Buah Me Rah Dan Pendu Duk Papua
Buah Me Rah Dan Pendu Duk Papua
net/publication/302452007
CITATIONS READS
3 1,901
2 authors, including:
Mathelda Roreng
University of Papua New Guinea
22 PUBLICATIONS 92 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Potensi antimikroba dan antioksidan ekstrak daun rumput kebar berdasarkan metode ekstraksi dan metode pengujian View project
All content following this page was uploaded by Mathelda Roreng on 09 May 2016.
DEWAN REDAKSI: Dalam penerbitan Warta IHP Volume 30 No. 1 Juli 2013 ini
1. Ir. Agus Sudibyo, MP. (Ketua/Anggota) menyajikan 6 (enam) karya tulis ilmiah yang merupakan hasil
2. Ir. H.G. Pohan (Wakil/Anggota) litbang, yaitu: (1) Determination OF α- and β-Cryptoxanthins, And
3. Ir. Eko Susanto, MSc. (Anggota) α- AND β-Carotenes In Buah Merah Oil By HPLC-UV Detection; (2)
4. Tiurlan F. Hutajulu, SSi. (Anggota) Optimalisasi Proses Fermentasi Pengaruh Penggunaan Enzyme
5. Ir. Nami Lestari (Anggota) Dan Biomix Pada Fermentasi Bungkil Kelapa Sawit Untuk
6. Mirna Isyanti, STP Meningkatkan Nilai Palabilitas Pada Pakan Ternak; (3) Viabilitas
7. Rina Septi Agnisari, ST Bakteri Asam Laktat Pada Pembuatan Starter Mokaf; (4) Buah
Merah And Papuan People berupa Ulasan Ilmiah/Review, yaitu (5)
SEKRETARIAT: Substitusi Terigu Oleh Tepung Jagung dan Tepung Beras Pada
1. Maman Sulaeman (Staf) Produk Kukis; (6) Studi Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar Sebagai
2. Meity Suryeti (Staf) Sumber Prebiotik.
ISI/CONTENTS
Penelitian/Research
Ulasan Ilmiah/Review
Penelitian/ Research
SUBSTITUSI TERIGU OLEH TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG BERAS PADA PRODUK
KUKIS
Maize Flour And Rice Flour Substitution In Cookies Product
Tiurlan F. Hutajulu, Tita Aviana............................................................................................ 49 - 58
Mitsuhiro Wada, Kaori Fujimoto, Toshiaki Nishigaki, Erna Febriyanti, Rie Ikeda,
Kenichiro Nakashima
ABSTRACT
Keywords: Buah Merah oil, α- and β-carotene, α- and β-cryptoxanthin, HPLC-UV detection
Keywords: Solid waste of palm kernel oil, allzyme, biomix, feed, palabilities
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013
ABSTRACT
Mocaf is fermented cassava flour that can alter the characteristics of cassava flour will be whiter and has a
better gelatinization properties. Starter is needed in order to obtain a uniform quality of the fermented flour. The
aims of this study is to develop the starter which can survive at a certain storage time. Research variable in this
study are starter which made by centrifugation process and with the addition of trehalose (RBa), a starter made
by centrifugation process and without the addition of trehalose (RBb), the starter made without centrifugation
process and with the addition of trehalose (RBc), as well as the starter made without centrifugation and without
the addition of trehalose (RBd) . The results show that the starter which made by centrifugation process and
without addition of trehalose (RBb) has the best performance within the growth of lactic acid bacteria and their
survival during the storage time. Starter RBa and RBd which made without centrifugation has an initial viability
6,05 and 6,94 log CFU/g, while starter RBb which made through centrifugation process has an initial viability
7,64 - 9,01 log CFUg as well as starter RBc which has initial viability 8,03 – 8,69 log CFU/g. Starter which
store in 4 °C decreased the viability less than the starter which store on the room temperature (0,62 log cycle on
the 6 month of storages).
ABSTRACT
Buah merah is called red fruit (Pandanus Conoides Lam) was reported it has been used Papuan peoples since
a hundred years ago as processing aids in food processing by potato, meat and vegetables by extractionof red
fruit to become a paste. Buah merah or red fruit is known it much contains carotene, fat and vitamin E, in
addition it contains a small member of protein, carbohydrate and mineral. While, red fruit oil contains four types
carotenoid i.e. alpha-carotene, beta-carotene, alpha-crystoxanthyne and beta-crystoxanthyne. This article will
review about the history of buah merah or red fruit, the nutrition value content and the benefits and safety of
buah merah.
ABSTRACT
Sweet potatoes contain some type of oligosacharides which may function as prebiotic, and expected to
remain stable after processing. This study was conducted to assess the potency of sweet potato extract to give
prebiotic effect by in vitro and in vivo test. The prebiotic effect of sweet potato extract on the growth of lactic
acid bacteria was performed in vitro using the Mann ROGOSA media de Sharpe Broth (MRSB). the treatment
are K (-): MRSB as a negative control; K (+): MRSB + BAL as a positive control; P1: MRSB + BAL + potato
juice Sukuh; P2: MRSB + BAL + potato juice Betta-1 and P3: MRSB + BAL + potato juice Antin. In vivo
testing is rodent model, using Sprague Dawley rats by assessing the fecal lactic acid bacteria and fecal E.coli.
The in vivo tests performed with the best sweet potato extract from the results of previous in vitro test by using
4 groups of rats, each consisting of 4 rats.In vitro test showed that sweet potato extract have high absorbance
value at 0 hours and 24 hours. It is showed that sweet potato extract stimulated the growth of lactic acid bacteria.
Sweet potato extract reduced the growth of E.coli and stimulate LAB mainly on Betta-1 and Sukuh variety. In
vivo test showed that the sweet potato extract dozes with 0,54 g/day and 1,08 g/day neither effectively
stimulated the growth of fecal lactic acid bacteria nor suppressed the growth of fecal E.coli of mice.
Mitsuhiro Wada, Kaori Fujimoto, Toshiaki Nishigaki, Erna Febriyanti, Rie Ikeda,
Kenichiro Nakashima
ABSTRACT
Sebuah kinerja tinggi metode deteksi kromatografi cair-UV untuk penentuan α- dan β cryptoxanthins dan, α-
dan β-karoten dalam minyak Buah Merah dikembangkan. Pemisahan empat karotenoid dicapai oleh kombinasi
penanganan kolom ODS (150 × 4,6 mm, id) dan Develosil Combi-RP-5 (50 × 4,6 mm, id) melalui 3-port beralih
katup. Fase gerak yang digunakan adalah campuran CH3CN/CH3OH/ethyl asetat (68:23:9 =, v / v / v). Waktu
retensi α- dan β- cryptoxanthins serta α-dan β-karoten adalah 18, 20, 53 dan 60 menit, berturut-turut.
Pembersihan minyak Buah Merah dilakukan dengan ekstraksi cairan-cairan setelah saponifikasi dengan 13,5
solusi M KOH. Kurva kalibrasi karotenoid menunjukkan linearitas yang baik (r ≧ 0,999). Batas deteksi empat
karotenoid pada rasio signal-to-noise dari 3 adalah 0,36-1,14 ng / mg. Selain itu, metode yang diusulkan dapat
berhasil diterapkan untuk menentukan karotenoid dalam 10 sampel minyak Buah Merah.
Kata kunci: Minyak Buah Merah, α- and β-carotene, α- and β-cryptoxanthin, HPLC-UV detection
Bungkil inti kelapa sawit banyak mengandung protein lemak dan karbohidrat. Protein pada bungkil inti sawit
terbungkus oleh adanya senyawaan organik, dengan memecah senyawa pembungkus akan membuka gugusan
protein sehingga jumlah nilai protein bertambah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari kondisi
fermentasi yang optimum guna meningkatkan kadar proteinnya. Untuk memecah senyawa pembungkus protein
bungkil inti sawit diperlukan bantuan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh bakteri. Dalam penelitian ini
digunakan 2 jenis enzim yakni enzim yang sudah tersedia dalam bentuk bubuk disebut allzyme dan enzim yang
dihasilkan dari campuran bakteri (Biomix). Disamping menggunakan jenis bakteri juga diamati kondisi proses
yang dikategorikan fermentasi berkesinambungan dan fermentasi satu tahap. Dari hasil penelitian pendahuluan
dengan menggunakan allzyme tidak memberikan peningkatan protein yang nyata, maka pada penelitian tahap II
mikroba yang digunakan untuk meningkatkan kandungan protein adalah campuran beberapa bakteri (Biomix)
yang dapat menghasilkan berbagai macam enzym yang dapat memecah Bungkil Inti Sawit. Perbandingan bahan
dan biomix yang optimum adalah 3000 : 25. Perlakuan yang diberikan adalah jenis enzyme/bakteri dan lama
fermentasi terhadap kenaikan kadar protein. Jumlah dan jenis mikroba sangat berpengaruh terhadap peningkatan
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013
kandungan protein, semakin lama fermentasi semakin besar peningkatan kadar proteinnya dan dikuti dengan
semakin menurunnya kadar serat kasar. Semakin lama proses fermentasi semakin tinggi kandungan protein,
tetapi kenaikannya snagat kecil. Waktu fermentasi yang efisien adalah 2 hari (48 jam). Fermentasi bungkil inti
sawit dapat meningkatkan jumlah protein dari 15,2 % menjadi 17,97%. Fermentasi tidak perlu pengadukan tetapi
dibutuhkan pembalikan pada periode tertentu.
Yuliasri Ramadhani Meutia, Hitler Guring Pohan, Enny Hawani Loebis, Nuni
Novitasari, Indera Wirawan
ABSTRAK
Tepung mokaf adalah tepung fermentasi ubi kayu yang dapat mengubah karakteristik dasar dari tepung ubi
kayu menjadi lebih putih dan memiliki sifat gelatinisasi yang lebih baik. Untuk dapat memperoleh mutu tepung
mokaf yang seragam diperlukan starter mokaf. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan
starter mokaf yang dapat menghasilkan starter mokaf yang dapat bertahan pada waktu penyimpanan 2 minggu
pada suhu ruang dan 6 bulan pada suhu pendingin. Berbagai variabel yang dibuat pada penelitian ini antara lain
starter yang dibuat dengan proses sentrifugasi dan dengan penambahan trehalose (RBa), starter yang dibuat
dengan sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose (RBb), starter yang dibuat tanpa proses sentrifugasi dan
dengan penambahan trehalose (RBc), serta starter yang dibuat tanpa sentrifugasi dan tanpa penambahan
trehalose (RBd). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik pada pembuatan starter mokaf adalah
dengan melibatkan proses sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose (RBb) dalam hal jumlah bakteri asam
laktat yang dapat bertahan hidup serta ketahanan simpannya. Dari hasil penelitian diperoleh starter RBa dan RBd
tanpa proses sentrifugasi pada pembuatannya memiliki viabilitas awal 6,05 log CFU/g sampai dengan 6,94 log
CFU/g. Sedangkan starter RBb yang menggunakan proses sentrifugasi pada pembuatannya memiliki viabilitas
awal yang lebih tinggi yaitu 7,64 log CFU/g dan 9,01 log CFU/g dan starter RBc yang juga menggunakan proses
sentrifugasi viabilitas awal 8,03 log CFU/g dan 8,69 log CFU/g. Penyimpanan starter pada suhu 4 °C
mengalami penurunan viabilitas lebih kecil dibandingkan dengan starter yang disimpan pada suhu ruang sebesar
0,62 siklus log selama 6 bulan penyimpanan.
ABSTRAK
Buah merah (Pandanus Conoides Lam) dilaporkan telah banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh
masyarakat Papua sejak ratusan tahun yang lalu, sebagai bahan pembantu pengolahan pangan dengan cara
mengekstrak menjadi pasta dalam pengolahan kentang, daging dan sayuran. Buah merah diketahui banyak
mengandung karoten, lemak dan vitamin E. Selain itu mengandung protein, karbohidrat dan mineral yang kecil.
Minyak buah merah mengandung empat jenis karotenoid yaitu: alpha-karoten, beta-karoten, alpha-crytoxanthin
dan beta cryptoxanthin. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang sejarah buah merah, kandungan nilai gizi dan
manfaat serta keamanannya.
ABSTRAK
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditi pangan utama di Indonesia selain beras dimana di
sebagian daerah bahkan dilakukan penanaman berbagai jenis jagung. Untuk mengantisipasi panen yang
melimpah dan menghindari kerusakan jagung selama penyimpanan maka perlu dilakukan diversifikasi produk
jagung. Diversifikasi produk dari beberapa jenis jagung tersebut dapat dimanfaatkan oleh Industri Kecil dan
Menengah untuk meningkatkan nilai tambah. Saat ini yang diupayakan oleh industri menengah keatas adalah
untuk industri minyak jagung, maizena, grits, margarin, gula, bihun dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini
dilakukan suatu upaya diversifikasi jagung dengan melakukan percobaan pembuatan makanan ringan (kukis).
Dalam percobaan dilakukan dengan beberapa formula substitusi campuran tepung jagung (berkisar 40% – 80 %)
dan tepung beras (berkisar 10 – 15 %). Hasil penilaian organoleptik dengan metode skala hedonik yang meliputi
rasa, aroma, penampakan, warna dan kerenyahan yang paling disukai adalah produk dengan substitusi 50 %
tepung jagung dan 15 % tepung beras.
ABSTRAK
Ubi jalar mengandung beberapa jenis oligosakarida yang mungkin berfungsi sebagai prebiotik, dan
diharapkan setelah proses pengolahan, fungsi dari prebiotik dapat dipertahankan. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan uji in vitro dan in vivo ekstrak ubi jalar sebagai prebiotik. Pengujian efektifitas sari ubi
jalar terhadap pertumbuhan Bakteri asam laktat dilakukan menggunakan media de Mann Rogosa Sharpe Broth
(MRSB), dengan perlakuan K (-) : MRSB sebagai kontrol negatif; K (+) : MRSB + BAL sebagai kontrol
positif; P1: MRSB + BAL + sari ubi jalar Sukuh; P2 : MRSB + BAL + sari ubi jalar Betta-1 dan P3 : MRSB +
BAL + sari ubi jalar Antin. Pengujian in vivo dilakukan dengan menguji pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL)
dan uji kompetisi pertumbuhan BAL dan Escherichia coli (E. coli) terhadap ekstrak ubi jalar yang terbaik dari
hasil uji in vitro sebelumnya. Uji in vivo dilakukan dengan menggunakan 4 kelompok tikus percobaan, yang
masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus putih jantan galur Sprague-dawley berumur dua bulan. Berdasarkan hasil
uji in vitro menunjukkan ekstrak ubi jalar semua varietas memiliki nilai absorbansi yang semakin tinggi pada 0
dan 24 jam dengan panjang gelombang 660 nm. Hal tersebut menunjukkan ekstrak ubi jalar dapat menstimulir
pertumbuhan BAL dengan baik. Ekstrak ubi jalar dapat menekan pertumbuhan E.coli dan menstimulir BAL
terutama ubi jalar varietas betta-1 dan Sukuh. Hasil uji in vivo menunjukkan ekstrak ubi jalar pada dosis
pemberian ekstrak ubi jalar 0,54 g/hari dan 1,08 g/hari belum efektif meningkatkan bakteri asam laktat fekal dan
menekan pertumbuhan bakteri asam laktat E.coli tikus percobaan.
Kata kunci: ubi jalar, prebiotik, uji invitro, uji invivo, oligosakarida
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 1 –8 Balai Besar Industri Agro
Mitsuhiro Wadaa, Kaori Fujimotoa, Toshiaki Nishigakib, Erna Febriyantic, Rie Ikedaa, Kenichiro
Nakashima*d
a
Graduate School of Biomedical Sciences, Nagasaki University, 1-14 Bunkyo-machi, Nagasaki 852-8521, Japan
b
M&K Laboratories Inc., 1286-18 Yamato, Azusagawa, Matsumoto, Nagano 390-1701, Japan
c
Center For Agro-Based Industry, Jl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor, Indonesia
d
Faculty of Pharmaceutical Science, Nagasaki International University, 2825-7 Huis Ten Bosch, Sasebo,
Nagasaki, 859-3298, Japan
nakaken@niu.ac.jp
Keywords: Buah Merah oil, α- and β-carotene, α- and β-cryptoxanthin, HPLC-UV detection
ABSTRAK
Sebuah kinerja tinggi metode deteksi kromatografi cair-UV untuk penentuan α- dan β cryptoxanthins dan, α-
dan β-karoten dalam minyak Buah Merah dikembangkan. Pemisahan empat karotenoid dicapai oleh kombinasi
penanganan kolom ODS (150 × 4,6 mm, id) dan Develosil Combi-RP-5 (50 × 4,6 mm, id) melalui 3-port beralih
katup. Fase gerak yang digunakan adalah campuran CH3CN/CH3OH/ethyl asetat (68:23:9 =, v / v / v). Waktu
retensi α- dan β- cryptoxanthins serta α-dan β-karoten adalah 18, 20, 53 dan 60 menit, berturut-turut.
Pembersihan minyak Buah Merah dilakukan dengan ekstraksi cairan-cairan setelah saponifikasi dengan 13,5
solusi M KOH. Kurva kalibrasi karotenoid menunjukkan linearitas yang baik (r ≧ 0,999). Batas deteksi empat
karotenoid pada rasio signal-to-noise dari 3 adalah 0,36-1,14 ng / mg. Selain itu, metode yang diusulkan dapat
berhasil diterapkan untuk menentukan karotenoid dalam 10 sampel minyak Buah Merah.
Kata kunci: Minyak Buah Merah, α- and β-carotene, α- and β-cryptoxanthin, HPLC-UV detection
1
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 1 – 8
2
Mitsuhiro Wada, et al. Determination of α- and β-cryptoxanthins....
Figure 1. HPLC system and conditions for measurement of carotenoids in Buah Merah oil
3
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 1 – 8
Figure. 2 Chromatograms of Buah Merah oil (A) and that spiked standards
(B). Spiked concentration: 20 ng/mg of carotenoids.
The analysis method of Buah Merah oil The recoveries for α- and β-
spiked with the standards of each cryptoxanthins and, α- and β-carotenes
carotenoid demonstrated good linearity were 93%, 91 %, 93% and 92%. Other
(r ≧ 0.999) in the range of 2.5-80 ng/mg validation parameters such as accuracy,
(α- and β-cryptoxanthins, and α-carotene) precision for intra-and inter-day
and 40-80 ng/mg (β-carotene), respectively measurements were summarized in
(Table 1). The LOD and LOQ at a signal- Table 2. The accuracy (ranging from 93.9
4
Mitsuhiro Wada, et al. Determination of α- and β-cryptoxanthins....
to 114.0%), intra-day precision (less than with acceptable validation parameters was
11.4%) and inter-day assays (less than reliable for the determination of α- and β-
11.8%) were acceptable for practical use cryptoxanthins in Buah Merah oil.
(n = 5). As results, the developed method
Calibration
Compound Equation*1 (r)*2 LOD*3, ng/mg LOQ*4, ng/mg
range, ng/mg
y=0.36x+0.84
α-cryptoxanthin 2.5-80 0.41 1.38
(1.000)
y=0.27x+1.77
β-cryptoxanthin 2.5-80 0.56 1.87
(0.999)
y=0.42x-0.01
α-carotene 2.5-80 0.36 1.20
(0.999)
y=0.13x-0.31
β-carotene 4.0-80 1.14 3.81
(0.999)
*1: x = concentration, ng/mg; y = peak height cm *2: Correlation coefficient;
*3: Limit of detection at an S/N ratio of 3 *4: Limit of detection at an S/N ratio of 10.
5
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 1 – 8
CONCLUSIONS REFERENCES
As the conclusion, the HPLC method [1] Rohman, A., Che Man, Y.B. and
combined two columns through the 3-port Riyanto, S. (2010). “Authentication
analysis of red fruit (Pandanus
switching valve could determine the four Conoideus Lam) oil using FTIR
carotenoids with acceptable validation. spectroscopy in combination with
And the proposed method could be chemometrics”, Phytochemical
successfully applied to Buah Merah oils. Analysis 22: 462-467
[2] Rohman, A., Riyanto S., Yuniarti, N.,
The method is useful to evaluate quality of
Saputra, W.R., Utami, R. and
Buah Merah oil on the basis of carotenoid Mulatsih, W. (2010). “Antioxidant
content. activity, total phenolic and total
flavonoid of extracts and fractions of
ACKNOWLEDGEMENT red fruit (Pandanus Conoideus Lam)”,
International Food Research Journal
The authors are grateful to the Center for 17: 97-106
Agro Based Industry (CABI) Bogor, [3] Rohman, A., Riyanto, S. and Che Man,
Indonesia, Ministry of Industry of Y.B. (2012). “Characterization of red
fruit (Pandanus Conoideus Lam) oil”,
Republic of Indonesia, for the support and International Food Research Journal
the encouragement. 19: 563-567
6
Mitsuhiro Wada, et al. Determination of α- and β-cryptoxanthins....
7
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 1 – 8
8
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 9 – 18 Balai Besar Industri Agro
ABSTRACT
Palm kernel meal or solid waste palm kernel oil content of protein, fat and carbohydrate. Protein in the waste
of palm kernel oil is covered by another compounds which is difficult to be extracted by solvent. The aim of this
research was to identified optimum fermentation condition in order to increase protein content. Protein can be
opened by destruction of the compound by using certain enzyme which can break the compound down to
become simple compound. It will open the protein compound, therefore it can be easier to be extracted by
fermentation processes. In the research was used 2 (two) kinds of enzyme that can break the cellulose compound
group in the solid waste of kernel palm oil. Those enzyme are enzyme that has been produced by industry its
called allzyme, and the other is biomix which is consist of bacteria which can produced enzyme. The treatment of
fermentation was the effect of kind enzyme/bacteria and the duration of the fermentation was done. Durung
fermentation process, there was decreasing of crude fibre but increase in their protein content. The result showed
that the best treatment was using Biomix with comparison between waste and biomix was 3000 : 25. The protein
can be increased up to 2,77 % during 48 hours fermentation process.
Keywords: Solid waste of palm kernel oil, allzyme, biomix, feed, palabilities
ABSTRAK
Bungkil inti kelapa sawit banyak mengandung protein lemak dan karbohidrat. Protein pada bungkil inti sawit
terbungkus oleh adanya senyawaan organik, dengan memecah senyawa pembungkus akan membuka gugusan
protein sehingga jumlah nilai protein bertambah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari kondisi
fermentasi yang optimum guna meningkatkan kadar proteinnya. Untuk memecah senyawa pembungkus protein
bungkil inti sawit diperlukan bantuan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh bakteri. Dalam penelitian ini
digunakan 2 jenis enzim yakni enzim yang sudah tersedia dalam bentuk bubuk disebut allzyme dan enzim yang
dihasilkan dari campuran bakteri (Biomix). Disamping menggunakan jenis bakteri juga diamati kondisi proses
yang dikategorikan fermentasi berkesinambungan dan fermentasi satu tahap. Dari hasil penelitian pendahuluan
dengan menggunakan allzyme tidak memberikan peningkatan protein yang nyata, maka pada penelitian tahap II
mikroba yang digunakan untuk meningkatkan kandungan protein adalah campuran beberapa bakteri (Biomix)
yang dapat menghasilkan berbagai macam enzym yang dapat memecah Bungkil Inti Sawit. Perbandingan bahan
dan biomix yang optimum adalah 3000 : 25. Perlakuan yang diberikan adalah jenis enzyme/bakteri dan lama
fermentasi terhadap kenaikan kadar protein. Jumlah dan jenis mikroba sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kandungan protein, semakin lama fermentasi semakin besar peningkatan kadar proteinnya dan dikuti dengan
semakin menurunnya kadar serat kasar. Semakin lama proses fermentasi semakin tinggi kandungan protein,
tetapi kenaikannya snagat kecil. Waktu fermentasi yang efisien adalah 2 hari (48 jam). Fermentasi bungkil inti
sawit dapat meningkatkan jumlah protein dari 15,2 % menjadi 17,97%. Fermentasi tidak perlu pengadukan tetapi
dibutuhkan pembalikan pada periode tertentu.
9
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 9 – 18
10
Eko Susanto, dkk. Optimalisasi Proses Fermentasi....
11
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 9 – 19
Sedang Biomix adalah campuran dari palabilitas pakan asal bungkil inti kelapa
beberapa mikroba ragi yang dapat sawit dimulai dengan mencari jenis
menguraikan berbagai komponen dalam enzyme atau bakteri pemecah komponen
BIS yakni, Lactobacillus bulgaricus, utama BIS serta mencari waktu yang
Saccaromyces cereviceae, Paviarodozima optimal enzyme/bakteri untuk
dan Aspergillus oryzae meningkatkan palabilitas pakan asal
bungkil inti sawit. Palabilitas pakan dalam
Peralatan penelitian ini adalah peningkatan protein
Peralatan yang digunakan terdiri dari yang terkandung dalam BIS dan penurunan
tangki fermentasi yang dimodifikasi dalam serat kasar yang tergandung dalam BIS.
bentuk tabung dari steinless steel kreasi Perbandingan bahan (BIS) dengan
BBIA, alat pengukus, alat pengering inokulum enzime adalah 3000 gr : 25, 50,
(oven), timbangan dan peralatan pengujian. dan 100 gr. Menurut Widjastuti et al 2007
Peralatan pengujian yang digunakan terdiri dilaporkan bahwa dengan menggunakan
dari Kjeltech8200 merk FossTecatok dan inoculum marasmiun sp pada tingkat 7,5%
oven merk Memert. Pengujian dilakukan dengan lama fermentasi 3 minggu
di Laboratorium Pengujian Balai Besar menghasilkan perubahan komposisi gizi
Industri Agro. terbaik.
12
Eko Susanto, dkk. Optimalisasi Proses Fermentasi....
Dikukus 30 menit
Enzym/
Fermentasi (1, 2, 3 hari dst.)
Biomix
Pemanasan/ pengeringan
(menghentikan fermentasi
80◦C, 12 jam)
Tabel 1. Pengaruh penambahan enzime dan lama fermentasi terhadap kandungan protein dan
Serat kasar BIS pada Fermentasi dengan pengadukan
13
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 9 – 18
Tabel 2. Pengaruh Penambahan Enzime dan Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein dan Serat Kasar
BIS pada Fermentasi Tanpa Pengadukan
Dari Table 2. diatas terlihat bahwa nyata terhadap kandungan protein dalam
pengaruh fermentasi dengan sistem tanpa pakan. Rata-rata kenaikan kadar protein
pengadukan memberikan perbedaan yang setiap harinya sebesar 0,67 % dengan total
14
Eko Susanto, dkk. Optimalisasi Proses Fermentasi....
15
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 9 – 19
diam, sehingga dalam proses fermentasi datar, dimana BIS difermentasi dalam
BIS secara kontinyu hanya dapat dilakukan kondisi ditebarkan sebanyak setengah
dengan menggunakan sistem konveyor lingkaran sehingga dapat mewakili kondisi
biasa yang dilengkapi dengan pengaturan
dalam suatu alat pengangkut (konveyor).
suhu bahan.
Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai
Percobaan dengan menggunakan tabung berikut (Tabel 3.):
Tabel 3. Pengaruh posisi bahan dalam fermentor terhadap suhu fermentasi tanpa pengadukan
Percobaan Suhu (ºC)
Biomix Hari ke Atas/permukaan Tengah Bawah
100 gram 1 38 52 53
2 35 60 60
3 30 34 39
Rata2 34.33 48.67 50.67
50 gram
1 30 48 48
2 35 52 60
3 30 32 38
Rata2 31,64 44,00 48,67
25 gram
1 30 38 44
2 32 52 60
3 30 35 38
Rata2 30,67 41,67 47,33
Rata-rata suhu 32,22 44,77 48,88
Data pengamatan suhu pada percobaan suhu sangat signifikan pada bagian tengah
fermentasi tercatat bahwa sampai 6 jam dan dasar alat, hal ini menunjukkan
pertama belum terjadi kenaikan suhu pada terjadinya proses fermentasi paling cepat
tangki fermentasi. Pengamatan dilakukan terjadi di bagian bawah dan tengah sedang
setelah 24 jam seperti terlihat dalam Tabel bagian atas belum terjadi fermentasi.
3. Dari data diatas dapat dlihat bahwa Demikian juga perubahan suhu rata-rata
dengan fermentasi secara terbuka terjadi setiap harinya ternyata semakin lama
kenaikan suhu yang berbeda antara bagian fermentasi semakin turun suhu
permukaan, tengah dan bawah. Kenaikan fermentornya seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis perubahan protein selama proses fermentasi dengan tabung datar tanpa
pengadukan dengan ketinggian sekitar 15 cm
16
Eko Susanto, dkk. Optimalisasi Proses Fermentasi....
Lanjutan Tabel 4. Hasil Analisis perubahan protein selama proses fermentasi dengan tabung datar
tanpa pengadukan dengan ketinggian sekitar 15 cm
Dalam proses fermentasi terlihat bahwa bahan yang belum terfermentasi yang
suhu bahan yang difermentasi tidak merata posisinya ada di bagian atas/luar.
antara bagian bawah, tengah dan atas. Dari
Tabel 4 terlihat bahwa suhu terendah Dengan menggunakan proses fermentasi
terdapat pada permukaan bahan dan tanpa pengadukan lebih terlihat dan lebih
semakin kedalam atau kedasar semakin baik pemecahannya dibanding proses
tinggi suhu fermentasi. Dengan adanya fermentasi yang dilakukan pengadukan.
peningkatan suhu membuktikan adanya Dengan demikian proses yang dianjurkan
proses biologis yang disebakan oleh dan dapat digunakan untuk mendesain
adanya enzim atau mikroba yang fermentor semi kontinyu adalah dengan
ditambahkan. Hal ini didukung dengan menggunakan sistem fermentasi tanpa
adanya peningkatan kandungan protein pengadukan. Kemudian ditinjau dari
pada bagian bahan yang terfermentasi lamanya waktu fermentasi, sebenarnya
dibagian tengah dan bawah. Dengan semakin lama fermentasi semakin tinggi
semakin tingginya suhu pada dasar peningkatan kandungan protein, tetapi
fermentor munjukkan bahwa proses yang waktu yang dibutuhkan untuk peningkatan
terjadi adalah proses anaeob yaitu proses protein tidak seimbang dengan kenaikan
pemecahan bahan oleh mikroba tanpa kandungan protein dalam BIS. Dari hasil
adanya oksigen. Proses fermentasi terlihat penelitian bahwa fermentasi 2 hari (48
setelah pencampuran bahan dan mikroba jam) telah cukup untuk meningkatkan
diatas 6 jam, hal ini terlihat dari hasil kandungan protein rata-rata sebesar 2,77
pengamatan suhu yang selalu tetap yakni %. Perlakuan yang optimum dengan
sekitar suhu kamar /suhu lingkungan. menggunakan Biomix adalah fermentasi
Pengamatan lain yang dilakukan adalah dengan perbandingan bahan dan biomix
terjadinya gumpalan-gumpalan pada BIS adalah 3000 : 50 dengan kenaikan protein
yang telah mengalami fermentasi sehingga sebesar 3,1 %
setiap 24 jam dilakukan pembalikan atau
penghancuran gumpalan-gumpalan dan
dimaksudkan untuk memberi kesempatan
17
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 9 – 19
KESIMPULAN DAN SARAN [3] Batubara, LP, Sanchez MD, dan Pond
KR. 1993. “Feeding of lambs with
KESIMPULAN palm kernel cake and molases”. J
Penelitian Peternakan Sungai Putih I.
1. Mikroba yang dapat digunakan untuk hal: 7-13.
meningkatkan kandungan protein [4] Kuhad, R.C; A Shingh, K.K; Trihati,
adalah campuran beberapa bakteri R.K. Saxena and Erickson K. 1997.
(Biomix) yang dapat menghasilkan “Microorganisms as alternative Source
berbagai macam enzim yang dapat Protein”. Nutr. Rev 55, 65 – 75.
[5] Parahati, A 1983. Ilmu gizi dan
memecah Bungkil Inti Sawit
Makanan Ternak Monogastrik.
2. Perbandingan bahan dan biomix yang Angkasa Bandung.
optimum adalah 3000 : 25 [6] Shutleff, W and Aoyagi, A. 1979. The
3. Jumlah dan jenis mikroba sangat Book of Tempeh, Profesional Edition
berpengaruh terhadap peningkatan Harpened Row. Publishing. New York
Hagers Town, San Fransisco, London.
kandungan protein, semakin lama New Age Foods Study Center Book.
fermentasi semakin besar peningkatan [7] Trobos. 2008. Diasuh oleh PT Alltech
kadar protein 2,77% dengan waktu Biotechnology Indonesia.
fermentasi yang efisien adalah 2 hari “Penggunaan Bungkil Inti Sawit untuk
Pakan” (terhubung berkala)
(48 jam).
http://trobos.com/show article. (Akses
4. Fermentasi tidak perlu pengadukan Juni 2013).
tetapi dibutuhkan pembalikan setiap [8] Widjastuti, T. Abun, Wiwin
24 jam. Tanwiriah, Y.A, Indrawati, YA. 2007.
“Pengolahan Bungkil Inti Sawit (BIS)
Melalui Fermentasi oleh Jamur
SARAN Marasmius sp. Guna menunjang bahan
Pangan Alternatif untuk Ransum Ayam
Perlu dilakukan penelitian untuk Broiler”, Thesis. Fakultas Peternakan
memperpendek waktu fermentasi seperti Universitas Pajajaran Bandung
pemberian perlakuan pemanasan fermentor
sampai suhu optimum kerja bakteri pada
awal fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Amri M, 2007. “Pengaruh bungkil inti
sawit fermentasi dalam pakan
terhadap pertumbuhan ikan mas
(Cyprinus carpio L)”. J Ilmu Pertanian
Ind 9 (1): 71 – 76
[2] Badan Standardisasi Nasional. 1992.
SNI 01-2891 “ Cara uji makanan
minuman.” BSN Jakarta.
18
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 19 –36 Balai Besar Industri Agro
Mocaf is fermented cassava flour that can alter the characteristics of cassava flour will be whiter and has
a better gelatinization properties. Starter is needed in order to obtain a uniform quality of the fermented flour.
The aims of this study is to develop the starter which can survive at a certain storage time. Research variable
in this study are starter which made by centrifugation process and with the addition of trehalose (RBa), a
starter made by centrifugation process and without the addition of trehalose (RBb), the starter made without
centrifugation process and with the addition of trehalose (RBc), as well as the starter made without
centrifugation and without the addition of trehalose (RBd) . The results show that the starter which made by
centrifugation process and without addition of trehalose (RBb) has the best performance within the growth of
lactic acid bacteria and their survival during the storage time. Starter RBa and RBd which made without
centrifugation has an initial viability 6,05 and 6,94 log CFU/g, while starter RBb which made through
centrifugation process has an initial viability 7,64 - 9,01 log CFUg as well as starter RBc which has initial
viability 8,03 – 8,69 log CFU/g. Starter which store in 4 °C decreased the viability less than the starter which
store on the room temperature (0,62 log cycle on the 6 month of storages).
ABSTRAK
Tepung mokaf adalah tepung fermentasi ubi kayu yang dapat mengubah karakteristik dasar dari tepung
ubi kayu menjadi lebih putih dan memiliki sifat gelatinisasi yang lebih baik. Untuk dapat memperoleh mutu
tepung mokaf yang seragam diperlukan starter mokaf. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses
pembuatan starter mokaf yang dapat menghasilkan starter mokaf yang dapat bertahan pada waktu
penyimpanan 2 minggu pada suhu ruang dan 6 bulan pada suhu pendingin. Berbagai variabel yang dibuat
pada penelitian ini antara lain starter yang dibuat dengan proses sentrifugasi dan dengan penambahan
trehalose (RBa), starter yang dibuat dengan sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose (RBb), starter yang
dibuat tanpa proses sentrifugasi dan dengan penambahan trehalose (RBc), serta starter yang dibuat tanpa
sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose (RBd). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik
pada pembuatan starter mokaf adalah dengan melibatkan proses sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose
(RBb) dalam hal jumlah bakteri asam laktat yang dapat bertahan hidup serta ketahanan simpannya. Dari hasil
penelitian diperoleh starter RBa dan RBd tanpa proses sentrifugasi pada pembuatannya memiliki viabilitas
awal 6,05 log CFU/g sampai dengan 6,94 log CFU/g. Sedangkan starter RBb yang menggunakan proses
sentrifugasi pada pembuatannya memiliki viabilitas awal yang lebih tinggi yaitu 7,64 log CFU/g dan 9,01 log
CFU/g dan starter RBc yang juga menggunakan proses sentrifugasi viabilitas awal 8,03 log CFU/g dan 8,69
log CFU/g. Penyimpanan starter pada suhu 4 °C mengalami penurunan viabilitas lebih kecil dibandingkan
dengan starter yang disimpan pada suhu ruang sebesar 0,62 siklus log selama 6 bulan penyimpanan.
19
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013: 19 –35
20
Yuliasri Ramadhani, dkk Viabilitas Bakteri Asam Laktat....
ubi kayu yang cenderung tidak gelatin, trehalose, tepung beras, kain
menyenangkan konsumen [13]. saring, aluminium foil yang diperoeleh
[11]
melaporkan bahwa produk ubi kayu dari toko kimia di Bogor.
“fufu” yang difermentasi mempunyai
karakteristik pembentukan pasta yang Alat
lebih baik daripada yang tidak Peralatan yang digunakan pada penelitian
difermentasi, selain itu proses fermentasi ini adalah autoclave dengan tekanan 1,2
dapat mereduksi bau yang tidak atm, incubator merek Hereaus, pengering
diharapkan pada tepung ubi kayu. starter mokaf vakuum, sentrifuse, vortex,
Dalam proses modifikasi ubi kayu pipet mikro, erlenmeyer, bunsen, tabung
menjadi tepung mokaf digunakan starter reaksi, cawan petri, dan peralatan gelas
mokaf untuk mempercepat lainnya.
berlangsungnya proses fermentasi.
Teknologi proses pembuatan starter Metode
mocaf sudah dilaporkan oleh [7], namun Tahapan penelitian ini terdiri dari tahap
proses pembuatan starter masih perlu persiapan kultur, pembuatan starter, dan
dilakukan penyempurnaan dikarenakan pengujian masa simpan starter.
masa simpan starter yang belum terlalu
baik dan diperlukan standar proses pada Persiapan Kultur (Modifikasi Koch,
pembuatan starter agar diperoleh starter 1994)
mocaf yang dapat menghasilkan mutu Persiapan kultur dilakukan dengan cara
produk mokaf yang seragam. sebagai berikut, kultur BAL yang
Penelitian ini bertujuan untuk diliofilisasi disegarkan dengan
mengevaluasi proses pembuatan starter ditumbuhkan pada 5 ml media MRSB dan
mokaf dan dan umur simpan starter diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
mokaf. °C. Dari kultur yang telah disegarkan
tersebut sebagian dibuat menjadi kultur
BAHAN DAN METODE stok dan sebagian menjadi kultur kerja.
Bahan Untuk membuat kultur stok, sebanyak 1
Bahan baku dan bahan penolong yang ose kultur yang tumbuh pada MRSB
digunakan pada penelitian ini adalah ubi digoreskan pada agar miring yang berisi
kayu diperoleh dari pedagang di Pasar MRSA dan CaCO3 kemudian kultur yang
Bogor sedang kultur bakteri asam laktat telah digoreskan tersebut diinkubasi pada
(BAL) hasil isolasi. Bahan kimia dan suhu 37 °C selama 24 jam – 48 jam.
media meliputi media deMann Rogosa Kultur stok yang telah ditumbuhi BAL
Sharpe Broth (MRSB), deMann Rogosa disimpan pada pendingin. Untuk
Sharpe Agar (MRSA), akuades, CaCO3, membuat kultur kerja, sebanyak 1-2 ose
NaCl, alkohol teknis, spiritus, bacto agar, kultur ditumbuhkan pada 250 ml MRSB
CaCl2, trehalose, pepton, yeast extract, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
Potasium dihidrogen pospat, alginat, beef suhu 37 °C.
21
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013: 19 –36
22
Yuliasri Ramadhani, dkk Viabilitas Bakteri Asam Laktat....
Gambar 2. Media MRSB Sebelum Ditumbuhi BAL (kiri) dan MRSB yang Telah
Ditumbuhi BAL yang Merupakan Kultur Kerja BAL(kanan)
dan suhu pendingin (4 °C) (Gambar 5). Pengujian Umur Simpan dan Viabilitas
Starter yang baru dibuat dihitung jumlah Starter
BAL yang hidup sebagai starter minggu Pengamatan viabilitas starter pada
ke-0. minggu ke-0 dapat dilihat pada Gambar 6.
berikut
Gambar 5. Starter Mokaf yang Disimpan pada Suhu Kamar (30 °C) (kiri) dan pada Suhu Pendingin
(4 °C) (kanan)
Gambar 6. Kurva Viabilitas Awal Starter Mokaf dengan 4 Perlakuan baik yang Disimpan pada Suhu
ruang (RBa1, RBb1, RBc1, dan RBd1) Maupun yang Disimpan pada Suhu Pendingin (RBa2, RBb2,
RBc2, dan RBd2) Minggu ke-0
Berdasarkan viabilitas awal starter bahwa starter RBa dan RBd yang tidak
mokaf, dapat dilihat bahwa RBb dan RBc melibatkan proses sentrifugasi pada
memiliki viabilitas awal yang lebih baik pembuatannya memiliki viabilitas awal
dibandingkan dengan RBa dan RBd. Hal 6,05 log CFU/g sampai dengan 6,94 log
ini dapat menunjukkan bahwa proses CFU/g. Sedangkan starter RBb yang
sentrifugasi pada pembuatan starter menggunakan proses sentrifugasi pada
mokaf diperlukan untuk mendapatkan pembuatannya memiliki viabilitas awal
starter dengan viabilitas awal yang baik. yang lebih tinggi yaitu 7,64 log CFU/g
Berdasarkan Gambar 6. dapat dilihat dan 9,01 log CFU/g. Demikian juga
27
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013: 19 –36
(4 °C) setelah 5 bulan dapat dilihat pada mengalami perubahan secara visual baik
Gambar 9. warna, bau, maupun penampakan secara
Berdasarkan Gambar 8. dapat dilihat keseluruhan starter, dengan kata lain
bahwa selama 4 minggu penyimpanan kondisi starter masih sama dengan ketika
pada suhu pendingin starter belum starter ini pertama kali dibuat.
Gambar 8. Starter Mokaf RBa2, RBb2, RBc2, dan RBd2 (dari kiri ke kanan) Setelah 4 Minggu
Penyimpanan pada Suhu Pendingin (4 °C)
Gambar 9. Starter Mokaf RBa2, RBb2, RBc2, dan RBd2 (dari kiri ke kanan) Setelah 6 Bulan Penyimpanan
pada Suhu Pendingin (4 °C)
Pengamatan starter mokaf secara dapat dilihat bahwa starter mokaf yang
visual setelah 6 bulan penyimpanan melalui tahapan sentrifugasi bersifat lebih
seperti pada Gambar 9. menunjukkan stabil.
bahwa semua perlakuan starter yang Viabilitas starter juga diamati setiap
disimpan pada suhu pendingin belum 2 minggu selama penyimpanan melalui
menunjukkan adanya perubahan, kecuali plating pada media MRSA, baik pada
pada RBa2 yaitu starter yang dibuat tanpa starter yang disimpan pada suhu ruang
proses sentrifugasi dan tanpa trehalose. maupun starter yang disimpan pada suhu
Perubahan yang terjadi adalah bentuknya pendingin. Pengamatan dilakukan sampai
yang mulai bergumpal dan mulai dengan starter berubah bentuk (ditumbuhi
ditumbuhi kapang pada permukaannya. kapang dan muncul bau). Pengamatan
Hal ini diduga akibat terjadi kontaminasi viabilitas starter selama
silang pada saat penyimpanan starter. penyimpananpada suhu ruang dapat
Berdasarkan penampakan visual selama dilihat pada Gambar 10. berikut.
6 bulan penyimpanan pada suhu 4 °C
29
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013: 19 –36
Gambar 10. Pengamatan Viabilitas Starter Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang (30 °C)
Starter RBa dan RBd mengalami ke luar daerah dalam kondisi tanpa
penambahan jumlah BAL selama pendingin (dikirim pada kondisi suhu
penyimpanan, hal ini dikarenakan proses ruang). Berdasarkan hasil penelitian ini
pembuatan starter yang tanpa sentrifugasi dapat dilihat bahwa pada kondisi
mengakibatkan media pertumbuhan penyimpanan suhu ruang, starter RBb
masih tersisa dan tercampur pada starter yang mengalami penurunan viabilitas
dan menandakan proses immobilisasi sel yang kecil dan dapat bertahan tanpa
tidak berlangsung dengan baik. terkontaminasi selama masa penyimpanan
Penyimpanan di suhu ruang juga 6 minggu. Hal ini dikarenakan perlakuan
menyebabkan sel BAL yang tercampur sentrifugasi dengan kecepatan 3500 RPM
media tersebut masih dapat aktif pada starter RBb dapat benar-benar
meskipun tidak dalam kondisi memisahkan cairan media dengan sel
optimumnya. bakteri yang dipanen. Starter dengan
Starter RBb mengalami penurunan perlakuan RBc meskipun melalui proses
viabilitas yang paling kecil. Hingga sentrifugasi namun mengalami penurunan
penyimpanan selama 6 minggu, starter viabilitas yang lebih besar diakibatkan
RBb hanya mengalami penurunan sebesar oleh penggunaan trehalose yang
1,96 siklus log. Bila dibandingkan dengan menyebabkan starter yang dihasilkan
RBc yang menggunakan trehalose lebih higroskopis sehingga
ternyata mengalami penurunan viabilitas menjadikannya lebih mudah untuk
yang lebih besar daripada RBb yaitu mengalami peningkatan kadar air dan
sebesar 1,65 siklus log dalam 4 minggu. mudah terkontaminasi dengan mikroba
Sementara pada RBb dalam 4 minggu lain, dalam hal ini kapang. [18]
penyimpanan penurunan viabilitas memaparkan bahwa selama proses
sebesar 1,1 siklus log. pengeringan, survival mikroorganisme
Perlakuan penyimpanan starter pada dapat ditingkatkan dengan penambahan
suhu ruang dimaksudkan sebagai simulasi media protektif. Disakarida trehalose
bila starter dibutuhkan untuk dikirimkan berperan sebagai protecting agent yang
30
Yuliasri Ramadhani, dkk Viabilitas Bakteri Asam Laktat....
kritikal pada membran untuk sel khamir bubuk pada penelitian ini tidak terlalu
selama kondisi stres dari lingkungan direkomendasikan karena sifatnya yang
seperti perlakuan panas, pengeringan, menjadikan starter bersifat lebih
pembekuan, dan confers viabilitas sel higroskopis.
yang lebih tinggi dengan adanya etanol Pengamatan viabilitas starter mokaf
konsentrasi tinggi. Namun peran trehalose selama penyimpanan pada suhu
pada pembuatan starter dalam bentuk pendingin dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pengamatan Viabilitas Starter Selama Penyimpanan pada Suhu Pendingin
Starter yang disimpan pada suhu 4 °C viabilitas sel, dimana hal ini berlawanan
mengalami penurunan viabilitas lebih dengan hasil penelitian yang dilakukan
kecil dibandingkan dengan starter yang oleh [17] yang melaporkan bahwa trehalose
disimpan pada suhu ruang. Berdasarkan dapat menurunkan produksi asam dan
Gambar 11. dapat dilihat bahwa starter mempertahankan sel BAL agar tidak
RBb yang mengalami penurunan berploriferasi, selain itu dilaporkan juga
viabilitas paling kecil dibandingkan bahwa trehalose memberikan pengaruh
dengan starter lainnya, yaitu hanya positif pada ketahanan sel BAL terhadap
mengalami penurunan sebesar 0,62 siklus kondisi stress dan lingkungan seperti
log selama 6 bulan penyimpanan. Starter pengasaman dan pengeringan. Hal ini
RBc yang juga menggunakan proses semakin mempertegas bahwa starter yang
sentrifugasi pada pembuatannya dibuat melalui proses sentrifugasi dan
mengalami penurunan viabilitas cukup tanpa penambahan trehalose merupakan
besar pada minggu ke-2 penyimpanan. starter dengan perlakuan terbaik. Dengan
Hasil pengamatan ini menunjukkan demikian proses pembuatan starter mokaf
bahwa proses penambahan trehalose tidak yang direkomendasikan dapat dilihat pada
memberikan pengaruh positif terhadap Gambar 12.
31
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013: 19 –36
Starter
mokaf
Gambar 12. Proses Pembuatan Starter Mokaf
Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat banyak sel BAL yang dapat dipanen
bahwa proses fermentasi berlangsung dan proses pemisahan antara sel dan
setelah perendaman selama 4 jam yang media dapat berlangsung lebih baik.
ditandai dengan turunnya pH untuk starter Penambahan trehalose pada
RBa, dan RBb dari pH 7,8 turun menjadi pembuatan starter ini juga bukan
4,5 – 4,7, sedangkan untuk starter RBc merupakan hal yang signifikan,
dan RBd dari pH 7,8 menjadi pH 7,4. sehingga proses pembuatan starter
Apabila proses fermentasi dilajutkan yang terpilih pada penelitian ini
untuk menurunkan pH menjadi 4,5 – 4,8 adalah starter yang dibuat melalui
dibutuhkan waktu selama 23 jam untuk proses sentrifugasi 3500 RPM dan
perlakuan RBc dan RBd. Penurunan pH tanpa penambahan trehalose 10%.
menandakan telah terbentuknya asam 2. Proses pembuatan starter mokaf pada
laktat hasil metabolit sekunder dari BAL perlakuan RBb (menggunakan proses
yang menandakan starter telah aktif. sentrifugasi 3500 RPM dan tanpa
penambahan trehalose) dan RBc
KESIMPULAN DAN SARAN (menggunakan proses sentrifugasi
1. Proses sentrifugasi 3500 RPM pada 3500 RPM dan dengan penambahan
pembuatan starter merupakan hal trehalose 10%) memiliki viabilitas
yang cukup penting dalam proses awal yang lebih baik karena
pembuatan starter ini, karena lebih menggunakan proses sentrifugasi
33
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013: 19 –36
34
Yuliasri Ramadhani, dkk Viabilitas Bakteri Asam Laktat....
Probiotics for Yoghurt.” International [14] SNI 7622: 2011. Tepung Mokaf.
Dairy Journal 13: 3 – 13. Badan Standardisasi Nasional
[7] Loebis, E.H., Y.R. Meutia, S.D. Sirait,
Solechan, I.N. Ridwan, I. Wirawan. [15] Surono, I.S. 2004. Probiotik: Susu
2010. Pengembangan Pembuatan Fermentasi dan Kesehatan. YAPMMI,
Starter untuk Industri Modified Jakarta.
Cassava Flour. Laporan Litbang DIPA
2010. Balai Besar Industri Agro. [16] Valdez, G.F. 2000. “Maintenance of
Lactic Acid Bacteria.” Methods in
[8] Mortazavian, A., S.H. Razavi, M.R. Biotechnology 14: 163 – 171.
Ehsani, S. Sohrabvandi. 2007.
“Principles and Methods of [17] Xioyan, L., dan C. Xiguang. 2009.
Microencapsulation of Probiotic “Drying of Micro-Encapsulated Lactic
Microorganisms. Review Article.” Acid Bacteria Effects of Trehalose and
Iranian Journal of Biotechnology 5(1): Immobilization on Cell Survival and
1-18. Release Properties.” Journal Ocean
Univ. China (Oceanic and Coastal Sea
[9] Nguyen, D.N., N.M.N. Ton, V.V.M. Research) 8: 39 – 44.
Le. 2009. “Optimization od
Saccharomyces cerevisiae [18] Zayed, G., dan Y.H. Roos. 2004.
Immobilization in Bacterial-Cellulose “Influence of Trehalose and Moisture
by ‘Adsorbtion – Incubation’ Method.” content on Survival of Lactobacillus
International Food Research Journal salivarus Subjected to Freeze-Drying
16: 59 – 64. and storage.” Process Biochemistry 39:
1081 – 1086.
[10] Prevost, H., dan C. Divies. 1992.
“Cream Fermentation by a Mixed [19] Zhang, P., W. Zhou, P.Wang, L. Wang,
Culture of Lactococci Entrapped in M. Tang. 2013. “Enhancement of
Two-Layer Calcium Alginate Gel Chitosanase Production by Cell
Beads.” Biotechnology Letter 14: 583 – Immobilization of Gongronella sp.
588 JG”. Brazilian Journal of Microbiology
44(1): 189 – 195.
[11] Sobowale, A. O., Olurin, T. O. dan
Oyewole, O. B.2007. “Effect of Lactic
Acid Bacteria Starter Culture
Fermentation of Cassava on Chemical
and Sensory Characteristics of Fufu
Flour.” African Journal of
Biotechnology 6: 1954 – 1958.
36
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 37 – 48 Balai Besar Industri Agro
ABSTRAK
Buah merah (Pandanus Conoides Lam) dilaporkan telah banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat
Papua sejak ratusan tahun yang lalu, sebagai bahan pembantu pengolahan pangan dengan cara mengekstrak menjadi
pasta dalam pengolahan kentang, daging dan sayuran. Buah merah diketahui banyak mengandung karoten, lemak dan
vitamin E. Selain itu mengandung protein, karbohidrat dan mineral yang kecil. Minyak buah merah mengandung
empat jenis karotenoid yaitu: alpha-karoten, beta-karoten, alpha-crytoxanthin dan beta cryptoxanthin. Dalam tulisan
ini akan dibahas tentang sejarah buah merah, kandungan nilai gizi dan manfaat serta keamanannya.
37
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 37 – 48
South America passing through Beringia Baliem valley was reported to be 50,000,
(Bering strait without glaciers) and North one of most high density areas in Papua [3]
America. and [4]. So, the purpose of this article is to
review and internet relatively recent research
Along with global warming and rising the on nutrition value, safety and benefits of
sea levels, the continents of Sunda and Saful Buah Merah oil.
disappeared and the present geographic
terrains were formed before 10,000 years. Buah Merah is a common food of the
highlanders
Thus, the present native Papuan people,
classified as Australo-Melanesian with One of the reasons why huge number of
language of Non-Austronesia, often called people could survive was their farming skill
Papuan, have been inhabiting in Papua of sweet potato introduced 500 years ago.
island for at least 50,000 years [1] and [2]. Sweet potato is quite good food to maintain
and support population. However, questions
In Papua, four broad categories of remained. One Christianity person noticed
ecological environment can be recognized: another reason why the highlanders have
swampy areas, coastal lowland, foothills and been surviving under cold and poor
small valleys, and highlands. Each of these conditions. His conclusion was Buah Merah
zones supports different subsistence systems. that is daily taken and common fruit for the
This article focuses on people in the highlanders.
highlands in conjunction with Buah Merah Taxonomy of Buah Merah plant is as follow;
(meaning red fruit). In the highlands,
farming and raising pigs is the primary Division :Spermatophyta
subsistence strategy. Class :Angiospermae
Some families of the immigrants after Order :Pandanales
landing on Papua island moved up to the Family :Pandanaceae
highland areas, at more than 1,500 m from
Genus :Pandanus
sea level, possibly to avoid deadly disease
Malaria, at least 32,000 years ago. With Species :Pandanus conoideus Lam.
warming climate, the forest became thicker
and highlands were isolated from lowland Buah Merah is the name of Indonesian
areas. language, meaning Red (Merah) Fruit
(Buah). The highlanders in Baliem valley,
The inhabitants at the highlands, had been Papua call it “Tawi” or “Watawi”.
surviving under terrible conditions; cold
climates, naked wear styles, poor animal The characteristics include one trunk with
foods, simple house etc. until they were many roots derived from the trunk above the
introduced to the world as prehistoric earth. The roots sometimes have 150 cm in
humans in 1938. At this time, however, height and support the trunk. Therefore, this
population of the highlanders, Dani tribe in type of plants are named from Octopus. The
38
Mathelda, et al. Buah Merah and Papuan People....
tree reaches more than 15 m with abundant a flowering, a green fruit wrapped with
leaves. Buah Merah tree has less than 5 green leaves is getting matured and appears
branches with thorns. The leaf is dark green from the leaf sheath to be ripen, brown to red
with 5~10 cm in width and becomes 150 cm color at 6 months old.
in length. The edges of leaf are spiny. After
A big longitudinal fruit is around 1 m in thickness. The part of meat around bullet-
length, 20~30 cm in diameter and 10 kg in shaped seeds is 2 mm only in thickness [5].
weight. The flesh on the surface is 2~3 cm in
Figure 2. Buah Merah fruits with a boy Figure 3. Cut surface of Buh Merah Figure 4. Surface of Buah Merah fruit
39
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 37 – 48
There are some varieties in Buah Merah The highland people collect Buah
inclusive of short-, medium- or long-sized Merah fruit whenever the fruit is matured.
ones. In the highland of Baliem valley, the The fruit is harvested two times a year.
local Papuans cultivate and utilize the most Harvesting time varies from areas to areas.
economical and nutritious long-sized fruits. Therefore, they are able to take Buah
Now, the dwellers living in lowland areas Merah almost all the year around.
transferred Buah Merah trees from the
highlands and plant them, but it is believed The Buah Merah fruits are cooked in
that the fruits grown at highlands of their traditional way to make Pasta source.
Baliem valley and its vicinity are best in It is said that the excess Pasta is stored in a
terms of nutrition because of climates. The bamboo container and used for one year.
temperatures in the highlands are 14 to 28 Nowadays, the Pasta or extract oil is kept
in a glass bottle.
◦c in lowest and highest averages, and it
rains slightly compared to the lowlands [7].
The Pasta is ingested with steamed and/ or Batu in Papuan language, cooking with
roasted sweet potato, taro or vegetables. In heated stones. This cooking method might
a few occasion such as marriage and be spread to Polynesia from Papua or
special ceremonies, buah merah is cooked Melanesia.
with their traditional cooking way, Bakar
Figure 6. Stones are heated with fire Figure 7. Heated stones are placed inside grass-
made oven
40
Mathelda, et al. Buah Merah and Papuan People....
In Bakar Batu, the heated stones are layer and then water is put in the flesh. The
placed between each food material and flesh is vigorously mixed and squeezed
they are not directly attached to the food with hands to separate the fruit meats from
materials by putting glasses between the seeds and obtain the Pasta. The Pasta is a
stones and food materials.After the flesh of mixture of Buah Merah oil and cellular
Buah Merah fruit is heated with hot stones, matrices.The Pasta is used as source for
it is separated from underlying fibrous cooked meat, potatoes andvegetables.
Figure 9. Cooked Buah Merah flesh is mixed Figure 10. Pasta is made by squeezing the mixture
with water
Figure 11. Buah Merah oil is obtained with Pasta Figure 12. Pasta is used as source for cooked foods
41
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 37 – 48
42
Mathelda, et al. Buah Merah and Papuan People....
43
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 37 – 48
associated with Buah Merah, according to side effects. 30 mg/day or more of beta-
Papuan native people and health authorities carotene supplements and the consumption
so far we investigated. of large amount of carotene-rich foods
have resulted in a yellow discoloration of
Buah Merah oil is extracted from the skin (carotenodermia).
cellular matrix of Buah Merah fruit. Acute The risks of high-dose beta-carotene
and sub-acute toxicity studies of Buah supplementation (20~30 mg/day) outweigh
Merah oil were conducted using Sprague any potential benefits for chronic disease
Dawley rats by oral administration prevention, especially in smokers or other
according to OECD guidelines by M&K high-risk populations. There is no reason to
Laboratories Inc. Acute toxicity was not limit the consumption of carotenoid-rich
found at 2 ml/kg bodyweight of Buah fruits and vegetables during pregnancy.
Merah oil. In the sub-acute test, 0.1, 0.3 Pregnant and breast-feeding women should
and 1 mL/kg bodyweight of the test avoid consuming more than 3 mg/day of
substance were given to the rats for 28 beta-carotene from supplements.
days, but no untoward findings caused by
the test substance were reported [10] The University of Indonesia and Bandung
mutagenicity study of Buah Merah oil Institute of Technology, Indonesia promise
disclosed no mutagenicity in base-pair that Buah Merah oil dosage of 3 x 1
substitution and frameshift types [11]. tablespoon per day (15 mL x 3 = 45
mL/day) is safe [12].
It is noticed that Buah Merah oil has
been produced by paying most attention to Safety of beta-cryptoxanthin has not
hygiene, by considering the principles of been established, so far we examined.
international standards at the near site of Beta-cryptoxanthin is naturally contained
Buah Merah cultivation areas, Wamena of at contents of 3.6 mg and 0.4 mg per 1 cup
Baliem valley. According to internal data (200 mL) in cooked pumpkin and fresh
of M&K Laboratories Inc., no pathogenic orange juice, respectively [12].
microorganisms are contaminated in Buah
Merah oil. Buah Merah oil is comparable with
natural fruit and its analysis results reveal
The production method with possible that the contents of beta-carotene and beta-
modifications was applied for approval for cryptoxanthin are about 5 mg/100g (0.05
patent by M&K Laboratories and CABI to mg/g) each [13]. One [1] mL/kg of rat
Japan Patent Office in 2012.According to bodyweight/day (60 mL or 54 g/60 kg
above-mentioned nutritional data, pro- human bodyweight) in 28 days consecutive
vitamin A carotenoids are concerned in administration does not show any toxic
[10]
safety issues. side effects . Preliminary
pharmacokinetic study of Buah Merah
The Linus Pauling Institute, Oregon capsule form of oil showed that beta-
State University in USA well-summarizes carotene and beta-cryptoxanthin were
the safety of carotenoids [12], showing that relatively rapidly absorbed into blood of
high dose of beta-carotene (up to 180 human subjects [14].
mg/day) have been used to treat
erythropoietic protoporphyria without toxic
44
Mathelda, et al. Buah Merah and Papuan People....
From these facts and history of use of In Japan, it has been reported that Buah
Buah Merah by Papuan people, we can Merah oil inhibited proliferation of cancer
conclude that Buah Merah oil is very safe cells such as S-180, Lewis lung cancer,
and the dose of 10 g/day may not cause human non-small lung cancer A549 and
any side-effects in human. In order to human gastric cancer K-MK-6 cell lines in
maintain health conditions and intake mice [23, 24]. When Buah Merah oil was
micronutrients, especially beta- given to SHR-SP rats, it increased in
cryptoxanthin from Buah Merah oil, it is longevity of SHR-SP rats by 20 % [25]. In
recommended to receive 2 g/day in healthy vitro studies using melanoma cell B16 line
persons, because average daily intake of revealed that Buah Merah oil was not cyto-
beta-cryptoxanthin in American population toxic until the concentrations of 400 μg/mL
is reported as 104 μg/day [15]. and suppressed melanogenesis and
tyrosinase activity in a dose-dependent
Health Benefits of Buah Merah Oil manner [26]. It is suggested from an
Health benefits of provitamin A additional study that suppression of
carotenoids are also well summarized by melanogenesis is probably associated with
the Linus Pauling Institute, Oregon State stimulated degradation of tyrosinase
University in USA [12]. It is well-known through ubiquitin-proteasome system [27].
that high doses of beta-carotene Beta-cryptoxanthin suppresses the
(considered as synthetic substance, 20~30 growth of human non-small-cell lung
mg/day) supplementation to smokers cancer cells, A549 cells in vitro by
and/or workers with a history of approximate 50% at concentration of 20
occupational asbestos exposure increased μmol/L [28]. In contrast, 500 μg/mL
the risk of lung cancers. In contrast, there (equivalent to 0.05 μmol/L of beta-
are many reports that dietary intake of cryptoxanthin) of Buah Merah oil
beta-cryptoxanthin was inversely suppresses the growth of A549 cancer cells
associated with significant reductions in by 97.5% [23]. These findings indicate that
risk of lung cancer in cohort clinical Buah Merah oil has more than 400-fold
studies. stronger action in suppression of A4549
Experimental animal studies cell growth as long as beta-cryptoxanthin
demonstrated that beta-cryptoxanthin had levels are concerned.
ant-cancer effects in the large intestines We speculate that Buah Merah oil may
and lungs, and prevented osteoporosis and exert suppression of cancer cell growth not
improved diabetes mellitus [16~19]. only by beta-cryptoxanthin’s action but
With regards to Buah Merah oil, there also by synergic effects with unknown
are various empirical reports of ingredients, probably other carotenoids.
improvement for stamina, hypertension, Buah Merah products are categorized as
gout, allergy, eczema, cancers, hepatitis, traditional herbal medicine in Indonesia.
AIDS/HIVs, hair-growth, constipation, Idonesian Buah Merah products claim the
lower body temperature and so on, but the benefits or efficacies for cancers, stroke
effects of Buah Merah oil have not been and hypertension, gout, diabetes mellitus,
established [5, 6, 13, 20~22].
45
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 37 – 48
46
Mathelda, et al. Buah Merah and Papuan People....
[12] Micronutrient Information Center, [21] M Yahya and BTW Wiryanta, 2005.
Linus Pauling Institute, Oregon State “Khasiat & Manfaat Buah Merah” (in
University. Indonesia). AgroMedia Pustaka,
http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/ph Indonesia
ytochemicals/carotenoids/index.html#b [22] Redaksi AgroMedia, 2005. Pro &
iological_activity Kontra Buah Merah. AgroMedia
[13] Redaksi trubus, 2005. Panduan Praktis Pustaka.
BUAH MERAH (in Indonesian). [23] T Nishigaki, K Hirose, IS. Surono and
Penebar Swadaya, Indonesia. H Shigematsu. “Antitumor Effects of
[14] H Wijaya and T Nishigaki, 2009. Pandanus conoideus in in vitro and in
Preliminary Pharmacokinetic Study of vivo Studies”. Internal Archives of
Buah Merah oil in healthy humans. M&K Laboratories Inc. Japan
Internal Archives of Center for Agro- [24] T Nishigaki and K Hirose. “In vivo-
Based Industry, Ministry of Industry, growth inhibition of human gastric
Indonesia cancer K-MK-6 by Buah Merah”.
[15] Institute of Medicine. Dietary Internal Archives of M&K
reference intakes for vitamin A, Laboratories Inc. Japan
vitamin K, arsenic, boron, chromium, [25] H Yoshitomi, T Nishigaki, I Surono
copper, iodine, iron, manganese, and M Gao. “Longevity of
molybdenum, nickel, sikicon, Spontaneous Hypertensive Rat-Stroke
vanadium and zinc. 2001, National Prone Rats (SHR-SP) by Morinda
Academy Press, USA citrifolia (Noni) fruit juice,
[16] T Tanaka et al, 2000. Suppression of Cocos nucifera (Extra Virgin Coconut
Azoxymethane0induced colon Oil ) and Pandanus conoideus (Buah
carcinogenesis on male F344 rats by Merah) oil”. International Conference,
Mandarin juice rich in b-Cryptoxanthin Exhibition and Short Course on
and Hesperidin. Int. J. Cancer: 88, Nutraceuticals and Functional Foods
146–150 (2000) in Indonesia, October 11-15, 2010
[17] C Liu, RT Bronson, RM Russel and [26] M Hatai, H Yoshitomi, T Nishigaki
XD Wang, 2011. “β-Ctryptoxanthin and M Gao, 2011. “Inhibitory Effects
supplementation prevents cigarette and Mechanism of Buah Merah
smoke-induced lung inflammation, (Pandanus conoideus) Oil on
oxidative damage and squamous Melanogenesis. Japan Pharmacy
metaplasia in ferrets”. Cancer Prev Conference, supposedly held in
Res, Published online March 18, 2011 Shizuoka in April”. Buah Merah
[18] S Uchiyama, T Sumida and M Meeting in Tokyo, May 15, 2011
Yamaguchi. “Oral Administration of [27] M Hatai, H Yoshitomi, T Nishigaki
β -Cryptoxanthin Induces Anabolic and M Gao, 2012. “Stimulatory Action
Effects on Bone Components in the of Tyrosinase Degradation by Buah
Femoral Tissues of Rats in Vivo”. Merah Oil”. Japan Pharmacy
Biol. Pharm. Bull. : 27(2) 232—235 conference, March
(2004) [28] F Lian, KQ Hu, RM Russel, XD
[19] Winarto, M Madiyan and N Anisah, Wang. 2006. beta-Cryptoxanthin
2009. The effect of Pandanus suppresses the growth of immortalized
conoideus Lam. Oil on pancreatic β- human bronchial epithelial cells and
cells and glibenclamide hupoglycemic non-small lung cancer cells and up-
effect of diabetic Wistar rats. Berkala regulates retinoic acid receptor beta
Ilmu Kedokteran: 41 (1) 11-19 expression. 2006, Int. J. Cancer.
119:2084-2089.
[20] IM Budi and F Paimin, Buah Merah
(in Indonesian), Penebar Swadaya,
Indonesia, 2004
47
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 37 – 48
48
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 49 – 58 Balai Besar Industri Agro
Corn ( Zea mays L. ) is one of the main food commodities in Indonesia where some areas are planting
various types of corn. To anticipate of bountiful harvest of corn and to avoid damage during storage,
diversification in corn-based products is necessary. Diversification of products from several types of corn can be
utilized by small and medium industries to improve the added value of corn. Currently corn-based product that
already utilized by big and middle scale industry are corn oil , cornstarch , grits , margarine , sugar , noodles and
etc. In this research, an effort to diversify corn-based product by making corn cookies has been conducted. The
experiments carried out a mixture substitution of corn flour ( range 40 % - 80 % ) and rice flour (range 10-15%).
Organoleptic test (using hedonic scale method) including the flavor, aroma, appearance, color and crispness
results the most preferred is the product with 50 % substitution of maize flour and 15 % rice flour.
ABSTRAK
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditi pangan utama di Indonesia selain beras dimana di
sebagian daerah bahkan dilakukan penanaman berbagai jenis jagung. Untuk mengantisipasi panen yang
melimpah dan menghindari kerusakan jagung selama penyimpanan maka perlu dilakukan diversifikasi produk
jagung. Diversifikasi produk dari beberapa jenis jagung tersebut dapat dimanfaatkan oleh Industri Kecil dan
Menengah untuk meningkatkan nilai tambah. Saat ini yang diupayakan oleh industri menengah keatas adalah
untuk industri minyak jagung, maizena, grits, margarin, gula, bihun dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini
dilakukan suatu upaya diversifikasi jagung dengan melakukan percobaan pembuatan makanan ringan (kukis).
Dalam percobaan dilakukan dengan beberapa formula substitusi campuran tepung jagung (berkisar 40% – 80 %)
dan tepung beras (berkisar 10 – 15 %). Hasil penilaian organoleptik dengan metode skala hedonik yang meliputi
rasa, aroma, penampakan, warna dan kerenyahan yang paling disukai adalah produk dengan substitusi 50 %
tepung jagung dan 15 % tepung beras.
49
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 49 –58
berkembang dan beragam terutama untuk syarat mutu sesuai SNI Biskuit. Menurut [9]
industri menengah ke atas seperti industri tepung jagung dapat melembutkan adonan,
snack food (makanan ringan), minyak namun penggunaan yang terlalu banyak
jagung, maizena, grits, margarin, gula dan akan mengakibatkan terjadinya
lain sebagainya. Akan tetapi, pada skala penyimpangan rasa yang kurang disukai.
petani atau usaha kecil menengah, jagung Pengembangan formulasi kukis
umumnya hanya dijual begitu saja, atau menggunakan tepung jagung diharapkan
sebagai penganan selingan. dapat meningkatkan diversifikasi produk
Produk makanan ringan yang potensial dari jagung terutama tepung jagung di
baik dari segi proses produksi maupun tingkat Industri Kecil dan Menengah.
pemasaran antara lain adalah kukis. Kukis
merupakan salah satu jenis biskuit. Kukis BAHAN DAN METODE
adalah jenis biskuit yang berkadar lemak Bahan
tinggi, renyah, dan bila dipatahkan Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
penampang potongnya bertekstur kurang Proses Pengolahan BBIA dengan
padat. Umumnya kukis terbuat dari tepung menggunakan bahan baku pipilan jagung
lemah yaitu tepung dengan kandungan lokal yang terdiri dari jagung kuning
protein rendah. Dalam pengembangannya, (jagung hibrida) dan jagung pulut. Jagung
saat ini kukis dapat juga dibuat dengan tersebut diperoleh dari Dinas Pertanian
penambahan tepung lain selain terigu. Gorontalo. Bahan penolong yang
Beberapa penelitian mengenai kukis yang digunakan pada percobaan ini adalah
dibuat dengan substitusi tepung lokal tepung terigu, tepung beras, telur,
selain terigu diantaranya adalah kukis dari margarin, gula, baking soda, air, dan kapur
tepung sukun [3], kukis dari tepung pisang sirih yang diperoleh dari toko bahan kue
[7]
, dan kukis dari tepung labu kuning [11], yang terdapat di Pasar Bogor, Bogor.
kukis dari tepung tempe [6]. Pada
pengolahan kukis ada dua macam hal yang Alat
perlu diperhatikan yaitu penggunaan bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian
penolong yang berfungsi untuk ini terdiri dari wadah plastik, loyang,
melembutkan terdiri dari gula, shortening, panci, autoclave, sendok kayu, roller,
kuning telur dan pengembang serta bahan mixer, pengerol (roll), pencetak (bentuk)
utama yang membentuk adonan terdiri dari dan pemanggang (oven merek Memmert).
tepung, air dan putih telur atau seluruh
telur [13]. Metode
Penggunaan pati jagung dalam Dalam penelitian ini dilakukan 2 (dua)
formulasi kukis telah dilakukan sejak lama tahap penelitian yaitu pendahuluan dan
dalam industri kukis untuk mendapatkan penelitian lanjutan seperti berikut ini :
tekstur renyah dan beremah pada kukis. Penelitian pendahuluan
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan Pada penelitian pendahuluan dilakukan
kukis dengan substitusi sebagian terigu pemilihan jenis jagung yang tepat dan
menggunakan tepung jagung dan tepung proses pengolahan yang tepat untuk
beras. Tujuan penelitian ini adalah untuk pembuatan tepung jagung yang berasal dari
mendapatkan formula kukis jagung yang dua jenis jagung yaitu jagung hibrida dan
dapat diterima dan disukai panelis dengan jagung pulut. Dalam proses pengolahan
50
Tiurlan F. H, dkk Substitusi Terigu Oleh Tepung Jagung....
Jagung pipilan
Dicuci
Dicuci
Dicuci bersih
Dijemur/dikeringkan
sampai
kadar air ±10%
Digiling
Tepung jagung
51
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 49 –58
Margarin, baking soda, telur Diaduk hingga terbentuk adonan yang dapat dicetak
Dicetak
Dioven
Kukis jagung
52
Tiurlan F. H, dkk Substitusi Terigu Oleh Tepung Jagung....
53
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 49 –58
54
Tiurlan F. H, dkk Substitusi Terigu Oleh Tepung Jagung....
Tabel 3. Hasil Pengujian Kadar Air, Protein dan Mikrobiologi Kukis Jagung
Kukis merupakan kue kering manis makanan yang dapat disimpan. Dimana
yang kecil-kecil. Kukis memiliki kadar air dari hasil analisis mikrobiologi terhadap
1-5% dan memiliki kadar lemak serta gula produk kukis jagung yang dibuat
yang tinggi [10]. Berdasarkan Tabel 5 diatas seluruhnya memenuhi syarat SNI untuk
dapat dilihat bahwa, hasil analisis produk kukis yaitu dibawah 1x104 koloni/g.
kukis jagung menunjukkan kadar protein Adapun SNI yang dijadikan acuan untuk
yang berada dalam kisaran 6,82% – 8,10% produk kukis adalah SNI 2973:2011
dan sesuai dengan persyaratan SNI untuk Biskuit, yang berlaku juga untuk produk
kukis, yaitu minimal 6.5%. Demikian juga krekers, kukis, wafer dan pai.
hasil analisis kadar air, dan mikrobiologi Selain itu pada produk kukis jagung
produk kukis jagung yang merupakan tersebut juga dilakukan pengujian
faktor penting dalam persyaratan produk organoleptik menggunakan metode uji
55
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 49 –58
2,5 Rasa
2 Renyah
1,5
Tekstur
1
0,5 Tampak
0
J2B1 J2B2 J3B1 J3B2 J4B2 J5B2 J6B1
Keterangan :
1 : Sangat tidak suka 4 : Suka
2 : Tidak suka 5 : Sangat suka
3 : Netral
56
Tiurlan F. H, dkk Substitusi Terigu Oleh Tepung Jagung....
Tabel 4. Hasil Uji Proses Terhadap Tingkat Kematangan Kukis Pada Suhu dan Waktu Pemanggangan yang
Berbeda
Suhu(o C)
Waktu (menit) 200 o C 250 o C 300 o C
W1 = 20 menit Mentah Pucat Mentah Pucat Agak Matang
W2 = 25 menit Mentah Pucat Matang Kuning Matang Coklat
W3 = 30 menit Agak Matang Matang Coklat Gosong
Dari Tabel 4 tersebut diatas dapat diperoleh tepung yang berwarna lebih
diambil kesimpulan bahwa suhu dan waktu terang dan mudah ditepungkan serta
proses pembuatan kukis dengan diayak dibandingkan dengan tepung
menggunakan set alat tersebut, sangat jagung yang tanpa perendaman kapur.
berpengaruh nyata terhadap tingkat 3. Berdasarkan penilaian organoleptik
kematangan kukis. Suhu dan waktu warna, aroma, rasa, kerenyahan,
pemanggangan kukis yang terbaik adalah tekstur dan penampakan oleh 20 orang
250 o C dan 25 menit, dengan karakteristik panelis, formulasi yang paling disukai
fisik kukis yaitu matang dengan warna adalah produk kukis dengan substitusi
kuning cerah. 50% tepung jagung dan 15% tepung
beras (J3B2).
KESIMPULAN 4. Suhu dan waktu pencetakan atau
1. Hasil analisis bahan baku diperoleh pemanggangan kukis yang terbaik
Jagung hibrida dan pulut mempunyai adalah 250oC selama 25 menit.
kadar lemak yang berbeda yaitu kadar
lemak jagung hibrida/kuning lebih
SARAN
tinggi 4,88% sedangkan jagung pulut
1,42%. Perlu dilakukan pengembangan produksi
2. Hasil pengamatan tepung jagung kukis jagung yang lebih besar dan
secara langsung/visual dengan dilakukan analisis tekno ekonomis
perendaman kapur sebesar 5% sehingga dapat diterapkan dalam industri.
57
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 49 –58
58
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 59 – 70 Balai Besar Industri Agro
ABSTRACT
Sweet potatoes contain some type of oligosacharides which may function as prebiotic, and expected to
remain stable after processing. This study was conducted to assess the potency of sweet potato extract to give
prebiotic effect by in vitro and in vivo test. The prebiotic effect of sweet potato extract on the growth of lactic
acid bacteria was performed in vitro using the Mann ROGOSA media de Sharpe Broth (MRSB). the treatment
are K (-): MRSB as a negative control; K (+): MRSB + BAL as a positive control; P1: MRSB + BAL + potato
juice Sukuh; P2: MRSB + BAL + potato juice Betta-1 and P3: MRSB + BAL + potato juice Antin. In vivo
testing is rodent model, using Sprague Dawley rats by assessing the fecal lactic acid bacteria and fecal E.coli.
The in vivo tests performed with the best sweet potato extract from the results of previous in vitro test by using
4 groups of rats, each consisting of 4 rats.In vitro test showed that sweet potato extract have high absorbance
value at 0 hours and 24 hours. It is showed that sweet potato extract stimulated the growth of lactic acid bacteria.
Sweet potato extract reduced the growth of E.coli and stimulate LAB mainly on Betta-1 and Sukuh variety. In
vivo test showed that the sweet potato extract dozes with 0,54 g/day and 1,08 g/day neither effectively
stimulated the growth of fecal lactic acid bacteria nor suppressed the growth of fecal E.coli of mice.
ABSTRAK
Ubi jalar mengandung beberapa jenis oligosakarida yang mungkin berfungsi sebagai prebiotik, dan
diharapkan setelah proses pengolahan, fungsi dari prebiotik dapat dipertahankan. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan uji in vitro dan in vivo ekstrak ubi jalar sebagai prebiotik. Pengujian efektifitas sari ubi
jalar terhadap pertumbuhan Bakteri asam laktat dilakukan menggunakan media de Mann Rogosa Sharpe Broth
(MRSB), dengan perlakuan K (-) : MRSB sebagai kontrol negatif; K (+) : MRSB + BAL sebagai kontrol
positif; P1: MRSB + BAL + sari ubi jalar Sukuh; P2 : MRSB + BAL + sari ubi jalar Betta-1 dan P3 : MRSB +
BAL + sari ubi jalar Antin. Pengujian in vivo dilakukan dengan menguji pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL)
dan uji kompetisi pertumbuhan BAL dan Escherichia coli (E. coli) terhadap ekstrak ubi jalar yang terbaik dari
hasil uji in vitro sebelumnya. Uji in vivo dilakukan dengan menggunakan 4 kelompok tikus percobaan, yang
masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus putih jantan galur Sprague-dawley berumur dua bulan. Berdasarkan hasil
uji in vitro menunjukkan ekstrak ubi jalar semua varietas memiliki nilai absorbansi yang semakin tinggi pada 0
dan 24 jam dengan panjang gelombang 660 nm. Hal tersebut menunjukkan ekstrak ubi jalar dapat menstimulir
pertumbuhan BAL dengan baik. Ekstrak ubi jalar dapat menekan pertumbuhan E.coli dan menstimulir BAL
terutama ubi jalar varietas betta-1 dan Sukuh. Hasil uji in vivo menunjukkan ekstrak ubi jalar pada dosis
pemberian ekstrak ubi jalar 0,54 g/hari dan 1,08 g/hari belum efektif meningkatkan bakteri asam laktat fekal dan
menekan pertumbuhan bakteri asam laktat E.coli tikus percobaan.
Kata kunci: ubi jalar, prebiotik, uji invitro, uji invivo, oligosakarida
59
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 59 – 71
Ubi jalar hampir merata di seluruh yang bermanfaat dan mengurangi jumlah
Indonesia. Sampai saat ini ubi jalar baru bakteri yang tidak bermanfaat [7].
dimanfaatkan secara tradisional dan Oligosakarida yang tidak tercerna
dikonsumsi dengan cara direbus, dikukus, seperti rafinosa, fruktooligosakarida,
digoreng atau dibuat menjadi produk galaktosillaktosa, isomaltooligosakarida
setengah jadi seperti tepung, pasta dan pati. atau transgalakto-siloligosakarida (TOS)
Sejalan dengan upaya pemerintah untuk telah diketahui dapat meningkatkan jumlah
diversifikasi pangan, maka perlu dilakukan bifidobakteria indigenus dan bakteri asam
upaya peningkatan nilai tambah ubi jalar laktat lainnya. Sedangkan beberapa
yang cukup tersedia, sehingga nilai prebiotik seperti inulin dan oligosakarida
ekonomi ubu jalar akan semakin dapat diisolasi dari sumber alami, seperti
meningkat. Ubi ini mengandung umbi-umbian. Umumnya umbi-umbian
oligosakarida yang berpotensi sebagai mengandung oligosakarida dalam bentuk
prebiotik, salah satunya adalah rafinosa rafinosa dalam jumlah tinggi.
[10]
. Umumnya semua prebiotik yang
Prebiotik didefinisikan sebagai pangan disebutkan dapat meningkatkan
yang tidak dapat dicerna yang terdiri dari pertumbuhan bifidobacterium, bakteri
inulin, fructo oligosakarida (FOS), bermanfaat yang sering ditemukan dalam
galaktoologisakarida dan laktosa. FOS minuman yoghurt atau susu fermentasi
terjadi secara alami pada karbohidrat yan komersial. Apabila dikonsumsi dengan
tidak dapat dicerna oleh manusia. Selain dosis yang tepat dan cara yang benar, maka
itu FOS juga dapat mendorong prebiotik dapat mengobati atau mendukung
pertumbuhan bakteri bifidobacteria. pengendalian penyakit seperti kanker usus,
Secara umum proses pencernaan prebiotik liver, sembelit, diabetes melitus dan kanker
[2]
memiliki karakteritik dengan adanya .
kepadatan mikroba [3] sehingga memberi [13]
melaporkan bahwa komposisi ubi
pengaruh positif terhadap inang dengan jalar sebagian besar terdiri atas karbohidrat
cara menstimulir secara selektif sekitar 22 – 36 %, protein 1,32 – 2,51%,
pertumbuhan satu atau lebih sejumlah lemak 0,13 – 0,33 % dan serat kasar 0,48 –
mikroba terbatas pada saluran pencernaan 0,93 %. Kandungan karbohidrat yang
yang dapat meningkatkan kesehatan inang. tinggi dan rasa manis ubi jalar oleh
Persyaratan jenis pangan dapat beberapa UKM sudah dibuat menjadi
diklasifikasikan sebagai prebiotik apabila: produk yang hampir serupa dengan produk
pertama, tidak terhidrolisis atau terserap buah-buahan seperti selai dan dodol.
pada saluran pencernaan bagian Manfaat lain ubi jalar juga dilaporkan oleh
atas; kedua, secara selektif dapat Islam dan [6] bahwa ubi jalar dapat
menstimulir pertumbuhan bakteri yang digunakan untuk minuman, pasta, bubuk,
menguntungkan pada kolon dan minuman alkohol dan pewarna alami.
difermentasi pada usus besar hanya oleh Selain itu ubi jalar juga telah diolah
bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan; menjadi minuman non-alkohol dengan
dan ketiga, mampu mengatur komposisi ditambah perisa jeruk dan jahe [9].
mikroflora pada usus besar menuju Beberapa penelitian menunjukkan
komposisi yang ideal bagi kesehatan, bahwa kandungan vitamin dan mineral di
dengan cara meningkatkan jumlah bakteri dalam ubi jalar sebanding dengan berbagai
60
Irma Susanti, dkk Studi Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar....
buah-buahan. Menurut [16] ubi jalar kaya Toksikologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
serat, mineral, vitamin, dan antioksidan, IPB, pakan tikus putih komersial, dan
seperti asam fenolik, anthocyanin, alkohol teknis.
tokoferol dan β-karoten. Selain itu ubi jalar
merupakan sumber vitamin A yang sangat
baik dan merupakan sumber kalium dan Alat
vitamin C, B6, riboflavin, tembaga, asam Alat-alat yang digunakan adalah
pantothetic dan asam folat [5]. timbangan, blender merek Philip, panci,
Penelitian kandungan oligosakarida ubi kompor, kain saring, botol, penangas air
jalar telah dilakukan [13]. Hasil penelitian bergoyang (shaker) merk Hanna, tabung
menunjukkan kandungan oligosakarida reaksi, cawan petri, alumunium foil, gelas
tertinggi adalah ekstrak etanol ubi jalar ukur, pemanas, beaker glass, Westfalia
varietas Sukuh dengan kandungan rafinosa separator, pipet tetes, corong, bunsen, ose,
0,15 %, stakiosa 0,02 %, dan maltoheksosa autoklaf merek Hirayama,
0,11 %. Pada proses pembuatan ekstrak ubi Spektrofotometer merek Spectronix dan
jalar sebagai sediaan minuman, pelarut colony counter.
yang digunakan adalah air matang panas,
dan diperoleh kandungan oligosakarida Metode
rafinosa ubi jalar Betta-1 yang paling Pembuatan ekstrak ubi jalar (Metode
tinggi, yaitu sebesar 0,07 %. Untuk Susanti, 2011)
mengetahui efektifitas ekstrak ubi jalar Ubi jalar dibersihkan kulit arinya dan
varietas Sukuh, Betta-1 dan Antin sebagai dicuci. Ubi jalar yang sudah bersih
sediaan minuman prebiotik, maka perlu kemudian dipotong-potong dan diblansir
dilakukan penelitian manfaat ekstrak ubi selama 1 menit. Selanjutnya potongan ubi
jalar melalui uji in vitro dan in vivo. tersebut dihaluskan menggunakan blender
dengan penambahkan air matang dengan
BAHAN DAN METODA perbandingan ubi : air = 1 : 2. Bubur ubi
Bahan jalar kemudian disaring dengan kain saring
Bahan baku yang digunakan adalah ubi hingga diperoleh filtrat ubi jalar. Filtrat
jalar varietas betta-1 (kulit merah daging yang diperoleh kemudian dibuang patinya
oranye kemerahan), ubi jalar sukuh (kulit dengan menggunakan alat Westfalia
putih daging putih), dan ubi jalar antin separator hingga pati terpisah dan
(kulit ungu daging ungu putih), yang diperoleh filtrat akhir. Ekstrak ubi jalar
diperoleh dari perkebunan di daerah yang diperoleh siap diuji in vitro dan in
Cibadak Sukabumi, Jawa Barat. Bahan vivo.
lain media MRSB (de Mann Rogosa
Sharpe Broth) (Oxoid), NA (Nutrien Uji invitro
Agar), kultur bakteri asam laktat (BAL)
Lactobacillus sp, bakteri patogen 1. Uji pertumbuhan Bakteri Asam
Eschericia coli (E.coli) yang diperoleh dari Laktat (BAL) [1]
Laboratorium Biotek LRPI Bogor , tikus Uji invitro ekstrak ubi jalar dilakukan
putih jantan galur Sprague-dawley berumur dengan menganalisis pertumbuhan
dua bulan yang diperoleh dari Bakteri Asam Laktat (BAL)
Laboratorium Farmakologi dan Lactobacillus sp. Media yang
61
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 59 – 71
62
Irma Susanti, dkk Studi Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar....
a b c
Gambar 1. Produk Prebiotik Ubi Jalar (Susanti dkk, 2011)
Keterangan : a = produk prebiotik b = produk prebiotik antin-1 c = produk prebiotik sukuh
Ekstrak ubi jalar Sukuh memiliki nilai pengukuran menunjukkan nilai absorbansi
absorbansi lebih tinggi dibandingkan naik untuk semua perlakuan ekstrak ubi.
Ekstrak ubi Antin dan Betta-1 pada Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
pengamatan 0 jam. Pada jam ke-24, ubi jalar hingga jam ke-24 mampu
63
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 59 – 71
menstimulir BAL dengan baik. terdapat pada ubi jalar tersebut semakin
Pertumbuhan BAL pada jam ke-48 berkurang.
menurun karena oligosakarida yang
Keterangan:
K (-) : MRSB sebagai kontrol negatif
K (+): MRSB + BAL sebagai kontrol positif
P1 : MRSB + BAL + ekstrak ubi Sukuh
P2 : MRSB + BAL + ekstrak ubi Betta-1
P3 : MRSB + BAL + ekstrak ubi Antin
2) Uji Kompetisi BAL dengan Patogen sebagai penyebab utama infeksi saluran
Pada uji kompetisi, bakteri patogen kemih (urinary tract infection/UTI) dan
yang digunakan adalah bakteri juga dapat menyebabkan meningitis
Eschericia coli. Penggunaan E.coli ini, akut, pneumonia, infeksi intra-
karena secara normal E. coli terdapat abdominal, infeksi enterik, dan lain-
pada saluran pencernaan baik manusia lain [4]. Pengamatan uji kompetisi
maupun hewan, yang dapat berperan dapat dilihat pada Gambar 3.
1 2 3
Gambar 3. Pengamatan Uji Kompetisi BAL dan E.coli dengan penambahan ekstrak ubi jalar
(1) Antin-1, (2) Betta-1, (3) Sukuh
64
Irma Susanti, dkk Studi Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar....
Pada Tabel 2, terlihat bahwa hasil Oleh karena itu untuk uji in vivo
kompetisi BAL dan E. coli pada produk selanjutnya, ekstrak ubi jalar yang
sukuh memiliki jumlah BAL 62 koloni dan digunakan adalah ekstrak ubi jalar betta-1.
E. coli 47 koloni. Sedangkan kompetisi
BAL dan E. coli produk prebiotik betta-1 Uji In vivo
memiliki jumlah BAL 59 koloni dan E. Berdasarkan [11], pemberian 15 gram
coli 47 koloni. Pada kompetisi BAL dan E. rafinosa per hari selama 4 minggu telah
coli pada produk prebiotik antin-1 meningkatkan jumlah bifidobakteria di
memiliki jumlah BAL 54 koloni dan feses manusia secara signifikan.
jumlah E. coli 33 koloni. Dari hasil Berdasarkan hasil tersebut, dosis yang
pengujian kompetisi ini terlihat bahwa ditentukan dalam penelitian ini ditetapkan
jumlah BAL lebih banyak dari E.coli. menjadi 30 g dan 60 g ekstrak ubi jalar,
Semakin tinggi kandungan oligosakarida dengan asumsi ekstrak ubi jalar yang
semakin cepat BAL tumbuh dan menekan diujicobakan belum rafinosa murni, yaitu
jumlah E. coli. ekstrak ubi jalar dengan kandungan
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, rafinosa sebesar 0,07% [13]. Faktor konversi
terlihat semua ekstrak ubi dianggap dosis manusia dengan berat 70 kg ke tikus
memiliki potensi sebagai prebiotik karena dengan berat 200 gram adalah 0,018 [8].
memiliki kemampuan kompetisi hingga Sehingga secara teori, dosis 1 prebiotik
jam ke-24 yaitu jumlah BAL yang tumbuh yang diberikan untuk tikus adalah sebesar
di media yang ditambah ekstrak ubi jalar 30 x 0,018 g = 0,54 g per hari. Dosis 2
lebih besar daripada jumlah koloni E.coli yang diberikan dinaikkan menjadi 60 x
dibandingkan dengan kontrol positif. 0,018 g = 1,08 g per hari. Dosis yang
Berdasarkan [13], ekstrak ubi jalar betta-1 diberikan untuk setiap tikus tergantung
memiliki kandungan prebiotik rafinosa berat badan awal masing-masing tikus
yang paling tinggi diantara ekstrak ubi jalar tersebut. Tabel berat badan tikus dan dosis
sukuh dan antin yaitu sebesar 0,007 %. yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 3.
65
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 59 – 71
Gambar 4. Kandang tikus yang digunakan untuk uji Gambar 5. Tikus yang digunakan untuk uji in vivo
in vivo
66
Irma Susanti, dkk Studi Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar....
Gambar 6. Pemberian produk pada tikus dengan Gambar 7. Fekal tikus yang akan dianalisis
cara pencekoka
1,00E+11
Total Bakteri (cfu/g)
1,00E+10
1,00E+09
K (-)
1,00E+08
K (+)
1,00E+07
D1
1,00E+06
D2
1,00E+05
0 3 6 9 12 15
Hari
Keterangan :
K (-) : tikus tidak dicekok.
K (+) : tikus dicekok ekstrak inulin.
D1 : tikus dicekok ekstrak ubi jalar dosis 1 (0,54 g/hari)
D2 : tikus dicekok ekstrak ubi jalar dosis 2 (1,08 g/hari).
Dari Gambar 8. terlihat bahwa total bakteri pada K (+) (kontrol positif) pada
bakteri pada perlakuan K (-) (kelompok awalnya memiliki total bakteri yang paling
normal) pada awalnya memiliki total rendah, tetapi pada hari ke-3 naik dan pada
mikroba yang paling tinggi, tetapi secara hari ke-6 turun dan naik lagi hingga hari
perlahan turun hingga hari ke-6 dan naik ke-12. Total bakteri pada perlakuan 3
lagi pada hari ke-9 dan hari ke-12. Total (dosis 1) naik dari hari ke-0 hingga hari ke-
67
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 59 – 71
6 dan pada hari ke-9 turun dan naik lagi berfluktuatif di hari pengamatan ke -6
pada hari ke-12. Total bakteri pada hingga ke-12
perlakuan 4 (dosis 2) naik dari hari ke-0 2) Analisis jumlah BAL (bakteri
hingga hari ke-3 dan pada hari ke- dan 9 Lactobacilli) pada fekal tikus
turun dan naik lagi pada hari ke-12. Hasil Hasil analisis jumlah Lactobacilli pada
pengamatan kontrol dan perlakuan fekal keempat kelompok tikus dapat
menunjukkan total bakteri yang dilihat pada Gambar 9.
1,00E+11
Jumlah BAL cfu/ g
1,00E+10
K(-)
1,00E+09
K(+)
D1
1,00E+08 D2
1,00E+07
0 3 6 9 12 15
Hari
68
Irma Susanti, dkk Studi Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar....
1,00E+09
K (-)
1,00E+07
K (+)
D1
1,00E+06 D2
1,00E+05
0 3 6 9 12 15
Hari
Gambar 10. Grafik jumlah E.coli (cfu/g) fekal tikus selama pengamatan
Keterangan :
K (-) : tikus tidak dicekok.
K (+) : tikus dicekok ekstrak inulin.
D1 : tikus dicekok ekstrak ubi jalar dosis 1 (0,54 g/hari)
D2 : tikus dicekok ekstrak ubi jalar dosis 2 (1,08 g/hari).
Dari Gambar 10, terlihat bahwa jumlah Dari uji sidik ragam RAK menunjukkan
E.coli di fekal kelompok tikus perlakuan bahwa pemberian ekstrak ubi jalar
K(-) (normal) meningkat cukup tajam pada berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
hari ke-3, sedangkan kelompok K (+), D1 jumlah E.coli dalam saluran pencernaan
dan D2 mengalami peningkatan juga tikus, tetapi tidak ada pengaruh yang nyata
walaupun tidak setajam K (-). Pada hari ke- dari perlakuan yang diberikan.
6, K (-) mengalami penurunan, tapi naik
kembali pada hari ke-9 dan 12. Kelompok KESIMPULAN DAN SARAN
K (+) cenderung turun pada hari ke-6 dan
9 dan naik kembali pada hari ke-12. Kesimpulan
Kelompok D1 cenderung konstan pada hari Hasil uji in vitro menunjukkan ekstrak ubi
ke-6 dan 9, tetapi naik kembali pada hari jalar varietas Betta-1 dan Sukuh memiliki
ke-12. Kelompok D2, turun cukup tajam nilai absorbansi yang tinggi hingga jam ke-
pada hari ke-6, dan cenderung naik 24, dan mampu menekan pertumbuhan
perlahan pada hari ke-9 dan naik lagi pada E.coli dan menstimulir BAL sehingga
hari ke-12. berpotensi sebagai prebiotik.
Jumlah koloni E.coli di dalam usus Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa
cenderung fluktuatif selama pengamatan minuman ubi jalar pada dosis 0,54 gram
pada semua kelompok. Dari data tersebut per hari dan 1,08 gram per hari belum
belum terlihat keefektifan asupan ekstrak efektif menstimulir pertumbuhan BAL dan
ubi jalar (ekstrak oligosakarida) sebagai menekan pertumbuhan E.coli pada tikus
prebiotik secara invivo pada tikus. percobaan.
69
Warta IHP Vol. 30, No. 1, Juli 2013 : 59 – 71
70
PEDOMAN PENULISAN JURNAL WARTA IHP
Dewan redaksi menerima tulisan ilmiah yang merupakan hasil penelitian, rekayasa atau telaah ilmiah
dibidang sains dan teknologi serta merupakan hasil karya orisinal dari penulis. Tulisan ilmiah yang
diterbitkan mengacu pada aturan penulisan sebagai berikut.
1. Judul (Title). Judul ditulis kapital dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kalimat lengkap,
jelas, dan singkat. Judul menggambarkan apa yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan. Penulisan
dengan TNR font 14 pt.
2. Nama Penulis (Author[s]). Nama penulis ditulis di bawah judul secara lengkap tanpa menuliskan
jabatan struktural/ fungsional ataupun gelar. Diikuti dengan menuliskan instansi serta alamat yang
jelas untuk setiap penulis, termasuk nomor telepon dan e-mail. Penulisan dengan TNR jarak 1 spasi
font 10 pt.
3. Abstrak (Abstract). Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam 1 paragraf.
Abstrak mencakup apa yang dilakukan, cara melakukannya, hasil yang diperoleh serta informasi apa
yang merupakan luaran dari hasil tersebut. Abstrak ditulis dengan jarak 1 spasi font 10 THR, diikuti
oleh kata kunci (keywords) 3-5 kata ditulis miring (italic).
4. Penulisan Isi Naskah : Kata – kata atau istilah asing ditulis dengan huruf miring. Setiap persamaan
(equation) harus dituliskan menggunakan equation editor dalam Microsoft Word.
6. Kesimpulan (Conclusion). Merupakan kesimpulan yang ditarik dari hasil diskusi dan pembahasan
yang menyeluruh dari berbagai sudut pandang terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian/ rekayasa
yang dilakukan. Ditulis secara sinambung dalam satu paragraf.
8. Daftar Pustaka (references). Daftar pustaka ditulis dengan font TNR 11 spasi 1 secara berurutan
mulai dari nomor 1 dan seterusnya sesuai dengan urutan kemunculannya pada sitasi/ pengacuan dalam
tulisan (pendahuluan sampai dengan hasil dan pembahasan).
Apabila yang diacu adalah buku maka ditulis secara berurutan: nama penulis (nama
penulis yang pertama dibalik posisinya kemudian diikuti nama penulis kedua, dan ketiga).
(Tahun terbit). Judul Buku. Edisi Terbitan. Tempat terbit: Penerbit. Contoh: Bliesner, D.M.
(2006), Validating Chromatographic Methods. New York: Wiley.
Apabila yang diacu artikel dalam jurnal maka ditulis secara berurutan: Nama penulis.
(Tahun terbit). Judul Artikel. Judul Jurnal. Jilid diikuti nomor jurnal: halaman. Contoh:
Kusters, M, et all. (2010). Rapid and Simple Micromethod for the Simultaneous
Determination of 3-MCPD and 3-MCPD Esters in Different Foodstuffs. J. Agric. Food Chem,
58, 6570–6577.
Pustaka yang digunakan minimal berjumlah 10 (untuk naskah hasil penelitian) dan 25
(untuk naskah berupa tinjauan), dengan pustaka terkini (5 tahun terakhir) minimal
80% dari keseluruhan pustaka yang digunakan.
9. Cara penulisan sitasi (Citation), pada badan tulisan pengacuan/sitasi dilakukan dengan memberikan
angka Superscript dimulai dari angka 1, 2, 3, dst. Bila sitasi ditulis pada akhir kalimat maka ditulis
setelah tanda titik. Contoh: ......[4,5,6]
10. Jumlah halaman maksimal 20 halaman A4 termasuk lampiran-lampiran. Seluruh isi artikel
ditulis dalam font TNR 12, spasi 1,15. Semua judul bab ditulis dengan huruf kapital. Naskah ditulis
dalam satu kolom saja.
ISSN 0215-1243
WARTA IHP VOL 30 No. 2 Desember 2013
DEWAN REDAKSI: Dalam penerbitan Warta IHP Volume 30 No. 2 Desember 2013 ini
1. Ir. Agus Sudibyo, MP. (Ketua/Anggota) menyajikan 6 (enam) karya tulis ilmiah yang merupakan hasil
2. Ir. H.G. Pohan (Wakil/Anggota) litbang, yaitu: (1) Implementasi Metode Uji 3-MCPD (3-
3. Ir. Eko Susanto, MSc. (Anggota) monochloropropane-1,2-diol) Pada Produk Kecap Dan Minyak
4. Tiurlan F. Hutajulu, SSi. (Anggota) Goreng Menggunakan Gas Kromatografi Mass Spektrofotometer
5. Ir. Nami Lestari (Anggota) (GCMS); (2) Mutagenicity Study Of Pandanus Conoideus Oil; (3)
6. Mirna Isyanti, STP Implementasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat Untuk “Scale
7. Rina Septi Agnisari, ST Up” Produksi Tepung Mocaf; (4) Aplikasi Sediaan Ekstrak Daun
Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Salep Obat
SEKRETARIAT: Luka (5) Pengaruh Perbandingan Asam Format Dan Hidrogen
1. Maman Sulaeman (Staf) Peroksida Dalam Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Minyak Kelapa
2. Meity Suryeti (Staf) Sawit; (6) Tepung Kelapa Sebagai Hasil Sampingan VCO.
ISI/CONTENTS
Penelitian/Research
ABSTRACT
Research activities include the selection of test methods and selection of operating conditions of gas
chromatography to be used as a standard condition. Analysis was conducted on the analysis of the content of 3-
MCPD in soy sauce and vegetable oil. Based on the analysis, then the selected operational conditions for the
GCMS and the most optimal method that will be used as the standard method. Verification method is done with
reference to the World Health Organization (WHO) Method Validation Guidelines (1997), proved through
verification methods have characteristics consistent with the purpose of testing the application in laboratory
testing methods as a standard routine. The method chosen has a value of % RSD for precision on oil by 10.4 to
17.4%; 0.999 correlation coefficient for linearity in the concentration range 0 to 0.1 ug / kg;% recovery ranged
from 85.5% to an accuracy of 74.7% and oil matrix to matrix ketchup; detection limit amounted to 0.004 ug / kg
and the concentration limit of quantitation of 0.0012 ug / kg.
Takanori Maeda, Haruka Miyakita, Manami Goto, Akemi Ito, Hendra Wijaya, Inggrid S.
Surono, Toshiaki Nishigaki
ABSTRACT
Pandanus conoideus (Buah Merah or Tawi) is exclusively grown in Papua island and its neighbor areas, and
indigenous people have been consuming it as functional food for thousands years. We have reported safety and
anti-tumor effects of Buah Merah extract oil (SBM) in experimental animals. However, mutagenicity or
genotoxicity of SBM has not been evaluated. We carried out mutagenic evaluation of SBM by in vitro Ames test
using Salmonella typhimurium TA98, TA100, TA1535 and TA1537 and Escherichia coli WR2uvrA with or
without the activation of S9 mixture. Concentrations used for this test were 313 ~ 5000 μg/plate. The results
show that there is no increase in revertant colonies, suggesting that SBM has no mutagenic activities under the
conditions of this study.
Enny Hawani Loebis, H. Guring Pohan , Yuliasri Ramadhani Meutia, Indra Wirawan dan Nuni
Novitasari
ABSTRACT
Application of lactic acid bacteria mixed-culture in scaling up production of mocaf flour has been conducted.
In this study mocaf starter used was mixed starter without trehalose and with a centrifuge process in a dried-
form and odorless . LAB cultures used were Lactobacillus delbrueckii subsp. delbrueckii, Lactococcus lactis
subsp. lactis and Lactobacillus plantarum in a pilot plant scale, a larger scale than laboratory scale in CABI at the
capasity of 5 kgs . This is conducted to evaluate the ability of starter to produce good quality mocaf Flour.
Implementation of starter conducted at LIPI and “Kelompok Putri 21” in Playen Gunung Kidul Yogyakarta with
capacity of 25 kgs and CV Karunia Maha Cipta in Lembang Bandun with capacity of 1 tons. The results
showed that mixed cultures of LAB can be applied to the manufacture of flour mocaf commercially. Based on
the physico-chemical and microbiological analysis of mocaf flour from scale up and laboratory scale meet the
quality requirements of SNI 7622:2011 (mocaf flour), except for microbiological parameters of total plate count.
The total plate count analysis of bacteria at the CV. Karunia Maha Cipta Bandung was 3.8 x 106 colonies/g.
While according to the quality requirements of SNI mocaf flour is 1 x 10 6 colonies /gram
ABSTRACT
Research on the application of binahong’s (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) leaf extract has been
conducted. The purpose of this study was to determine the best ointment-base forrmula as a carrier for
A.cordifolia’s leaf extract and to determine the effectiveness of ointment formulations as wound cure in mice
(Mus musculus Albinus). Research was consists of three stages: (1) preparation of A.cordifolia’s leaf extract
ointment, (2) stability test of ointment and (3) efficacy test of the ointment. In the first stage, three types of
ointment bases was made: oily base, emulsion base and water soluble base. In the second stage, the stability of
ointment was examined during 8 weeks of organoleptic inspection that includes color, odor, and homogenity. In
the third stage, the ointments efficacy were tested as wound cure on mice.The results showed that the leaf extract
of A. cordifolia can be applied in ointment to help wound healing process. All basses were stable and could act
as a good carrier for A.cordifolia leaf extract. The results of efficacy test indicate that A.cordifolia leaf extract
ointment could effectively heal the wounds on mice.
Key words: Anredera cordifolia, madeira vine, extract, ointment, wound cure
THE EFFECT OF FORMIC ACID AND HYDROGEN PEROXIDE RATIO ON
MAKING EPOXY COMPUND FROM CRUDE PALM OIL (CPO)
ABSTRACT
Epoxy compound is a commercial product that can be applied for several purposes such as plasticizer,
stabilizer and resin coatings on polymers, as well as an antioxidant in natural rubber processing. This study was
aimed to make crude palm oil-based compounds by doing process optimization with variable of solvent,
temperature, and catalysts. This study used crude palm oil (CPO) as raw material, amberlite catalyst, H2SO4,
H2O2, benzene, hexane, formic acid. Parameters analyzed were oxirane oxygen number, iodine number, acid
number, saponification number, and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). The results showed the
higher ratio between H2O2 and formic acid the better epoxy compound produced. The optimum ratio between
H2O2 and formic acid was 2:1. The results showed that the optimal conditions are obtained by using benzene as
solvent of 25% CPO, amberlite catalyst, and temperature at 70°C for 6 hours. The analysis showed oxirane
oxygen number of 6.20%, iodine number of 12.6 (g iod/100 g), acid number of 8.96 (mg KOH / g), and
saponification number of 202 (mg. KOH / g).
Dadang Supriatna, H. Guring Pohan , Solechan, Titin Mahardini, Majesty Cendikia, Dedi
Kusmayadi, Yaya Suryaseca
ABSTRACT
Coconut cake (the white residue) as a by product on the VCO processing has already been studied to be
processed to become coconut flour as a based-material for producing cakes/biscuits. The goal of the study was
to increase the industrial competitiveness value of the VCO through the utilization of by-product i.e the coconut
cake rest of the extraction process to become an economically value product coconut flour as a source of
functional food (i.e comprises of high dietary fibre). Meanwhile the purposes of the research was to study the
processing characteristics of coconut cake to become coconut flour and its utilization in biscuits manufacturing.
Processing of coconut flour was done by boiling the coconut cakes for 20 minutes (treatment A), 30 minutes
(treatment B) and 40 minutes (treatment C), then dried and ground. The results showed that the lowest crude
fiber content was treatment B (33.5), meanwhile the highest was treatment C (40.6 %). The lowest soluble
dietary fiber reached by the treatment A (2.89%) and the highest was treatment C (3.11%). While for the lowest
insoluble dietary fiber was treatment A (34.8 %) and the highest value reached by the treatment B (38.4 %) . The
result of the sensoric analysis of the coconut biscuits which has been made from the coconut flour, treatment C
had the highest score 5.81 ( likes ) for color, 5.24 ( somewhat like ) for aroma, and 5.57 ( somewhat like ) for
taste. Based on the techno-economic analysis that producing coconut flour from the by product of VCO
processing was feasible which was indicated that the IRR value was 26.01 %, and pay back periode was 46.14
months. The appling of coconut flour which made from coconut cake boiled for 40 minutes (treatment C) on the
coconut biskuits processing, had the value of production cost of Rp. 24,500 per 1 recipe for 2 jars equal to 500g.
If the profit margin assumptions are set at 25 % then the coconut biscuit must be sold at a price of Rp . 15,313/jar
equal to 250g. The result of this research ready to be apllied to the Small and Medium Scale VCO Industries.
ABSTRAK
Kegiatan penelitian meliputi pemilihan metode uji dan pemilihan kondisi operasional gas kromatografi yang
akan digunakan sebagai kondisi standar. Analisa yang dilakukan meliputi analisa kandungan 3-MCPD dalam
minyak dan kecap. Berdasarkan hasil analisa, kemudian dipilih kondisi operasional untuk GCMS dan metode
yang paling optimal yang akan digunakan sebagai metode standar. Verifikasi metode dilakukan dengan
mengacu pada World Health Organization (WHO) Method Validation Guidelines (1997), terbukti melalui
verifikasi metode memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan aplikasinya di laboratorium sebagai metode
pengujian rutin standar. Metode terpilih memiliki nilai % Simpangan Baku Relatif atau RSD (Relative Standard
Deviation) untuk presisi pada minyak sebesar 10,4 hingga 17,4 %; koefisien korelasi untuk linieritas 0,999
pada rentang konsentrasi 0 hingga 0,1 ug/kg; % recovery untuk akurasi berkisar 85,5% untuk matriks minyak
dan 74,7 % untuk matriks kecap; limit deteksi sebesar 0,004 ug/kg dan konsentrasi limit kuantitasi sebesar
0,0012 ug/kg.
Takanori Maeda, Haruka Miyakita, Manami Goto, Akemi Ito, Hendra Wijaya, Inggrid S.
Surono, Toshiaki Nishigaki
ABSTRAK
Pandanus conoideus (Buah Merah atau Tawi) secara khusus tumbuh di pulau Papua dan sekitarnya, dan
masyarakat adat telah mengkonsumsi Buah Merah sebagai makanan fungsional selama ribuan tahun. Kami telah
melaporkan keamanan dan anti-tumor dari minyak ekstrak Buah Merah pada hewan percobaan. Namun,
Mutagenisitas atau genotoksik dari minyak ekstrak Buah Merah belum dievaluasi. Kami melakukan evaluasi
mutagenik ekstrak minyak Buah Merah secara in vitro menggunakan uji Ames Salmonella typhimurium TA98,
TA100, TA1535 dan TA1537 dan Escherichia coli WR2uvrA dengan atau tanpa aktivasi campuran S9.
Konsentrasi yang digunakan untuk pengujian ini adalah 313 ~ 5000 mg / plate. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada peningkatan koloni reversi, menunjukkan bahwa minyak ekstrak Buah Merah tidak memiliki
aktivitas mutagenik dalam penelitian ini.
Kata kunci: Pandanus conoideus, Buah Merah, karotenoid, beta-cryptoxanthin, genotoksik, mutagenisitas, uji
Ames
IMPLEMENTASI KULTUR CAMPURAN BAKTERI ASAM LAKTAT UNTUK
“SCALE UP” PRODUKSI TEPUNG MOCAF
Enny Hawani Loebis, H. Guring Pohan , Yuliasri Ramadhani Meutia, Indra Wirawan dan Nuni
Novitasari
ABSTRAK
Penelitian penerapan bakteri asam laktat asal kultur campuran untuk “scale up” produksi tepung mocaf telah
dilakukan menggunakan starter campuran tanpa trehalose dan dengan proses sentrifuge yang memiliki bentuk
kering dan tidak berbau. Kultur BAL yang digunakan pada pembuatan starter campuran yaitu kultur
Lactobacillus delbrueckii subsp. delbrueckii, Lactococcus lactis subsp.lactis, dan Lactobacillus plantarum.
Implementasi starter BAL dilakukan pada skala yang lebih besar dari percobaan laboratorium di BBIA kapasitas
5 kg untuk melihat kemampuan starter dalam menghasilkan tepung mokaf yang baik. Implementasi starter di
laksanakan di LIPI dan Kelompok Putri 21 Playen Gunung Kidul Jogjakarta dengan kapasitas singkong 25 kg
serta CV. Karunia Maha Cipta di Lembang Bandung dengan kapasitas 1 ton. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa BAL asal kultur campuran dapat diterapkan pada pembuatan tepung mocaf skala pilot plant. Berdasarkan
hasil analisis fisiko kimia dan mikrobiologi tepung mokaf hasil implementasi pada skala pilot plant memenuhi
persyaratan mutu SNI 7622:2011 tepung mokaf, kecuali parameter mikrobilogi yaitu angka lempeng total bakteri
pada percobaan di CV. Karunia Maha Cipta adalah 3,8 x 10 6 koloni/g, sedang menurut persyaratan mutu pada
SNI tepung mocaf adalah 1 x 106 koloni/gram.
ABSTRAK
Penelitian mengenai aplikasi sediaan ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang
selanjutnya disebut dengan daun A.cordifolia telah dilakukan. Tanaman A.cordifolia merupakan salah satu
tanaman obat tradisional yang banyak digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka baik luka dalam
maupun luka luar. Salah satu kendala dalam penggunaan sediaan obat tradisional adalah dalam hal penyimpanan.
Untuk mengatasi masalah penyimpanan serta untuk mempermudah penggunaan, maka sediaan obat tradisional
dapat dibuat dalam bentuk yang lebih praktis, misalnya dalam bentuk salep. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan basis salep yang paling baik sebagai pembawa ekstrak daun A.cordifolia dan untuk
mengetahui efektivitas formulasi salep ekstrak daun A.cordifolia dengan basis yang berbeda sebagai obat luka
pada mencit jantan (Mus musculus albinus). Penelitian yang telah dilakukan terdiri dari 3 tahap, yaitu (1) tahap
pembuatan sediaan ekstrak dan salep ekstrak daun A.cordifolia, (2) tahap pengamatan stabilitas salep dan (3)
tahap uji efektivitas salep. Hasil dari pengamatan stabilitas produk menunjukkan bahwa basis salep berminyak,
basis emulsi dan basis larut air dapat menjadi pembawa ekstrak daun A.cordifolia yang baik serta bersifat stabil
di suhu ruang sampai akhir waktu pengamatan (8 minggu). Uji efektivitas masing-masing salep menunjukkan
pada pemakaian 200 mg salep per hari, luka sudah terlihat mulai menyempit pada kisaran hari ke-3 dan ke-4.
ABSTRAK
Senyawa epoksi merupakan produk komersial yang dapat diterapkan untuk beberapa tujuan seperti
plasticizer, stabilizer dan coating resin polimer, serta antioksidan dalam pengolahan karet alam. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat senyawa epoksi berbasis minyak sawit kasar dengan melakukan optimasi proses
dengan variabel pelarut, suhu, dan katalis. Penelitian ini menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO), katalis
amberlite, H2SO4, H2O2, benzena, heksana, dan asam format. Parameter yang diamati meliputi bilangan oksigen
oksiran, bilangan iod, bilangan asam, bilangan penyabunan, dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy
(FTIR). Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi perbandingan H2O2 dan asam formiat menyebabkan
pembentukan senyawa epoksi yang semakin baik ditunjukkan dengan bilangan oksiran yang semakin tinggi.
Perbandingan yang optimum antara H2O2 dan asam formiat adalah 2:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi yang optimal pembuatan epoxy diperoleh dengan menggunakan pelarut benzene sebanyak 25% dari
CPO, katalis amberlite, pada suhu 70 °C selama 6 jam. Hasil analisis menunjukkan bilangan oksigen oksiran
6,20%, bilangan iodium 12.6 (g iod/100 g), bilangan asam 8,96 (mg KOH/g), bilangan penyabunan 202 (mg.
KOH /g).
Dadang Supriatna, H. Guring Pohan , Solechan, Titin Mahardini, Majesty Cendikia, Dedi
Kusmayadi, Yaya Suryaseca
ABSTRAK
Ampas kelapa hasil samping pembuatan VCO telah diteliti untuk diproses menjadi tepung kelapa sebagai
bahan dasar dalam pembuatan kue kering. Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan nilai kompetitif
industri VCO melalui penggunaan hasil samping ampas kelapa menjadi suatu produk tepung kelapa yang
bernilai ekonomi sebagai bahan pangan fungsional (tinggi serat pangan). Sementara itu maksud dari penelitian
adalah untuk mempelajari karakteristik pengolahan ampas kelapa menjadi tepung kelapa dan penggunaannya
dalam pembuatan kue kering kelapa. Proses pembuatan tepung kelapa dilakukan dengan merebus ampas kelapa
selama 20 menit (perlakuan A), 30 menit (perlakuan B) dan 40 menit (perlakuan C), kemudian dikeringkan dan
ditepungkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan serat kasar terendah terdapat pada perlakuan B
(33,5%), sementara itu kandungan tertinggi terdapat pada perlakuan C (40,6 %). Kandungan terendah serat
pangan terlarut terdapat pada perlakuan A (2,89%) dan kandungan tertinggi terdapat pada perlakuan C (3,11%).
Sementara itu kandungan terendah untuk serat pangan tidak larut terdapat pada perlakuan A (34,8 %) dan
kandungan tertinggi terdapat pada perlakuan B (38,4 %). Hasil uji organoleptik dari kue kering kelapa yang
dibuat dari tepung kelapa, perlakuan C mempunyai nilai tertinggi 5,81 ( suka ) untuk parameter warna, 5,24 (
suka ) untuk aroma, dan 5,57 ( suka ) untuk rasa. Berdasarkan hasil analisis tekno-ekonomi bahwa pembuatan
tepung kelapa dari ampas kelapa hasil samping pembuatan VCO adalah layak yang ditunjukkan oleh nilai IRR
26,01 %, dan nilai pay back periode 46,14 bulan. Penggunaan tepung kelapa yang dibuat dengan proses
perebusan 40 menit ampas kelapa (perlakuan C) dalam pembuatan kue kering kelapa mempunyai biaya produksi
Rp. 24.500 per 1 resep untuk 2 toples setara 500g. Apabila margin keuntungan diasumsikan diset pada nilai 25%,
maka kue kering kelapa harus dijual dengan harga Rp. 15.313/toples setara 250g. Hasil dari penelitian siap
diaplikasikan kepada IKM pengolahan VCO.
ABSTRACT
Research activities include the selection of test methods and selection of operating conditions of gas
chromatography to be used as a standard condition. Analysis was conducted on the analysis of the content of 3-
MCPD in soy sauce and vegetable oil. Based on the analysis, then the selected operational conditions for the
GCMS and the most optimal method that will be used as the standard method. Verification method is done
with reference to the World Health Organization (WHO) Method Validation Guidelines (1997), proved through
verification methods have characteristics consistent with the purpose of testing the application in laboratory
testing methods as a standard routine. The method chosen has a value of % RSD for precision on oil by 10.4 to
17.4%; 0.999 correlation coefficient for linearity in the concentration range 0 to 0.1 ug / kg;% recovery ranged
from 85.5% to an accuracy of 74.7% and oil matrix to matrix ketchup; detection limit amounted to 0.004 ug / kg
and the concentration limit of quantitation of 0.0012 ug / kg.
ABSTRAK
Kegiatan penelitian meliputi pemilihan metode uji dan pemilihan kondisi operasional gas kromatografi yang
akan digunakan sebagai kondisi standar. Analisa yang dilakukan meliputi analisa kandungan 3-MCPD dalam
minyak dan kecap. Berdasarkan hasil analisa, kemudian dipilih kondisi operasional untuk GCMS dan metode
yang paling optimal yang akan digunakan sebagai metode standar. Verifikasi metode dilakukan dengan
mengacu pada World Health Organization (WHO) Method Validation Guidelines (1997), terbukti melalui
verifikasi metode memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan aplikasinya di laboratorium sebagai metode
pengujian rutin standar. Metode terpilih memiliki nilai % Simpangan Baku Relatif atau RSD (Relative Standard
Deviation) untuk presisi pada minyak sebesar 10,4 hingga 17,4 %; koefisien korelasi untuk linieritas 0,999
pada rentang konsentrasi 0 hingga 0,1 ug/kg; % recovery untuk akurasi berkisar 85,5% untuk matriks minyak
dan 74,7 % untuk matriks kecap; limit deteksi sebesar 0,004 ug/kg dan konsentrasi limit kuantitasi sebesar
0,0012 ug/kg.
1
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
terhidrolisa, saus kedelai, roti dan produk beberapa penelitian. Telah dilakukan
daging [8]. pengembangan metode untuk penentuan
Setelah deteksi pertama diprotein nabati simultan dan perbedaan ester asam lemak
asam terhidrolisa (HVP) dan saus kedelai, dari 3-monochloropropane-1,2-diol (3-
3-MCPD terdeteksi dibanyak jenis MCPD ester) dan glycidol (ester glisidil)
makanan lain, seperti produk roti, produk dalam bahan makanan yang berbeda. Ester
daging dan ikan, dan sup [8]. 3-MCPD yang dihasilkan diisolasi dari sampel
bersifat karsinogenik pada tikus dan makanan mengandung lemak tinggi
kemungkinan memiliki aktivitas dengan menggunakan langkah ekstraksi
genotoksik. Komite UK pada tunggal dan terpisah dari campur zat yang
Mutagenisitas dan Karsinogenisitas, akan dianalisis. Untuk diferensiasi dari 3-
JEFCA Joint FAO/ WHO Komite Pakar MCPD ester dan glisidil ester gugus
Aditif Makanan dan Masyarakat Eropa glycidol dilakukan dengan mengkonversi
Scientific Committee on Food (SCF) telah menjadi 3-methoxypropane-1,2-diol (3-
melakukan studi tentang toksikologi MPD) dengan asam alkoholisis.
tersebut. Literatur tentang evaluasi Penentuan berikutnya dicapai oleh
toksikologi 3 MCPD dirangkum oleh pengenceran isotop GC-MS setelah
Komisi Eropa [5]. Berdasarkan studi ini, dilakukan transesterifikasi menggunakan
Komisi Eropa memberlakukan batas isotop 3-MCPD ester sebagai standar
regulasi 20 g/kg untuk 3-MCPD dalam internal. Dalam penelitannya Kusters et.al
kedelai saus dan protein hidrolisat nabati melakukan studi optimasi prosedur,
(HVP) [17]. parameter penting yang mempengaruhi
Beberapa teknik analisis telah penentuan simultan dan diferensiasi analit
dikembangkan untuk menentukan 3- tersebut. Pembelahan ester dengan cepat
MCPD dalam makanan termasuk dan derivatisasi pada suhu ambien terbukti
kromatografi gas (GC) dengan detektor merupakan proses yang penting untuk
Electron Capture Detektor (ECD), GC penentuan analit ini secara simultan [15].
dikombinasikan dengan massa Penelitian lain yang dilakukan oleh [15]
spektrometri (MS). Sebagian besar, GC- menunjukkan secara signifikan bahwa
MS digunakan untuk menganalisis 3- nilai dari 3-MCPD ester yang dihasilkan
MCPD. Metode preparasi sample dalam lebih rendah pada saat menggunakan
kecap atau matriks lain dalam larutan NaBr atau (NH4)2SO4 sebagai
pemurniannya ada yang menggunakan pelarut untuk derivatisasi dibandingkan
kromatografi kaca kolom sarat dengan NaCl. Penelitian berikutnya menunjukkan
tanah diatom atau kolom extrelut, diikuti ester asam lemak dari glycidol (oksiran-2-
dengan pemekatan konsentrasi dan metanol, 2,3-epoksi-1-propanol)
derivatisasi menggunakan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari
heptafluorobutyrylimidazole (HFBI) atau 3-MCPD ester, karena hampir sepenuhnya
heptafluorobutyric anhidrida asam berubah menjadi siklik 1,3,2-
[3]
(HFBA) . dioxaboralane turunan 3-MCPD yang
Metode analisis yang digunakan diderivatisasi dengan phenylboronic acid
tergantung pada prosedur analisis dan dalam larutan NaCl.
kadar yang berbeda dari 3-MCPD ester Kandungan 3-MCPD dari contoh-
yang ditemukan dan dikonfirmasi dalam contoh produk minyak dan kecap dapat
2
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
ditetapkan secara gas kromatografi dengan dan syarat keberterimaan yang telah
detektor mass spektrometer berdasar pada ditetapkan.
ratio mass to charge (m/z). Hasil analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dikonversikan menjadi ion pada phase gas, mendapatkan metode analisis 3-MCPD
ion yang terpisah sesuai dengan ratio yang valid sehingga dapat
mass-to-charge (m/z), dan ion relative diimplementasikan sebagai metode uji
yang diperoleh (signal) diplotkan dengan untuk analisis rutin.
m/z menghasilkan spektrum massa.
Spektroskopi massa merupakan BAHAN DAN METODE
instrumen analitik yang memiliki Bahan
kegunaan paling luas mengingat teknik Pada penelitian ini bahan kimia yang
analisisnya mampu menyediakan digunakan adalah standar 3-MCPD 98%,
informasi mengenai (1) komposisi elemen merk Sigma Aldrich Chemistry, Internal
dari matriks contoh, (2) struktur molekul standar, heksan berasal dari Merck, contoh
anorganik dan organik, (3) komposisi minyak dan kecap, NaOCH3 97% merk
kualitatif dan kuantitatif dari matriks yang Fluka Analytical, Pelarut A berasal dari
kompleks, (4) struktur dan komposisi dari Merk (t-butyl methyl ether/TBME dan
permukaan padat, dan (5) rasio isotop dari ethyl asetat), 8 : 2, asam asetat, NaCl
atom-atom dalam matriks contoh. Pelarut B (asam asetat + larutan NaCl) : 1
Ketersediaan metode pengujian kadar 3 mL asam asetat + 30 mL larutan NaCl
MCPD yang sesuai dengan sifat matriks (harus selalu fresh). Sedangkan pereaksi
dan tingkat ketelitian yang dibutuhkan untuk derivatisasi : phenylboronic acid
(limit deteksi yang kecil) merupakan 97% merk Fluka Analytical (pembuatan
faktor penentu dalam usaha meyakinkan pereaksi dengan menimbang 2,5 gram
konsumen di negara tujuan ekspor, phenylboronic acid dalam 19 mL aceton
terutama negara-negara yang tergabung dari Merck dan 1 mL air) dan aquabides.
dalam Uni Eropa. Oleh karena itu, untuk
memenuhi fungsi pengawasan tersebut Alat
dibutuhkan metode pengujian yang handal, Peralatan yang digunakan dalam penelitian
cepat dan ekonomis. ini adalah seperangkat alat Gas
Metode Pengujian yang dilakukan pada Chromatography Mass Spektrophotometer
penelitian ini menggunakan metode yang merk Perkin Elmer, tabung reaksi, neraca
diadopsi dari metode yang dipublikasikan analitik merk Sartorius dengan ketelitian
dalam [4]. Penggunaan metode tersebut di 0,001 g, corong, syringe, alumunium foil,
laboratorium pengujian memerlukan peralatan gelas, kertas saring Whatman
verifikasi, yaitu merupakan suatu studi no.42, ultrasonic homogenizer, merk
pembuktian kesesuiannya dengan sistem Powersonic dan kolom RTX 5 MS 30 m x
yang tersedia di tempat aplikasi sehingga 0.25 mm ID, Varian.
menghasilkan data hasil uji yang valid.
Karakteristik kinerja atau parameter yang Metode
dievaluasi dalam studi verifikasi ini adalah Prinsip Metode yang digunakan
akurasi, presisi, linieritas, batas deteksi, Kandungan 3-MCPD dari contoh-contoh
dan batas kuantitasi berdasarkan protokol produk minyak dan kecap dapat ditetapkan
3
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
Sampel 100 mg
+ 0.5 mL Larutan A
+ 100 uL Internal standar Pelarutan
+ 1 mL NaOCH3
Diamkan 5-10 menit
Pencampuran
Pemisahan
Derivatisasi
4
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
1. Selektivitas
Lapisan
Bawah Pelarutan
Penetapan selektivitas dilakukan dengan
(phase air)
membandingkan kromatogram standar
yang dihasilkan dengan blanko.
Pemanasan
2. Linieritas
Pendinginan Uji linieritas diperoleh dari data
pengukuran larutan deret standar yang
telah dibuat sehingga diperoleh kurva
Pengeringan
kalibrasi dan persamaan regresinya.
Residu 3. Presisi/Repeatability
(dalam oktan) Repeatability atau ketelitian prosedur
analisis menyatakan kedekatan hasil dari
Gambar 2. Proses Derivatisasi Sampel 3 MCPD
sederet pengukuran yang diperoleh dari
contoh yang homogen pada kondisi
Pengukuran Kadar 3 MCPD
tertentu [11]. Sedangkan menurut [10]
Sebanyak dua replikat untuk masing-
ketelitian merupakan ukuran yang
masing larutan sandar dan contoh
menunjukkan derajat kesesuaian antara
disuntikkan sebesar 1 L ke dalam sistem hasil uji individual, diukur melalui
GCMS. penyebaran hasil individual dari rerata
prosedur yang dilakukan secara berulang
Perhitungan: pada contoh-contoh yang diambil dari
campuran yang homogen. Uji presisi
dilakukan dengan cara pengulangan
(repeatability) 7 kali larutan contoh yang
Keterangan :
di buat sesuai prosedur yang diinjekkan
C sp = konsentrasi contoh (mg/kg) pada hari yang sama sehingga diperoleh
A st = area standar (mAU) data yang akan dinyatakan nilai presisinya
A sp = area contoh (mAU)
C st = konsentrasi 3-MCPD (mg/L) sebagai simpangan baku relatif (%
Vi st = volume standar 3-MCPD yang Relative Standard Deviasi). Pada
diinjeksikan, ( L) parameter ini dilakukan pengujian sampel
Vi sp = volume contoh yang dinjeksikan, ( L)
minyak goreng dan kecap sebanyak tujuh
VA = volume akhir (mL)
fp = faktor pengenceran kali ulangan sesuai dengan metode yang
W sp = bobot contoh (gram) akan divalidasi.
4. Akurasi/Recovery
Verifikasi metode
Recovery atau ketepatan suatu prosedur
Beberapa parameter yang diukur dalam analisis didefinisikan sebagai kedekatan
verifikasi metode uji adalah uji (1) hasil yang diterima (baik sebagai nilai
selektivitas, (2) linieritas, (3) presisi, (4) teoritis maupun dengan nilai rujukan yang
akurasi, (5) limit deteksi dan uji ketegaran. diterima) dengan nilai yang diperoleh dari
5
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
hasil pengukuran [11]. Uji akurasi (uji standar sehingga diperoleh nilai Limit of
perolehan kembali/recovery) dilakukan Detection (LOD) dan Limit of Quantitation
dengan membuat larutan sample yang (LOQ). Limit kuantitasi dapat dievaluasi
ditambahkan standar sesuai metode uji secara visual (trial and error) dengan
yang akan divalidasi dilakukan sebanyak 7 mencobakan secara langsung contoh
kali dan masing-masing diinjekkan ke matriks yang memiliki kandungan analit
dalam alat GCMS. Nilai recovery kecil hingga didapatkan konsentrasi
dinyatakan sebagai % recovery. Pada terkecil yang memberikan akurasi dan
pengujian recovery, digunakan sampel presisi memuaskan. Limit deteksi dan limit
minyak goreng dan kecap. Kemudian kuantitasi diperoleh dengan menghitung
ditambahkan sejumlah standar dengan kurva kalibrasi standar 3-MCPD secara
konsentrasi tertentu ke dalam matriks statistik, kemudian dibuktikan dengan
contoh dan diuji dengan dua kali ulangan menggunakan matriks sampel yang
(duplo) sedangkan sampel yang telah ditambahkan standar terkecil sehingga
ditambahkan standar (spiking sample) diperoleh limit deteksi metode.
dengan tujuh kali ulangan. Sampel tersebut
diuji dengan menggunakan metoda yang HASIL DAN PEMBAHASAN
akan ditetapkan validasinya. Recovery Metode Uji
dihitung menggunakan rumus sebagai Pengujian kadar 3 MCPD di dalam
berikut : produk pangan terutama minyak dan kecap
sangat penting untuk menjamin keamanan
penggunaan produk. Analisis ini harus
menghasilkan data yang benar mengenai
kandungan analit dari produk tersebut.
Limit deteksi dan Limit Kuantitasi Metode yang digunakan dalam pengujian
tersebut di atas harus dapat diandalkan
Limit deteksi (LD) merupakan jumlah atau sehingga menjamin kebenaran data yang
konsentrasi terkecil dari analit dalam diperoleh. Metode uji yang diadopsi
contoh yang dapat dideteksi namun tidak memiliki prinsip pada teknik pengukuran
perlu diukur sesuai dengan nilai ekstrak 3-MCPD dari matriks minyak
sebenarnya, [11]. Sedangkan Limit kelapa dan kecap menggunakan detektor
kuantitasi (LK) adalah jumlah analit mass spectra dengan metode pemisahan
terkecil dalam contoh yang dapat kromatografi gas.
ditentukan secara kuantitatif pada kondisi Pemilihan metode analisis untuk
percobaan yang tetap. LK merupakan pengujian 3-MCPD dalam minyak dan
parameter pengujian kuantitatif untuk kecap merupakan salah satu tahapan
konsentrasi analit yang rendah dalam penting dalam pengujian. Metode yang
matriks yang kompleks dan digunakan dibandingkan adalah program suhu pada
untuk menentukan pengotor atau degradasi gas kromatografi.
produk [11]. Pengukuran limit deteksi Pada Preparasi I menggunakan
dilakukan dengan mengolah data yang program, dengan rincian pada Tabel 1.
diperoleh dari hasil pengukuran linieritas
6
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
GC Setting :
Injecton modus Splitless
Split vent 30 mL/menit
Septum purge 1 mL/menit
Injection volume 1 µL/menit
Injection temperature 300oC
Interface temperature 280oC
Kolom :
DB-5MS or equivalent 30 meter, 250 mm, 0.25 µm
Mobile phase :
Gas type Helium
Oven program Initial tempertur : 50 oC, hold 1 menit
Ramp1 200 oC/menit : 25oC/menit
Ramp2 200 oC/menit ke 316o C : 8oC/ menit hold 5
menit
Total run time 19 menit
Mass selective detektor :
Source temperature 250oC
Electrons energy 70meV
Dari Tabel 1. dapat dilihat hasil analisis memiliki waktu retensi yang berbeda, akan
yang dilakukan dengan menggunakan tetapi waktu yang dibutuhkan dalam
program suhu I ini memberikan hasil yang analisis cukup lama. Gambar
baik, hal tersebut dapat dilihat dari resolusi Kromatogram standar dan internal standar
peak yang dihasilkan oleh masing-masing dapat dilihat pada Gambar 3. berikut :
senyawa 3-MCPD dan Internal standar
Internal standar
3 MCPD
Internal standar
3 MCPD
7
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
8
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
3-MCPD yang ada dalam sampel ditahan serta [16] dan [20], meliputi parameter:
lebih lama sehingga keluar pada waktu (1).Selektivitas (2). Linieritas, (3).
retensi yang lebih jauh. Sedangkan Repitabilitas, (4). Akurasi, (5). Limit
program suhu yang kedua memberikan Deteksi, (6). Limit Kuantitasi.
hasil yang lebih cepat dan memberikan
pemisahan komponen 3-MCPD yang 1. Selektivitas
selektif dibandingkan dengan internal
standar 3-MCPD sebagai acuan dalam Uji awal yang dilakukan pada saat
analisis tersebut. Dari hasil tersebut maka melakukan verifikasi metode uji adalah
program suhu yang digunakan pada uji selektivitas. Penetapan selektivitas
penelitian ini adalah program suhu II. dilakukan dengan membandingkan
kromatogram-kromatogram yang
Verifikasi Metode muncul pada larutan blanko dan larutan
standar 3-MCPD. Setelah dilakukan
Telah dilakukan serangkaian studi pengamatan, terlihat bahwa tidak
laboratorium guna mendapatkan bukti- terdapat kromatogram yang muncul
bukti objektif yang dapat memberikan pada larutan blanko yang waktu
gambaran kesesuaian pengaplikasian retensinya (RT) menyamai komponen
metode uji 3-MCPD secara kromatografi 3-MCPD pada menit 5,47 sehingga
gas MS yang diadopsi dari [4] Studi pada waktu tersebut dapat dipastikan
tersebut adalah verfikasi metode uji, hanya komponen 3-MCPD saja yang
dilaksanakan dengan mengacu pada [10], [1], terdeteksi.
, 06-Sep-2012 + 11:28:26
st3mcpd6912_ 1 Scan EI+
5.47 TIC
100
9.58e8
7.49
0
st3mcpd6912_ 0 Scan EI+
7.49 10.95 TIC
100
2.84e8
11.21 11.42
b 11.95
%
7.63 9.38
4.82
0 Time
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00
9
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
Berdasarkan Gambar 5a. dan 5b. selektivitas yang tinggi dalam pemisahan
terdapat perbedaan yang signifikan. Pada menggunakan GC MS tersebut.
Gambar 5b. (larutan blanko) dapat dilihat Untuk membuktikan bahwa senyawa
pada waktu retensi 5,47 tidak terdapat tersebut adalah 3 MCPD maka peak yang
peak area standar 3-MCPD, sedangkan dihasilkan kemudian dibandingkan
pada Gambar 5b. (larutan standar 3 spektrumnya dengan spektrum yang ada
MCPD) dapat dilihat adanya peak standar pada library GCMS dengan nilai m/z 91,
3-MCPD yang dihasilkan. Dari hasil 104, 147 dan 196 pada metode yang
analisis tersebut mengindikasikan bahwa digunakan dalam penelitian ini. Profile
metode yang digunakan memiliki spektrum untuk komponen 3-MCPD
selektivitas dan dapat digunakan sebagai disajikan pada Gambar 6. dan Gambar 7.
metode karena memberikan hasil
Hasil spektrum yang diperoleh dari senyawa tersebut adalah 3-MCPD. Hal
peak yang diperoleh memberikan data yang sama juga dihasilkan dari peak
sesuai dengan library yang ada pada internal standar. Untuk mempertegas hasil
GCMS dengan nilai m/z 91, 104, 147 dan uji selektivitas kemudian dilakukan uji
196 , sehingga dapat dipastikan bahwa selanjutnya yaitu uji linieritas.
10
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
Kepekatan
Area Standar 3- Area Internal
No. Deret Standar Ratio
MCPD (y) Standar
(ug/g)
11
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
Koefisien Variasi Horwitz sesuai lebih kecil atau sama dengan 2/3 CVH
[1]
Berdasarkan Gambar 5. di atas yang . Uji presisi ini dilakukan dengan
menjadi acuan dalam penelitian ini. menginjekkan larutan contoh sebanyak
Presisi suatu metode memenuhi 7 kali ulangan. Hasil uji ripitibilitas
persyaratan jika sesuai dengan syarat dapat dilihat pada Tabel 4. berikut :
keberterimaan dimana nilai %RSD
Tabel 4.Data Evaluasi Presisi Metode Uji 3-MCPD Pada Contoh Minyak Goreng
Kadar 3MCPD dalam Contoh (ug/kg)
Replikat (n)
Minyak goreng I Minyak goreng II Minyak goreng III
1 0,16 0,13 0,31
2 0,18 0,16 0,32
3 0,14 0,12 0,34
4 0,14 0,12 0,31
5 0,18 0,17 0,35
6 0,15 0,17 0,30
7 0,18 0,12 0,23
Rata-rata 0,16 0,14 0,31
SD 0,02 0,02 0,04
% RSD 10,4 17,5 12,0
CVHorwitz 59,5 60,8 54,0
2/3 CVHorwitz 39,7 40,5 36,0
Tabel 5. Data Evaluasi Presisi Metode Uji 3-MCPD pada Contoh Kecap
Kadar 3MCPD dalam Contoh (ug/kg)
Replikat (n)
Kecap 1 Kecap 2 Kecap 3
1 0,0029 0,22 0,11
2 0,0032 0,25 0,11
3 0,0026 0,28 0,10
4 0,0100 0,27 0,11
5 0,0163 0,27 0,15
6 0,0113 0,25 0,19
7 0,0024 - -
Rata-rata 0,01 0,26 0,13
SD 0,01 0,02 0,04
% RSD 79,9 9,02 27,8
CVHorwitz 95,6 55,6 61,5
2/3 CVHorwitz 63,7 37,0 41,0
12
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
Bobot
Replikat RT RT Area 3MCPD- Hasil Penambahan
Contoh Area 3MCPD Ratio % Recovery
(n) 3MCPD 3MCPD-d5 d5 (ug/kg) Spike *)
(gram)
Rata-rata 85,54
13
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
Dari hasil evaluasi dapat terlihat pada Hasil ini memenuhi persyaratan uji
Tabel 6 bahwa nilai perolehan kembali akurasi.
yang didapatkan dari contoh minyak Sedangkan untuk matriks kecap hasil
goreng pada rentang 75,2 - 100% dengan evaluasi uji akurasi dapat dilihat pada
rata-rata perolehan kembali sebesar 85,5%. Tabel 7. Dari hasil evaluasi tersebut
Sebagai syarat keberterimaan digunakan didapatkan nilai perolehan kembali untuk
acuan umum untuk cemaran residual yang matrik kecap pada rentang 68,2% - 81,5%,
berasal dari APHA dengan nilai dengan rata-rata sebesar 74,7%, seperti
akurasiberkisar antara 40 hingga 200%. pada Tabel 7 .
Hasil evaluasi uji akurasi pada matriks akurasi yang dilakukan pada standar 3-
kecap memenuhi persyaratan, dan sebagai MCPD juga memberikan hasil yang baik,
syarat keberterimaan digunakan acuan hal ini sesuai dengan syarat keberterimaan
umum untuk cemaran residual yang untuk uji akurasi. Data evaluasi akurasi
berasal dari APHA dengan nilai akurasi metode pada standar 3-MCPD dapat
berkisar antara 40 hingga 200%. Hasil uji dilihat pada Tabel 8. berikut.
14
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
Kepekatan Area
Area Standar LOD LOQ
No. Deret Standar Internal Ratio
3-MCPD (ug/L) (ug/L)
(ug/mL) Standar
1 0,0000 5902,071 372382,750 0,016
2 0,0025 399794,313 249505,250 1,602
0,004 0,0015
3 0,0100 1389955,625 623998,813 2,227
4 0,1000 33175414,000 222400,422 149,170
Secara teoritis antara limit deteksi dan secara praktis, sehingga jika terdapat data
limit kuantitasi memiliki korelasi aktual yang diperoleh dari evaluasi fisik
perbandingan 3 : 10, sehingga akan jauh lebih dapat memuaskan.
menggunakan nilai dari salah satu limit Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
tersebut secara teoretis dapat pula LOD 0,004 ug/L sedangkan LOQ sebesar
ditentukan nilai limit yang lainnya. Namun 0,0015 ug/L, hal ini dibuktikan dengan
demikian penggunaan aturan teoretis data hasil evaluasi presisi dari contoh
tersebut seringkali tidak memuaskan kecap pada Tabel 10.
Tabel 10. Data Evaluasi Limit Deteksi Metode Uji 3-MCPD pada Matriks Kecap
Bobot RT
Replikat RT Area Area
Contoh 3MCPD Ratio Hasil
(n) 3MCPD 3MCPD 3MCPD-d5
(gram) -d5
1 0,20020 5,452 7,476 44525 17017 2,62 0,0029
2 0,23520 5,461 7,469 46778 13758 3,40 0,0032
3 0,26240 5,453 7,461 36330 12071 3,01 0,0026
4 0,22390 5,455 7,469 116712 11566 10,09 0,0100
5 0,22190 5,452 7,471 216728 13204 16,41 0,0163
6 0,27380 5,460 7,473 168645 12071 13,97 0,0113
7 0,22210 5,452 7,455 19323 8097 2,39 0,0024
Rata-rata - - - - - - 0,0070
15
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
Dari Tabel 10 diatas dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut
bahwa dalam penelitian limit kuantitasi sebagai limit kuantitasi dari metode
dievaluasi dengan teknik visual (trial and terpilih sesuai matriks yang digunakan.
error) dengan menggunakan perhitungan Dari hasil percobaan diatas dapat
statistik terlebih dahulu, hasil perhitungan disimpulkan bahwa kadar 0,0015 ug/kg
statistik yang diperoleh kemudian tersebut belum merupakan nilai limit
dicobakan secara langsung sebagai nilai deteksi metode, karena masih memberikan
konsentrasi analit terendah yang diduga nilai yang memiliki presisi yang kurang
sebagai limit kuantitasi. Hal ini biasanya baik dan belum memenuhi syarat
tidak cukup hanya dengan mencoba satu keberterimaan, sehingga perlu dilakukan
nilai saja, tapi dengan beberapa nilai percobaan selanjutnya dengan menaikkan
hingga didapat nilai terkecil yang dapat kadar konsentrasi pada contoh tersebut.
dikuantitasi dengan perolehan %RSD dan Pada percobaan berikutnya dilakukan
% Recovery yang memenuhi syarat dengan kadar yang lebih tinggi yaitu
keberterimaan, jika nilai yang diperoleh penambahan 0,15 ug/kg kedalam sampel
memberikan hasil yang memiliki % RSD kecap, hasil analisanya dapat dilihat pada
yang sesuai denga 2/3 CV Horwitz, maka Tabel 11.
Tabel 11. Data Evaluasi Limit Deteksi Metode Uji 3-MCPD pada Matriks Kecap
Penam
Bobot Area
Replikat RT RT Area bahan %
Contoh 3MCP Ratio Hasil
(n) 3MCPD 3MCPD-d5 3MCPD Spike Rec
(gram) D-d5
*)
1 0,28350 5,446 7,460 896929 24471 36,7 0,09 0,15 39,1
2 0,25490 5,456 7,475 591890 7278 81,3 0,21 0,16 111
3 0,25270 5,453 7,462 286199 7217 39,7 0,10 0,17 45,9
4 0,27730 5,450 7,525 451646 11611 38,9 0,09 0,15 43,1
5 0,32920 5,438 7,467 2597126 29447 88,2 0,18 0,13 117
6 0,35950 5,450 7,468 1019148 17095 59,6 0,11 0,12 70,3
7 0,28570 5,450 7,464 755800 15326 49,3 0,11 0,15 58,9
Rata- - - - - - -
-
rata 0,15 69,5
16
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
Tabel 12. Data Evaluasi Limit Deteksi Metode Uji 3-MCPD pada Matriks Kecap
Penam
Bobot RT Area
Replikat RT Area Hasil bahan
Contoh 3MCPD 3MCPD- Ratio % Rec
(n) 3MCPD 3MCPD (ug/kg) Spike
(gram) -d5 d5
*)
1 0,18830 5,474 7,492 655080 10686 61,30 0,22 0,22 74,26
2 0,14690 5,469 7,487 733482 12964 56,58 0,25 0,29 71,75
3 0,14870 5,469 7,487 722366 11480 62,92 0,28 0,28 81,54
4 0,14750 5,464 7,482 888451 14638 60,69 0,27 0,28 78,17
5 0,14460 5,449 7,471 1362574 23415 58,19 0,27 0,29 74,57
6 0,14470 5,459 7,477 678128 12526 54,14 0,25 0,29 68,17
Rata-rata - - - - - - 0,24 0,28 74,7
SD - - - - - - 0,05 - -
% RSD - - - - - - 20,2 - -
CVH - - - - - - 55,56 - -
2/3 CVH - - - - - - 37,04 - -
Dari Tabel 12 diatas data hasil evaluasi keberterimaan digunakan acuan umum
limit deteksi metode uji 3-MCPD pada untuk cemaran residual yang berasal dari
matriks kecap diperoleh hasil analisis APHA dengan nilai akurasi berkisar antara
dengan rata-rata kadar konsentrasi yang 40 hingga 200%. Hasil ini memenuhi
ditambahkan sebesar 0,28 ug/kg 3-MCPD persyaratan uji akurasi.
tersebut merupakan nilai limit kuantitasi,
karena hasil perhitungan memberikan nilai Uji Banding
yang memiliki presisi yang baik, perolehan Uji banding terhadap contoh matriks yang
nilai % RSD sebesar 20,2% lebih kecil bila juga digunakan sebagai objek uji dalam
dibandingkan dengan persen 2/3 CVH tahapan verifikasi metode dilakukan di
yaitu 37,0 % dan % recovery yang Laboratorium A, B dan di Laboratorium C.
dihasilkan memenuhi syarat Dari hasil uji banding tersebut diperoleh
keberterimaan. Sebagai syarat data seperti pada Tabel 13.
17
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
18
Yus Maria N.S., dkk. Implementasi Metode Uji 3-MCPD....
19
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 1 – 20
20
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 21 –30 Balai Besar Industri Agro
ABSTRACT
Pandanus conoideus (Buah Merah or Tawi) is exclusively grown in Papua island and its neighbor areas, and
indigenous people have been consuming it as functional food for thousands years. We have reported safety and anti-
tumor effects of Buah Merah extract oil (SBM) in experimental animals. However, mutagenicity or genotoxicity of
SBM has not been evaluated. We carried out mutagenic evaluation of SBM by in vitro Ames test using Salmonella
typhimurium TA98, TA100, TA1535 and TA1537 and Escherichia coli WR2uvrA with or without the activation of
S9 mixture. Concentrations used for this test were 313 ~ 5000 μg/plate. The results show that there is no increase in
revertant colonies, suggesting that SBM has no mutagenic activities under the conditions of this study.
Keywords: Pandanus conoideus, Buah Merah, carotenoid, beta-cryptoxanthin, genotoxicity, mutagenichity, Ames
test
ABSTRAK
Pandanus conoideus (Buah Merah atau Tawi) secara khusus tumbuh di pulau Papua dan sekitarnya, dan
masyarakat adat telah mengkonsumsi Buah Merah sebagai makanan fungsional selama ribuan tahun. Kami telah
melaporkan keamanan dan anti-tumor dari minyak ekstrak Buah Merah pada hewan percobaan. Namun,
Mutagenisitas atau genotoksik dari minyak ekstrak Buah Merah belum dievaluasi. Kami melakukan evaluasi
mutagenik ekstrak minyak Buah Merah secara in vitro menggunakan uji Ames Salmonella typhimurium TA98,
TA100, TA1535 dan TA1537 dan Escherichia coli WR2uvrA dengan atau tanpa aktivasi campuran S9. Konsentrasi
yang digunakan untuk pengujian ini adalah 313 ~ 5000 mg / plate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
peningkatan koloni reversi, menunjukkan bahwa minyak ekstrak Buah Merah tidak memiliki aktivitas mutagenik
dalam penelitian ini.
Kata kunci: Pandanus conoideus, Buah Merah, karotenoid, beta-cryptoxanthin, genotoksik, mutagenisitas, uji Ames
21
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 21 –30
Test item Result (per 100g) Test item Result (per 100g)
Moisture 0.29 g Total aflatoxins ND
Protein < 0.1 g Aflatoxin B1 ND
Lipid 99.7 g Aflatoxin B2 ND
Ash < 0.1g Aflatoxin G1 ND
Carbohydrate 0g Aflatoxin G2 ND
Energy 897 kcal Total plate count < 300/g
Sodium ND Coliform Negative/2.22 g
Acid value 52.7 Fungus Negative/0.1 g
Peroxide value 0.3 meq/kg Yeast 20/g
Heavy metal as Pb ND Specific gravity at 0.913
20℃
ND: Not detected
The analyses was conducted by Japan Food Research Laboratories (Report No. 13006096001-01).
22
Takanori Maeda, et al Mutagenicity Study Of Pandanus...
2. Bacterial strains and culture methods AF-2, 2-AA and 9-AA were dissolved
Salmonella typhimurium(S. typhimurium in dimethyl sulfoxide (DMSO, Dojin
TA100, TA1535) and Escherichia coli Chemical Ltd, Japan). Water for
WP2uvrA were used to detect the base- injection (Ootsuka Pharmaceutical
pair substitution type mutation, and S. Factory, Inc., Japan) was used for
typhimurium TA98 and TA1537 strains dissolution of NaN3 and as vehicle
for the detection of flame shift type control.
mutation. All the tester strains used in S9 prepared from the supernatant
this study were provided by Japan fraction of a homogenate derived from
Bioassay Research Center, Japan the liver of male Sprague Dawley rats
Industrial Safety & Health Association pretreated with phenobarbital and 5,6-
(Japan). benzoflavone was purchased from
Culture stocks were stored at 80◦C Oriental Yeast Co., Ltd (Japan). The S9
until used. For all assays, an inoculum of Mix was prepared by mixing S9 with
a thawed permanent culture was added Co-factor-1 (Oriental Yeast Co., Ltd.
to 15 mL of 2.5% Oxoid Nutrient Broth Japan) reconstituted with distilled water
#2 (Oxoid Ltd., UK) and was incubated to make the constitutions shown in Table
in a shaking incubator (Bioshaker BR- 2.
40LF, Taitech Ltd., Japan) for 10 hrs at Table 2 Constitutions of S9 mix per 1.0 mL
37◦C with a shaking speed of 100 rpm. Ingredient Volume/Concentration
S9 0.1 mL
3. Preparation of test substance and S9 MgCl2 8 μmol
KCl 33 μmol
Mix G-6-P 5 μmol
SBM was mixed with water for injection NADH 4 μmol
(Ootsuka Pharmaceutical Factory, Inc., NADPH 4 μmol
Japan) and then the mixture was agitated Na phosphate 100 μmol
buffer (pH
with a tube mixer and sonicated. 50
7.4)
mg/mL suspension of SBM was G-6-P: glucose-6-phosphate
prepared as the original test substance. NADH: nicotinamide adenine dinucleotid
NADPH: nicotinamide adenine dinucleotide
The water for injection was used as the phosphate
vehicle control. The positive control
substances used were: 2-(2-furyl)-3-(5- 4. Mutagenicity Assay
nitro-2-furyl) acrylamide (AF-2; Wako The Ames test was conducted by the
Pure Chemical Industries Ltd, Japan), preincubation method [15] for base-pair
sodium azide (NaN3; Wako Pure and flameshift mutations. A preliminary
Chemical Industries Ltd, Japan), 2- dose-finding test and the following main
aminoanthracene (2-AA; Wako Pure test were carried out both with and
Chemical Industries Ltd, Japan) and 9- without metabolic activation. 0.1 mL of
aminoacridine hydrochloride (9-AA; MP diluted SBM suspension coincided with
Biomedicals, LLC, USA). each dose/plate, the vehicle control
23
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 21 –30
(0.1 mL of water for injection) and the μg/plate and a total of 5 dose levels
positive controls (0.1 mL each) were calculated using a common ratio of 2
placed in sterilized glass tubes. To these were selected with or without S9
tubes, 0.5 mL of 0.1 mol/L sodium activation.
phosphate buffer (PH 7.4, direct method)
or S9 Mix (metabolic activation method) 5. Aseptic test
was added followed by the addition of In order to examine the sterility of the
0.1 mL of each bacterial suspension. The test system, 0.1 mL of the test substance
mixtures were incubated at 37◦C while and 0.5 mL of S9 Mix were added by 2.0
being shaken for 20 min. Thereafter, 2 mL of top agar. Then the mixtures were
mL of top agar including 0.2 mL of 0.5 placed on the minimal glucose agar
mmol/L L-histidine - 0.5 mol/L D-biotin plates. The plates were incubated at
– 0.5 mmol/L L-tryptphane and 37◦C for 48 hrs and growth of bacteria
maintained at approximately 37◦C, was was observed.
added to the tubes. The mixtures were
poured onto the minimal glucose agar 6. Statistical analysis
plate medium (Oriental Yeast Co., Ltd. Statistical analysis was not applied for
Japan) and evenly distributed. After the judgment. The test substance was judged
agar on the test plates was allowed to to possess gene mutation-inducing
harden, the plates were inverted and potential when the number of revertant
incubated at 37◦C for approximately 48 colonies was at least twice that of the
hrs. negative control plates or when revertant
Each plate was examined for colonies increased in a dose-dependent
inhibition of bacterial growth and manner.
background conditions macroscopically
and with a stereoscopic microscope. No RESULTS
precipitation associated with the test In order to examine the mutagenic potential
substance was observed at any dose of SBM, a reverse mutation assay was
plate. Duplicate plates were examined at conducted in S. typhimurium TA100,
each dose of the test substance. The TA1535, TA98 and TA1537, and E. coli
number of revertant colonies was WP2uvrA. The results of revertants by the
counted using a colony counter. test substance and the positive control
In the preliminary dose-finding test, substances in the preliminary dose-finding
there was no growth inhibition at doses test and main test are shown in Tables 3 and
from 4.88 - 5000μg/plate of the test 4, respectively.
substance with or without S9 Mix in any Dose-dependent increases and decreases
strain, though slight growth inhibition were not found in the number of revertant
was found at doses of 1250 and 5000 colonies in the test substance treated plates
μg/plate only in TA1537 strain. In the in both dose-finding and main tests, except
main test, the highest level was 5000 only in one strain, T1537 where the number
24
Takanori Maeda, et al Mutagenicity Study Of Pandanus...
of revertant colonies showed a tendency to with any other microorganism and there
decrease at dose levels of more than 1250 were no abnormal events on the plate
μg/plate in both dose-finding and main tests backgrounds.
with or without metabolic activation of S9 From these results described above, it
Mix (Table 3-1 and Table 4-1). On the other was concluded that SBM had no reverse, no
hand, reverse mutation inducers revealed muthagenic or clinical mutation inducing
increases in revertants in both tests (Table 3- activity; that is, with or without metabolic
2 and Table 4-2) . activation under the conditions of this study.
Aseptic study confirmed that the
mutation assay system was not contaminated
Table 3-1 Revertant in five strains of S. typhimurium and E. coli treated with different concentration of Buah Merah
Oil in the absence or presence of a metabolic-activating enzyme (S9) in the dose-finding test
25
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 21 –30
Table 3-2 Revertant in five strains of S. typhimurium and E. coli treated with the positive control substances in the
metabolic-activating enzyme (S9) required or not required in the preliminary test
Table 4-1 Revertant in five strains of S. typhimurium and E. coli treated with different concentration of Buah Merah
Oil in the absence or presence of a metabolic-activating enzyme (S9) in the main test
26
Takanori Maeda, et al Mutagenicity Study Of Pandanus...
Table 4-2 Revertant in five strains of S. typhimurium and E. coli treated with the positive control substances in the
metabolic-activating enzyme (S9) required or not required in the main test
27
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 21 –30
medium containing the mutant strains and be beneficial for human beings under poor
the test substance in the Ames test. animal-derived foods and cold climates.
In the present study, mutagenic activities As long as the safety studies on
of Buah Merah extract oil (SBM) was mutagenic test and long-term consumption.
examined by the Ames test at per plate doses Best on history by the native inhabitants
from 4.88 to 5000 μg/plate in the dose- living at highlands in Papua province in
finding test and from 313 to 5000μg/plate. Indonesia are concerned, Buah Merah is a
As results, no mutagenicity or genotoxoicity safe functional food rich in micronutrients
was found in bacterial reverse mutation with such as provitamin A and/or xanthophils.
or without metabolic enzyme activation in
the both tests. At the higher doses more than ACKNOWLEDEGEMENT
1250 μg/plate the test substance showed One of the authors, Dr. Nishigaki expresses
slight cytotoxicity only in TA1537 strain. the deepest appreciation to Mr. Reinhard
The other strains became no cytotoxic to the Thung for his long-term cooperation in Buah
test substance even at the highest plate dose. Merah expeditions all over the Papua
These results suggest that TA1537 strain is Province and provision of high quality Buah
susceptible with SBM and the mode of Merah extract oil for a series of our
action remains unknown. researches.
Nishigaki et al.[12] reported the safety of
SBM in acute and 4-week oral REFERENCES
administration studies in rats. In these
[1] Roreng MK, Nishigaki T. 2013. Buah
studies, LD50 was more than 2mL/kg and Merah and Papuan People.
no adverse effects were found in ill-health http://goo.gl/ZsqZSB
conditions, body weight, food and water
[2] “Analysis report of Buah Merah oil by
consumptions, visible- and audio- senses,
Japan Food Research Laboratories,
urinalysis, hematology, blood chemistry, Japan.” 2013. Report No.
necropsy, organ weights and histopathology 1300609096001-01.
at 0.1, 0.3 and 1 mL/kg dose levels in
[3] “Analysis report of Buah Merah oil by
repeated oral administration to male and
Hill Laboratories, New Zealand.” 2013.
female rats. Report No. 1095947.
Buah Merah is a common functional food
for the native inhabitants living at higher [4] Wada M, Fujimoto Y, Ikeda R,
Nishigaki T, Nakashima K. 2009. HPLC
mountain areas of Papua island. It is Quantitative Analysis of Tropical Plant,
assumed that they have been consuming Buah Merah with a HPLC. Presentation
Buah Merah since they settled at the at Nagasaki General Public Health
highland regions at least 30,000 years ago[1], Research Conference.
[16]
. Their long-term use and experiences as [5] Wada M, Fujimoto K, Nishigaki T,
foodstuffs provide positive proof, suggesting Febriyanti E, Ikeda R, Nakashima K.
that Buah Merah is highly safe and likely to Determination of α- and β-
cryptoxanthins, and α- and β-carotenes
in Buah Merah oil by HPLC-UV
28
Takanori Maeda, et al Mutagenicity Study Of Pandanus...
29
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 21 –30
30
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 31 –42 Balai Besar Industri Agro
Application of lactic acid bacteria mixed-culture in scaling up production of mocaf flour has been conducted. In
this study mocaf starter used was mixed starter without trehalose and with a centrifuge process in a dried-form and
odorless . LAB cultures used were Lactobacillus delbrueckii subsp. delbrueckii, Lactococcus lactis subsp. lactis and
Lactobacillus plantarum in a pilot plant scale, a larger scale than laboratory scale in CABI at the capasity of 5 kgs .
This is conducted to evaluate the ability of starter to produce good quality mocaf Flour. Implementation of starter
conducted at LIPI and “Kelompok Putri 21” in Playen Gunung Kidul Yogyakarta with capacity of 25 kgs and CV
Karunia Maha Cipta in Lembang Bandun with capacity of 1 tons. The results showed that mixed cultures of LAB
can be applied to the manufacture of flour mocaf commercially. Based on the physico-chemical and microbiological
analysis of mocaf flour from scale up and laboratory scale meet the quality requirements of SNI 7622:2011 (mocaf
flour), except for microbiological parameters of total plate count. The total plate count analysis of bacteria at the
CV. Karunia Maha Cipta Bandung was 3.8 x 106 colonies/g. While according to the quality requirements of SNI
mocaf flour is 1 x 106 colonies /gram
ABSTRAK
Penelitian penerapan bakteri asam laktat asal kultur campuran untuk “scale up” produksi tepung mocaf telah
dilakukan menggunakan starter campuran tanpa trehalose dan dengan proses sentrifuge yang memiliki bentuk kering
dan tidak berbau. Kultur BAL yang digunakan pada pembuatan starter campuran yaitu kultur Lactobacillus
delbrueckii subsp. delbrueckii, Lactococcus lactis subsp.lactis, dan Lactobacillus plantarum. Implementasi starter
BAL dilakukan pada skala yang lebih besar dari percobaan laboratorium di BBIA kapasitas 5 kg untuk melihat
kemampuan starter dalam menghasilkan tepung mokaf yang baik. Implementasi starter di laksanakan di LIPI dan
Kelompok Putri 21 Playen Gunung Kidul Jogjakarta dengan kapasitas singkong 25 kg serta CV. Karunia Maha
Cipta di Lembang Bandung dengan kapasitas 1 ton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAL asal kultur campuran
dapat diterapkan pada pembuatan tepung mocaf skala pilot plant. Berdasarkan hasil analisis fisiko kimia dan
mikrobiologi tepung mokaf hasil implementasi pada skala pilot plant memenuhi persyaratan mutu SNI 7622:2011
tepung mokaf, kecuali parameter mikrobilogi yaitu angka lempeng total bakteri pada percobaan di CV. Karunia
Maha Cipta adalah 3,8 x 106 koloni/g, sedang menurut persyaratan mutu pada SNI tepung mocaf adalah 1 x 10 6
koloni/gram.
31
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 31 – 42
mokaf mempunyai peluang untuk digunakan viskositas tepung mokaf lebih rendah.
sebagai bahan baku industri, khususnya Dengan lama fermentasi 72 jam akan
sebagai bahan pensubstitusi terigu, seperti didapatkan produk tepung mokaf yang
pada industri bakery, mi, cookies, hingga mempunyai viskositas mendekati tapioka [20]
[1]
industri makanan semi basah. Tepung mokaf . Namun demikian, produk mokaf tidak
yang diharapkan menjadi bahan baku sama persis karakteristiknya dengan tepung
industri tentu saja harus berdaya saing dan terigu, beras atau yang lainnya.
berstandar mutu baik, serta terjamin Sehingga dalam aplikasinya diperlukan
ketersediaannya sehingga pemanfaatannya sedikit perubahan dalam formula, atau
akan terus berlanjut. Dalam proses prosesnya sehingga akan dihasilkan produk
modifikasi tersebut digunakan starter mokaf yang baik. Untuk produk berbasis adonan,
untuk mempercepat berlangsungnya proses tepung mokaf akan menghasilkan mutu
fermentasi [20]. prima jika menggunakan proses sponge
dough method, yaitu penggunaan biang
Menurut [20] mocaf adalah produk tepung
adonan [20]. Disamping itu, adonan dari
singkong yang diproses menggunakan
tepung mokaf akan lebih baik jika
prinsip memodifikasi sel singkong secara
menggunakan air hangat (40-60oC).
fermentasi melibatkan bakteri asam laktat
Teknologi pengolahan tepung mokaf cukup
(BAL) yang mengubah karakteristik dari
sederhana dan bisa dilakukan dalam skala
tepung berupa meningkatnya viskositas,
kecil [20].
kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan
kemudahan melarut. Mikroba juga Fermentasi singkong umumnya banyak
menghasilkan asam-asam organik, terutama dilakukan di daerah tropis karena proses
asam laktat yang akan terimbibisi dalam fermentasi merupakan salah satu cara yang
bahan, dan ketika bahan tersebut diolah akan dapat mencegah terjadinya kebusukan umbi
dapat menghasilkan aroma dan citarasa khas dengan cepat setelah proses pemanenan.
yang dapat menutupi aroma dan citarasa ubi Umbi singkong bersifat lebih mudah rusak
kayu. Selama proses fermentasi terjadi pula dibandingkan umbi-umbian lainnya.
penghilangan komponen penimbul warna, Fermentasi singkong melalui proses
dan protein yang dapat menyebabkan warna perendaman (retting) dapat mereduksi toksin
coklat ketika pengeringan [20]. Dampaknya cyanogen yang terdapat secara alami pada
adalah warna tepung mocaf yang dihasilkan berbagai konsentrasi (300 hingga 500 ppm),
lebih putih jika dibandingkan dengan warna dan meningkatkan palatibilitas umbi tersebut
tepung singkong biasa. Waktu fermentasi untuk proses lebih jauh. Fermentasi alami
pada pembuatan tepung mokaf akan singkong dilakukan dengan pencelupan
berpengaruh terhadap viskositas pasta panas singkong pada air selama 3 hingga 4 hari.
dan dingin, karena selama fermentasi Dengan proses fermentasi tersebut, umbi
tersebut mikroba mendegradasi dinding sel menjadi lunak, cyanogenik glikosida alami
sehingga pati dalam sel keluar dan (linamarin dan lotaustralin) akan
[6]
mengalami gelatinisasi bila dipanaskan. terdegradasi dan akan terbangun
Dibandingkan dengan pati tapioka, karakteristik flavor [4] dan [18].
32
Enny Hawani Loebis, dkk Implementasi Kultur Campuran....
33
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 31 – 42
34
Enny Hawani Loebis, dkk Implementasi Kultur Campuran....
pengeringan
Tepung mokaf
Gambar 1. Skema proses pembuatan tepung mokaf (aplikasi starter mokaf)
35
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 31 – 42
Tabel 1. Analisis Fisiko Kimia Tepung Mokaf Aplikasi Starter di LIPI dan Kelompok UKM Putri 21 Jogjakarta
36
Enny Hawani Loebis, dkk Implementasi Kultur Campuran....
Lanjutan Tabel 1. Analisis Fisiko Kimia Tepung Mokaf Aplikasi Starter di LIPI dan Kelompok UKM Putri 21
Jogjakarta
Berdasarkan hasil analisis fisiko kimia mokaf LIPI. Kadar lemak tidak
tepung mokaf hasil implementasi starter di dipersyaratkan dalam SNI Tepung mokaf,
LIPI dan kelompok UKM Putri 21 Gunung namun kadar lemak yang tinggi berkorelasi
Kidul yang terdapat pada Tabel 1, dengan penurunan kejernihan pasta pati
memenuhi persyaratan mutu Tepung Mocaf (sebagaimana pada serealia) dan menekan
[8]
. pembengkakan butiran pati [15].
Pada SNI Tepung mokaf kadar air Kadar protein tepung mokaf hasil
maksimum adalah 13%, hasil aplikasi starter implementasi skala laboratorium starter
pada skala laboratorium adalah berkisar yang diaplikasikan di LIPI dan Kelompok
antara 4,38 % untuk yang diproses di LIPI UKM Putri 21 yaitu 1,24%, dan 1,08%.
dan 9,74% untuk yang diproses di Kadar protein tidak dipersyaratkan pada SNI
kelompok UKM Putri 21, perbedaan tepung mokaf, protein dan pati akan
tersebut kemungkinan karena proses membentuk kompleks dengan permukaan
pengeringan pada kelompok UKM Putri 21 granula dan menyebabkan viskositas pati
kurang lama. Kadar air merupakan salah menurun, dan hal ini lebih jauh berakibat
satu titik kritis pada tepung mokaf karena pada rendahnya kekuatan gel [16].
bila kadar air melebihi 13% dapat Derajat asam tepung mokaf hasil
mempersingkat umur simpan dari tepung implementasi starter di LIPI menunjukkkan
mokaf tersebut, karena merupakan kondisi nilai 2,70% sedang pada Kelompok UKM
ideal untuk tumbuhnya mikroba. Kadar abu Putri 21 menunjukkan nilai 1,24.
pada tepung mokaf hasil aplikasi starter Kemungkinan saat pencucian pada LIPI
penelitian ini memenuhi syarat mutu pada kurang sempurna, tetapi kedua hasil
SNI Tepung mokaf yaitu berkisar antara tersebut masih dapat memenuhi syarat mutu
0,54% – 0,63% yaitu masih di bawah batas pada SNI Tepung mokaf yaitu di bawah 4%.
maksimum 1,5 %.Kadar lemak tepung Derajat asam terbentuk dari hasil
mokaf hasil implementasi yaitu 0,11 % pembentukan asam laktat selama proses
pada kelompok Putri 21 dan 0,22 % tepung fermentasi berlangsung. Dengan proses
37
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 31 – 42
pembilasan yang baik, derajat asam lempeng total yang menunjukkan total
tepung mokaf dapat dikendalikan. bakteri pada tepung mocaf masih memenuhi
syarat mutu yaitu dibawah 1 x 106 koloni/g.
Derajat putih dari tepung mokaf
Escherichia coli yang terdapat pada tepung
ditentukan oleh kondisi fermentasi yang
mocaf juga lebih kecil dari 3 AMP/g. E. coli
berlangsung. Bila penanganan selama
dan memenuhi persyaratan mutu E. coli
fermentasi berlangsung baik, maka akan
yaitu maksimum 10 APM/g. E. coli dapat
menghasilkan derajat putih yang baik.
menjadi indicator sanitasi yang
Derajat putih merupakan salah satu faktor
menunjukkan hiegenitas pada pembuatan
penentu dalam standar mutu tepung mokaf.
tepung mocaf. Kandungan kapang pada
Derajat putih tepung mokaf hasil
tepung mocaf juga masih berada pada
implementasi starter di LIPI yaitu 95,4%
persyaratan mutu tepung mocaf yaitu
dan hasil implementasi pada kelompok Putri
dibawah 1 x 104 koloni/g. Kandungan B.
21 yaitu 93,2%. Hal ini diduga dari
cereus pada tepung mocaf juga masih
penggunaan bahan baku singkong dengan
varitas yang berbeda. Hasil implementasi di memenuhi persyaratan mutu tepung mocaf.
B. cereus adalah bakteri gram positif
kedua tempat tersebut dapat memenuhi
pembentuk spora yang tahan terhadap
syarat mutu yang terdapat pada SNI Tepung
kondisi ekstrim seperti panas tinggi dan
mokaf yaitu minimum 87%.
kondisi kering. Bakteri ini biasa dijumpai
Kadar HCN tepung mokaf hasil pada produk kering yang tidak terkontrol
implementasi starter di LIPI dan Kelompok penanganannya [21].
UKM Putri 21 memenuhi syarat mutu pada
SNI tepung mokaf yaitu kurang dari 10 ppm.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar Implementasi CV Karunia Maha Cipta
HCN menunjukkan di bawah 3 ppm atau Bandung
tidak terdeteksi. Proses fermentasi dapat Kapasitas produksi pada CV Karunia Maha
mengeliminasi 90% komponen sianida Cipta Bandung adalah 3 ton ubi kayu per
endogenus yang terdapat pada ubi kayu. hari. Implenetasi starter mokaf dilakukan
Linamarase pada BAL berperan pada proses dengan bahan baku yang digunakan adalah
degradasi linamarin atau senyawa singkong sebanyak 1 ton per batch. Hal ini
pembentuk sianida [5]. dilakukan mengingat bahan baku yang agak
Kadar mikroba tepung mocaf hasil sulit diperoleh dari petani. Adapun foto-foto
implementasi starter campuran di LIPI dan proses pengolahan tepung mokaf pada
Kelompok UKM Putri 21 juga memenuhi Gambar2.
syarat mutu pada SNI tepung mocaf . Angka
Gambar 2. Bahan baku ubi kayu yang baru tiba di lokasi sebanyak 1 ton
38
Enny Hawani Loebis, dkk Implementasi Kultur Campuran....
Gambar 3. Pengupasan kulit ubi kayu dan ubi kayu kupas yang sudah dicuci
Pengupasan dilakukan secara manual terdapat sisa-sisa kulit ubi kayu. Pengupasan
dengan menggunakan pisau. Hasil seperti ini dapat mempengaruhi warna
pengupasan seperti yang dapat dilihat pada produk akhir tepung mokaf yang dihasilkan.
Gambar 3 di atas menunjukkan masih
Ubi kayu yang telah diiris dengan starter (Gambar 5). Proses perendaman
menggunakan mesin slicer (Gambar 4) dilakukan selama 12 – 24 jam.
kemudian direndam air serta ditambahkan
39
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 31 – 42
40
Enny Hawani Loebis, dkk Implementasi Kultur Campuran....
41
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 31 – 42
[10] Budiyanto S. dan Yuliyanti. 2012. [18] Oyewole, O.B. 1990. “Optimization of
“Studi Persiapan Tepung Sorgum Cassava Fermentation for Fufu
(sorghum Bicalor L. Moench) dan Production: Effect of Single Starter
Aplikasinya pada Pembuatan Beras Cultures”. Journal of Aplication
Analog” J. Teknologi Pertanian vol 13 Bacteriology 68: 49- 54.
no.3, Des 2012, p. 177-186
[19] Oyewole, O.B. and Odunfa, S.A. 1992.
[11] Brauman, A., Kéléké S., Malonga M., “Extracellular Enzyme Activities During
Miambi E., and Ampe F. 1996. Cassava Fermentation for ‘Fufu’
“Microbiological and Biochemical Production”. World Journal of
Characterization of Cassava Retting, a Microbiology and Biotechnology 8: 71 –
Traditional Lactic Acid Fermentation 72.
for Foo-Foo (Cassava Flour)
Production” . Applied and [20] Subagio,A., Wiwik, S., Witono W.,
Environmental Microbiology 62: 2854 – dan Fahmi, F. 2008. Prosedur Operasi
2858. Standar (POS) Produksi Mocaf Berbasis
Klaster. SEAFAST Center, IPB. Bogor.
[12] Food and Drug Administration.2002.
Bacteriological Analytical Manual. [21] Tay, L., Goh K.T. and Tan S.E.
Enumeration of Escherichia coli and 2008. “An Outbreak of Bacillus cereus
Coliform Bakteria. Chapter 4. Food Poisioning”, Singapore Medical
Journal. 23(04) : 214-217.
[13] Food and Drug Administration. 2002.
Bacteriological Analytical Manual.
Enumeration of Yeast and Malt.
Chapter 8.
42
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 43- 54 Balai Besar Industri Agro
Key words: Anredera cordifolia, madeira vine, extract, ointment, wound cure
ABSTRAK
Penelitian mengenai aplikasi sediaan ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang
selanjutnya disebut dengan daun A.cordifolia telah dilakukan. Tanaman A.cordifolia merupakan salah satu
tanaman obat tradisional yang banyak digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka baik luka dalam
maupun luka luar. Salah satu kendala dalam penggunaan sediaan obat tradisional adalah dalam hal
penyimpanan. Untuk mengatasi masalah penyimpanan serta untuk mempermudah penggunaan, maka sediaan
obat tradisional dapat dibuat dalam bentuk yang lebih praktis, misalnya dalam bentuk salep. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan basis salep yang paling baik sebagai pembawa ekstrak daun
A.cordifolia dan untuk mengetahui efektivitas formulasi salep ekstrak daun A.cordifolia dengan basis yang
berbeda sebagai obat luka pada mencit jantan (Mus musculus albinus). Penelitian yang telah dilakukan terdiri
dari 3 tahap, yaitu (1) tahap pembuatan sediaan ekstrak dan salep ekstrak daun A.cordifolia, (2) tahap
pengamatan stabilitas salep dan (3) tahap uji efektivitas salep. Hasil dari pengamatan stabilitas produk
menunjukkan bahwa basis salep berminyak, basis emulsi dan basis larut air dapat menjadi pembawa ekstrak
daun A.cordifolia yang baik serta bersifat stabil di suhu ruang sampai akhir waktu pengamatan (8 minggu).
Uji efektivitas masing-masing salep menunjukkan pada pemakaian 200 mg salep per hari, luka sudah terlihat
mulai menyempit pada kisaran hari ke-3 dan ke-4.
(Ten) Steenis atau lebih dikenal sebagai tradisional, terutama dalam hal
tanaman binahong di Indonesia telah penyembuhan luka, baik luka luar
cukup banyak digunakan sebagai obat maupun luka dalam.
Salep adalah sediaan setengah padat tradisional dapat dibuat dalam bentuk
ditujukan untuk pemakaian topikal pada yang lebih praktis, misalnya dalam
kulit atau selaput lendir [3]. Salep bentuk salep. Tujuan dari penelitian ini
merupakan salah satu bentuk sediaan adalah untuk menentukan basis salep
semi padat yang banyak digunakan dalam yang paling baik sebagai pembawa
pengobatan penyakit kulit. Bentuk salep ekstrak daun A.cordifolia dan untuk
memudahkan dalam penyimpanan dan mengetahui efektivitas formulasi salep
penggunaan sehingga bentuk ini diambil ekstrak daun A.cordifolia dengan basis
sebagai bentuk aplikasi sediaan ekstrak yang berbeda sebagai obat luka pada
daun A.cordifolia sebagai obat luka luar. mencit jantan (Mus muculus albinus).
Dasar salep untuk sediaan topikal semi Penelitian mengenai aplikasi sediaan
padat berdasarkan sifat fisika kimianya ekstrak daun binahong pada salep dapat
dapat digolongkan dalam empat tipe, dijadikan salah satu acuan bukti ilmiah
yaitu dasar salep hidrokarbon atau dasar untuk lebih meyakinkan masyarakat akan
salep berlemak, dasar salep serap khasiat tanaman tersebut, menunjang data
(absorpsi), dasar salep yang dapat dicuci ilmiah pemanfaatan A.cordifolia sebagai
dengan air atau krim, dan salep yang larut obat tradisional, serta dapat membantu
dalam air ar salep tak berlemak. Dasar industri kecil dan menengah dalam
salep yang ideal menurut banyak pakar membuat produk yang aman dan lebih
adalah berdasarkan sifat fisika-kimia baik.
yaitu stabil, bereaksi netral, tidak
mengotori, tidak mengiritasi, tidak BAHAN DAN METODE
Bahan
menimbulkan dehidrasi, tidak bereaksi
Bahan baku yang digunakan dalam
menghilangkan lemak, tidak higroskopis,
penelitian ini adalah daun binahong (A.
dapat dihilangkan dengan air, dapat
cordifolia) segar yang diperoleh dari
bercampur dengan semua obat, bebas dari
kebun tanaman obat Kencono Wungu di
bau yang tidak enak, tidak memberi noda,
Semarang, Jawa Tengah. Bahan kimia
mampu memenuhi semua sebagai
yang digunakan meliputi etanol, akuades,
medium bagi obat yang tidak larut dalam
basis salep, BHA, metil paraben dan
lemak atau air cocok untuk kulit kering
propil paraben.
dan berminyak, dapat disimpan untuk
Alat
penggunaan jangka panjang, dapat
Peralatan yang digunakan adalah
mengandung 50% air, mudah dibuat dan
peralatan gelas, neraca analitik, oven
meleleh atau melunak pada suhu badan [3].
listrik merk Memmert, penggiling disc
Salah satu kendala dalam penggunaan mill, rotary evaporator dan concentration
sediaan obat tradisional adalah dalam hal boule untuk memekatkan ekstrak.
penyimpanan. Untuk mengatasi masalah Metode penelitian
penyimpanan serta untuk mempermudah Penelitian dilakukan melalui beberapa
penggunaan, maka sediaan obat tahapan, yaitu pembuatan ekstrak daun
45
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 43-54
A.cordifolia, pembuatan salep, uji pada mencit. Diagram alir alur penelitian
stabilitas salep, dan uji efektivitas salep dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Alur Penelitian Aplikasi Ekstrak Daun A.Cordifolia Pada Salep Luka
Pembuatan Sediaan Serbuk Simplisia pada proses ekstrak daun dapat dilihat
dan Ekstrak Daun A. Cordifolia pada Gambar 3.
Sediaan serbuk simplisia daun A. Pembuatan Salep Ekstrak Daun A.
cordifolia diperoleh dengan Cordifolia
mengeringkan daun A. cordifolia segar Sebanyak 10 % ekstrak daun A.cordifolia
menggunakan pengering pada suhu 40oC. sebagai bahan aktif diaplikasikan masing-
Daun yang telah kering kemudian masing pada produk salep dengan 3
digiling kasar untuk memperkecil dan macam salep ekstrak daun A.cordifolia
menyeragamkan ukuran. Ekstrak daun A. yang dibedakan pada basissalep,yaitu
Cordifolia diperoleh dengan cara basisberminyak basis emulsi dan basis
mengekstrak serbuk simplisia dengan larut air. Salep ekstrak daun A. Cordifolia
etanol. Cairan ekstrak kemudian terdiri dari ekstrak daun A.cordifolia,
dipekatkan menggunakan concentration basis salep, antioksidan BHA, metil
boule lalu disimpan dalam wadah yang paraben dan propil paraben. Diagram alir
tertutup rapat dan bersih. Diagram alir proses pembuatan salep dilihat pada
proses pembuatan simplisia dilanjutkan Gambar 4.
46
Tita Aviana, dkk Aplikasi Sediaan Ekstrak Daun Binahong....
Daun A.cordifolia
Dikeringkan
(oven, T=40
Digiling kasar
°C)
Simplisia
Filtrat
Dipekatkan
Ekstrak daun
A.cordifolia
Ekstrak
Salep ekstrak
daun
A.cordifolia
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Salep Ekstrak Daun A.cordifolia
47
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 43-54
48
Tita Aviana, dkk Aplikasi Sediaan Ekstrak Daun Binahong....
keringnya luka dan keberadaan keropeng pada simplisia. Kadar abu sediaan serbuk
luka. adalah 1,27%. Serbuk simplisia yang
telah memenuhi persyaratan kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN
diekstrak dengan etanol lalu diaplikasikan
Sediaan Serbuk Simplisia
pada salep.
Rendemen serbuk kering A.cordifolia
yang didapat dari daun segar adalah 5%. Salep Ekstrak Daun A. cordifolia
Kadar air simplisia daun A.cordifolia
Ekstrak daun A.cordifolia diaplikasikan
sebesar 4,54%. Nilai ini masih termasuk
pada tiga basis salep berbeda yaitu basis
dalam kisaran penentuan kadar air serbuk
salep berminyak,emulsi dan larut air.
simplisia yang disyaratkan Depkes RI,
komposisi ketiga salep dapat dilihat pada
yaitu tidak lebih dari 5% [4]. Penentuan
Tabel 1. Salep dengan basis berminyak
kadar air sediaan serbuk simplisia sangat
berwarna hijau pekat (Gambar 5),
penting dilakukan karena bertujuan untuk
sedangkan salep dengan basis emulsi
memberikan batasan minimal atau
berwarna hijau kekuningan (Gambar 6)
rentang tentang besarnya kandungan air
dan salep berbasis larut air (Gambar 6)
di dalam bahan [4]. Penentuan kadar abu
berwarna hijau tua (dove).
dilakukan untuk mengontrol jumlah
pencemaran benda anorganik seperti Ketiga jenis salep memiliki tekstur lunak
tanah dan pasir yang seringkali terikut dan terdistribusi merata saat dioleskan.
Gambar 6. Salep Ekstrak Daun A. cordifolia Berbasis Emulsi (Kanan) Dan Berbasis Larut Air (Kiri)
50
Tita Aviana, dkk Aplikasi Sediaan Ekstrak Daun Binahong....
Tabel 3. Pengamatan Bau Sediaan Salep Ekstrak ekstrak daun A. cordifolia, pengadukan
Daun A. cordifolia
dilakukan pada suhu kamar dan dilakukan
Pengamatan Bau secara manual dengan cepat.
No Perlakuan (Penyimpanan
Selama 8 Minggu) Berdasarkan pengamatan stabilitas
1 Salep basis +++
warna, bau dan homogenitas dari ketiga
berminyak
2 Salep basis emulsi ++ jenis salep ekstrak daun A. cordifolia
3 Salep basis larut air + selama 8 minggu dapat dikatakan bahwa
`
Keterangan : salep tersebut memiliki stabilitas sediaan
+++ : bau khas ekstrak daun A. cordifolia dengan yang baik. Sediaan salep yang dibuat
intensitas kuat tidak mengalami perubahan warna dan
++ : bau khas ekstrak daun A. cordifolia dengan
intensitas sedang bau, tidak mengalami pemisahan bentuk
+ : bau khas ekstrak daun A. cordifolia dengan serta bebas dari partikulat tajam dan
intensitas lemah
kasar. Syarat kualitas sediaan salep yang
Hasil pengamatan homogenitas baik adalah stabil, lunak, mudah
sediaan salep A. cordifolia pada digunakan, cocok dengan basisnya serta
penyimpanan suhu kamar selama 8 dapat terdistribusi merata [2].
minggu menunjukkan stabilitas
Uji Efektivitas Salep Ekstrak Daun A.
homogenitas yang baik. Salep ekstrak cordifolia
daun A. cordifolia membentuk campuran
Pada pengujian efektivitas salep ekstrak
yang homogen dengan globula rapat dan
daun A. cordifolia dilakukan pengamatan
tidak menyebar. Homogenitas salep
secara makroskopik pada setiap
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
kelompok mencit. Untuk mempermudah
pengadukan, suhu pencampuran dan
pengamatan, dibuat skala penilaian secara
kecepatan pengadukan yang
makroskopik dengan skala nilai 1-10
menghasilkan ukuran partikel menjadi
(Tabel 4) yang dijadikan indikator
kecil sehingga dapat bercampur dengan
penyembuhan luka pada mencit.
baik. Pada proses pembuatan salep
Tabel 4. Skala Penilaian Secara Makroskopik Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit Jantan
Skala Keterangan
Penilaian
1 Luka berwarna merah dan basah. Luka masih terbuka dan tepi luka masih terpisah
2 Luka berwarna merah pucat dan agak kering. Luka masih terbuka dan tepi luka masih terpisah
3 Luka berwarna merah muda pucat dan kering. Luka mulai menyempit, tepi luka agak kering dan
mengeras
4 Luka sudah menyempit dan dangkal, tepi luka keras namun belum terbentuk keropeng
5 Luka menyempit dan dangkal, tepi luka keras, terbentuk keropeng
6 Luka menyempit dan dangkal, bekas luka melunak dan membentuk garis bekas luka, tidak terbentuk
keropeng
7 Luka menyempit, bekas luka melunak, terdapat sisa keropeng
8 Luka menutup, keropeng sudah hilang
9 Luka menutup, bekas luka tidak nampak, permukaan kulit mulai ditumbuhi rambut
10 Luka menutup, bekas luka tidak nampak, permukaan kulit sudah ditumbuhi rambut seperti semula
51
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 43-54
Tabel 5. Pengamatan Secara Makroskopik Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit Jantan
52
Tita Aviana, dkk Aplikasi Sediaan Ekstrak Daun Binahong....
54
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74 Balai Besar Industri Agro
Epoxy compound is a commercial product that can be applied for several purposes such as plasticizer, stabilizer
and resin coatings on polymers, as well as an antioxidant in natural rubber processing. This study was aimed to
make crude palm oil-based compounds by doing process optimization with variable of solvent, temperature, and
catalysts. This study used crude palm oil (CPO) as raw material, amberlite catalyst, H2SO4, H2O2, benzene, hexane,
formic acid. Parameters analyzed were oxirane oxygen number, iodine number, acid number, saponification number,
and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). The results showed the higher ratio between H 2O2 and formic
acid the better epoxy compound produced. The optimum ratio between H 2O2 and formic acid was 2:1. The results
showed that the optimal conditions are obtained by using benzene as solvent of 25% CPO, amberlite catalyst, and
temperature at 70°C for 6 hours. The analysis showed oxirane oxygen number of 6.20%, iodine number of 12.6
(g iod/100 g), acid number of 8.96 (mg KOH / g), and saponification number of 202 (mg. KOH / g).
ABSTRAK
Senyawa epoksi merupakan produk komersial yang dapat diterapkan untuk beberapa tujuan seperti plasticizer,
stabilizer dan coating resin polimer, serta antioksidan dalam pengolahan karet alam. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat senyawa epoksi berbasis minyak sawit kasar dengan melakukan optimasi proses dengan variabel pelarut,
suhu, dan katalis. Penelitian ini menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO), katalis amberlite, H2SO4, H2O2,
benzena, heksana, dan asam format. Parameter yang diamati meliputi bilangan oksigen oksiran, bilangan iod,
bilangan asam, bilangan penyabunan, dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Hasil penelitian
menunjukkan semakin tinggi perbandingan H2O2 dan asam formiat menyebabkan pembentukan senyawa epoksi
yang semakin baik ditunjukkan dengan bilangan oksiran yang semakin tinggi. Perbandingan yang optimum antara
H2O2 dan asam formiat adalah 2:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang optimal pembuatan epoxy
diperoleh dengan menggunakan pelarut benzene sebanyak 25% dari CPO, katalis amberlite, pada suhu 70 °C selama
6 jam. Hasil analisis menunjukkan bilangan oksigen oksiran 6,20%, bilangan iodium 12.6 (g iod/100 g), bilangan
asam 8,96 (mg KOH/g), bilangan penyabunan 202 (mg. KOH /g).
55
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
Salah satu derivat minyak kelapa sawit Reaksi epoksi adalah reaksi oksidasi
yang belum banyak diproduksi diantaranya ikatan rangkap dalam minyak oleh oksigen
adalah senyawa epoksi. Senyawa epoksi aktif membentuk senyawa epoksi. Proses
merupakan senyawa kimia yang diperoleh epoksidasi adalah suatu proses yang
melalui proses epoksidasi. Karakterisasi merupakan reaksi asam peroksi organik
senyawa epoksi dapat digolongkan atau dengan ikatan rangkap untuk membentuk
dinamai berdasarkan kandungan oksiran. senyawa oksiran [17], atau reaksi dimana
Ada tiga kelompok produk senyawa epoksi senyawa hidrokarbon tidak jenuh diubah
yang dapat dihasilkan dari minyak nabati, menjadi siklik eter [8]. [7] mengatakan, bahwa
yaitu minyak epoksi, ester epoksi campuran epoksi atau senyawa oksiran merupakan
dan ester epoksi spesifik. Ketiga senyawa ini produk dari proses autooksidasi asam-asam
memilki peranan penting sebagai plasticizer- lemak tidak jenuh atau minyak mengering
stabilizer dalam industri resin polivinil (drying oil).[1] melakukan penelitian
klorida [3]. pembuatan senyawa epoxy dari CPO
Senyawa epoksi sebagai produk berdasarkan konsentrasi pelarut dan waktu
komersial dapat diaplikasikan untuk reaksi. [10] melakukan pembuatan senyawa
beberapa kegunaan seperti pelentur epoxy dari Palm Fatty Acid Distillate
(plasticizer), stabilizer dan coating pada (PFAD) menggunakan katalis amberlit dan
resin polimer, serta merupakan antioksidan secara enzimatis, sedangkan [15] melakukan
pada pengolahan karet alam. Senyawa proses pembuatan senyawa epoxy dari palm
epoksi juga dapat digunakan sebagai fatty acid destilate. Sebagian besar epoxy
surfaktan dan agen anti korosif [18], aditif diproduksi dari bahan sintetis.
pada minyak pelumas dan bahan baku Tujuan penelitian ini adalah untuk
pestisida [13]. mengetahui pengaruh perbandingan asam
56
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
format dan H2O2 pada pembuatan senyawa pemisah, pemanas air, dan alat-alat gelas
epoxy dari minyak sawit kasar (CPO). merk pirex untuk analisis.
Metode pembuatan senyawa epoksi
BAHAN DAN METODE Proses pembuatan senyawa epoksi dilakukan
Bahan dengan mencampurkan CPO 500 ml, pelarut
Bahan utama yang digunakan dalam (heksan atau benzene), asam formiat, dan
penelitian ini adalah minyak sawit kasar katalis (amberlite atau asam sulfat), lalu
(CPO) dari PTPN VIII (Serang), bahan dipanaskan sampai suhu 300C, kemudian
kimia katalis amberlite (dari Pasar ditambahkan H2O2 sedikit demi sedikit
Pramuka, Jakarta), H2SO4, H2O2, benzene, sampai habis. Proses berlangsung selama 6
heksan dan asam formiat (dari Toko Bahan jam, 12 jam dan 18 jam dengan suhu 70 oC
Kimia Brataco dan Panca Kimia Bogor). dan 80 oC. Filtrat kemudian dipisahkan dari
Alat pelarut dan katalis dengan menggunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian corong pemisah, dan selanjutnya filtrat yang
ini diantaranya, labu leher empat 2000 mL, diperoleh dicuci dengan air hangat pada
hot plate magnetic stirrer merk As one, suhu 40 oC sebanyak tiga kali pencucian,
batang magnetic stirrer, pendingin balik, lalu dipekatkan menggunakan rotary
pipet tetes, rotary evaporator merk Buchi evaporator. Epoksi yang terbentuk
461, timbangan, termometer, corong kemudian dianalisis untuk
mengetahui bilangan asam, bilangan iod, Spectroscopy). Diagram alir proses
bilangan penyabunan, bilangan oksiran dan pembuatan epoksi dapat dilihat pada
FTIR (Fourier Transform Infrared diagram 1.
Keterangan:
Formula 1*) : CPO : 500 Ml; Pelarut (heksan atau benzene) : 40 % x 500 mL = 200 mL As. Formiat : 50 % x 500 mL = 250 mL;
H2O2 : 25 % x 500 mL = 125 mL Katalis (amberlite/asam sulfat) : 25 % (total jumlah asam formiat + H2O2) = 25 % x 375 mL = 93.75
mL
Formula 2 **): CPO : 500 mL; Pelarut (heksan atau benzene) : 20 % x 500 mL = 100 mL As. Formiat : 25 % x 500 mL = 125 mL;
H2O2 : 50 % x 500 mL = 250 mL Katalis (amberlite/asam sulfat) : 5 % (total jumlah asam formiat + H2O2) = 5 % x 375 mL = 18.75 mL
57
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
Pemanasan T= 70 oC atau T = 80 oC
Campuran pelarut-
Pemisahan filtrat katalis
Filtrat
Pemekatan filtrat
Sisa pelarut
Epoksi
Analisis bil. Asam, bil. Iod, bil penyabunan, bil oksiran dan FTIR
58
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
59
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
Waktu Oksigen
No. Pelarut Katalis Suhu (0C)
(jam) Oksiran (%)
Formula 1 (CPO:Benzene:As.Formiat:H2O2:katalis=1 : 0,4 : 0,5 : 0,25 : 0,1875)
1 N-Heksan Amberlite 70 6 1,60
2 N-Heksan Amberlite 70 12 1,48
3 N-Heksan Amberlite 70 18 1,99
4 N-Heksan Amberlite 80 6 1,55
5 N-Heksan Amberlite 80 12 1,71
6 N-Heksan Amberlite 80 18 1,58
7 Benzene Amberlite 70 6 0,12
8 Benzene Amberlite 70 12 1,80
9 Benzene Amberlite 70 18 1,74
10 Benzene Amberlite 80 6 1,28
11 Benzene Amberlite 80 12 0,06
12 Benzene Amberlite 80 18 0,13
13 N-heksan As. Sulfat 70 6 0,06
14 N-heksan As. Sulfat 70 12 0,06
15 N-heksan As. Sulfat 80 6 0,06
16 N-heksan As. Sulfat 80 12 0,06
17 Benzene As. Sulfat 70 6 0,07
18 Benzene As. Sulfat 70 12 0,06
19 Benzene As. Sulfat 80 6 0,07
20 Benzene As. Sulfat 80 12 0,06
Formula 2 (CPO:Benzene:As.Formiat:H2O2:katalis=1 : 0,2 : 0,25 : 0,5 : 0,1875)
1 N-heksan Amberlite 70 6 2,27
2 N-heksan Amberlite 70 12 2,38
3 Benzene Amberlite 70 6 6,20
4 Benzene Amberlite 70 12 2,40
Nilai kadar oksigen oksiran yang diperoleh amberlite berkisar antara 1,48 – 1,99%,
pada penelitian ini ini untuk Formula 1 sedangkan untuk pelarut benzene dan katalis
dengan pelarut N-heksan dan katalis amberlite nilai bilangan oksigen oksirannya
60
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
berkisar dari 0,06 – 1,80%. Bilangan menjadi senyawa oksiran juga tidak terjadi.
oksigen oksiran untuk pelarut N-heksan atau Suhu yang relatif tinggi (700C dan 800C)
benzene dengan katalis asam sulfat adalah juga menjadi pemicu terjadinya pembukaan
sekitar 0,06 – 0,07 %. cincin dari senyawa epoksi yang terbentuk.
Formula 1 tidak menghasilkan bilangan Asam sulfat merupakan asam kuat dan
oksiran yang tinggi yang merupakan salah dengan suhu yang tinggi yang menyebabkan
satu parameter yang penting untuk senyawa pembukaan cincin tersebut akan berakibat
epoksi. Sehingga dilakukan formulasi 2 hidrogen peroksida yang bereaksi menjadi
dengan memperbesar penambahan H2O2 dan sedikit sehingga menghasilkan asam
memperkecil penambahan pelarut dan asam peroksiformiat yang juga sedikit. Asam
formiat. Perlakuan suhu sangat menentukan peroksiformiat yang sedikit akan berakibat
kecepatan dan kestabilan reaksi. Reaksi senyawa epoksi yang dihasilkan juga
yang terjadi pada suhu reaksi 80 oC yang menjadi sedikit.
dilakukan pada Formula 1 sangat cepat Penyebab lain dari rendahnya nilai
menaikkan suhu campuran hingga terlihat bilangan oksigen oksiran ini adalah jumlah
tekanan dalam tabung reaksi meningkat dan (volume) asam karboksilat (asam formiat)
berbahaya bagi proses. Selain itu hasil dan pelarut yang digunakan dalam Formula
bilangan oksiran pada formula 1 tidak 1 lebih besar daripada hidrogen peroksida
berbeda jauh antara pemanasan pada (H2O2) sehingga menyebabkan beberapa
temperature 70 oC dan 80 oC. sehingga senyawa epoksi yang telah terbentuk
dengan pertimbangan kestabilan tersebut mengalami pembukaan cincin menghasilkan
suhu 80 oC tidak direkomendasikan untuk senyawa hidroksi yang merupakan sumber
proses selanjutnya pada penelitian ini. glikol yang tidak diinginkan. Berdasarkan
Nilai kadar oksigen oksiran untuk data diatas, proses dengan menggunakan
Formula 2 lebih tinggi daripada Formula 1, katalis asam sulfat menunjukkan bilangan
yaitu berkisar antara 2,27 – 6,20 %. oksigen oksiran yang sangat kecil sehingga
Perlakuan yang memberikan bilangan proses ini tidak direkomendasikan dan tidak
oksigen oksiran paling tinggi adalah dilanjutkan.
penggunaan pelarut benzene dan katalis Pada formula 2, hidrogen peroksida
amberlit. (H2O2) yang digunakan lebih besar daripada
Pada Formula 1, penggunaan katalis asam formiat (HCOOH) dan pelarutnya (N-
asam sulfat pada proses pembentukan heksan atau benzene). Dengan demikian,
senyawa epoksi menghasilkan senyawa penggunaan asam formiat harus lebih sedikit
epoksi dengan kandungan oksigen oksiran daripada H2O2 untuk mencegah pembukaan
yang sangat rendah. Hal ini disebabkan cincin kembali pada senyawa epoksi. Untuk
asam sulfat yang digunakan tidak Formula 2, bilangan oksigen oksiran paling
menyebabkan penurunan viskositas yang tinggi adalah 6,20 % untuk penggunaan
berakibat gerakan molekul dalam misela pelarut benzene dan katalis amberlit.
(agregat) terhambat sehingga pengikatan Berdasarkan Tabel 4 tersebut terlihat
oksigen pada ikatan rangkap yang diubah bahwa komposisi yang menghasilkan
61
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
senyawa epoksi dengan kandungan rangkap (ikatan tidak jenuh yang terkandung
oksigen oksiran yang paling banyak adalah dalam minyak atau lemak tersebut). Gambar
pada formula 2 yang menggunakan pelarut 3 dan 4 masing-masing menunjukkan
benzene sebanyak 20% CPO dengan waktu perubahan bilangan iod terhadap waktu pada
operasi 6 jam yang menghasilkan senyawa suhu 700C dan 800C dengan katalis
epoksi dengan bilangan oksiran 6,20%. amberlite untuk pelarut N-heksan (Formula
Penggunaan asam sulfat pada Formula 1 1) dan juga pelarut Benzene (Formula 1) dan
menunjukkan bilangan oksiran yang sangat Gambar 5 untuk Formula 2. Berdasarkan
rendah, sehingga untuk parameter hasil analisis, bilangan iod CPO pada waktu
selanjutnya (bil iod, bil penyabunan) analisis 0 jam adalah 58,3 (g iod/100 g). Data
tidak dilakukan. selengkapnya bilangan iod untuk formula 1
dan 2 ditampilkan pada Tabel 5.
3. Bilangan Iod
Besar kecilnya bilangan iod minyak atau
lemak, menunjukkan banyaknya ikatan
Gambar 3. Hubungan Waktu dan Suhu Terhadap Bilangan Iod Untuk Katalis Amberlite dan Pelarut N-
Heksan (Formula 1)
Gambar 4. Hubungan Waktu dan Suhu terhadap Bilangan Iod Untuk Katalis Amberlite dan Pelarut
Benzene (Formula 1)
62
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
Gambar 5. Hubungan Waktu dan Pelarut terhadap Bilangan Iod Untuk Katalis Amberlite
dan Suhu 700C (Formula 2).
Bil. Iod
No. Pelarut Katalis Suhu (0C) Waktu (jam)
(g iod/ 100 g)
Formula 1
1 N-heksan Amberlite 70 6 40,8
2 N-heksan Amberlite 70 12 34,5
3 N-heksan Amberlite 70 18 35,4
4 N-heksan Amberlite 80 6 30,8
5 N-heksan Amberlite 80 12 27,4
6 N-heksan Amberlite 80 18 29,2
7 Benzene Amberlite 70 6 38,5
8 Benzene Amberlite 70 12 34,2
9 Benzene Amberlite 70 18 30,6
10 Benzene Amberlite 80 6 41,4
11 Benzene Amberlite 80 12 36,9
12 Benzene Amberlite 80 18 32,1
Formula 2
1 N-heksan Amberlite 70 6 5,26
2 N-heksan Amberlite 70 12 5,79
3 Benzene Amberlite 70 6 12,6
4 Benzene Amberlite 70 12 9,90
63
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
Dari Tabel 5. dan Gambar diatas yang terbentuk lebih kecil dan mencapai
diketahui bahwa pada formula 1 bilangan keadaan optimum pada suhu 800C dengan
iod senyawa epoksi untuk katalis amberlite waktu proses 18 jam.
dan pelarut N-Heksan yang dihasilkan Pada formula 2, bilangan iod menurun
berkisar dari 29,2 sampai 40,8 g iod/100 drastis hingga mempunyai nilai kisaran dari
gram sedangkan untuk pelarut Benzene 5,26 – 12,6 g iod/ 100 g dibandingkan
berkisar dari 32,1 - 38,5 g iod/100 gram. formula 1. Perbedaan ini cukup signifikan
Bilangan iod senyawa epoksi minyak kelapa disebabkan hidrogen peroksida (H2O2) yang
sawit kasar (CPO) mengalami penurunan digunakan pada formula ke-2 lebih besar
setelah diekposidasi (Gambar 4 dan 5). Dari daripada asam formiat (HCOOH) dan
Gambar 4 dan 5 terlihat bahwa suhu pelarutnya (n-heksan atau benzene) sehingga
berpengaruh terhadap bilangan iod senyawa selain kesetimbangan yang sangat cepat
epoksi dari minyak kelapa sawit kasar yang dengan hidrogen peroksida (H2O2) juga
dihasilkan. Hal ini disebabkan bahwa suhu untuk mencegah pembukaan cincin kembali
dapat meningkatkan pengikatan oksigen pada senyawa epoksi. Sehingga berdasarkan
oleh ikatan rangkap yang selanjutnya data ini, formula 2 lebih baik daripada
berpengaruh terhadap konversi senyawa formula 1 dalam menghasilkan senyawa
tidak jenuh menjadi senyawa epoksi. Oleh epoksi.
karena itu suhu juga berpengaruh terhadap
tingkat ketidakjenuhan yang terdapat pada 4. Bilangan Asam
senyawa epoksi sebagai akibat dari konversi Peningkatan bilangan asam menunjukkan
ikatan rangkap menjadi senyawa epoksi. bertambahnya asam lemak jenuh dan
Kecenderungan bilangan iod menurun berkurangnya kadar asam lemak tidak jenuh
dengan meningkatnya suhu disebabkan pada dengan terjadinya pemutusan ikatan
suhu yang lebih tinggi, senyawa tidak jenuh rangkap. Gambar 6 dan 7 masing-masing
yang bereaksi dengan oksigen lebih besar. menunjukkan perubahan bilangan asam
Oleh karena itu senyawa jenuh berkurang terhadap waktu pada suhu 700C dan 800C
jumlahnya dengan meningkatkanya suhu. dengan katalis amberlite untuk pelarut n-
Hal ini dapat dikaitkan dengan heksan dan juga pelarut benzene untuk
meningkatnya kandungan oksiran yang formula 1 dan Gambar 8 untuk formula 2.
sejalan dengan meningkatkanya suhu Berdasarkan hasil analisis, bilangan asam
epoksidasi. Bilangan iod meningkat selama CPO pada waktu 0 jam adalah 9,5 mg
tahap pertama oksidasi termal karena KOH/g). Data selengkapnya bilangan asam
pembentukan ikatan tidak jenuh yang baru, untuk formula 1 dan 2 ditampilkan pada
tetapi pada akhir oksidasi bilangan iod Tabel 6. sebagai berikut,
menurun karena ikatan rangkap digunakan
pada berbagai reaksi [11]. Terlihat juga
bahwa pelarut benzene lebih baik daripada
n-heksan karena bilangan iod dari senyawa
64
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
Gambar 6. Hubungan Waktu dan Suhu Terhadap Bilangan Asam Untuk Katalis Amberlite dan
Pelarut N-Heksan (Formula 1)
Gambar 7. Hubungan Waktu dan Suhu Terhadap Bilangan Asam Untuk Katalis Amberlite
dan Pelarut Benzene (Formula 1)
Gambar 8. Hubungan Waktu dan Pelarut terhadap Bilangan Asam untuk Katalis Amberlite
dan Suhu 700C.
65
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
Pada percobaan formula 1 dengan kesimpulan bahwa waktu dan suhu optimum
menggunakan pelarut n-heksan, grafik berdasarkan nilai bilangan asamnya adalah
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada suhu 700C dan waktu operasi 12 jam
bilangan asam seiring waktu proses untuk dengan katalis amberlite.
suhu reaksi proses epoksidasi 800 C. Percobaan dengan formula 2
Sedangkan pada suhu reaksi proses menunjukkan terjadi penurunan dan
epoksidasi 700C bilangan asam mulai kenaikan bilangan asam yang sangat kecil
menurun setelah 12 jam yang sekali dengan kisaran 8,96 – 9,52 mg
mengindikasikan bahwa waktu proses 12 KOH/g dibandingkan dengan nilai formula 1
jam menunjukkan hasil yang lebih baik. yang berkisar 16,8 – 33,6 mg KOH/g. Nilai
Untuk pelarut benzene, grafik menunjukkan awal bilangan asam adalah 9,50 mg KOH/g.
terjadi peningkatan bilangan asam sering Waktu operasi 12 jam mengindikasikan
waktu proses untuk suhu reaksi proses hasil yang terbaik dalam formula 2.
epoksidasi 700 C. Sedangkan pada suhu Kenaikan bilangan asam walaupun kecil
reaksi proses epoksidasi 800 C bilangan sekali tetap mengindikasikan terjadinya
asam mulai menurun setelah 6 jam. Nilai pemutusan ikatan rangkap. Bilangan asam
bilangan asam dari hasil penelitian ini merupakan indikator pendukung dari
adalah fluktuatif namun dapat diambil bilangan oksigen oksiran dan iod yang
66
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
Gambar 9. Hubungan Waktu dan Suhu Terhadap Bilangan Penyabunan Untuk Katalis Amberlite dan
Pelarut N-Heksan (Formula 1)
67
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
Gambar 10. Hubungan Waktu dan Suhu Terhadap Bilangan Penyabunan Untuk Katalis Amberlite dan
Pelarut Benzene (Formula 1)
Gambar 11. Hubungan Waktu dan Pelarut terhadap Bilangan Penyabunan untuk Katalis Amberlite dan
Suhu 700C.
68
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
Bil. Penyabunan
No. Pelarut Katalis Suhu (0C) Waktu (jam)
(mg KOH/g)
Formula 1
1 N-heksan Amberlite 70 6 228
2 N-heksan Amberlite 70 12 143
3 N-heksan Amberlite 70 18 238
4 N-heksan Amberlite 80 6 237
5 N-heksan Amberlite 80 12 250
6 N-heksan Amberlite 80 18 250
7 Benzene Amberlite 70 6 244
8 Benzene Amberlite 70 12 231
9 Benzene Amberlite 70 18 237
10 Benzene Amberlite 80 6 229
11 Benzene Amberlite 80 12 243
12 Benzene Amberlite 80 18 252
Formula 2
1 N-heksan Amberlite 70 6 202
2 N-heksan Amberlite 70 12 199
3 Benzene Amberlite 70 6 202
4 Benzene Amberlite 70 12 207
69
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
6. Hasil analisis gugus fungsi Dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Hasil
FTIR Interpretasi data spektrum FTIR sampel
Epoksi yang dihasilkan dalam penelitian senyawa epoksi nabati (CPO) proses
dikonfirmasi hasilnya untuk mengetahui Formula 2 yang menghasilkan data bilangan
gugus fungsi yang ada dengan menggunakan oksiran tertinggi dapat dilihat pada Tabel 8.
70
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
Sebagai data pembanding dari spektrum kemiripan dengan sampel Senyawa LSOE.
FTIR senyawa epoksi nabati berikut ini Grafik yang menunjukkan spektrum Linseed
ditampilkan data spektrum FTIR dari Oil Epoksi (LSOE) ditunjukkan oleh
senyawa Linseed Oil Epoksi (LSOE) [14]. Gambar 12 dan grafik FTIR yang
Berdasarkan data spektrum FTIR tersebut menunjukkan hasil terbaik pada penelitian
dapat diketahui bahwa sampel senyawa ini ditunjukkan pada Gambar 13.
epoksi nabati yang dianalisa memiliki
Gambar 13. Hasil FTIR Formula 2 Pelarut Benzene Katalis Amberlite pada Suhu 70 0C.
71
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
72
Rizal Alamsyah, dkk Perbandingan Asam Format dan Hidrogen ....
[11] Paoletti, R. dan D. Kritchevsky. 1969. [15] Sinaga, M.S.2007. Pengaruh katalis
Advance in Lipid Research. Vol 77. H2SO4 pada Reaksi Epoksidasi Metil
Academic Press, New York. Ester PFAD (Palm Fatty Acid
Distillate). Jurnal Teknologi Proses.
[12] Swern, D. 1979. Bailey's Industrial Oil 6(1) : 70-74.
and Fat Products Vol.1. dan 2 4th ed.
John Wiley & Sons, New York. [16] Silverstein, R.M., Webster, F.X.,
Kiemle, D. (2005) Spectrometric
[13] Sadi, S., K., K. Pamin, and Darnoko, Identification of Organic Compounds.
1995,Preparation of Buyl 7th ed., John Wiley & Sons Inc., USA.
Epoxystearate From Palm Oil and
Palm Fatty Acid, Paper is presented at [17] Wood, W dan J. Termini. 1959. Ion
21st World Congress and Exhibition of Exhange Resin Catalyst Stability in in
International Society for Fat Research situ Epoxidation. JACOCS 35 (7)
1 - 6 October, The Hagus, Netherland. :331-335.
[14] Shah .M.Y., Ahmad, S. (2012) [18] Yamamura, S., M. Nakamura, and T.
Waterborne vegetable oil epoksi Takeda, 1989, Synthesis and
coatings: Preparation and Properties of Destructible Anionic and
characterization, Progress in Organic Cationic Surfactants with a 1,3-
Coating vol.75, pp 248-252 Dioxolane ring, JAO
73
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Des 2013 : 55- 74
74
Warta IHP Vol. 30, No. 2, Desember 2013 : 75-85 Balai Besar Industri Agro
ABSTRAK
Ampas kelapa hasil samping pembuatan VCO telah diteliti untuk diproses menjadi tepung kelapa sebagai bahan
dasar dalam pembuatan kue kering. Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan nilai kompetitif industri VCO
melalui penggunaan hasil samping ampas kelapa menjadi suatu produk tepung kelapa yang bernilai ekonomi sebagai
bahan pangan fungsional (tinggi serat pangan). Sementara itu maksud dari penelitian adalah untuk mempelajari
karakteristik pengolahan ampas kelapa menjadi tepung kelapa dan penggunaannya dalam pembuatan kue kering
kelapa. Proses pembuatan tepung kelapa dilakukan dengan merebus ampas kelapa selama 20 menit (perlakuan A),
30 menit (perlakuan B) dan 40 menit (perlakuan C), kemudian dikeringkan dan ditepungkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kandungan serat kasar terendah terdapat pada perlakuan B (33,5%), sementara itu kandungan
tertinggi terdapat pada perlakuan C (40,6 %). Kandungan terendah serat pangan terlarut terdapat pada perlakuan A
(2,89%) dan kandungan tertinggi terdapat pada perlakuan C (3,11%). Sementara itu kandungan terendah untuk serat
pangan tidak larut terdapat pada perlakuan A (34,8 %) dan kandungan tertinggi terdapat pada perlakuan B (38,4 %).
Hasil uji organoleptik dari kue kering kelapa yang dibuat dari tepung kelapa, perlakuan C mempunyai nilai tertinggi
5,81 ( suka ) untuk parameter warna, 5,24 ( suka ) untuk aroma, dan 5,57 ( suka ) untuk rasa. Berdasarkan hasil
analisis tekno-ekonomi bahwa pembuatan tepung kelapa dari ampas kelapa hasil samping pembuatan VCO adalah
layak yang ditunjukkan oleh nilai IRR 26,01 %, dan nilai pay back periode 46,14 bulan. Penggunaan tepung kelapa
yang dibuat dengan proses perebusan 40 menit ampas kelapa (perlakuan C) dalam pembuatan kue kering kelapa
mempunyai biaya produksi Rp. 24.500 per 1 resep untuk 2 toples setara 500g. Apabila margin keuntungan
diasumsikan diset pada nilai 25%, maka kue kering kelapa harus dijual dengan harga Rp. 15.313/toples setara 250g.
Hasil dari penelitian siap diaplikasikan kepada IKM pengolahan VCO.
75
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Desember 2013 : 75- 85
76
Dadang Supriatna, dkk Tepung Kelapa Sebagai Hasil Sampingan....
77
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Desember 2013 : 75- 85
Dari data pada Tabel 1, terlihat bahwa biaya dan kandungan serat pangan, maka
serat pangan dari berbagai perlakuan untuk perlakuan dalam penelitian lanjutan
terhadap ampas VCO nilainya berkisar diambil perlakuan perebusan dengan variasi
antara 27,5 – 38,4 % dan mengalami waktu proses perebusan.
perubahan dari nilai serat pangan ampas
VCO semula dengan setelah mengalami Penelitian lanjutan
perlakuan dibuat menjadi tepung kelapa. Rendemen tepung kelapa
Nilai serat pangan tertinggi terdapat pada Rendemen tepung kelapa merupakan faktor
perlakuan dengan penggunaan BAL yaitu penting dalam proses pengolahan ampas
sebesar 38,4 % dan kemudian perlakuan kelapa asal pengolahan Virgin Coconut Oil
dengan proses perebusan yaitu sebesar 34,9 (VCO). Dalam proses pembuatan tepung
%. Berdasarkan data tersebut dan beberapa kelapa terlebih dahulu dilakukan perebusan
pertimbangan seperti kemudahan proses, ampas VCO dengan waktu perebusan
78
Dadang Supriatna, dkk Tepung Kelapa Sebagai Hasil Sampingan....
masing-masing 20, 30 dan 40 menit. Tujuan membuat ampas kelapa menjadi lunak dan
dari perebusan adalah untuk memperlunak mempermudah dalam proses penepungan.
serat ampas yang kemudian selanjutnya Terkait rendemen maka perlakuan waktu
akan mempermudah dalam proses proses perebusan yang optimal adalah 30
penggilingan atau penepungan. Rendemen menit.
tepung kelapa dengan waktu perebusan 20, Karakteristik tepung kelapa
30 dan 40 menit adalah masing-masing
73,33 %; 87,50 % dan 76,47 %. Dari data Sifat kimia tepung kelapa merupakan faktor
tersebut terlihat adanya perbedaan rendemen penting dalam menentukan mutu tepung.
tepung kelapa. Perbedaan ini diduga akibat Hasil analisis proksimat tepung kelapa
dari perbedaan waktu proses perebusan yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis proksimat, serat pangan larut dan serat pangan tidak larut serta energi tepung kelapa dan
ampas kelapa hasil samping VCO
Tepung Kelapa
Parameter Uji Satuan Ampas
A B C
Proksimat :
Air % 3,48 2,93 3,28 3,42
Abu % 1,50 1,44 1,41 3,90
Protein (N x 6,25) % 13,40 13,50 13,20 13,20
Lemak % 31,50 29,20 33,50 35,50
Karbohidrat % 49,70 52,90 48,60 44,00
Berdasarkan data pada Tabel 2 terlihat lahan produk kaya karbohidrat yang
bahwa nilai proksimat tepung kelapa dari melibatkan panas mempengaruhi nilai
semua perlakuan tidak terlalu berbeda serat pangan pada tingkat yang berbeda,
dengan adanya perbedaan waktu perebusan. tergantung suhu dan lama proses. Suhu
Kandungan nilai serat pangan yang tidak yang tinggi menyebabkan pemecahan
larut pada tepung kelapa mengalami ikatan rantai polisakarida menjadi gula
peningkatan dari 27,5 % menjadi 34,8 % sederhana. Ikatan glikosidik pada serat
untuk waktu perebusan 20 menit, 38,4 % pangan juga mengalami kerusakan.
untuk waktu perebusan 30 menit dan 35,4 % Pelepasan ikatan antar molekul serat atau
untuk waktu perebusan 40 menit depolimerisasi menghasilkan solubilisasi
sedanguntuk nilai serat pangan yang larut sehingga akan meningkatkan kandungan
berkisar antara 2,37 – 3,11 %. Proses pengo serat pangan. Jika proses tersebut terus
79
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Desember 2013 : 75- 85
berlangsung maka fragmen alkohol yang tidak membantu banyak dalam merombak
mudah larut terbentuk, hal ini kandungan gizi tepung kelapa.
mengakibatkan penurunan kandungan serat
pangan dengan semakin lama proses Daya tahan simpan tepung kelapa
pemanasan [19]. Untuk mempelajari lamanya suatu produk
Kandungan gizi lainnya dalam ampas dapat disimpan, maka parameter yang perlu
kelapa untuk perlakuan perebusan dengan diuji adalah kandungan mikrobiologi. Hasil
waktu yang berbeda relatif sama. Dengan analisis mikrobiologi tepung kelapa yang
demikian waktu dalam proses perebusan disimpan selama 3 bulan pada Tabel 3.
Berdasarkan data pada Tabel 3, terlihat kelapa tersebut dibuat dengan tingkat
bahwa tepung kelapa yang disimpan 3 bulan kebersihan dan sanitasi yang baik dan
tersebut secara umum (kecuali nilai kapang disimpan menggunakan kemasan yang baik
perlakuan A dan B) masih memenuhi syarat pula. Daya tahan simpan tepung kelapa akan
mutu mikrobiologi SNI desiccated coconut berbeda-beda juga tergantung dari suhu
(kelapa parut kering). Hal ini diduga penyimpanannya, seperti terlihat pada Tabel
disebabkan selama proses pembuatan tepung 4[1].
80
Dadang Supriatna, dkk Tepung Kelapa Sebagai Hasil Sampingan....
Dari data pada Tabel 5, terlihat bahwa Uji Organoleptik Kue Kering Kelapa
kandungan kue kering tepung kelapa dari Uji organoleptik produk kue kering dari
semua perlakuan tidak menunjukkan tepung kelapa hasil perebusan ampas kelapa
perbedaan nyata dengan adanya perbedaan meliputi tingkat kesukaan dari nilai 1 =
waktu perebusan. Perbedaan besarnya sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak
kandungan lemak dan protein antara kue tidak suka; 4 = moderat (suka dan tidak
kering A, B dan C disebabkan oleh suka); 5 = agak suka, 6 = suka dan 7 =
sangat suka, adapun parameter uji kesukaan
perbedaan lamanya waktu perebusan.
meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa. Uji
Semakin lama waktu pemanasan maka kesukaan dilakukan terhadap 21 orang
protein akan terdenaturasi dan lemak akan panelis dari beberapa bidang disiplin kerja
terhidrolisis sehingga jumlah kandungannya untuk mewakili pasar. Hasil uji
berkurang. organoleptik pada Tabel 6.
Berdasarkan data pada Tabel 6. Terlihat setiap parameter uji panel test yang
bahwa hasil uji organoleptik menunjukkan dilakukan (warna, aroma, tekstur dan rasa),
uji kesukaan keseluruhan dari produk kue untuk uji kesukaan terhadap warna, aroma,
kering yang disajikan diperoleh kue kering rasa kue kering C memiliki nilai tertinggi
dengan kode C yaitu kue kering dari tepung yaitu 5,81 (suka) untuk warna; 5,24 (agak
kelapa hasil perebusan ampas kelapa selama suka) untuk aroma; dan 5,57 (agak suka)
40 menit dengan nilai rata-rata 5,45 atau untuk rasa; sedangkan untuk perlakuan uji
tingkat kesukaan mendekati suka. Dari kesukaan terhadap tekstur, kue kering B
81
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Desember 2013 : 75- 85
mendapatkan nilai yaitu 5,33 (agak suka). mengurangi rasa manis dari kue kering yang
Untuk produk kue kering A merupakan dihasilkan
produk yang paling tidak disukai
berdasarkan semua parameter uji kesukaan Analisa Teknoekonomi
yang disajikan. Hal ini diduga karena waktu
perebusan yang lebih cepat sehingga aroma Berdasarkan hasil analisa tekno ekonomi,
yang kurang baik belum hilang selama maka pembuatan tepung kelapa tersebut
proses perebusan dibandingkan kue B dan dinyatakan layak dengan parameter
kue C, termasuk tekstur yang masih keras kelayakan IRR 26,01% dan pay back period
dan warna yang kurang menarik. 46,14 bulan terlihat pada Tabel 7.
Berdasarkan komentar panelis dari uji
kesukaan yang disajikan perlu perbaikan
dari tekstur yang kurang diminati serta
Tabel 7. Analisis Kelayakan/Teknoekonomi Pembuatan Tepung Kelapa, Kap. 50 kg tepung kelapa per hari.
Cash Flow (x Rp. 1000.000), kecuali untuk HPP
Asumsi yang digunakan dalam analisa teknoekonomi sederhana tersebut adalah operasional 25
hari kerja per bulan atau 300 hari kerja per tahun, Gaji Manajer dan Upah Tenaga Kerja
memenuhi standar UMR Kab./Kota Bogor tahun 2013 yaitu Rp. 2.002.000/bulan
(www.hrcentro.com), harga jual tepung
kelapa di pabrik Rp. 7000/kg didasarkan
Asumsi yang digunakan dalam analisa operasional 25 hari kerja per bulan atau 300
hari kerja per tahun, gaji manajer dan upah
teknoekonomi sederhana tersebut adalah
82
Dadang Supriatna, dkk Tepung Kelapa Sebagai Hasil Sampingan....
tenaga kerja memenuhi standar UMR Kab./ Untuk melengkapi analisis teknoekonomi
Kota Bogor tahun 2013 Rp. 2.002.000/bulan tersebut, kemudian juga dianalisis harga
(www.hrcentro.com), harga jual tepung pokok produksi dalam aplikasinya untuk
kelapa di pabrik Rp. 7.000/kg didasarkan pembuatan kue kering kelapa. Untuk
kepada harga eceran dipasaran untuk keperluan tersebut dianalisis juga biaya
desiccated coconut Rp. 17.000/kg produksinya seperti disajikan pada Tabel 8.
(www.agromaret.com)
83
Warta IHP Vol. 30, No. 2,Desember 2013 : 75- 85
(suka) untuk warna, 5.24 (agak suka) [2] Anonim. 2013. Serat Pangan.
untuk aroma, dan 5.57 (agak suka) http://repository.ipb.ac.id/bitstream/hand
le/. Akses 3 April 2013
untuk rasa, namun untuk perlakuan uji
kesukaan terhadap tekstur, kue kering B [3] Anonim. 2013. Cara Membuat Kue
(perlakuan perebusan ampas 30 menit) Bangket Enak Spesial.
mendapatkan nilai tertinggi yaitu 5.33 http://recipes.lintas.me/article/masakkue.
com. Akses 26 Juni 2013.
(agak suka).
4. Berdasarkan hasil analisa tekno [4] BSN. 2008. Standar Nasional Indonesia
ekonomi, maka pembuatan tepung (SNI) 7381-2008; Minyak Kelapa
kelapa tersebut dinyatakan layak dengan Virgin. Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
parameter kelayakan IRR 26,01% dan
pay back period 46,14 bulan. Produk [5] BSN.2008. Standar Nasional Indonesia
kue bangket atau kue kering yang (SNI) 01-2891-1992; Cara Uji Makanan
mengaplikasikan tepung kelapa yang dan Minuman. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta.
terbuat dari ampas kelapa yang direbus
selama 40 menit, mempunyai nilai [6] Codex Stan 177-1991. CODEX
Harga Pokok Produksi sebesar Rp. STANDARD FOR DESICCATED
24.500 per 1 resep untuk 2 toples setara COCONUT
500 g. Apabila asumsi margin [7] Departemen Perindustrian. 1992.
keuntungan yang ditetapkan sebesar 25 Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-
% maka produk kue bangket tersebut 2973-1992; Syarat Mutu Kue Kering.
harus dijual dengan harga Rp. 15.313 / Departemen Perindustrian. Jakarta.
toples setara 250 g. [8] Engelen, A. 2012. Pemanfaatan Ampas
Kelapa yang Diolah Menjadi Tepung
Saran Kelapa.
http://cakrawalaberita.com/horizon
Penelitian dapat dilanjutkan untuk uji coba
[9] http://defidi.wordpress.com. Harga Kue
dalam aplikasi terhadap makanan lainnya. Kering
http://recipes.lintas.me/article/masakkue
UCAPAN TERIMA KASIH .com/cara-membuat-resep-kue-bangkit-
enak-spesial
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
http://repository.ipb.ac.id/BAB%20II%2
BBIA yang telah membiayai penelitian ini 0TINJAUAN%20PUSTAKA.
pada tahun 2012 melalui DIPA BBIA 2012. [10] Kailaku, S. I.; Mulyawanti, I;
Dewandari, K.T. dan Syah, A.N. A.
2005. Potensi Tepung Kelapa Dari
DAFTAR PUSTAKA
Ampas Industri Pengolahan Kelapa.
[1] Anonim. 2001. Low Fat, High Fiber Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Coconut Flour and White Oil Production Inovatif Pascapanen untuk
and Utilization, by Phillippine Coconut Pengembangan lndustri Berbasis
Authority. Cocoinfo International. Vol. Pertanian. Bogor. Balai Besar Penelitian
8, No. 1. dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian
[11] Kumar, S., G. Senanayake, C.
Visvanathan and B. Basu. 2002.
84
Dadang Supriatna, dkk Tepung Kelapa Sebagai Hasil Sampingan....
85
PEDOMAN PENULISAN JURNAL WARTA IHP
Dewan redaksi menerima tulisan ilmiah yang merupakan hasil penelitian, rekayasa atau telaah ilmiah
dibidang sains dan teknologi serta merupakan hasil karya orisinal dari penulis. Tulisan ilmiah yang
diterbitkan mengacu pada aturan penulisan sebagai berikut.
1. Judul (Title). Judul ditulis kapital dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kalimat lengkap,
jelas, dan singkat. Judul menggambarkan apa yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan. Penulisan
dengan TNR font 14 pt.
2. Nama Penulis (Author[s]). Nama penulis ditulis di bawah judul secara lengkap tanpa menuliskan
jabatan struktural/ fungsional ataupun gelar. Diikuti dengan menuliskan instansi serta alamat yang
jelas untuk setiap penulis, termasuk nomor telepon dan e-mail. Penulisan dengan TNR jarak 1 spasi
font 10 pt.
3. Abstrak (Abstract). Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam 1 paragraf.
Abstrak mencakup apa yang dilakukan, cara melakukannya, hasil yang diperoleh serta informasi apa
yang merupakan luaran dari hasil tersebut. Abstrak ditulis dengan jarak 1 spasi font 10 THR, diikuti
oleh kata kunci (keywords) 3-5 kata ditulis miring (italic).
4. Penulisan Isi Naskah : Kata – kata atau istilah asing ditulis dengan huruf miring. Setiap persamaan
(equation) harus dituliskan menggunakan equation editor dalam Microsoft Word.
6. Kesimpulan (Conclusion). Merupakan kesimpulan yang ditarik dari hasil diskusi dan pembahasan
yang menyeluruh dari berbagai sudut pandang terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian/ rekayasa
yang dilakukan. Ditulis secara sinambung dalam satu paragraf.
8. Daftar Pustaka (references). Daftar pustaka ditulis dengan font TNR 11 spasi 1 secara berurutan
mulai dari nomor 1 dan seterusnya sesuai dengan urutan kemunculannya pada sitasi/ pengacuan dalam
tulisan (pendahuluan sampai dengan hasil dan pembahasan).
Apabila yang diacu adalah buku maka ditulis secara berurutan: nama penulis (nama
penulis yang pertama dibalik posisinya kemudian diikuti nama penulis kedua, dan ketiga).
(Tahun terbit). Judul Buku. Edisi Terbitan. Tempat terbit: Penerbit. Contoh: Bliesner, D.M.
(2006), Validating Chromatographic Methods. New York: Wiley.
Apabila yang diacu artikel dalam jurnal maka ditulis secara berurutan: Nama penulis.
(Tahun terbit). Judul Artikel. Judul Jurnal. Jilid diikuti nomor jurnal: halaman. Contoh:
Kusters, M, et all. (2010). Rapid and Simple Micromethod for the Simultaneous
Determination of 3-MCPD and 3-MCPD Esters in Different Foodstuffs. J. Agric. Food Chem,
58, 6570–6577.
Pustaka yang digunakan minimal berjumlah 10 (untuk naskah hasil penelitian) dan 25
(untuk naskah berupa tinjauan), dengan pustaka terkini (5 tahun terakhir) minimal
80% dari keseluruhan pustaka yang digunakan.
9. Cara penulisan sitasi (Citation), pada badan tulisan pengacuan/sitasi dilakukan dengan memberikan
angka Superscript dimulai dari angka 1, 2, 3, dst. Bila sitasi ditulis pada akhir kalimat maka ditulis
setelah tanda titik. Contoh: ......[4,5,6]
10. Jumlah halaman maksimal 20 halaman A4 termasuk lampiran-lampiran. Seluruh isi artikel
ditulis dalam font TNR 12, spasi 1,15. Semua judul bab ditulis dengan huruf kapital. Naskah ditulis
dalam satu kolom saja.
View publication stats