Oleh:
A. NURZAINAH RAMADHANI.M
105251101922
Hal ini sesuai dengan yang dilansir dari tulisan disertasi Yusrial yang berjudul Ikhtilaf
Pemikiran Ibnu Rusyd w.595H/1198M) dalam Bidang Fiqih Munakahat (Telah Terhadap
Kitab Bidayah Al-Mujtahid).Rasulullah SAW mengizinkan penggunaan pertimbangan akal
atau ijtihad dalam penyelesaian masalah agama. Ijtihad termaktub dalam sebuah hadits
sebagai alat untuk mencapai suatu keputusan apabila tidak ada petunjuk dalam Al Quran atau
hadits. Hadits berikut telah diceritakan oleh Yahya bin Yahya at-Tamimi, telah mengabarkan
kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Yazid bin Abdillah bin Usamah bin al-Hadi
dari Muhammad bin Ibrahim dari Busri bin Sa'id dari Abi Qais Maula Amr bin 'Ash dari Amr
bin Ash. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya:
Jika seorang hakim memutuskan perkara, lalu dia berijtihad kemudian benar, maka baginya
dua pahala, dan jika seorang hakim memutuskan perkara, lalu dia berijtihad kemudian salah,
maka baginya satu pahala," (HR.Muslim)
Hukum Ijtihad
Adapun hukum melakukan ijtihad tertulis dalam Jurnal berjudul Ijtihad: Teori dan
Penerapannya oleh Ahmad Badi', di antaranya
a. Fardu 'ain untuk melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri dan ia harus
mengamalkan hasil ijtihadnya sendiri
b. Fardu 'ain juga untuk menjawab permasalahan yang belum ada hukumnya. Dan bila
tidak dijawab dikhawatirkan akan terjadi kesalahan dalam melaksanakan hukum
tersebut, dan habis waktunya dalam mengetahui kejadian tersebut.
c. Fardu kifayah jika permasalahan yang diajukan kepadanya tidak dikhawatirkan
akan habis waktunya, atau ada lagi mujtahid yang lain yang telah memenuhi syarat.
d. Dihukumi sunnah, jika berijtihad terhadap permasalahan yang baru, baik ditanya
ataupun tidak.
e. Hukumnya haram terhadap ijtihad yang telah ditetapkan secara qat'i karena
bertentangan dengan syara .
Ijtihad bisa dipandang sebagai salah satu metode penggali sumber hukum. Dasar-dasar ijtihad
atau dasar hukum ijtihad ialah al-Qur’ an dan sunnah. Di dalam ayat yang menjadi dasar
dalam ber-ijtihad sebagai firman Allah Swt dalam QS. al-Nisa’:105 sebagai berikut:
Apa yang disampaikan oleh Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al- Maliki senada dengan
maqolah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. “Al-muhafadzatu ‘al al-qadiimi as-shalih wal
akhdu bi al-jadiidi al-ashlah”. Menghargai dan memuliakan para salfus shalih adalah sebuah
keniscayaan yang tidak boleh kita abaikan apalagi remehkan.
C. Meteodologi BerIjtihad
Dikutip dari buku Metode Ijtihad Mazhab Al-Zahiri karya H. Rahman Alwi (2005),
metode ijtihad antara lain sebagai berikut.
1. Ijma’
4. Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah merupakan hukum yang didasarkan pada kemaslahatan yang lebih
besar dibandingkan mengesampingkan kemudaratan karena tidak ada dalil yang
menganjurkan maupun melarangnya. Contohnya adalah membuat akta nikah, akta
kelahiran, dan sebagainya.
5. Istishab
Istishad merupakan metode yang dilakukan dengan menetapkan hukum yang sudah
ada sebelumnya sampai ada dalil yang merubahnya. Contohnya adalah setiap
makanan boleh dikonsumsi hingga ada dalil yang mengharamkannya.
6. ‘Urf
‘Urf merupakan suatu perkataan yang sudah dikenal oleh masyarakat dan dilakukan
turun menurun. Contohnya adalah halal bi halal yang dilakukan saat hari raya.
7. Saddzui Dzariah
Sadzzui dzariah merupakan sesuatu yang secara lahiriah boleh, tetapi bisa mengarah ke
kemaksiatan. Contohnya bermain kuis yang mengarah ke perjudian.
8. Qaul Al-Shahabi
Qaul al-shahabi merupakan pendapat sahabat yang berkaitan dengan perkara yang
dirumuskan setelah Rasulullah SAW wafat. Contohnya adalah pendapat Ibnu Abbas yang
menyatakan bahwa kesaksian anak kecil tidak diterima.
Syar’u man qablana merupakan hukum Allah SWT yang disyariatkan untuk umat
terdahulu melalui nabi-nabi sebelum Rasulullah. Contohnya adalah kewajiban untuk
berpuasa
Contoh kasusnya adalah Transplantasi katup jantung manusia yang digantikan dengan
katup jantung babi.
Kias Di dalam bidang medis telah ditemukan cara untuk menggantikan katup jantung
manusia dengan katup jantung babi, dikarenakan adanya kecocokan pada keduanya.
Ikhtisan Selain itu sangat jarang ada orang yang ingin mendonorkan jantung, oleh
sebab itu dikarenakan kondisi yang darurat transplantasi boleh dilakukan
Masalihul Mursalah Ada beberapa tanggapan para ulama tentang masalah ini. Ada
yang mengatakan makruh karena babi adalah hewan najis, ada yang mengatakan
bahwa tidak masalah berobat menggunakan hewan najis, ada pula yang mengatakan
haram karena berobat menggunakan hewan