Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGENDALIAN KEBISINGAN

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Nanda Desreza,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7


ANGGOTA:

Ubaidillah (22183013)
Ikhwan Zikri (22183002)
Zahra Urzulah Habibah (22183001)
Amanda Divina (22183041)
Nadiatul Asra (22183023)
Ratu Balqis Adha (22183040)
Melta Aulia (22183026)
Cahaya Zohra (22183029)

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
T.A. 2022\2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbi al `aalamiin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas


limpahan rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
tugas Kesehatan lingkungan dengan judul Pengendalian Kebisingan guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan. Harapan kami semoga tugas ini
dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karna keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karana itu kami sangat berharap saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca makalah.

Banda Aceh, November 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Pengertian Kebisingan..............................................................................................3
B. Alat Pengukur Kebisingan........................................................................................6
C. Kebisingan Dan Kesehatan.......................................................................................8
D. Kebisingan Dan Produktifitas Kerja.......................................................................10
E. Pengendalian Kebisingan........................................................................................11
F. Efek Kebisingan......................................................................................................12
BAB III PENUTUP………………………...…………………………………………14
Kesimpulan………………………………………………………………………..14
Saran…………………………………………………………………...………….14
Daftar pustaka………………………………………………………….………….15

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebisingan sudah menjadi masalah dibeberapa kota besar di Indonesia.Kebisingan
bisa didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan yang dapat menimubulkan
ketidaknyamanan bagi pendengarnya. Bising dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari aktivitas alam contohnya seperti bicara dan aktivitas
buatan manusia seperti penggunaan mesin. Kebisingan juga merupakan masalah yang
sering dijumpai oleh perusahaan besar saat ini. Penggunaan mesin dan alat kerja yang
mendukung proses produksi berpotensi menimubulkan suara kebisingan. Penggunaan
teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara
luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tidak tepat akan dapat merugikan
manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakan, terutama pada era
industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi
serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian penggunaan mesin - mesin,
pesawat, instalisasi, dan bahan – bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai
kebutuhan industrialisasi
Kebisingan menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Selain berdampak
pada gangguan pendengaran intensitas bising yang tinggi juga dapat mengakibatkan
hilangnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan disorientasi, kelelahan, gangguan
komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas, gangguan faal tubuh, serta
adanya efek visceral, seperti perubahan frekuensi jantung atau peningkatan denyut nadi,
perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan memiliki emosi yang tidak
stabil. Menurut penelitian yang telah dilakukan, hasil pengukuran kebisingan yang
melebihi NAB dapat berpengaruh terhadap fisiologis tenaga kerja salah satunya
perubahan tekanan darah. Efek kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan
kebisingan pada tekanan darah.

1
Dari latar belakang dapat diketahui bahwa pengaruh kebisingan dengan intensitas
tinggi merupakan salah satu faktor lingkungan fisik yang dapat mengganggu kondisi
kesehatan.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang menjadi penyebab sumnber kebisingan?


2. Bagaimana pengaruh kebisingan terhadap kesehatan masyarakat?
3. Bagaimana solusi penanganan akibat kebisingan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
serta membantu masyarakat untuk memahami pengendalian kebisingan dilingkungan
sekitar serta solusinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebisingan

Menurut Leslie (1993),kebisingan adalah semua bunyi yang mengalihkan


perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari. Sebagai definisi
standart, tiap bunyi yang tidak dinginkan oleh penerima dianggap sebagai bising.
Sejalan dengan itu, Harris, Cyril M. (1979) menyatakan kebisingan adalah bunyi yang
tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan rang dan waktu selvagga dapat
menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan manusia. Hal yang senada juga
terdapat dalam pasal 1 Keputusan Menih nomor KEP-48/MENLH/11/1996 FHWA
Departemen Transportasi USA (1995) dan Satwiko, P (2004) .
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang sifatnya dapat menggangu pendengaran
dan bahkan menurunkan pendengaran seseorang yang terpapar dengan kebisingan
dalam jeda waktu yang cukup lama. Kebisingan itu sendiri juga dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan termasuk ternak, satwa, dan
sistem alam. Sumber kebisingan diperusahaan biasanya berasal dari mesin produksi dan
alat – alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh sumber kebisingan dari
perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan :
a. Generator mesin diesel, untuk pembangkit listrik
b. Mesin – mesin produksi
c. Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu
d. Ketel uap atau boiler, untuk pemanas air
e. Alat – alat lain yang menimubulkan suara dan getara seperti alat pertukangan
f. Kendaraan bermotor dari lalu lintas, dll.

Sumber kebisingan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:


a. Bising Industri, Bising industri bisa kita lihat contohnya di pabrik, bengkel dan
sejenisnya.
b. Bising Rumah Tangga, Bising rumah tangga tidak terlalu tinggi tingkat
kebisingannya.

3
c. Bising Spesifik, Bising spesifik disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus
contohnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.

Jenis- Jenis Kebisingan

Intensitas Kebisingan Batas Tertinggi Jenis Kebisingan


Menulikan 120 Halilintar
110 Meriam
100 Mesin uap
Jalan hiruk pikuk
Sangat hiruk 90 Perusahaan sangat gaduh
Kantor gaduh
80 Jalan pada umunya
70 Rumah gaduh
60
Sedang 50 Kantor umunya
percakapan kuat
40 Radio perlahan
Tenang 30 Rumah tenang kantor
perorangan auditorium
20 Percakapan
10 Suara daun-daun berbisik
Batas dengar terendah 0

1. Steady state and narrow band noise, Kebisingan yang terus menerus dengan
spectrum suara yang sempit seperti suara mesin dan kipas angin.
2. Nonsteady state and narrow band noise, Kebisingan yang tidak terus menerus
dengan spectrum suara yang sempit seperti suara mesin gergaji dan kutup uap.
3. Kebisingan intermiten, Kebisingan semacam ini terjadi sewaktu-waktu dan
terputus, misalnya suara pesawat dan kereta api.
4. Kebisingan impulsif , Kebisingan yang impulsif atau memekakan telingan,
misalnya bunyi tembakan bedil, meriam,atau ledakan bom.

4
Menurut Suma’mur (1999) dalam Ramdan (2013), jenis-jenis kebisingan yang
sering ditemukan adalah sebagai berikut:
a. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide
band noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai misalnya pada
mesin-mesin produksi, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.
b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit, (steady state, narow
band noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai pada gergaji sirkuler,
katup gas dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitent). Kebisingan jenis ini dapat
ditemukan misalnya pada lalu lintas darat, suara kapal terbang terbang dan
lain-lain.
d. Kebisingan impulsif (impac or impulsive noise). Jenis kebisingan seperti ini
dapat ditemukan misalnya pada pukualan mesin kontruksi, tembakan
senapan, atau suara ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang. Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya
pada bagian penempaan besi di perusahaan besi.

Menurut Gabriel (1996) dalam Ramdan (2013), membagi kebisingan


berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan dan tenaga
bunyi. Bunyi dibagi menjadi 3 kategori yaitu bising pendengaran (audible
noise) disebabkan frekuensi bunyi antara 31,5-8000 Hz, bising yang
berhubungan dengan kesehatan (occupational noise) yang disebabkan bunyi
mesin ditempat kerja dan bising impulsif adalah bising yang terjadi akibat
adanya bunyi menyentak misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan
bedil dan lain-lain. Gabriel membagi kebisingan berdasarkan waktu
terjadinya yaitu bising kontinu dengan spektrum sempit, bising terputus-
putus, bising sehari penuh, bising setengah hari, bising terus menerus dan
bising sesaat. Bising berdasarkan skala intensitasnya dibagi menjadi tenang,
sangat tenang, sedang, kuat, sangat hiruk dan menulikan.

5
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas :
a. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras,
misalnya mendengkur.
b. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
mempengaruhi Kesehatan dan keselamatan pekerja, karena teriakan
isyarat atau tanda bahaya tenggelam dari bising dari sumber lain.
c. Bising yang termaksud (damaging/injurious nouise), adalah bunyi yang
melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi
pendengaran.

B. Alat Pengukur Kebisingan

Alat utama untuk mengukur tingkat kebisingan adalah sound level meter.alat ini
berfungsi mengukur kebisingan yang berada dalam kisaran 30 sampai 130 dsibel(dB)
dengan frekuensi antara 20 sampai 20.000 Herzt(Hz). Di dalam alat itu sudah terpasang
sistem kalibrasinya sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikrofon yang memerlukan
pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara
yang kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Piston phone juga dapat digunakan untuk
keperluan kalibrasi. Alat ini sangat baik untuk kalibrasi suara yang memiliki intersitas
tinggi
Analisis terhadap frekuensi suatu kebisingan biasanya diperlukan. Hal itu
biasanya dilakukan dengan alat octave band analyzer, yang memiliki filter-filter yang
disusun menurut tingkatan oktafnya. Jika spektrumnya sangan curam dan berbeda
banyak, skala 1/3 oktaf dapat digunakan untuk filter-filter oktaf disukai frekuensi-
frekuensi tengah yang berukuran 31,5 ; 63 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1.000 ; 2.000 ; 4.000 ;
8.000 ; 16.000 ; 31.500 Hz.
Untuk analisis lebih lanjut, dapat dipakai narrow band analyzers (alat anallisis
spectrum semput), baik dengan alat spketrum yang tetap, misalnya 2-200 Hz, atau
spectrum yang melebar dengan frekuensi yang lebih tinggi. Alat ini lebih disukai
dilapangan meminggat komponen kebisingan mungkin berbeda tergantung pada muatan
mesin.

6
Kebisingan yang terputus-putus biasanya direkam terlebih dahulu dengan
taperecorder berkualitas tinggi yang merekam suara dengan frekuensi antara 20-30
KHz. Kaset berisi rekaman itu kemudian dibawak kelaboraturium dan dianalisis. Untuk
kebisingan yang sifatnya impulsif, pengukuran dilakukan dengan alat impact noise
analyzer. Kebanyakan alat pengukur kebisingan hanya menggukur intesitas pada
sewaktu-waktu dan suatu tempat. Alat tersebut juga tidak menunjukan dosis komulatif
dari seorang pekerja selama waktu-waktu kerjanya. Dewasa ini tengah dikembangan
suatu alat pengukur suara yang dinamakan personal noise doses meter.

Octave Band Analyzer Narrow Band Analyzer

Sound Level Meter Sound Survey Meter

7
C. Kebisingan Dan Kesehatan

Pengaruh utama kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indra


pendengar yang dapat menyebabjan ketulian progesif. Pengaruh tersebut tentunya
sangat penting bagi higiene perusahaan dan kesehatan kerja.
Efek kebiaingan pada pendengaran biasanya bersifat sementara dan pemulihan
dapat terjadi secara cepat. Namun ,apabila seseorang berada terus menerus ditempat
yang bising dan terpajan pada kebisingan itu ,orang tersebut akan kehilangan daya
dengar yang sifatnya menetap dan tidak dapat pulih kembali. Ketulian biasanya dimulai
pada frekuensi suara sekitar 4.000Hz yang kemudian meningkat dan meluas ke
frekuensi di sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang di gunakan untuk
percakapan.
Di Indonesian, nilai ambang batas (NAB) untuk kebisingan adalah 85dB .nilai
tersebut secara terus menerus dikaji oleh panitia teknik nasional NAB.berbagai ahli
mengusulkan kriteria resiko kerusakan pendengaran (hearing damage risk criteria) dan
membentuk kesataun pendapat secara internasional tentang bunyi dengan intensitas
tertentu sebelum mencapai suara bulat. Terdapat kesamaan pendapat bahwa selain di
tempat kerja intensitas kebisingan boleh mencapai batas 90dB .

~ Berapa Nilai Ambang Batas Kebisingan?


NAB menurut Kepmenaker No. per-51/ MEN/ 1999, ACGIH, 2008 dan SNI 16-7063-
2004 adalah 85 dB untuk pekerja yang sedang bekerja selama 8 jam perhari atau 40 jam
perminggu. Nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas
tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih diterima tenaga kerja tanpa
menghilangkan daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari 8
jam sehari atau 40 jam perminggu.

~ Apa Saja Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan?


Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) :
Pengaruh kebisingan intensitas tinggi terjadinya kerusakan pada indera pendengaran
yang dapat menurunkan pendengaran baik yang bersifat sementara maupun permanen
atau ketulian.

8
Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan
sumbernya tidak diketahui. Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama tangan dan kaki, serta
dapat menyebabkan pucat, gangguan sensoris dan denyut jantung, risiko serangan
jantung meningkat, dan gangguan pencernaan. Reaksi masyarakat, apabila kebisingan
akibat dari suatu proses produksi demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitarnya
protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan

~ Gangguan yang diakibatkan oleh bising bernada tinggi adalah :


 Peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg)
 Peningkatan nadi
 Konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki
 Pucat dan gangguan sensoris
 Pusing/sakit kepala akibat rangsangn pada reseptor vestibular pada telinga
bagian dalam yang akan menimbukan efek pusing/vertigo.
 Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising
terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah,
sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB) :


 Secara fisiologis intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tidak
menyebabkan kerusakan pendengaran, namun dapat menjadi sebagai salah satu
penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena
pemaparan kebisingan dapat Gangguan reaksi psikomotorik.
 Kehilangan konsentrasi.
 Gangguan konsentrasi antara lawan bicara.

Penurunan menyebabkan antara lain :


 Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur, perasaan
mual, susah tidur, dan sesak nafas.
 performasi kerja yang akan menyebabkan kehilangan efisiensi dan produktivitas

9
D. Kebisingan Dan Produktifitas Kerja

Hasil penelitian menunjukan bahwa kebisingan ternyata mempunyai efek yang


merugikan terhadap produktifitas kerja.pengaruh –pengaruh negative dari kebisingan
antara lain :
a. Gangguan.
Menurut who kebisingan adalah suara-suara yang tidak di kehendaki.besarnya
ganguan bergantung pada jenis dan intensitas suatu kebisingan. Pada umumnya
kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu,apa lagi yang terputus-putus atau yang
datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga.pengaruh kebisingan akan sangat terasa
apabila sumber kebisingan tersebut tidak di ketahui.
b. Komunikasi dengan pembicaraan.
Resiko potensial pada pendengaran terjadi apabila komunikasi dengan pembicaraan
harus dilakukan secara berteriak. Gangguan komunikasi semacam itu dapat
menyebabkan gangguan pada pekerjaan atau bahkan mengakibatkan kesalahan dan
kecelakaan kerja terutama pada pekerjaan baru.pengeruh pada komunikasi pecakapan
dapat dipastikan dengan cara mengukur rata-rata intesitas oktaf-oktaf di antaran 600-
1.200-2.400;dan 2.400/4.800Hz.nilai yang dihasilkan disebut tingkat gangguan
pembicaraan (speech interference level).
c. Efek pada pekerjaan
Kebisingan dapat mengganggu konsetrasi pekerjaan, terutama duara yang bernada
tinggi karna dapat menimbulkan reaksi pisikologis dan kelelahan. Pada pekerjaan
yang lebih banyak menggunakan otak kebisingan sebaiknya ditekan serenda
mungkin.
d. Reaksi masyarakat
Apabila kebisingan akibat suatu proses produksi sudah demikian hebatnya
pengaruhnya pasti sanggat besar. Masyarakat sekitarpun pasti mengajuakn protes dan
menuntut agar kegiatan produksi tersebut segera dihentikan.
Jarak Tingkat Suara
(Kaki) Normal Kuat Sangat Kuat Teriak
0,5 71 77 83 89

10
1 65 71 77 83
2 59 65 71 77
3 55 61 67 73
4 53 59 65 71
5 51 57 63 69
6 49 55 61 67
12 43 49 55 61
24 37 43 49 55

Intensitas kebisingan dari perusahaan ke masyarakat dapat di tinjau dari berbagi


faktor,antara lain perbandingan kebisingan akibat adanya perusahaan terhadap
kebisingan yang ada sebelumnya di masyarakat, keaadaan masyarakat (kota atau
desa),dan waktu terjadinya kebisingan (siang atau malam).

E. Pengendalian Kebisingan

Kebisingan dapat dikendalikan dengan berbagai cara,antara lain:


1. Pengurangan sumber kebisingan.
Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan peredam suara pada sumber kebisingan,
melakukan modifikasi mesin atau bangunan, dan mengganti mesin dan menyusun
perencanaan bangunan baru.
2. Penempatan penghalang pada jalan transmisi suara.
Isolasi antara ruangan kerja dengan mesin merupakan upaya yang cepat dan baik untuk
mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun rencana yang sebaik mungkin dan
bahan bahan yang di pakai untuk penutup harus dibuat cukup berat dan dilapisi oleh
bahan yang dapat menyerap suara agar tidak menimbulkan getaran yang kuat.
3. Perlindungan dengan sumbat atau tutup telinga.
Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat seperti itu harus
diseleksi agar terpilih yang paling tepat. Alat semacam ini dapat mengurangi intensitas
kebisingan sampai sekitar 20-25 dB .selain itu sebagai akibat penggunaan alat tesebut,
upaya perbaikan komunikasi harus dilakukan. Masalah utama pemakaian alat pelindung

11
pendengaran adalah kedisiplinan pekerja di dalam menggunakannya. Masalah ini dapat
diatasi dengan menyelenggarakan pendidikan pekerja tentang kegunaan alat itu.
Seperti dikatakan semula, perlindungan pendengaran dapat dilakukan dengan
mengenakan sumbat telinga. Alat seperti sumbat telinga tentu menyebabkan
pengunanya merasakan adanay benda asing di dalam telinganya. Perasaan demikian
akan tetap ada walaupun sekarang telah diupayakan sumbat telinga yang lebih halus dan
tidak begitu terasa. Oleh karna itu, sumbat telinga baru dipakai apabila benar-benar
diperlukan, yaitu jikan tingkat kebisingan mencapai lebih dari 100 dB. Pekerja dapat
membiasakan diri dengan cara mencobanya dalam waktu 3-4 minggu. Apabila
kebisingan tidak kontinu, penguna dapat selalu mencabut dan mengenakannya kembali
sesuai keperluan. Dalam hal ini, pekerja jarang menjadi terbiasa
mempergunakannya.mungkin pemberian premi merupakan dorong untuk secara kontinu
menggunakan alat ini.
Kebisingan impulsif yang berintensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada alat pendengar. Kerusakan dapat terjadi pada gendang pendengar atau tulang
tulang halus di bagian telinga tengah. Getaran yang menyebabkan kerusakan ini dapat
melalui udara maupun melalui tulang. Pencegahan dilakukan dengan selalu
menghindarkan diri dari sumber bising impulsif. Ledakan yang berkaitan dengan
pekerjaan harus dilakukan pada saat pekerja berada ditempat aman. Apabila memang
harus berada sangat dekat dengan sumber kebisingan, pekerja harus dibekali dengan
potongan karet untuk digigit dan tutup telinga untuk melindungi pendengaran.

1. Efek Kebisingan

Pengaruh kebisingan terhadap fungsi lain tubuh, selain fungsi pendengaran, antara
lain menyebabkan peningkatan tekanan darah dan mengubah fungsi penting lainnya
pada tubuh, seperti menyebabkan perubahan pada sekresi hormon hipofisis, perubahan
pada reaksi imunologi tubuh, dan peningkatan sensivititas terhadap epinefrin dan
norepinefrin pada sistem vascular. Beberapa hasil penilaian menunjukkan bahwa
pekerja di industri yang bising memiliki angka insidensinyng tinggi untuk mengalami
gangguan sirkulasi perifer dan jantung.

12
Contoh-contoh kebisingan

Jalan Raya

Pabrik Semen

Pasar Pajak Ikan

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang sifatnya dapat mengganggu
pendengaran dan bahkan menurunkan pendengaran seseorang yang terpapar dengan
kebisingan dalam jeda waktu yang cukup lama. Kebisingan itu sendiri juga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan termasuk
ternak, satwa, dan sistem alam. Sumber kebisingan diperusahaan biasanya berasal dari
mesin produksi dan alat – alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh
sumber kebisingan dari perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan :
e. Generator mesin diesel, untuk pembangkit listrik
f. Mesin – mesin produksi
g. Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu
h. Ketel uap atau boiler, untuk pemanas air
i. Alat – alat lain yang menimubulkan suara dan getara seperti alat pertukangan
j. Kendaraan bermotor dari lalu lintas, dll.

SARAN
Dengan melihat kondisi yang terjadi di lingkungan, maka disarankan kepada
pihak perusahaan dan pemerintah untuk melakukan hal-hal seperti dibawah ini :
1. Melakukan penelitian lanjutan tentang kebisingan yang terjadi di pabrik terutama
dalam pengendalian teknis pada bagian-bagian bising yang tinggi, mengingat tingkat
kebisingan di pabrik tersebut cukup tinggi dan untuk mencegah adanya kehilangan daya
dengar pada pekerja.
2. Melakukan pengaturan waktu kerja dan istirahat sesuai dengan tingkat kebisingan
yang diterima pekerja, sehingga lama kerja maksimal tenaga kerja dalam ruangan sesuai
dengan standart NAB kebisingan ketenaga kerjaan.
3. Pemetaan tingkat kebisingan yang ditandai dengan perwarnaan (hijau, kuning dan
merah) agar dijadikan sebagai standar perbaikan rambu peringatan bahaya kebisingan di
area pabrik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aperti, A. (2018). Perancangan Enclosure Untuk Mereduksi Kebisingan Di Unit Steam


Turbine Blok I–Pltgu PT. X. Jurnal Teknologia, 1(1), 27-36.
Angka Kecukupan Gizi (Akg). 2013, (2013).
Arini EY. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran
Tipe Sensorineural Tenaga Kerja Unit Produksi di PT Kurnia Jati Utama Semarang.
Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan Lingkungan Universitas
Diponegoro.
Arista, E., Guna, R. R. D. P. B., & Double, M. K. K. A. A. (2017). Track Jalur Kereta
Api Di Area Pemukiman Lintas Manggarai-Bekasi. Jurnal Perkeretaapian Indonesia,
1(2), 97-104.
Ariyadi, R. G. (2016). Peningkatan Atenuasi Penghalang Bising Dalam Mengendalikan
Kebisingan Akibat Lalu Lintas Di Sekolah Dasar Negeri Siwalankerto I Surabaya
Menggunakan Metode Simulasi 2 Dimensi. Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.

15

Anda mungkin juga menyukai