Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AUDIT KEUANGAN

Nama Kelompok :
• Ni Luh Putu Cahya Kurnia Dwiyanti (20101072)
• Nanda Siti Meliasari (20103002)
• Melinda Saprianti (20103037)
• Nadilla Zulfatikah ( 20104077)
• Devi Saskia Saputri (20103138)

INSTITUT BISNIS DAN TEKNOLOGI INDONESIA


TAHUN 2022
Mengidentifikasi Risiko Bawaan, Menilai Risiko Bawaan, Dan Penentuan
Risiko Yang Signifikan

1. Skeptisme Profesional
Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam melakukan
penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan
dinilai selama proses audit, maka skeptisme professional harus digunakan selama proses
tersebut. Skeptisme merupakan manifestasi dari obyektivitas. Skeptisme tidak berarti bersikap
sinis, terlalu banyak mengkritik, atau melakukan penghinaan. Auditor menerapkan sikap
skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur audit,
dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuasive yang hanya didasarkan pada
kepercayaan bahwa manajemen dan pihak terkait bersikap jujur dan mempunyai integritas.
Dalam proses Audit tahap skeptisisme ini di perlukan saat Auditor menerapkan sikap skeptisme
profesional di saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur audit, dengan tidak cepat
puas dengan bukti audit yang kurang persuasive yang hanya didasarkan pada kepercayaan
bahwa manajemen dan pihak terkait bersikap jujur dan mempunyai integritas.

Contoh penerapan sikap skeptisisme professional :


 Ketika menilai penerimaan perikatan
Pada tahap ini auditor harus mempertimbangkan apakah manajemen klien audit yang
dituju bertindak dengan integritas dan apakah ada hal-hal yang dapat berdampak pada
kemampuan auditor untuk bertindak dengan skeptisisme profesional jika mereka menerima
perikatan, seperti ancaman etis terhadap objektivitas.
 Saat melakukan prosedur penilaian risiko
Auditor harus bersikap skeptis saat melakukan prosedur penilaian risiko pada tahap
perencanaan audit. Misalnya, ketika mendiskusikan hasil prosedur analitis dengan manajemen,
auditor tidak boleh menerima penjelasan manajemen pada nilai nominal, dan harus memperoleh
bukti yang menguatkan untuk penjelasan yang ditawarkan.
 Ketika memperoleh bukti audit
Auditor harus siap untuk menantang manajemen, terutama pada hal-hal yang
kompleks dan subyektif dan hal-hal yang memerlukan tingkat pertimbangan yang harus
diterapkan oleh manajemen. Keandalan dan kecukupan bukti harus dipertimbangkan, terutama
jika terdapat risiko penipuan. Mungkin juga terdapat masalah spesifik yang timbul selama audit
yang berdampak pada skeptisisme profesional - misalnya, jika manajemen menolak permintaan
auditor untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga. Auditor harus mempertimbangkan seberapa
besar kepercayaan dapat diberikan atas bukti yang diperoleh dari manajemen - misalnya, bukti
dalam bentuk permintaan keterangan dengan manajemen atau representasi tertulis yang
diperoleh dari manajemen.
 Ketika mengevaluasi bukti
Auditor harus menilai bukti audit secara kritis dan waspada terhadap bukti
kontradiktif yang dapat merusak kecukupan dan kesesuaian bukti yang diperoleh. Dengan
adanya sikap skeptisisme professional dalam melaksakan audit itu dapat membuat suatu upaya
untuk meningkatkan kualitas audit. Dikarenakan dengan bersikap skeptis, maka auditor akan
lebih ber inisiatif untuk mencari informasi-informasi dengan lebih lanjut. Dan, jika para auditor
lebih memiliki inisiatif untuk mencari informasi-informasi lebih lanjut itu akan lebih
mempermudah auditor dalam menentukan suatu keputusan yang harus diambil.
Skeptisme Profesional adalah kewajiban auditor untuk menggunakan dan
mempertahankan skeptisme profesional, sepanjang periode penugasan. Terutama
kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan. Berikut beberapa hal yang bisa
dilakukan :

KEWASPADAAN PROFESIONAL
1. Sadari, manajemen selalu bisa membuat kecurangan
• Manajemen berada dalam posisi meniadakan (override) pengendalian intern
yang baik.
• Anggota tim audit harus mengesampingkan keyakinan/kepercayaan mereka
bahwa manajemen jujur dan punya integritas, sekalipun pengalaman dalam
audit yang lalu menunjukkan mereka jujur dan punya integritas.

2. Sikap berpikir yang senantiasa mempertanyakan


• Buat penilaian kritis (critical assessments) tentang sah atau validnya bukti yang
diperoleh.

3. Waspada
• Apakah bukti audit bertentangan dengan atau mempertanyakan keandalan ?
• Dokumen dan tanggapan terhadap pertanyaan auditor ?
• Semua informasi lain yang diperoleh dari manajemen ?

4. Terapkan kehati-hatian
Jangan :
• Abaikan/sepelekan situasi aneh/luar biasa;
• Menggeneralisasi kesimpulan mengenai pengamatan audit;
• Gunakan asumsi keliru dalam menentukan sifat, waktu pelaksanaan, dan
luasnya prosedur audit dan dalam mengevaluasi hasil/temuannya;
• Terima bukti audit yang kurang persuasif, dengan harapan/ kepercayaan
manajemen jujur dan punya integritas.
• Terima representasi dari manajemen sebagai subtansi/pengganti dari bukti audit
yang cukup dan tepat yang seharusnya diperoleh.

2. Mengidentifikasi Resiko Bawaan


Cara paling efektif untuk mencegah terlewatinya faktor risiko yang relevan adalah
dengan membuat identifikasi risiko sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pemahaman entitas. Memahami entitas juga bermanfaat ketika auditor mengidentifikasi
dan kemudian menanggapi skenario kemungkinan terjadinya kecurangan Management
override selalu berpeluang terjadi. Dan jika terjadi, kecurangan ini disembunyikan,
khususnya dari auditor.
Langkah Mengindetifikasi Resiko
Langkah 1 Kumpulkan Informasi dasar tentang entitas
Langkah pertama yang dilakukan ialah memperoleh pemahaman atau kerangka acuan
untuk merancang prosedur penilaian risiko
Langkah 2 – Rancang, laksanakan, dan dokumentasikan prosedur penilaian
risiko
Kegiatan / prosedur penilaian risiko harus dilakukan agar :
● Sumber risiko salah saji yang material dapat diidentifikasi;
● Pemahaman yang tepat mengenai entitas, bisa diperoleh;
● Bukti-butki audit yang menjadi pendukung, bisa diperoleh.
1. Dengan pemahaman dasar tentang entitas yang diperoleh dalam langkah 1
diatas, rancang dan laksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait.
2. Lakukan pertemuan dengan anggota tim audit mengenai kerentanan laporan
keuangan terhadap salah saji yang material.
3. Tanyakan kepada manajemen bagaimana mereka mengidentifikasi dan
mengelola faktos risiko, khususnya , dan faktor risiko apa yang sudah mereka
identifikasidan kelola. Juga Tanya manajemen apakah kesalahan atau
kecurangan betul-betul terjadi (dalam tahun berjalan).
4. Dokumentasikan semua faktor risiko yang ddiidentifikasi.
Langkah 3 – Hubungan risiko yang diidentifikasi dengan area laporan keuangan
Untuk setiap faktor risiko (penyebab risiko) yang diidentifikasi, tentukan dampak yang
bisa terjadi pada laporan keuangan.
1. Identifikasi saldo akun, jenis transaksi, dan disclosures yang material dalam
laporan keuangan.
2. Hubungan atau petakan risiko yang diidentifikasi ke area tertentu dalam
laporan keuangan disclosures, dan asersi yang dipengaruhi. Jika risiko yang
diidentifikasi berdifat pervasive, hubungkan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan. Identifikasi dampak risiko menurut area dalam laporan
keuangan; ini akan membantu penilaian risiko di tingkat asersi.
3. Identifikasi dampak rrisiko pervasif akan membantu penilaian risiko di
tingkat laporan keuangan.

3. Mendokumentasikan Proses Identifikasi Risiko


Auditor harus menggunakan kearifan profesionalnya mengenai bagaimana ia
mendokumentasikan proses identifikasi risiko. Mengikuti ketiga langkah itu,
dokumentasinya terdiri atas; informasi mengenai entitas, prosedur penilaian risiko, dan
menghubungkan risiko yang diidentifikasi dengan kemungkinan kesalahan dan
kecurangan dalam laporan keuangan.
Mendokumentasikan Proses Identifikasi Risiko
Informasi mengenai entitas
Dokumentasikan informasi yang diperoleh dibawah judul yang tepat seperti tujuan
entitas, factor eksternal, sifat entitas, dan seterusnya. Dokumentasinya bisa berbeda
untuk setia klien, mulai yang sederhana sampai yang kompleks. Dokumentasi ini bisa
berisi :
- Informasi yang disiapkan klien, seperti rencana dan analisis bisnis;
- Data eksternal, seperti laporan industry, komunikasi staf intern, kebijakan dan
prosedur entitas.
- Korespondensi yang relevan, seperti dengan kantor lain ( hokum, regulator, dan
lain-lain), dan dalam berbagai bentuk (emails, laporan konsultan,memo);
- Daftar penguji (checklists) lazim dibuat KAP.

Prosedur penilaian risiko


Dokumentasikan rincian prosedur penilaian yang dilaksanakan . ini bisa meliputi :
- Diskusi di antara anggota audit tentang kerentanan laporan keuangan entitas
terhadap salah saji yang material karena kesalahan maupun kecurangan;
- Risiko salah saji material di tingakt laporan keuangan dan di tingkat asersi, yang
diidentifikasi maupun yang dinilai.

Menghubungkan risiko dengan kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan


Dokumentasikan saldo akun, jenis transaksi, dan disclosures yang material dalam
laporan keuangan dan kemudian, untuk setiap sumber risiko yang diiddentifikasi, beri
tanda apakah sifatnya :
- Pervasive terhadap laporan keuangan secara keseluruhan; atau
- Terbatas pada area, disclosures, dan asersi tertentu dalam laporan keuangan.

4. Penilaian Risiko Oleh Entitas


Dalam entitas yang lebih kecil, proses penilaian risiko bersifat informal dan tidak
terstruktur. Risiko dalam entitas yang lebih kecil seringkali diakui secara implisit dan
bukan eksplisit. Manajemen mungkin saja menyadari risiko yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan melalui keterlibatan langsung pegawai dan pihak-pihak luar. Oleh
karena itu, auditor harus menanyakan kepada manajemen mengenai bagaimana
manajemen mengidentifikasi dan mengelola risiko. Pertanyaan selanjutnya, risiko apa saja
yang benar-benar diidentifikasi dan dikelola oleh manajemen. Auditor kemudian
mendokumentasikan proses ini beserta hasilnya.

5. Mendokumentasikan Risiko yang di nilai


Penilaian risiko salah saji material dilakukan pada dua tingkat, yakni ditingkat laporan
keuangan dan ditingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan
disclosures(penyempaian).

6. Mengidentifikasi Risiko Signifikan


Jika risiko salah saji sudah diidentfikasi dan dinilai, yang diperlukan ialah menelaah
temuan dan kemudian memilih (berdasarkan kearifan professional) risiko-risiko yang
memang signifikan.

CONTOH RESIKO SIGNIFIKAN


Sumber Resiko Contoh Resiko Signifikan
Kegiatan Beresiko Tinggi Peristiwa/operasi di mana salah saji material mudah
terjadi :
1) Toko perhiasan dengan banyak persediaan emas dan
logam mulia;
2) Sistem akuntansi baru, rumit, dengan pengolahan data
elektronis, mulai dikenalkan perusahaan.
Transaksi nonrutin (ukuran dan Transaksi yang memiliki hubungan istimewa di luar jalur
sifat) bisnis yang normal. Transaksinya tidak sering terjadi,
tapi nilai transaksi besar. Sebagai contoh adalah sebagai
berikut :
1) Transaksi rutin dalam volume yang sangat besar
dengan pihak terkait
2) Penjualan besar (kontrak besar) dibandingkan dengan
seluruh penjualan entitas
3) Jual/beli aset utama (misalnya pabrik penghasil
produk terpenting) atau segmen bisnis penting.
4) Penjualan bisnis kepada pihak ketiga
5) Transaksi rutin yang tidak kompleks dengan
pemrosesan sistematis tidak merupakan transaksi
berisiko signifikan.

Perlu judgment, ada intervensi Contoh-contoh adalah sebagai berikut :


manajemen dan 1) Asumsi dan kalkulasi yang digunakan manajemen
rutinitas/kebosanan. dalam membuat estimasi penting.
2) Kalkulasi atau prinsip akuntansi yang kompleks
3) Pengakuan pendapatan dan multi tafsir.
4) Pengumpulan dan pengolahan data secara manual
5) Intervensi manajemen diperlukan untuk menentukan
perlakuan akuntansi yang digunakan.
Potensi kecurangan Risiko tidak mendeteksi salah saji material karena
kecurangan (dilakukan dengan sengaja dan ditutup-
tutupi) lebih tinggi dari risiko tidak mendeteksi salah saji
material karena kesalahan.
Dalam mengevaluasi apakah risiko signifikan bisa terjadi
dari faktor risiko kecurangan yang diidentifikasi serta
scenario kecurangan yang diidentifikasi dalam diskusi
tim audit. Pertimbangkan hal-hal berikut :
1) Keterampilan melakukan kecurangan dari calon
pelaku
2) Jumlah rata-rata yang dimanipulasi.

7. Menanggapi Resiko Signifikan


Ketika risiko digolongkan signifikan, auditor harus memberikan tanggapan. Tanggapan
auditor, berupa langkah audit, terhadap risiko signifikan.
1. Evaluasi pengendalian internal
Apakah manajemen merancang dan mengimplementasi pengendalian intern
yang menangkal risiko signifikan?Lihat eksistensi pengendalian langsung seperti
kegiatan pengendalian dan pengendalian tidak langsung seperti pengendalian
pervasive yang dapat dimasukkan dalam pengendalian lingkungan, penilaian risiko,
sistem informasi, dan unsur pemantauan.
2. Tanggapan audit terhadap risiko signifikan
Apakah prosedur audit selanjutnya (yang direncanakan) secara spesifik menanggapi risiko
signifikan? Prosedur ini dirancang untuk memperoleh bukti audit dengan keandalan tinggi,
dan dapat terdiri atas uji pengendalian.
3. Bukti yang diperoleh tahun lalu
Dalam hal auditor merencanakan menguji efektifnya operasi (untuk
pengendalian yang menangkal risiko signifikan, auditor tidak dapat mengandalkan
bukti audit yang diperoleh tahun lalu mengenai efektifnya pengendalian intern.
4. Prosedur analitikal substantif saja, tidak cukup
Penggunaan prosedur analitikal substantive saja, tidaklah cukup untuk
menanggapi risiko signifikan. jika pendekatan terhadap risiko signifikan terdiri atas
prosedur abstantif saja, prosedur audit dapat berupa :
- uji rincian saja, atau
- kombinasi uji rincian dan prosedur analitikal substantif.
DAFTAR PUSTAKA

http://keepcopying.blogspot.com/2014/07/mengidentifikasi-risiko-bawaan-menilai.html
https://www.jtanzilco.com/blog/detail/510/slug/skeptisme-profesional-auditor-dalam-
mendeteksi-kecurangan
https://www.kompasiana.com/dewisekarsari7466/5fa01db5d541df1d28328c72/sikap-
skeptisisme-profesional-bagi-auditor

Anda mungkin juga menyukai