau meletakkan bahan-bahan yang mudah
terbakar pada pipa-pipa steam atau pada alat-alat yang panas.

72
10. Jika terjadi bocoran gas alam, tanda khusus ditempatkan dijalankan untuk
menjaga agar alat-alat/kendaraan bermotor tidak memasuki daerah yang
terkontaminasi. Dilarang menyimpan silinder yan berisi gas yang mudah
terbakar, di dalam ruangan yang tertutup atau ruangan yang bersuhu
tinggi. Matikan mesin kendaraan waktu mengisi bensin. Jangan
menggantikan fuse (sekering) dengan kawat biasa. Gantilah dengan yang
baru bila fuse ternyata putus. Yakinkan besarnya tegangan listrik sebuah
alat yang mempergunakan listrik dari suatu tempat pengambilan listrik.
11. Pergunakan lampu maximum 25 watt untuk pemanas ruangan dan bola
lampu harus terlindung dari terkena benda yang mudah terbakar.
12. Jangan mengarahkan knalpot dari kendaraan bermotor mesin-mesin, ke
benda/bahan yang mudah terbakar. Setiap selesai merokok, matikanlah
puntung rokok dengan sempurna. Jangan melemparkan puntungan rokokj
yan masih menyala ke sembarang tempat.
13. Biasakanlah untuk berhenti/stop merokok 15 menit sebelum bekerja untuk
menghindarkan tertinggalnya rokok yang masih menyala di tempat kerja.
14. Bila membakar sampah barang-barang bekas atau lainnya disuatu tempat
harus ditunggu dan perhatikan faktor kemungkinan perambatan api ke
tempat lain. Padamkan api dengan baik sebelum meninggalkannya.
Walaupun telah dilakukan upaya pencegahan, namun tetap disediakan alat
pelindung seandainya terjadi kebakaran, yaitu detektor dan alarm kebakaran.
1. Jenis fungsi detektor yang ada dan dapat ditemui di industri adalah:
• Smoke Detector
Alat ini akan membunyikan alarm bila terjadi asap, debu halus
mengenai detektor.
• Heat Detector
Alat ini akan membunyikan alarm bila terjadi kenaikan suhu yang
mendadak atau cepat (10o C per menit).
Juga alat ini akan membunyikan alarm bila terjadi perubahan suhu
(naik atau turun) dari rata-rata suhu yang ditetapkan detektor.

73
• Beam Master
Alat ini akan membunyikan alarm bila ada yang mengganggu
menghalangi/menutupi pancaran master (asap benda, panas).
• Manual Call Box
Alat ini akan membunyikan alarm beli bila kaca penutup Call Box
dipecahkan.
2. Bila mendengar alarm bel berbunyi, karyawan yang berada di ruangan
tersebut agar segera keluar meninggalkan ruangan melalui pintu-pintu
keluar dengan tertib dan tenang.
3. Pimpinan kerja daerah yang bersangkutan agar berusaha mencari
kemungkinan api yang terjadi, dan berusaha mengatasi pemadaman api
memakai alat pemadam api yang tersedia sebelum petugas inti dari seksi
PK & PKK hadir.
4. Bila melihat api terjadi di dalam bangunan sedangkan alarm-bell belum
berbunyi, aka harus dilaksanakan:
• Pecahkan kaca manual call box dengan alat pemukul yang ada untuk
membunyikan alarm bell.
• Perintahkan karyawan yang tak berkepentingan meninggalkan ruangan
dengan tertib dan tenang.
• Berusaha mengatasi pemadaman api kebakaran memakai alat pemadam
api ringan yang tersedia.
5. Dilarang merusak, memindahkan, mengganggu atau mencoba-coba
peralatan detector kebakaran dan manual call-box.
6. Laporkan Bagian PK & KK bila didapat adanya kerusakan, hilang dan
sebagainya dari peralatan dan manual call–box yang ada dimasing-masing
tempat kerja.
7. Detector kebakaran harus dilakukan perawatan secara rutin yaitu:
• Line Check: setiap 6 ( enam ) bulan sekali.
• Fungsional Test: Dengan jalan diberi panas atau asap setiap 1 (satu)
tahun sekali kemudian dibersihkan.

74
4.6 Alat Pemadam Api Ringan
Alat pemadam api ringan, ialah alat pemadaman api yang ringan dan
mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal mula terjadi
kebakaran.
1. Kebakaran dapat digolongkan:
a. Golongan A: kebakaran bahan padat (kayu,kain,kertas,karet dan plastik)
kecuali logam.
b. Golongan B: kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar/
flammable liquid dan gas (minyak, grease, aspal, minyak cat)
c. Golongan C: kebakaran instalasi listrik bertegangan
d. Golongan D: kebakaran logam yang dapat terbakar (magnesium,
titanium, zirconium, sodium, lithium, dan pottasium)
2. Jenis alat pemadam api ringan:
a. jenis cairan
b. jenis busa
c. jenis tepung kering
d. jenis gas
3. Tabung pemadam api ringan, harus diisi dengan jenis dan konstruksinya.
4. Sifat alat pemadam api sewaktu pemadaman.
a. menutup (blanketing), jenis busa
b. mendinginkan (cooling), jenis cairan (air)
c. merusak keseimbangan segitiga api yaitu mendinginkan dan
menghilangkan oksigen, jenis gas dan tepung.
Contoh alat pemadam api:
1. Tipe portable and wheeled type corbonDioxide Co2

75
2. Tipe Wheeled ABC Multipurpose Dry chemical Powder Gas :N2

Pemasangan dan Penempatan


1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai/diambil serta
dilengkapi dengan tanda pemasangan dan aman dari segala hal.
2. Tinggi pemberian tanda pemasangan, adalah 125 cm dari dasar lantai
tempat di atas satu atau kelompok alat pemasangan api ringan yang
bersangkutan.
3. Pemasangan dan penempatan alat api ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan/klas kebakaran.
4. Jarak penempatan alat pemadam api yan satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter pada usatu
daearah/bangunan.
5. Posisi pemasangan padabangunan bertingkat, agar dipasang sama
posisinya pada setiap lantai.
6. Semua alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
7. Setiap alat pemadam api ringan harus ditempatkan menggantungkan pada
dinding dengan penguatan sengkang atau dengan kontruksi penguat
lainnya atau ditempatkan dalam almari atau peti yang tidak dikunci.
8. Lemari atau peti pemadaman api ringan dapat dikunci dengan syarat
bagian depannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal
maximum 2 mm, yang lebarnya disesuaikan dengan ukuran alat pemadam
api yan bersangkutan sehingga mudah dikeluarkan.

76
9. Pemasangan alat pemadam api ringan bagian paling atas berada pada
ketinggian 1,2 meter dari permukaan lantai, kecuali jenis CO 2 dan Dry
chemical dapat dipasang lebih rndah dengan syarat jarak antara dasar alat
pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.
10. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat
yang bersuhu melebih 49 C, atau turun sampai minus 44 C, kecuali bila
alat pemadam api ringan khusus untuk suhu diluar batas tersebut.
11. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka, harus
dilindungi dengan atap/tutup pengaman.
12. Alat pemadam api ringan yang bertekanan, jangan ditempatkan di
dalam/di dekat barang-barang yang korosif.

4.7 Prosedur Penggunaan Alat Pemadam Api


1. Tipe PORTABLE and WHEELED TYPE CARBONDIOXIDE CO2

Gambar 4.3 .Contoh alat pemadam api

Gambar 4.4 Proses penggunaan alat pemadam api

Pemeliharaan
1. Setiap alat pemadam api harus diperiksa 2 kali dalam setahun, yaitu:
a. Pemeriksaan dalam jangka 6 bulan
b. Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan

77
2. Untuk memastikan kesiap-siagaan/tetap berada ditempat, pemeriksaan
dapat dilakukan 1 minggu sekali disesuaikan dengan tersedianya petugas.
3. Cacat/kelainan yan ditemui pada perlengkapan alat pemadam api sewaktu
dilakukan pemeriksaan, harus segera diperbaiki dan diganti.
4. Pemeriksaan jangka 6 bulan seperti butir 1, yaitu hal-hal berikut:
a. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan
tabung, rusak atau tidaknya segel pengaman Cartrige dan mekanik
penembus cartridge.
b. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handal
dan label harus selalu dalam keadaan baik.
c. Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pemancar yang
terpasang tidak boleh retak atau menunjukkan tanda-tanda rusak.
d. Untuk alat pemadam api ringan jenis cairan atau asam soda
diperksa dengan mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat
dan asam keras diluar tabung. Apabila reaksinya cukup kuat alat
pemadam tersebut dapat dipasangkan kembali.
e. Untuk alat pemadaman api ringan hydrocarbon berhaalogen
kecuali jenis tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang,jika
beratnya dengan aslinya sama dapat dipasang kembali.
f. Untuk alat pemadam api Carbon tetra clorida diperiksa dengan
cara melihat isi cairan di dalam tabung dan jika masih memenuhi
syarat dapat dipasang kembali.
g. Untuk alat pemadam api jenis busa, diperiksa dengan jalam
mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium
sulfat diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam
tersebut dapat dipasang kembali.
h. Untuk alat pemadam api jenis carbondioxida ( CO 2 ) harus
diperiksa dengan jalan ditimbang beratnya apakah masih sama
dengan berat yang tertera pada pemadaman api. Apabila terdapat
kekurangan berat sebesar 10 %, tabung pemadam harus diperiksa
kembali.

78
5. Pemeriksaan jangka 12 ( dua belas ) bulan, selain dilakukan pemeriksaan
sebagaimana butir 4 di atas dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
a. Untuk pemadaman api jenis cairan dan busa dilakukan dengan
membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung
dalam posisi berdiri tegak, kemudian lakukan pemeriksaan:
Isi alat pemdam api harus sampai pada batas permukaan yang telah
ditentukan.
b. Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh
tersumbat atau buntu.
c. Ulir tutup tabung tidak boleh rusaak dan saluran penyemprotan
tidak boleh buntu.
d. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan
bebas dan gasket atu paking harus masih dalam keadaan baik.
e. Bagian dalam tabung harus baik, tidak boleh berlubang atau cacat
oleh karat.
f. Untuk jenis cairan busa yan dicampur sebelum dimasukkan,
larutannya harus dalam keadaan baik.
g. Untuk jenis cairan busa tabung yang dilak, tabung harus dilak
dengan baik.
h. Lapisan pelindung tabung gas bertekanan harus dalam keadaan
baik
i. Tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik
j. Petunjuk cara pemakaian harus jelas.
Untuk alat pemadam api jenis tepung kering (dry chemical) dilakukan
pemeriksaaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga
agar tabung tetap berdiri tegak dan lakukan pemeriksaan sebagai berikut:
a. Ulir tutup harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan tepung
keringnya dalam keadaan tercurah bebas tidak bergulir.
b. Ulir kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh buntu.
c. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan
bebas
d. Gelang ( gasket ) tutup kepala harus keadaan baik

79
e. Bagian dalam tabung gas bertekanan tidak boleh cacat, berlubang
karena karat
f. Lapisan pelindung tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik
g. Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan kapasitasnya
yang diperiksa dengan cara penimbangannya.
h. Petunjuk cara pemakaian harus dapat dibaca.
6. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 01 tahun 1982 tentang Bejana
Tekanan, semua tabung yang bertekanan harus diperiksa secara berkala
dan harus memperoleh sertifikat dari Instansi yang berwenang (Depnaker).
Pemeriksaan harus dilakukan oleh Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang mempunyai sertifikat. Alat pemadam api ringan juga harus
mengalami pemeriksaan sesuai dengan peraturan di atas.
7. Setiap tabung alat pemadam api harus diisi kembali sesuai dengan
petunjuk dari pabrik pembuatnya.
8. Pengisian tabung-tabung harus dilakukan oleh pihak ketiga yang
mempunyai izin dari instansi yang berwenang. Misalnya pengisian tabung
alat pemadam api ringan jenis cairan dan busa, pemadam api jenis
hidrokarbon berhalogen atau jenis CO 2, alat pemadam api ringan jenis
tepung kering (dry chemical).
Pemakaian
1. Jenis alat pemadam kebakaran yangdigunakan sesuai dengan gol/klas api
kebakaran, adalah sebagai table berikut:

Tabel 4.2 Jenis Alat Pemadam, Kelas, dan Keadaan Api

Jenis Pemadam Api Kelas Api Keadaan api


Semprotan air A Kecil - besar
Semprotan Kabut air A,B,C Kecil
Uap/Steam B Kecil
Pasir A,B Kecil
Soda A,B Kecil – besar
Drychemical A,B,C Kecil – besar
CO 2 A,B,C Kecil – besar
Dry Power Khusus D Kecil – besar

80
Cara pemakaian alat pemadam api ringan umumnya berbeda satu sama
lain, tergantung dari jenis alat pemadam, pabrik pembuatan, dan konstruksinya.
Petunjuk cara mempergunakannya secara umum adalah sebagai berikut:
• Jenis air bertekanan
Hanya dengan melepaskan pen pengaman, kemudaian menekan handel
pengeluaran isi tabung.
• Jenis busa
Hanya dengan menekan katup pemecah tutup tabung aluminium sulfat,
kemudian memegang nozzle dan membalikkan tabung sambil digoncang.
• Jenis CO 2
Hanya dengan melepas pen pengaman, kemudaian menekan handel
pengeluarandan pegang nozzle ditempat pegangan tersedia.
• Jenis Dry Chemical
Jenis yang mempergunakan tabung cartridge, tindakan pertama adalah
tekan tombol pemecahan cartrige, pegang nozzle dan tekanan handel di
Nozzle. Sedangkan untuk jenis store pressure adalah langsung membuat
pengaman, kemudian pegang nozzle dan handle pengeluaran.
Ketentuan Umum:
1. Alat pemadam api ringan hrus ditempatkan ditempat-tempat yang bebas
dari segala rintangan, untuk dapat dipergunakan setiap saat.
2. Dilarang menutupi atau menghalangi letak alat pemadamapi sehingga
tidak kelihatan atau menyulitkan bila akan dipergunakan.
3. Bila didapati kerusakan pada alat pemadam api ringan atau bila pemadam
api tersebut dipergunakanagar segera melapor ke bagian PK dan KK guna
segera dilakukan perbaikan atau penggantian.
4. Alat pemadam api ringan dilarang dipergunakan untuk keperluan
pekerjaan pemeliharaan.
Kesimpulan:
1. Mengingat demikian kritisnya masalah kebakaran ini maka memerlukan
kesigapan kita, masyarakat industri dan pemerintah dalam usaha untuk
memperkecil kerugian baik harta benda maupun jiwa

81
2. Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dapat dilakukan dengan
empat cara sesuai konsep segitiga api yaitu pemisahan oksigen,
penghilangan bahan bakar, pengontrolan sumber panas dan penghentian
proses kimia.
3. Untuk mencegah agar kebakaran tidak menjadi besar dan tak terkendali
maka perlu adanya sistem alarm dan alat pemadam kebakaran ringan
disamping personil yang siap.
4. Pemilihan alat pemadam kebakaran ringan didasarkan atas kelas/jenis
kebakaran (kelas A,B,C dan D) dan perlu juga diperhatikan maslah
peletakan alat tersebut.

82

Anda mungkin juga menyukai