PROGRAM IMUNISASI
I. Pendahuluan
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diperlukan
upaya untuk mencegah terjadinya suatu penyakit melalui imunisasi. Pengelola program
imunisasi di Puskesmas memegang peran penting sebagai pelaksana utama program
imunisasi. Hasil analisa situasi program imunisasi rutin menunjukkan masih adanya
disparitas cakupan imunisasi di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa/kelurahan,
dimana jumlah anak-anak yang belum/tidak lengkap status imunisasinya masih banyak.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif. Pemberantasan
penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah
administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit
ke wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan Imunisasi, penyakit cacar
telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun
1974.
V. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Penyiapan Pelayanan Imunisasi
b. Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi
c. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
d. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas. Logistik
yang dimaksud antara lain meliputi vaksin, Auto Disable Syringe, safety box,
emergency kit, dan dokumen pencatatan status imunisasi. Peralatan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi tergantung pada perkiraan
jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan untuk
pelayanan muniasi secara lengkap antara lain:
a. Termos/Vaksin carrier
b. Cool Pack / Kotak dingin cair
c. Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper)
d. Alat suntik
e. Safety box (kotak pengaman)
f. Formulir
g. Kapas dan wadah
h. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya)
i. Alat tulis (kertas, pensil dan pena)
j. Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT)
k. Buku register bayi dan WUS
Prosedur pemeriksaan keamanan vaksin
Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman untuk
diberikan, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan vaksin atau
pelarut tersebut.
b. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C dan D
jangan dipergunakan.
c. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal kadaluarsa
telah lewat.
d. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini menunjukkan
adanya pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin yang sensitif beku (vaksin-
vaksin DTP, DT, TT, HepB, DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya
melakukan tes kocok.
Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus diperhatikan
pemeliharaan cold chain, dengan beberapa poin penting berikut:
a. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine
carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu tetap terjaga pada temperature
20-80 C dan vaksin yang sensitive terhadap pembekuan tidak beku.
b. Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dari cahaya matahari langsung.
c. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam vaccine carrier
yang tertutup rapat.
d. Jangan membuka vaccine atau melarutkan vaccine bila belum ada sasaran datang.
e. Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.
f. Petugas imunisasi tidak diperbolehkan membuka vial baru sebelum vial lama
habis.
g. Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus dilindungi dari
cahaya matahari dan suhu luar, seharusnya dengan cara diletakkan di lubang busa
yang terdapat diatas vaksin carrier (lihat gambar di bawah).
h. Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack.
i. Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya dilakukan
bila telah ada anak yang hendak diimunisasi.
Sasaran
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar
lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0),
usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1
dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan
diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan
imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat
diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan
(Td). Sasaran Pemberian TT adalah WUS yang belum lengkap imunisasi TT nya.