Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu dan anak menjadi target utama dalam Tujuan pembangunan
Milenium (MDGs) tepatnya pada tujuan 4 dan tujuan 5 yaitu menurunkan angka
kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan ibu. Program Kesehatan ibu dan anak
menjadi sangat penting karena ibu dan anak merupakan unsur pembangun unsur
penting pembangunan.

Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka
kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian
neonatal 16 per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran tersebut
belum tercapai.
Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun2007 :

 Angka kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran


hidup
 Angka kematian Bayi 26,9 kematian/1000 kematian hidup
 Angka kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup

 Angka kematian Ibu Hamil dan saat melahirkan masih mencapai 228/100.000
kelahiran hidup

Padahal sasaran pembangunan menetapkan 2015 angka tersebut harus ditekan


hingga mencapai 102 kematian/100.000 kelahiran hidup. Oleh sebab itu, program
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI, AKN, AKB, dan
AKBAL.

1
B. Tujuan Pedoman

Tujuan Umum menurunkan angka kematian Anak dan meningkatkan


Kesehatan ibu.
Tujuan Khusus untuk menjadi acuan bagi seluruh aktifitas pelayanan Program
KIA,KB yang dilaksanakan di Puskesmas Nguter, sehingga pada akhirnya
pelayanan Program KIA, KB dapat mendukung pencapaian Standar Pelayanan
Minimal (SPM).

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak meliputi :

Pelayanan KegiatandidalamGedung

1. Pemeriksaan antenatal
2. Pemeriksaan Nifas
3. Bimbingan / konseling / KIE
4. Screening Faktor Resiko dan ResikoTinggi, Bumil,
Pelayanan Kesehatan
Nifas
Ibu
5. Surat Cuti
6. Rujukan Internal dan Eksternal
7. Audit Internal Kematian Ibu

1. Pemeriksaan kesehatan neonatal, bayi, anak balita


dan anak prasekolah
2. Imunisasi
3. Screening KIPI
Pelayanan Kesehatan 4. MTBM dan MTBS
Anak 5. Pemantauan tumbuh kembang anak (SDIDTK).
6. Konseling / KIE
7. Auiditkematianbayidanbalita
8. Rujukan

2
1.Konseling/KIE
2.Pelayanan Medis
PelayananKesehatanR
3.Rujukan
emaja dan WUS
4.Pelayanan calon Penganten

1. Pelayanan dan konseling KB , masa pra


Menopause
2. Pelayanan KB (IUD, implant, suntik, pil, kondom)
3. Pelayanan efek samping dan komplikasi
4. Penyuluhan
5. Pelayanan dan konseling pada calon pengantin
Pelayanan Keluarga
wanita, masa prahamil dan masa antara dua
Berencana (KB)
kehamilan
6. Pelayanan IVA dan Papsmear
7. Rujukan

PelayananImunisasi 1. Pelayanan imunisasi dasar lengkap


2. Pelayanan imunisasi Booster
Keterangan:
4T : Terlau Tua, Terlalu Muda, Terlalu Sering, Terlalu dekat
Unmetneed : Calon akseptor yang menjadi sasaran KB tetapi belum mengikuti KB
Pelayanan ANC,PNC,KB dilaksanakan di ruang KIA KB.
Untuk pelayanan pasien TT calon penganten dilayanai di Ruang KIA KB
dulu ,kemudian berkolaborasi dengan laborat untuk melakukan test kehamilan, dan
untuk immunisasi TT dilayani di ruang Immunisasi, Pelayanan MTBS di ruang KIA

D. Batasan Opersaional

1) Upaya pelayanan kesehatan ibu adalah upaya pemerintah dalam rangka


meningkatkan kesehatan wanita yang berkaitan dengan fungsi keibuannya
untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dan akselerasi

3
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), yang dimulai sejak periode usia subur,
kehamilan, persalinan, nifas dan meneteki.
2) Upaya pelayanan kesehatan anak adalah upaya pemerintah dalam rangka
meningkatkan kesehatan anak untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, memiliki kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual,
emosional dan spiritual melalui upaya pemenuhan, peningkatan dan
perlindungan hak anak, mulai dari terwujudnya bayi lahir sehat dengan lahir
normal, mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal
sejak usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa.
3) Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya Pemerintah dalam
mengendalikan laju pertambahan penduduk dengan menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan
kontrasepsi dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui
pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dengan menggunakan
kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi, efek samping dan kegagalan.

E. Landasan Hukum
1.Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2.Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
3.Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Upaya Kesehatan

Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang
ada di Puskesmas Nguter:

No Jabatan Kualifikasi

1 Koordinator Bidan Pendidikan minimal DIII Kebidanan


2 Pelayanan Keluarga Pendidikan minimal DIII Kebidanan
Berencana
3 Pelayanan Immunisasi Pendidikan minimal DIII Kebidanan
4 Pelayanan GIZI Pendidikan minimal DIII Kebidanan
5 Pelayanan Kesehtan Ibu dan Pendidikan minimal DIII Kebidanan
anak
6 Bidan Desa Pendidikan minimal DIII Kebidanan

B. Distribusi Ketenagaan

Penanggung jawab program Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga


Berencana dan latar belakang profesinya adalah sebagai berikut:

No Jabatan Nama Realisasi Ket.

1 Koordinator Maryati, Amd.Keb DIII Kebidanan


Bidan
2 Kesehatan Maryati AMd Keb DIII Kebidanan
Ibu dan Yulis Rahayu W Amd Keb DIII Kebidanan
Anak, Satiyem Amd Keb DIII Kebidanan
MTBS, KB Ginah AMd Keb DIII Kebidanan
& Imunisasi, Sri Hartati AMd Keb DIII Kebidanan

5
Persalinan Sunarni AMd Keb DIII Kebidanan
Sri Asih Amd Keb DIII Kebidanan
Lien Marliani DI Kebidanan
Tri Rukmining R AMd Keb DIII Kebidanan
Suyanti AMd Keb DIII Kebidanan
Sri Lestari Amd Keb DIII Kebidanan
Ari Sarjiyanti Amd Keb DIII Kebidanan
Munawaroh AMd Keb DIII Kebidanan
Nuning Prihatin DI Kebidanan
Mafthukah Budiati Amd Keb DIII Kebidanan
Windarti Amd Keb DIII Kebidanan

3 Pelayanan Sri Lestari, Amd.Keb DIII Kebidanan


Immunisasi
4 Pelayanan Maridi, Amd.Gz DIII Gizi
Gizi Suparjono DI Gizi
5 Pelayanan Ginah, Amd.Keb DIII Kebidanan
KIA
6 Bidan Desa 1. Marni, Amd.Keb DIII Kebidanan
2. Ninuk Sri Murni, Amd.Keb DIII Kebidanan
3. Sri Mulyani, Amd.Keb DIII Kebidanan
4. Evita Maya RP, Amd.Keb DIII Kebidanan
5. Nika Ari Kusmiran, Amd.Keb DIII Kebidanan
6. Budi Hastuti, Amd.Keb DIII Kebidanan
7. Devi DwiSukeksi, Amd.Keb DIII Kebidanan
8. Rina Tri Yuwanti, Amd.Keb DIII Kebidanan
9. ViviDhania Amd.Keb DIII Kebidanan
10. Sriyanti, Amd.Keb DIII Kebidanan
11. Sri Lestari, Amd.Keb DIII Kebidanan
12. Sri Wahyuni, Amd. Keb DIII Kebidanan
13. Fatikha NS, Amd. Keb DIII Kebidanan
14. Istiyani, Amd. Keb DIII Kebidanan
15. Ari Kusumaningtyas,

6
AmdKeb DIII Kebidanan
16. DwiHastuti, AmdKeb
DIII Kebidanan

C. Jadwal kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan Program KIA, KB di Puskesmas Nguter

Dalam Gedung
No Pelayanan Hari Waktu

1 Pemeriksaan Kehamilan Selasa ( Hamil Normal) 07.00 – 14.00 WIB


Kamis ( Resti)
2 Management Terpadu Senin s/d Kamis 07.00 – 14.00 WIB
Balita Sakit ( MTBS ) Jum’at 07.00 –11.00 WIB
Sabtu 07.00 – 12.30 WIB

3 Pelayanan Immunisasi
Bayi dan Balita Rabu 07.00 – 14.00 WIB

Calon pengantin Senin s/d Kamis 07.00 – 14.00 WIB


Jum’at 07.00 –11.00 WIB
Sabtu 07.00 – 12.30 WIB

4 Pelayanan KB
Implan Senin 07.00 – 14.00 WIB

IUD Rabu 07.00 – 14.00 WIB

Pil, Kondom, Suntik Senin s/d Kamis 07.00 – 14.00 WIB


Jum’at 07.00 –11.00 WIB
Sabtu 07.00 – 12.30 WIB
5 Pelayanan Surat Rujukan Senin s/d Kamis 07.00 – 14.00 WIB
dan Surat Cuti Jum’at 07.00 –11.00 WIB
Sabtu 07.00 – 12.30 WIB

BAB III
STANDAR FASILITAS
7
A. Denah Ruang
KM/WC Klinik CEMPAKA RuangKIA RuangGIGIRuang
- MTBS Pem.KM
UMUM
KM/WC
UGD
KM/WC
R. TUNGGU
LABORATORIUM Ruang Gudang OBATRuang FISIOTERAPI
SIMPUS / LO KET
OBAT Gizi-PKPR-Sanitasi

TB/KUSTA Imunisasi / vaksin

KM / W
KMC / WC
KM / KM
WC / WCImunisasi - POJOK Ruang
Ruang ASI
KB/ Post Partum
ANC-PNC Ruang
Persalinan
Ruang JAGA BIDAN-PERAWAT
KM

KM KM

LIMBAH CAIR

AULA KM
UKP/UKM

GUDANG
MUSHOLA

BANGSAL RANAP

GD. ALKES
BANGSAL RANAP
KM KM/WC

GD.NON MED

KU

Kantor Kapus UP
TU

KA TU

B. Denah Ruang Pelayanan KIA, KB


DAPUR

8
MEJA
MEJA TEMPAT TIDUR

RUANG KIA - MEJA

KB troli

MEJA
TEMPAT TIDUR/

BED GYNEKOLOGI

RUANG KIA - MEJA

MTBS
MEJA MEJA

C. STANDAR FASILITAS

D. Fasilitas Sarana prasarana


Kegiatan Sarana-prasarana Permenkes Realisasi
9
Pelayanan Pemeriksaan  Stetoscop
Kehamilan  Tensimetr
 Timbangan
 Tinggi Badan
 Doppler
 Lingkaran kehamilan
 Buku KIA
 Leaflet
 USG
 LILA
 Jangkar Panggul
 Hamer Patela
 Tempat tidur
 Handscoon
Pelayanan persalinan  Partus Set
 Handscoon
 Uterotonika
 Infus set
 Resusitasi set
 Lampu sorot
 Doppler
 Tensimeter
 Stetoscop
 Tempat tidur
 Timbangan Bayi
Pelayanan dan konseling  Tensimeter
Keluarga berencana  Stetoskop
 Timbangan
 leaflet
 Lembarbalik
 IUD set
 Implant set
 Alat kontrasepsi
 Spuit
 Handscoon
 Lampusorot
 Model Alat Kontrasepsi
 Form KB
 Tempat tidur
 Bed Gynekologi
Pelayanan Imunisasi  Leaflet
 Spuit
 Vaksin
 Timbangan Bayi
 handscoon

10
Pelayanan MTBS  Buku MTBS
 Thermometer
 Blangko MTBS

11
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN KB- ANC/PNC


1. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
 Stetoskop Laennec
 Thermometer
 KB set
 Pita pengukur
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan reidentifikasi nama dan tanggal lahir pasien
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatkannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan kondisi
kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin
atau obat lainnya.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi.
Bila memerlukan imunisasi, maka calon pengantin akan diberi imunisasi
dan diarahkan ke pelayanan Imunisasi

12
B. PELAYANAN KIA - MTBS
1. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Spuit
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan reidentifikasi nama dan tanggal lahir pasien
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatkannya di rekam medis.
 Pasien BAYI/BALITA akan diperiksa dulu dan diberi terapi sesuai MTBS
dan mencatatkannya di rekam medis.
 Petugas mengisi blanko MTBS untuk pasien baru secara lengkap

13
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka


perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui
perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan
pemegang program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan
logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan
dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis
Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB VI

14
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:

1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR


Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:

a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien


dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat, tranfusi darah atau
produk lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien

Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang


disesuaikan dengan tanda pengenal resmi. Pengecualian prosedur identifikasi dapat
dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan pasien di UGD.

Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:

 Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal  lahir sebelum
melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama bapak
siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
 Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat ditanyakan
kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


    Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:

a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –


Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.

15
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi
pasien terkini.
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.

b.   Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali

 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
instruksi/ laporan.
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.
 Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/ laporan.
 Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound
Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup  misalnya :
UBRETID
S Situasi

Saya menelepon tentang (nama pasien,


umur, dan lokasi)………….

Masalah yang ingin disampaikan…..

Tanda- tanda vital :

B Background/ latar belakang

Status mental pasien :

Kulit:…

Alat Bantu…

A Assesment/ Penilaian

16
Sampaikan masalah yang sedang terjadi
dan katakan penilaian anda.

R Rekomendasi

Apakah (katakan apa yang ingin


disarankan)

Apakah diperlukan pemeriksaan


tambahan?

Jika ada perubahan tatalaksana,


tanyakan…

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah :

1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%

2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound

     Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan  kedengarannya mirip.

Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:

 Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan


yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
 NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali  di Unit
Perawatan Intensif (ICU).
 Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan
bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas
yang diberi wewenang.
 Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan
“High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker yang
dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”
 Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.

17
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan.
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima /
memberi instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:

a. Elektrolit Pekat
- KCL 7,46%
- Meylon 8,4%
- MgSO4 20%
- NaCl 3 %
b. Golongan Opioid
- Fentanil
- Kodein HCL
- Morfin HCl
- Morfin Sulfat
- Petidin HCl
- Sufentanil
c. Antikoagulan
- Heparin Natrium
- Enoksaparin Natrium
d. Trombolitik
- Streptokinase
e. Antiaritmia
- Lidokain
- Amiodaron
f. Insulin
g. Obat Hipoglikemia Oral
h. Obat Agonis Adrenergik
- Efinefrin
- Norefineprin
i. Anestetik Umum
- Propofol
- Ketamin

18
j. Kemoterapi
k. Obat Kontras
l. Pelemas Otot
- Suksinilkolin
- Rokuronium
- Vekuronium
m. Larutan Kardioplegia
n. Sound Alike Look Alike Drugs
  

4. KEPASTIAN KETEPATAN: TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT


PASIEN OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi:

a. menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
b. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yg tepat, dan
pasien yang tepat sebelum operasi, serta seluruh peralatan yang dibutuhkan
tersedia benar dan berfungsi.
c. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat
sebelum prosedur tim out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.

Prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasI :

a. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah
Operator/orang yang akan melakukan tindakan.
b. Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.

c. Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan ke


ruang di mana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan
sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat pre-medikasi.
d. Tanda berupa “X” dititik yang akan dioperasi.

19
e. Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam dan
jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.
f. Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau
penyisipan instrumen harus ditandai.
g. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan hasil
pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan elektronik atau
hasil test lainnya dan pastikan dengan  catatan medis pasien dan gelang
identitas pasien.
h. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur
multipel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang).

Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:

 Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)


 Kasus intervensi seperti kateter jantung
 Kasus yang melibatkan gigi
 Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen
Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat
dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan warna kulit gelap,
boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas
terlihat, misalnya warna merah.

Check list keselamatan pasien operasi

Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan
dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien dianestesi di holding
area, time out yang dilakukan di ruang operasi sesaat sebelum incise pasien operasi
dan sign out setelah operasi selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign
in, time out dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator,
dokter anestesi, perawat.

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:

20
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:

 Sebelum kontak dengan pasien


 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Ada 2 cara cuci tangan yaitu :

1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik


2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Alat Pelindung Diri

Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :

1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

22
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program KIA,KB
perlu diperhatikan keselamatan kerja petugas terkait dengan melakukan
minimalisasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.

Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan


karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya


pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di
puskesmas.

Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk


meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat sekita.

Tujuan umum

23
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan
baik dan lancar.

2. Tujuan khusus

a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.
Alat Keselamatan Kerja

1. Pemadam kebakaran (hidrant)


2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk


memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

25
Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan
suatu sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur
dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian
mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan
dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa
pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam
bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh
puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Kinerja pelaksanaan kegiatan KIA, KB dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan,tercapainya kegiatan sesuai indikator Pada pemeriksaan ibu hamil
yang baru pertama kali datang dengan standar 10 T

BAB IX

PENUTUP

26
Salah satu keistimewaan Program KIA,KB adalah salah satu program
esensial di puskesmas yang memiliki wilayah kerja. Oleh karena itu selain pelayanan
yang dilaksanakan di dalam gedung, dimana pasien datang ke puskesmas,
puskesmas menyelenggarakan pula kegiatan luar gedung, yakni petugas
puskesmas melakukan kegiatan di wilayah kerja seperti di lokasi desa, padukuhan,
posyandu, sekolah dan lain-lain.

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas KIA,KB dan lintas Program terkait dalam
pelaksanaan kegiatan dengan tetap memperhatikan panduan tersebut.

27

Anda mungkin juga menyukai