Anda di halaman 1dari 3

Nama : Eko Prasetyo

NIM : 6311211051
Kelas :B
Mata Kuliah : Kemahiran Penanganan Perkara

Jakarta, 19 Maret 2023

Ref No : 002/PA-LO/III/2023

Yth, Bapak Fakhri

Terimakasih atas Instruksi anda pada permasalahan diatas

Kualifikasi Umum
Kami tim Prazu Legal Associates yang merupakan Tim Penasehat Hukum dari Perusahaan PT. ABC ,
dalam hal ini akan memberikan pandangan hukum ( Legal Opinion), yang selengkapnya akan kami
jelaskan pada lembaran surat ini.
Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam hal ini terdapat permasalahan
dalam hal pembelian saham PT. ABC sebesar 50% oleh Ali dan atas nama Fakhri selaku klien untuk
menjadi pemegang saham tersebut, yang sebelumnya keduanya mengikatkan diri dalam suatu
perjanjian pinjam nama (nomine agreement). Yang pada dasarnya di dalam Peraturan Hukum di
Indonesia tidak terdapat aturan khusus yang menjelaskan terkait perjanjian ini, dikarenakan dapat
melanggar keabsahan dari sebuah perjanjian antar dua pihak. Pada dasarnya praktek ini cukup lumrah
terjadi di Indonesia, namun pada dasarnya tidak ada hukum yang mengikatnya, yang menjadikan bila
terjadi sebuah wanprestasi didalamnya

Fakta Hukum
Fakta hukum terkait Perjanjian Pinjam nama ( Nomine Agreement ) dapat kita lihat pada
- Berdasarkan Pasal 34 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan disebutkan:
o Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
o Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
- Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(“UU 25/2007”) dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU
40/2007”)
Dasar Hukum
Perbedaan pemahaman terkait Perjanjian Pinjam Nama ( Nomine Agreement ) didasari atas :
- Pasal 34 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Pendapat Hukum

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, tim Prazu Legal Associates memberikan beberapa pandangan
hukum (Legal Opinion), yang bisa berguna untuk memberikan pandangan kepada para pihak yang
bersengketa untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam hal ini berupa:
a. Dalam prakteknya Perjanjian Pinjam Nama ( Nominee Agreement ) sering kali terjadi di
masyarakat, bahkan menjadi sebuah hal yang lumrah si A mewakili si B dalam hal
kepemilikan saham pada perusahaan C, atas dasar tersebut si A mendapatkan fee atas
kepemilikan tersebut selama perjanjian antar keduanya berlangsung. Begitu juga praktek
lainnya seperti antara WNA dengan WNI atas kepemilikan suatu tanah, sehingga WNA
dapat menggarap tanah atas nama WNI selama terjadi perjanjian antara keduanya.
b. Pada dasarnya hal tersebut tidak ada aturan yang mengikat dalam peraturan perundang
undangan di Indonesia, sehingga rawan terjadi permasalahan di dalamnya, dan pihak yang
biasanya akan terkena imbas pertama adalah orang yang mewakili atas nama tersebut.
c. Dikarenakan tidak terdapat dasar hukum yang mengikat tersebut, maka jika “ketahuan’ atau
terdapat permasalahan di belakang, akan susah untuk bisa secara baik diselesaikan,
dikarenakan menurut kami perjanjian yang dibuat atas dasar aturan yang belum ada
ketetapannya, berkemungkinan “Prematur” dan cacat hukum. Sehingga apa yang dihasilkan
akan menjadi abu abu.
Maka dari itu, kami dari Prazu Legal Associates memberikan pandangan kami kepada bapak selaku
klien kami, bahwasanya Perjanjian Pinjam nama ( Nomine Agreement ) masih bersifat abu abu, dan
rawan terjadi praktek wanprestasi, apakah dari pihak A atau pihak B, dikarenakan tidak mengikat dan
memiliki aturan hukum yang tetap dan jelas, walaupun secara perjanjian dapat dianggap sah, namun
secara praktek kedepannya akan menimbulkan permasalah antar keduabelah pihak sehingga bersifat
Prematur atau abu abu.
Maka dari itu kami tidak menyarankan kepada bapak sebagai tim penasehat hukum dari bapak Fakhri,
untuk mencari opsi lain terkait rencana yang akan di jalankan, dalam hal ini kami menyiapkan beberapa
opsi sebagai berikut :
1. Bapak Fakhri dan bapak Ali mengikatkan diri pada perjanjian lain atau membuat sebuah badan
hukum yang sah atas nama keduanya, sehingga dapat dengan mudah dalam menjalankan setiap
perencanaan bersama.
2. Tetap menjalankan perjanjian tersebut, dengan opsi dan kalusul yang jelas dan terperinci.
Sehingga menghindari adanya praktek wanprestasi antar kedua pihak dikemudian hari.
Kesimpulan
Berdasarkan hal tersebut, dapat kita simpulkan, secara umum bahwa praktek perjanjian pinjam
nama sudah eksis dalam prakteknya di Indonesia, walaupun secara dasar hukum tidak ada aturan
hukum yang megikat dan mengatur secara gamblang. Dikarenakan sifatnya sebagai perjanjian antar
dua pihak, sehingga sah sah saja apabila telah sesuai dengan aturan dasar perjanjian, namun apabila
terjadi wanprestas dibelakang hari, perlindungan atas para pihak hanya sebatas dari perjanjian yang
telah dibuat, tanpa mengetahui dan melihat faktor lain dibelakangnya, sehingga dapat merugikan pihak
pihak yang melakukannya. Sehingga kami menyarankan kepada Bapak Fakhri untuk melakukan
perjanjian yang lebih komplks dan jelas diluar dari perjanjian pinjam nama tersebut.

Semoga Pembahasaan diatas dapat membantu bapak dan pihak pihak dalam perusahaan. Serta jangan
ragu menghubungi kami jika terdapat keraguan dan membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.

Dengan hormat,

TTD

Prazu Legal Associates

Anda mungkin juga menyukai