Anda di halaman 1dari 6

BAB 9

METODE IJTIHAD DALAM HUKUM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Hukum Islam”

Dosen Pengampu: Dr.Ir.MUCHLIS MAPPANGAJA,MP

Oleh:

A. NURZAINAH RAMADHANI.M
105251101922

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH 2A
2023
A. Ijtihad
 Pengertian Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa
dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan
suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat
menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Ijtihad berasal kata dari jahada, al-jahd, al-juhd dan majhudun asal kata ini memiliki
arti kesulitan, kepayahan dan kesungguhan. Kata jahada memiliki dua bentuk
mashdar, pertama dari kata jahd yang artinya kesungguhan, yang kedua kata juhd
artinya terdapat kesungguhan pada kata yang memiliki makna sulit, susah, dan berat.
 Kata ijtihad secara bahasa juga berarti mencurahkan segala kemampuan dalam segala
perbuatan. Dengan demikian, kata jihad (‫ )جهاد‬dan ijtihad ( ‫ ) إجتهاد‬berasal dari kata
yang sama. Perbedaannya hanya pada perbuatannya. Kata ijtihad lebih cenderung
pada pemikiran dan penelitian, sementara kata jihad bergerak dalam ruang lingkup
perbuatan dan tingkah laku. Artinya ijtihad menurut bahasa adalah pengerahan
seluruh daya upaya yang dimiliki secara optimal.

Hal ini sesuai dengan yang dilansir dari tulisan disertasi Yusrial yang berjudul Ikhtilaf
Pemikiran Ibnu Rusyd w.595H/1198M) dalam Bidang Fiqih Munakahat (Telah Terhadap
Kitab Bidayah Al-Mujtahid).Rasulullah SAW mengizinkan penggunaan pertimbangan akal
atau ijtihad dalam penyelesaian masalah agama. Ijtihad termaktub dalam sebuah hadits
sebagai alat untuk mencapai suatu keputusan apabila tidak ada petunjuk dalam Al Quran atau
hadits. Hadits berikut telah diceritakan oleh Yahya bin Yahya at-Tamimi, telah mengabarkan
kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Yazid bin Abdillah bin Usamah bin al-Hadi
dari Muhammad bin Ibrahim dari Busri bin Sa'id dari Abi Qais Maula Amr bin 'Ash dari Amr
bin Ash. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:
Jika seorang hakim memutuskan perkara, lalu dia berijtihad kemudian benar, maka baginya
dua pahala, dan jika seorang hakim memutuskan perkara, lalu dia berijtihad kemudian salah,
maka baginya satu pahala," (HR.Muslim)

Hukum Ijtihad
Adapun hukum melakukan ijtihad tertulis dalam Jurnal berjudul Ijtihad: Teori dan
Penerapannya oleh Ahmad Badi', di antaranya
a. Fardu 'ain untuk melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri dan ia harus
mengamalkan hasil ijtihadnya sendiri
b. Fardu 'ain juga untuk menjawab permasalahan yang belum ada hukumnya. Dan bila
tidak dijawab dikhawatirkan akan terjadi kesalahan dalam melaksanakan hukum
tersebut, dan habis waktunya dalam mengetahui kejadian tersebut.
c. Fardu kifayah jika permasalahan yang diajukan kepadanya tidak dikhawatirkan
akan habis waktunya, atau ada lagi mujtahid yang lain yang telah memenuhi syarat.
d. Dihukumi sunnah, jika berijtihad terhadap permasalahan yang baru, baik ditanya
ataupun tidak.
e. Hukumnya haram terhadap ijtihad yang telah ditetapkan secara qat'i karena
bertentangan dengan syara .

Ijtihad bisa dipandang sebagai salah satu metode penggali sumber hukum. Dasar-dasar ijtihad
atau dasar hukum ijtihad ialah al-Qur’ an dan sunnah. Di dalam ayat yang menjadi dasar
dalam ber-ijtihad sebagai firman Allah Swt dalam QS. al-Nisa’:105 sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena
(membela) orang-orang yang khianat”.

B. Batasan Dalam Berijtihad

Menelaah Kontroversi Masalah Batas-Batas Ijtihad


Dalam melakukan ijtihad terdapat batasan-batasan yang harus dipatuhi oleh para
mujtahid, terutama oleh mujtahid era mutaakhirin. Guru besar Sayyid Muhammad bin
‘Alawi al- Maliki memberi pernyataan bahwa pembatasan ijtihad tidak untuk
mempersempit ruang gerak ijtihad, akan tetapi untuk menyempurnakan prinsip-
prinsipnya dan menjaga keberlangsungannya. Penegasan ini adalah upaya dalam
merumuskan metode, menyusun prinsip-prinsipnya, dan juga membedakan bagian-
bagiannya.

Untuk melakukan ijtihad dibutuhkan banyak perangkat ilmu pengetahuan. Oleh


karenanya, tidak sepantasnya bagi sebagian orang yang mengklaim diri sebagai
mujtahid mutlak tanpa taklid pada para imam dalam tiga generasi pertama yang
memang sudah memiliki kredibilitas dalam hal keilmuan dan menelaah teks-teks Al
Quran serta Hadits.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, lalu generasi


berikutnya lagi .” Sabda baginda Nabi SAW merupakan suatu kesaksian yang tentu saja
benar dan jujur. Madzhab-madzhab tiga generasi salafussalih tentu telah sempurna, sumber
pengambilannya jelas dan jernih. Teks-teks pendapat dan fatwa mereka telah disusun oleh
para pengikutnya dengan periwayatan yang benar serta mutawatir.

Apa yang disampaikan oleh Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al- Maliki senada dengan
maqolah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. “Al-muhafadzatu ‘al al-qadiimi as-shalih wal
akhdu bi al-jadiidi al-ashlah”. Menghargai dan memuliakan para salfus shalih adalah sebuah
keniscayaan yang tidak boleh kita abaikan apalagi remehkan.

C. Meteodologi BerIjtihad
Dikutip dari buku Metode Ijtihad Mazhab Al-Zahiri karya H. Rahman Alwi (2005),
metode ijtihad antara lain sebagai berikut.
1. Ijma’

Ijma merupakan kesepakatan seluruh mujtahid di suatu massa setelah Rasulullah


SAW wafat dan berkaitan dengan hukum syara yang tidak terdapat dalam Alquran
dan hadist. Adapun contoh ijma’ adalah ijma’ sahabat, yaitu ijma’ yang dilakukan
oleh sahabat Rasulullah SAW.
2. Qiyas
Qiyas merupakan hukum tentang suatu peristiwa yang diterapkan dengan cara
membandingkannya dengan hukum peristiwa lain yang sudah ditetapkan sesuai nash.
Contohnya adalah mengqiyaskan pembunuhan yang menggunakan alat berat dengan
pembunahan menggunakan senjata tajam.
3. Istihsan
Istihsan merupakan berpindahnya mujtahid dari satu ketentuan hukum ke hukum
lainnya karena terdapat dalil yang menuntutnya. Contohnya adalah wasiat. Meski
secara qiyas tidak diperbolehan, namun karena terdapat dalam Alquran, maka wasiat
diperbolehkan.

4. Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah merupakan hukum yang didasarkan pada kemaslahatan yang lebih
besar dibandingkan mengesampingkan kemudaratan karena tidak ada dalil yang
menganjurkan maupun melarangnya. Contohnya adalah membuat akta nikah, akta
kelahiran, dan sebagainya.

5. Istishab

Istishad merupakan metode yang dilakukan dengan menetapkan hukum yang sudah
ada sebelumnya sampai ada dalil yang merubahnya. Contohnya adalah setiap
makanan boleh dikonsumsi hingga ada dalil yang mengharamkannya.

6. ‘Urf

‘Urf merupakan suatu perkataan yang sudah dikenal oleh masyarakat dan dilakukan
turun menurun. Contohnya adalah halal bi halal yang dilakukan saat hari raya.

7. Saddzui Dzariah

Sadzzui dzariah merupakan sesuatu yang secara lahiriah boleh, tetapi bisa mengarah ke
kemaksiatan. Contohnya bermain kuis yang mengarah ke perjudian.

8. Qaul Al-Shahabi

Qaul al-shahabi merupakan pendapat sahabat yang berkaitan dengan perkara yang
dirumuskan setelah Rasulullah SAW wafat. Contohnya adalah pendapat Ibnu Abbas yang
menyatakan bahwa kesaksian anak kecil tidak diterima.

9. Syar’u Man Qablana

Syar’u man qablana merupakan hukum Allah SWT yang disyariatkan untuk umat
terdahulu melalui nabi-nabi sebelum Rasulullah. Contohnya adalah kewajiban untuk
berpuasa

Contoh kasusnya adalah Transplantasi katup jantung manusia yang digantikan dengan
katup jantung babi.

 Kias Di dalam bidang medis telah ditemukan cara untuk menggantikan katup jantung
manusia dengan katup jantung babi, dikarenakan adanya kecocokan pada keduanya.
 Ikhtisan Selain itu sangat jarang ada orang yang ingin mendonorkan jantung, oleh
sebab itu dikarenakan kondisi yang darurat transplantasi boleh dilakukan
 Masalihul Mursalah Ada beberapa tanggapan para ulama tentang masalah ini. Ada
yang mengatakan makruh karena babi adalah hewan najis, ada yang mengatakan
bahwa tidak masalah berobat menggunakan hewan najis, ada pula yang mengatakan
haram karena berobat menggunakan hewan

Anda mungkin juga menyukai