Anda di halaman 1dari 7

ORANG INDONESIA DAN TANAHNYA

REVIEW BUKU
BAB 8- PERNYATAAN DOMEIN
ATAS TANAH-TANAH YANG TIDAK DIBUDIDAYAKAN

IDENTITAS BUKU:
JUDUL : ORANG INDONESIA DAN TANAHNYA
PENGARANG : CORNELIS VAN VOLLENHOVEN
PENERBIT : SAJOGYO INSTITUTE, PERKUMPULAN HUMA, STPN PRESS,
TANAH AIR BETA
TAHUN TERBIT : 2013
ISBN : 602-7894-07-5
EDITOR : UPIK DJALINS DAN ANNA MARIANA
PENERJEMAH : SOEWARGONO
TEBAL HALAMAN : xxxviii + 176
UKURAN : 14 X 21 CM

REVIEW ULASAN BAB 8 :


Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam suku budaya dan adat sehingga
dalam buku yang berjudul Indonesia dan tanahnya karya cornelis van vallonhoven beliau
mengajak para pembaca untuk kembali lagi kedalam masa sejarah masyarakat Indonesia
dengan mengeksplorasi sejarah masyarakat adat di Indonesia dalam memperjuangkan hak-
hak berupa tanah sebagai sumber kehidupan. Dalam bab 8 ini cornelis van Vollenhoven
menguraikan pelanggaran hak dan ketidak adilan masyarakat Indonesia atas tanah-tanah yang
tidak dibudidayakan berkembang dengan bebas.
Pada tahun 1894 sebuah surat dari Menteri jajahan menyatakan pernyataan domein
atas tanah yang tidak dibudidayakan dianggap membatasi hak-hak penduduk, sehingga harus
secepat-cepatnya diubah bentuknya. Tapi relasi para birokrat malah menolak mentah-mentah
surat itu, mereka beranggapan lebih paham persoalan di lapangan dari pada seorang menteri
jajahan. Pada akhirnya para birokrat ini membiarkan pendapat Menteri van Dedem ini
menjadi beku, karena tidak pernah dilaksanakan. Bertahun-tahun lamanya pengalaman yang
mendalam telah mengajarkan kepada para birokrat, bahwa domeinverklaring sangat berguna
bagi menentukan arah politik agraria yang baik dan yang sesuai dengan akal (redelijk).
Pemerintah memberikan tanah-tanah kepada masyarakat yang tidak dibudidayakan
sebagai sewa, erfpacht, atau sebagai eigendom tetapi sejak orang mulai memberikan
kesempatan yang luas kepada pengusaha- pengusaha pertanian setiap orang mengakui jika
pemeberian tanah tersebut sangat penting.
Hal tersebut merugikan pihak pemohon, karena sewa agraris dan erfpah agraris bukan
termasuk sewa dan bukan juga erfpah jika di dalam hukum privat. Menurut pasal 720 B. W.
erfpacht merupakan hak kebendaan yakni untuk memperoleh hasil yang banyak yang berasal
dari sebidang tanah orang lain, tetapi tetap membayar dari jumlah pengahsilan yang didapat
(pacht atau conon). Pada tahun 1912 daerah luar Jawa lebih dahulu mendapat izin
penyelidikan tanah untuk tanah pertambangan, menurut peraturan yang dibuatnya salah atau
bahkan menyimpang dari Lembaga burgerlijk wetboek, hal ini menyebabkan pengertian-
pengertian yang di buat tidak dianggap menurut sebagai hak perdata.
Pada tahun 1870 dan 1875 untuk luar Jawa dikeluarkan pernyataan Domein, yang
ditafsirkan dalam 4 poin. Pada poin terakhir menyebutkan “ Semua tanah yang di atasnya
tidak dapat dibuktikan adanya hak eigendom barat, hak eigendom agraris, hak egendom
timur, ataupun juga hak milik pribumi yang masih melekat pada “Hak Ulayat masyarakat
hukum adat.” Pernyataan ini menjadi pemantik dari kekacauan pengertian, sebab setelahnya
keluar definisi lain yang bertentangan satu sama lain dari peraturan 1877, 1878, 1888 di
Sumatera, Manado, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Pernyataan Domein ternyata
gagal, karena menganggap semua tanah pertanian sebagai sebuah aktiva (harta) milik badan
hukum Hindia Belanda, anggapan berdasarkan teori yang sudah tua/usang.
Tahun 1875 keluar sebuah rancangan kebijakan dari seorang Gubernur Jenderal
bernama Baud tentang tanah-tanah yang tidak dibudidayakan dan juga soal pembukaan tanah.
Meskipun peraturan ini cukup sempurna, namun ia telah mengkesampingkan aturan-aturan
dari hukum adat.
Muncul masalah baru terhadap peraturan atas tanah-tanah yang tidak dibudidayakan,
di mana para birokrat selalu saja berkeras hati menurut pengertian mereka sendiri. Mereka
menganggap bahwa hak-hak orang Indonesia atas tanah-tanah yang tidak dibudidayakan itu
masih tidak pasti (Onvast), terus berubah (Veranderlijk), palsu (verkeerd). Maka sebagai
solusi dari pada itu semua dikeluarkan istilah yang berkesan teguh, tidak berubah-ubah dan
bersifat tegas.
Tahun 1894 menteri Mr. W.K. Baron Van Dedem mengeluarkan surat yang
menyatakan bahwa pernyataan domein atas tanah-tanah yang tidak dibudayakan di pulau
Sumatera adalah sebuah anggapan yang tidak perlu dan sangat membatasi hak-hak penduduk,
sehingga harus secepat-cepatnya diubah bentuknya. Tapi relasi para birokrat malah menolak
mentah-mentah surat itu, mereka beranggapan lebih paham persoalan di lapangan, dari pada
seorang menteri jajahan ketahui.

\
Penilaian:
Kekurangan bab 8: antara lain dari pandangan kami yakni bahasa yang digunakan cukup
tinggi dan sulit di pahami dan juga terlalu sering menggunakan Bahasa atau istilah baru, hal
ini yang menyebabkan sulitnya di mengerti bsgi pembaca
Kelebihan bab 8: Dalam bab ini banyak pengertian dan istilah baru yang sebelumnya belum
pernah diketahui, dan Bahasa yang di gunakan menurut kami cukup baik, disamping itu bab
ini menggunakan kata-kata yang cukup tinggi tidak banyak orang dapat cepat memahami.
PESAN MORAL yang di dapat dr bab 8:
Kesimpulan: (saran untuk bab 8)

Anda mungkin juga menyukai