Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883

Volume 7, No. 2, Oktober 2020


Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik Menuju Era New
Normal

Yulianto
Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
Jakarta – Indonesia
Email: yulianto2367@gmail.com

Abstrak. Aparatur Sipil Negara (ASN) diharuskan untuk memberikan pelayanan publik yang
berkualitas berdasarkan prinsip pelayanan publik (UU No. 25/2009). Oleh karena itu, diperlukan
suatu sistem yang menjadi standar layanan publik sebagai pedoman untuk pemberian pelayanan
sebagai kewajiban dan janji kepada publik dalam kualitas, kecepatan, kemudahan, keterjangkauan,
dan pelayanan yang terukur. Di era normal baru ini, pelayanan publik tidak boleh menurun
kualitasnya. Pandemi Co-19 seharusnya tidak menghalangi dan menjadi alasan keterbatasan dalam
pelayanan publik. Standar pelayanan publik harus memiliki tolok ukur yang kuat dengan partisipasi
masyarakat dan komitmen kepemimpinan. Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan tentang
faktor-faktor apa yang masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat dalam pelayanan publik di kantor
pemerintah daerah dan bagaimana meningkatkan kualitas ASN dalam pelayanan publik di era
normal baru. Dalam studi ini, pendekatan studi kasus dari desain penelitian kualitatif digunakan.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur untuk menggali lebih dalam
kasus-kasus yang terjadi di lembaga pemerintah terkait dengan kompetensi ASN. Penelitian ini
memperlihatkan bahwa kualitas ASN harus berubah di era yang juga berubah yaitu memiliki
kemampuan manajerial dan pengambilan keputusan, kecepatan, kelincahan, adaptabilitas dan
teknologi informasi. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan untuk melakukan
studi tentang bagaimana mekanisme pelatihan tentang peningkatan kualitas ASN dapat
diimplementasikan dengan pendekatan yang berbeda.
Kata Kunci: Kompetensi aparatur sipil negara (ASN), normal baru, pelayanan publik

Abstract. Government administrators are required to provide quality public services based on the
principle of public service (Law No. 25/2009). Therefore, we need a system that becomes a
standard of public service for service delivery and a reference to assessing service quality as
obligations and promises to the public in the framework of quality, fast, easy, affordable, and
measurable services. In this new normal era, public services should not decline in quality. Co-19
pandemics should not obstruct and be a reason for limitations in public services. Public service
standards must have strong benchmarks with community participation and leadership commitment.
This study aims at answering the questions of what factors are still widely complained of by the
society regarding the public services in one of the local governments and how to improve the
quality of the public servants to face the new normal era. In this study, a case study approach of a
qualitative research design is employed. Data collection is applied with a semi structured interview
to dig deeper the cases occurred in government institution related to the civil servants' competence.
This research found that public servants must have changing competencies in an era that is also
changing, namely in managerial ability and decision making, speed, agility, adaptability and
information technology. For further research, the researcher recommends conducting a study on
how training mechanisms on improving the quality of civil servants can be implemented with
different approaches.
Key Words: Civil servants’ competencies, new normal, public service.

PENDAHULUAN pergeseran. Berbagai penyesuaian dilakukan


Sebagai akibat dari pandemi Covid- baik oleh perusahaan swasta maupun
19, ranah teknologi di seluruh dunia dan instansi pemerintah agar kegiatan usaha dan
seluruh sendi kehidupan mengalami pemerintahan dapat tetap berjalan. Dalam
36 | Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik…
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
hal pelayanan publik pemerintah, pemerintah tetap diperlukan untuk menciptakan
pun memanfaatkan teknologi agar dapat manajemen perkantoran yang tertib dan
mewujudkan pelayanan publik yang optimal. rapih. Pada dasarnya, kerja administratif
Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) sangat masih diperlukan, namun harus diatur sesuai
menentukan kualitas pelayanan publik yang dengan kebutuhan organisasi dan kualifikasi
diberikan oleh instansi kepemerintahan. pegawai.
Oleh sebab itu, pemerintah berupaya Setelah masa pandemi Covid 19,
meningkatkan kualitas ASN dengan masyarakat kita dihadapkan dengan suatu
dilengkapi keterampilan terkait teknologi era baru dimana penggunaan teknologi
atau pelayanan dengan sistem daring. masih mendominasi seluruh sendi kehidupan
Walaupun sebelum terjadinya pandemi masyarakat. Internet of things (IoT) telah
Covid 19, pelayanan publik dengan sistem menjadi budaya baru yang sebelumnya
daring sudah dimulai, namun sebuah masih dianggap sebagai sebuah pelengkap,
revolusi teknologi yang tidak bisa ditawar kini sudah menjadi sebuah keharusan yang
lagi telah mengubah tatanan sistem birokrasi tidak dapat ditinggalkan baik bagi mereka
dalam kepemerintahan. Hal tersebut, yang bekerja dari rumah, belajar dari rumah,
menjadi tantangan tersendiri bagi atau melakukan kegiatan apa pun dari
pemerintah dalam mewujudkan Aparatur rumah. Revolusi teknologi di era pandemi
Sipil Negara (ASN) yang profesional. Covid 19 ini akan membawa masyarakat kita
Kualitas Aparatur Sipil Negara menuju era new normal dengan segala
(ASN) saat ini memang masih jauh dari yang kebiasaan barunya. Salah satu kondisi the
diharapkan. Hal ini disebabkan karena new normal adalah percepatan dalam
beberapa hal, bukan hanya keahlian atau pemanfaatan teknologi informasi dan
kompetensi yang tergolong rendah, aspek komunikasi dalam praktik tata kelola
lain yang terkait dengan karakter dan pemerintahan, yang lebih berorientasi pada
kepribadian pun tidak memperlihatkan hasil dengan mengedepankan pemanfaatan
profesionalisme ASN dalam memberikan teknologi dan kecepatannya.
pelayanan. Rendahnya kualitas ASN ini Di era new normal, perubahan yang
antara lain disebabkan oleh latar belakang terjadi bukan hanya transformasi dalam
pendidikan yang dimiliki. Hal ini teknologi saja, namun juga transformasi
berpengaruh langsung kepada kompetensi sumber daya manusia (SDM). Teknologi
dan kualitas kerja ASN. Jika diltinjau dari yang serba cepat dan semakin canggih akan
data jumlah ASN yang ada, yaitu 4,475 juta menjadi daya dukung bagi masyarakat di era
orang, 64% hanya memiliki kemampuan global ini. Namun demikian teknologi yang
administratif saja, 37% adalah tenaga canggih tidak akan dapat berfungsi dengan
pendidik dan 4,43% adalah tenaga baik jika tidak ditangani oleh SDM yang
kesehatan. Jadi, dapat dibayangkan hanya kompeten, yang tidak hanya memiliki
segelintir ASN saja yang memiliki keahlian teknis namun juga non teknis. Oleh
kemampuan atau kompetensi sebagai karena itu, setiap instansi pemerintah
pemimpin yang memiliki kemampuan dituntut untuk dapat mempersiapkan ASN
mengambil keputusan, memotivasi staf, nya menjadi sumber daya yang profesional,
melahirkan gagasan-gagasan baru yang mampu bersaing, mampu mengikuti
kreatif dan inovatif. perubahan yang terjadi, agar dapat
Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat memberikan pelayanan yang prima kepada
administrasi ternyata masih mendominasi masyarakat.
pekerjaan dan tugas-tugas yang dilaksanakan Hingga saat ini, pelayanan yang
oleh ASN. Graeber, seorang antropolog dilakukan oleh instansi pemerintah kepada
Amerika bahkan menyatakan bahwa masyarakat masih banyak mendapat keluhan
pekerjaan yang bersifat administratif dari berbagai pihak. Tidak hanya keluhan
merupakan pekerjaan yang tidak termasuk terkait lambannya proses pelayanan, namun
dalam kategori signifikan, walaupun masih juga terkait kurang responsifnya petugas,

Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik… | 37


Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
kurang ramah hingga kurang profesional Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
mengingat masih banyak petugas yang tidak Nomor 25 tahun 2004 definisi pelayanan
menguasai prosedur atau pun berbagai publik adalah segala kegiatan pelayanan
informasi yang harus disampaikan kepada yang dilaksanakan oleh penyelenggara
masyarakat. Padahal Keputusan Menteri pelayanan publik sebagai upaya
PAN Nomor 63/ KEP/ M.PAN/7/ 2003 pemenuhan kebutuhan penerima layanan,
(dalam Hardiansyah 2011:28) telah maupun dalam rangka pelaksanaan
menyatakan bahwa standar pelayanan publik ketentuan Peraturan Perundang-undangan
sekurang-kurangnya meliputi: a. Prosedur Kualitas Pelayanan Publik di era krisis.
pelayanan; b. Waktu penyelesaian; c. Biaya Selain dikemukakan dalam Keputusan
pelayanan; d. Produk pelayanan; e. Sarana Menteri, masalah pelayanan publik juga
dan prasarana; f. Kompetensi petugas diatur dalam Undang-Undang Republik
pelayanan. Dengan demikian, tergambar Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 pasal 1
dengan jelas bahwa kompetensi petugas ayat (1) bahwa pelayanan publik adalah
pelayanan merupakan salah satu kriteria kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
suatu standar dalam pelayanan publik. sesuai dengan peraturan perundang-
Berdasarkan uraian di atas, maka undangan dan setiap warga negara dan
penelitian ini ditujukan untuk menjawab penduduk atas barang, jasa, dan atau
pertanyaan faktor-faktor apa yang masih pelayanan administratif yang disediakan
banyak dikeluhkan oleh masyarakat dalam oleh penyelenggara pelayanan publik.
pelayanan publik di Kantor Kecamatan di Faktor-faktor seperti kesederhanaan,
wilayah Kota Bogor dan bagaimana upaya kejelasan dan kepastian/ketepatan waktu,
institusi meningkatkan kualitas ASN dalam merupakan beberapa aspek dalam pelayanan
pelayanan publik di era normal baru. publik yang dikemukakan oleh Sari (dalam
Surjadi, 2009:65). Yang dimaksud dengan
KAJIAN LITERATUR kesederhanaan terkait dengan proses
Pengertian Pelayanan Publik pelayanan yang diberikan, tidak berbeli-belit,
mudah dipahami oleh masyarakat dari segala
Sinambela dalam Harbani Pasolong lapisan. Yang dimaksud kepastian atau
(2013:199) mengemukakan pengertian ketepatan waktu adalah proses pelayanan
pelayanan publik yaitu kegiatan yang yang diberikan oleh instansi pemerintah harus
dilakukan oleh instansi pemerintah kepada dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
sejumlah manusia yang memiliki setiap telah ditentukan. Yang masih banyak terjadi
kegiatan yang menguntungkan dalam adalah proses pelayanan seringkali tidak
suatu kumpulan atau kesatuan, dan sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Selain
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya ketiga faktor tadi, pelayanan publik juga
tidak terikat pada suatu produk secara fisik. terkait dengan aspek keadilan dalam
Sementara itu David Obsborn dan Ted pelayanan, dalam hal ini adalah pelayanan
Geabler dalam Harbani Pasolong yang tidak diskriminatif dan tidak
(2010:130) melalui konsep reinventing membedakan suku, ras, agama, gender juga
government menjelaskan bahwa untuk status sosial ekonomi. Namun yang masih
dapat memberikan kepuasan kepada sering terjadi adalah kurang adilnya
masyarakat, pemerintah dalam memberikan pelayanan yang diterima oleh masyarakat
pelayanan hendaknya memerhatikan faktor yang berkebutuhan khusus, di mana kantor-
yang menjadi kebutuhan masyarakat karena kantor pemerintah masih banyak yang tidak
pada dasarnya masyarakat sebagai makhluk ramah penyandang disabilitas, tidak
sosial memiliki keinginan untuk dihargai, menyediakan jalur antrian khusus, tidak
dilayani dengan baik, dan dipenuhi memiliki jalan untuk kursi roda, tidak ada
kebutuhannya. Hal ini dikenal dengan istilah tangga bertuliskan huruf braille (Sari dalam
customer driven government. Surjadi, 2009:65). Dengan demikian dapat
Sedangkan menurut Keputusan
38 | Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik…
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
dikatakan bahwa pelayanan publik di bahwa aspek-aspek yang terkait dengan
Indonesia masih kurang ‘accessible’. Selain kualitas tidak statis, karena di dalamnya ada
itu faktor-faktor seperti keakuratan dokumen, upaya untuk berusaha memenuhi bahkan
kecermatan, kejujuran, kedisiplinan, melampaui keinginan pelanggan.
kesopanan dan keramahan para petugas juga Sementara itu, Wyckcof et.al. (1978) dan
merupakan faktor yang sangat menentukan Lovelock (1988) menekankan pada
kualitas pelayanan publik. respected service dan perceived service.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Pengertiannya adalah pelayanan yang
Tahun 2009 tentang pelayanan publik berkualitas itu ditentukan tidfak hanya pada
dirumuskan secara detail bahwa pelayanan orang yang memberikan pelayanan saya,
publik berasaskan pada : (1) Kepentingan tetapi juga ditentukan oleh orang yang
umum, (2) Kepastian hukum, (3) Kesamaan menerima layanan. Apabila orang yang
hak, (4) Keseimbangan hak dan kewajiban, menerima layanan merasa jasa yang diterima
(5) Keprofesionalan (6) Partisipatif, (7) atau dirasakan sesuai dengan yang
Persamaan dalam perlakuan/tidak diharapkan, maka dapat diartikan bahwa
diskriminatif, (8) Keterbukaan, (9) kualitas jasa tersebut sebagai sesuatu yang
Akuntabilitas, (10) Fasilitas dan perlakuan ideal. Namun, jika jasa yang diterima lebih
khusus bagi kelompok rentan, (11) Ketepatan rendah daripada yang diharapkan, maka
waktu dan kecepatan, (12) Kemudahan dan kualitas jasa yang dipersepsikan buruk.
keterjangkauan dan bertujuan agar batasan Zeithaml-Berry dalam Tjiptono
dan hubungan yang jelas tentang hak, (2002:69) mengemukakan 5 dimensi kualitas
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan pelayanan ya ng dikenal dengan istilah
seluruh pihak yang terkait dengan servqual. Kelima dimensi tersebut meliputi:
penyelenggaraan pelayanan publik. (a) Tangibles (Bukti langsung); meliputi
Gaspersz dalam Sedarmayanti fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
(2009:257) menyatakan bahwa dimensi dan sarana komunikasi.
pelayanan publik untuk perbaikan kualitas (b) Reliability (Keandalan); kemampuan
harus dapat memenuhi kriteria: (a). memberikan pelayanan yang dijanjikan
Ketepatan waktu ,(b). Akurasi pelayanan, dengan segera, akurat, dan memuaskan.
(c). Kesopanan dan keramahan, (d). (c) Responsiveness (Tanggap); keinginan
Tanggung jawab, (e). Kelengkapan, (f). para staf untuk membantu para
Kemudahan mendapatkan pelayanan, (g). pelanggan dan memberikan pelayanan
Variasi model pelayanan, (h). Pelayanan dengan tanggap.
pribadi, (i). Kenyamanan dalam memperoleh (d) Assurance (Jaminan); mencakup
pelayanan. Jika ditelaah lebih lanjut, pengetahuan, kemampuan, kesopanan,
pelayanan publik terkait erat dengan sumber dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
daya manusia (SDM) yang bertugas para staf, bebas dari bahaya, risiko, atau
memberikan pelayanan kepada masyarakat. keragu-raguan.
Dari penjelasan tentang dimensi dan (e) Empathy (empati); meliputi kemudahan
asas pelayanan publik di atas, dapat ditarik dalam melakukan hubungan,
kesimpulan bahwa elemen karakter dan komunikasi yang baik, perhatian
kepribadian petugas memegang peranan pribadi, dan memahami kebutuhan para
penting dalam mewujudkan pelayan yang pelanggan.
berkualitas. Albrecht dan Zemke (1990)
Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia mengemukakan bahwa kualitas pelayanan
Goetsch dan Davis (2000) publik tidak tercipta dengan sendirinya
berpendapat bahwa kualitas merupakan tanpa ada keterlibatan dari komponen
suatu kondisi dinamis yang berhubungan komponen yang lain. Komponen-komponen
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan tersebut mencakup sumber daya manusia
lingkungan yang memenuhi atau melebihi (SDM) yang memberikan pelayanan,
harapan. Pengertian di atas mengandung arti masyarakat yang menerima pelayanan,

Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik… | 39


Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
sistem dan strategi pelayanan. Sementara dengan penyelenggara training namun ada
Mohammad (2003) dalam Mahsyar (2011) pula instansi lainnya yang
menyebutkan ada tiga hal penting yang menyelenggarakan pelatihan secara swadaya
menentukan kualitas pelayanan yaitu dengan mengundang narasumber atau pakar
dukungan sumber daya manusia, lembaga di bidang pelayanan publik. Namun
yang mengelola dan pola demikian, berbagai masalah masih banyak
penyelenggaraannya. dijumpai dalam pelayanan kepada
Pemerintah Indonesia telah masyarakat sehari-hari. Bahkan jauh
menunjukkan keseriusannya dalam sebelum terjadinya perubahan kehidupan
meningkatkan kualiutas pelayanan publik masyarakat yang disebabkan oleh Covid 19,
sejak era reformasi. Sebagai acuan adalah permasalahan pelayanan publik sudah
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari.
Aparatur Negara Nomor 81/1993 tentang Said Saggaf (2018) mengemukakan
Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. bahwa dilihat dari sisi pola
Kemudian Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang penyelenggaraannya, pelayanan publik di
perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan Indonesia masih memiliki berbagai
apartur pemerintah kepada masyarakat. kelemahan. Saggaf (2018) menyebutkan ada
Dalam perkembangannya pemerintah 7 aspek kelemahan yang ditemui pada
kemudian menerbitkan pula Keputusan pelayanan publik. Dari 7 aspek tersebut 4
Menpan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 diantaranya terkait dengan karakter atau
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan sikap dan kepribadian para petugas yang
Pelayanan Publik. melayani yaitu: (1) kurang responsif, (2)
Salah satu upaya yang dilakukan oleh kurang informatif, (3) kurang koordinasi,
pemerintah dalam rangka meningkatkan (4) kurang mau mendengar
kualitas pelayanan publik yaitu melalui keluhan/saran/aspirasi masyarakat.
pendidikan dan pelatihan (diklat). Terkait Sementara itu 3 aspek lainnya terkait dengan
sistem dan mekanisme diklat berbeda-beda prosedur baku yang ditetapkan oleh institusi,
antara satu instansi dan instansi lainnya. yaitu: (1) tidak efisien, (2) kurang
Beberapa instansi melakukan kerjasama accessible, (3) birokratis.

Gambar I. Akar Permasalahan Pelayanan Publik di Indonesia


Sumber : Said (2018).

40 | Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik…


Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
Kompetensi untuk menghadapi Era New Pelayanan Publik Nasional (SP4NLAPOR!)
Normal yang responsif, dan juga inovasi pelayanan
publik lainnya. Jika kita evaluasi, ternyata
COVID-19 manifested the pivotal role
ada hikmah dibalik pandemi Covid-19 yang
of public value governance. Balancing human
melanda dunia dan Indonesia, terutama
life and economy is an example. In the early
dalam mendorong percepatan reformasi
stages of the outbreak, concerns with costs,
birokrasi di Indonesia. Kita dapat belajar
instability, panic, economy, and image were
banyak dari kondisi yang ada saat ini di
strong.
mana pekerjaan-pekerjaan dan tugas-tugas
Dalam upaya membangun Aparatur
ASN dapat diklasifikasikan berdasarkan
Sipil Negara (ASN) yang berkualitas, perlu
tingkat urgensinya. Era Covid 19 ini telah
dibangun paradigma baru pemerintahan
memberikan pemahaman kepada kita bahwa
yang bercirikan bersih dari kolusi, korupsi
apabila kita ingin menjadi ASN yang
dan nepotisme (clean government dan good
berkualitas, kita harus mampu beradaptasi
governance). Untuk dapat mewujudkan
dan mengikuti tuntutan perubahan, dari yang
clean government dan good governance ini
tidak paham teknologi, menjadi digital
diperlukan ASN yang profesional, yang
literacy, dari yang tidak disiplin dalam
memiliki kompetensi yang tinggi dalam
bekerja, dapat mengatur waktu sendiri untuk
melayani publik dan memahami tugas dan
work from home (WFH). Bahkan ada banyak
tanggungjawabnya sebagai pelayan
pekerjaan yang dapat diakses oleh ASN dari
masyarakat.
mana saja seperti rapat secara video
Dengan adanya kebijakan new
conference dan penggunaan cloud
normal dengan penerapan protokol
computing atau penggunaan aplikasi kantor
kesehatan tentunya membuat akses
secara bersamaan.
pelayanan publik kepada masyarakat
Agus Pramusinto (2020) dalam
mengalami perubahan. Namun demikian,
Menuju New Normal Dalam Pelayanan
perubahan yang ada hendaknya tidak
Publik mengemukakan 7 kompetensi yang
dijadikan sebagai hambatan dalam melayani
dibutuhkan oleh ASN, yaitu:
masyarakat namun harus dijadikan sebagai
(a) Pelayan publik harus memiliki
sebuah dorongan bagi seluruh ASN untuk
kompetensi yang berubah dalam
dapat beradaptasi dengan perubahan sistem
melayani warga
ke pelayanan dengan sistem daring.
(b) Kemampuan manajerial dan
Walaupun di era Covid 19 pelayanan dengan
pengambilan keputusan
sistem online ini telah dilaksanakan namun
(c) Speed (kecepatan)
tetap diperlukan perbaikan-perbaikan dalam
(d) Agility (kelincahan)
kualitas untuk menghadapi era new normal.
(e) Adaptability (kemampuan
Upaya peralihan ini tentunya mesti dibarengi
menyesuaikan)
dengan memberi edukasi/pemahaman serta
(f) Dari silo organization ke networking &
sosialisasi secara masif kepada seluruh
collaboration.
elemen masyarakat yang akan mengakses
(g) Kemampuan di bidang teknologi
pelayanan publik sehingga pelayanan publik
informasi
di tengah tatanan kehidupan baru "new
normal" tidak terganggu dan menjadi lebih Selain itu beberapa perubahan
efektif dan efisien. lainnya juga harus dilakukan seperti halnya
Sistem pelayanan yang terintegrasi manajemen kinerja. Selama ini penilaian
terus diupayakan dibangun oleh pemerintah. kinerja ASN ditentukan antara lain oleh
Saat ini telah ada beberapa pusat pelayanan kehadiran. Dengan berubahnya kondisi di
publik yang dapat dimanfaatkan era new normal, maka dibutuhkan
keberadaannya oleh masyarakat, yaitu: manajemen kinerja berbasis output dan harus
Sistem Informasi Pelayanan Publik dan diidentifikasi pekerjaan dan outputnya.
Pelayanan Publik Berbasis Elektronik (E- (Pramusinto, 2020).
Services), Sistem Pengelolaan Pengaduan

Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik… | 41


Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
METODOLOGI PENELITIAN mewawancarai 5 orang tamu yang datang ke
Metode penelitian ini menggunakan Kantor Kecamatan di wilayah Kota Bogor
Studi Kasus. Menurut Denzin dan Lincoln untuk menggali informasi terkait pelayanan
(2005) studi kasus merupakan salah satu publik yang diterimanya dari para ASN. Dari
strategi yang banyak dilakukan dalam ke 5 pengunjung, 2 diantaranya adalah
penelitian kualitatif, meskipun tidak semua penyandang disabilitas yang duduk di kursi
penggunaan studi kasus ini merupakan roda. Selain itu peneliti juga mewawancarai
penelitian kualitatif. Fokus dari studi kasus ini 1 orang pimpinan untuk menggali lebih
melekat pada paradigma yang bersifat dalam tentang bagaimana upaya yang
naturalistik, holistik, kebudayaan, dan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ASN
fenomenologi. Menurut Bogdan dan Bikien dalam Pelayanan Publik menghadapi era
(1982) studi kasus merupakan pengujian new normal.
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang Dalam studi kasus, terdapat 3 bentuk
subjek atau satu tempat penyimpanan analisis data beserta interpretasinya seperti
dokumen atau satu peristiwa tertentu. Dalam yang dinyatakan oleh Stake (dalam Creswell,
studi kasus hendaknya peneliti berusaha 1998:63), yaitu: (1) pengumpulan kategori,
menguji individu secara mendalarn. Para peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-
peneliti berusaha menemukan semua variabel contoh data serta berharap menemukan makna
yang penting. Studi kasus adalah pendekatan yang relevan dengan isu yang akan muncul;
yang paling sesuai untuk penelitian ini karena (2) interpretasi langsung, peneliti studi kasus
peneliti ingin mengetahui lebih dalam kasus- melihat pada satu contoh serta menarik makna
kasus yang terjadi dalam institusi pemerintah darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini
berkenaan dengan pelayanan publik. merupakan suatu proses dalam menarik data
Dalam usaha mengumpulkan data, secara terpisah dan menempatkannya kembali
peneliti berusaha mencari informasi- secara bersama-sama agar lebih bermakna; (3)
informasi yang berkaitan dengan fokus peneliti membentuk pola dan mencari
masalah dalam penelitian ini, baik berupa kesepadanan antara dua atau lebih kategori.
pendapat, fakta-fakta maupun dokumentasi. Kesepadanan ini dapat dilaksanakan melalui
Adapun metode pengumpulan data yang tabel yang menunjukkan hubungan antara
digunakan oleh peneliti ada dua metode, dua kategori; (4) pada akhirnya, peneliti
yaitu wawancara dan dokumentasi. Adapun mengembangkan generalisasi naturalistik
wawancara dari segi pelaksanaannya, melalui analisa data, generalisasi ini diambil
dibedakan atas: a) Wawancara bebas melalui orang-orang yang dapat belajar dari
(Inguided Interview), di mana pewawancara suatu kasus, apakah kasus mereka sendiri atau
bebas menanyakan apa saja, tetapi juga menerapkannya pada sebuah populasi kasus.
mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan. b) Wawancara terpimpin HASIL DAN PEMBAHASAN
(Guided Interview), yaitu wawancara yang Dari 5 orang yang diwawancara, 2
dilakukan oleh pewawancara dengan diantara pengunjung adalah penyandang
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan disabilitas yang duduk di kursi roda. Ketika
terperinci seperti yang dimaksud dalam ditanyakan bagaimana pendapat mereka
wawancara terstruktur. c) Wawancara bebas tentang pelayanan yang mereka terima di
terpimpin, yaitu kombinasi antara Kantor Kecamatan tersebut, keduanya
wawancara bebas dan wawancara terpimpin mengatakan bahwa ASN di instansi
(Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini, pemerintah ini tidak ramah kepada
peneliti menggunakan teknik wawancara penyandang disabilitas. Bahkan terkesan para
bebas terpimpin, yaitu peneliti membawa ASN tidak paham asas-asas pelayanan publik.
sederetan pertanyaan dan juga menanyakan “ Di kantor ini tidak ada antrian
hal-hal yang terkait dengan keluhan-keluhan khusus untuk penyandang disabilitas,
masyarakat dalam pelayanan publik di dan tidak ada ASN yang memberikan
kantor pemerintah daerah. Peneliti pelayanan khusus apabila ada

42 | Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik…


Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
pengunjung disabilitas, jadi kami harus dapat memenuhi kriteria ketepatan
harus tetap di jalur antrian untuk waktu serta kesopanan dan keramahan.
umum dan terkadang memakan waktu Pelayanan publik di instansi pemerintah
hingga lebih dari satu jam. Sangat masih kurang responsif, kurang informatif,
melelahkan. Hal yang lebih kurang accessible, dan kurang mau
merepotkan adalah jika kami harus ke mendengarkan keluhan masyarakat (Saggaf,
toilet, karena tidak tersedia toilet 2009:257).
untuk penyandang disabilitas. Sementara itu, wawancara dengan
Masalah lain yang ditemui adalah pimpinan di kantor pemerintah tersebut
infrastruktur yang juga tidak ramah memberikan kesan bahwa hingga saat ini
kepada penyandang disabilitas. Untuk masih banyak keluhan yang disampaikan oleh
dapat masuk ke ruang tunggu, ada masyarakat baik secara langsung kepada
beberapa anak tangga dan tidak pimpinan atau pun melalui media sosial
tersedia jalur khusus untuk kursi roda, terkait pelayanan. Hal ini menunjukkan
sehingga kami harus meminta bahwa masih banyak aspek yang harus
bantuan kepada seseorang.” diperbaiki antara lain masalah kompetensi
petugas, yang terutama sejak masa pandemi
Hal ini tidak sejalan dengan apa yang Covid 19 terjadi perubahan dalam mekanisme
dinyatakan dalam Undang Undang No 25 pelayanan. Para ASN ‘dipaksa’ harus bekerja
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang dengan teknologi, mulai dari memberikan
mengatakan bahwa salah satu azas pelayanan informasi, membalas email, membantu
publik adalah tersedianya fasilitas dan masyarakat terkait prosedur secara online
perlakuan khusus bagi kelompok rentan. Dari hingga memberikan edukasi tentang
hasil wawancara juga ditemukan data bahwa kependudukan. Awalnya sangat sulit karena
para petugas (ASN) di kantor kecamatan pada dasarnya sebelum terjadi pandemi pun
masih kurang paham tentang pelayanan pelayanan publik masih mendapat banyak
publik sehingga hal ini sangat mempengaruhi keluhan dari masyarakat. Namun, dengan
cara ASN menangani para pengunjung yang adanya pandemi COVID-19, tanpa disadari
datang. telah menyebabkan percepatan dalam
transformasi digital. Oleh karena itu, harus
“ Petugas di sini kurang ramah dan
didukung penuh oleh instansi agar mekanisme
kurang responsif sehingga kita harus
kerja lebih terarah. Strategi yang efektif
proaktif menanyakan hal-hal dengan
adalah dengan menyelenggarakan pelatihan
lebih detail agar tidak kehilangan
agar para ASN siap menghadapi era new
informasi. Apalagi untuk warga negara
normal setelah ini. Di era new normal,
senior yang terpaksa harus datang
kompetensi para ASN dalam pelayanan
langsung ke kantor kecamatan karena
publik harus lebih meningkat, lebih
kurang paham tentang teknologi yang
profesional, lebih cekatan dan responsif, serta
mengharuskan melakukan registrasi
terampil dalam teknologi informasi serta
atau suatu prosedur secara online, pada
kemampuan untuk beradaptasi dengan
umumnya petugas juga kurang
perubahan-perubahan yang terjadi
membantu melayani dengan sepenuh
(Pramusinto, 2020).
hati. Dari sisi waktu,pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat juga
SIMPULAN DAN SARAN
masih sangat lamban dan kurang Dari analisis data yang diuraikan di
cekatan. Jadi masih terlihat kurang atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
profesional.” memperlihatkan bahwa kualitas ASN harus
Hal ini juga tidak sesuai dengan apa berubah di era new normal yang juga berubah
yang dinyatakan oleh Gaspersz dalam yaitu bukan lagi hany aterfokus pada
Sedarmayanti (2009:257) bahwa dimensi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat
pelayanan publik untuk perbaikan kualitas administrative sifatnya namun harus memiliki

Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik… | 43


Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
kemampuan manajerial dan pengambilan Harbani, Pasolong. (2013). Kepemimpinan
keputusan, kecepatan, kelincahan, Birokrasi. Bandung : CV.Alfabeta
adaptabilitas dan teknologi informasi. Untuk Hardiansyah. (2011). Kualitas Pelayanan
penelitian selanjutnya, peneliti Publik. Yogyakarta: Gava Media.
merekomendasikan untuk melakukan studi
tentang bagaimana mekanisme pelatihan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 440
tentang peningkatan kualitas ASN dapat -930 Tahun 2020 tentang Pedoman
diimplementasikan dengan pendekatan yang Tatanan Normal Baru Produktif dan
berbeda. Aman Corona virus disease 2019
Bagi Aparatur Sipil Negara di
UCAPAN TERIMA KASIH Lingkungan Kementerian Dalam
Penulis mengucapkan terima kasih Negeri dan Pemerintah Daerah.
kepada LPPM STIAMI yang telah Jakarta, 2020.
mengikutsertakan paper hasil riset ini dalam Lovelock. 1988. Managing Service:
Seminar Nasional 2020 : “Peluang dan Marketing, Operation, and Human
Tantangan Indonesia menuju Era New Resources. London: Prentice-Hall
Normal” International, Inc
DAFTAR PUSTAKA Mahsyar, Abdul. (2011). Masalah Pelayanan
Publik Di Indonesia Dalam
Albrecht, Karl and Ron Zemke. (1990).
Perspektif Administrasi Publik.
Service America! Doing Business in
Otoritas. Vol. I, No. 2, Oktober
the New Economy. New York:
2011
Warner Books.
Parasuraman, A. A. Zeithaml, V., and L.
Arikunto. (2002). Metodologi Penelitian
Berry, L. (1995). “A Conceptual
Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Model of Service Quality and Its
PT. Rineka Cipta.
Implications for Future Research”.
Bogdan, R.C., Biklen, S.K. (1982). Journal of Marketing. Vol. 49 (fall)
Qualitative research for education :
Pramusinto, Agus. (2020). Menuju New
an introduction to theory and
Normal dalam Pelayanan Publik.
method. Boston: Allyn and. Bacon.
Komisi Aparatur Sipil Negara.
Inc.
Indonesian Association for Public
Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry Administration (2020).
and Research Design: Choosing https://bkpsdm.palangkaraya.go.id/be
among. Five Tradition. London: rita-316/menuju-new-normal-dalam-
Sage Publication pelayanan-publik-oleh-agus-
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. (2005). The pramusinto.html
Discipline and Practice of Saggaf, said, Muhammad Mario Said,
Qualitative Research. In Handbook Widyawati Said Saggaf.(2018).
of qualitative research (3rd Ed., pp. Reformasi Pelayanan Publik di
1–32). Th ousand Oaks, CA: SAGE negara berkembang. Makassar: CV
Publications. SAH MEDIA.
Goetsch, David L., and Dawis B. Stanley. Suharsimi Arikunto. (1998). “Prosedur
(2000). Quality Penelitian: Suatu Pendekatan
Management:Introduction to Total Praktek”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Quality Management for Production, hlml. 132
Processing, and Services,Third
Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research
Edition. New Jersey: Prentice-Hall,
II. Yogyakarta: Andi Off Set. hlml.
Inc.,New Jersey.
218.

44 | Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik…


Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 7, No. 2, Oktober 2020
Tjiptono Fandy. (2002). Manajemen Jasa, https://mediaindonesia.com/read/detail/96192
Edisi kedua, Cetakan ke 3. -kualitas-asn-masih-rendah
Yogyakarta: Penerbit Andi. https://theconversation.com/pandemi-covid-
Wyckoff, Darryl, Sasser, W. Earl, Jr., R. Paul 19-menunjukkan-kerja-dari-rumah-
Olsen, (1978), Management of memungkinkan-bagi-asn-136238
Service Operations: Text and Cases. https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--
Boston: Allyn & Bacon. pelayanan-publik-di-era-new-normal
Website: https://setneg.go.id/baca/index/the_new_norm
https://mediaindonesia.com/read/detail/32435 al_dan_akselerasi_reformasi_birokra
4-kebijakan-pengembangan- si
kompetensi-asn-di-era-new-normal

Yulianto, Meningkatkan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan Publik… | 45

Anda mungkin juga menyukai