Anda di halaman 1dari 52

BAB II

PENGKAJIAN

2.1 VISI, MISI DAN MOTTO


2.1.1 VISI RUMAH SAKIT
Mampu memberikan palayanan kesehatan dalam meningkatkan dan menjaga
derajat kesehatan bagi masyarakat umum terutama di ruang wijaya kusuma sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku.

2.1.2 MISI RUMAH SAKIT


a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional dan bermutu, berdaya
saing kuat serta terjangkau oleh masyarakat umum.
b. Menyelenggarakan pengelolaan pelayanan kesehatan secara mandiri dengan
memiliki SDM, sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan tekhnologi.
c. Mewujudkan lingkungan yang kondusif dan kerjasama yang baik dalam
memberikan peelayanan kepada pasien.

2.1.3 MOTTO RUMAH SAKIT


“ Kepercayaan, kesehatan kepuasan anda adalah kebanggan kami.”

2.2 PENGUMPULAN DATA


2.2.1 Ketenagaan (M1-Man)
1. Struktur Organisasi
Ruangan wijaya kusuma dipimpin oleh seorang kepala ruangan (yang merangkap
bidan pelaksana) dan 10 bidan pelaksana, 1 orang staf administrasi dan 1 orang
yang bertugas sebagai cleaning service. Adapun struktur organisasinya adalah :
a. Kepala instalasi : Dr.Farida Khasidah, Spog
b. Kepala ruang : Martauli Amd.Keb
c. KATIM (bidan primer)
 Yan nugrahani S.St
 Tutik susilowati S.St
 Dini sudiumayah S.St

1
 Dian eka retnani Amd.Keb
d. Bidan assosiate
 Wahyu sri harsakti S.St
 Latifa bayu sukmawati Amd.Keb
 Firma regina S.St
 Heni ratnasari S.St
 Yulia widya ningrum Amd.Keb
 Galih kurnia sari Amd.Keb
e. Administrasi : Fitriningsih
f. Cleaning servise : Himawan

Kepala instalasi

Dr.Farida Khasidah, Spog

Kepala ruang

Martauli Amd.Keb

KATIM (bidan primer) KATIM (bidan primer) KATIM (bidan primer) KATIM (bidan primer)

Yan nugrahani S.St Tutik susilowati S.St Dini sudiumayah S.St Dian eka retnani
Amd.Keb

Bidan assosiate

Wahyu sri harsakti S.St


Heni ratnasari S.St

Latifa bayu sukmawati Amd.Keb


Yulia widya ningrum Amd.Keb

Firma regina S.St Galih kurnia sari Amd.Keb

2
2. Tenaga medis
a. Kebidanan
No Nama Jabatan Masa Jenis pelatihan
kerja
1 Martauli Amd.Keb Kepala ruang >10 tahun PPI, Komunikasi efektif,
K3 dan Pasient safety.
2 Yan nugrahani S.St Katim (bidan >10 tahun PPI, Komunikasi efektif,
primer) K3 dan Pasient safety
3 Tutik susilowati S.St Katim (bidan 5 tahun PPI, Komunikasi efektif,
primer) K3 dan Pasient safety
4 Dini sudiumayah S.St Katim (bidan 5 tahun PPI, Komunikasi efektif,
primer) K3 dan Pasient safety
5 Dian eka retnani, Katim (bidan >10 tahun PPI, Komunikasi efektif,
Amd.Keb primer) K3 dan Pasient safety
6 Wahyu sri harsakti Bidan >10 tahun PPI, Komunikasi efektif,
S.St assosiate K3 dan Pasient safety
7 Latifa bayu Bidan assosiat 3 tahun PPI, Komunikasi efektif,
sukmawatiAmd.Keb K3 dan Pasient safety
8 Firma regina S.St Bidan 5 tahun PPI, Komunikasi efektif,
assosiate K3 dan Pasient safety
9 Galih kurnia sari Bidan assosiat 5 tahun PPI, Komunikasi efektif,
Amd.Keb K3 dan Pasient safety
10 Yulia widya ningrum Bidan assosiat 3 tahun PPI, Komunikasi efektif,
Amd.Keb K3 dan Pasient safety
11 Heni ratnasari S.St Bidan assosiat 1 tahun PPI, Komunikasi efektif,
K3 dan Pasient safety

b. Non Kebidanan
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Administrasi 1 orang PNS
2. Cleaning service 1 orang Honorer

3. Tingkat Ketergantungan
Douglas membagi tingkat ketergantungan pasien menjadi 3 kategori yaitu, self
care (perawatan mandiri), intermediate care (perawatan sedang) dan intensive care
(perawatan total). Berdasarkan metode Need menurut Douglas tingkat ketergantungan

3
pasien pada ruang Wijaya Kusuma, termasuk dalam kategori Intermediate Care
(perawatan sedang dan self care/mandiri).
Jumlah tenaga yang diperlukan tergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a. Perawatan self care/ perawatan mandiri, memerlukan waktu 1 sampai 2 jam
sehari.
b. Perawatan intermediate care/ perawatan sedang, memerlukan waktu 3 sampai 4
jam sehari.
c. Perawatan intensive care/ perawatan total, memerlukan waktu 5 sampai 6 jam
sehari.
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok menggunakan
klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan pasien berdasarkan Orem, yaitu teori
Self Care Deficit. Sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan,
kelompok menggunakan perhitungan tenaga menurut Ratna Sitourus. Adapun rumus
konsep perhitungan tenaga berdasarkan douglas adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Rumus tabel konsep perhitungan tenaga berdasarkan Douglas (1984)
Klasifikasi
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Tingkat Ketergantungan dan Kebutuhan Tenaga Bidan


Tanggal 17 Agustus 2021
KEBUTUHAN TENAGA BIDAN
Jumlah
Minimal Care Partial Care Total care
Pagi 0,17 x 10 = 1,7 0,27 x 1 = 0,27 0,36 x 1 = 0,36 2,33 = 3

Sore 0,14 x 8= 1,12 0,15 x 1 = 0,15 0,30 x 1 = 0,30 1,57 = 2

Malam 0,01 x 9 = 0,9 0,10 x 1 =0,10 0,20 x 1 = 0,20 1,2 = 2

Jumlah 7

4
 Total tenaga bidan:

Pagi : 3 orang

Sore: 2 orang

Malam : 2 orang

Total : 7 orang

 Jadi jumlah bidan yang di butuhkan untuk bertugas per hari di ruang nifas RSUD
dr.Soeroto Ngawi pada tanggal 17 Agustus 2021 adalah 7 orang + 2 orang tenaga
(kepala ruang/bidan primer) = 9 orang.

Tanggal 18 Agustus 2021

KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT


Jumlah
Minimal Care Partial Care Total care
Pagi 0,17 x 10 = 1,7 0,27 x 1 = 0,27 0,36 x 1 = 0,36 2,33 = 3

Sore 0,14 x 7 = 0,98 0,15 x 1 = 0,15 0,30 x 1 = 0,30 1,43 = 2

Malam 0,14 x 7 = 0,98 0,15 x 1 = 0,15 0,30 x 1 = 0,30 1,43 = 2

Jumlah 7

 Total tenaga bidan:

Pagi : 3 orang

Sore : 2 orang

Malam : 2 orang

Total : 7 orang

 Jadi jumlah bidan yang di butuhkan untuk bertugas per hari di ruang nifas RSUD

dr.Soeroto Ngawi pada tanggal 18 Agustus 2021 adalah 7 orang + 2 orang tenaga

(kepala ruang/bidan primer) = 9 orang.

5
Angket Tenaga Kebidanan
Jawaban
No Pertanyaan Ya Tidak
N % N %
1. Apakah sudah sesuai kinerja
kepala ruang ? 11 100% 0 0%
2. Apakah sudah sesuai kinerja
bidan primer ? 11 100% 0 0%
3. Apakah sudah sesuai kinerja
bidan associate ? 11 100% 0 0%
4. Apakah bapak/ibu masih
membutuhkan pelatihan/
0 0%
pendidikan tambahan untuk 11` 100%
meningkatkan kemampuan kerja ?
5. Beratkah beban kerja bapak/ ibu
dengan tingkat ketergantungan 0 0% 11 100%
low care ?
6. Sudah sesuaikah jumlah bidan dan
pasien di ruangan menurut
bapak/ibu ? 11 100% 0 0%
Keterangan :
1. Berdasarkan hasil angket tenaga kebidanan nomor 1 didapatkan data keseluruhan
bidan menjawab Ya (100%) bahwa kinerja kepala ruang sudah sesuai.
2. Berdasarkan hasil angket tenaga kebidanan nomor 2 didapatkan data keseluruhan
bidan menjawab Ya (100%) bahwa kinerja bidan primer sudah sesuai.
3. Berdasarkan hasil angket tenaga kebidanan nomor 3 didapatkan data keseluruhan
bidan menjawab Ya (100%) bahwa kinerja bidan associate sudah sesuai.
4. Berdasarkan hasil angket tenaga kebidanan nomor 4 didapatkan data keseluruhan
bidan menjawab Ya (100%) bahwa keseluruhan tenaga bidan menyatakan masih

6
membutuhkan pelatihan dan pendidikan tambahan untuk meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan kebidanan.
5. Berdasarkan hasil angket tenaga kebidanan nomor 5 didapatkan data keseluruhan
bidan menjawab Tidak (100%) bahwa tenaga bidan tidak terbebani dengan tingkat
ketergantungan low care.
6. Berdasarkan hasil angket tenaga kebidanan nomor 6 didapatkan data keseluruhan
bidan menjawab Ya (100%) bahwa jumlah tenaga bidan di ruangan sudah sesuai.

2.2.2 Sarana dan Prasarana (M2 - Material)


1. Lokasi
Lokasi penerapan proses manajerial kebidanan ini dilakukan pada ruang
Wijaya Kusuma Rumah Sakit dr Soeroto Ngawi dengan uraian denah sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Ruang Bougenvil
Sebelah Selatan berbatasan dengan Ruang IBS.
Sebelah Barat merupakan arah pintu masuk ke dalam ruangan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Ruang VK
2. Alat kesehatan yg ada di ruangan
a. Alat medis
Kondisi Alat
No Nama Barang Jumlah Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
1 Sentral Oksigen 15 √
2 Termometer 3 √
3 Spatel Lidah 1 √
4 Bak injeksi 3 √
5 Set Rawat Luka 3 √
6 Heacting Set 2 √
7 Sphygnomanometer 2 √
8 Suction 1 √
9 Standart Infus 15 √
10 Bed 15 √
11 Troli Injeksi 1 √
12 Lampu Baca Rotgen 1 √

7
13 Timbangan BB 1 √
14 Almari Obat 1 √
15 Torniquet 2 √
16 Stetoscope 2 √
17 Meja Pasien 15 √
18 Nebulizer 1 √
19 Almari Instrumen 1 √
20 Kursi Roda 1 √
21 Branchart 1 √
22 ECG 1 √

b. Inventaris alat rumah tangga


Kondisi Alat
No Nama Barang Jumlah Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat

1 Meja Kerja 5 √
2 Kursi Putar 1 √
3 Kursi 10 √
4 Kulkas 1 √
5 Televisi 1 √
6 Lampu Kamar 13 √
Pasien
7 Almari 2 √
8 Telepon 1 √
9 CPU 2 √
10 Keyboard 2 √
11 Printer 1 √
12 Kipas Angin 12 √
13 Lemari APD 1 √
14 Pemadam 1 √
Kebakaran
15 Bak Sampah 4 √
Inveksius
16 Bak Sampah Non 10 √
Inveksius

8
c. Angket Tenaga Kebidanan
Jawaban
No Pertanyaan Ya Tidak
N % N %

1 Sarana dan prasarana sudah 11 100% 0 0%


lengkap
Bidan mengerti dengan alat-
2 alat kedokteran sesuai dengan 11 100% 0 0%
SOP
3 Penggunaan IT di ruangan 11 100% 0 0%
sudah memadai

Keterangan :
Berdasarkan hasil pengkajian dengan menggunakan kuisioner didapatkan data
bahwa bidan menyatakan sarana dan prasarana sudah lengkap. Bidan menyatakan
mengerti tentang penggunaan alat-alat kedokteran sesuai dengan SOP. Bidan
mengatakan penggunaan IT di ruangan sudah memadai. Dengan penyataan tersebut di
dapatkan kesimpulan bahwa sarana dan prasarana sudah memadai dan juga bidan
sudah dapat menggunakan alat alat kedokteran dan IT sesuai dangan SOP untuk
menunjang jalanya asuhan kebidanan di ruangan.

2.2.3 Metode (M3 - Method)


1. MAKP (Model Asuhan Kebidanan Profesional)
Pengkajian tentang metode yang dilakukan pada tanggal 17 – 18 Agustus 2021
yang bersumber dari bidan ruangan, buku dokumentasi atau catatan, dan berdasarkan
hasil observasi. Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan metode yang digunakan di
ruang nifas adalah modifikasi antara primer dan tim. Dalam pembagian tugasnya
dibagi kedalam kelompok tim.
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan
sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai bidan primer
harus mempunyai latar beakang pendidikan D 3 Kebidanan atau setara.

9
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
kebidanan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan kebidanan
dan akuntabilitas asuhan kebidanan terdapat pada primer.
Daftar 5 Penyakit Terbanyak di Ruang Wijaya KUsuma RSUD dr Sueroto
Ngawi (3 bulan terakhir)
Data jumlah kasus terbanyak di ruang wijaya kusuma dalam 3 bulan terakhir yaitu
pada bulan Mei Juni Juli 2021 adalah sebagai berikut :
No Penyakit Jumlah
1 PEB 65
2 KPD 57
3 Post date 48
4 Prematur 32
5 CPD 28
Sumber : Data primer pengkajian tanggal 17 Agustus 2021

Penerimaan Pasien Baru


Pasien rawat inap yang masuk ke ruang nifas dapat melalui PONEK, poli rawat
jalan. Di ruang nifas proses penerimaan pasien baru telah berjalan dengan cukup baik.
Sudah terdapat format penerimaan pasien baru. Pada saat penerimaan pasien baru
bidan memberikan pendidikan kesehatan, pada saat memberikan pendidikan kesehatan
bidan tidak menggunakan alat bantu seperti leaflet, hanya memberikan pendidikan
kesehatan secara lisan saja dan tidak maksimal hal ini dikarena keterbatasan waktu
yang dimiliki bidan untuk melakukan tindakan yang lain.

No Pertanyaan Jawaban
N % Ya Tidak
1. Setiap penerimaan pasien
baru bapak/ibu melakukan 11 100% P
pendokumentasian?
2. Saat penerimaan pasien
11 100% P
baru ada edukasi?
Keterangan :

10
Berdasarkan hasil pengkajian dengan menggunakan kuisioner didapatkan
pertanyaan nomor 1 dan 2 keseluruhan bidan menjawab Ya (100%) bahwa setiap ada
pasien baru dilakukan pendokumentasian. Bidan mengatakan saat penerimaan pasien
baru juga dilakukan edukasi. Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan penerimaan
pasien baru sudah sesuai dengan prosedur bahwa setiap ada pasien baru dilakukan
pendokumentasian dan juga edukasi pada masing masing pasien, tetapi edukasi tidak
menggunakan alat bantu seperti leaflet, hanya memberikan pendidikan kesehatan
secara lisan saja dan tidak maksimal hal ini dikarena keterbatasan waktu yang dimiliki
bidan untuk melakukan tindakan yang lain.
Timbang Terima Pasien
Prosedur timbang terima dilakukan disetiap pergantian shift. Timbang terima
dilakukan dengan menggunakan status pasien dan buku bantu timbang terima yang
dilakukan di ruang bidan dan dilakukan langsung pada kamar-kamar pasien. Cara
penyampaian dilakukan secara lisan dengan laporan timbang terima pasien sehingga
rencana tindakan yang belum dan sudah dilakukan dapat diketahui. Setelah dilakukan
timbang terima di ruang bidan semua petugas kesehatan keliling ruangan untuk
mengklarifikasi data serta keadaan pasien.
Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan ditandatangani
oleh bidan yang melaporkan, bidan yang menerima laporan dan kepala ruangan.
Setelah pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan mengadakan diskusi singkat
untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya. Kemudian
timbang terima akan ditutup oleh kepala ruangan.
No Pertanyaan Jawaban
N % Ya Tidak
1. Operan yang dilaksanakan tepat
waktu? 11 100% P
2. Operan yang dilaksanakan dihadiri P
oleh semua bidan? 11 100%
Keterangan :
Berdasarkan data diatas pertanyaan nomor 1 dan 2 bahwa keseluruhan tenaga
bidan menjawab Ya (100%), maka dapat disimpulkan bahwa timbang terima dari pada
setiap pergantian shift telah dilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi di
dapatkan hasil sebagai berikut:

11
a. Timbang terima shift pagi dilaksanakan setiap pagi sebelum melaksanakan
aktivitas kebidanan, di ikuti oleh semua bidan dan mahasiswa yang dinas pagi.
Namun yang memimpin pre conference adalah kepala ruang.
b. Timbang terima shift siang dilaksanakan sebelum pulang, tepatnya jam 2 siang.
Namun yang memimpin post conference bukan dari kepala ruang, yang
memimpin pada saat post conference adalah bidan associate dan timbang
terima tersebut tidak di tulis di buku timbang terima dan tidak menggunakan
buku laporan timbang terima.
Discharge Planning
Discharge planning adalah komponen sistem perawatan berkelanjutkan
sebagai perencanaan saat pasien datang, saat perawatan dan saat pasien pulang atau
KRS yang diberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu
agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan keluarganya mengetahui
tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi
penyakitnya
No Pertanyaan Jawaban
N % Ya Tidak
1. Setiap pasien akan pulang dilakukan 11 100% P
discharge planning
2. Discharge planning 11 100% P
didokumentasikan

Keterangan :
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 17-18 Agustus 2021 didapatkan hasil
bahwa discharge planning sudah berjalan dengan baik. Dari hasil observasi yang
dilakukan di Ruang wijaya kusuma, kami dapat menyimpulkan bahwa discharge
planning sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Bidan mengatakan
Discharge Planning dilakukan saat pasien akan pulang dan tidak dilengkapi dengan
leaflet penyakit melainkan hanya pemberian edukasi mengenai obat-obatan yang
dibawa pulang, cara penggunaannya, jadwal kontrol dan gizi.

Sentralisasi Obat

12
Data yang diperoleh tentang pengadaaan sentralisasi obat adalah semua bidan
mengemukakan jawaban mengerti tentang sentralisasi obat. Di ruangan tersebut sudah
ada sentralisasi obat. ini bisa dilihat adanya ruangan khusus obat. Sedangkan
pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal. Selama ini format yang ada masih obat
oral dan injeksi.
Data Alur Sentralisasi Obat di ruang wijaya kusuma yaitu dokter input obat ke
bagian framasi melalui medify (one day one dose) obat dari framasi diantar ke ruang
wiajya kusuma kemudian obat oral diserahkan kepada pasien sedangkan obat injeksi
dibawa ke ruang senralisasi obat tapi bidan di ruang wijaya kusuma mengatkan selama
ini belum ada format persetujuan sentralisai obat untuk pasien.
No Pertanyaan Jawaban
N % Ya Tidak
1. Untuk pengadaan obat
menggunakan format persetujuan 11 100% P
sentralisasi obat
2. Pelaksanaan sentralisasi obat
sudah sesuai dengan aturan 11 100% P

Keterangan :
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk pengadaan obat di
ruang nifas pelaksanaan sentralisasi obat sudah sesuai dengan aturan yang ada di
ruangan tetapi belum menggunakan format persetujuan sentralisasi obat.

Supervisi
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi secara
terus menerus dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap bidan dapat
memberikan asuhan kebidanan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan bidan (Kron, 1997).
No Pertanyaan Jawaban
N % Ya Tidak
1. Supervisi dilakukan 1 kali 11 100% P
perbulan
2. Alur supervisi dilakukan di 11 100% P

13
ruangan ini berjalan dengan baik
3. Hasil di supervisi disampaikan 11 100% P
kepada bidan
4. Ada umpan balik dari supervisor 11 100% P
untuk setiap tindakan

Keterangan :
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 17-18 Agustus menggunakan metode
kuesioner checklist dan wawancara diketahui bahwa metode supervisi yang digunakan
adalah dengan cara insidental dan tidak terjadwal atau secara informal karena alasan
keterbatasan waktu. Teknik supervisi yang dilakukan di ruangan tersebut adalah
supervisi langsung dengan pendekatan management supervision (supervisi dilakukan
oleh kepala ruangan) dan membahas tentang tindakan keperawatan di ruang nifas.
Bidan mengatakan supervisi dilakukan satu kali dalam satu bulan, bidan menyatakan
alur supervisi di ruangan sudah berjalan dengan baik. Bidan menyatakan bahwa hasil
supervisi disampaikan kepada bidan. Ada umpan balik dari supervisor untuk setiap
tindakan,. Dan dari hasil analisa diatas didapatkan bahwa sebagian besar bidan mulai
mengikuti dan memahami adanya supervisi ruangan dan supervisi sudah berjalan
dengan baik.

Ronde Kebidanan
Ronde kebidanan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan di ruang bidan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus tertentu. Ronde dilakukan oleh kepala
ruangan dan bidan associated yang melibatkan seluruh anggota tim, namun
pelaksanaan ronde kebidanan jarang dilakukan. Pasien merupakan fokus kegiatan,
bidan associated dan kepala ruangan melakukan diskusi, memfasilitasi kreatifitas dan
kepala ruangan membantu mengembangkan kemampuan bidan associated dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah kebidanan yang dilaksanakan oleh bidan, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan kebidanan. Akan tetapi pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh bidan associated dan kepala ruangan, dan perlu
juga melibatkan seluruh angota tim yang melibatkan ahli gizi, dokter, fisioterapi

14
No Pertanyaan Jawaban
N % Ya Tidak
1. Ronde kebidanan dilaksanakan di
ruangan bapak/ibu 11 100% P
2. Pelaksanaan ronde kebidanan
sudah dilaksanakan di ruangan ini 11 100% P
Keterangan :
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang nifas diperoleh hasil bahwa dalam
ruangan nifas belum dilaksanakan ronde kebidanan atau belum optimalnya
pelaksanaan ronde kebidanan, dikarenakan tidak ada kasus yang unik dan lama
perawatan di ruang wijaya kusuma.

Dokumentasi Kebidanan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek komunikasi,
proses kebidanan, standar kebidanan. Selain itu dokumentasi kebidanan juga sebagai
sarana komunikasi, acuan dalam menentukan biaya perawatan pasien, sebagai bahan
riset untuk pengembangan ilmu keparawatan dan lain sebagainya (Nursalam, 2014).
Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang
relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (Nursalam 2010).
Jawaban
No Pertanyaan
N % Ya Tidak
1. Tersedia format dokumentasi 11 100% P
keperawatan di ruangan
Format dokumentasi membantu 11 100% P
2. dalam kinerja bidan
3. Pendokumentasian setelah 11 100% P

15
dilakukan tindakan

Keterangan :
Berdasarkan hasil pengkajian dengan kuisioner didapatkan hasil bahwa bidan
mengatakan sudah tersedia format dokumentasi kebidanan diruangan. Bidan
mengatakan format dokumentasi membantu dalam kinerja bidan. Bidan mengatakan
pendokumentasian dilakukan setelah dilakukan tindakan. Dari hasil analisa diatas
didapatkan bahwa dokumentasi kebidanan sudah berjalan dengan baik dan sesuai
dengan prodedur pendokumentasian.

2.2.4 Money (M4-Money)


Tidak ada sumber dana khusus dari ruangan, segala keuangan diatur secara
pusat oleh Rumah Sakit
1. Anggaran pengadaan alat dan renovasi
Alur pengajuan anggaran pengadaan alat, Ruang nifas ini digabungkan kedalam
ruangan PONEK, VK dan Nifas RSUD dr.Soeroto Ngawi. Kemudian memberikan
daftar alat kepada bagian sarana dan prasarana Rumah Sakit.
2. Pendapatan karyawan
Setiap bulannya karyawan di ruangan mendapatkan gaji yang sesuai dengan status
karyawan yaitu :
a. PNS
Untuk pemberian gaji pada karyawan yang berstatus PNS disesuaikan
berdasarkan golongannya dan masa kerjanya
b. BLUD
Untuk pemberian gaji pada karyawan dengan status BLUD disesuaikan
dengan peraturan pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pegawai PNS dan BLUD yang ada
di Ruang nifas tentang kepuasan gaji yang diterima dengan beban kerja yang
dilakukan, sebagian besar menjawab merasa puas dengan gaji yang di dapatkan.
2.2.5 Mutu (M5 - Mutu)
1. BOR (Bed Occupacy Rate)
BOR yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satu tahun waktu tertentu(
Depkes RI. 2005 & Huffman 2009). Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.

16
Rumus : X 100%

Keterangan: TT = Tempat Tidur

BOR Ruang nifas tanggal 17 Agustus 2021


No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 15 (bed terisi 12) 80 % + 66,67 % + 73,3 %
12/15 X 100% = 80%
2 Sore 15 (bed terisi 10) 3
10/15 X 100% = 66,67%
3 Malam 15 (bed terisi 11) = 73,3 %
11/15 X 100% = 73,3%

BOR Ruang nifas 18 Agustus 2021


No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 15 (bed terisi 12) 80 % + 60 % + 60 %
12/15 X 100% = 80%
3
2 Sore 15 (bed terisi 9)
9/15 X 100% = 60% = 66,67 %
3 Malam 15 (bed terisi 9)
9/15 X 100% = 60%

Keterangan :

Dari pengkajian pada tanggal 17 – 18 Agustus 2021 didapatkan bahwa rata rata
BOR ruang nifas menunjukkan kategori baik 66,67 % (73,3 % + 66,67 %: 2 =
69,98 %). Menurut Depkes 2005 nilai ideal BOR adalah 60-85%. Menurut
Internasional nilai ideal BOR adalah 75-85%

2. ALOS (Average Long of Stay)


Menurut DEPKES RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indicator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum,
nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari.

17
ALOS berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 17 – 18 Agustus 2021
adalah sebagai berikut :
ALOS = Jumlah hari perawatan semua pasien yang akan dipulangkan
Jumlah pasien yang keluar (hidup / mati )

Rata-rata lama hari perawatan di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. Soeroto
Ngawi
Jumlah Pasien Jumlah Hari
Tanggal ALOS
Pulang Perawatan
17 Agustus
2 9 2,5
2021
25 Februari
3 12 4
2021
TOTAL 5 21 4,2
Keterangan :
Dari pengkajian pada tanggal 17 -18 Agustus 2021 didapatkan bahwa
rata rata ALOS ruang nifas 4,2
3. Mutu kebidanan
Penerapan beberapa parameter mutu di ruang nifas. Pengukuran pasien yang
digunakan di Ruang nifas adalah sebagai berikut :
a. Pasien safety
1) Medication eror (Kesalahan pengobatan)
Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat pasien, tidak tepat
obat, tidak tepat waktu pemberian, tidak tepat dosis obat, tidak tepat cara
pemberian dan tidak tepat dokumentasi tidak terjadi selama 2 hari periode bulan
Agustus, pemberian obat dilakukan secara benar sesuai indikasi yang diberikan
oleh dokter.
Rata-rata angka KTD pada tanggal 17 – 18 Agustus 2021di Ruang nifas
Tanggal
No Variabel
17 18 Total
1 Jumlah pasien yang terkena kejadian 0 0 0
tidak diharapkan dalam pemberian obat
a. Tidak tepat pasien
b. Tidak tepat obat
c. Tidak tepat waktu pemberian

18
d. Tidak tepat dosis obat
e. Tidak tepat cara pemberian
f. Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah pasien pada hari tersebut 12 12 24

0 0
Angka kejadian KTD = x 100 % x 100 %
12 12
= 0%
Rata-rata angka KNC pada tanggal 17 – 18 Agustus 2021di Ruang nifas
Tanggal
No Variabel
17 18 Total
1 Jumlah pasien yang terkena kejadian 0 0 0
tidak diharapkan dalam pemberian obat
a. Tidak tepat pasien
b. Tidak tepat obat
c. Tidak tepat waktu pemberian
d. Tidak tepat dosis obat
e. Tidak tepat cara pemberian
f. Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah pasien pada hari tersebut 12 12 24

0 0
Angka kejadian KNC = x 100 % x 100 %
12 12
= 0%
2) Kejadian flebitis
Rata-rata angka kejadian flebitis tanggal 17 – 18 Agustus 2021di Ruang nifas
Tanggal
No Variabel
17 18 Total
1 Jumlah kejadian flebitis
a. Mechanical 0 0 0
b. Bacterial
c. Chemical
2 Jumlah pasien beresiko flebitis 8 6 14
Tanggal 17 Agustus 2021

19
0 0
Angka kejadian flebitis = x 100 % x 100 %
4 8

0
=
8
Tanggal 18 Agustus 2021
0 0
Angka kejadian flebitis = x 100 % x 100 %
4 6

0
=
6

3) Kejadian decubitus
Rata-rata angka kejadian dekubitus tanggal 17 – 18 Agustus 2021 di Ruang nifas
Tanggal
No Variabel
17 18 Total
1 Jumlah kejadian dekubitus 0 0 0
2 Jumlah pasien beresiko dekubitus 0 0 0

0 0
Angka kejadian dekubitus = x 100 % x 100 % = 0 %
0 0

4) Angka kejadian resiko jatuh


Skala Morse Skor
Faktor Resiko Skor Pengkajian
Riwayat Jatuh Kurang dalam tiga bulan terakhir 25
Kondisi Lebih dari satu diagnosa penyakit 15
Kesehatan Tirah baring, butuh bantuan perawat 0
Kruk, tongkat, walker, kursi roda 15
Berpegangan pada almari, meja, kursi (furniture) 30
Terapi IV/ Terapi IV, terpasang infuse 20
Antikoagulan
Gaya Normal 0
berjalan/berpindah Lemah 10
Ada gangguan berjalan 20
Status mental Sadar dengan kemampuan sendiri 0
Sering lupa dengan keterbatasan dirinya/tidak 15
sadar
Total Skor
Kesimpulan : Skor 0-24 : Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
Skor 25-44 : Resiko Jatuh Sedang

20
Skor jatuh ≥ 45 : Resiko Jatuh Tinggi

Berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan bahwa tingkat kejadian resiko jatuh


pasien di Ruang nifas menunjukkan data sebagai berikut :
Responden Nilai Keterangan
1 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
2 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
3 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
4 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
5 30 Resiko Jatuh Sedang
6 30 Resiko Jatuh Sedang
7 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
8 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
9 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
10 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
11 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah
12 20 Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah

Keterangan :
Berdasarkan pengkajian diatas dapat diketahui bahwa dari 12 responden, 10
responden yang ”Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah” dan 2 responden
”Resiko Jatuh sedang”
b. Kepuasan pasien
Berdasarkan hasil pembagian kuisioner menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
pasien di Ruang nifas menunjukkan data sebagai berikut
SANGAT PUAS
NO JENIS PELAYANAN PUAS TIDAK PUAS
3 2 1
Ketanggapan petugas terhadap
1 pasien      
2 Keramahan petugas      
3 Kejelasan petugas dalam      
memberikan
penjelasan/informasi
4 Kecepatan pelayanan      
5 Kelengkapan saran dan prasarana      
6 Kenyamanan ruangan      
7 Kebersihan ruangan      

21
Ketersediaan informasi (leaflead,
8 brosur, poster)      

No Responden Nilai Keterangan


1 14 Puas
2 16 Puas
3 16 Puas
4 14 Puas
5 14 Puas
6 16 Puas
Keterangan :
Kurang puas :1–8
Puas : 9 - 16
Sangat puas : 17 – 24
Prosentase :
0 0
Kurang puas : × 100 %=0 % × 100 %=0 %
6 6
6 6
Puas : × 100 %=100 % × 100 %=100 %
6 6
0 0
Sangat puas : × 100 %=0 % × 100 %=0 %
6 6
Keterangan :
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 responden,
responden yang mengatakan ”puas” sejumlah 6 responden (100%)..

22
2.3 Analisa SWOT
Dari hasil pengkajian dilakukan analisis SWOT berdasarkan elemen penerapan model MAKP yang meliputi : M1 ; ketenagaan dan
Klien , M2 ; Material dan Machine , M3 ; Methode (Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Sentralisasi obat, Supervisi, Dischard
planning), M4 : Money, M5 : Mutu, Dokuementasi.
No Analisa SWOT” Faktor Sraregis” Bobot Rating Skor = Bobot x Rating
1. M1 (Ketenagakerjaan)
Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Jenis ketenagaan :
0,3 3 0,9 S–W
a) D4 Kebidanan : 6 orang
3–3
b) D3 Kebidanann : 5 orang
0
c) Tenaga non medis : 2 orang
2) Adanya pelatihan untuk bidan setiap 1 tahun atas ketentuan RS
0,3 3 0,9
3) Adanya sistem pengembangan staf berupa pelatihan sebanyak
0,4 3 1,2
100% bidan telah mengikuti pelatihan berupa : (PPI, Komunikasi
efektif, K3 dan Patient savety)
Total
1 9 3

23
Weakness
1) Kurangnya tenaga kebidanan dengan jenjang S1 1 3 3
Total 1 3 3
a. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang 0,2 2 0,4
lebih tinggi
2) Adanya mahasiswa S1 Keperawatan yang praktik di ruangan 0,2 3 0,6
WK/Nifas
3) Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik di ruangan WK 0,2 3 0,6
4) Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi Bidan
5) Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana MAKP 0,2 2 0,4
merupakan suatu penilaian 0,2 2 0,4
Total O–T
Treathened 1 12 2,4 2,4 – 2,4
1) Adanya persaingan global, khususnya dalam pelayanan 0
kebidanan 0,3 2 0,6
2) Tingginya kesadaran masyarakat akan kualitas, efektifitas,
efesiensi dalam pelayanan kebidanan. 0,2 3 0,6
3) Persaingan antara fasilitas kesehatan yang lain semakin ketat
4) Adanya pertanggungjawaban legalitas bagi pasien 0,3 2 0,6

24
Total 0,2 3 0,6
1 10 2,4
2. M2 (Sarana dan Prasarana)
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Tersedianya bidan/midwife station 0,2 3 0,6
2) Mempunyai peralatan medis dan semua bidan mampu 0,2 3 0,6
menggunakannya
3) Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien 0,2 2 0,4
dan tenaga kesehatan
4) Ruangan memiliki tempat pembuangan sampah yang terpisah 0,1 2 0,2
sampah non medis dan medis
5) Terdapat administrasi penunjang (misal : Buku injeksi, Buku 0,1 2 0,2
TTV, Buku visite, SOP, dll)
6) Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang 0,2 3 0,6 S –W
kesehatan sudah ada 2,6 – 2,5
Total 1 15 2,6 0,1
Weakness
1) Belum terpakainya sarana dan prasarana secara optimal 0,2 3 0,6
2) Nurse station belum termanfaatkan secara optimal 0,3 2 0,6
3) Belum adanya ruangan dokter 0,3 3 0,9

25
4) Ada beberapa ruangan yang menjadi satu fungsi 0,2 2 0,4
Total 1 10 2,5
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari bagian 0,5 2 1
pengadaan barang
2) Adanya program pelatihan atau seminar khusus tentang 0,5 2 1 O –T
pengoperasian alat 2–3
Total 1 4 2 -1
Treathened
1) Adanya persaingan mutu dan pelayanan antar fasilitas kesehatan 1 3 3
yang lain (klinik swasta)
Total 1 3 3
3. M3 (Methode)
MAKP
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Rumah Sakit memiliki visi, misi dan motto sebagai acuan 0,2 3 0,6
melaksanakan kegiatan pelayanan
2) Sudah ada Model MAKP yang digunakan 0,2 3 0,6
3) Mempunyai Protap/SOP setiap tindakan 0,1 2 0,2

26
4) Terlaksananya komunikasi yang adekuat : Bidan dan tim 0,1 2 0,2
kesehatan lain
5) Tingkat pendidikan paling rendah di ruangan adalah DIII 0,2 2 0,4
Kebidanan S–W
6) 100 % bidan mau menerapkan MAKP tim gabungan primer 0,2 2 0,4 2,4 – 3
Total 1 14 2,4 -0,6
Weakness
1) Pelaksanaan MAKP modifikasi belum optimal 0,5 3 1,5
2) Kurangnya jumlah tenaga primer yang membantu optimalisasi 0,5 3 1,5
penerapan model yang digunakan
Total 1 6 3
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Kepercayaan dari pasien dan masyarakat cukup baik 0,4 3 1,2
2) Adanya kerjasama dengan Rumah Sakit 0,3 2 0,6 O–T
3) Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisme 0,3 2 0,6 2,4 – 2,5
Total 1 7 2,4 -0,1
Treathened
1) Persaingan dengan fasilitas kesehatan yang lain 0,5 3 1,5
2) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal 0,5 2 1
Total 1 5 2,5

27
4. Penerimaan Pasien Baru
1. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Setiap ada pasien baru dilakukan pendokumentasian 0,5 4 2
2) Bidan mengatakan saat penerimaan pasien baru dilakukan 0,5 4 2 S-W
edukasi 3– 2,3
Total 1 8 4 0,7
Weakness
1) Edukasi belum memakai alat bantu seperti leaflet 0,4 2 0,8
2) Edukasi hanya secara lisan 0,3 3 0,9
3) Keterbatasan waktu saat me;akukan edukasi 0,3 2 0,6
Total 1 7 2,3
2. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Kerjasama yang baik antara bidan dan mahasiswa 0,5 3 1,5 O–T
2) Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,5 3 1,5 3– 3
keperawatan 0
Total 1 6 3
Treathened
1) Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan 1 3 3
pelayanan yang professional dan bermutu

28
Total 1 3 3
5 Sentralisasi obat
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Semua Bidan mengemukakan jawaban mengerti tentang 0,4 2 0,8
sentralisasi obat
2) Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi 0,3 3 0,9
obat.
3) Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh bidan yang 0,3 2 0,6 S–W
berkolaborasi dengan depo farmasi 2,3 – 2
Total 1 7 2,3 0,3
Weakness
1) Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal 0,5 1 1
2) Belum ada format persetujuan sentralisasi obat 0,5 1 1
Total 1 2 2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Kerjasama yang baik antara bidan dan mahasiswa 0,5 3 1,5
2) Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,5 3 1,5
keperawatan O–T
Total 1 6 3 3 – 2,5

29
0,5

Treathened
1) Adanya tuntutan akan pelayanan yang professional 0,5 3 1,5
2) Kurangnya kepercayaan pasien akan sentralisasi obat 0,5 2 1
Total 1 5 2,5
6. Supervisi
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Kepala ruang mendukung kegiatan supervisi dan peningkatan 0,3 3 0,9
mutu pelayanan perawatan pasca melahirkan
2) Memiliki jadwal tahunan terkait supervisi 0,4 3 1,2 S–W
3) Supervise telah dilaksanakan secara rutin 0,3 2 0,6 2,7 – 2
Total 1 8 2,7 0,7
Weakness
1) Kurangnya pelatihan dan sosialisasi tentang supervise 1 2 2
Total 1 2 2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,3 2 0,6
keperawatan

30
2) Adanya jadwal supervisi oleh kabid setiap bulan 0,3 3 0,9
3) Adanya teguran dari kepala ruangan bagi bidan yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik 0,4 2 0,8 O–T
Total 2,3 – 2
Treathened 1 7 2,3 0,3
1) Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang professional dan bermutu yang sesuai dengan 1 2 2
peningkatan biaya perawatan pasca melahirkan
Total
1 2 2
7 Timbang terima
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Operan merupakan kegiatan rutin dilakasanakan 3 kali sehari 0,2 3 0,6
2) Operan diikuti oleh semua bidan yang telah dan akan dinas 0,2 3 0,6
3) Operan dipimpin oleh kepala ruang 0,2 3 0,6
4) Adanya klarifikasi, tanya jawab dan validasi terhadap semua 0,1 2 0,2
yang di operkan
5) Selalu ada interaksi antara bidan dan pasien selama operan 0,1 3 0,3
6) Adanya buku khusus untuk pelaporan operan 0,1 2 0,2 S–W
7) Setelah dilaporkan, laporan di tanda-tangani oleh yang 0,1 2 0,2 2,7 – 2

31
bersangkutan 0,7
Total 1 18 2,7
Weakness
1) Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal, Terkadang 1 2 2
timbang terima belum dilakukan secara langsung melihat
keadaan klien (validasi keliling ke bed pasien)
Total 1 2 2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya mahasiswa profesi ners praktik manajemen keperawatan 0,4 2 0,8
2) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa profesi ners 0,3 2 0,6
dengan bidan ruang
3) Sarana prasarana cukup tersedia 0,3 2 0,6 O–T
Total 1 6 2 2 – 2,5
Treathened -0,5
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,5 2 1
mendapatkan pelayanan kebidanan yang professional
2) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan 0,5 3 1,5
tanggung gugat bidan sebagai pemberian asuhan kebidanan
Total 1 4 2,5

32
8 Discharge planning
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Adanya kemauan untuk memberikan pendidikan kesehatan 0,2 2 0,4
kepada pasien dan keluarga pasien
2) Memeberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga pasien saat 0,2 2 0,4
mau pulang
3) Bidan manggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien dan 0,2 3 0,6
keluarga pasien
4) Adanya pembagian tugas secara lisan tentang pelaksanaan 0,2 2 0,4 S–W
perencanaan pulang 2,2 – 2
5) Adanya pemahaman tentang perencanaan pulang oleh bidan 0,2 2 0,4 0,2
Total 1 11 2,2
Weakness
1) Pelaksaaan perencanaan pulang belum maksimal 0,3 2 0,6
2) Tidak tersedianya leaflet untuk saat melakukan perencanaan 0,3 2 0,6
pulang
3) Pemberian edukasi di lakukan secara lisan pada setiap pasien 0,4 2 0,8
akan pulang dan keluarga pasien

33
Total 1 6 2

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1) Adanya mahasiswa profesi ners praktik manajemen keperawatan 0,3 2 0,6
2) Adanya kerjasama antara perawat ruang dan mahasiswa profesi 0,3 2 0,6
ners
3) Kemauan pasien dan keluarga terhadap anjuran bidan 0,4 2 0,8 O–T
Total 1 6 2 2 – 2,3
Treathened -0,3
1) Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang 0,4 2 0,8
professional
2) Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,3 3 0,9
kesehatan
3) Perasaingan antar ruang yang ketat 0,3 2 0,6
Total 1 7 2,3
9 Ronde keperawatan
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Ruangan mendukung adanya kegiatan ronde kebidanan 0,5 3 1,5
2) Adanya mahasiswa profesi ners yang melakukan ronde 0,5 2 1 S–W

34
kebidanan 2,5 – 3
1 5 2,5 -0,5
Total
Weakness 1 3 3
1) Ronde kebidanan belum terlaksana secara optimal 1 3 3
Total

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity 0,5 2 1
1) Adanya pelatihan dan seminar tentang manajemen kebidanan 0,5 2 1 O–T
2) Adanya kesempatan dari kepala ruang untuk mengadakan ronde 2–3
kebidanan pada bidan dan mahasiswa praktik 1 4 2 -1
Total
Treathened 0,5 3 1,5
1) adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang baik 0,5 3 1,5
2) persaingan antar ruangan semakin kuat dalam pemberian
pelayanan 1 6 3
Total
10 Dokumentasi kebidanan
a. Internal Fraktor (IFAS)

35
Strength
1) Tersedianya sarana dan prasaran (administrasi penunjang) 0,3 2 0,6
2) Format pengkajian sudah ada memudahkan bidan untuk 0,3 2 0,6
mengisinya
3) Kelengkapan pengisian dokumentasi kebidanan oleh bidan sudah 0,2 2 0,4
baik
4) Dokumentasi kebidanan yang dilakukan meliputi pengkajian, 0,2 3 0,6
perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi yang S–W
menggunakan metode SOAP 2,2 – 2
Total 1 9 2,2 0,2
Weakness
1) Sistem pendokumentasi yang dilakukan secara manual 0,5 2 1
2) Dokumentasi tidak segera dilakukan tetapi kadang-kadang 0,5 2 1
dilengkapi saat pasien mau pulang atau apabila keadaan ruangan
memungkinkan
Total 1 4 2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya mahasiswa profesi ners praktek manajemen keperawatan 0,5 2 1
2) Adanya kerja sama antara mahasiswa dan bidan ruang 0,5 2 1
Total 1 4 2 O–T

36
Treathened 2–2
1) Adanya kesadaran pasien dan keluarga tentang tanggung gugat 0,5 2 1 0
dan tanggung jawab
2) Akreditasi rumah sakit tentang sistem dokumentasi 0,5 2 1
Total 1 4 2
11 M4 (Money)
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Dana operasional ruangan diperoleh dari Rumah Sakit 0,4 2 0,8
2) Dana fasilitas kesehatan diperoleh dari Rumah Sakit 0,2 2 0,4
3) Dana kesejahteraan atau kesehatan pegawai diperoleh dari 0,2 3 0,6
pemerintah provinsi
4) Sistem administrasi terpusar sehingga beban kerja petugas 0,2 2 0,4
ruangan berkurang S–W
Total 1 9 2,2 2,2 – 2,5
Weakness -0,3
1) Perhitungan jasa insentif untuk masing-masing profesi berbeda 0,5 2 1
berdasarkan tanggung jawabnya
2) Sistem administrasi terpusat sehingga petugas tidak mengetahui 0,5 3 1,5
secara rinci pendapatan dan pengeluaran yang di butuhkan oleh
ruangan

37
Total 1 5 2,5

b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T


Opportunity 2,5 – 3
1) Adanya koperasi di puskesmas sehingga menambah 0,5 2 1 -0,5
kesejahteraan 0,5 3 1,5
2) Proses penyelesaian administrasi yang mudah 1 5 2,5
Total
Treathened 1 3 3
1) Adanya tuntutan dan masyarakat untuk pelayanan yang lebih
professional 1 3 3
Total
12 M5 (Mutu)
a. Internal Fraktor (IFAS)
Strength
1) Berdasarkan hasil pembagian kuesioner menunjukkan bahwa 0,2 4 0,8
sebagian besar kepuasaan pasien terhadap pelayanan kesehatan di
rumah sakit menyatakan sangat puas dan puas.
2) Rata-rata BOR cukup baik 0,4 4 1,6
3) Adanya variasi karakteristik dari pasien (Umum, BPJS PBI dan 0,4 3 1,2

38
BPJS non PBI) S–W
Total 1 11 3,6 3,6 – 3
0,6

Weakness 1 3 3
1) Terdapat pasien yang kurang puas terhadap pelayanan 1 3 3

Total

b. Eksternal Faktor (EFAS) 0,5 3 1,5 O–T


Opportunity 3–2
1) Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,5 3 1,5 1
keperawatan 1 6 3
2) Kerjasama yang baik antara bidan dan mahasiswa
Total 0,5 2 1
Treathened 0,5 2 1
1) Adanya peningkatan standart masyarakat yang harus dipenuhi
2) Persaingan fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan 1 4 2
kebidanan
Total

39
40
2.4 Analisa SWOT
Dari hasil pengkajian dilakukan analisis SWOT berdasarkan elemen penerapan
model MAKP yang meliputi : M1 ketenagaan dan Klien, M2 Material, M3 Methode
(MAKP, Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Sentralisasi obat, Supervisi,
Dischard planning, Penerimaan pasien baru), M4 Money, M5 Mutu dan
Dokuementasi.
No Uraian IFAS EFAS
1. M1 – Ketenagaan 0 0
2. M2 – Sarana dan Prasarana 0,1 -1
3. M3 – MAKP -0,6 -0,1
4. M3 – Penerimaan Pasien Baru 0,7 0
5. M3 – Sentralisasi Obat 0,3 0,5
6. M3 – Supervisi 0,7 0,3
7. M3 – Timbang terima 0,7 -0,5
8. M3 – Discharge Planning 0,2 - 0,3
9. M3 – Ronde keperawatan -0,5 -1
10. M3 – Dokumentasi Kebidanan 0,2 0
11. M4 – Money -0,3 -0,5
12. M5 – Mutu 0,6 1

41
2.5 Diagram Layang

Keterangan :

No Uraian IFAS EFAS


M1 – Ketenagaan 0 0
M2 – Sarana dan Prasarana 0,1 -1
M3 – MAKP -0,6 -0,1
M3 – Penerimaan Pasien Baru 0,7 0,3
M3 – Sentralisasi Obat 0,3 0,5
M3 – Supervisi 0,7 0,3
M3 – Timbang terima 0,7 -0,5
M3 – Discharge Planning 0,2 -0,3
M3 – Ronde keperawatan -0,5 -1
M3 – Dokumentasi Kebidanan 0,2 0

42
M4 – Money -0,3 -0,5
M5 – Mutu 0,6 1

2.6 Identifikasi Masalah

No Identifikasi masalah Masalah


1. Ketenagaan (M1 - Man) Tidak ada masalah ketenagaan

2. Sarana dan Prasarana (M2 - Tidak ada masalah, sarana dan


Material) prasarana sudah memadai
3. Metode (M3 - Method) a. Belum ada leaflet saat edukasi pada
penerimaan pasien baru
b. Belum ada leaflet saat edukasi pada
discharge planning pasien pulang
c. Belum optimalnya pelaksanaan
ronde kebidanan
4. Pembiayaan dan Billing (M4 - Tidak ada masalah
Money)
5. Mutu (M5 - Mutu) Tidak ada masalah, sebagian besar
pasien/ keluarga pasien mengatakan
sudah puas dengan bidan

2.7 Prioritas Masalah


Teknik prioritas masalah yang digunakan disini adalah CARL yaitu tehnik yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif.
Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti kemampuan,
kemudahan, kesiapan, serta pengungkit. Semakin besar skor maka semakin besar maalahnya,
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode CARL untuk
menentapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola program menghadapi hambatan
dalam menyelesaikan masalah.
Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 – 5
Kriteria CARL tersebut memiliki arti :

1. C : Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana, dan peralatan)

43
2. A : Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak
didasarkan pada ketersediaan metode/cara/tehnologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan.
3. R : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan dan motifasi
4. L : Leverage yaitu seberapa besar berpengaruh yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian : C x A x R x L

No Daftar Masalah C A R L Total Nilai Urutan

M3 (Methode)
a. Penerimaan 4 2 4 5 160 II
Pasien Baru
1. b. Discharge 5 4 5 4 400 I
Planning
c. Ronde 4 3 5 2 120 III
Keperawatan

Daftar rumusan masalah berdasarkan prioritas adalah sebagai berikut :


1. Discharge planning : Perlunya leaflet pendidikan kesehatan untuk discharge
planning pasien pulang
2. Penerimaan pasien baru : Perlunya leaflet pendidikan kesehatan untuk penerimaan
pasien baru
3. Ronde keperawatan : ronde keperawatan belum terlaksana

44
BAB III
PERENCANAAN

3.1 STRATEGI PELAKSANAAN


3.1.1 M3 (METHOD)
A. Discharge Planning
1. Latar Belakang
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan
derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang
melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang ke kelompok lainnya. Discharge Planning adalah suatu proses
dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali
ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal
yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur
perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya
Berdasarkan hasil pengkajian dengan kuisioner didapatkan hasil bahwa
perawat mengatakan setiap pasien baru sudah dilakukan discharge planning dan
perawat mengatakan discharge planning sudah di dokumentasikan tetapi pada
saat pemberian pendidikan kesehatatan perawat tidak menggunakan leaflet dan
hanya diberikan pendidikan kesehatan tentang obat-obatan.
2. Masalah
Di ruang WK pada saat bidan melakukan pendidikan kesehatan tidak
menggunakan leaflet dan hanya diberikan pendidikan kesehatan tentang obat-
obatan.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah-masalah yang belum teratasi di ruang Wijaya
Kusuma

45
b. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasikan masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan bidan lainnya
4. Target
1) Pada saat pendidikan kesehatan perawat menggunakan leaflet
2) Pendidikan kesehatan tidak hanya membahas tentang obat-obatan
5. Program Kerja
a. Rencana Strategi
1) Membuat leaflet tentang beberapa penyakit tebanyak di ruangan
2) Menggunakan dan membagikan leaflet pada saat pendidikan kesehatan
3) Pendidikan kesehatan yang dilakukan kepada pasien pada saat discharge
planning tidak hanya tentang obat-obatan, tetapi bisa ditambah dengan
aktivitas, makanan, pola hidup dll yang dapat dilakukan pasien saat
dirumah.
B. Penerimaan pasien baru
1. Latar Belakang
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
yang komprehensif melibatkan pasien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi
mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai
dengan adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan
sejak masuk sampai pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan
sesuai standar maka besar kemungkinan akan menurunkan mutu suatu kualitas
pelayanan yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kepercayaan pasien
terhadap pelayanan suatu fasilitas kesehatan.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi bidan dalam
tekanan pelayanan kebidanan adalah dengan melakukan proses penerimaan pasien
baru sesuai standar dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal sehingga
mampu menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan pelayanan kebidanan
sekaligus lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan kebidanan
Berdasarkan hasil pengkajian dengan menggunakan kuisioner didapatkan
bahwa bidan mengatakan setiap pasien baru dilakukan pendokumentasian. Bidan
mengatakan saat penerimaan pasien baru dilakukan edukasi. Dari hasil analisa di

46
atas dapat disimpulkan penerimaan pasien baru sudah sesuai dengan prosedur
bahwa setiap ada pasien baru dilakukan pendokumentasian dan juga edukasi pada
masing masing pasien, tetapi edukasi tidak menggunakan alat bantu seperti leaflet,
hanya memberikan pendidikan kesehatan secara lisan saja dan tidak maksimal hal
ini dikarena keterbatasan waktu yang dimiliki perawat untuk melakukan tindakan
yang lain.
2. Masalah
Pada saat penerimaan pasien baru di ruang Wijaya Kusuma dilakukan
pendidikan kesehatan secara lisan dan tidak menggunakan leaflet.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penerimaan pasien baru diharapkan pasien baru mampu
melakukan adaptasi ruangan dengan lebih baik.
b. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan tentang orientasi ruangan
2) Menjelaskan tentang perawatan yang dilakukan oleh tim medis
3) Menjelaskan tentang medis ( DPJP, jadwal visite dokter dll)
4) Menjelaskan tentang tata tertib ruangan
4. Target
a. Pasien dan keluarga mampu beradaptasi dengan ruangan dengan baik
b. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang denah ruangan perawatan
c. Saat melakukan pendidikan kesehatan bidan menggunakan leaflet yang berisi
tentang SOP perawatan yang dilakukan tim medis, Dokter penanggung jawab
pasien, jadwal visite dokter, tata tertib ruangan dll.
5. Program Kerja
a. Rencana Strategi
1) Membuat leaflet yang dibutuhkan untuk edukasi pada saat penerimaan
pasien baru (leflet berisi tentang denah ruangan, SOP kebidanan yang
dilakukan tim medis, DPJP, jadwal visite dokter, tata tertib ruangan dll.)
2) Membagikan dan menggunakan leaflet saat melakukan edukasi

47
C. Ronde Kebidanan
1. Latar belakang
Ronde kebidanan merupakan suatu sarana bagi bidan untuk membahas
masalah kebidanan dengan melibatkan pasien dan seluruh tim kebidanan,
konsultan kebidanan diantaranya (dokter, ahli gizi, farmasi dan lain-lain). Selain
menyelesaikan masalah pasien, ronde kebidanan juga merupakan suatu proses
belajar bagi bidan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor. Kepekaan dengan cara berfikir kritis bidan akan tumbuh
dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori
secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde kebidanan yang
berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bidan ruangan
untuk berfikir secara kritis dalam peningkatan keperawatan secara profesional.
Dalam pelaksanaan ronde keperawatan juga akan terlihat kemampuan bidan
dalam melaksanakan kerjasama tim kesehatan yang lain guna untuk mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi pada pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di ruang Wijaya Kusuma
bahwa belum dilakukannya ronde kebidanan dikarenakan jadwal antara tim
kesehatan tidak sama dan kesulitan untuk mempertemukan dalam waktu yang
sama untuk dilakukan kegiatan ronde kebidanan
2. Masalah
Dalam ruangan Wijaya Kusuma belum dilaksanakan ronde kebidanan atau belum
optimalnya pelaksanaan ronde kebidanan, dikarenakan jadwal antara tim
kesehatan tidak sama dan kesulitan untuk mempertemukan dalam waktu yang
sama untuk dilakukan kegiatan ronde kebidanan.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Menyelesaikan masalah-masalah yang belum teratasi di ruang Wijaya Kusuma
b. Tujuan khusus
1) Mengidentifikasikan masalah yang belum teratasi
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat lainnya

48
4. Target
Ronde kebidanan dapat dilaksanakan dan berjalan sesuai dengan alur dan syarat
dilaksanakannya ronde kebidanan
5. Program kerja
a. Rencana strategi
1) Menentukan penanggung jawab ronde kebidanan
2) Menentukan pasien dan kasus yang akan dijadikan subjek dalam ronde
kebidanan
3) Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan (strategi dan materi)
4) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksaan ronde keperawatan
5) Melaksanakan ronde kebidanan secara bersama-sama dengan kepala ruang
dan tim kesehatan yang lainnya

49
3.2 PLAN OF ACTION
Indikator Penanggung
Masalah Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
1. Discharge Discharge planning 1) Membuat leaflet tentang beberapa 1) Leaflet sudah
planning: Perlunya terlaksana sesuai penyakit tebanyak di ruangan tersedia di ruangan
leaflet pendidikan dengan optimalsesuai 2) Menggunakan dan membagikan 2) Leaflet sudah
kesehatan untuk dengan prosedur leaflet pada saat pendidikan digunakan saat
discharge planning kesehatan pendidikan
pasien pulang 3) Pendidikan kesehatan yang kesehatan
dilakukan kepada pasien pada saat 3) Pasien dan
discharge planning tidak hanya keluarga mampu
tentang obat-obatan, tetapi bisa memahami tentang
ditambah dengan aktivitas, edukasi yang
makanan, pola hidup dll yang dapat diberikan
dilakukan pasien saat dirumah.

50
2. Penerimaan pasien Penerimaan pasien 1) Membuat leaflet yang dibutuhkan 1) Pasien dan
baru : Perlunya baru terlaksana sesuai untuk edukasi pada saat keluarga mampu
leaflet pendidikan dengan optimal sesuai penerimaan pasien baru beradaptasi dengan
kesehatan untuk dengan prosedur 2) Membagikan dan menggunakan baik di ruangan
penerimaan pasien leaflet saat melakukan edukasi 2) Leaflet sudah
baru tersedia di ruangan
3) Leaflet sudah
digunakan saat
edukasi
4) Pasien dan
keluarga mampu
memahami tentang
edukasi yang
diberikan
3. Belum optimalnya Ronde kebidanan 1) Menentukan pasien untuk dilakuka Ronde kebidanan
pelaksanaan ronde dapat dilaksanakan ronde kebidanan sudah terlaksana
kebidanan dan berjalan sesuai 2) Mempersiapkan ronde kebidanan bersama bidan di
dengan alur dan syarat 3) Melaksanakan ronde kebidanan ruangan dengan
yang dilaksanakannya (strategi dan materi) optimal
ronde kebidanan

51
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2005. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005. Jakarta

Doenges & Moor House.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian. Jakarta. EGC

Prof. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi daalam Praktik Keperawatan


Profesional.Edisi 2.Jakarta : Salemba Medika

_____________. 2010. Manajemen Keperawatan Aplikasi daalam Praktik Keperawatan


Profesional.Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika

_____________. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi daalam Praktik Keperawatan


Profesional.Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika

_____________. 2016. Manajemen Keperawatan Aplikasi daalam Praktik Keperawatan


Profesional.Edisi 5.Jakarta : Salemba Medika

52

Anda mungkin juga menyukai