PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu dan anak menjadi target utama dalam Tujuan pembangunan
Milenium (MDGs) tepatnya pada tujuan 4 dan tujuan 5 yaitu menurunkan angka
kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan ibu. Program Kesehatan ibu dan anak
menjadi sangat penting karena ibu dan anak merupakan unsur pembangun unsur
penting pembangunan.
Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka
kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian
neonatal 16 per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran tersebut
belum tercapai.
Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun2007 :
Angka kematian Ibu Hamil dan saat melahirkan masih mencapai 228/100.000
kelahiran hidup
1
B. Tujuan Pedoman
Pelayanan KegiatandidalamGedung
1. Pemeriksaan antenatal
2. Pemeriksaan Nifas
3. Bimbingan / konseling / KIE
4. Screening Faktor Resiko dan ResikoTinggi, Bumil,
Pelayanan Kesehatan
Nifas
Ibu
5. Surat Cuti
6. Rujukan Internal dan Eksternal
7. Audit Internal Kematian Ibu
2
1.Konseling/KIE
2.Pelayanan Medis
PelayananKesehatanR
3.Rujukan
emaja dan WUS
4.Pelayanan calon Penganten
D. Batasan Opersaional
3
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), yang dimulai sejak periode usia subur,
kehamilan, persalinan, nifas dan meneteki.
2) Upaya pelayanan kesehatan anak adalah upaya pemerintah dalam rangka
meningkatkan kesehatan anak untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, memiliki kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual,
emosional dan spiritual melalui upaya pemenuhan, peningkatan dan
perlindungan hak anak, mulai dari terwujudnya bayi lahir sehat dengan lahir
normal, mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal
sejak usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa.
3) Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya Pemerintah dalam
mengendalikan laju pertambahan penduduk dengan menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan
kontrasepsi dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui
pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dengan menggunakan
kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi, efek samping dan kegagalan.
E. Landasan Hukum
1.Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2.Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
3.Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang
ada di Puskesmas Nguter:
No Jabatan Kualifikasi
B. Distribusi Ketenagaan
5
Persalinan Sunarni AMd Keb DIII Kebidanan
Sri Asih Amd Keb DIII Kebidanan
Lien Marliani DI Kebidanan
Tri Rukmining R AMd Keb DIII Kebidanan
Suyanti AMd Keb DIII Kebidanan
Sri Lestari Amd Keb DIII Kebidanan
Ari Sarjiyanti Amd Keb DIII Kebidanan
Munawaroh AMd Keb DIII Kebidanan
Nuning Prihatin DI Kebidanan
Mafthukah Budiati Amd Keb DIII Kebidanan
Windarti Amd Keb DIII Kebidanan
6
AmdKeb DIII Kebidanan
16. DwiHastuti, AmdKeb
DIII Kebidanan
C. Jadwal kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan Program KIA, KB di Puskesmas Nguter
Dalam Gedung
No Pelayanan Hari Waktu
3 Pelayanan Immunisasi
Bayi dan Balita Rabu 07.00 – 14.00 WIB
4 Pelayanan KB
Implan Senin 07.00 – 14.00 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS
7
A. Denah Ruang
KM/WC Klinik CEMPAKA RuangKIA RuangGIGIRuang
- MTBS Pem.KM
UMUM
KM/WC
UGD
KM/WC
R. TUNGGU
LABORATORIUM Ruang Gudang OBATRuang FISIOTERAPI
SIMPUS / LO KET
OBAT Gizi-PKPR-Sanitasi
KM / W
KMC / WC
KM / KM
WC / WCImunisasi - POJOK Ruang
Ruang ASI
KB/ Post Partum
ANC-PNC Ruang
Persalinan
Ruang JAGA BIDAN-PERAWAT
KM
KM KM
LIMBAH CAIR
AULA KM
UKP/UKM
GUDANG
MUSHOLA
BANGSAL RANAP
GD. ALKES
BANGSAL RANAP
KM KM/WC
GD.NON MED
KU
Kantor Kapus UP
TU
KA TU
8
MEJA
MEJA TEMPAT TIDUR
KB troli
MEJA
TEMPAT TIDUR/
BED GYNEKOLOGI
MTBS
MEJA MEJA
C. STANDAR FASILITAS
10
Pelayanan MTBS Buku MTBS
Thermometer
Blangko MTBS
11
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
12
B. PELAYANAN KIA - MTBS
1. Petugas Penanggung jawab
Bidan
2. Perangkat Kerja
Tensi meter
Stetoskop
Spuit
3. Tatalaksana
Petugas melakukan pemanggilan pasien.
Petugas melakukan reidentifikasi nama dan tanggal lahir pasien
Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatkannya di rekam medis.
Pasien BAYI/BALITA akan diperiksa dulu dan diberi terapi sesuai MTBS
dan mencatatkannya di rekam medis.
Petugas mengisi blanko MTBS untuk pasien baru secara lengkap
13
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
14
KESELAMATAN PASIEN
Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum
melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama bapak
siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat ditanyakan
kepada penunggu/ pengantar pasien.
15
Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini.
Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.
Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
instruksi/ laporan.
Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.
Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/ laporan.
Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound
Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup misalnya :
UBRETID
S Situasi
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
16
Sampaikan masalah yang sedang terjadi
dan katakan penilaian anda.
R Rekomendasi
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound
Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
17
Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan.
Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima /
memberi instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:
a. Elektrolit Pekat
- KCL 7,46%
- Meylon 8,4%
- MgSO4 20%
- NaCl 3 %
b. Golongan Opioid
- Fentanil
- Kodein HCL
- Morfin HCl
- Morfin Sulfat
- Petidin HCl
- Sufentanil
c. Antikoagulan
- Heparin Natrium
- Enoksaparin Natrium
d. Trombolitik
- Streptokinase
e. Antiaritmia
- Lidokain
- Amiodaron
f. Insulin
g. Obat Hipoglikemia Oral
h. Obat Agonis Adrenergik
- Efinefrin
- Norefineprin
i. Anestetik Umum
- Propofol
- Ketamin
18
j. Kemoterapi
k. Obat Kontras
l. Pelemas Otot
- Suksinilkolin
- Rokuronium
- Vekuronium
m. Larutan Kardioplegia
n. Sound Alike Look Alike Drugs
a. menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
b. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yg tepat, dan
pasien yang tepat sebelum operasi, serta seluruh peralatan yang dibutuhkan
tersedia benar dan berfungsi.
c. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat
sebelum prosedur tim out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.
a. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah
Operator/orang yang akan melakukan tindakan.
b. Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.
19
e. Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam dan
jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.
f. Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau
penyisipan instrumen harus ditandai.
g. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan hasil
pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan elektronik atau
hasil test lainnya dan pastikan dengan catatan medis pasien dan gelang
identitas pasien.
h. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur
multipel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang).
Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan
dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien dianestesi di holding
area, time out yang dilakukan di ruang operasi sesaat sebelum incise pasien operasi
dan sign out setelah operasi selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign
in, time out dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator,
dokter anestesi, perawat.
20
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
22
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program KIA,KB
perlu diperhatikan keselamatan kerja petugas terkait dengan melakukan
minimalisasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Tujuan umum
23
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan
baik dan lancar.
2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.
Alat Keselamatan Kerja
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
25
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan
suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian
mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan
dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa
pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam
bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh
puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Kinerja pelaksanaan kegiatan KIA, KB dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan,tercapainya kegiatan sesuai indikator Pada pemeriksaan ibu hamil
yang baru pertama kali datang dengan standar 10 T
BAB IX
PENUTUP
26
Salah satu keistimewaan Program KIA,KB adalah salah satu program
esensial di puskesmas yang memiliki wilayah kerja. Oleh karena itu selain pelayanan
yang dilaksanakan di dalam gedung, dimana pasien datang ke puskesmas,
puskesmas menyelenggarakan pula kegiatan luar gedung, yakni petugas
puskesmas melakukan kegiatan di wilayah kerja seperti di lokasi desa, padukuhan,
posyandu, sekolah dan lain-lain.
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas KIA,KB dan lintas Program terkait dalam
pelaksanaan kegiatan dengan tetap memperhatikan panduan tersebut.
27