Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SINDANGRESMI
Jl. Campakawarna Km. 5 Sindangresmi Pandeglang 42276

KERANGKA ACUAN IMUNISASI

A. PENDAHULUAN

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun


2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian Imunisasi adalah suatu
upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan
satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa
penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak,
polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan
yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. Imunisasi terbagi tiga
yaitu:
a. Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara

1
terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan.
b. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.
Jenis imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
- Bacillus Calmette Guerin (BCG);
- Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type
B (DPT-HB-Hib);
- Hepatitis B pada bayi baru lahir;
- Polio; dan Campak
c. imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk
memperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat diberikan pada :
- anak usia bawah tiga tahun (Batita);
- anak usia sekolah dasar; dan
- wanita usia subur.

B. LATAR BELAKANG:
Program imunisasi dituntut untuk melaksanakan ketentuan program
secaraefektif dan efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus dapat
menjalankan fungsi koordinasi dengan baik. Ada dua macam fungsi koordinasi,
yaitu vertikal dan horizontal. Koordinasi horizontal terdiri dari kerjasama lintas
program dan kerjasama lintas sektoral.
Kegiatan imunisasi hanya dapat dilaksanakan oleh petugas imunisasi yang
mempunyai latar belakang pendidikan medis atau keperawatan atau petugaslain
yang kompeten.Untuk meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilan pelatih
dan petugasimunisasi perlu dilakukan pelatihan. Terhadap pelatih dan petugas
imunisasiyang telah mengikuti pelatihan diberikan tanda bukti pelatihan
berupasertifikat pelatihan. Pelatihan bagi pelatih dan petugas imunisasi
harusdilaksanakan sesuai dengan modul latihan petugas imunisasi.

C. TUJUAN
a) Tujuan Umum
yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit
yang dapat di cegah dengan imunisasi
b) Tujuan Khusus :
 Tercapainya target UCI yaitu imunisasi lengkap minimal 80% secara
merata pada bayi di 100% desa kelurahan pada tahun 2016.
 Terciptanya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar
di indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukanya virus polio liar
pada tahun 2016.

2
 terciptanya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan
kasus TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada
tahun 2016.
 Tercapainya RECAM ( Reduksi Campak), artinya angka kesakitan
campak turun pada tahun 2016.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Kegiatan Pokok:
1) Orientasi Umum, dengan rincian kegiatan:
a. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasi yang
telah membawa Buku KIA / KMS di
Ruang Imunisasi setelah mendaftar di loket pendaftaran.
b. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS
dan menentukan jenis imunisasi yang akan diberikan.
c. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya
( keadaan bayi yang memungkinkan untuk diberikan
imunisasi atau bila tidak akan dirujuk ke Ruang Pengobatan ).
d. Petugas menyiapkan alat ( menyeteril alat suntik dan
kapas air hangat ).
e. Petugas menyiapkan vaksin ( vaksin dimasukkan ke
dalam termos es).
f. Petugas menyiapkan sasaran ( memberitahukan kepada
orang bayi tentang tempat penyuntikan.
g. Petugas memberikan Imunisasi ( memasukkan vaksin ke dalam alat
suntik, desinfeksi tempat suntikan dengan
kapas air hangat, memberikan suntikan vaksin / meneteskan vaksin
sesuai dengan jadwal imunisasi yang
akan diberikan.
h. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca
imunisasi kepada orang tua bayi sasaran imunisasi.
i. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi
mengenai jadwal imunisasi berikutnya.
j. Petugas mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA / KMS.

2) Orientasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu,
seperti persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan
perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian
luar biasa. Sedangkan jenis imunisasi khusus antara lain imunisasi
Meningitis Meningokokus, demam kuning, dan Anti Rabies (VAR).

3
Prosedur Kerja :
Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Penyiapan Pelayanan Imunisasi
2. Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi
3. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
4. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas.
Logistik yang dimaksud antara lain meliputi vaksin, Auto Disable
Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen pencatatan status
imunisasi. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan
imunisasi tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan
diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan imuniasi
secara lengkap antara lain:
- Termos/Vaksin carrier.
- Cool Pack / Kotak dingin cair.
- Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper).
- Alat suntik.
- Safety box (kotak pengaman).
- Pemotong/kikir ampul pelarut.
- Formulir.
- Kapas dan wadah.
- Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya).
- Alat tulis (kertas, pensil dan pena).
- Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT).
- Buku register bayi dan WUS.
3) Prosedur Pengeluaran vaksin dan pelarut dari lemari es :
a. Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial vaksin
yang dibutuhkan untuk pelayanan.
b. Catat suhu di dalam lemari es.
c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan
untuk VVM dan tanggal kedaluarsa (EEFO, FIFO).
4) Prosedur pemeriksaan keamanan vaksin
Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman
untuk diberikan, dengan prosedur sebagai berikut:
- Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan
vaksin atau pelarut tersebut.
- Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk
kriteria C dan D jangan dipergunakan.
- Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika
tanggal kadaluarsa telah lewat.
- Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini
menunjukkan adanya pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin
yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP, DT, TT, HepB, DTP-HepB )
telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes kocok.

4
Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus
diperhatikan pemeliharaan cold chain,dengan beberapa poin penting
berikut:
1. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan
dalam vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu
tetap terjaga pada temperature 20 C dan vaksin yang sensitive
terhadap pembekuan tidak beku.
2. Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dari cahaya matahari
langsung.
3. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam
vaccine carrier yang tertutup rapat.
4. Jangan membuka vaccine atau melarutkan vaccine bila belum ada
sasaran datang.
5. Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.
6. Petugas imunisasi tidak diperbolehkan membuka vial baru sebelum
vial lama habis.
7. Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus
dilindungi dari cahaya matahari dan suhu luar, seharusnya dengan
cara diletakkan di lubang busa yang terdapat diatas vaksin carrier
(lihat gambar di bawah).
8. Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack.
9. Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya
dilakukan bila telah ada anak yang hendak diimunisasi.
Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi.
Beberapa persyaratan ruangan pelayanan imunisasi yang menetap
(fasilitas pelayanan kesehatan), antara lain:
 Mudah diakses.
 Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau debu.
 Cukup tenang
Sedangkan syarat tempat pelayanan imunisasi lapangan (outreach)
 Jika di dalam gedung maka harus cukup terang dan cukup ventilasi.
 Jika di tempat terbuka dan di dalam cuaca yang panas, tempat itu
harus teduh.
Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan
beberapa hal berikut:
1. Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat
masuk dan keluar dari pelayanan dengan lebih cepat dan mudah.
2. Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang panas
tidak terkena sinar matahari.
3. Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang
diperlukan.
4. Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu
yang lengkap yang memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA,
Diare, Imunisasi dan Gizi).

5
5. Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain
dibatasi sehingga tidak penuh sesak.
6. Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau
dekat.

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan dilakukan diluar gedung maupun di dalam gedung.
Pelaksanaan kegiatan di laksanakan sesuai dengan tata nilai Puskesmas
Sindangresmi yaitu CAKEP :
C : Cepat : Responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak.
A : Amanah : Bertanggung jawab terhadap tugas pelaksanaan pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak.

K : Komunikatif : Memberikan informasi yang di butuhkan masyarakat


tentang Kesehatan Ibu dan Anak.
E : Empati : Memahami kebutuhan dan harapan masyarakat akan
pelayanan Kesehatan Ibu dan anak.
P : Profesional : Memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dan
standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Kegiatan imunisasi diluar gedung dilakukan pada saat pengumpulan data


sasaran Ibu Hamil, Bayi, Balita, WUS, bekerja sama dengan kader kesehatan dan
perangkat desa/dusun. Kegiatan dalam gedung dilakukan di ruang KIA baik di
puskesmas induk maupun di puskesmas pembantu olehtenaga yang berkompeten.

F. SASARAN
a. Bayi dibawah umur 1 tahun ( 0-11 ) Bulan
b. Ibu hamil ( Awal kehamilan <8 Bulan )
c. Wanita usia subur
d. Anak sekolah dasar (Kelas I – VI )

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan akan dilaksanaakan rutin dalam setiap bulan selama satu tahun. (Jadwal
terlampir).

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA.


- Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun
negatif pelaksanaan imunisasi berdasarkan indikator. Dan hasil evaluasi
tersebut dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan
dan pengembangan imunisasi berikutnya.
- Evaluasi oleh pelaksana dilakukan setiap selesai pertemuan. Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Propinsi dapat melakukan evaluasi bersama.

6
I. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
a. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian,
serta masalah dalam pelaksanaan imunisasi. Hasil monitoring dapat
dijadikan bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan imunisasi
selanjutnya. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang
mulai dari tingkat desa hingga tingkat propinsi.
b. Evaluasi
Evaluasi kemampuan petugas
Untuk mengetahui kemampuan petugas dalam melaksanakan imunisasi
dilakukan evaluasi harian, dan dilakukan oleh kepala puskesmas atau dinas
kesehatan
c. Pelaporan
Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan imunisasi dibuatkan laporan,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi
pihak yang berkepentingan
Isi laporan memuat tentang : Waktu Pelaksanaan, jumlah peserta, Proses
pertemuan, masalah dan hasil capaian, hasil evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai