Anda di halaman 1dari 11

Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko

Penyakit Difteri DiKabupaten Mempawah Tahun 2023


1. Pendahuluan
a. Latar belakang

Difteria adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tonsil,


faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta
kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Timbulnya lesi yang khas disebabkan
oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu
membran asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi.
Tenggorokan terasa sakit, sekalipun pada difteria faucial atau pada difteria
faringotonsiler, diikuti dengan kelenjar limfe yang membesar dan melunak. Pada
kasus-kasus yang sedang dan berat ditandai dengan pembengkakan dan oedema
di leher dengan pembentukan membran pada trachea secara ekstensif dan dapat
terjadi obstruksi jalan napas. Difteri hidung biasanya ringan dan kronis dengan
salah satu rongga hidung tersumbat dan terjadi ekskorisasi (ledes). Infeksi
subklinis (atau kolonisasi) merupakan kasus terbanyak. Toksin dapat
menyebabkan myocarditis dengan heart block dan kegagalan jantung kongestif
yang progresif, timbul satu minggu setelah gejala klinis difteri. Gejala lain yang
muncul belakangan antara lain neuropati yang mirip dengan Guillain Barre
Syndrome. Tingkat kematian kasus mencapai 5-10% untuk difteri noncutaneus,
angka ini tidak banyak berubah selama 50 tahun. Bentuk lesi pada difteria kulit
bermacam-macam dan tidak dapat dibedakan dari lesi penyakit kulit yang lain,
bisa seperti atau merupakan bagian dari impetigo. Penyebab penyakit adalah
Corynebacterium diphtheria dari biotipe gravis, mitis atau intermedius. Bakteri
membuat toksin bila bakteri terinfeksi oleh coryne bacteriophage yang
mengandung diphtheria toxin gene tox. Strain nontoksikogenik jarang
menimbulkan lesi lokal, namun strain ini dikaitkan dengan kejadian endokarditis
infektif. Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan dimana temperatur lebih
dingin di negarasubtropis dan terutama menyerang anak-anak berumur di bawah
15 tahun yang belum diimunisasi. Sering juga dijumpai pada kelompok remaja
yang tidak diimunisasi. Di negara tropis variasi musim kurang jelas, yang sering
terjadi adalah infeksi subklinis dan difteri kulit. Cara penularan adalah melalui
kontak dengan penderita atau carrier; jarang sekali penularan melalui peralatan
yang tercemar oleh discharge dari lesi penderita difteri. Susu yang tidak
dipasteurisasi dapat berperan sebagai media penularan. Masa inkubasi biasanya
2-5 hari terkadang lebih lama. Masa penularan beragam, tetap menular sampai
tidak ditemukan lagi bakteri dari discharge dan lesi; biasanya berlangsung 2
minggu atau kurang bahkan kadangkala dapat lebih dari 4 minggu. Terapi
antibiotik yang efektif dapat mengurangi penularan. Carrier kronis dapat
menularkan penyakit sampai 6 bulan dengan reservoar utamanya adalah
manusia.

1
b. Tujuan
Tujuan dari pembuatan rekomendasi pemetaan risiko penyakit berpotensi wabah
adalah tersedianya dokumen dan penguatan komitmen oleh pemangku keputusan
dikabupaten Mempawah didalam penaggulangan penyakit berpotensi wabah
berupa antara lain :
1. Dukukungan kebijakan peraturan baik berupa surat keputusan maupun
peraturan bupati Mempawah terkait penaggulangan penyakit berpotensi
wabah/KLB khusnya penyakit difteri.
2. Dukungan pendanaan didalam penanggulangan penyakit berpotensi
wabah/KLB khusnya penyakit difteri.

2. Hasil Pemetaan Risiko


a. Penilaian ancaman

Dilihat dari aspek kapasitas penyakit difteri di Kabupaten Mempawah


tidak terdapat penilaian ancaman yang masuk kedalam kategori diabaikan.
Berdasarkan hasil penilaian ancaman pada penyakit Difteri terdapat 3
(tiga) penilaian ancaman yang masuk kedalam kategori Tinggi, yaitu:
1) Risiko importasi (Indeks 4,48). Hal ini karena terdapat kasus difteri di
Indonesia dan Provinsi Kalimantan Barat dalam satu tahun terakhir.
2) Sumber penularan (Indeks 14,93). Hal dikarenakan mobilitas penduduk
kabupaten Mempawah kedaerah yang ada kasus difteri sangat tinggi.
3) Dampak wilayah/lama KLB (Indeks 10,45). Hal ini dikarenakan cakupan
imunisasi DPT di Kabupaten Mempawah yang tidak memenuhi cakupan
nasional.

2
Berdasarkan hasil penilaian ancaman pada penyakit Difteri terdapat 2
penilaian ancaman yang masuk kedalam kategori Sedang, yaitu:
1) Karakteristik penyakit (Indeks 0,67). Penilaian menurut ahli ancaman
penyakit difteri diindonesia termasuk katagori sedang.
2) Endemisitas / riwayat kasus sebelumnya(Indeks 1,27). Hal ini
dikarenakan Kabupaten mempawah pada tahun sebelumnya pernah
ada kasus difteri sebanyak 2 (dua) kasus dan 1 (satu) orang meninggal
dunia.

Berdasarkan hasil penilaian ancaman pada penyakit Difteri terdapat 3


(tiga) penilaian ancaman yang masuk kedalam kategori Rendah, yaitu:
1) Pencegahan dan Pengobatan(Indeks 0,25). Penilaian menurut ahli
bahwa difteri merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
dan apabila disuatu wilayah telah terbentuk kekebalan kelompok
terhadap difteri, kasus yang muncul dapat ditekan serendah mingkin.
2) Risiko Penularan Setempat (Indeks 0,15). Hal ini dikarenakan untuk
kasus yang terjadi di Kabupaten Mempawah merupakan kasus import
dan antara kasus yang terjadi tidak ada hubungan secara epidemiologi.
3) Dampak Ekonomi(Indeks 0,11). Hal ini dikarenakan tidak adanya
penularan setempat sehngga dampak ekonomi yang ditimbulkan
terhadap kasus tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
perekonomian masyarakat dikabupaten Mempawah.

b. Penilaian kerentanan

Dilihat dari aspek kerentanan penyakit difteri di Kabupaten Mempawah,


tidak terdapat subkategori kapasitas yang memiliki penilaian kapasitas
dengan nilai katagori diabaikan
Terdapat 2 (dua) penilaian kerentanan yang memiliki nilai dengan katagori
tinggi, yaitu:

3
1. Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib (Indeks 20,83). Hal ini dikarenakan
rendahnya cakupan terhadap kelengkapan imunisasi DPT-HB-hib
yang diperoleh oleh anak pada imunisasi rutin sebesar 57%.
2. Cakupan imunisasi DT (Indeks 20,83). Hal ini disebabkan rendahnya
cakupan pada anak sekolah dasar pada waktu pelaksanaan BIAS
sebesar 58%.

Terdapat 2 (dua) subkategori kerentanan yang memiliki penilaian kerentan


yang memiliki nilai dengan katagori sedang, yaitu :
1. Kepadatan Penduduk (Indeks 1,11). Dengan kepadatan penduduk 105
Km/Jiwa, Kabupaten Mempawah termasuk kabupaten yang kepadatan
penduduknya dalam katagori sedang sehingga resiko kerentan
terhadap penyakit temasuk dalam katagori sedang.
2. Cakupan imunisasi Td (Indeks 2,08). Hal ini disebabkan rendahnya
cakupan pada anak sekolah dasar pada waktu pelaksanaan BIAS
sebesar 61%.

Terdapat 2 (dua) subkategori kerentanan yang memiliki penilaian kerentan


yang memiliki nilai katagori rendah, yaitu :
1. Transportasi antar kota provinsi dan antar kabupaten/kota (Indeks 0,06).
Kota Mempawah merupakan kota pelitasan antara kabupaten dalam
provinsi Kalimantan Barat dan bukan merupakan kabupaten tujuan.
2. Cakupan Imunisasi DPT 3 (Indeks 0,21). Hal ini dikarenakan cakupan
imunisasi DPT3 Kabupaten Mempawah sebesar 84%, hampir mencapai
target nasional.

c. Penilaian kapasitas

4
Dilihat dari aspek kapasitas penyakit difteri di Kabupaten Mempawah tidak
terdapat subkategori kapasitas yang memiliki penilaian kapasitas dengan
nilai katagori diabaikan.

Terdapat 7 (tujuh) penilaian kapasitas yang memiliki nilai dengan katagori


tinggi, yaitu:
1. Kelembagaan (Indeks 17,20). Hal ini dikarenakan adanya kebikanan
oleh Kepala Dinas terkait kewaspadaan Dini terhadap penyakit yang
berpotensi wabah / KLB dengan adanya SK Tim Gerak Cepat (TGC).
2. Analisis Ancaman Difteri di Wilayah (Indeks 6,61). Hal ini dikarenakan
adanya jeraring surveilans yang baik antara Dinas kesehatan, Rumah
Sakit, dan Puskesmas.
3. Deteksi dini difteri di fasyankes (Indeks 4,76). Hal ini disebabkan
sensifnya laporan yang dilaporkan oleh petugas Poli Rawat Jalan
Puskesmas dan Poli IGD Rumah Sakit terhadap kasus yang dicurigai
penyakit berpotensi wabah/KLB.
4. Penyelidikan Epidemiologi (Indeks 11,02). Hal ini disebabkan Respon
terhadap sinyal alert atau alert yang segera ditindaklanjuti dengan
Penyelidikan Epidemiologi yang baik.
5. Ketersediaan Anti Difteri Serum (Indeks 7,05). Hal ini disebabkan untuk
penanganan kasus difteri yang direkomendasikan oleh Komite Ahli,
ADS selalu tersedia sehingga untuk pasien dapat segera dilakukan
tindakan.
6. Ketersediaan Vaksin (Indeks 8,82). Hal ini disebabkan vaksin untuk
kegiatan imunisasi rutin, tambahan dan BIAS tersedia sesuai dengan
sasaran.
7. Anggaran Penanggulangan (Indeks 13,67). Hal ini disebabkan
dikarenakan untuk anggaran penanggulangan penyakit berpotensi
wabah/KLB di kabupaten Mempawah tersedia baik pendaan didinas
Kesehatan, BPBD dan Dinas Sosial

Terdapat 2 (dua) subkategori kapasitas yang memiliki penilaian kapasitas


dengan nilai katagori sedang, yaitu :
1. Kebijakan Publik (Indeks 1,72). Hal ini disebabkan perhatian untuk
penyakit berpotensi wabah hanya ditingkat Dinas Kesehatan belum
menjadi perhatian tingkat kabupaten.
2. Tatalaksana Kasus (Indek 0,93). Hal ini disebabkan masih rendahnya
pengetahuan tenaga medis untuk pemberian ADS sehingga pasien
yang mendapat ADS harus dirujuk kerumah sakit lain.

Terdapat 1 (satu) subkategori kapasitas yang memiliki penilaian kapasitas


dengan nilai katagori rendah, yaitu :
1. Kapasitas Laboratorium (Indeks 0,04). Hal ini dikarenakan lamanya hasil
dari pemeriksaan sampel suspek difteri diterima sehingga menyulitkan
untuk melakukan advokasi terhadap para pihak yang memangku
kebijakan (Bupati dan Forkopimda).

5
d. Karakteristik risiko (tinggi, rendah, sedang)

Berdasarkan analisis diatas diketahui Ancaman penyakit Difteri


terlihat sebesar 12,9% yang berarti ancaman penyakit Difteri masuk ke
Kabupaten Mempawah kecil. Ini dapat dilihat dari karakteristik penyakitnya
sendiri yang memang tingkat penularannya cukup tinggi tetapi Kabupaten
Mempawah merupakan daerah pelintasan antara Kabupaten yang ada di
Kalimantan Barat yang bukan merupakan kota tujuan prioritas baik dari segi
pariwisata maupun ekonomi.
Kerentanan penyakit Difteri 45,1% yang berarti apabila Difteri ada di
Kabupaten Mempawah dampaknya sedang. Dilihat dari kategori yang
dinilai yaitu mobilitas dan kepergian warga Kabupaten Mempawah ke
daerah terjangkit Difteri, walaupun kepadatan penduduk di Kabupaten
Mempawah dalam katagori sedang, tetapi ada daerah kantong dimana
cakupan imunisasi Difteri masih kurang. Apabila terjadi KLB Difteri maka
kemungkingan akan menyebar kewilayah kantong tersebut sehingga
dampaknya akan lama dan yang paling rentan terkena adalah anak yang
tidak mendapatkan imunisasi Difteri.
Kapasitas penyakit yang kita punya untuk melakukan
penanggulangan penyakit Difteri sebesar 71,8% termasuk tinggi ini adanya
Tim Gerak Cepat yang telah dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan melalui
Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim Gerak Cepat (TGC)
Penanggulangan Penyakit Berpotensi Wabah/KLB di Kabupaten
Mempawah. Tetapi untuk tingkat kabupaten belum menjadi perhatian
dikarenkaan penyakit Difteri bukan merupakan Standar Pelaynan Minimal
(SPM) didaerah sehingga komitmen dari kepala daerah dan legeslatif dalam
penangan difteri masih rendah.
Secara umum risiko kejadian penyakit difteri dikabupaten
mempawah, berdasarkan formulir isian pemetaan risiko diperoleh
kesimpulan bahwa risiko penyakit difteri di kabupaten mempawah berada
pada katagori Rendah.

6
3. Rekomendasi

Rekomendasi hasil pemetaan dari hasil analisis risiko penyakit difteri di Kabupaten
Mempawah, terdiri dari beberapa tahapan antara lain yaitu :
1. Merumuskan Masalah
Rekomendasi yang diberikakan kepada pemangku kebijkaan didasari atas
menetapkan isu prioritas yang merupakan masalah yang paling mendasar,
menetapakan isu yang dapat ditindaklanjuti dari faktor risiko dan Menganalisis
inventarisasi masalah dari setiap subkategori yang dapat ditindaklanjuti,
adapaun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a) Menetapkan Isu Prioritas
Isu prioritas ditetapkan dengan langkah sebagai berikut:
a. Memilih maksimal lima (5) subkategori pada setiap kategori kerentanan
dan kapasitas
b. Lima subkategori kerentanan yang dipilih merupakan subkategori
dengan nilai risiko kategori kerentanan tertinggi (urutan dari tertinggi:
Tinggi, Sedang, Rendah, Abai) dan bobot tertinggi
c. Lima subkategori kapasitas yang dipilih merupakan subkategori dengan
nilai risiko kategori kapasitas terendah (urutan dari terendah: Abai,
Rendah, Sedang, Tinggi) dan bobot tertinggi

Tabel 1. Isu Prioritas Subkatagori Pada Katagori Kerentan


Penyakit Difteri di Kabupaten Mempawah Tahun 2023

Nilai
No Subkategori Bobot
Risiko
1 Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib T 20,83
2 Cakupan imunisasi DT T 20,83
3 Kepadatan Penduduk S 11,11
4 Cakupan imunisasi Td S 20,83
5 Cakupan imunisasi DPT3 R 20,80

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa pada katagori kerentan


penyakit difteri di Kabupaten mempawah isu yang menjadi prioritas dimulai
dari tingkat risiko yang tertinggi sampai dengan rendah adalah cakupan
imunisasi.

Tabel 2. Isu Prioritas Subkatagori Pada Katagori Kapasitas


Penyakit Difteri di Kabupaten Mempawah Tahun 2023

Nilai Bobot
No Subkategori
Risiko
1 Kapasitas Laboratorium R 4,41
2 Kebijakan Publik S 17,20
3 Tatalaksana Kasus di RS S 9,26
4 Kelembagaan T 17,20

7
5 Anggaran Penanggulangan T 13,67

Pada tabel diatas, diketahui isu prioritas pada katagori kapasitas


didalam penaggulangan penyakit difteri di Kabupaten Mempawah, dimulai
dari tingkat risiko terendah sampai tertinggi adalah kapasitas laboratorium
merupakan kapasitas yang paling rendah, sedangkan anggaran
penanggulangan merupakanmerupakan kapasitas yang tertinggi di
Kabupaten Mempawah.

b) Menetapkan isu yang dapat ditindaklanjuti


Langkah didalam menetapkan adalah sebagai berikut :
a. Dari masing-masing lima isu yang dipilih, ditetapkan masing-masing
maksimal tiga subkategori dari setiap kategori kerentanan dan
kapasitas.
b. Pemilihan tiga subkategori berdasarkan bobot tertinggi (kerentanan)
atau bobot terendah (kapasitas) dan/atau pertimbangan daerah
masing-masing.

Tabel 3. Penetapan Subkatagori Isu Prioritas Yang Dapat


Ditindaklanjuti Pada Katagori Kerentan Penyakit Difteri
di Kabupaten Mempawah Tahun 2023

Nilai
No Subkategori Bobot
Risiko
1 Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib T 20,83
2 Cakupan imunisasi DT T 20,83
3 Cakupan imunisasi Td S 20,83

Dari tabel diatas untuk katagori kerentanan pada penyakit difteri


yang dapat ditanggulangi adalah pemberian imunisasi pada antigen DPT-
HB-Hib, DT dan TD.

Tabel 4. Penetapan Subkatagori Isu Prioritas Yang Dapat


Ditindaklanjuti Pada Katagori Kapasitas Penyakit Difteri
di Kabupaten Mempawah Tahun 2023

Nilai Bobot
No Subkategori
Risiko
1 Kapasitas Laboratorium R 4,41
2 Kebijakan Publik S 17,20
3 Tatalaksana Kasus di RS S 9,26

Dari tabel diatas untuk katagori kapasitas pada penyakit difteri yang
dapat ditanggulangi adalah kapasitas laboratorium, kebijakan publik dan
tatalaksana kasus di rumah sakit.

8
c) Menganalisis inventarisasi masalah dari setiap subkategori yang dapat
ditindaklanjuti
Langkah-langkahnya adlah sebagai berikut :
a. Memilih minimal satu pertanyaan turunan pada subkategori prioritas
dengan nilai jawaban paling rendah/buruk
b. Setiap pertanyaan turunan yang dipilih dibuat inventarisasi masalah
melalui metode 4M (man, method, material, dan machine)

Tabel 5. Inventarisasi Masalah Subkatagori Pada Katagori


Kerentanan Penyakit Difteri di Kabupaten Mempawah Tahun 2023

Pertanyaan→ % cakupan imunisasi kabupaten/kota tahun lalu


Sub Material/
Man Method Machine
kategori Money
Pelatihan
Petugas
/penyegaran
yang Jumlah Vaksin Refrigerator
tentang
kurang
vaksinasi
jumlahnya

Petugas
Media
Cakupan yang belum informasi yang Penyuluhan
Cold chain
Imunisasi mendapat kurang
pelatihan

Masyarakat Buku Saku,


yang tidak Media Leaflet
Media promosi
mengetahui informasi/KIE sesuai
masih kurang
manfaat spesifik
imunisasi lokal
Peran
keluarga
Advokasi
masih Pendampingan Buku Saku,
kepada tokoh
sangat kepada Leaflet
Agama, tokoh
dominan keluarga kunci sesuai
Adat, dan
terhadap (suami, Orang spesifik
tohoh
keputusan tua) lokal
Masyarakat
pemberian
imunisasi

9
Tabel 6. Inventarisasi Masalah Subkatagori Pada Katagori Kapasitas
Penyakit Difteri di Kabupaten Mempawah Tahun 2023

Subkategori : Kapasitas Laboratorium


Pertanyaan:
Waktu yang diperlukan (hari) untuk memperoleh konfirmasi hasil pemeriksaan
spesimen DIFTERI (rata-rata). Tuliskan "999" jika tidak ada cara konfirmasi
yang bisa dilakukan

Sub
Man Method Material/Money Machine
kategori
Reagen
Pengadaan Pemeriksaan
reagen kultur
Kapasitas Petugas
Pemeriksan Laboratorium Labkesda
laboratorium laboratorium
kultur yang mudah di Prov. Kalbar
jangkau

2. Merumuskan Rekomendasi
Setelah diketahui masalah faktor risiko penyakit difteri dikabupaten
Mempawah, langkah selanjutnya adalah merumuskan rekomendasi. Langkah-
langkah didalam merumuskan rekomendasi adalah sebagai berikut :
a. Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil inventarisasi masalah melalui
metode 4M serta dituangkan pada tabel
b. Rekomendasi yang diberikan bersifat Spesifik (jelas), dapat diukur, realistis
(dapat dilaksanakan), relevan dengan masalah, memiliki batas waktu
(target).

Tabel 6. Rekomendasi Alternatif Pemecahan Masalah Pada Penyakit


Difteri di Kabupaten Mempawah Tahun 2023

No Rekomendasi PIC Timeline Keterangan


Surveilans
Pembuatan telaah staf Maret
1 PPKB Kab.
terkait Difteri 2023
Mempawah
Pelatihan Akan
Mengusulkan dan
Surveilans dilaksanakan
Mengikutsertakan April – Juni
2 PPKB Kab. pada TW. 2 Di
pelatihan Surveilans 2023
Mempawah Upelkes
PD3I
Pontianak
Melakukan advokasi ke Dinkes
3 pengambil kebijakan PPKB Kab. 2023-2024
untuk anggaran Difteri Mempawah
Memanfaatkan
Dinkes
anggaran BOK untuk
4 PPKB Kab. 2023-2024
deteksi dini dan respon
Mempawah
penyakit Difteri

10
No Rekomendasi PIC Timeline Keterangan
OPD lainnya:
- RS
- BPBD
- TNI/POLRI
Akan melakukan
- Bappeda
pertemuan koordinasi
- LSM
dengan lintas program Bidang P2P
(Pemulasaran
dan lintas sector (OPD Dinkes
5 TW 2 jenazah)
lainnya) mengenai PPKB Kab.
- Dll
anggaran Mempawah
penanggulangan KLB
Dilakukan
Difteri
secara Luring
dan membawa
data-data yang
diperlukan.

Mempawah, 30 Maret 2023


Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana
Kabupaten Mempawah,

JAMIRIL, SKM
NIP. 19650725 198703 1 008

11

Anda mungkin juga menyukai