Anda di halaman 1dari 9

Begini Pengaruh Kenaikan Suku Bunga Acuan Bank Sentral

ke Reksadana
Abdul Malik • 27 May 2022

Ilustrasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau Fed Rate yang berdampak pada
pasar keuangan dunia, termasuk IHSG, reksadana, SBN dan emas. (Shutterstock)

Bank Sentral AS telah mengumumkan kebijakan kenaikan suku bunga


acuan 50 basis poin pada Mei 2022 ini

Bareksa.com - Seiring dengan tingkat inflasi yang tinggi, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The
Federal Reserve (The Fed) tampak lebih hawkish. Seperti diketahui, Bank Sentral Negeri Paman
Sam tersebut telah mengumumkan kebijakan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada rapat
FOMC, Kamis (5/5/2022) dini hari waktu Indonesia.
Kebijakan tersebut akan membuat kisaran target untuk suku bunga dana federal mencapai 0,75
persen hingga 1 persen, dibandingkan kisaran sebelumnya yang berada pada rentang 0,25
persen hingga 0,5 persen.

Berdasarkan catatan Bloomberg, ini merupakan kenaikan paling agresif yang pernah dilakukan
The Fed sejak tahun 2000. The Fed mengatakan kenaikan ini terpaksa ditempuh demi
menetralisir kondisi inflasi AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pun memperkirakan, The Fed bakal menaikkan
suku bunganya pada tahun ini secara total 250 basis poin (bps). Sehingga, secara keseluruhan
suku bunga The Fed bakal mencapai 2,75 persen pada akhir 2022.
Pentingnya Memahami Suku Bunga Acuan

Suku bunga acuan adalah konsep penting yang perlu dipahami oleh investor reksadana.  Suku
bunga acuan merupakan bagian dari kebijakan moneter yang berfungsi memelihara stabilitas
nilai mata uang.

Suku bunga acuan menjadi referensi atau acuan bagi bank dalam menetapkan suku bunga
pinjaman serta suku bunga simpanan (tabungan atau deposito). Misalnya, ketika suku bunga
acuan dinaikkan oleh bank sentral maka suku bunga deposito juga akan dinaikkan oleh bank.

Dari sudut pandang investor, peningkatan suku bunga itu akan menguntungkannya karena
berpotensi mendapatkan keuntungan berupa bunga yang lebih besar.

Sementara dari sudut pandang peminjam dana dari bank atau debitur, kenaikan suku bunga
akan menambah beban berupa uang yang harus dibayar kepada bank atas konsekuensi
meminjam dana.

Menurut teori, saat suku bunga dinaikkan oleh bank sentral, masyarakat akan cenderung
menyimpan dananya di bank dengan harapan mendapatkan bunga yang lebih tinggi. Akibatnya,
permintaan barang dan jasa akan cenderung turun karena masyarakat menyimpan dananya di
bank.

Penurunan permintaan barang dan jasa akan mengurangi tekanan inflasi atau kenaikan harga-
harga barang dan jasa di pasar. Pengendalian inflasi adalah salah satu tujuan penetapan suku
bunga acuan oleh bank sentral.

Lantas, apa hubungannya dengan investasi reksadana ?


Sebagai pengingat, dua jenis reksadana yang biasanya mengalami tekanan ketika suku bunga
naik adalah reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran. Reksadana pendapatan
tetap adalah reksadana yang sebagian besar dananya ditempatkan di obligasi,
sedangkan reksadana campuran sebagian dananya juga ditempatkan di obligasi.
Dengan demikian, perubahan harga obligasi itu akan mempengaruhi kinerja reksadana
campuran dan reksadana pendapatan tetap. Dalam teori investasi dikenal hubungan terbalik
antara harga obligasi dan suku bunga.
Hubungan keduanya seperti papan jungkat-jungkit. di mana ketika satu sisi terangkat maka sisi
lainnya akan turun.

Dengan kata lain, saat suku bunga acuan naik maka harga obligasi turun, begitupun sebaliknya.
Harga obligasi itu turun karena obligasi itu menjadi kurang menarik daripada obligasi baru yang
kemungkinan diterbitkan dengan bunga atau kupon lebih tinggi.
Perubahan harga obligasi itu akan berpengaruh terhadap harga (Nilai Aktiva Bersih per Unit
Penyertaan) reksadana tersebut. Sebagai contoh, ketika suku bunga acuan dinaikkan oleh bank
sentral, maka harga obligasi akan turun. Penurunan harga obligasi itu pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap penurunan harga reksadana.
Lain halnya dengan dua reksadana tadi, perubahan suku bunga juga berpengaruh
terhadap reksadana pasar uang namun justru positif. Seperti diketahui, reksadana pasar uang
adalah reksadana yang seluruh dananya ditempatkan di aset pasar keuangan seperti deposito,
Sertifikat Bank Indonesia hingga obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, perubahan suku bunga acuan akan diikuti perubahan
suku bunga simpanan seperti deposito. Dengan kata lain, jika suku bunga acuan naik,
persentase keuntungan dari reksadana pasar uang juga berpotensi ikut mengalami kenaikan

Perluas Sistem Pembayaran,


Bank Muamalat Gandeng Jalin
Hana Wahyuti, Jurnalis · Selasa 09 Mei 2023 13:51 WIB

Bank
Muamalat gandeng Jalin (Foto: Bank Muamalat)

JAKARTA – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menggandeng PT Jalin


Pembayaran Nusantara (Jalin) dalam rangka perluasan jaringan sistem
pembayaran. Dengan kerja sama ini Bank Muamalat menjadi anggota jaringan
LINK yang dikelola oleh Jalin.
2023

Penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU)


antara Bank Muamalat dan Jalin dilaksanakan pada Selasa, 9 Mei 2023 di Jakarta.
Bank Muamalat diwakili oleh Direktur Operasi dan Digital Wahyu Avianto dan
Jalin diwakili oleh Direktur Eko Dedi Rukminto.

Wahyu mengatakan, kemitraan ini semakin meningkatkan akses nasabah Bank


Muamalat ke jaringan pembayaran yang lebih luas. Dengan penambahan saluran
pembayaran baru ini nasabah Bank Muamalat dapat melakukan transfer dan tarik
tunai, pembayaran tagihan, pembelian produk dan layanan, hingga pembayaran e-
commerce melalui ATM berlogo LINK.
“Kerja sama ini adalah wujud dari komitmen Bank Muamalat dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan yang mencakup keamanan, kehandalan dan
kenyamanan nasabah dengan menawarkan lebih banyak opsi pembayaran. Selain
itu, kerja sama ini diharapkan dapat membantu bank agar tetap kompetitif di pasar
dan menarik nasabah baru yang menginginkan kemudahan dan keamanan dalam
bertransaksi," ujarnya, Selasa (9/5/2023).
Wahyu menambahkan saat ini lebih dari 60% transaksi nasabah Bank Muamalat
dilakukan melalui ATM bank-bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang
dikelola oleh Jalin.
Senada, Eko mengungkapkan bahwa pihaknya memberikan dukungan penuh
terhadap penyediaan infrastruktur keuangan digital bagi Bank Muamalat sebagai
member jaringan LINK utamanya melalui kanal ATM dan Debit.
“Kami menyambut baik sinergi yang terbentuk antara Bank Muamalat dan Jalin
dalam rangka memberikan layanan keuangan yang aman, nyaman, dan semakin
luas untuk nasabah,” ujar Eko.2023
Lebih lanjut, hingga saat ini Jalin mengelola layanan jaringan switching LINK dan
memiliki market share terbesar di kategori produk Debit Switching GPN. Dengan
menyandang status sebagai lembaga Penyelenggara Infrastruktur Sistem
Pembayaran (PIP), Jalin mulai bertransformasi menjadi digital enabler yang
menghubungkan masyarakat dengan ekosistem finansial dan non finansial sesuai
rencana jangka panjang perusahaan menjadi “The National Digital Highway”.
“Kemitraan yang terjalin dengan Bank Muamalat ini juga diharapkan dapat
menjadi pijakan strategis ke arah kolaborasi pengembangan inovasi produk dan
layanan digital yang semakin luas, bervariasi, dan memberikan manfaat untuk
nasabah Bank Muamalat,” tutup Eko.
ALAT PEMBAYARAN MAKIN
BERKEMBANG, TRANSAKSI MAKIN
MUDAH, MAKIN BIJAK
MENGELOLANYA

Hai Sobat Sikapi, kalian pasti udah familiar dan selalu bertransaksi menggunakan “Uang”
kan. Nah udah jadi pengetahuan umum nih, bahwa uang dalam ilmu ekonomi tradisional
didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu
dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam
proses pertukaran barang dan jasa. Tetapi apakah kalian sudah tau bagaimana evolusi uang
hingga bentuknya gak terlihat lagi alias gak ada fisiknya alias cashless  seperti sekarang? 
Jauh sebelum mengenal uang, manusia sudah melakukan transaksi dengan menggunakan
praktik barter yaitu, pertukaran barang dan/ atau jasa untuk barang dan/atau jasa yang
diinginkan. Misalnya saja menukar sekarung beras untuk sekantong kacang. Praktik barter
telah dimulai sejak puluhan ribu tahun lalu dan masih bertahan hingga awal manusia
modern. Hanya saja masalah muncul ketika dua orang yang ingin bertukar tidak bersepakat
dengan nilai pertukarannya. Apalagi jika salah satunya tidak terlalu butuh dengan hal yang
akan ditukar. Akhirnya sistem barter ini digantikan dengan commodity currency, masih
sama-sama menggunakan barang namun barang tersebut harus yang sudah diterima secara
umum sebagai media pertukaran maupun sebagai suatu standard nilai yang digunakan
dalam pertukaran barang oleh masyarakat. Contohnya, selama ratusan tahun emas dapat
langsung digunakan untuk membeli barang, namun emas juga memiliki fungsi lain misal
sebagai pajangan maupun perhiasan.

Karena kebutuhan manusia yang terus meningkat dan tidak efisiennya penggunaan barter
maupun uang komoditas, masyarakat mengembangkan alat tukar yang lebih efisien dan
terukur yaitu uang. Bentuk uang juga terus berevolusi dari sejak awal kemunculannya.
Yang pertama adalah uang kartal, bentuk uang kartal yang kita kenal ada dua macam yaitu
uang logam dan uang kertas, uang kartal biasa kita sebut dengan uang tunai.

Di Indonesia bentuk uang kartal sudah digunakan sejak zaman penjajahan. Pada masa
jaman penjajahan Belanda, uang diterbitkan oleh VOC dalam bentuk koin dan kertas. Begitu
pula pada masa penjajahan Jepang, mereka menerbitkan uang koin dan kertas versi
pemerintah Jepang. Uang koin pada masa ini dibuat menggunakan alumunium dan timah.

Nah, barulah setelah proklamasi kemerdekaan pemerintah Indonesia merasa perlu


menerbitkan uang sendiri yang disebut sebagai ORI (Oeang Republik Indonesia). Penerbitan
ini sebagai lambang identitas kemerdekaan serta kedaulatan Indonesia dan juga sebagai
alat pemersatu bangsa.

Uang tunai memang memberi kemudahan dalam bertransaksi. Namun sejalan dengan
perkembangan ekonomi dan teknologi, penggunaan uang tunai dirasa cukup praktis hanya
untuk transaksi dengan nilai kecil, tentu akan sulit mendapatkan dan membawa fisik uang
dalam jumlah banyak untuk transaksi yang bernilai besar. Selain itu membawa uang tunai
mulai dianggap tidak aman karena maraknya pencurian, perampokan, dan pemalsuan
sehingga membuat orang takut menyimpan atau membawa uang tunai dalam jumlah
banyak.

Kendala-kendala tersebut akhirnya memunculkan inovasi dalam menciptakan alat


pembayaran non-tunai yang lebih praktis dan efisien. Bentuk alat pembayaran non-tunai
pun beragam. Pertama ada yang paper-based, contohnya cek/ bilyet dan giro, bentuk ini
merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu bank sebagai instrumen penarikan
dana nasabah yang memiliki fasilitas rekening giro/ rekening koran. Kedua, card-
based  contohnya kartu kredit dan kartu debet, uang ini bersifat akses dan tidak ada
pencatatan dana pada instrumen kartu. Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank
sepanjang belum ada otorisasi dari nasabah untuk melakukan
pembayaran.  Ketiga, electronic based  contohnya uang elektronik, bersifat prabayar
(prepaid) nilai uang sudah tercatat dalam uang elektronik dan sepenuhnya dalam
penguasaan konsumen. Untuk yang paper-based  dan card-based  pasti Sobat Sikapi sudah
gak asing lagi. Nah, untuk yang electronic-based  atau uang elektronik semakin hari makin
berkembang nih. Saat ini uang elektronik juga bisa digunakan untuk jenis pembayaran
mikro sebagai pengganti uang, contohnya kalau Sobat Sikapi belanja di mini market  atau
bayar tol dengan uang elektronik. Namun karena penguasaan sepenuhnya ada di tangan
konsumen dan tidak perlu otorisasi saat transaksi, uang elektronik dapat dipindah
tangankan dengan sangat mudah jadi Sobat harus hati-hati menyimpannya jangan sampai
hilang.

Pembayaran non-tunai dewasa ini makin berkembang lagi dengan munculnya pembayaran
digital menggunakan QR Code, QR Code atau kode QR adalah sebuah kode matriks (kode
dua dimensi) yang dibuat pertama kali oleh perusahaan Jepang Denso-Wave pada tahun
1994. The “QR” berasal dari kata “Quick Response“,  sesuai namanya kode ini diciptakan
agar kamera digital mampu dengan cepat dan mudah membaca kode/ kalimat/ data yang
terkandung di dalamnya. Sistem pembayaran QR Code hadir agar transaksi dapat berjalan
lebih cepat, efisien, dan tentunya cashless. Untuk bisa bertransaksi dengan QR Code Sobat
cukup menggunakan smartphone dan koneksi internet, dimana lebih sederhana
dibandingkan sistem pembayaran non tunai lainnya yang membutuhkan kartu
tambahan. Transaksi QR Code payment menggunakan sumber dana berupa simpanan
dan/atau instrumen pembayaran berupa kartu debit, kartu kredit, dan/atau uang elektronik
yang menggunakan media penyimpanan server based.
3 Alat Pembayaran yang Sah di
Indonesia

Ilustrasi rupiah. (Foto: Freepik)

JAKARTA - Indonesia memiliki tiga jenis alat pembayaran yang sah untuk semakin


memudahkan masyarakat bertransaksi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut kalau tiga alat pembayaran
sah itu dalam bentuk uang rupiah kertas atau logam, kartu-kartu baik debit maupun
kredit atau e-money, dan yang baru uang rupiah dalam bentuk digital.
Sebelum📅 31 May 2023

Diketahui, bahwa rupiah digital kini masih dalam tahap persiapan pengembangan
setelah buku putihnya atau white paper berjudul Proyek Garuda resmi diluncurkan
pada 30 November 2022 lalu.
Dia juga memastikan bahwa emunculan rupiah digital tidak akan menghilangkan
peredaran rupiah dalam bentuk kertas.
"Indonesia kurang lebih sekitar itu 60% milenial, apalagi anak-anak, cucu kita, itu
memerlukan alat pembayaran digital," ujar Perry dalam acara Meniti Jalan menuju
Rupiah Digital, dikutip Rabu (7/12/2022).
"Karena sekarang masyarakat kita secara demografi ada yang masih ingin
menggunakan alat pembayaran kertas. Itu biasanya tua-tua kayak aku, ada yang
masih ingin berbasis rekening, tadi kartu-kartu, ada yang perlu digital," tambahnya.
May 2023

Adapun berikut ini adalah alat pembayaran yang sah di Indonesia:


- Rupiah Fisik
- Rupiah Digital Proyek Garuda
- Rupiah dalam bentuk kartu Debit.

Anda mungkin juga menyukai