Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ASYNCHRONOUS AGENDA III MENGANALISIS KASUS DARI

PERSPEKTIF MATA PELATIHAN MANAJEMEN ASN , PELAYANAN


PUBLIK & WHOLE OF GOVERNMENT

TUGAS KELOMPOK
Angkatan : X
Kelompok : III
Sub Kelompok : I
Tutor : H. Gusman, S.Sg, M.Pd
Ketua : Lia Ika Shavitri, S.Pd
Anggota : Septi Ade Riza Bambang Susanto, S.Pd
Muhammad Sofiyullah, S.Pd
Nova Delyanti,S.Pd
Hasimah,S.H
KASUS : Minimnya Pengetahuan ASN dalam Penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi

1. Identifikasi Bad Practice

a. Manajemen ASN
Pada kasus minimnya pengetahuan ASN dalam penggunaan Tekhnologi Informasi dan
Komunikasi diduga ada beberapa faktor penyebab diantaranya; kurangnya kedisiplinan ASN
secara keilmuan, ASN yang bermalas-malasan, dan SDM yang tidak ingin maju. Hal tersebut
merupakan salah satu prilaku bad practice seorang ASN sebab diera digital saat ini ASN dituntut
untuk mampu menguasai IT dengan harapan dapat memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat tanpa terkecuali karena hampir seluruh proses kinerja dalam kepemerintahan sudah
menggunakan tekhnologi. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah serta ASN itu
sendiri.
Kementerian PANRB mensyaratkan ASN dimasa mendatang harus dapat menguasai
Tekhnologi Informasi dan Komunikasi, persyaratan ini sejalan dengan visi Smart ASN 2024 yang
terjadi shifting kompetensi kearah digital dimana salah satu profilnya harus menguasai IT.

b. Whole of Goverment
WoG berfungsi untuk mencapai tujuan bersama salah satunya manajemen program, maka
tujuan tersebut tidak dapat terlaksana dikarenakan SDM yang kurang pengetahuan tentang
teknologi maka akan terkendalanya program program yang memerlukan teknologi terkini.
Tujuan WoG yang ke 2 adalah pembangunan kebijakan, dengan ASN yang susah untuk
belajar tentang teknologi sehingga mengakibatkan ketidaktahuan tentunya akan menciptakan
produk kebijakan yang tidak bersifat memajukan dan penerapan yang tidak bisa di
implementasikan karena ketidaksesuaian dengan teknologi terkini.
Salah satu praktek WoG adalah pelayanan yang bersifat administrasi. Maka dengan
susahnya ASN untuk belajar tentang teknologi mengakibatkan hubungan dengan instansi intern
ataupun instansi eksternal akan terkendala, karena kemajuan zaman yang sekarang sejalan dengan
berlomba – lombanya seluruh instansi untuk menciptakan system administrasi yang mudah, cepat
dan tentunya efisien guna untuk memajukan dan mempermudah pengadministrasian.

c. Pelayanan Publik
1) Pelayanan seperti hutan belantara (tidak jelas tujuan karena terlalu banyak alur) tidak
cepat dan tanggap
2) Tidak efektif dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang dituntut pelayanan
terpadu satu pintu sehingga penerima layanan merasa bosan dan merasa terbelit-belit
3) Kurang efisien, tepat dan cermat karena masih dikerjakan dengan cara cara manual

2. Analisis Kasus
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini berperan menjadi komponen
pendukung utama pembangunan di berbagai bidang. Dalam pemerintahan, kemajuan TIK diadopsi
untuk menunjang kinerja pemerintahan melalui program e-Government (e-Govt). Namun pada
kenyataannya dikalangan Aparatur Sipil Negara (ANS) masih minim dalam penguasaan terhadap TIK.
Padahal, penggunaan TIK dapat mendorong tata laksana pemerintahan yang bersih (good governance).
Literasi IT di kalangan birokrat belum merata. ASN yang sudah berumur, dan terutama di daerah
pelosok, masing cukup banyak yang mengalami gagap teknologi. Tingkat literasi TIK pada
ASN, sangat diperlukan dalam pengembangan maupun implementasi e-Govt di masa saat ini
maupun yang akan datang, fakta di lapangan menyebutkan, untuk sekadar membuat akun atau
membuka e-mail, aparatur sipil negara (ASN) terkadang harus dibantu orang lain. Realitas digital-divide
itu memang masih ada. Untuk itu, kemampuan penggunaan IT ini perlu menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam pengukuran kompetensi ASN.
Untuk itu, upaya meningkatkan kualitas PNS agar lebih melek teknologi informasi dan
komunikasi, tak cukup memberikan berbagai pelatihan yang sifatnya konvensional. Korpri mendorong
penggunaan TIK bagi ASN, dengan membuat kebijakan yang bersifat afirmatif. Yakni mewajibkan
setiap pegawai untuk menggunakan IT. Sebagai contoh, hilangkan kebiasaan membuat disposisi
berbasis kertas, dan beralihlah ke e-disposisi. Penggunaan naskah dinas elektronik yang diatur dalam
UU No. 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan harus dibudayakan,bahkan saat ini penanda
tanganan secara digital sudah berlaku
Untuk itu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta
Kementerian Komunikasi dan Informasi, didorong untuk dapat mengawal transisi "birokrasi manual"
menjadi "birokrasi digital". Sistem e-Government ini diplot untuk memperbaiki sistem birokrasi
konvensional yang selama ini diterapkan oleh sebagian besar pemerintahan daerah. Meski demikian,
pembentukan sistem e-Government tak serta merta dapat dilakukan di seluruh pemerintahan daerah,
sebelum e-Government diterapkan secara utuh, harus diperhatikan training need analysis (analisa
kebutuhan pelatihan) terlebih dahulu. Penerapan e-Government pada dasarnya fokus kepada
pengelolaan informasi dalam birokrasi dengan menggunakan TIK. Program-program pelatihan PNS,
dananya kan ada di masing-masing instansi.
Analisa kebutuhan pelatihan disini penting dilakukan pada setiap pegawai negeri. Meskipun
terlihat sederhana, hanya menganalisa kebutuhan pelatihan terhadap PNS, namun tugas ini memerlukan
analisa secara keseluruhan melingkupi bagaimana keterampilan dan kemampuan PNS dalam instansi.
Analisa ini diharapkan sebagai cara untuk mencari PNS mana yang membutuhkan pelatihan tambahan,
agar kemampuan dan keterampilannya meningkat. Namun tak hanya itu saja, analisa kebutuhan
pelatihan berfungsi untuk mengelompokan jenis pelatihan apa yang dibutuhkan oleh PNS dalam suatu
instansi. Mengingat, di satu instansi memiliki banyak PNS yang bekerja dan harus memahami
pengetahuan serta keterampilan yang berbeda-beda.
Dari pemaparan diatas bisa diambil analisis kasus terkait tentang minimnya penguasaan
teknologi, komunikasi dan informasi dikalangan ASN yakni:
- Saat ini banyak ASN yang belum melek akan teknologi informasi dan komunikasi;
- Literasi IT di kalangan birokrat belum merata, banyak sekali ASN yang sudah berumur dan di
daerah pelosok yang mengalami gagap teknologi (gaptek);
- Perlu adanya analisis kebutuhan pelatihan terhadap ASN yang masih gagap akan teknologi
informasi dan komunikasi;
- Pembaharuan sistem pemerintahan birokrasi konvensional menjadi birokrasi digital.

3. Perspektif Manajemen ASN, WoG, dan Pelayanan Publik.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ASN memiliki
fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat pemersatu bangsa. Untuk
menjalankan fungsi tersebut perlu dikuatkan dengan penguasaan teknologi informasi dan inovasi. Salah
satu nilai budaya kerja Kementerian Agama Republik Indonesia adalah inovasi. Inovasi tersebut
ditunjukkan dengan memanfaatkan teknologi dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
Permasalahan terhadap susahnya belajar teknologi di era kekinian menjadi catatan. Pemanfaatan
teknologi informasi sudah sampai kepada digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan
bahkan mendorong terciptanya e-government yang memang diharapkan akan membawa manfaat
kepada masyaraka tmelalui peningkatan pelayanan publikdan perbaikan tata kelola pemerintahan yang
lebih efektif dan efisien.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dalam Pasal 1 Ayat 9
menjelaskan bahwa Sistem Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan
pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari penyelenggara kepada masyarakat.

a. Perspektif Manajemen ASN


Dalam konteks manajemen ASN, kaitannya dengan ASN yang susah belajar teknologi
adalah terkait kewajiban ASN yang salah satunya melaksanakan kebijakan yang dirumuskan
pejabat pemerintah yang berwenang. Dalam situasi dan kondisi pandemi Covid-19 ini, rumusan
kebijakannya adalah pemberlakuan WFO dan WFH. Untuk itu, penguasaan teknologi informasi
menjadi penting dalam hal pemberian pelayanan publik agar berjalan efektif dan efisien.

b. Perspektif Whole of Goverenment (WoG)


Dalam konteks Whole of Government, kaitannya ASN yang susah belajar teknologi adalah
system penyelenggaraan pemerintahan Negara merupakan bagian integral dan paling dominan
dalam system penyelenggaraan negara. Karenanya, keprofesionalan ASN dengan penguasaan
teknologi informasi dan membangun kolaborasi, interaksi dan koordinasi dengan ASN
yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang teknologi informasi menjadi penting.
c. Perspektif Pelayanan Publik
Dalam konteks pelayanan publik, kaitannya dengan ASN yang susah belajar teknologi
adalah terkait prinsip pelayanan responsif. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah
wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan
bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan. Untuk itu, penguasaan teknologi menjadi penting untuk mempermudah dan
mempercepat pelayanan.

4. Ketidaksesuaian Sikap dengan Peraturan

a. Manajemen ASN
Dalam konsep Manajemen ASN tidak sesuai dengan pasal 1 UU No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, bahwa Manajemen ASN merupakan pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi dan seterusnya.
Sikap tersebut merupakan bad practice ASN karena tidak adanya profesionalisme dalam bekerja,
tidak melaksanakan kode perilaku kesempurnaan dalam kode etik ASN serta tidak melakukan
upaya perbaikan disegala bidang untuk memberikan yang terbaik dimana ASN tersebut tidak
terbuka pada informasi atau pengetahuan baru.

b. Whole of Goverenment (WoG)


Dalam konsep WoG ketidaksesuaian yang didapat adalah kurangnya koordinasi dan
keterbukaan dari ASN tersebut terhadap atasan terkait yang tidak memahami teknologi, perlunya
evaluasi dari atasan terhadap kinerja dan perkembangan bawahan, perlunya pengadaan
Bimbingan Teknologi bekerjasama dengan instansi terkait misalnya Dinas Komunikasi dan
Informatika dan mewajibkan setiap ASN tersebut untuk mengikutinya.

c. Pelayanan Publik
Sikap yang abai terhadap kemajuan teknologi yang merupakan pembaharuan metode
kinerja sehingga menyebabkan penurunan pelayanan yang prima adalah merupakan hal yang
tidak sesuai dengan penyelenggaraan pelayanan publik yang menyebabkan terhambatnya
keefektifan dalam pelayanan kepada masyarakat. Pedoman standar pelayanan publik adalah
memberikan kepastian, meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan selaras dengan kemampuan penyelenggara sehingga mendapatkepercayaan
masyarakat, jika ASN tidak menguasai teknologi akan menyebabkan kurangnya kepuasan
terhadap pelayanan dan hal tersebut adalah tidak sesuai dengan pedoman standar pelayanan
publik.
5. Rekomendasi

a. Perspektif Manajemen ASN

Dilihat dari perspektif Manajemen ASN dimana Manajemen ASN adalah pengelolaan
ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional. Pada permasalahan ini yaitu tentang
“banyaknya ASN yang susah Belajar Teknologi” diberikan rekomendasi untuk para manajemen
ASN supaya melakukan monitoring kepada pegawai-pegawai ASN yang kesulitan belajar
teknologi dan menemukan kendala-kendala apa saja yang ada sehingga para ASN sulit untuk
belajar Teknologi, kemudian dijadikan bahan evaluasi untuk menentukan langkah apa yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini.

b. Perspektif Pelayanan Publik

Setelah dilaksanakan solusi pada Manajemen ASN, yakni Melakukan monitoring kepada
pegawai-pegawai ASN yang kesulitan untuk belajar teknologi dan menemukan kendala-kendala
apa saja yang ada sehingga para ASN sulit untuk belajar Teknologi, kemudian ditemukan
solusinya berupa pelatihan kepada ASN yang kesulitan belajar teknologi yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pelayanan publik pada bidang kepegawaian. Penyelenggara Pelayanan publik
untuk pelatihan para pegawai ASN ini direkomendasikan untuk memberikan pelatihan yang
intensif kepada para pegawai ASN sehingga tidak gaptek dan selalu up to date terhadap
teknologi.

c. Perspektif Whole of Goverenment


Sesudah dilaksanakannya monitoring masalah dan diadakan pelatihan, direkomendasikan
untuk berkoordinasi antara pihak pengawas pada pimpinan instansi kepada induk instansi ataupun
pemerintah yang berupa laporan terkait kemajuan pemahaman teknologi pada ASN pada
penerapan keseharian guna menjamin ketercapaian pelatihan yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai