id 6
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hemoglobin
a. Pengertian
Hemoglobin adalah protein globulin yang terdiri dua subunit α dan dua
subunit β. Masing-masing subunit berikatan dengan zat besi yang memiliki
afinitas berikatan dengan satu molekul oksigen,yang membentuk
oksihemoglobin di dalam sel darah merah (Rodwell dan Kennelly, 2006;
Ganong, 2010). Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan
ukuran kuantitatif beratnya kekurangan zat besi (Bakta, 2009).
b. Metabolime Hemoglobin
Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah,
seperti zat besi, vitamin B12, asam folat, sejumlah kecil vitamin C, riboflavin
dan tembaga. Pengaturan pembentukan hemoglobin melibatkan berbagai
hormon khususnya eritropoietin (Almatsier, 2010).
Sintesis heme terjadi hampir pada semua sel mamalia dengan
pengecualian eritrosit matur yang tidak memiliki mitokondria, namun hampir
85% heme dihasilkan oleh sel prekursor eritroid pada sumsum tulang dan
hepatosit (Ganong, 2010). Bahan dasar heme adalah asam amino glisin dan
suksinil-KoA, hasil dari siklus asam sitrat (Rodwell dan Kennelly, 2006).
Makrofag di jaringan hepar dan limpa berkontribusi dalam degradasi sel
darah merah tua (Bakta, 2009). Protein globin dipisahkan dari molekul
hemoglobin ini dan heme-nya dikonversi menjadi biliverdin heme oksigenase.
Kebanyakan biliverdin selanjutnya dikonversi menjadi bilirubin dan disimpan
dalam kantung empedu (Tandara and Salamunic, 2012). Besi dari heme digunakan
kembali untuk sintesis hemoglobin (Ganong, 2010). Besi yang dilepaskan
akan diikat oleh transferin. Transferin mukosa sebagai alat angkut protein yang
berbolak-balik membawa besi ke permukaan sel usus halus. Di dalam sel
mukosa besi dapat mengikat apoferritin dan membentuk ferritin sebagai
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
simpanan besi sementara dalam sel (Ganong, 2010, Tandara and Salamunic,
2012)
2. Vitamin A
Vitamin A adalah zat gizi mikro yang larut dalam lemak. Vitamin A
terdapat dalam dua bentuk yaitu retinol dan karoten. Retinol hanya terdapat pada
sumber makanan yang berasal dari hewan (contoh : ikan, hati, susu dan telur).
Sedangkan karoten terdapat pada sumber makanan yang berasal dari tumbuhan
(contoh : sayur dan buah yang berwarna kuning tua / orange dan sayuran dengan
warna hijau tua) (Gordon and Hampl , 2007).
Kebutuhan vitamin A pada manusia tergantung jenis kelamin, usia dan
kondisi fisiologis seseorang (hamil, menyusui, pertumbuhan). Berdasarkan Angka
Kecukupan Zat Gizi (AKG 2013) dari Depkes, kebutuhan vitamin A untuk remaja
putri usia 10-15 tahun adalah 600 μg. 1 mg retinol = 1 mg retinol equivalent
(RE)= 6 mg all-trans-β-carotene = 12 mg other pro-vitamin A carotenoids = 1.15
mg all-trans-retinyl acetate = 1.83 mg all-trans-retinyl palmitate (IU = 0.34 μg
retinol). Kebutuhan tersebut setara dengan 1765 IU.
Vitamin A yang berasal dari makanan (retinol dan karoten) agar dapat
diabsorbsi oleh villi intestine harus diesterifikasi dan diikat protein terlebih
commit to menuju
dahulu. Setelah itu dibawa oleh kilomikron user hepar melalui aliran limfe dan
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
c. Ketiga retinol berikatan dengan Retinol Binding Protein (RBP) dan mengikuti
aliran darah.
a. Penglihatan
Hubungan antara vitamin A dengan fungsi mata yang normal, perlu
mendapat perhatian khusus. Vitamin A berperan dalam sintesis stereoisomer dari
retinal yang disebut retinen, yang berkombinasi dengan protein membentuk grup
prostetik yang disebut “visual purple”, yang lebih dikenal dengan istilah
rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk mensintesis rodopsin, yang selalu
pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi sebagai salah satu proses fisiologis
dalam sistem melihat. Apabila vitamin A pada suatu saat kurang dalam tubuh,
maka sintesis ”visual purple” akan terganggu, sehingga terjadi kelainan-kelainan
melihat seperti rabun senja (night blindness).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
d. Hematopoiesis
Vitamin A berfungsi untuk membentuk eritrosit baru melalui aktivasi
eritropoiesis di sumsum tulang.
e. Pertumbuhan
Vitamin A essensial untuk pertumbuhan, karena merupakan senyawa
penting yang menciptakan tubuh tahan terhadap infeksi dan memelihara jaringan
epithel berfungsi normal. Jaringan epitel yang dimaksud adalah terutama pada
mata, alat pernapasan, alat pencernaan, alat reproduksi, syaraf dan sistem
pembuangan urin.
f. Reproduksi
Defisiensi vitamin pada pria menyebabkan gangguan spermatogenesis.
Mengkonsumsi retinoic acid pada pria meningkatkan sel leydig sebagai
pendukung produksi testosteron (Hogarth and Griswold, 2010).
Vitamin A ternyata juga memegang peranan penting pada kejadian
anemia karena adanya beberapa pengaruh vitamin A pada metabolisme Fe
sehingga terjadi perubahan – perubahan pada status hematologi dalam tubuh.
Secara garis besar terdapat empat mekanisme pengaruh Vitamin A pada
metabolisme Fe yang dapat menyebabkan perubahan pada status hematologi
seseorang yaitu (Zimmermann and Hurrel, 2007):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
a. Diberikan dalam dosis yang rendah. Dosis tinggi lebih sering menyebabkan
gangguan gastrointestinal.
b. Suplementasi diberikan dalam bentuk sediaan yang dilepaskan secara
perlahan-lahan di saluran pencernaan. Kelemahan cara ini adalah harga yang
mahal.
c. Diberikan secara parenteral. Kelemahan cara ini perlu tindakan invasif yang
belum tentu diterima oleh semua orang, sediaaan lebih mahal dan biasanya
diberikan untuk mengatasi anemia berat.
pada penelitian Wijaya dan Mantik (2008) melakukan penelitian pada 40 anak
ADB berumur 5-11 tahun, dengan waktu suplementasi selama 2 bulan di Menado,
dari hasil penelitian didapatkan tidak ada perbedaan signifikan antara
suplementasi besi harian dibandingkan mingguan pada perubahan hemoglobin,
MCHC, besi serum, dan kapasitas pengikat besi total (p>0,05).
Pada penelitian Vir et al. (2008), pada 150.700 remaja putri baik yang
sekolah maupun yang tidak di Uttar Pradesh, India. Penelitian ini dilakukan dalam
4 tahun, prevalensi keseluruhan anemia berkurang dari 73,3% menjadi 25,4%.
Kadar hemoglobin dan prevalensi anemia dipengaruhi secara signifikan pada 6
bulan. Tidak ada perbedaan dalam dampak pada hemoglobin atau anemia
prevalensi diamati antara anak perempuan diawasi dan tanpa pengawasan.
Konseling tentang efek positif dari asupan asam folat besi rutin mingguan
kontribusi terhadap tingkat kepatuhan yang tinggi lebih dari 85%. Biaya
pelaksanaan adalah US $ 0,36 per remaja per tahun.
Pada review yang dilakukan oleh Margetts et al. (2007) dari 30 penelitian
menyimpulkan bahwa suplementasi besi yang diberikan tiap minggu mempunyai
dampak yang hampir sama dengan suplementasi besi setiap hari kecuali pada
wanita dengan anemia berat. Dasar penelitian, pada pengamatan terhadap absorbsi
dan transport besi yang berkurang pada pemberian besi harian karena terjadi
kelebihan besi dalam sel-sel usus sehingga terjadi mucosal block (Bakta, 2009).
Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa suplementasi besi mingguan sama
efektifnya dengan suplementasi harian.
4. Metabolisme Besi
Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia dan hewan (Almatsier, 2010). . Besi mengangkut dan menyimpan
oksigen, mengangkut elektron mitokondria dan sintesis DNA. Menurut Lynch
(2007) besi tubuh pada manusia dewasa mencapai 40-50 Fe/Kg berat badan,
seperti dalam tabel 2.1. Sebesar 60 sampai 80 persen besi dalam tubuh manusia
terdapat pada Hb. Dalam tubuh, senyawa besi dikelompokkan menjadi dua yaitu
a. senyawa fungsional (esensial) dan berhubungan dengan fungsi enzimatik atau
metabolik seperti hemoglobin (Hb), mioglobin, non heme enzim, transferin dan
commit to user
b. senyawa besi yang berhubungan dengan transportasi dan penyimpanan.
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Dalam larutan, besi ada dalam bentuk ferro dan bentuk ferri. Besi dalam
bentuk senyawa dengan protein membentuk hemoglobin sebagai pembawa
oksigen dalam darah. Besi dapat disimpan sementara dalam suatu bentuk larut
protein plasma atau bentuk tak larut dalam hati (Bakta, 2009).
Dalam lambung, besi terlepas senyawa kompleks karena pengaruh asam
lambung (Andrew, 2005). Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu
besi heme dan besi non-heme. Besi heme terdapat dalam daging dan ikan, tingkat
absorbsi dan bioavailabilitasnya tinggi. Besi non-heme berasal dari sumber nabati,
tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya rendah (Ros et al., 2104). Sebagian besar
besi dalam bentuk feri (Fe3+) direduksi menjadi fero (Fe2+). Absorpsi terutama
terjadi di duodenum dengan bantuan alat angkut protein khusus (Collins and
Anderson, 2012). Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat apoferritin dan
membentuk ferritin sebagai simpanan besi sementara dalam sel. Di dalam sel
mukosa apoferitin dan feritin bergabung masuk melewati membran basoteral
secara difusi dan siap untuk diabsorpsi melalui transpor aktif (Anderson and
Frazer, 2005).
Simpanan zat besi sebagai ferritin, hemosiderin sebanyak 30%, sumsum
tulang 30% dan selebihnya di dalam limfa dan otot. Dari simpanan besi belum
diabsorpsi tersebut hingga 50 mg sehari dapat dimobilisasi untuk keperluan tubuh
seperti pembentukan hemoglobin (Almatsier, 2010).
Feritin bersirkulasi dalam darah mencerminkan simpanan besi di dalam
tubuh. Pengukuran feritin didalam serum merupakan indikator penting untuk
commit to user
menilai status besi (Andrew, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan besi menurut Angka Kecukupan Gizi tahun 2013 pada remaja
putri usia 13-18 tahun sebanyak 26 mg. Remaja putri merupakan golongan yang
membutuhkan Fe lebih tinggi dibutuhkan untuk pertumbuhan (Arisman, 2010).
1) Fase Luminal
2) Fase Mukosal, proses penyerapan dalam usus.
3) Fase Korporal, meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi
besi oleh sel-sel yang memerlukan, dan penyimpanan besi oleh tubuh.
capacity) (Bakta, 2009). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar
haemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling
lazim dipakai adalah kadar hemoglobin. Harus diingat bahwa terdapat keadaan-
keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa
eritrosit, seperti dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan. Kadar hemoglobin dan
eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin ketinggian tempat
tinggal serta keadaan fisiologis tertentu seperti kehamilan (Supariasa dkk, 2012).
Remaja putri mempunyai risiko tinggi untuk anemia karena pada usia ini
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan, adanya menstruasi,
sering membatasi konsumsi makan, serta pola konsumsinya sering menyalahi
kaidah-kaidah ilmu gizi (Arisman, 2010). Menstruasi menyebabkan remaja putri
kehilangan besi hingga dua kali jumlah kehilangan besi pada laki-laki. Apabila
darah yang keluar saat menstruasi cukup banyak, berarti jumlah zat besi yang
hilang dari tubuh juga cukup besar. Setiap orang mengalami kehilangan darah
dalam jumlah yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
keturunan, keadaan kelahiran, dan besar tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode menstruasi berkisar antara
20-25 cc dan dianggap abnormal jika kehilangan darah menstruasi lebih dari 80
ml (Prawirohardjo, 2005).
Pada umumnya remaja putri mempunyai pola dan kebiasaan makan yang
homogen dimana asupan energi dan zat gizi kurang dari angka kecukupan gizi
(AKG) yang sudah dianjurkan. Remaja memiliki pandangan tersendiri mengenai
tubuhnya (body image) yang seringkali salah (Notoatmodjo, 2010). Bagi sebagian
besar remaja putri tubuh ideal merupakan impian. Untuk mendapatkan impian
tersebut, biasanya banyak remaja putri yang melakukan diet ketat (yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
a. Etiologi
Menurut Bakta (2009) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh
karena rendahnya asupan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi
akibat perdarahan menahun:
2) Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan
(asupan yang kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang
rendah.
3) Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan, dan kehamilan (Nemeth dan Ganz, 2006).
4) Gangguan absorpsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau
dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi),
polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu)
(Barasi, 2013; Ganong, 2010).
b. Patogenesis
Perdarahan menahun yang menyebabkan kehilangan besi atau
kebutuhan besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga
cadangan besi makin menurun (Bakta, 2009).
Menurut Lynch (2007) kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap.
Tahap pertama terjadi bila cadangan besi menurun, keadaan ini disebut
keseimbangan zat besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted
state). Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar ferritin serum hingga
12μg/L (Almatsier, 2010), peningkatan absorpsi besi dalam usus, serta
pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi
commit to user
berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong, penyediaan besi untuk
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
indikator tertentu, oleh karena itu untuk mengetahui status gizi remaja anda bisa
menggunakan indikator yang ditetapkan oleh WHO tahun 2008 yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, berikut tabel interpretasi IMT tersebut :
8. Infeksi Cacing
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering
ditemukan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dari hasil pemeriksaan
feses yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2002 di 230 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiah yang tersebar di 27 provinsi, menunjukkan rata-rata
prevalensi kecacingan sebesar 35,5% dengan infeksi terbanyak berturut-turut
disebabkan oleh T. trichiura (20,5%), A. lumbricoides (17,4%), hookworm (2,3%)
(Kementrian Kesehatan, 2005).
Anemia akibat cacing tambang (hookworm anemia) adalah anemia defisiensi
besi yang disebabkan infeksi cacing tambang berat (TPG > 2000). TPG disini berarti
telur per gram feses (Bakta, 2009). Anemia defisiensi besi terjadi ketika cacing tambang
dewasa menempel pada mukosa dan submukosa, di mana mereka menyebabkan usus
commit
kehilangan darah (Rajagopal et al., 2014). to user
Infeksi cacing menyebabkan kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
gizi, termasuk malnutrisi protein dan zat mikro kehilangan sehingga menyebabkan
keadaan tubuh menjadi lemah dan mudah sakit (Rajagopal et al., 2014). Ada bukti yang
berkembang bahwa kadar serum beberapa mikronutrien, termasuk vitamin A, zat besi,
tembaga, selenium, kobalt, dan seng, yang berkurang dengan adanya infeksi cacing dan
setelah pemberian obat cacing (deworming) bahwa efek ini kembali normal (Gerard et
al., 2011).
Menurut Rajagopal et al. (2014) dalam pencegahan dan mengobati anemia hal
yang diperlukan selain pemberian suplemen, mengontrol infeksi cacing dan malaria di
daerah yang endemis juga harus diperhatikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
ASUPAN SF MINGGUAN
VIT A
↑MOBILISASI TRANSFERIN MUKOSA
BESI
CADANGAN BESI
VIT A MEMICU
AKTIVITAS
ERITROPOISIS
STATUS
PERDARAHAN
GIZI ERITROSIT
GANGGUAN HEPAR
VIT A
MENINGKATKAN ASUPAN MAKANAN
SISTEM IMUN
D. Hipotesis
Ada perbedaan efek suplementasi antara kombinasi vitamin A dan SF
mingguan dengan SF mingguan saja pada kadar hemoglobin remaja putri dengan
anemia.
commit to user