Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan suatu penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat
terjadinya peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan.
Kepekaan ini dapat menyebabkan munculnya serangan batuk, timbulnya bunyi
mengi, banyak dahak, sesak nafas dan rasa tidak enak di dada terutama pada
malam hari menjelang pagi. Penyakit asma pada umumya merupakan penyakit
turunan secara genetik terutama pada keluarga dengan riwayat alergi (atopik).
Tanda klinik khas untuk asma adalah obstruksi aliran udara, hal ini dapat diatasi
untuk sementara waktu (simptomatis) atau dengan terapi. Terapi utama yang bisa
diberikan bagi penderita asma adalah dengan pemberian obat bronkodilator secara
inhalasi untuk melancarkan nafas.
Penyakit asma ini dapat menurunkan produktivitas kerja, pasien mengidap
asma di RSUD kelas B Cianjur jumlahnya cukup banyak. Pada penderita asma,
penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan terhadap
paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini
dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang,
asap, udara dingin, pada saat berolah raga, atau setelah infeksi saluran nafas atas
yang disebabkan virus.
Asma merupakan penyakit femiliar, diturunkan secara poligenik dan
multifaktorial. Populasi di Indonesia 2-20% anak dilaporkan pernah menderita
asma. Dan beberapa negara di laporkan angka kejadian asma meningkat misalnya
di negara Jepang, Melbourne, dan Taiwan. Dan di Amerika 1-3% penderita di
500.000 Rumah Sakit merupakan penderita asma.
Salbutamol merupakan obat agonis adrenoseptor β2-selektif, yaitu
simpatomimetik yang paling banyak digunakan untuk pengobatan asma pada saat
ini. Tingginya angka penderita asma dan penggunaan obat agonis adrenoseptor
β2-selektif dalam hal ini mendorong penulis untuk mengetahui atau mengevaluasi

1
2

penggunaan obat sabutamol pada penderita asma yang dilakukan di RSUD kelas
B Cianjur.
Pada umumnya, penderita asma menerima terapi obat lebih dari dua obat
untuk pemakain jangka panjang. Untuk menjaga kepatuhan penderita dalam
komsumsi/pemakaian obat dan mengikat kemungkinan timbulnya efek lain yang
merugikan pada penderita asma yang mungkin bisa disebabkan oleh
ketidaksesuaian dalam pemakaian obat, maka instalasi farmasi rumah sakit harus
menyediakan informasi yang jelas mengenai obat dan penggunaan obat yang
tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
masalah yaitu Bagaimanakah Analisis Penggunaan Antiasma Khususnya
Salbutamol Di Instalasi Farmasi Depo Rawat Inap RSUD Kelas B Cianjur.

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui distribusi penggunaan salbutamol berdasarkan jenis
kelamin dan kelompok umur.
b. Mengetahui jumlah nyata penggunaan salbutamol pada penderita
asma.
c. Mengetahui efek interaksi sabutamol pada penderita asma.
d. Dapat mengevaluasi peresepan salbutamol pada penderita asma.
e. Dapat mengidentifikasi penerapan teori terhadap kenyataan di
lapangan mengenai peresepan obat asma.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini di peroleh gambaran umum mengenai Analisis
Penggunaan Obat Anti Asma Khususnya Salbutamol di Instalasi Farmasi Depo
Rawat Inap di RSUD Kelas B cianjur.
3

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2013 dengan pengambil
data pada bulan April-Juni 2013 dan tempat penelitian di depo rawat inap RSUD
kelas B Cianjur.

Anda mungkin juga menyukai