Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

KONSUMEN PADA BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN


(BPSK) KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2014-2017

Bustamar
Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi
Jl. Paninjauan Garegeh Bukittinggi
e-mail: bustamar22@gmail.com

Abstract: Mediation in the settlement of consumer disputes at BPSK Bukittinggi Year 2014-2017 run
effectively. 18 of the 33 cases registered in the Bukittinggi BPSK from 2014 to July 2017 were settled
by means of mediation, with the remaining 15 cases settled by arbitration. The effectiveness of such
mediation is supported by Law no. 8 in 1999 and Kemendag no. 350 / MPP / Kep / 12/2001
which despite the perceived many weaknesses and need improvement, but with the presence of 9
members of the Bukittinggi BPSK assembly which majority of law educated and 3 of them are
certified mediators and the existence of adequate facilities can be a counterweight and reinforcement
mediation process as well as driving the legal culture of the parties to the dispute.

Kata kunci: efektifitas, mediasi, BPSK Bukittinggi

PENDAHULUAN mencakup semua segi hukum, baik

B adan Penyelesaian Sengketa Konsumen keperdataan, pidana maupun tata Negara.


(untuk selanjutnya disebut BPSK) Oleh karena itu, tidak digunakan istilah
merupakan salah satu lembaga non “sengketa transaksi konsumen“ karena
litigasi yang bertugas dan berwenang yang terakhir ini berkesan lebih sempit,
memeriksa, menyelesaikan dan memutus yang hanya mencakup aspek hukum
sengketa antara konsumen dengan keperdataan. Adapun hak-hak konsumen
produsen atau pelaku usaha dalam yang diatur dalam UU Perlindungan
penggunaan barang dan jasa yang bukan Konsumen adalah sebagai berikut : (Pasal
untuk diperdagangkan. Konsumen adalah 4 UU No. 8 Tahun 1999).
setiap orang pemakai barang dan atau jasa 1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan
yang tersedia dalam masyarakat, baik keselamatan dalam mengkonsumsi
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, barang dan atau jasa;
orang lain maupun makhluk hidup lain 2. hak untuk memilih barang dan atau
dan tidak untuk diperdagangkan. (Pasal 1 jasa serta mendapatkan barang dan
angka 2 UU No. 8 Tahun 1999) atau jasa tersebut sesuai dengan nilai
Sengketa konsumen adalah sengketa tukar dan kondisi serta jaminan yang
berkenaan dengan pelanggaran hak-hak dijanjikan;
konsumen. (Praditya, 2008: 135) Lingkupnya
186 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

Apabila hak-hak konsumen di atas arbitrase. Sedangkan pada tahun 2017


tidak terpenuhi sebagaimana mestinya sampai berakhirnya jambatan majelis
maka berpotensi menimbulkan sengketa BPSK periode 2011-2017 pada bulan Juli
konsumen, sengketa mana permohonan 2017, terdapat 2 perkara yang dapat
penyelesainnya dapat ditempuh melalui diproses oleh BPSK Bukittinggi dan
jalur litigasi ke pengadilan dalam keduanya diselesaikan dengan cara
lingkungan peradilan umum maupun mediasi. (Laporan BPSK Bukittinggi, 2014,
melalui jalur non litigasi ke BPSK atas 2015, 2016, dan 2017)
pilihan sukarela para pihak. Beranjak dari fakta di atas, penelitian
Jika permohonan penyelesaian ini dimaksudkan untuk menganalisis
sengketa diajukan ke Pengadilan dalam mengenai efektifitas Pelaksanaan Mediasi
Lingkungan Peradilan Umum tentu Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen
proses penyelesaiannya tunduk para Pada BPSK Kota Bukittinggi. Teori yang
hukum acara perdata pada umumnya digunakan sebagai pisau analisis adalah
yang diawali dengan proses mediasi teori efektifitas hukum yang di elaborasi
sesuai dengan ketentuan Peraturan dengan konsep Penyelesaian sengketa
Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2016 konsumen melaui cara mediasi sebagai
tentang Mediasi di Pengadilan. Sedangkan alternatif penyelesaian sengketa konsumen
apabila proses permohonan penyelesaian pada BPSK.
sengketa konsumen diajukan BPSK maka
proses penyelesaiannya dilakukan melalui
tiga alternatif, yaitu mediasi, konsiliasi METODE PENELITIAN
dan atau arbitrase. (Kemendag No. Penelitian yuridis empiris ini
350/MPP/Kep/12/2001) mengambil lokasi penelitian di Badan
BPSK Kota Bukittinggi sebagai salah Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
satu BPSK yang dibentuk pemerintah. Kota Bukittinggi. Teknik pengumpulan
Dari ketiga alternatif penyelesaian data primer menggunakan wawancara.
sengketa konsumen pada BPSK di atas, Wawancara dilakukan terhadap informan
mediasi merupakan cara penyelesaian kunci yang dipilih secara purposive
sengketa yang banyak diterapkan di BPSK berkembang mengikuti prinsip snowball.
Kota Bukittinggi atas pilihan dan Teknik pengumpulan data sekunder,
kesepakatan para pihak yang bersengketa. menggunakan studi literer. Teknik
Dari survey awal diketahui bahwa analisis menggunakan Interactive Model
dari 8 Perkara yang didaftarkan ke BPSK dari Miles dan Huberman.
Bukittinggi tahun 2014, 5 perkara diantaranya
diselesaikan dengan cara mediasi dan sisanya
PEMBAHASAN
3 perkara diselesaikan melalui arbitrase.
Tahun 2015, 7 dari 12 perkara diselesaikan Kondisi Umum BPSK Kota Bukittinggi
melalui mediasi dan sisanya 5 perkara
melalui arbitrase. Sedangkan tahun 2016 Kota Bukittinggi (bahasa Minang:
dari 11 perkara yang terdaftar di sekretariat Bukiktinggi; Jawi, ‫ )ﺑوﻛﯾﻘﺗﯾ ﻲ‬adalah kota terbesar
BPSK Bukittinggi, 4 diselesaikan melalui kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
mediasi dan sisanya 7 perkara melalui (Bukittinggi dalam Angka: 2016) Kota ini
Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen pada BPSK Kota Bukittinggi Tahun 2014-2017║187

pernah menjadi ibu kota Indonesia pada Barat, setelah Kota Padang. Bukittinggi
masa Pemerintahan Darurat Republik juga dikenal sebagai kota wisata
Indonesia. (Mestika Zet, Hadi Utama & terkemuka dan bersaudara (sister city)
Hasril Caniago, 1995) Kota ini juga pernah dengan Seremban di Negeri Sembilan,
menjadi ibu kota Provinsi Sumatera dan Malaysia. Tempat wisata yang ramai
Provinsi Sumatera Tengah. Kota ini pada dikunjungi adalah Jam Gadang, yaitu
zaman kolonial Belanda disebut dengan sebuah menara jam yang terletak di
Fort de Kock dan mendapat julukan jantung kota sekaligus menjadi simbol
sebagai Parijs van Sumatra. Bukittinggi bagi Bukittinggi.
dikenal sebagai kota perjuangan bangsa Sebagai kota perdagangan barang
dan merupakan tempat kelahiran beberapa dan jasa, di Bukittinggi juga dilengkapi
tokoh pendiri Republik Indonesia, di dengan keberadaan Badan Penyelesaian
antaranya adalah Mohammad Hatta dan Sengketa Konsumen (BPSK) yang
Assaat yang masing-masing merupakan didirikan oleh pemerintah dan mulai
proklamator dan pejabat presiden beroperasi pada tahun 2011. Sekretariat
Republik Indonesia. BPSK Kota Bukittinggi terletak di Jl. Perwira
Kota Bukittinggi terletak pada No. 184, Belakang Balok Kota Bukittinggi.
rangkaian Pegunungan Bukit Barisan atau Menurut Alizar yang sehari-hari
sekitar 90 km arah utara dari Kota sebagai Kepala Sekretariat BPSK kota
Padang. Kota ini berada di tepi Ngarai Bukittinggi, anggota BPSK kota
Sianok dan dikelilingi oleh dua gunung Bukittinggi pertama kali dilantik pada
yaitu Gunung Singgalang dan Gunung tahun 2011 sebanyak 9 orang majelis yang
Marapi. Lokasinya pada ketinggian 909–941 terdiri dari perwakilan tiga unsur, yaitu
meter di atas permukaan laut menjadikan unsur pemerintah, unsur konsumen dan
Bukittinggi kota berhawa sejuk dengan unsur pelaku usaha. Unsur pemerintah
suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C. Luas diwakili oleh Ali Rahman, SH., MH, H.
Bukittinggi secara de jure adalah 145,29 km², Bustamar, S. Ag., MH, dan Rudolv Satri,
mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor SH, unsur konsumen diwakili oleh Indra
84 tahun 1999. (http://penataanruang. Jaya, SH, Gusri El Faisal, S.HI, dan
pu.go.id/bulletin/index.asp?mod=_fullar Ramdalel, S.Sos, sedangkan unsur pelaku
t&idart=94, diakses tanggal 12 Juli 2017) Usaha diwakili oleh Drs. H. Zulkifli
Namun secara de facto saat ini, Bukittinggi Joneva, SH., MM, Ir. Asnal Zakri., MM,
masih seluas 25,24 km² karena sebagian dan Nasrul Fitra, SH. dengan masa bakti
masyarakat Kabupaten Agam menolak 2011-2017 (Alizar, Wawancara Pribadi, 5
perluasan wilayah tersebut. Juli 2017)
Kota Bukittinggi merupakan salah Lebih lanjut Alizar menuturkan,
satu pusat perdagangan grosir terbesar di bahwa dalam perjalanannya kemudian
Pulau Sumatera. Pusat perdagangan terjadi pergantian antar waktu terhadap
utamanya terdapat di Pasar Atas, Pasar tiga anggota majelis BPSK Kota
Bawah, dan Pasar Aur Kuning. Dari sektor Bukittinggi karena anggota majelis atas
perekonomian, Bukittinggi merupakan kota nama Nasrul Fitra, SH dan Ramdalel, S,
dengan PDRB terbesar kedua di Sumatera Sos mengundurkan diri sebagai anggota
188 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

BPSK Bukittinggi karena yang Fakta itu menunjukkan bahwa BPSK


bersangkutan maju sebagai calon anggota Kota Bukittinggi termasuk BPSK yang
legislatif pada Pemilu Legislatif tahun aktif di Sumatera Barat, dan mayoritas
2014, dan sebagi gantinya dilantik Novia proses penyelesaian sengketa pada BPSK
Alamsyah, SH dan Doni, S.HI. pada tahun Bukittinggi dapat diselesaikan dengan
2016 Doni, S.HI pun mengundurkan diri jalan mediasi dengan penekanan pada
sebagai anggota majelis BPSK Bukittinggi prinsip win-win solution dimana penyelesaian
karena yang bersangkutan dianggkat dicapai dengan kesepakatan para pihak
sebagai Komisioner Komisi Pemilihan yang bersengketa dengan mengedepankan
Umum (KPU) Kota Bukittinggi penggantian perdamaian.
antar waktu. Sampai mengakhiri masa
bakti anggota majelis BPSK Bukitinggi Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian
periode I 2011-2017 hanya tinggal 8 orang, Sengketa Konsumen
masing-masing 3 dari unsur pemerintah, 3 Penyelesaian sengketa konsumen
dari unsur pelaku usaha dan 2 dari unsur dilakukan dengan berpedoman kepada
konsumen. hukum perlindungan konsumen. (Susantu
Dalam menjalankan tugasnya BPSK Adi Nugroho, 2015: 57) Hukum Perlindungan
Kota Bukittinggi dibantu oleh sekretariat konsumen merupakan bagian dari hukum
yang terdiri dari 5 orang yang terdiri dari konsumen. Pengertian konsumen sendiri
kepala sekretariat dan anggota sekretariat, terdiri dari 3 (tiga) pengertian yaitu
terakhir dijabat oleh Drs. Alizar sebagai konsumen, konsumen antara dan
kepala sekretariat, Silviyanti, SE, H. Dondi konsumen akhir (Susantu Adi Nugroho,
Putra, A.Md, Joko Naolo, S.Sos, dan Refda 2015: 57) :
Ningsih, A.Md, masing masing sebagai 1. Konsumen adalah setiap orang yang
anggota sekretariat. Kepala dan Anggota mendapatkan barang dan atau jasa
sekretariat sekaligus merangkap sebagai yang digunakan untuk tujuan tertentu;
panitera BPSK Kota Bukittinggi. (Silvianti, 2. Konsumen antara adalah setiap orang
Wawancara Pribadi, 11 Juli 2017) yang mendapatkan barang dan atau jasa
Sepanjang perjalanannya, BPSK Kota yang digunakan untuk diperdagangkan/
Bukittinggi senantiasa aktif merespon komersial.
berbagai perkara sengketa konsumen 3. Konsumen akhir adalah setiap orang
yang diajukan kepadanya, diantaranya alami (natuurlijke persoon) yang mendapatkan
dalam bentuk konsultasi, dan sebahagian barang dan atau jasa, yang digunakan
besar kemudian berlajut sebagai perkara untuk tujuan memenuhi kebutuhan
sengketa konsumen yang diselesaikan hidup pribadinya, keluarga dan atau
melalui mekanisme penyelesaian sengketa rumah tangganya dan tidak untuk
konsumen dalam bentuk mediasi, diperdagangkan kembali.
konsiliasi ataupun arbitrase.
Penyelesaian sengketa konsumen
Menurut data BPSK Kota Bukittinggi,
menurut UU No. 8 Tahun 1999 dapat
pada Tahun 2014 dapat diselesaikan 8
ditempuh melaui jalur litigasi ke
perkara, 2015 sebanyak 12 perkara, 2016
pengadilan dalam lingkungan peradilan
sebanyak 13 perkara dan tahun 2017
umum dan melalui jalur non litigasi diluar
sebanyak 2 perkara.
Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen pada BPSK Kota Bukittinggi Tahun 2014-2017║189

pengadilan diantaranya dapt diajukan ke 3. pihak ketiga tidak mempunyai


BPSK, dengan mediasi termasuk salah wewenang untuk memutus;
satu diantara tiga alternative penyelesaian 4. keberadaan pihak ketiga diterima oleh
sengketa konsumen melalui BPSK. para pihak; bertujuan untuk
Istilah mediasi berasal dari bahasa menyelesaikan sengketa berdasarkan
Latin "mediare" yang berarti "ditengah- kesepakatan yang memuaskan.
tengah" sedangkan definisi mediasi dapat Garry Goopaster memberikan
dibaca dalam berbagai literatur, di definisi mediasi sebagai proses negosiasi
antaranya definisi dari Moore yang pemecahan masalah di mana pihak luar
berbunyi: "the intervention in a negotiation yang tidak memihak (imparsial) bekerja
or a conflict of an acceptable third party who
sama dengan pihak-pihak yang
has limited or no authotitative decision
bersengketa untuk membantu mereka
making power, who assists the involved parties
memperoleh kesepakatan perjanjian untuk
in voluntary reaching a mutually accectable
memuaskan. (Mochamad Samsukadi &
settlement ofissues in dispute.,, (Christopher
Ahmad Abdu, 2016: 5) Pemaparan Goopaster
W. Moore, 2003: 15 Sri Mamudji, 2004:
tampaknya mencoba mengeksplorasi lebih
194)
jauh tentang makna mediasi yang tidak
Definisi lain mediasi menurut Nolan-
hanya dalam pengertian bahasa, tetapi ia
Haley adalah: "a shortterm, structured, task
juga menggambarkan bagaimana alur
oriented, participatory intervention process.
proses kegiatan mediasi, kedudukan dan
Diputing parties work with a neutral third
party, the mediator, to reach amutually peran pihak ketiga, serta tujuan dilakukannya
acceptable agreement." (Nolan-Haley, Nolan- mediasi dalam penyelesaian sengketa.
Haley, Jacqueline M., 1992: 56 dalam Sri Hal yang kurang lebih sama
Mamudji, 2004: 194) dikemukakan oleh Takdir Rahmadi,
Definisi mediasi menurut Kovach: mediasi adalah suatu proses penyelesaian
"facilitated negotiation. It is process by which sengketa antara dua pihak atau lebih
a neutral third party, the mediator, assists melalui perundingan atau cara mufakat
disputing parties in reaching a mutually dengan bantuan pihak netral yang tidak
satisfactory resolution." (Kimberlee K. memiliki kewenangan memutus. Pihak
Kovach, 1994: 16 dalam Sri Mamudji, netral tersebut disebut mediator dengan
2004: 194) tugas memberikan bantuan prosedural
Dari berbagai definisi mediasi yang dan substansial. (Takdir Rahmadi, 2010:
telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan 12-13)
bahwa di dalam pengertian tersebut Pengaturan mengenai mediasi di
terdapat unsur-unsur yang dapat luar pengadilan dalam hukum Positif di
dikategorikan sebagai ciri mediasi, Indonesia dapat kita temukan dalam HIR
sebagai berikut: Pasal 130 (HIR= Pasal 154 RBg = Pasal 31
1. mediasi adalah negosiasi lanjutan; Rv, ketentuan Pasal 6 ayat (3), (5),
2. dibantu oleh pihak ketiga yang netral Undang-undang No. 30 Tahun 1999
dan tidak berpihak; Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Sedangkan mediasi di BPSK
dalam Keputusan Menteri Perindustrian
190 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

dan Perdagangan No. 350/MPP/Kep/12/2001. dan pelaku usaha dan mengeluarkan


Dalam ketentuan Pasal 1 angka 10 Mediasi ketentuan.
adalah proses penyelesaian sengketa
konsumen di luar pengadilan dengan Hasil Penelitian
perantaraan BPSK sebagai penasehat dan E f e k t i f i t a s P e l a k s a n a a n Mediasi
penyelesaiannya diserahkan kepada para dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen
pihak. Pada BPSK Kota Bukittinggi
Alur proses mediasi di BPSK diatur
Efektifitas mediasi dalam
dalam Pasal 30 Kemendag
penyelesaian sengketa konsumen pada
350//MPP/Kep/12/2001 sebagai berikut
BPSK Bukittinggi tahun 2014-2017 dalam
: “Majelis dalam menyelesaikan sengketa
pembahasan ini akan dianalisis dengan
konsumen dengan cara Mediasi,
teori efektifitas hukum. Menurut
mempunyai tugas :
Lawrence M. Friedman, efektifitas hukum
1. memanggil konsumen dan pelaku
dipengaruhi oleh tiga faktor penting
usaha yang bersengketa;
antara lain: substansi hukum; struktur
2. memanggil saksi dan saksi ahli bila
hukum dan; kultur hukum. Ketiga faktor
diperlukan;
ini sangat tergantung satu sama lainnya,
3. menyediakan forum bagi konsumen
karena apabila substansi hukumnya
dan pelaku usaha yang bersengketa;
sudah baik harus didukung oleh struktur
4. secara aktif mendamaikan konsumen
hukum yang baik pula, demikian juga
dan pelaku usaha yang bersengketa;
kultur hukum sangat mempengaruhi dua
5. secara aktif memberikan saran atau
faktor yang lainnya. Kultur hukum ini
anjuran penyelesaian sengketa
yang akan melahirkan kesadaran hukum.
konsumen
Pemikiran Friedman, dipertegas oleh
6. sesuai dengan praturan perundang-
Soerjono Soekanto bahwa, untuk
undangan di bidang perlindungan
mengukur efektifitas pelaksanaan suatu
konsumen.
peraturan hukum mesti dilihat dari
Lebih lanjut dalam Pasal 31 beberapa faktor, diantaranya adalah:
Kemendag dinyatakan bahwa tata cara pertama, dikembalikan pada hukum itu
penyelesaian sengketa konsumen dengan sendiri (substansi hukum) ; kedua, para
cara Mediasi adalah : petugas yang menegakannya (struktur
1. Majelis menyerahkan sepenuhnya hukum); ketiga, fasilitas yang mendukung
proses penyelesaian sengketa kepada pelaksanaan hukum; keempat, warga
konsumen dan pelaku usaha yang masyarakat yang terkena peraturan
bersangkutan, baik mengenai bentuk (budaya hukum) (Soerdjono Soekanto,
maupun jumlah ganti rugi; 1981: 47-52).
2. Majelis bertindak aktif sebagai Berpedoman pada pemikiran
Mediator dengan memberikan nasehat, tersebut di atas, maka efektifitas
petunjuk, saran dan upaya-upaya lain pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian
dalam menyelesaikan sengketa; Majelis sengketa konsumen di BPSK Bukittinggi
menerima hasil musyawarah konsumen akan dianalisis dari beberapa aspek,
antara lain: pertama, dikembalikan pada
Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen pada BPSK Kota Bukittinggi Tahun 2014-2017║191

hukum itu sendiri (substansi hukum); Rentang tahun 2014- Juli 2017 jumlah
kedua, para petugas yang menegakannya perkara diperoleh bahwa dari 8 Perkara
(struktur hukum); ketiga, fasilitas yang yang didaftarkan ke BPSK Bukittinggi
mendukung pelaksanaan hukum dan ; tahun 2014, 5 perkara diantara diselesaikan
keempat, warga masyarakat yang terkena dengan cara mediasi dan sisanya 3
peraturan (budaya hukum). perkara diselesaikan melalui arbitrase.
Substansi hukum dalam penelitian Tahun 2015, 7 dari 12 perkara diselesaikan
ini dikembalikan pada keententuan melalui mediasi dan sisanya 5 perkara
perundang-undangan yang di pedomani melalui arbitrase. Sedangkan tahun 2016
oleh BPSK dalam menjalankan tugas dan dari 11 perkara yang terdaftar di
fungsinya dan dalam melaksanakan sekretariat BPSK Bukittinggi, 4
mediasi dalam penyelesaian sengketa diselesaikan melalui mediasi dan sisanya
konsumen. Dalam hal ini peraturan 7 perkara melalui arbitrase. Sedangkan
perundang-uangan dimaksud adalah UU pada tahun 2017 sampai berakhirnya
No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan jambatan majelis BPSK periode 2011-2017
Konsumen dan Kemendag 350//MPP pada bulan Juli 2017, terdapat 2 perkara
/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas yang dapat diproses oleh BPSK
dan Wewenang Badan Penyelesaian Bukittinggi dan keduanya diselesaikan
Sengketa Konsumen. dengan cara mediasi. (Silvianti,
Para petugas hukum merupakan Wawancara Pribadi, 10 Juli 2017)
anggota majelis BPSK kota Bukittinggi Data di atas menunjukkan bahwa
yang berjumlah 9 orang yang terdiri dari 3 rentang waktu 2014-Juli 2017
orang berasal dari usur pemerintah, 3 menunjukkan bahwa jumlah perkara yang
orang unsur pelaku usaha dan 3 orang didaftarkan di BPSK Bukittingg adalah
dari unsur konsumen. sebanyak 33 perkara dan 18 perkara
Fasilitas yang mendukung adalah diselesaikan melalui mediasi, sisanya 15
ketersediaan sarana dan prasara yang perkara melalui arbitrase. Dengan
memadai guna memberikan kenyamanan demikian dapat disimpulkan bahwa
suasana dalam pelaksanaan mediasi, mayoritas perkara sengketa konsumen
ketersediaan ruangan mediasi dengan yang terdaftar di BPSK kota Bukittinggi
design yang sesuai tentu bahagian penting pada tahun 2014-Juli 2017 diselesaikan
untuk sukses atau tidaknya proses dengan cara mediasi atas pilihan sukarela
mediasi. para pihak yang bersengketa.
Sedangkan budaya hukum Apabila pelaksanaan mediasi dalam
masyarakat akan ditelusuri melalui rekam penyelesaian sengketa konsumen di BPSK
jejak proses mediasi, karena budaya Kota Bukittinggi di atas dianalisis dengan
hukum dan itikad baik para pihak yang teori efektifitas hukum, maka
dimediasi adalah kata kunci yang sangat penjelsanannya dapat dikemukakan
besar pengaruhnya dalam keberhasilan sebagai berikut:
mediasi disamping faktor yuridis, sumber
daya manusia hukum dan sarana-
prasarana pendukung.
192 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

Faktor Yuridis Faktor SDM Anggota BPSK Bukittinggi


Dalam menjalankan tugas dan Eksistensi mediator merupakan
kewenangannya BPSK berpedoman faktor penting dalam menyelesaikan
kepada peraturan perundang-undangan sengketa konsumen dengan jalan mediasi,
terkait, diantara yang secara langsung disamping faktor itikad baik para pihak
mengtur keberadaan BPSK adalah : dan sarana pendukung lainnya.
a. UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Menurut temuan penelitian
Perlindungan Konsumen diketahui bahwa di BPSK Kota
b. Kemendag 350//MPP/Kep/12/2001 Bukittinggi terdapat 9 majelis yang
Tentang Pelaksanaan Tugas dan masing-masing terdiri dari wakil
Wewenang Badan Penyelesaian pemerintah sebanyak 3 orang, yaitu Ali
Sengketa Konsumen. Rahman, SH.,MH, Rudolof Satri, SH, dan
Keberadaan UU No. 8 Tahun 1999 H. Bustamar, S.Ag., MH, 3 orang berasal
Tentang Perlindungan Konsumen dari perwakilan konsumen yaitu Gusri
merupakan dasar hukum pembentukan Elfaisal, Indra Jaya, SH , dan Doni
BPSK. Sedangkan Kemendag 350//MPP/ Syaputra, S.HI, dan 3 orang lagi berasal
Kep/12/2001 mengatur tentang tugas dan dari perwakilan pelaku usaha, yaitu Drs.
weweng BPSK, aturan ini biasa disebut H. Zulkifli Johneva, SH., MM, Ir. Asnal
juga dengan hukum acara BPSK dalam Zakri., MM, dan S.HI, Novia Almsyah,SH.
menangani sengketa konsumen. Data di atas menunjukkan bahwa
Menurut Asnal Zakri dan Gusri El apabila dilihat dari kualifikasi pendidikan
Faisal, (Wawancara Pribadi, 10 Juli 2017) majelis BPSK Bukittinggi semuanya
yang sehari-hari sebagai anggota majelis berpendidikan sarjana, dan 8 orang
di BPSK Kota Bukittinggi, meskipun diantara 9 majelis berpendidikan Sarjana
secara yuridis formal Kemendag Hukum dan 1 orang Sarjana Pertanian,
350/MPP/Kep/12/2001 adalah hukum bahkan 4 orang diantaranya berpendidikan
acara yang dapat dipedomani oleh BPSK strata 2, yakni Ali Rahman, SH., MH, H.
dalam meyelesaikan sengketa konsumen, Bustamar, S.Ag., MH., Drs. H. Zulkifli
namun keberadaanya sebagai hukum Johneva, SH., MM, dan Ir. Asnal Zakri.,
acara belum dirasa memadai karena MM.
terdapat berbagai hal tidak pada 3 dari 9 orang anggota majelis BPSK
tempatnya. Akan tetapi Kemendag Kota Bukittinggi sudah mengikuti
350/MPP/Kep/12/2001 adalah hukum pendidikan Mediator yang diselenggarakan
positif yang berfungsi sebagai hukum oleh lembaga yang terakreditasi oleh
acara BPSK, maka harus dilaksanakan Mahkamah Agung RI, yaitu 2 orang
sebagaimana mestinya, ungkap Asnal jebolan Pusat Mediasi Nasional (PNM)
Zakri. Dengan demikian proses masing-masing Drs. H. Zulkifli Johneva,
pelaksanaan mediasi di BPSK Bukittinggi SH., MM, dan Ali Rahman, SH., MH.,
dalam temuan peneliti sudah berjalan sedangkan H. Bustamar, S. Ag., MH
sesuai dengan aturan hukum yang ada. mendapat Sertifikat Mediator dari Pusat
Pendidikan Mediator Universitas Taruma
Negara Jakarta. (Silvianti, Wawancara
Pribadi,10 Juli 2017)
Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen pada BPSK Kota Bukittinggi Tahun 2014-2017║193

Berdasarkan fakta di atas dapat Faktor Budaya Hukum


dipahami bahwa dari aspek ketersediaan Faktor budaya hukum para pihak
SDM Hukum yang mendukung tugas dan yang bersengketa sangat menentukan
wewenang BPSK Bukittinggi sudah sukses atau tidaknya mediasi. Budaya
tersedia SDM yang memadai dan hukum sangat dipengaruhi oleh
memiliki kapasitas dibidang hukum pemahaman akan peraturan perundang-
penyelesaian sengketa konsumen, undangan terkait dan itikad baik para
sehingga hal ini dalam temuan penulis pihak yang bersengketa untuk sama-sama
menjadi daya dukung bagi efektifnya mencari titik temu terhadap perselisihan
penyelesaian sengketa konsumen di BPSK yang di mediasi.
Kota Bukittinggi. Menurut Ali Rahman, dalam
Faktor Sarana dan Prasarana pengalamannya sebagai mediator dalam
penyelesaian sengketa konsumen di BPSK
Mediasi dalam penyelesaian Bukittinggi sering ditemukan adanya
sengketa konsumen pada BPSK Kota ketimpangan pemahaman hukum antara
Bukittinggi dilaksanakan pada ruang konsumen dengan pelaku usaha, dimana
mediasi di kantor BPSK Kota Bukittingi pelaku usaha biasanya jauh lebih baik
jalan Perwira yang dari survey penulis, pemahaman hukumnya dan sebaliknya
ditemukan bahwa BPSK Kota Bukittinggi konsumen berada dalam kondisi kurang
berkantor di Jl. Perwira No. 184, Belakang memahami.
Balok Bukittinggi. Namun dalam proses mediasi
Dari pengamatan penulis di Kantor biasanya mediator dalam sambutan
BPSK Bukittinggi terdapat 6 ruangan, awalnya senantiasa berupaya memberikan
yang masing-masing ruang tamu, ruang pemahaman kepada para pihak tentang
rapat, ruang sidang, ruang pimpinan mediasi, keuntungannya dan bagaimana
BPSK, ruang kepala sekretariat, dan kedudukan para pihak dalam proses
ruangan serba guna, yang biasa dipakai mediasi. Sambutan mediator yang
untuk ruang shalat dan lain sebagainya. menjelaskan kepada para pihak tentang
Menurut Ali Rahman, (Wawancara apa dan bagaimana mediasi serta
Pribadi, 10 Juli 2017) meskipun belum kelebihannya sebagai model penyelesaian
terdapat ruang mediasi secara khusus, sengketa dengan mengedepankan prinsip
namun ruang rapat dan ruang sidang win win solution, menurut Asnal Zakri
yang tersedia dengan perlengkapan meja (Wawancara Pribadi, 10 Juli 2017) cukup
yang sengaja di buat multi guna efektif memberikan pemahanan kepada
merupakan ruangan yang cukup para pihak sehingga mendorong
representative dipakai sebagai tempat munculnya itikad baik mencari
mediasi, dimana di ruangan tersebut para penyelesaian. Hal yang sama juga
pihak dan mediator dimungkinkan untuk diungkapkan oleh Gusri Elfaisal
duduk pada posisi berhadapan dengan (Wawancara Pribadi, 10 Juli 2017) dimana
mediator pada posisi lainnya. sambutan awal mediator dalam
pembukaan mediasi sangat penting
artinya guna keberhasilan mediasi.
194 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

PENUTUP DAFTAR KEPUSTAKAAN

Kesimpulan Bukittinggi dalam Angka 2016


Mediasi dalam penyelesaian Kovach, K, Kimberlee, 1994, Mediation
sengketa konsumen di BPSK Kota Principles and Practice, St. Paul ,
Bukittinggi apabila dilihat dari teori Minnesota: Wesl Publishing Co.
efektifitas hukum Friedman yang
Laporan BPSK Bukittinggi, 2014, 2015,
dipertegas oleh Soerjono Soekanto,
2016, dan 2017
dimana efektifitas hukum ditentukan oleh
faktor yuridis, faktor SDM hukum, factor Mamudji, Sri, 2004, Mediasi Sebagai
sarana dan prasarana hukum, dan factor Alternatif Penyelesaian Sengketa di
budaya hukum ditemukan sudah efektif. Luar Pengadilan, Jurnal Hukum Dan
Dari 33 perkara yang terdaftar di BPSK Pembangunan, Vol. 34, No. 3
Bukittinggi dalam rentang 2014- Juli 2017, Nolan-Haley, Nolan-Haley, Jacqueline M.,
18 perkara diselesaikan dengan cara 1992,Alternative Dispute Resolution. SI.
mediasi, dan 15 perkara melalui arbitrase. Paul, Minnesota: West Publishing
Efektfitas itu didukung oleh Co.
ketersediaan aturan hukum. Meskipun
diakui bahwa UU No. 8 Tahun 1999 Nugroho, Adi, Susanti, 2015, “Proses
tentang Perlindungan Konsumen dan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Kemendag 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Ditinjau dari Hukum Acara serta
Tugas dan Wewenang BPSK dirasa masih Kendala dan Implementasinya”,
banyak kelemahan dan perlu penyempurnaan, Jakrata: Kencana, Cet. Ke-2,
namun dengan ketersediaan 9 orang SDM Praditya, 2008, Penyelesaian Sengketa
majelis BPSK Bukittinggi yang mayoritas Konsumen, Jakarta: Garuda
berpendidikan hukum dan 3 orang
Rahmadi, Takdir, 2010, Mediasi
diantaranya merupakan mediator bersertifikat Penyelesaian Sengketa Melalui
serta adanya sarana yang cukup memadai Pendekatan Mufakat, Jakarta: PT
dapat menjadi penyeimbang dan penguat Rajagrafindo Persada
sekaligus pendorong budaya hukum para
pihak yang bersengketa. Samsukadi, Mochamad & Abdu,Ahmad,
Efektifitas Mediasi dalam Menyelasaikan
Saran Konflik Pernikahan di Pengadilan
Agama Jombang Tahun 2013-2014,
Sinkronisasi peraturan perundang-
Jurnal Hukum Keuarga Islam,
undangan terkait dengan tugas dan
Volume 1, Nomor 1, April 2016;
wewenang BPSK dan sosialisasi hukum
ISSN: 2541-1489 (cetak)/2541-1497
konsumen secara berkelanjutan, penguatan
(online); 1-15
SDM BPSK dengan berbagai perkembangan
hukum dan ekonomi kekinian serta Soekanto, Soerjono, 2007, Faktor-faktor
dukungan sarana dan prasana BPSK perlu yang Mempengaruhi Penegakan
selalu ditingkatkan guna terwujudnya Hukum. Jakarta: Raja Grafindo,
penegakan supremasi hukum perlindungan
konsumen.
Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen pada BPSK Kota Bukittinggi Tahun 2014-2017║195

W. Moore, Christopher, 2003, The Alizar, Kepala Sekretariat BPSK Kota


Mediation Process: Practical Strategies Bukittinggi
for Resolving Conflict, 3rd ed., San
Gusri Elfaisal, Anggota BPSK Kota
Fransisco: Jossey-Bass Publisher
Bukittinggi 2011-2017
Zed, Mestika & Eddy Utama, Hasril
Zulkifli Johneva, Anggota BPSK Kota
Chaniago; Sumatera Barat di panggung
Bukittinggi 2011-2017
sejarah, 1945-1995; Panitia Peringatan
50 Tahun RI, 1995 Silvianti, Sekretariat BPSK Kota
Bukittinggi

Sumber Internet
Peraturan Perundang-undangan
http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/i
ndex.asp?mod=_fullart&idart=94, diakses UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
tanggal 12 Juli 2017 Perlindungan Konsumen
Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 350/MPP/Kep/12/2001
Narasumber Wawancara
Tentang Tugas dan Wewenang Badan
Asnal Zakri, Anggota BPSK Kota Penyelesaian Sengketa Konsumen
Bukittinggi 2011-2017
Ali Rahman, Anggota BPSK Kota
Bukittinggi 2011-2017

Anda mungkin juga menyukai