Anda di halaman 1dari 4

MATERI BAHSUL MASAIL

MUNAKAHAT DAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH

Meninjau Disertase Abdul Aziz Konsep Milk Yamin


A. Pendahuluan

Akhir-akhir ini, dalam salahsatu hasil ilmiah yakni Disertasi milik Abdul Azis,
mahasiswa program Doktoral Univesitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, berjudul
“Konsep Milk al-Yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan Hubungan Seksual
Nonmarital” menuai kontroversi baru. Ia menulis disertasi ini untuk menyelesaikan program
Doktoral Interdisciplinary Islamic Studies di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Dalam disertasinya, Azis berpendapat bahwa, dengan batasan tertentu seks diluar nikah
itu diperbolehkan atau halal (tidak melanggar syariat). Disertasi ini mendasarkan kajiannya dari
pemikiran Muhammad Syahrur, seorang sarjana teknik asal Suriah.
Penelitian ini dikaji dengan menggunakan pendekatan hermeneutika hukum. Bentuk
penelitian ini adalah kepustakaan. Data penelitian dikumpulkan melalui kajian teks kemudian
dianalisis dengan teknik deskriptif-hermeneutik. Menurutnya, hasil dari disertasi ini ialah konsep
milk al-yamīn Muḥammad Syaḥrūr merupakan sebuah teori baru yang dapat dijadikan sebagai
justifikasi terhadap keabsahan hubungan seksual nonmarital. Ia melanjutkan, dengan teori ini,
maka hubungan seksual nonmarital adalah sah menurut syariat sebagaimana sahnya hubungan
seksual marital.
Ringkasnya, Azis dalam disertasinya menyebut bahwa hubungan seks itu adalah bagian
dari hak asasi manusia, di dalam maupun di luar nikah. Hal ini bertentangan dengan fiqih Islam
bahwa, hubungan yang diakui sebagai hubungan seks yang legal hanyalah hubungan seks dalam
pernikahan.
B. Pembahasan

Prinsip dasar disertasi Abdul Aziz yaitu salah satunya menggunakan tafsir Muhammad
Syahrur terhadap ayat milk al-yamin yang terdapat dalam Q.S. al-Mukminun: 5-6. Tafsiran
tersebut kemudian dipahami Abdul Aziz sebagai solusi untuk melegalkan hubungan seks di luar
nikah yang sah, bahkan mengusulkannya sebagai perbaikan hukum, utamanya pembaruan hukum
perdata dan pidana Islam.

Konsep pemikiran ini jika dikaitkan dengan konteks zaman kini, sudah tidak ada lagi
budak. Maka, jika disertasi ini tetap ada dan legal, dan tidak ada revisi (perbaikan), maka akan
membahayakan dan bertentangan dengan prinsip syariat Islam.

Selain itu dalam disertasi Abdul Aziz sampai pada kesimpulan:


“Konsep milk al-yamīn Muḥammad Syaḥrūr dapat dijadikan sebagai justifikasi untuk keabsahan
hubungan seksual nonmarital. Dengan kata lain, hubungan seksual nonmarital adalah sah secara
syariat sebagaimana sahnya hubungan seksual marital.”

Meskipun demikian, ditinjau dari perspektif emansipatoris keluasan akses seksual dalam
konsep ini tampak timpang, karena hanya dapat dinikmati oleh laki-laki sementara bagi
perempuan cenderung stagnan.”

Dalam uraian kesimpulan diatas, ada tiga kesalahan yang besar; pertama,
melegalkan/mensahkan hubungan seks tanpa nikah yang tentu melanggar syariat Islam, Kedua,
keliru memilih rujukan pemikir, dalam hal ini Muhammad Syahrur yang menjadi kajian pada
disertasi tersebut. Muhammad Syahrur adalah insinyur sipil, bukan ulama bukan pula ahli
agama. Ketiga, Abdul Aziz bahkan cenderung menyayangkan hubungan seks diluar nikah hanya
dapat dinikmati oleh laki-laki, sementara bagi perempuan cenderung stagnan.

Hal ini jelas salah. Para ulama bersepakat bahwa hubungan seks di luar nikah adalah zina.
Hemat penulis, paradigma Milk Al Yamin yang dikembangkan oleh Muhammad Syahrur (asal
Suriah), yang kemudian di adopsi oleh Abdul Aziz adalah kesalahan yang besar.

Dari hasil disertasinya, memicu para cendekiawan muslim, elit, dan masyarakat terkait
adanya disertasi yang menghalalkannya hubungan seks diluar nikah. Menurut  Imam Masjid di
Kota New York, Imam Shamsi Ali, melihat kejadian ini sekaligus sebagai pelecehan dan
merendahkan martabat akademis dan intelektualitas institusi itu sendiri. Seolah insitusi itu begitu
rendah dan tidak memiliki posisi kebenaran di tengah gejolak intelektualitas liar manusia.

Selanjutnya, kritik dari Ulama yang juga akademisi asal Aceh di Jakarta, Dr Tgk H Rusli
Hasbi MA, atas disertasi S3 Abdul Aziz di UIN Yogyakarta tentang dibolehkannya melakukan
sex bebas antara lelaki dan perempuan dewasa atas dasar Milkul Yamin. Mahasiswa asal Aceh,
Indonesia, yang pertama membedah buku berjudul: “Alkitab wal Quran” (Injil dan Quran-red)
karya Syahrur di Wisma Nusantara Nasseer City, Cairo, pada tahun 1990 sampai pada empat
kesimpulan yakni Pertama, Muhammad Syahrur itu beraliran komunis (syuyu-‘i). Kedua, yang
bersangkutan juga atheis (mulhid, tidak percaya adanya Tuhan). Ketiga, Muhammad Syahrur
bukan ahli agama, melainkan ahli teknologi. Tetapi selalu berbicara soal agama walau berulang
kali terjadi kesalahan. Keempat, Muhammad Syahrur adalah gunting dalam lipatan bagi Islam.
Rusli Hasbi merasa aneh sekaligus merasa janggal mengapa disertasi dari tokoh pemikiran ini
bisa diloloskan menjadi rujukan.

Selain itu, menurut MUI, disertasi Abdul Aziz tidak menggunakan ilmu tafsir yang
terverifikasi. Ketua Komisi Hukum di MUI Pusat, Mohammad Baharun mengatakan, ayat ‘milk
al-Yamin’ dibaca secara tekstual, tanpa dikaitkan secara kontekstual dengan rangkaian ayat
perbudakan di masa jahiliah yang diusahakan dihapus secara berangsur tatkala Islam hadir.

Lebih jauh Ketua MUI Pusat Komisi Hukum itu menjelaskan terkait konsep milk al-
yamin yang menjadi konsep disertasi Abdul Aziz. Baharun menuturkan bahwa, perbudakan
dalam konsep ‘milk al-yamin’ itu merupakan kepemilikan. Umumnya budak didapatkan dari
hasil membeli atau rampasan perang. Maka penghapusan untuk memerdekakan pun dikaitkan
sebagai pengganti pembayaran denda atas pelanggaran atau jika dinikahi maka otomatis budak
juga merdeka.

C. Kesimpulan

1. Jika konsep Al Yamin ini ada, maka negara wajib melindungi kebebasan seks tersebut.
Artinya, negara melindungi para pelaku seks diluar nikah ini (melegitimasi aturan seks
diluar pernikahan yang sah).

2. Konsep ini akan berbahaya dan menghancurkan agama dan negara Indonesia,

3. secara hukum syariat Islam kebebasan seks di luar pernikahan yang sah itu tetap zina dan
pasti haram.

IV Koto, 18 September 2019

Mengetahui,
Ka. KUA Kecamatan IV Koto Penghulu Muda

KHAIDIR ABDI, S.HI KHAIDIR ABDI, S.HI


NIP. 197804062005011006 NIP. 197804062005011006

Anda mungkin juga menyukai