Anda di halaman 1dari 15

LCOY Indonesia 2023 White Paper

Sustainable Collaboration

Sustainable Agriculture

Disusun oleh
Divisi Studies and Research
Green Economy Youth Organization
2 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

Ucapan Terima Kasih


White paper ini dibuat oleh Divisi Studies and Research Green Economy Youth
Organization (GEYO). Isu Sustainable Agriculture adalah prioritas LCOY Indonesia
2023, yang selaras dengan target pemerintah Indonesia untuk mencapai net-zero
emissions pada tahun 2060. Makalah ini merupakan bagian dari upaya untuk
mencantumkan perspektif pemuda ke dalam wacana saat ini, tentang cara mencegah
hilangnya keanekaragaman hayati dan peluang untuk melestarikan keanekaragaman
hayati di Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengilhami kami
melalui seminar, wawancara, dan diskusi mendalam lainnya: Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Centre for Strategic and International Studies,
dan Climate Unit Foreign Policy Community of Indonesia.

Opini yang ditulis di dalam makalah ini adalah tanggung jawab penuh penulis. Setiap
kelalaian, ketidakakuratan, atau ketidaksesuaian adalah milik kami sendiri. Tidak ada
dukungan secara tersirat maupun tersurat untuk entitas komersial atau produk apa
pun yang disebutkan dalam publikasi ini.
3 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih.....................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................................ 3
Ringkasan Eksekutif......................................................................................................4
Daftar Istilah.................................................................................................................. 5
A. PENDAHULUAN......................................................................................................... 6
B. TANTANGAN DAN PELUANG..................................................................................... 9
I. Tantangan......................................................................................................................10
II. Peluang......................................................................................................................... 11
C. JALAN KE DEPAN.....................................................................................................13
REFERENSI................................................................................................................... 14
4 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

Ringkasan Eksekutif
Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat. Namun
demikian, sektor pertanian masih memainkan peran penting karena selain
berkontribusi dalam menyediakan pasokan makanan, juga berkontribusi pada
pendapatan devisa. Selain itu, kesejahteraan sosial-ekonomi relatif masih menjadi
masalah para petani di Indonesia. Strategi yang efektif untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut diperlukan.

Merangkul pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk mendorong


pertumbuhan ekonomi seluruh pedesaan karena dapat meningkatkan produktivitas di
sektor pertanian. Dorongan sektor pertanian di desa, contohnya, secara empiris dapat
merangsang pertumbuhan sektor nonpertanian, dengan satu persen pertumbuhan
sektor pertanian mendorong pertumbuhan 1,2% dari sektor non-pertanian. Oleh karena
itu, strategi pembangunan pedesaan yang berfokus pada pengembangan sektor
pertanian dapat memberikan dorongan besar untuk mencapai sektor pedesaan yang
tumbuh cepat dan dinamis.

Pertanian berkelanjutan tidak hanya penting bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga
untuk keanekaragaman hayati dan pengurangan limbah. Praktik pertanian
berkelanjutan dapat membantu melestarikan keanekaragaman hayati negara dan
mencegah perusakan habitat alami berbagai organisme. Selain itu, pertanian
berkelanjutan dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh praktik pertanian,
seperti pupuk kimia dan pestisida, yang dapat berdampak negatif bagi lingkungan.

Analisis kemiskinan partisipatif di tingkat desa menunjukkan bahwa turbulensi alam


umumnya sangat memengaruhi kesejahteraan petani. Selain itu, kekeringan dan banjir
telah menyebabkan kegagalan panen di berbagai daerah sehingga memengaruhi
penduduk desa yang mengandalkan hasil sawah sebagai sumber pendapatan utama.
Praktik pertanian berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan terhadap perubahan
iklim, meningkatkan kesehatan tanah, dan mempromosikan keanekaragaman hayati,
yang pada akhirnya mengarah pada mata pencaharian yang lebih berkelanjutan bagi
petani.
5 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

Daftar Istilah
● Value-based: production and ● Social factors: hubungan
marketing and channel that antarpribadi petani.
maintains the identity of the ● Cognitive factors: pembelajaran
farmers and ranchers who grow dan penalaran tentang praktik
or raise a product, and that berkelanjutan tertentu.
preserves the social, ● Gambut: Tanah yang terbentuk
environmental, and community dari penumpukan tumbuhan
values that are incorporated into yang sebagian sudah membusuk
production. dan kaya akan bahan organik
● Environmentally friendly: disebut sebagai jenis tanah
Barang dan jasa, tertentu
undang-undang, pedoman, dan ● Climate-smart agriculture
kebijakan yang menyatakan (CSA): pendekatan terpadu
pengurangan, minimalisasi, atau dalam mengelola lanskap
tidak adanya kerusakan pada pertanian, peternakan,
ekosistem atau lingkungan. kehutanan, dan perikanan untuk
● Dispositional factors: mengatasi tantangan yang saling
kecenderungan internal petani terkait yaitu ketahanan pangan
untuk berperilaku tertentu. dan perubahan iklim yang
semakin cepat.
6 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

A. PENDAHULUAN

Pentingnya sustainable agriculture

Pertanian berkelanjutan menjaga keseimbangan dalam produksi pertanian.


Pertanian berkelanjutan merupakan pendekatan yang menekankan efisiensi
dalam produksi produk pertanian yang aman dan berkualitas tinggi, dengan
cara melindungi dan meningkatkan keadaan lingkungan, melindungi aspek
sosial dan ekonomi petani, masyarakat lokal, dan seluruh pemangku
kepentingan, menjaga kesehatan serta kesejahteraan semua jenis makhluk
hidup yang dibudidayakan1. Praktik pertanian berkelanjutan membantu
memastikan bisnis di seluruh rantai pasokan memiliki sumber produk yang
dapat diandalkan. Pada saat yang sama, keandalan tersebut menciptakan
peluang baru untuk peningkatan merek guna dan memenuhi permintaan
konsumen. Pengadaan secara berkelanjutan adalah pembeda di pasar, dan para
pedagang ritel semakin mencari petani untuk menyediakan produk yang
dihasilkan secara berkelanjutan.

Pertanian berkelanjutan menjaga kebutuhan generasi masa depan. Tujuan dari


pertanian berkelanjutan adalah untuk memenuhi kebutuhan makanan dan tekstil
masyarakat saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri2. Praktisi pertanian berkelanjutan
berusaha untuk mengintegrasikan tiga tujuan utama dalam pekerjaan mereka,
yaitu lingkungan yang sehat, keuntungan ekonomi, serta keseimbangan sosial
dan ekonomi. Setiap orang yang terlibat dalam sistem pangan, mulai dari petani,
pengolah makanan, distributor, pedagang ritel, konsumen, hingga pengelola
limbah, dapat berperan dalam memastikan sistem pertanian yang berkelanjutan.

Fokus pada praktik pertanian berkelanjutan adalah keseimbangan sistem.


Praktik umum yang digunakan oleh orang-orang yang bekerja di bidang
pertanian dan sistem pangan yang berkelanjutan di antaranya berfokus kepada
peningkatan kesehatan tanah, peminimalan penggunaan air, dan penurunan
tingkat polusi di ladang. Konsumen dan pedagang ritel yang peduli dengan
keberlanjutan dapat mencari makanan "value-based" yang ditanam dengan
metode-metode yang mendukung fokus-fokus tersebut3. Namun, pertanian
berkelanjutan bukan hanya kumpulan praktik. Ini juga merupakan proses
negosiasi: dorongan dan tarik-menarik antara kepentingan yang terkadang
bersaing dari petani individu atau orang-orang dalam masyarakat ketika mereka
bekerja untuk memecahkan masalah yang kompleks tentang bagaimana kita
menumbuhkan makanan dan serat kita.

1
Introduction to Sustainable Agriculture. (2015, July). Omafra.gov.on.ca.
http://omafra.gov.on.ca/english/busdev/facts/15-023.htm
2
Doval, C. (2018, December 11). What is Sustainable Agriculture? Sustainable Agriculture Research & Education Program.
https://sarep.ucdavis.edu/sustainable-ag
3
Ibid.
7 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

Emisi dari sektor pertanian perlu dikhawatirkan. Pertanian merupakan salah satu
sektor yang memberikan dampak signifikan terhadap emisi gas rumah kaca
yang menyebabkan perubahan iklim. Emisi yang dihasilkan pertanian umumnya
berasal dari penggunaan energi, aktivitas industri, dan pengelolaan limbah.
Meskipun emisi terkait pangan global tumbuh lebih lambat dibandingkan
dengan pertumbuhan populasi, secara regional, beberapa daerah mengalami
peningkatan emisi yang pesat. Sistem pangan dunia bertanggung jawab atas
lebih dari sepertiga emisi gas rumah kaca antropogenik global4.

Perhatian pada pendanaan pertanian berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini,


World Bank Group (WBG) tengah mengembangkan pertanian berkelanjutan
yang dapat menghasilkan produktivitas yang meningkat, ketahanan yang lebih
baik, dan mengurangi emisi gas rumah kaca5. Pada tahun 2020, 52 persen
pendanaan World Bank di sektor pertanian ditujukan untuk adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim. Namun, ada tantangan dalam penerapannya, seperti
menurunnya luasan sawah di luar Pulau Jawa. Selain itu, program lumbung
pangan atau food estate di atas lahan gambut dianggap berisiko menyebabkan
kerusakan dan degradasi lingkungan6.

Faktor yang diperlukan untuk membangun pertanian yang berkelanjutan. Untuk


mencapai pertanian yang berkelanjutan, diperlukan pemahaman yang luas,
mulai dari ilmu alam hingga ilmu sosial dan ekonomi7. Selain itu, promosi
pengetahuan teknis pada petani tentang pertanian berkelanjutan, kebijakan
publik untuk mempromosikan keberlanjutan pertanian, dan insentif keuangan
dari pemerintah juga menjadi faktor penting8. Selain itu, perubahan drastis
dalam konsumsi sumber daya dan pengurangan limbah juga diperlukan untuk
mencapai sistem pangan yang berkelanjutan dan sehat untuk semua. Perbaikan
produktivitas juga diperlukan melalui intensifikasi pertanian berkelanjutan yang
dapat membangun ketahanan petani, masyarakat, dan biosfer9.

Mengapa isu ini relevan untuk pemuda?

Pemuda adalah pewaris bumi beserta lingkungannya yang ada saat ini. Tidak
menerapkan sustainable waste management akan memiliki konsekuensi yang
buruk untuk generasi masa depan. Dengan semakin meningkatnya laju populasi
dan urbanisasi, sampah yang dihasilkan akan semakin masif. Jika sampah
tersebut tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan dampak kesehatan dan

4
Crippa, M., Solazzo, E., Guizzardi, D., Monforti-Ferrario, F., Tubiello, F. N., & Leip, A. (2021). Food Systems Are Responsible
for a Third of Global Anthropogenic GHG Emissions. Nature Food, 2(3), 198–209. https://doi.org/10.1038/s43016-021-00225-9
5
The World Bank. (2021). Climate-Smart Agriculture. World Bank. https://www.worldbank.org/en/topic/climate-smart-agriculture
6
Kompas. (2018, November 26). Accuracy of Agricultural Land Data. Kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/english/2018/11/26/accuracy-of-agricultural-land-data
7
Rockström, J., Williams, J., Daily, G., Noble, A., Matthews, N., Gordon, L., Wetterstrand, H., DeClerck, F., Shah, M., Steduto,
P., de Fraiture, C., Hatibu, N., Unver, O., Bird, J., Sibanda, L., & Smith, J. (2016). Sustainable intensification of agriculture for
human prosperity and global sustainability. Ambio, 46(1), 4–17. https://doi.org/10.1007/s13280-016-0793-6
8
Barbosa Junior, M., Pinheiro, E., Sokulski, C. C., Ramos Huarachi, D. A., & de Francisco, A. C. (2022). How to Identify
Barriers to the Adoption of Sustainable Agriculture? A Study Based on a Multi-Criteria Model. Sustainability, 14(20), 13277.
https://doi.org/10.3390/su142013277
9
Rockström., Op. Cit.
8 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

lingkungan yang signifikan terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk


dengan biaya untuk mengatasi dampak ini jauh lebih tinggi daripada biaya untuk
mengembangkan dan mengoperasikan sistem sustainable waste management
saat. Dengan memperhatikan isu ini, generasi pemuda dapat memainkan peran
penting dalam memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan meningkatkan
kesehatan masyarakat.

Pemuda adalah agen perubahan yang inovatif dan kreatif. Pemuda merupakan
generasi yang semakin menyadari akan pentingnya keberlanjutan lingkungan
hidup dan berpotensi untuk menjadi agen perubahan dalam mendorong
perubahan perilaku dan mengembangkan solusi inovatif untuk sustainable
waste management. Mereka juga merupakan konsumen yang berdaya beli
tinggi dan dapat mempengaruhi keputusan bisnis yang berkelanjutan. Menurut
survei, mayoritas anak muda Indonesia peduli terhadap isu lingkungan,
termasuk isu sampah. Dalam survei Indikator Politik Indonesia, 62% responden
dari kalangan anak muda menganggap masalah sampah sebagai isu lingkungan
yang paling penting. Sehingga, pemuda dapat menjadi katalisator perubahan
yang dapat membantu mengatasi isu sampah di Indonesia.

Pemuda adalah pemimpin di masa depan. Sebagai pemimpin masa depan, isu
sustainable agriculture menjadi sangat penting karena mereka akan menjadi
pengambil keputusan dan pembuat kebijakan. Dengan memahami pentingnya
sustainable agriculture, mereka dapat memperjuangkan dan mempromosikan
praktik-praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam pengelolaan
pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan edukasi
dan pemahaman mengenai sustainable agriculture agar pemuda memiliki
pengetahuan yang komprehensif dan dapat menjadi pemimpin masa depan
yang peduli terhadap isu lingkungan terutama masalah sampah di Indonesia.

Tujuan dari white paper ini

White paper ini bertujuan untuk membahas beberapa isu terkait sustainable
agriculture yang krusial bagi pemuda, memberikan rincian tantangan yang
dihadapi dalam mengatasi masalah ini, dan mencari kesempatan untuk
perubahan yang lebih baik. White paper ini memiliki dua tujuan utama: Pertama,
sebagai bahan diskusi bagi para delegasi LCOY Indonesia 2023 dalam rangka
membantu menyusun Communique, yang akan disampaikan kepada para
pemimpin lokal dan nasional sebagai bagian dari LCOY. Kedua, sebagai
referensi tambahan bagi pemuda yang tertarik dengan isu sustainable
agriculture, serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk terlibat dalam
memberikan solusi kreatif dan inovatif untuk sustainable agriculture di
daerahnya sesuai dengan kearifan lokal masing-masing.
9 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

B. TANTANGAN DAN PELUANG

Climate-smart agriculture sebagai usaha pengelolaan berkelanjutan.


Climate-smart agriculture (CSA) merupakan pendekatan terpadu dalam
mengelola lanskap pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan untuk
mengatasi tantangan yang saling terkait yaitu ketahanan pangan dan
perubahan iklim yang semakin cepat10. CSA bertujuan untuk mencapai tiga hasil
sekaligus, yaitu meningkatkan produktivitas, meningkatkan ketahanan, serta
mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan meningkatkan produktivitas
pertanian, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan keamanan pangan,
terutama bagi 75 persen penduduk miskin di daerah pedesaan yang bergantung
pada pertanian sebagai sumber penghidupan11. Dengan meningkatkan
ketahanan pertanian, diharapkan dapat mengurangi kerentanan terhadap
bencana seperti kekeringan, serangan hama, dan perubahan pola cuaca yang
ekstrem. Selain itu, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, diharapkan
dapat membantu menjaga keseimbangan lingkungan dan mengurangi dampak
negatif perubahan iklim.

Perhatian kepada tiga faktor pendorong perilaku pertanian berkelanjutan. Faktor


perilaku yang perlu diperhatikan dalam pertanian berkelanjutan dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu faktor disposisi, sosial, dan kognitif12. Untuk mengatasi
faktor disposisi, dapat dilakukan dengan membagi petani secara tidak langsung
berdasarkan karakteristik sosiodemografi dan geografis serta merancang
campuran skema wajib dan sukarela. Sedangkan untuk mengatasi faktor sosial,
dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan norma deskriptif, memberikan
pengakuan sosial atas usaha petani, dan memberitahu mereka tentang kinerja
lingkungan mereka yang relatif buruk. Untuk mengatasi faktor kognitif, dapat
dilakukan dengan meningkatkan kesadaran petani tentang praktik berkelanjutan
dan meningkatkan fleksibilitas skema agri-lingkungan13.

Berdasarkan karakteristik petani lokal, teknologi dan praktik pertanian yang


relevan secara substansial, terjangkau secara finansial, dan dapat diterima
secara sosial harus diprioritaskan14.

10
The World Bank., Op. Cit.
11
Ibid.
12
Dessart, F. J., Barreiro-Hurlé, J., & van Bavel, R. (2019). Behavioural factors affecting the adoption of sustainable farming
practices: a policy-oriented review. European Review of Agricultural Economics, 46(3), 417–471.
https://doi.org/10.1093/erae/jbz019
13
Ibid.
14
Benyamin Lakitan, Lindi Lindiana, Widuri, L. I., Kartika Kartika, Siaga, E., Meihana, M., & Wijaya, A. (2019). Inclusive and
Ecologically-Sound Food Crop Cultivation at Tropical Non-Tidal Wetlands in Indonesia. AGRIVITA, Journal of Agricultural
Science, 41(1), 23–31. https://agrivita.ub.ac.id/index.php/agrivita/article/view/1717/1034
10 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

I. Tantangan

Potensi trade-offs antara satu aspek dengan aspek lainnya. Untuk memandu
pengembangan pendekatan baru dan transisi keberlanjutan dalam pertanian,
terdapat lima prinsip penting yang harus diikuti15:

● Prinsip 1: Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya sangat


penting untuk pertanian yang berkelanjutan;
● Prinsip 2: Keberlanjutan memerlukan tindakan langsung untuk
melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya alam;
● Prinsip 3: Pertanian yang tidak melindungi dan meningkatkan
penghidupan dan kesejahteraan sosial pedesaan tidak berkelanjutan;
● Prinsip 4: Pertanian berkelanjutan harus meningkatkan ketahanan
masyarakat, komunitas, dan ekosistem, terutama terhadap perubahan
iklim dan volatilitas pasar;
● Prinsip 5: Tata kelola yang baik penting untuk keberlanjutan kedua
sistem, baik alam maupun manusia.

Insentif dan kebijakan dari berbagai institusi yang belum optimal. Untuk
mendorong adopsi praktik berkelanjutan, diperlukan kebijakan dan institusi
yang memberikan insentif, mengenakan regulasi dan biaya untuk tindakan
yang merusak sumber daya alam, serta memfasilitasi akses ke pengetahuan
dan sumber daya yang diperlukan16.

Integrasi pengetahuan lokal dan nasional belum signifikan. Praktik pertanian


berkelanjutan harus memanfaatkan teknologi, riset, dan pengembangan,
dengan integrasi pengetahuan lokal yang lebih kuat daripada masa lalu. Hal
ini akan memerlukan kemitraan baru dan lebih kokoh antara organisasi teknis
yang berorientasi investasi17.

Pengelolaan pertanian berkelanjutan perlu fokus pada tindakan berbasis


data. Perencanaan dan pengelolaan berbasis bukti dari sektor pertanian
memerlukan statistik yang sesuai, informasi geospasial dan peta, informasi
dan pengetahuan kualitatif18. Analisis harus berfokus pada sistem produksi
dan sumber daya alam dan sosial-ekonomi yang mendasarinya. Tantangan
terkait persediaan dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam seringkali
melampaui batas negara. Mekanisme dan proses tata kelola internasional
harus mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan (dan pembagian manfaat
yang adil) di semua sektor pertanian, melindungi sumber daya alam, dan
mencegah kerusakan tambahan.

15
FAO. (n.d.). Sustainable agriculture | Sustainable Development Goals | Food and Agriculture Organization of the United
Nations. Www.fao.org.
https://www.fao.org/sustainable-development-goals/overview/fao-and-the-2030-agenda-for-sustainable-development/sustainabl
e-agriculture/en/
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
11 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

Tenaga kerja khusus dan pengetahuan teknis sebagai hambatan terbesar.


Dalam tinjauan pustaka, teridentifikasi adanya beberapa hambatan yang
dijelaskan dalam bagian 2, yaitu "Kebudayaan", "Pengetahuan teknis",
"Kerjasama", "Hukum dan standar", "Insentif", "Penggunaan agrokimia",
"Pengendalian hama", "Perubahan dan pengelolaan iklim", "Pengembalian
keuangan rendah", "Kekurangan modal", dan "Insentif keuangan". Diantara
hambatan-hambatan tersebut, yang paling berpengaruh adalah kurangnya
tenaga kerja khusus dan pengetahuan teknis, yang disebabkan oleh
kurangnya insentif publik dan keterlibatan petani yang buruk19. Namun, hal ini
juga dapat menjadi peluang untuk melakukan upaya-upaya untuk memenuhi
permintaan penggunaan praktik-praktik yang berkelanjutan.

Organisasi eksternal pemerintah tidak dapat bergerak signifikan. pertanian


berkelanjutan memiliki keterbatasan dalam mempromosikan solusi pro-miskin
pada krisis agraria. Hal ini disebabkan oleh posisi sosial aktivis utama
organisasi dan hubungan sosial yang mereka bentuk untuk mencapai tujuan
mereka20. Oleh karena itu, solusi yang dirumuskan oleh organisasi tersebut
seringkali dirancang untuk mengesankan orang luar daripada memenuhi
kebutuhan langsung komunitas.

Kepentingan elite yang tumpang-tindih pada proyek berkelanjutan. Aktivis


yang bekerja dengan komunitas pedesaan seringkali lebih mementingkan
kepentingan elite pedesaan daripada aktor marginal seperti wanita dan buruh
tanah21.

II. Peluang

Potensi integrasi dan kerja sama antara pemerintah dan swasta yang besar.
Pembentukan jaringan kerja sama memungkinkan badan publik dan swasta
untuk menciptakan undang-undang dan regulasi yang membantu berbagi
informasi, sehingga petani memahami manfaat pertanian berkelanjutan22.

Potensi pengelolaan ekosistem gambut secara modern. Ekosistem gambut


merupakan hasil interaksi tiga komponen yang saling terkait, yakni tumbuhan,
air, dan tanah gambut. Peneliti World Resources Institute (WRI) Indonesia,
Dede Sulaeman, menjelaskan bahwa keterkaitan ini membuat salah satu
komponen dapat berubah apabila terdapat perubahan pada komponen
lainnya23. Lahan gambut memiliki karakteristik kandungan bahan organik
yang tinggi dan mampu menahan air. Namun, kapasitas menahan beban,
tingkat keasaman, dan kesuburan lahan gambut juga rendah jika

19
Barbosa Junior, M., Pinheiro, E., Sokulski, C. C., Ramos Huarachi, D. A., & de Francisco, A. C., Op. Cit.
20
Brown, T. (2016). Civil society organizations for sustainable agriculture: negotiating power relations for pro-poor development
in India. Agroecology and Sustainable Food Systems, 40(4), 381–404. https://doi.org/10.1080/21683565.2016.1139648
21
Ibid.
22
Barbosa., Op. Cit.
23
PANDU, P. (2021, October 29). Pertanian di Lahan Gambut Harus Berkelanjutan. Kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2021/10/29/pertanian-di-lahan-gambut-harus-berkelanjutan
12 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

dibandingkan dengan lahan mineral. Meski sebagian besar orang


menganggap lahan gambut sebagai lahan tidur yang tak bisa dimanfaatkan,
lahan gambut tetap dapat digunakan untuk aktivitas pertanian bila dilakukan
secara berkelanjutan. Dengan menggemburkan tanah dengan sistem surjan
dan paludikultur, ia berhasil menanam cabai, terong, dan oyong. Penggunaan
produk pengurang pestisida juga membantu petani mengefisiensikan biaya
pembelian pestisida hingga 10-40 persen dan mengurangi risiko kesehatan
akibat paparan pestisida hingga sekitar 50 persen.

Pengelolaan berkelanjutan mereduksi pengeluaran petani pada pestisida.


Perusahaan telah menjual produk pengurang pestisida dan berhasil
mengurangi penggunaan pestisida hingga lebih dari 1 juta liter kepada 22
korporasi dan 1.000 petani di 15 provinsi di Indonesia. Nilai penghematan dari
pengurangan penggunaan pestisida mencapai 535.714 dollar AS24.

Keterkaitan antar subtheme

Sustainable waste management, sustainable agriculture, dan biodiversity


loss adalah masalah yang saling berhubungan. Praktik unsustainable
agriculture dapat menyebabkan polusi tanah dan air, yang dapat berdampak
negatif terhadap pengaturan sampah berkelanjutan dan keanekaragaman
hayati. Di sisi lain, praktik sustainable agriculture dapat berkontribusi untuk
mengurangi sampah dan mempromosikan sustainable waste management.
Selain itu, praktik sustainable agriculture dapat membantu melestarikan
keanekaragaman hayati dengan mempromosikan konservasi habitat alami
dan mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk berbahaya.
Keanekaragaman hayati yang terjaga pada akhirnya dapat meningkatkan
pertanian dan kapasitas dalam mengadopsi sustainable waste management.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan ketiga aspek tersebut karena
saling berkaitan dan mempengaruhi melalui sustainable collaboration yang
melibatkan peran pemuda dengan berbagai stakeholders di Indonesia agar
dapat mencapai target net-zero emissions pada tahun 2060.

24
J, M. P. J. (2021, February 10). Pengurang Pestisida Topang Pertanian Berkelanjutan. Kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/02/10/pengurang-pestisida-topang-pertanian-berkelanjutan
13 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

C. JALAN KE DEPAN

Menghadapi perubahan yang cepat dan meningkatnya ketidakpastian,


keberlanjutan harus dipandang sebagai proses, bukan sebagai titik akhir
yang ditentukan secara tunggal untuk dicapai25.

Indikator paling penting (dari pengaruh) pada peraturan perkembangan


pertanian berkelanjutan di tingkat provinsi termasuk luas sawah irigasi,
infrastruktur pertanian, produktivitas padi, penggunaan pupuk kimia dan
organik, indeks tanam-tanaman, kesesuaian lahan, petugas dan institusi
ekstensi pertanian, serta aksesibilitas desa26.

Pemerintah Indonesia perlu lebih fokus pada dimensi teknologi karena


keberlanjutannya yang rendah. Tanpa inovasi teknologi, sulit untuk mencapai
keberlanjutan pertanian padi, yang pada gilirannya akan membahayakan
kedaulatan pangan di negara ini27. Petani lokal harus ditempatkan pada pusat
panggung28.

25
FAO., Op. Cit.
26
Mucharam, I., Rustiadi, E., Fauzi, A., & Harianto. (2020). Assessment of Rice Farming Sustainability: Evidence from
Indonesia Provincial Data. International Journal of Sustainable Development and Planning, 15(8), 1323–1332.
https://doi.org/10.18280/ijsdp.150819
27
Ibid.
28
Benyamin Lakitan, Lindi Lindiana, Widuri, L. I., Kartika Kartika, Siaga, E., Meihana, M., & Wijaya, A., Op. Cit.
14 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

REFERENSI
Barbosa Junior, M., Pinheiro, E., Sokulski, C. affecting the adoption of
C., Ramos Huarachi, D. A., & de sustainable farming practices: a
Francisco, A. C. (2022). How to policy-oriented review. European
Identify Barriers to the Adoption of Review of Agricultural Economics,
Sustainable Agriculture? A Study 46(3), 417–471.
Based on a Multi-Criteria Model. https://doi.org/10.1093/erae/jbz019
Sustainability, 14(20), 13277. Doval, C. (2018, December 11). What is
https://doi.org/10.3390/su14201327 Sustainable Agriculture?
7 Sustainable Agriculture Research &
Benyamin Lakitan, Lindi Lindiana, Widuri, L. Education Program.
I., Kartika Kartika, Siaga, E., https://sarep.ucdavis.edu/sustainab
Meihana, M., & Wijaya, A. (2019). le-ag
Inclusive and Ecologically-Sound FAO. (n.d.). Sustainable agriculture |
Food Crop Cultivation at Tropical Sustainable Development Goals |
Non-Tidal Wetlands in Indonesia. Food and Agriculture Organization
AGRIVITA, Journal of Agricultural of the United Nations. Www.fao.org.
Science, 41(1), 23–31. https://www.fao.org/sustainable-de
https://agrivita.ub.ac.id/index.php/a velopment-goals/overview/fao-and-
grivita/article/view/1717/1034 the-2030-agenda-for-sustainable-d
Brown, T. (2016). Civil society organizations evelopment/sustainable-agriculture/
for sustainable agriculture: en/
negotiating power relations for Introduction to Sustainable Agriculture.
pro-poor development in India. (2015, July). Omafra.gov.on.ca.
Agroecology and Sustainable Food http://omafra.gov.on.ca/english/bus
Systems, 40(4), 381–404. dev/facts/15-023.htm
https://doi.org/10.1080/21683565.2 J, M. P. J. (2021, February 10). Pengurang
016.1139648 Pestisida Topang Pertanian
Crippa, M., Solazzo, E., Guizzardi, D., Berkelanjutan. Kompas.id.
Monforti-Ferrario, F., Tubiello, F. N., https://www.kompas.id/baca/ekono
& Leip, A. (2021). Food Systems Are mi/2021/02/10/pengurang-pestisida
Responsible for a Third of Global -topang-pertanian-berkelanjutan
Anthropogenic GHG Emissions. Kompas. (2018, November 26). Accuracy of
Nature Food, 2(3), 198–209. Agricultural Land Data. Kompas.id.
https://doi.org/10.1038/s43016-021- https://www.kompas.id/baca/englis
00225-9 h/2018/11/26/accuracy-of-agricultur
Dessart, F. J., Barreiro-Hurlé, J., & van al-land-data
Bavel, R. (2019). Behavioural factors
15 LCOY Indonesia 2023 White Paper | Sustainable Collaboration

Mucharam, I., Rustiadi, E., Fauzi, A., & https://www.worldbank.org/en/topic


Harianto. (2020). Assessment of /climate-smart-agriculture
Rice Farming Sustainability:
Evidence from Indonesia Provincial
Data. International Journal of
Sustainable Development and
Planning, 15(8), 1323–1332.
https://doi.org/10.18280/ijsdp.15081
9
OKTAVIA, V. (2020, August 11). Daerah
Didorong Menetapkan Lahan
Pertanian Berkelanjutan. Kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/nusant
ara/2020/08/11/daerah-didorong-m
enetapkan-lahan-pertanian-berkela
njutan
PANDU, P. (2021, October 29). Pertanian di
Lahan Gambut Harus Berkelanjutan.
Kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/ilmu-p
engetahuan-teknologi/2021/10/29/p
ertanian-di-lahan-gambut-harus-be
rkelanjutan
Rockström, J., Williams, J., Daily, G., Noble,
A., Matthews, N., Gordon, L.,
Wetterstrand, H., DeClerck, F.,
Shah, M., Steduto, P., de Fraiture,
C., Hatibu, N., Unver, O., Bird, J.,
Sibanda, L., & Smith, J. (2016).
Sustainable intensification of
agriculture for human prosperity
and global sustainability. Ambio,
46(1), 4–17.
https://doi.org/10.1007/s13280-016-
0793-6
The World Bank. (2021). Climate-Smart
Agriculture. World Bank.

Anda mungkin juga menyukai