Anda di halaman 1dari 19

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus pada Anak PAUD melalui Penggunaan

Permainan Edukatif
Tabita Regi 1) Siska Meirita2)
1)
Mahasiswa PG PAUD, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka
2)
Dosen PG PAUD, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka
E-mail :
tabitaregi@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak PAUD melalui
penggunaan permainan edukatif. Subjek penelitian ini adalah anak-anak berusia 4—5 tahun dari kelas B di
sebuah lembaga PAUD di daerah tertentu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini melibatkan 60 anak, terdiri dari 30 anak laki-laki dan 30 anak perempuan, yang dipilih secara
acak sebagai sampel penelitian. Dalam periode penelitian yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus meliputi
10 sesi permainan edukatif. Pada akhir setiap siklus, dilakukan pengukuran kemampuan motorik halus anak
menggunakan tes yang telah terstandarisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan permainan edukatif secara signifikan meningkatkan
kemampuan motorik halus pada anak-anak PAUD. Pada siklus 1, terdapat peningkatan rata-rata sebesar 20%
dalam kemampuan motorik halus anak. Selama siklus 2, terjadi peningkatan tambahan sebesar 15%, sehingga
total peningkatan kemampuan motorik halus mencapai 35%.
Pembahasan hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan edukatif mampu memberikan stimulus yang
efektif untuk melatih dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak-anak PAUD. Faktor-faktor seperti
tipe permainan, durasi, dan frekuensi penggunaan permainan edukatif dapat berpengaruh terhadap tingkat
peningkatan kemampuan motorik halus. Selain itu, perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam
peningkatan kemampuan motorik halus juga dapat diamati.
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman tentang peran permainan edukatif
dalam pengembangan kemampuan motorik halus pada anak-anak PAUD. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi bagi lembaga-lembaga PAUD dan pihak terkait dalam merancang program
pembelajaran yang lebih efektif dan berfokus pada pengembangan motorik halus anak-anak.

Kata Kunci : Peningkatan, Motorik Halus, Permainan Edukatif

Abstract
This study aims to improve fine motor skills in PAUD children through the use of educational games. The
subjects of this study were children aged 4—5 years from class B in an PAUD institution in a certain area.
The data analysis technique used in this research is quantitative descriptive analysis.
This study involved 60 children, consisting of 30 boys and 30 girls, who were randomly selected as the
research sample. In the research period which consisted of two cycles, each cycle included 10 educational
game sessions. At the end of each cycle, the children's fine motor skills were measured using standardized
tests.
The results showed that the use of educational games significantly improves fine motor skills in PAUD
children. In cycle 1, there was an average increase of 20% in children's fine motor skills. During cycle 2,
there was an additional increase of 15%, bringing the total increase in fine motor skills to 35%.
The discussion of the results of the study shows that educational games are able to provide an effective
stimulus to train and improve the fine motor skills of PAUD children. Factors such as the type of game,
duration, and frequency of use of educational games can affect the level of improvement in fine motor skills.
In addition, differences between boys and girls in the improvement of fine motor skills can also be observed.
This research contributes to increasing understanding of the role of educational games in the development of
fine motor skills in PAUD children. The results of this study can be used as a reference for PAUD institutions
and related parties in designing learning programs that are more effective and focus on developing
children's fine motor skills.

Keywords : improvement, fine motor, educational games


Pendahuluan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan tahap penting dalam perkembangan anak,

di mana mereka mulai mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang akan

membentuk pondasi bagi kemampuan belajar yang lebih kompleks di masa depan. Salah

satu aspek yang perlu diperhatikan dalam perkembangan anak PAUD adalah kemampuan

motorik halus. Kemampuan motorik halus melibatkan koordinasi gerakan kecil pada

tangan, jari, dan pergelangan tangan. Kemampuan ini sangat penting bagi anak-anak dalam

melakukan aktivitas sehari-hari seperti menulis, menggambar, memasak, mengikat tali

sepatu, dan masih banyak lagi. Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak PAUD

memiliki dampak positif dalam mengembangkan kemandirian, kreativitas, dan kemampuan

akademik mereka. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus pada anak PAUD adalah penggunaan permainan edukatif.

Permainan edukatif dirancang khusus untuk merangsang perkembangan anak dengan cara

yang menyenangkan dan interaktif. Dalam permainan ini, anak-anak diberikan kesempatan

untuk melibatkan dan mengontrol gerakan tangan mereka dengan menggunakan berbagai

bahan, alat, atau perangkat yang dirancang sesuai dengan kebutuhan perkembangan

mereka.

Permainan edukatif menawarkan beragam aktivitas yang dapat memperkuat otot-otot halus

anak dan meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan mereka. Misalnya,

menggenggam pensil atau kuas dalam proses mewarnai atau melukis, memainkan

permainan menyusun balok atau puzzle, memanipulasi bahan seperti modeling clay, dan

menggunakan alat seperti gunting atau pensil warna. Semua ini membantu mengasah

kemampuan motorik halus anak dengan cara yang menyenangkan dan menantang.
Selain itu, permainan edukatif juga dapat melibatkan interaksi sosial antara anak-anak,

yang mendukung perkembangan keterampilan sosial mereka. Anak-anak dapat belajar

berbagi, berkolaborasi, berkomunikasi, dan menghargai kontribusi orang lain dalam

lingkungan bermain yang terstruktur. Ini tidak hanya meningkatkan kemampuan motorik

halus mereka, tetapi juga membantu membangun keterampilan sosial yang penting untuk

interaksi sehari-hari.

Dalam era teknologi yang terus berkembang, permainan edukatif juga telah meluas ke

dalam bentuk aplikasi dan perangkat lunak yang dapat diakses melalui perangkat

elektronik seperti tablet atau smartphone. Meskipun demikian, penting untuk memastikan

bahwa permainan elektronik yang dipilih tetap mendukung pengembangan kemampuan

motorik halus anak dan bukan hanya sebagai bentuk hiburan semata.

Dengan memanfaatkan permainan edukatif yang tepat, guru dan orang tua dapat membantu

meningkatkan kemampuan motorik halus anak PAUD secara efektif. Melalui pengalaman

belajar yang menyenangkan dan interaktif, anak-anak dapat mengemb

angkan kemampuan motorik halus yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa

depan. Oleh karena itu, penelitian dan implementasi permainan edukatif yang tepat

merupakan hal yang penting dalam pendidikan anak PAUD.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah bentuk pendidikan yang sangat

mendasar yang menawarkan kepada anak usia dini kerangka dasar untuk konstruksi

dan pengembangan informasi, sikap, dan kemampuan mendasar. Pendidikan anak usia

dini menurut Santoso (2004:11) adalah “pendidikan yang menentukan pembentukan

kepribadian anak”. Pasal 12 Ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989


tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi, “Selain jenjang pendidikan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan pendidikan prasekolah”.

Pendidikan adalah pembelajaran yang disusun untuk membantu manusia agar lebih

terdidik sedini mungkin dan sepanjang hayatnya, serta untuk membangun kepribadian,

pengetahuan, dan kemampuan yang berfungsi sebagai landasan pendidikan dasar.

Dalam rangka mendorong pertumbuhan jasmani dan rohani anak serta mempersiapkan

mereka untuk pendidikan lebih lanjut, maka pendidikan anak usia dini sangatlah

penting. Seseorang hanya mengalami masa kanak-kanak sekali dalam hidup mereka,

yang merupakan waktu yang tepat. waktu yang tepat untuk menetapkan dasar bagi

pertumbuhan fisik, linguistik, sosial-emosional, konsep diri, dan artistik anak.

“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

pelaksanaan berbagai prakarsa khusus program anak usia dini menurut Santoso

(2004: 27) penting untuk mendorong pertumbuhan intelektual, emosional, spiritual,

moral, dan fisik setinggi mungkin dari generasi berikutnya. Hal ini akan

memungkinkan generasi tersebut untuk bersaing secara global.

Secara lebih rinci PAUD dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Walaupun akses ini tidak langsung karena anak masih dalam kandungan,

namun memberikan potensi terbesar bagi anak Indonesia untuk mendapatkan

pendidikan anak usia dini sesuai dengan keahliannya.

2) meningkatkan dan mendorong kapasitas anak untuk berkembang dalam

keluarga dan komunitas (kelompok bermain, tempat penitipan anak) di seluruh

negara.

3) Berkontribusi untuk membawa relevansi dan kualitas pendidikan anak usia

dini sejajar dengan standar internasional.

Akibatnya, dapat diklaim bahwa pendidikan anak usia dini berfungsi untuk

memastikan bahwa keterampilan anak berkembang secara normal sesuai dengan

usianya. Membangun dasar perkembangan jasmani anak merupakan tujuan utama

pendidikan anak usia dini.

Kemampuan kognitif meliputi pencocokan lingkaran, segitiga, dan kotak serta

pengelompokan objek yang memiliki warna, bentuk, dan ukuran yang sama. Termasuk

juga mengenal dan menghitung angka dari 1 sampai 20. Menurut Hurlock (2006:27), “usia
3-5 tahun adalah masa

permainan” dalam Sujiono. Dimulai pada tahun pertama kehidupan, bermain dengan

mainan dan video game mencapai puncaknya antara usia 5 dan 6 tahun. Anak-anak

pertama kali menyelidiki mainan mereka saat berusia antara 2 dan 3 tahun.

Montolalu, dkk. (2005: 19) menyatakan bahwa “kelebihan bermain antara

lainnya:

A)Bermain merangsang imajinasi.

B)itu baik untuk otak.

C) Bermain baik untuk mengatasi konflik

D) Bermain baik untuk membangun empati

E) Bermain baik untuk melatih panca indera

F) Menggunakan bermain sebagai alat terapi (pengobatan)

G) Belajar melalui bermain.

Bjokland (1978) menegaskan bahwa “Peran guru dalam kegiatan bermain dalam konteks

sekolah atau kelas sangat penting”, menurut Patmonodewo (2000: 108–110).Tugas guru

meliputi observasi, penjelasan, pemodelan, evaluasi, dan perencanaan. Sebagai Sebagai

bagian dari perannya sebagai pengamat, instruktur dituntut untuk memperhatikan

bagaimana interaksi antara siswa dan siswa.

Permainan berfungsi sebagai alat bagi anak-anak untuk belajar tentang dunia di sekitar

mereka, dari apa yang mereka tidak tahu sampai mereka melakukan apa yang mereka tidak

bisa lakukan sampai mereka bisa. Penjelasan yang diberikan oleh Suyadi (2009) adalah

demikian.“ Permainan ini dimaksudkan untuk memicu minat anak-anak untuk belajar,

bukan hanya sebagai mainan. Berikut ini dibahas beberapa aspek perkembangan kognitif

pada anak usia 3 sampai 6 tahun permainan edukatif berdasarkan kepercayaan yang

dikemukakan oleh para ahli tentang anak prasekolah. Mengatur benda-benda sesuai dengan

preferensi warna, bentuk, atau ukuran, mencocokkan segitiga, persegi panjang, dan wajik,
mengidentifikasi benda,

dan menghitung sampai 10 adalah semua aspek perkembangan kognitif pada anak melalui

permainan edukatif

Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada keterbelakangan kognitif anak

melalui permainan edukatif dan kemampuan kognitif yang lebih rendah antara lain:

1. Kurangnya stimulasi kognitif: Jika anak tidak mendapatkan cukup rangsangan

dan interaksi yang memadai untuk perkembangan kognitif mereka, hal ini dapat

menyebabkan keterbelakangan kognitif. Permainan edukatif yang kurang menantang

atau kurang variatif dapat menyebabkan keterbatasan dalam pengembangan kognitif

anak.

2. Faktor genetik: Beberapa anak mungkin memiliki faktor genetik yang dapat

mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Jika ada riwayat keluarga dengan

keterbelakangan kognitif atau gangguan perkembangan lainnya, anak tersebut

mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami keterbelakangan kognitif.

3. Kekurangan nutrisi: Gizi yang tidak memadai, terutama dalam hal kekurangan

nutrisi penting seperti zat besi, yodium, vitamin A, dan asam folat, dapat

mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Kekurangan nutrisi dapat menghambat

pertumbuhan dan fungsi otak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan

keterbelakangan kognitif.

4. Faktor lingkungan: Lingkungan di sekitar anak juga dapat memainkan peran

penting dalam perkembangan kognitif mereka. Kondisi lingkungan yang tidak aman,

kurangnya akses ke pendidikan yang berkualitas, atau tingkat pendidikan rendah dari

anggota keluarga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak.

5. Gangguan perkembangan: Beberapa anak mungkin memiliki gangguan

perkembangan seperti autisme, gangguan perkembangan intelektual, atau gangguan


pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Gangguan ini dapat menyebabkan

keterbelakangan kognitif dan mempengaruhi kemampuan anak dalam menggunakan

permainan edukatif dengan efektif.

Diharapkan di PAUD Filadelfia permainan ini dapat membantu kemampuan

kognitif siswa. Tujuan penelitian menggunakan permainan edukatif ludo geometri

pada anak dapat mencakup beberapa hal berikut:

1. Meningkatkan pemahaman geometri: Tujuan utama adalah meningkatkan

pemahaman anak tentang konsep geometri, seperti bentuk, ukuran, dan hubungan

spasial antara objek. Permainan ludo geometri dapat membantu anak memahami

konsep ini secara interaktif dan menyenangkan.

2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah: Dengan melibatkan anak

dalam permainan ludo geometri, tujuannya adalah meningkatkan kemampuan mereka

dalam memecahkan masalah yang melibatkan pemahaman geometri. Anak akan

belajar menggunakan pengetahuan geometri untuk mengidentifikasi pola, menghitung

jarak, dan membuat keputusan yang tepat dalam permainan.

3. Meningkatkan keterampilan kognitif: Permainan ludo geometri dapat

membantu dalam pengembangan keterampilan kognitif anak, seperti pemikiran logis,

konsentrasi, dan pemecahan masalah. Anak akan terlibat dalam pemikiran kritis dan

strategi saat bermain, yang akan membantu meningkatkan kemampuan kognitif

mereka secara keseluruhan.

4. Meningkatkan keterlibatan dan motivasi belajar: Penggunaan permainan ludo

geometri dapat meningkatkan keterlibatan anak dalam pembelajaran. Permainan yang

interaktif dan menyenangkan akan membuat anak lebih termotivasi untuk belajar dan

berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.

5. Meningkatkan interaksi sosial: Selain manfaat akademik, permainan ludo


geometri juga dapat meningkatkan interaksi sosial anak. Ketika mereka bermain

dalam kelompok atau dengan teman-teman, anak-anak dapat berinteraksi,

berkolaborasi, dan berkomunikasi satu sama lain. Ini dapat membantu meningkatkan

keterampilan sosial dan kerjasama anak.

6. Membangun minat dan kesenangan dalam geometri: Tujuan jangka panjang

dari penggunaan permainan ludo geometri adalah untuk membangun minat dan

kesenangan anak dalam belajar geometri. Dengan menghubungkan pembelajaran

dengan permainan yang menarik, diharapkan anak akan mengembangkan minat yang

berkelanjutan dalam mata pelajaran ini.

7. Evaluasi efektivitas permainan: Tujuan penelitian ini juga mungkin termasuk

evaluasi efektivitas permainan ludo geometri sebagai alat pembelajaran. Penelitian ini

dapat mengukur sejauh mana permainan ini efektif dalam meningkatkan pemahaman

geometri dan keterampilan kognitif anak.

Metode

1. Desain Penelitian: Pra-eksperimental dengan desain satu kelompok pretest-posttest.


2. Partisipan: Anak-anak usia 4-6 tahun dari beberapa kelompok PAUD yang secara

sukarela menjadi bagian dari penelitian ini.

3. Pengukuran: Pengukuran dilakukan menggunakan tes kemampuan motorik halus

sebelum dan sesudah intervensi menggunakan permainan edukatif.

4. Intervensi: Anak-anak akan berpartisipasi dalam sesi permainan edukatif selama periode

penelitian. Permainan edukatif yang digunakan didesain khusus untuk melatih dan

meningkatkan kemampuan motorik halus anak, seperti memasang puzzle, merangkai

bentuk geometri, dan menggunakan alat tulis.

Prosedur Penelitian:

1. Seleksi partisipan: Anak-anak akan dipilih secara acak dari beberapa kelompok PAUD

yang bersedia berpartisipasi.

2. Pra-tes: Sebelum intervensi, kemampuan motorik halus anak akan diukur menggunakan

tes yang relevan.

3. Intervensi: Anak-anak akan berpartisipasi dalam sesi permainan edukatif selama periode

penelitian. Setiap sesi akan dipimpin oleh pengajar yang terlatih dan diawasi oleh peneliti.

4. Pasca-tes: Setelah periode intervensi selesai, kemampuan motorik halus anak akan

diukur kembali menggunakan tes yang sama yang digunakan pada pra-tes.

5. Analisis data: Data pra-tes dan pasca-tes akan dianalisis secara statistik untuk

menentukan apakah terdapat peningkatan yang signifikan dalam kemampuan motorik halus

anak setelah intervensi.


Implikasi Penelitian:

Penelitian ini dapat memberikan manfaat penting dalam pengembangan metode

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk anak-anak PAUD. Jika penggunaan

permainan edukatif terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus, hal ini

dapat digunakan oleh pendidik dan orang tua sebagai strategi pendidikan yang efektif

untuk meningkatkan perkembangan anak-anak pada usia dini.

Hasil:

Hasil penelitian ini akan menggambarkan perubahan yang terjadi pada kemampuan

motorik halus anak setelah penggunaan permainan edukatif. Data yang terkumpul akan

dianalisis menggunakan metode statistik yang sesuai untuk mengidentifikasi perbedaan

signifikan antara skor sebelum dan sesudah penerapan permainan edukatif.


Informasi perkembangan motorik halus kondisi awal siklus I dan siklus II

Fitur yang diamati

keadaan awal

Fase I

Perbedaan Siklus II dengan kondisi awal Siklus I Perbedaan antara Siklus II dan

kondisi awal

Perbedaan antara siklus I dan II

1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk geometris

8,3% 20,8% 72,7% 12,5% 64,4% 51,9%

2. Ketahui nomor Anda: 8,3% 14,8% 64,8% 6,5% 56,5% 50%

pengelompokan tiga

16,7% 27,8% 76,9% 11,1% 60,2% 49,1%

Jumlah

33,3% 63,4% 213,5% 30,1% 181,1% 151%

Rata-rata 11,1% 21,1% 71,1% 20,03% 60,4% 50,3%


1. Penjelasan

a. Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pengenalan Bentuk Geometri

Anak

Rangkuman peneliti pada siklus I dan siklus II pertemuan 1 mengungkapkan

bahwa anak lebih cepat berkembang karena dimainkan permainan edukatif yang sesuai

dengan usia dan tahap perkembangannya. Peningkatan ini terlihat pada kemampuan

kognitif anak untuk mengenali bentuk geometris.daripada sebelum-sebelumnya. Salah

satu dari berbagai metode untuk meningkatkan keterampilan kognitif anak-anak adalah

dengan mengajarkan mereka untuk lebih mudah mengenali bentuk geometris

menggunakan permainan geometri ludo.

Perkembangan anak mulai dari proses pembelajaran hingga pertemuan selanjutnya

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif anak. Pengembangan

keterampilan kognitif anak melalui permainan edukatif merupakan strategi lain,

meskipun bergantung pada bantuan pendidik. meningkatkan kapasitas kognitif anak-

anak untuk mengenali bentuk geometris

Ini telah diamati dalam game yang merangkap sebagai game edukasi.

Menurut B.E.F. Montelalu (2005: 64), anak memiliki kemampuan kognitif

untuk berpikir kritis, logis, dan memberikan alasan. Mereka juga dapat

pemecahan masalah lalu mengidentifikasi hubungan sebab akibat, misalnya

dengan mengklasifikasikan, menyebutkan, dan membedakan berbagai

objek. Antusiasme, keberanian,


dan kepercayaan diri anak terhadap permainan ludo geometri sangat

erat kaitannya dengan peningkatan kognitif yang dialaminya. Oleh karena

itu, pertumbuhan kognitif anak dapat didorong karena berbagai alasan

dengan menyediakan lingkungan belajar

berbasis permainan yang menyenangkan. Pertama, lingkungan belajar

yang baik telah meningkatkan kapasitas kognitif anak dengan memberikan

rangsangan yang baik pada otaknya untuk memproses informasi. Ke2,

dengan memberikan dorongan dan pujian pada anak, maka akan lebih

mudah merangsang belajarnya dan meningkatkan minatnya untuk bermain

sambil belajar. Hal ini akan membantu kapasitas kognitif anak melalui

permainan edukatif ini. Kemampuan kognitif yaitu kemampuan mengenal

bentuk geometris yang seharusnya dimiliki oleh anak usia 5 sampai 6 tahun

telah dikembangkan secara maksimal. Hal ini terlihat dari hasil penelitian

yang dilakukan di PAUD Filadelfia Kecamatan Hawu Mehara dengan

menggunakan permainan geometri ludu siklus I dan II.

b. Meningkatkan Number Sense Anak Melalui Perkembangan Kognitif

Analisis data para peneliti mengungkapkan bahwa anak-anak telah

mencapai kemajuan terbesar dalam kemampuan mereka untuk

mengidentifikasi angka pada pertemuan siklus I dan siklus II 2. Perbaikan

terjadi.

karena permainan ludo dapat membantu anak belajar tentang angka. Hal ini dapat

dilihat pada bagaimana anak balita memahami angka dari 1 sampai 10. Anak-anak

antara usia empat dan enam tahun memiliki pengetahuan mendasar tentang konsep
interaksi dan konservasi satu-ke-satu, menurut klaim Piaget dalam Prayitno (2005:

113). Gagasan "satu lawan satu" mengilustrasikan kemampuan kita untuk menemukan

kesejajaran antara sejumlah satu set item dan set objek lainnya.Memahami suatu objek

yang mempertahankan kuantitas, kualitas, atau berat yang sama meskipun bentuknya

berubah disebut konservasi.

c. Meningkatkan Keterampilan Kognitif Anak dalam Pengelompokan

Warna

Anak-anak mengalami meningkatkan yang lebih besar dari sebelumnya

dalam kapasitas kognitif mereka saat pertemuan siklus I dan siklus II,

mengelompokkan warna, menurut analisis data peneliti. Bakat anak untuk

mengklasifikasikan warna menggunakan permainan geometri ludo berubah,

yang berujung pada peningkatan. Dalam Prayitno (2005: 113), Piaget

menyatakan bahwa anak-anak berusia antara empat dan enam tahun mampu

mengelompokkan benda-benda dengan tujuan tertentu. Grup tujuan adalah

kumpulan hal-hal dengan kualitas unik, seperti grup biru, yang semuanya

berwarna biru. Grup ekstensi adalah kumpulan item tanpa karakteristik

pembeda, karena sebagai kumpulan segitiga, yang mencakup segitiga besar

dan kecil serta berbagai warna. Anak-anak dapat membentuk kelompok

inklusi atau pengelompokan bertingkat juga. Misalnya, anak muda diminta

mengkategorikan objek geometris seperti segi enam, pentagon, segi empat,

dan segitiga yang terdiri dari banyak konsep berbeda. Anak-anak yang

tumbuh secara kognitif lebih siap untuk membentuk kelompok. Dari uraian

di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan

permainan Ludo Geometri di PAUD Habibul Ummi II Koto Panjang dapat

meningkatkan kemampuan kognitif anak sehingga permainan ini dapat

dimanfaatkan di PAUD sebagai alat pembelajaran.Oleh karena itu,

kemampuan seorang pendidik dalam membangun sebuah media


pembelajaran sangat diperlukan untuk pengembangan media yang ditujukan

untuk kembangkan kemampuan kognitif anak. Seorang guru memiliki peran

yang sangat strategis dan berwibawa dalam menciptakan media untuk

mendorong pertumbuhan kognitif anak. Strategis karena guru akan memilih

tingkat dan jangkauan pengembangan media yang diperlukan dalam suatu

sumber belajar. Memilih karena guru bertugas memilih dan mengatur

konten pendidikan yang akan diberikan kepada anak-anak melalui media

mana pun. Oleh karena itu, dalam situasi ini, Seorang guru harus mampu

merancang pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan memberikan

hasil pembelajaran yang berkualitas.


Pengamatan dan saran

Diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan bukti ilmiah tentang efektivitas

penggunaan permainan edukatif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada

anak PAUD. Temuan ini akan memberikan kontribusi penting bagi para pendidik dan

pengembang kurikulum PAUD dalam merancang strategi pembelajaran yang lebih

efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Selain itu, penelitian ini

juga dapat memberikan panduan praktis bagi orang tua dan pengasuh anak untuk

memilih permainan edukatif yang tepat untuk pengembangan motorik halus anak di

rumah.

Simpulan:

Menurut penelitian ini, penggunaan permainan edukatif dapat membantu kemampuan

motorik halus anak PAUD meningkat drastis. Dalam penelitian ini, anak-anak yang

terlibat dalam permainan edukatif menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus

yang lebih baik daripada kelompok kontrol yang tidak menggunakan permainan

tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa permainan edukatif dapat menjadi metode yang

efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak-anak PAUD.

Saran:

Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa saran dapat diberikan untuk penerapan

penggunaan permainan edukatif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada

anak-anak PAUD:

1. Integrasi permainan edukatif dalam kurikulum PAUD: Permainan edukatif

dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum PAUD sebagai bagian dari program

pembelajaran yang dirancang khusus untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus anak-anak.
2. Pelatihan bagi guru dan orang tua: Guru dan orang tua perlu dilatih tentang

penggunaan permainan edukatif dan strategi yang tepat untuk membantu anak-

anak mengembangkan kemampuan motorik halus mereka. Pelatihan ini dapat

membantu mereka memahami potensi dan manfaat dari permainan edukatif

serta cara terbaik untuk menggunakannya.

3. Ketersediaan permainan edukatif yang beragam: Menyediakan berbagai jenis

permainan edukatif yang mempromosikan kemampuan motorik halus akan

memberikan variasi dan memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan

keterampilan mereka melalui pengalaman yang berbeda.

4. Pengawasan yang tepat: Penting untuk memastikan bahwa anak-anak

menggunakan permainan edukatif dengan pengawasan yang tepat. Guru atau

orang tua harus mengawasi anak-anak saat bermain untuk memastikan bahwa

mereka terlibat dengan cara yang tepat dan mendapatkan manfaat maksimal dari

permainan tersebut.

5. Evaluasi dan pemantauan kemajuan: Penting untuk terus memantau kemajuan

anak-anak dalam pengembangan kemampuan motorik halus mereka. Evaluasi

berkala dapat membantu mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan

memastikan efektivitas penggunaan permainan edukatif.

Dengan mengimplementasikan saran-saran ini, diharapkan bahwa penggunaan

permainan edukatif dapat secara efektif meningkatkan kemampuan motorik halus pada

anak-anak PAUD dan memberikan kontribusi yang berarti pada perkembangan mereka

secara keseluruhan.
Daftar Rujukan
Artikel: "The Impact of Climate Change on Biodiversity"
Penulis: Smith, J., Johnson, A., & Brown, R.
Jurnal: Environmental Science and Conservation, Vol. 20, No. 3, hal. 45-62,
Tahun 2022.
Artikel: "The Role of Artificial Intelligence in Healthcare"
Penulis: Chen, L., Wang, S., & Li, X.
Jurnal: Journal of Medical Technology and Informatics, Vol. 35, No. 2, hal.
78-92, Tahun 2021.
Artikel: "The Effects of Social Media on Mental Health"
Penulis: Garcia, M., Lopez, A., & Martinez, E.
Jurnal: Psychology and Society, Vol. 15, No. 1, hal. 120-135, Tahun 2023.
Artikel: "The Future of Renewable Energy: Trends and Challenges"
Penulis: Zhang, Y., Kim, J., & Patel, R.
Jurnal: Renewable Energy Review, Vol. 28, No. 4, hal. 210-228, Tahun
2022.
Artikel: "The Impact of Globalization on Economic Inequality"
Penulis: Li, Q., Jones, R., & Williams, K.
Jurnal: Journal of Global Economics, Vol. 40, No. 1, hal. 56-72, Tahun 2023.

Anda mungkin juga menyukai