Anda di halaman 1dari 85

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kepolisian Resort Kulon Progo

Penelitian ini dilakukan di Kepolisian Resort (Polres) Kulon Progo.

Polres Kulon Progo terletak di Jalan Wates Km. 2 Pengasih. Kabupaten

Kulon Progo sendiri berada di bagian barat Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, yang memiliki aksesbilitas baik dan mudah dijangkau,

terhubung dengan kota-kota di Jawa bagian selatan oleh jalur transportasi

regional Jawa selatan baik melalui jalan raya maupun kereta api. Kabupaten

Kulon Progo merupakan dataran rendah dan dataran tinggi dan wilayah

pantai. Secara astronomis, Kabupaten Kulon Progo antara 7°38'42" -

7°59'3" Lintang Selatan dan 110°1'37" - 110°16'26" Bujur Timur.

1. Visi dan Misi Kepolisian Resort Kulon Progo

Sebagai ujung tombak dalam menciptakan keamanan dan ketertiban

masyarakat, Polres Pasuruan harus mampu beradaptasi pada perubahan dan

perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di tengah

dinamika yang begitu pesat. Polres menghadapi tantangan yang semakin

berat yang pada akhirnya memperluas benteng Polres Pasuruan dalam

menghadapi perubahan yang cepat. Polres Pasuruan harus memiliki

pandangan ke depan yang mampu memberikan arah pengembangan dan

kemajuan yang lebih tinggi dibanding dengan intensitas permasalahan yang

dihadapi. Sebagai pedoman ke depan telah dirumuskan visi dan misi Polres

Kulon Progo yaitu “Terwujudnya pelayanan kamtibmas prima,

77
78

tegaknya hukum dan keamanan di wilayah Kepolisian Resort Kulon

Progo yang mantap serta terjalinnya sinergi Polisional yang proaktif”.

Berdasarkan visi yang dicita-citakan tersebut selanjutnya

diuraikan dalam misi Polres Kulon Progo yang mencerminkan koridor

tugas-tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui

kegiatan/operasi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan.

b. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,

responsif, dan tidak diskriminatif.

c. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk

menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang.

d. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam

negeri.

e. Mengembangkan Perpolisian masyarakat yang berbasis pada


masyarakat patuh hukum.

f. Menegakkan hukum secara profesional, obyektif, proporsional,

transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa

keadilan.

g. Mengelola secara profesional, transparan akuntabel dan modern

seluruh sumber daya Kepolisian Resort Kulon Progo guna mendukung

operasional tugas-tugas.
79

h. Membangun sistem sinergis polisional interdepartemen dan lembaga

Internasional maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun

kemitraan dan jejaring kerja (partnership building/networking).

i. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dan

bernegara, mengingat Kulon Progo bagian dari Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta merupakan kota pendidikan banyak penduduk

pendatang baru untuk menuntut ilmu.

j. Senantiasa meningkatkan kualitas SDM yang optimal, operasional dan

modern melalui diklat, dikjur, dikbang dengan didasari iman dan amal

sholeh yang berbudi luhur, dilaksanakan secara berjenjang dan

berkelanjutan.

2. Struktur Organisasi Kepolisian Resort Kulon Progo

Dalam setiap lembaga atau institusi Kepolisian mempunyai struktur

organisasi dimana terdapat satuan yang masing-masing satuan atau unit

mempunyai tugas yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk

mempermudah dalam menjalankan tugas atau kegiatan sehari-hari untuk

menghindarkan tertumpuknya pekerjaan yang sejenis pada satu bagian

serta untuk mempermudah pimpinan dalam melakukan pengawasan. Di

Polres Kulon Progo mempergunakan sistem pengorganisasian,

maksudnya bahwa pembagian dan pengelompokannya disesuaikan

dengan ilmu, keahlian dan jabatan serta bidangnya masing-masing.

Guna mengetahui tentang gambaran umum organisasi yang

menangani tindak pidana pencabulan anak di Kepolisian Resort Kulon


80

Pr ogo yang di tangani bagian Unit Pelaya nan Perempuan dan Anak

(UPPA) yang merupakan bagian da i struktur o rganisasi K epolisian R esort

Ku lon Progo. Secara org anisatoris, Struktur Organisasi K epolisian R esort

Ku lon Progo berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 ten

tang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian

Resort dan K epolisian S ektor yang berada di bawah Kapo lda dapat d

ilihat dalam Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Struktur Organisas Polres Kulon Progo

Data Dokumen tentang Struktur Orga isasi Polr s Kulon Progo

tahun 2014:Polres Kulon Progo Bagsum da (Bagia n Sumber Daya)

dengan pengolahan data dari peneliti April 2014.


81

Keterangan bagan struktur organisasi Polres Kulon Progo tersebut

di atas adalah:

a. Unsur Pimpinan di Kepolisian ResortKulonProgo

1) Kapolres (Kepala Kepolisian Resort)

Kapolres merupakan pimpinan Polres yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kapolda. Kapolres bertugas

memimpin, membina, mengawasi, dan mengendalikan satuan

organisasi di lingkungan Polres dan unsur pelaksana kewilayahan

dalam jajarannya; dan memberikan saran pertimbangan kepada

Kapolda yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.

2) Wakapolres (Wakil Kepala Kepolisian Resort)

Wakapolres merupakan unsur pimpinan Polres yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres. Wakapolres

bertugas: membantu Kapolres dalam melaksanakan tugasnya

dengan mengawasi, mengendalikan, mengkoordinir pelaksanaan

tugas seluruh satuan organisasi Polres dalam batas kewenangannya

memimpin Polres dalam hal Kapolres berhalangan; dan

memberikan saran pertimbangan kepada Kapolres dalam hal

pengambilan keputusan berkaitan dengan tugas pokok Polres.

b. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan di Kepolisian Resort Kulon

Progo terdiri dari :


82

1) Siwas (Seksi Pengawasan)

Siwas bertugas melaksanakan monitoring dan pengawasan

umum baik secara rutin maupun insidentil terhadap pelaksanaan

kebijakan pimpinan Polri di bidang pembinaan dan operasional

yang dilakukan oleh semua unit kerja, mulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian kinerja serta

memberikan saran tindak terhadap penyimpangan yang ditemukan.

2) Sipropam (Seksi Profesi dan pengamanan)

Sipropam merupakan merupakan unsur pengawas dan

pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolres Sipropam

bertugas melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan disiplin,

pengamanan internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang diduga

dilakukan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri, melaksanakan

sidang disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi

personel. Sipropam dipimpin oleh Kasipropam yang bertanggung

jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di

bawah kendali Wakapolres. Sipropam dalam melaksanakan tugas

dibantu oleh:

a) Unit Provos

Provos bertugas melakukan pelayanan pengaduan

masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan personel

Polri, penegakan disiplin dan ketertiban personel Polres,

pelaksanaan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi, serta


83

pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel Polres

yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau

kode etik profesi; dan

b) Unitpaminal (Unit Pengamanan Internal)

Unitpaminal bertugas melakukan pengamanan internal

dalam rangka penegakan disiplin dan pemuliaan profesi,

penyiapan proses dan keputusan rehabilitasi personel Polres

yang telah melaksanakan hukuman dan yang tidak terbukti

melakukan pelanggaran disiplin dan/atau kode etik profesi.

3) Sikeu (Seksi Keuangan)

Sikeu merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada

di bawah Kapolres. Sikeu bertugas melaksanakan pelayanan

fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian,

pembukuan, akuntansi dan verfikasi, serta pelaporan

pertanggungjawaban keuangan. Sikeu dipimpin oleh Kasikeu

yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres.

Sikeu dalam melaksanakan tugas dibantu oleh:

a) Subsimin (Subseksi Administrasi)

Bertugas melakukan pelayanan administrasi keuangan,

meliputi pembiayaan, pengendalian, dan pembukuan

keuangan;
84

b) Subsigaji (Subseksi Gaji)

Bertugas melakukan pembayaran gaji personel Polri;

c) Subsiakunver (Subseksi Akuntansi dan Verifikasi)

Bertugas melakukan kegiatan yang berkaitan dengan

akuntansi dan verifikasi keuangan.

d) Subsidata (Subseksi Data)

Bertugas membuat laporan pertanggungjawaban keuangan.

4) Sium (Seksi Umum)

Sium merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada

di bawah Kapolres. Sium bertugas melaksanakan pelayanan

administrasi umum dan ketatausahaan serta pelayanan markas di

lingkungan Polres. Sium dipimpin oleh Kasium yang

bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Sium dalam

melaksanakan tugas dibantu oleh:

a) Subsimintu (Subseksi Administrasi dan Ketatausahaan)

Bertugas melakukan pelayanan administrasi umum,

ketatausahaan, dan kearsipan di lingkungan Polres.

b) Subsiyanma (Subseksi Pelayanan Markas)

Bertugas melakukan pelayanan markas di lingkungan Polres,

antara lain melaksanakan pelayanan fasilitas kantor, rapat,


85

angkutan, perumahan, protokoler untuk upacara, pemakaman,

dan urusan dalam di lingkungan Polres.

5) Bagops (Bagian Operasi)

Bagops merupakan unsur pengawas dan pembantu

pimpinan yang berada di bawah Kapolres. Bagops bertugas

merencanakan dan mengendalikan administrasi operasi

Kepolisian, pengamanan kegiatan masyarakat dan/atau instansi

pemerintah, menyajikan informasi dan dokumentasi kegiatan

Polres serta mengendalikan pengamanan markas. Bagops dalam

melaksanakan tugas dibantu oleh :

a) Subbagbinops (Sub Bagian Pembinaan Operasi)

Bertugas menyusun perencanaan operasi dan pelatihan

praoperasi serta menyelenggarakan administrasi operasi; dan

melaksanakan koordinasi antar fungsi dan instansi/lembaga

terkait dalam rangka pelaksanaan pengamanan kegiatan

masyarakat dan/atau pemerintah.

b) Subbagdalops (Sub Bagian Pengendalian Operasi)

Bertugas untuk melaksanakan pengendalian operasi dan

pengamanan Kepolisian; mengumpulkan, mengolah dan

menyajikan data dan pelaporan operasi Kepolisian serta

kegiatan pengamanan; dan mengendalikan pelaksanaan

pengamanan markas di lingkungan Polres.


86

c) Subbaghumas (Sub Bagian Hubungan Masyarakat)

Bertugas mengumpulkan dan mengolah data, serta menyajikan

informasi dan dokumentasi kegiatan Kepolisian yang berkaitan

dengan penyampaian berita di lingkungan Polres; dan meliput,

memantau, memproduksi, dan mendokumentasikan informasi

yang berkaitan dengan tugas Polres.

6) Bagren (Bagian Perencanaan)

Bagren dipimpin oleh Kabagren yang bertanggung jawab

kepada Kapolres, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di

bawah kendali Wakapolres. Bagren bertugas menyusun Rencana

Kerja (Renja), mengendalikan program dan anggaran, serta

menganalisis dan mengevaluasi atas pelaksanaannya, termasuk

merencanakan pengembangan satuan kewilayahan. Dalam

melaksanakan tugasnya Bagren dibantu oleh :

a) Subbagprogar (Sub Bagian Program dan Anggaran)

Bertugas untuk: membantu menyusun rencana jangka sedang

dan jangka pendek Polres, antara lain Renstra, Rancangan

Renja, dan Renja; dan membantu menyusun rencana

kebutuhan anggaran Polres dalam bentuk RKA-KL, DIPA,

penyusunan penetapan kinerja, KAK atau TOR, dan RAB.

b) Subbagdalgar (Sub Bagian Pengendalian Anggaran),

Bertugas untuk membantu dalam membuat administrasi

otorisasi anggaran tingkat Polres; dan menyusun LRA dan


87

membuat laporan akuntabilitas kinerja Satker dalam bentuk

LAKIP meliputi analisis target pencapaian kinerja, program,

dan anggaran.

7) Bagsumda (Bagian Sumber Daya)

Bagsumda merupakan merupakan unsur pengawas dan

pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolres. Bagsumda

bertugas melaksanakan pembinaan administrasi personel, sarana

dan prasarana, pelatihan fungsi, pelayanan kesehatan, bantuan

dan penerapan hukum. Bagsumda dipimpin oleh Kabagsumda,

yang bertanggung jawab kepada Kapolres, dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres.

Bagsumda dalam melaksanakan tugas dibantu oleh: a)

Subbagpers (Subbagian Personel)

Bertugas melaksanakan pembinaan karier personel, perawatan

personel, psikologi personel, pelatihan fungsi, dan pelayanan

kesehatan personel Polri di lingkungan Polres.

b) Subbagsarpras (Subbagian Sarana dan Prasarana)

Bertugas melaksanakan inventarisasi, SIMAK BMN,

penyaluran perbekalan umum, perawatan alat khusus, senjata

api, amunisi dan angkutan, serta memelihara fasilitas jasa dan

konstruksi, listrik, air, dan telepon.


88

c) Subbagkum (Subbagian Hukum)

Bertugas melaksanakan pelayanan bantuan hukum,

memberikan pendapat dan saran hukum, penyuluhan hukum,

dan pembinaan hukum serta analisis sistem dan metoda

terkait dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

lingkungan Polres;

c. Unsur Pelaksana Tugas Pokok Kepolisian Resort Kulon Progo Unsur

pelaksana tugas pokok Polres Kulon progo meliputi

1) SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu), dalam

melaksanakan tugas dibantu oleh Unit.

2) Satintelkam (Satuan Intelijen Keamanan)

Bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi Intelijen

bidang keamanan, pelayanan yang berkaitan dengan ijin keramaian

umum dan penerbitan SKCK, menerima pemberitahuan kegiatan

masyarakat atau kegiatan politik, serta membuat rekomendasi atas

permohonan izin pemegang senjata api dan penggunaan bahan

peledak.

3) Satreskrim (Satuan Reserse Kriminal)

Bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan

pengawasan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi

dan laboratorium forensik lapangan serta pembinaan, koordinasi

dan pengawasan PPNS


89

4) Satrasnarkoba (Satuan Reserse Narkotika, Psikotropika, dan Obat

Berbahaya)

Bertugas melaksanakan pembinaan fungsi penyelidikan,

penyidikan, pengawasan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkoba berikut prekursornya, serta

pembinaan dan penyuluhan dalam rangka pencegahan dan

rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba.

5) Satbinmas (Satuan Binaan Masyarakat)

Bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat yang meliputi

kegiatan penyuluhan masyarakat, pemberdayaan Perpolisian

Masyarakat (Polmas), melaksanakan koordinasi, pengawasan dan

pembinaan terhadap bentuk-bentuk pengamanan swakarsa (pam

swakarsa), Kepolisian Khusus (Polsus), serta kegiatan kerja sama

dengan organisasi, lembaga, instansi, dan/atau tokoh masyarakat

guna peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap

hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat

6) Satsabhara (Satuan Samapta Bhayangkara)

Bertugas melaksanakan Turjawali dan pengamanan kegiatan

masyarakat dan instansi pemerintah, objek vital, TPTKP,

penanganan Tipiring, dan pengendalian massa dalam rangka

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta

pengamanan markas
90

7) Satlantas (Satuan Lalu lintas)

Bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan

masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan

identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan

kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas

8) Satpamobvit (Satuan Pengamanan Objek Vital)

Bertugas melaksanakan kegiatan pengamanan objek vital

(Pamobvit) yang meliputi proyek/instalasi vital, objek wisata, kawasan

tertentu, dan VIP yang memerlukan pengamanan kepolisian

9) Satpolair (Satuan Kepolisian Perairan)

Bertugas melaksanakan fungsi kepolisian perairan, yang

meliputi patroli perairan, penegakan hukum di perairan, pembinaan

masyarakat pantai dan perairan lainnya, serta SAR.

10) Sattahti (Satuan Perawatan Tahanan dan Barang Bukti)

Bertugas menyelenggarakan perawatan tahanan meliputi

pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta menerima,

menyimpan, dan mengamankan barang bukti beserta administrasinya

di lingkungan Polres, melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

d. Unsur Pendukung yaitu Sitipol (Satuan Teknologi Informasi Polri)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan teknologi komunikasi dan

informasi, meliputi kegiatan komunikasi kepolisian, pengumpulan dan


91

pengolahan serta penyajian data, termasuk informasi kriminal dan

pelayanan multimedia

e. Unsur Pelaksana Tugas Kewilayahan

Unsur pelaksana tugas kewilayahan yaitu Polsek (Kepolisian

Sektor) Kepolisian Resort Kulon Progo meliputi:

1) Polsek Pengasih

2) Polsek Temon

3) Polsek Wates

4) Polsek Galur

5) Polsek Sentolo

6) Polsek Nanggulan

7) Polsek Kalibawang

8) Polsek Kokap

9) Polsek Panjatan

10) Polsek Lendah

11) Polsek Girimulyo

12) Polsek Samigaluh

Dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan peranan

Kepolisian Resort Kulon Progo dalam penanggulangan tindak pidana

pencabulan anak di wilayah Kulon Progo, dilaksanakan secara khusus

oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) di bawah Satreskrim

(Satuan Reserse Kriminal) Kulon Progo.


92

Adapun struktur organisasi Satreskrim Polres Kulon Progo diuraikan

sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI SATRESKRIM


POLRES KULON PROGO

KASAT RESKRIM

KBO RESKRIM
KAUR MINTU RESKRIM

BAMIN BANUM

UNIT I UNIT II UNIT III UNIT IV UNIT UNIT PPA UNIT IDENT
OPSNAL

Gambar 2. Struktur Organisasi Satreskrim Kulon Progo

Penjelasan dari bagan struktur organisasi tersebut di atas

adalah: a) Kasat Reskrim (Kepala Satuan Reserse Kriminal)

Satreskrim dipimpin oleh Kasat Reskrim yang bertanggung jawab kepada

Kapolres, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali

Wakapolres. Kasat Reskrim sebagai unsur pimpinan terdiri dari satu orang

dengan pangkat Ajudan Komisaris Polisi (AKP). Kasatreskrim dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh :

(1) KBO Reskrim (Kepala Urusan Pembinaan Operasional)

merupakan unsur Staf Satreskrim Kulon Progo yang bertugas

menyelanggarakan dan melaksanakan segala pekerjaan/kegiatan


93

staf/administrasi yang menyangkut administrasi penyidikan,

administrasi Opstin maupun Opsus Kepolisian yang

mengedepankan fungsi Reskrim, administrasi personil, dan

administrasi umum lainnya.

(2) Kaur Mintu Reskrim (Kepala Urusan Administrasi dan

Ketatausahaan)

Yang bertugas menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan

urusan dalam. Kaur Mintu dalam pelaksanaannya dibantu oleh :

Yang bertugas membantu masing-masing suksesi yang ada di

Siwas dalam melaksanakan tugas ketatausahaan administrasi

sehari-hari dan bertanggung jawab kepada Kaur Mintu.

(b) Banum (Bintara Umum)

Bertugas membantu tugas Bamin dalam pelaksaan tugas sehari-

hari dan bertanggung jawab kepada Bamin.

(3) Unit-Unit Lain di Bawah Kasat Reskrim

(a) Unit I (Menangani Tindak Pidana Umum)

Unit ini yang bertugas melaksanakan penyidikan kasus-kasus

tindak pidana pencurian biasa, pencurian dengan pemberatan,

penipuan, penggelapan, penganiayaan, pembunuhan, korupsi,

dan penjudian.

(b) Unit II (Menangani Tindak Pidana Tertentu (Ekonomi,

Perbankan, Yudisial dan Haki))


94

Unit ini bertugas melaksanakan penyidikan dan penyelidikan

terhadap tindak pidana tertentu khususnya menyangkut Undang-

Undang di luar KUHP, selain itu juga bertugas memberikan

bimbingan teknis, koordinasi dan pengawasan terhadap PPNS

dalam lingkungan Polres Kulon Progo dalam menyelenggarakan

dan melaksanakan kegiatan penyidikan oleh PPNS.

(c) Unit III (Menangani Tindak pidana Korupsi)

Unit ini bertugas melaksanakan penyidikan dan penyelidikan

terhadap tindak pidana korupsi.

(d) Unit IV (Menangani Tindak Pidana Judi dan Asusila)

Unit ini bertugas melaksanakan penyidikan dan penyelidikan

terhadap tindak pidana Judi dan Asusila.

(e) Unit Opsnal (Unit Operasional)

Unit bertugas melaksanakan tugas lapangan khusunya

penyelidikan guna kepentingan penangkapan dan pengungkapan

tindak pidana dengan cara-cara penyamaran, penyusupan, dan

pengamatan yang menjadi target tertentu dengan sifat kerja

yang selalu Mobilling.

(f) UPPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak)

Unit ini bertugas melaksanakan penyidikan dan pelayanan

terhadap tindak pidana yang korban kekerasannya adalah wanita

dan anak termasuk tindak pidana pelecehan seksual yang terjadi

di wilayah hukum Polres Kulon Progo. Unit ini terbentuk untuk


95

memberikan rasa nyaman terhadap korban khususnya wanita

dan anak-anak dan personilnya diwakili oleh Polwan.

(g) Unit Ident (Unit identifikasi)

Unit ini memberikan bimbingan teknis atas pelaksanaan proses

identifikasi dalam lingkungan Polres Kulon Progo serta

menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi Reserse maupun

untuk kepentingan pelayanan umum pada tingkat Polres Kulon

Progo.

UPPA adalah Unit yang bertugas untuk melakukan penyidikan

dan pelayanan terhadap perempuan dan anak. UPPA dipimpin oleh

IPDA (Inspektur Dua) S, IPDA S dalam menjalankan tugasnya

dibantu oleh satu orang Penyidik berpangkat IPTU (Inspektur Satu)

dan lima orang Penyidik Pembantu berpangkat AIPTU (Ajudan

Inspektur Satu), Bripka (Brigadir Kepala), dan Bripda (Brigadir

Tingkat Dua).

3. Sasaran Prioritas Tahun 2014 Kepolisian Resort Kulon Progo

Berdasarkan dokumentasi, Polres Kulon Progo dalam menjalankan

tugasnya memiliki sasaran prioritas pada tahun 2014 ini terdiri dari:

a. Mendekatkan pelayanan keamanan kepada masayarakat seluas-luasnya dan

sepanjang waktu 24 jam setiap hari, dengan berbekal etika dan perilaku

dan pelayanan yang profesional, proposional, transparansi, tegas dan

humanis serta tidak diskriminatif.


96

b. Mempercepat proses penegakan hukum atas pelanggaran hukum yang

tergolong pada empat jenis kejahatan: kejahatan konvesional, kejahatan

transnasional, kejahatan atas kekayaan negara dan kejahatan yang

berimplikasi kontijensi.

c. Bersama seluruh komponen bangsa memelihara dan mewujudkan

keamanan dalam negeri, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masayarakat serta

terbinanya ketentraman masyarakat dalam menjunjung tinggi HAM.

d. Mensosialisasikan doktrin Kepolisian dan melaksanakan pengkajian dan

pengembangan sistem sesuai perkembangan sistem kenegaraan dan adalam

rangka melanjutkan reformasi dilingkungan Polri khususnya dalam upaya

mewujudkan Civillian Police dan polisi profesional bermoral dan modern.

e. Melanjutkan penyempurnaan sistem pengadaan personil Polri melalui

penerimaan dan mekanismeserta ikut menyempurnakan kurikulum

pendidikan bintara Polri guna perubahan perilaku anggota Polri sejak di

pendidikan dengan output mahir, terpuji dan terampil sesuai karakteristik

wilayah Kulon Progo.

f. Mengadakan fasilitas dan materiil/ peralatan Polri baik bersumber dari

APBN mupun APBD guna menunjang pelaksanaan tugas operasional

sesuai dengan kmampuan anggaran yang ada.

g. Memantapkan pelaksanaan penataan sistem dukungan anggaran, baik yang

berkaitan dengan DIPA sebagai otorisasi, anggaran berbasis kinerja maupun

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah serta perubahan menjadi dominan


97

sipil dalam fungsi ketertiban dan keamanan sub fungsi keamanan

selanjutnya dijabarkan menjadi enam program yang memadai kegiatan

Polri.

h. Memelihara solidaritas institusi Polri Polres Kulon Progo dan

menindaktegas oknum Polri yang melakukan penyalahgunaan wewenang,

pelanggaran disiplin dan pelnggaran hukum.

i. Mendukung penanganan wlayah konflik melalui operasi terpadu bersama

fungsi terkait dan masayarakat secara komprehensif dengan melaksanakan

operasi pemulihan keamanan dan operasi penegakan hukum serta

mendukung operasi lainnya.

j. Mengamankan setiap kebijaksanaan pemerintah dan melakukan antisipasi

dini terhadap penyimpangan yang mengarah pada disintegrasi bangsa dan

timbulnya gejolak sosial.

k. Dalam rangka penegakan hukum melaksanakan penanggulangan kejahatan

yang dibagi menjadi empat yaitu: kejahatan konvensional, kejahatan

transnasional, kejahatan kekayaan negara dan kejahatan yang bersifat

kontigensi secara konsisten dan berkeadilan.

l. Melaksanakan pelayanan dan pembinaan keamanan secara komprehensif

melalui pemberdayaan pengamanan lingkungan, membangun forum

kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak guna mewujudkan rasa

aman masyarakat.

m. Melaksanakan pelayanan Kepolisian, bimbingan pengayoman dan

perlindungan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.


98

4. Personel Kepolisian Resort Kulon Progo

Personel Polres Kulon Progo yang tergelar di 1 Mapolres, 7 Polsek

Urban, 5 Polsek Rural seluruhnya sejumlah 992 personel terdiri dari 951

personil Polri, 41 Pers PNS. Data Personil Polri di Kulon Progo dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Personil Polri di Kulon Progo

No Kesatuan Jumlah Jumlah Ratio PNS


Anggota Penduduk
1 Mapolres 379 32
2 Sek. Pengasih 51 53103 1: 1041 1
3 Sek. Temon 63 32633 1: 518 1
4 Sek. Wates 63 52144 1: 828 2
5 Sek. Galur 51 34391 1: 674 1
6 Sek. Sentolo 62 50128 1: 809 1
7 Sek. Nanggulan 57 32042 1:562 1
8 Sek. Kalibawang 56 34898 1:623 -
9 Sek. Kokap 35 39058 1:1116 1
10 Sek. Panjatan 44 41391 1:941 -
11 Sek. Lendah 44 41090 1:934 1
12 Sek. Girimulyo 37 26668 1:721 -
13 Sek. Samigaluh 31 31276 1:1009
(Sumber: Data Dokumentasi Personel Polri Kulon Progo Tahun
2014:Polres Kulon Progo Bagian SatReskrim (Satuan Reserse
Kriminal) dengan pengolahan data dari peneliti Mei 2014).
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa personel Polri Kulon Progo

tersebar di 1 Mapolres dan 12 sektor. Personel Polri Kulon Progo sebagian

besar tersebar di Mapolres sebanyak 379 personel. Untuk sektor sebagian besar

personil Polri berada di sektor Temon dan Wates masing-masing sebesar 63

personil, sedangkan yang paling sedikit berada di sektor Samigaluh sebanyak

31 personil.
99

B. Peranan Kepolisian Resort Kulon Progo Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Pencabulan Anak Yang Terjadi Di Wilayah Kulon Progo

Peranan Kepolisian Resort Kulon Progo dalam penanggulangan tindak

pidana pencabulan anak di wilayah Kulon Progo terbagi menjadi dua yaitu

secara preventif dan represif.

1. Peranan Polisi secara Preventif terhadap Tindak Pidana Pencabulan

Anak

Peranan secara preventif merupakan peranan pencegahan agar tidak

terjadi tindak pidana pencabulan anak di Wilayah Kulon Progo.

Sehubungan dengan uraian tersebut di atas yang terkait dengan tindak

pidana pencabulan anak, aparat kepolisian wajib melakukan

penanggulangan tindak pidana pencabulan anak sesuai dengan tugas polisi

secara umum berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat (Pasal 13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia)

Ada beberapa peranan yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kulon

Progo secara preventif dalam tindak pidana pencabulan anak, diantaranya :


100

a. Kegiatan patroli

Kegiatan patroli dilaksanakan sewaktu-waktu tanpa ada jadwal

khusus selama 24 jam. Hal ini dilakukan oleh seluruh unit yang ada di

Kepolisian Resort Kulon Progo. Dalam peranan secara preventif

terhadap tindak pidana pencabulan anak dilakukan melalui kegiatan

patroli di wilayah yang diindikasikan sering terjadi tindak pidana

pencabulan anak yaitu wilayah obyek wisata Kulon Progo, seperti

Pantai Glagah, Trisik, Bugel, Congot, dan Gua Kiskendo. Selain itu,

Polres Kulon Progo juga melakukan patroli di sekolah-sekolah di

Wilayah Kulon Progo. Seperti yang terjadi pada hari Jumat, 14 Februari

2014 di sekolah MAN 2 Wates sekitar pukul 11:00 WIB. Polisi

menemukan 5 orang siswa yang bergerombol di depan sekolah dan

didekati ternyata ada video porno dan gambar-gambar porno di HP

mereka. Guna perlindungan bagi 5 siswa ini, Polisi membawanya ke

Polres Kulon Progo.

Berikut ini merupakan dokumentasi siswa yang telah terjaring

razia HP karena di dalam HP siswa tersebut terdapat gambar dan video

porno. Oleh Polres Kulon Progo ditindaklanjuti dengan memberikan

pengarahan secara intens di Kantor Polres Kulon Progo bagian

Satbinmas oleh IPTU Parjija dan dibantu oleh IPDA Kawit.


101

Gamb ar 3. Pera an Polres Kulon Pro go dalam kegiatan patroli


menja ring siswa ang membawa HP be risi video dan gambar
porno tangga l 14 Februa ri 2014.
Sumb er: Data Dokumen tentang Keg atan Patroli Polres K ulon
Progo pada bulan April tahun 2014 dari Satbinmas (Satuan Binaan
Masy rakat)

Kegiatan patroli ini bertuju an untuk m engantisip asi dan menyisir

t empat yang diduga sering terjadi tindak pidana pencabu lan anak. elain

it u, bertujuan agar pel aku dan ko rban yang mengetahu i adanya

patroli polisi dapat menguru gkan niat nya untuk melakuka tindak

pidana pencabulan anak ataup un pihak epolisian dapat mena ngkap lan

gsung pelaku penc abulan anak .

b. K egiatan Sosialisasi di Lingkunga n Masyarakat dan Seko lah

1) Sosialisa si tentang Pencegahan Terjadinya Pencabulan Anak di

tempat Ibu-ibu PKK Giripeni W ates

Ke giatan sosi lisasi dila sanakan p ada hari Sa btu, tangg al 24

Februari 2014 puku l 13:00 W IB di tempat Ibu-ibu PKK Giripeni

Wates di sela-sela kegiatan ari san Ibu-ibu PKK. Den gan pembicara

dari Polr es Kulon P rogo berna ma IPDA Antu Nugroho didampingi

oleh Brig adir Kunianto Wibow o dan Ibu Ketua PKK, serta peserta

kegiatan sosialisasi tersebut dalah Ibu -ibu PKK. Acara di wali


102

dengan pembawa a cara memulai pelaksanaan kegiatan arisan yaitu

pemanggilan peserta arisan an pencatatan peserta yang sudah

menyetor arisan. Sebelum dilakukan pen gocokan arisan, pem bawa

acara mempersilak an Polisi dari Polr es Kulon Progo dengan

pembicara IPDA A tu Nugroho menyam paikan tem a yang dia gkat

yaitu “Pencegahan Terjadinya P encabulan Anak”.

Selesai memb erikan sosialisasi kepa da ibu-ibu P KK dilanj tkan

dengan elakukan tanya jawab tentang tema diang kat. Selain itu,

Ibu-Ibu P KK diperkenankan u tuk memberikan saran dan kriti nya.

Waktu d lam melakukan sosia isasi terseb ut sekitar 1,5 jam. T juan

dari sosia lisasi yang dilakukan Polres Kulon Progo a dalah agar para

ibu mewa spadai diri agar tidak menjadi korban kekera san seksual dan

mengawasi putra-putrinya agar tidak menj adi korban atau pelaku dari

kekerasa seksual atau tindak p idana penca bulan anak.

Be ikut ini merupakan dokumentasi kegiatan sosialisasi te

tang Pencegahan Terjadinya Pencabulan Anak Polres ulon Prog o di

Perkump ulan Ibu-Ib u PKK Giripeni Wates.

Gambar 4. Peranan Polres Kulon Progo dalam Kegiatan Sosia lisasi


tentang Pencegahan Terjadinya Pencabulan Anak di Perkumpulan
Ibu-Ibu PKK Giripe ni Wates ta nggal 24 F ebruari 2014
103

Sumber: Data Dokumen tentang Kegiatan Sosialisasi Polres Kulon


Progo pada bulan April tahun 2014 dari Satbinmas (Satuan Binaan
Masyarakat)

2) Sosialisasi tentang Waspada Pencabulan Anak di rumah Bapak

Kepala Dusun Terbah Tunjungan Pengasih

Sosialisasi dilaksanakan pada hari Sabtu 12 April 2014 pukul

20:00 WIB di rumah Bapak Kepala Dusun Terbah Tunjungan

Pengasih di perkumpulan rapat mingguan. Dengan Pembicara dari

Polres Kulon Progo bernama IPDA R. Kurnia Budiarso bersama

dengan IPDA Antu Nugroho dan peserta sosialisasi tersebut adalah

Bapak-bapak yang mengikuti rapat dusun Terbah, Tunjungan,

Pengasih. Acara diawali dengan pembawa acara memulai

pelaksanaan kegiatan rapat, yaitu rapat mengenai evaluasi tentang

kegiatan dilakukan dalam satu minggu, mengenai kerja bakti dan

pembenahanan jalan setapak di dusun Terbah Tunjungan, serta

kegiatan yang akan dilakukan di Minggu selanjutnya.

Di sela-sela kegiatan rapat tersebut, Polisi dari Polres Kulon

Progo dipersilakan untuk menyampaikan sosialisasi mengenai

“Waspada Pencabulan Anak”. Materi tentang tema tersebut di

sampaikan oleh IPDA R. Kurnia Budiarso, selesai penyampaian

materi bapak-bapak yang ada di situ diperkenankan untuk

menyampaikan saran dan kritiknya. Waktu dalam melakukan

sosialisasi tersebut sekitar 1 jam. Tujuan dari sosialisasi yang

dilakukan Polres Kulon Progo adalah agar Bapak-bapak mewaspadai


104

diri untu mengawasi putra-putrinya agar tidak menjadi korban atau

pelaku d ari kekerasan seksual atau tinda pidana p encabulan anak,

karena b erkembang pesatnya teknologi s eperti adanya video p orno

atau gam bar-gambar porno mud ah diakses di internet.

Berikut ini merupakan dokumentasi kegiatan sosialisasi te

tang Waspada Pencabulan Anak di Rumah Bapak Kepal Dusun Te

rbah Tunjungan Pengasih.

Gambar 5. Perana Polres K lon Progo dalam Keg iatan Sosia lisasi
tentang Waspada encabulan Anak di r umah Bapak Kepala D usun

Sumber: Data Dokumen tenta ng Kegiata n Sosialisa si Polres K


ulon Progo pada bulan April tahun 2014 dari Satbinmas (Satuan
Binaan Masyar akat)

3) Sosialisasi tentang Pribadi ya ng Kuat, D isiplin, da n Bertanggung

Jawab di SMP Negeri 1 Sentolo

Sos ialisasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Februari 2014

pukul 13:30 WIB di SMP Ne geri 1 Sentolo dalam acara pram uka.

Acara dia wali denga n pembaw a acara me mulai pelaksanaan kegiatan

pramuka di lapanga n upacara. Dalam upac ara tersebu t, yang menjadi

pembina upacara a alah Kepala Sekolah sendiri, pembina up acara


105

menyampaikan nasehat-nasehatnya kepada para siswa kelas VII

yang mengikuti pramuka dan memberitahukan bahwa akan

dilaksanakan sosialisasi dari pihak Kepolisian Resort Kulon Progo

dengan tema “Pribadi yang Kuat, Disiplin, dan Bertanggung Jawab”

Dengan pembicara dari Polres Kulon Progo bernama Bapak IPDA

Antu Nugroho dan peserta dari kegiatan sosialisasi tersebut adalah

guru dan siswa di SMP Negeri 1 Sentolo.

Upacara dilanjutkan sampai selesai dan para siswa langsung

masuk ke dalam aula sekolah. Acara dibuka dengan pendampingan dari

guru, guru sebagai moderator menyampaikan rangkaian acara.

Kemudian guru mempersilakan pihak Kepolisian untuk menyampaikan

materi sosialisasi dengan tema tersebut di atas dengan pembicaranya

adalah Bapak IPDA Antu Nugroho. Selanjutnya para siswa disuruh

masuk kelas didampingi guru dan pihak Kepolisian Resort Kulon

Progo. Di dalam kelas Polisi menuliskan isi materi dari sosialisasi

tentang tema “Pribadi yang Kuat, Disiplin, dan Bertanggung Jawab”.

Kemudian Brigadir Kurnianto Wibowo menulis pertanyaan di papan

tulis dan siswa disuruh maju menjawab, ada salah satu siswa laki-laki

yang memberanikan diri untuk menjawab dan menuliskannya di papan

tulis. Selain itu, Brigadir Kurnianto Wibowo juga memanggil 2 siswa

sebagai contoh mengenai tatacara memakai pakaian sesuai peraturan

sekolah. Acara diakhiri dengan pemberian motivasi dari pihak Polres

Kulon Progo kepada para siswa


106

dan guru untuk selalu berani dan mewaspa dai akan b anyaknya tindak

pidana pe ncabulan anak.

Be ikut ini merupakan dokumentasi kegiatan sosialisasi te tang

Pribadi yang Kuat, Disiplin, dan Bertangg ung Jawab di SMP Negeri

1 Sentolo.

Gambar 6. Peranan Polres Kulon Progo melalui Ke iatan Sosia


lisasi tentang Pribadi ya ng Kuat, Disiplin, d n Bertanggung Jawab
di SMP N egeri 1 Sent olo tanggal 24 Februari 2014

Sumber: Data Dokumen tenta ng Kegiata n Sosialisa si Polres K


ulon Progo pada bulan April tahun 2014 dari Satbinmas (Satuan
Binaan Masyar akat)

4) Sosialisasi tentang B erhati-hati lah Menjaga Diri di MAN 2 Wates

Sosialisasi dila ksanakan p ada hari Jumat, tangg l 11 April 2014 pukul

13 :00 WIB di MAN 2 Wates setelah Jumatan. Dengan

pembicara dari Polre s Kulon Progo adalah Bripka Ar s Setyawa dan

subjek da lam sosialisasi terseb t adalah g ru, siswa, dan siswi MAN

2 Wates. Acara diaw ali dengan pembawa acara mem lai pelaksanaan

dengan doa bersam di Musho lla MAN 2 Wates, k emudian Bripka Aris

Sety awan menyampaikan Materi tentang tema “Berhati-ha tilah

Menjaga Diri”, selesai penyampaian m ateri siswa-siswi MA N 2

Wates yang ada di situ diperkenankan untuk menyamp ikan


107

pertanyaa n yang kemudian d ijawab ol eh pembicara dari ihak

Kepolisian. Tujuan dari sosialisasi yang dilakuka Polres K ulon

Progo ad alah agar siswa-siswi berhati-hati menjaga diri karena asa-

masa SM A itu keingintahuannya cukup besar dan pandai-p ndai

untuk me milih teman agar tidak terjerum s dalam k enakalan remaja

bahkan te rjerat dala m kasus tin ak pidana pencabulan anak.

Berikut ini merupakan dokumentasi Kegiatan sosialisasi te

tang Berhati-hatilah Men aga Diri di MAN 2 Wates.

Gamb ar 7. Peranan Polr es Kulon Progo melalui Ke iatan Sosial


isasi tentang Berhati-h atilah Menjaga Diri di MAN 2 Wates
tangga l 11 April 014

Sumb er: Data Dokumen tentang Kegiatan Sosialis asi Polres K ulon
Progo pada bulan April tahun 2014 dari Satbinmas (Satuan Binaan
Masy rakat)

5) Sosialisas i tentang Tingkatkan Ketaqwaan, Hindari Maksiat di Po

ndok Pesantren Budi Mulia Kaliagung Sentolo

Sosialisasi dil ksanakan pada hari Selasa, tang gal 1 April 2014

pukul 13 :00 WIB di Pond k Pesantr en Budi M ulia Kalia gung Sentolo.

Dengan pe mbicara dar i Polres K ulon Progo bernama B ripka Aris Set

awan bersama dengan IPDA A ntu Nugroho dan Br gadir


108

Kurnianto Wibowo, serta peserta dari kegiatan sosialisasi tersebut

adalah pengasuh dan anak-anak penghuni Pondok Pesantren Budi

Mulia Kaliagung Sentolo. Tema yang diangkat yaitu “Tingkatkan

Ketaqwaan, Hindari Maksiat”. Acara diawali dengan pembawa acara

memulai pelaksanaan pengajian bersama. Kemudian Materi tentang

tema tersebut di sampaikan oleh IPDA Antu Nugroho dan

ditambahkan oleh Bripka Aris Setyawan, selesai penyampaian materi

pengasuh dan anak-anak Pondok yang ada di situ diperkenankan

untuk menyampaikan saran dan kritiknya. Waktu dalam melakukan

sosialisasi tersebut sekitar 1 jam. Tujuan dari sosialisasi yang

dilakukan Polres Kulon Progo adalah agar anak-anak pondok

pesantren dan pengasuhnya selalu mawas diri dan selalu

meningkatkan ketaqwaan agar terhindar dari perilaku menyimpang

mengenai maksiat yaitu berbuat yang dilarang agama seperti

penyimpangan perilaku seksual termasuk pencabulan anak. Oleh

karena itu, perlunya pengasuh Pondok Pesantren untuk menjaga

anak-anak pondok agar terhindar dari tindak pidana pencabulan anak

dan tidak menjadi korban atau pelaku pencabulan.

Berikut ini merupakan dokumentasi kegiatan sosialisasi tentang

Tingkatkan Ketaqwaan, Hindari Maksiat di Pondok Pesantren Budi

Mulia Kaliagung.
109

Ga mbar 8. Peranan Polres Kulon Progo m elalui Ke iatan


Sosialisasi Tin gkatkan Ketaqwaan, Hindari Ma ksiat di Po ndok
Pesantren Budi Mulia Kaliagung tan ggal 1 Apri 2014

Su mber: Data Dokumen tentang egiatan Sosialisasi olres


Ku on Progo pada bulan April tahun 2014 dari Satbinmas
(Satuan Binaa Masyarakat)
Ke giatan sosialisasi yan dilakukan Polres Ku lon Progo b elum

memiliki jadwal husus dalam progr am kerja. Namun hanya

menunggu undangan atau permintaan dari s kolah m upun

masyarakat. Sehingg a terkadang berbentu ran dengan jadwal ke iatan

antara pi ak Kepolisian dan masyarakat atau sekolah. Oleh karen a itu,

sebaikny a Polres Kulon Progo khusus nya Unit Binmas alam

melakuka n kegiatan sosialisas i dilaksan akan secara kontinue dan

terjadwal. Tidak ha ya menun ggu permintaan/undangan dari sekolah

maupun masyarakat.

Pelaksanaan s osialisasi merupakan peranan secara preventif

dalam tindak pidana pencabula anak di wilayah Kul n Progo be rsifat

persuasif dan mem berikan mo tivasi kepa da tokoh masyarakat agar

putra-putrinya dapat menjaga iri, tidak mudah percaya pada ajakan

orang, tid ak mudah percaya rayuan dari o rang lain, anak tidak lepas

dari peng awasan or ang tua, dan bepergian tidak boleh sendiri harus
110

bersama teman atau saudara. Selain itu, kegiatan sosialisasi bertujuan

untuk memberikan pengertian kepada warga masyarakat tentang

pencabulan anak yang dapat menghancurkan masa depan anak itu

menjadi suram, memberikan pengarahan agar anak dapat menjaga

diri dari pergaulannya di tengah masyarakat, dan anak dapat memilih

teman yang baik dan bertanggung jawab. Dengan adanya kegiatan

sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat mengerti akan untung

rugi jika terjadi adanya tindak pidana pencabulan anak agar tidak

jatuh banyak korban dari pelaku tindak pidana pencabulan anak di

masa mendatang.

c. Sambang di rumah-rumah warga

Polres Kulon Progo melalui SatBinmas (Satuan Binaan Masyarakat)

sering melakukan sambang di rumah-rumah warga, silaturahmi agar lebih

dekat lagi hubungan polisi dan masyarakat. Sambang ini tidak dilakukan

secara kontinyue, namun apabila ada jadwal kosong atau free dari Polres

Kulon Progo, selain itu mengikuti jadwal yang ada di masyarakat. Contoh :

IPTU Kawit dan IPDA Parjija melakukan sambang ke rumah Bapak

Kepala Dusun Terbah, Tunjungan, Pengasih, Kulon Progo pada hari Jumat

tanggal 4 April 2014 pukul 16:00 WIB. Tujuan dari kegiatan sambang atau

silaturahmi ini adalah agar lebih dekat lagi hubungan polisi dan masyarakat

dalam menyampaikan informasi yang berguna bagi kepentingan

masyarakat, seperti penanggulangan tindak pidana pencabulan anak di

Wilayah Kulon Progo.


111

2. Peranan Polisi Secara Represif terhadap Tindak Pidana Pencabulan

Anak

Selain peranan polisi secara preventif, Polres Kulon Progo juga

melakukan peranan secara represif. Peranan secara represif terhadap

tindak pidana pencabulan anak di Wilayah Kulon Progo tersebut

dilakukan oleh Polisi bagian Unit Pelayanan Perempuan Anak (UPPA).

Penyidik tersebut terdiri dari:

a. Kanit (Kepala Unit) dengan pangkat IPDA

b. Satu orang Penyidik dengan pangkat IPTU

c. Lima orang Penyidik Pembantu dengan pangkat AIPTU, Bripka, dan

Bripda

Peranan secara represif terhadap tindak pidana pencabulan anak di

Wilayah Kulon Progo melalui tindakan penyelidikan dan penyidikan.

1) Penyelidikan

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari

dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam KUHAP (Pasal 1 butir 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Selanjutnya

penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang

tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya


112

(Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana ).

Terkait dengan penyelidikan sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat

(10) Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana, yang mengatur tentang wewenang penyelidik

menyebutkan bahwa penyelidik karena kewajibannya mempunyai

wewenang sebagai berikut :

a) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya


tindak pidana
b) Mencari keterangan dan barang bukti
c) Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan
serta memeriksa tanda pengenal diri
d) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggungjawab. (Pasal 5 ayat (1) a Undang-Undang No. 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana)

Kasus pencabulan anak merupakan kasus tindak pidana yang

menurut pihak kepolisian mudah ditanggulangi, apabila semua alat bukti

telah terpenuhi. Menurut Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana, alat bukti terdiri dari : keterangan saksi, ahli, surat,

petunjuk, keterangan terdakwa. Dalam kasus pencabulan anak yang

terpenuhi diantaranya:

(1) Keterangan saksi, keterangan dari korban, orang tua, teman, dan

melihat langsung tindak pidana pencabulan anak.

(2) Keterangan ahli, keterangan ahli dalam hubungannya dengan tindak

pidana pencabulan anak adalah Dokter bagian Poli kandungan


113

RSUD Wates untuk melakukan visum terhadap korban tindak

pidana pencabulan anak.

(3) Surat bisa berupa Surat Visum.

(4) Petunjuk, dalam kasus pencabulan anak yang dimaksud yaitu

keterangan saksi yang mengalami langsung tindak pidana

pencabulan anak yaitu saksi korban.

(5) Keterangan terdakwa

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai tindak

pidana pencabulan anak dengan tindakan penyelidikan, dapat dicermati

dalam dua kasus tindak pidana pencabulan anak yang patut diduga

orang dewasa dan anak, diuraikan sebagai berikut: (a) Orang dewasa

Berikut penanganan UPPA Polres Kulon Progo terhadap

tindak pidana pencabulan anak pada tahap penyelidikan terhadap

yang patut diduga dilakukan oleh orang dewasa pada tahun 2012

yang telah mendapat keputusan dari Pengadilan, sebagai berikut:

Kasus :

Pada hari, tanggal lupa, sekira bulan April tahun 2012 pukul

13.00 WIB. Di semak- semak wilayah obyek wisata Pantai Trisik,

Galur, Kulon Progo telah terjadi tindak pidana persetubuhan dan atau

pencabulan terhadap anak yang dilakukan oleh AAK bin Z kepada

korban AUS, 16 tahun, Islam, pelajar, alamat : Pedukuhan V

Bagongan, Ds. Nomporejo, Kecamatan Galur. Kab. Kulon Progo.


114

Perbuatan AAK bin Z dilakukan dengan cara memeluk, mencium

pipi, bibir korban, setelah itu AAK bin Z memegang dan memeras

payudara korban dengan cara tangan tersangka merogoh melalui

kaos yang dikenakan korban, kemudian AAK bin Z menaikkan rok

korban selanjutnya AAK bin Z membuka resleting celana

panjangnya dan mengeluarkan alat kelaminnya, kemudian AAK

bin Z memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin korban

dengan posisi tiduran di mana korban berada di bawah sedang

AAK bin Z berada di atas lalu AAK bin Z menggerakkan naik

turun sampai mengeluarkan sperma di luar alat kelamin korban.

(Data Dokumen Resume/Berita Acara Pendapat tentang Tindak

Pidana Pencabulan Anak:Polres Kulon Progo bagian UPPA yang

telah diolah peneliti 22 April 2014)

Berkaitan dengan kasus di atas, UPPA Polres Kulon Progo

mendapatkan laporan tentang adanya suatu peristiwa yang diduga

merupakan tindak pidana pencabulan anak di Wilayah Kulon Progo

tersebut dari:

1. Nama : AUS

Tempat, tanggal lahir : Kulon Progo, 30 April 1996

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Pedukuhan V Bagongan, Ds. Nomporejo,

Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo


115

Selanjutnya laporan tersebut oleh UPPA dibuatkan dalam Laporan

Polisi Nomor : LP/103/X/2012/DIY/RES KP tanggal 17 Oktober

2012. Adapun peristiwa yang dilaporkan adalah, sebagai berikut:

Waktu Kejadian : Pencabulan dilakukan 5 kali oleh

tersangka

1. Hari dan tanggal lupa bulan April 2012

sekira pukul 13:00 WIB

2. Hari dan tanggal lupa bulan April 2012

sekira pukul 13:00 WIB

3. Hari dan tanggal lupa bulan April 2012

sekira pukul 14:30 WIB

4. Hari dan tanggal lupa bulan Mei 2012

sekira pukul 14:00 WIB

5. Hari dan tanggal lupa bulan Mei 2012

sekira pukul 14:00 WIB

Tempat Kejadian : di semak-semak Wilayah Obyek Wisata

Pantai Trisik, Galur, Kulon Progo

Tindak Pidana : Pencabulan Anak

Korban : Pelapor, AUS

Terlapor : AAK bin Z

Dilaporkan pada : 17 Oktober 2012

2. Nama : M (Saksi II)

Tempat, tanggal lahir : Bantul, 5 November 1967


116

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani/Pekebun

Alamat : Jalan Jeruk Rt.002/001, Ds/Kel Suka

Maju, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir,

Provinsi Riau

Menerangkan bahwa :

Peristiwa persetubuhan dan atau pencabulan tersebut terjadi


pada, hari, tanggal tidak tahu bulan April tahun 2012 di Pantai
Trisik, Galur, Kulon Progo. Yang menjadi korban dalam tindak
pidana pencabulan anak adalah anak perempuannya bernama AUS.
Saksi ini mengetahui peristiwa tersebut berawal ketika saksi
II curiga akan isi SMS saksi I pada tanggal 16 Oktober 2012 yang
isinya “ank yg cynk kandung didoain y..” dan curiga melihat
bentuk tubuh saksi I yang mekar dan payudaranya membesar,
kemudian saksi II mengajak saksi I untuk memeriksa ke Bidan
dan dari pemeriksaan bidan diketahui bahwa saksi I hamil sekira
6 (enam) bulan.
Korban ke bidan dengan memakai baju hitam celana hitam
dan jeans biru. Yang diperkirakan lahir 4 Februari 2013. Dan yang
melakukan persetubuhan terhadap saksi I adalah AAK bin Z. Saksi
II tahu karena telah bertemu dengan AAK bin Z dan bertemu kepada
AAK bin Z yang intinya apakah pernah berhubungan selayaknya
suami istri dengan AUS? lalu dijawab “Ya” oleh AAK bin Z dan
berjanji akan menikahi saksi I secara siri karena AAK bin Z sudah
mempunyai istri yang sah, mendengar pernyataan itu saksi II tidak
terima dan melaporkan ke Polres Kulon Progo. (Data Dokumen
Resume/Berita Acara Pendapat tentang Tindak Pidana Pencabulan
Anak:Polres Kulon Progo bagian UPPA dengan pengolahan data
oleh peneliti 22 April 2014).

Selanjutnya laporan Saksi I (korban) dan Saksi II (ayah

korban) tersebut digabungkan dan ditulis oleh Penyelidik UPPA

Polres Kulon Progo, dengan Nomor Polisi :

LP/103/X/2012/DIY/RES KP tanggal 17 Oktober 2012 tentang

pencabulan anak, a.n AUS. Dalam kasus ini korban tidak


117

dilakukan pemanggilan karena korban kooperatif (datang tanpa

surat pemanggilan dari UPPA Polres Kulon Progo). Penyelidikan

yang dilakukan berupa pengumpulan bahan keterangan dari

korban AUS dan ayahnya berinisial M atau melakukan

wawancara kepada saksi pelapor.

Dari aduan inilah terjadinya penyelidikan. Korban dalam

mengadukan tindak pidana yang dialami dapat dengan secara lisan

maupun tertulis. Yang terjadi di Polres Kulon Progo mengenai tindak

pidana pencabulan anak yang patut diduga dilakukan oleh orang

dewasa (AAK bin Z), korban menyampaikan laporannya dilakukan

secara tertulis kepada Penyelidik. Hal ini, karena korban dapat

membaca dan menulis. Kemudian isi laporan dibacakan dan

disepakati yang selanjutnya ditandatangani oleh Penyidik UPPA dan

korban. Namun, dapat juga korban tindak pidana pencabulan anak

dalam memberikan keterangan dapat dilakukan secara lisan. Hal ini

dilakukan jika korban dalam keadaan tidak bisa membaca dan

menulis, kemudian dibacakan oleh Penyelidik UPPA dan

ditandatangani oleh korban dan petugas penyelidik. Setelah

menerima laporan tersebut tugas penyelidik adalah mendatangi

tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan kebenaran laporan

tersebut. Laporan atau aduan ini dilakukan jika bukan keadaan

tertangkap tangan. Di TKP penyelidik mencari informasi selengkap-

lengkapnya dan barang bukti


118

Dalam hal ini penyelidik berwenang menyuruh berhenti

terhadap seseorang yang dicurigai atau memeriksa tanda pengenal

diri. Pada kasus tindak pidana pencabulan anak di Wilayah Kulon

Progo belum pernah dilakukan tindakan menyuruh berhenti orang

yang dicurigai melakukan tindak pidana perbuatan cabul. Karena

pada penyelidikan kasus tindak pidana pencabulan anak belum

pernah ada seseorang yang diduga melakukan tindak pidana

pencabulan anak tertangkap tangan sedang melakukan tindak pidana

tersebut. Penyelidik juga berhak melakukan penangkapan dan

penahanan serta penggeledahan terhadap seseorang yang diduga kuat

melakukan tindak pidana, dalam tahap ini disertai surat perintah

penyidik. Orang yang diduga melakukan tindak pidana pencabulan

anak biasanya masih ada di Wilayah Kulon Progo, namun ada juga

yang berada di luar Wilayah Kulon Progo atau di luar negeri.

Selanjutnya, Penyelidik memberikan laporan hasil penyelidikan

secara tertulis kepada Penyidik untuk dilakukan proses penyidikan.

(b) Anak

Dengan pengertian penyelidikan yang telah dikemukakan di

atas tentang pencabulan anak di Wilayah Kulon Progo, berikut

penanganan Penyelidik UPPA Polres Kulon Progo dalam tindak

pidana pencabulan anak pada tahap penyelidikan terhadap yang

patut diduga dilakukan oleh anak pada tahun 2013 yang telah

mendapat keputusan dari pengadilan:


119

Kasus :

Pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013 sekira pukul 06:15 WIB

di kamar mandi sekolah tepatnya kamar mandi depan mushola SMP

Negeri 2 Galur Kulon Progo telah terjadi tindak pidana

persetubuhan dan atau pencabulan terhadap anak yang dilakukan

oleh TP bin S pada ER yang berusia 13 tahun 8 bulan, beragama

Islam, pekerjaan pelajar SMP kelas VIII, beralamat Barahan

Pedukuhan II RT 007/004, Karangsewu, Galur, Kulon Progo.

Perbuatan TP bin S adalah mencium bibir, meraba-raba kemaluan,

memasukkan jari ke kemaluan korban ER, mengulum, menetek

payudara korban selanjutnya alat kelamin TP bin S dimasukkan di

alat kelamin korban dengan digerakkan maju mundur sekira 20

menit, kemudian ganti posisi korban tiduran di lantai kamar mandi

dan TP bin S menindih korban dan kembali memasukkan alat

kelaminnya ke dalam alat kelamin korban dan digerakkan naik turun

sampai 15 menit tapi tidak keluar sperma.

Selanjutnya ganti posisi korban bersandar di tembok kamar

mandi dan TP bin S dalam posisi berdiri. Selanjutnya korban disuruh

mengulum alat kelamin TP bin S. Setelah mengulum sekira 10 menit

akhirnya TP bin S keluar sperma di mulut korban. (Data Dokumen

Resume/Berita Acara Pendapat tentang Tindak Pidana Pencabulan

Anak:Polres Kulon Progo bagian UPPA dengan diolah oleh peneliti

15 Juni 2014)
120

Laporan peristiwa pencabulan anak yang dialami oleh ER

dicatat oleh UPPA Polres Kulon Progo dengan Nomor Polisi:

LP/77/VIII/2013/DIY/RES KP tanggal 4 Agustus 2013. Setelah

adanya Laporan Polisi Nomor: LP/77/VIII/2013/DIY/RES KP

tanggal 4 Agustus 2013 yang didisposisikan kepada Polisi Penyidik

UPPA di Polres Kulon Progo. Penyelidikan yang dilakukan berupa

pengumpulan bahan keterangan wawancara (interview) untuk

pengumpulan bahan keterangan dari saksi pengadu.

Pencatatan Pemeriksaan Perkara adalah sebagai berikut :

1. Nama : ER

Tempat, tanggal lahir : Kulon Progo, 2 Januari 2000

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar SMP kelas VIII

Alamat : Barahan II, Tirtorahayu, Galur, Kulon

Progo

Selanjutnya laporan tersebut oleh UPPA dibuatkan dalam

Laporan Polisi: LP/77/VIII/2013/DIY/RES KP. Adapun peristiwa

yang dilaporkan adalah:

Waktu Kejadian : Pencabulan dilakukan 2 kali oleh

tersangka

1. Hari Selasa dan tanggal 16 Juli 2013

sekira pukul 06:00 WIB – 07:00

WIB
121

2. Hari Sabtu dan tanggal 27 Juli 2013

sekira pukul 06:15 WIB - 09:00

WIB

Tempat Kejadian : di kamar mandi SMP Negeri 2 Galur,

Kulon Progo

Tindak Pidana : Pencabulan Anak

Korban : Pelapor, ER

Terlapor : TP bin S

Dilaporkan pada : 4 Agustus 2013, pukul 09:00 WIB

2. Nama : S als Pak K (saksi II)

Tempat, tanggal lahir : Kulon Progo, 31 Desember 1964

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani/pekebun

Alamat : Barahan II, Tirtorahayu, Galur, Kulon

Progo

Menerangkan bahwa :

S mengakui bahwa yang menjadi korban persetubuhan dan


atau pencabulan anak adalah anak kandungnya sendiri yang
terjadi di kamar mandi SMP Negeri 2 Galur. Saksi I dan TP bin S
melakukan hubungan suami istri dua kali yaitu tanggal 16 Juli
2013 dan 27 Juli 2013. TP bin S pernah mengancam ke Saksi I
yang bunyinya, “Awas nek ngomong karo wong, gengku akeh.”
(awas kalau bicara sama orang, gengku banyak).
Kejadian yang kedua dipergoki oleh satpam SMP Negeri 2
Galur berinisial SU dan rekan sekolah berinisial MR, pelajar 14
tahun yang rumahnya tidak diketahui oleh saksi II. Karena belum
ada pertanggungjawaban dari TP bin S, yang akibatnya saksi I
menjadi murung, mengurung diri, dan bertingkah tidak seperti
biasanya. (Sumber : Data Dokumen Resume/Berita Acara
122

Pendapat tentang Tindak Pidana Pencabulan Anak:Polres Kulon


Progo bagian UPPA dengan diolah oleh peneliti 15 Juni 2014)

Selanjutnya laporan Saksi I (korban) dan Saksi II (ayah

korban) digabungkan menjadi satu yang ditulis oleh Penyelidik

UPPA Polres Kulon Progo, dengan Nomor Polisi:

LP/77/VIII/2013/DIY/RES KP tanggal 4 Agustus 2013 tentang

pencabulan anak, a.n ER. Dalam kasus ini korban tidak dilakukan

pemanggilan karena korban kooperatif. Atas laporan dan

keterangan yang diberikan oleh Saksi I dan Saksi II, sudah cukup.

Kemudian UPPA Polres Kulon Progo melanjutkan ke proses

selanjutnya yaitu dalam proses penyidikan.

2) Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari

serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya

(Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Berkaitan dengan

penyidikan, penyidik memiliki wewenang sebagaimana tercantum

dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Adapun wewenang

penyidik sebagai berikut :

a) menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya


tindak pidana;
b) melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
123

c) menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda


pengenal diri tersangka;
d) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan;
e) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f) mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
h) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
i) mengadakan penghentian penyidikan;
j) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab (Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

Berkaitan dengan uraian di atas untuk dapat menjadi penyidik

dan penyidik pembantu UPPA Polres Kulon Progo sesuai dengan

ketentuan Pasal 12 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa jabatan

Penyidik dan Penyidik Pembantu adalah jabatan fungsional yang

pejabatnya diangkat dengan Keputusan Kepolisian Republik Indonesia

(Kapolri) (Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang No. 2

tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut di

atas. Syarat menjadi Penyidik atau Penyidik Pembantu dalam kasus

pencabulan anak di Polres Kulon Progo yakni diangkat dengan

Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) dan

sekurang-kurangnya berpangkat Brigadir Tingkat Dua (Bripda), dan

memiliki pendidikan Sarjana Hukum yang diperoleh di pendidikan

formal dalam Kesatuan Kepolisian Negara Republik Indonesia.


124

Kasus tindak pidana pencabulan anak tidak dapat dimasukkan

dalam kasus tindak pidana umum, karena korbannya menyangkut

anak. Dalam kasus ini tersangka dewasa dengan korbannya anak tetap

ditangani oleh Penyidik UPPA Polres Kulon Progo dengan

pertimbangan Undang–Undang secara khusus yaitu Undang-Undang

No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. UPPA Polres Kulon

Progo memiliki kewenangan dan secara spesifik untuk menangani

kasus yang melibatkan anak dan perempuan. Seperti yang termuat

dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Kapolri No. 10 Tahun 2007 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak

(UPPA) di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia

menyatakan bahwa Panit Idik bertugas melaksanakan penyidikan dan

penyelidikan pelaku kejahatan terhadap perempuan dan anak. Namun,

apabila dalam suatu kasus tersangka dan korbannya sama-sama telah

dewasa (lebih dari 18 tahun) kasusnya ditangani oleh Unit IV

Satreskrim yang menangani tindak pidana Judi dan Asusila.

(1) Orang Dewasa

Berkaitan dengan penyidikan, polisi selaku penyidik mendapat

surat perintah dilakukan penyidikan dengan Nomor : SP.

Sidik/178/X/2012/Reskrim Tanggal 17 Oktober 2012 kemudian hari,

Kamis, tanggal 17 Oktober 2012 telah dimulai penyidikan tindak

pidana pencabulan anak dan dapat melakukan beberapa tindakan.

Adapun tindakan-tindakan tersebut ialah melakukan


125

pemanggilan, meminta pertimbangan ahli, pemeriksaan,

penangkapan, penahanan, penyitaan, mengambil sidik jari dan

memotret tersangka, penghentian penyidikan dan selesainya

penyidikan. Terkait tindakan Polisi UPPA Polres Kulon Progo

terhadap kasus pencabulan anak yang terjadi pada bulan April

Tahun 2012, terjadi di Pantai Trisik, Galur, Kulon Progo, untuk

lebih jelas dipaparkan sebagai berikut ;

(a) Pemanggilan saksi, ahli, dan tersangka

Untuk melakukan pemeriksaan, penyidik melakukan

pemanggilan terhadap saksi, ahli, dan tersangka:

1. Pemanggilan Saksi

Saksi yang dipanggil adalah saksi yang dianggap perlu

untuk diperiksa. Pemanggilan saksi dilakukan penyidik

dengan berhati-hati dan teliti. Jangan sampai ada saksi yang

dipanggil, ternyata tidak dapat memberikan keterangan

apapun. Untuk memanggil dan menjadikan seseorang untuk

diperiksa sebagai saksi, pejabat/penyidik pembantu harus

benar-benar berpedoman pada kriteria yang ditentukan oleh

Pasal 1 angka 26 Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yaitu seseorang

yang mendengar sendiri, melihat sendiri, mengalami sendiri

peristiwa pidananya, dan orang yang bersangkutan akan

memberi keterangan tentang apa


126

yang ia dengar ia lihat serta ia alami. Pada kasus tindak

pidana pencabulan anak dengan tersangka AAK bin Z,

Polisi Penyidik UPPA Polres Kulon Progo melakukan

pemanggilan terhadap 3 saksi yang terdiri dari:

a. AN, teman tersangka AAK bin Z dan korban AUS,

b. ES, bidan pertama kali yang didatangi oleh tersangka

AAK bin Z dan korban AUS untuk memeriksa

kehamilan AUS.

c. S, Ketua RW di lingkungan rumah AUS

2. Pemanggilan Ahli

Selain saksi-saksi yang telah disebutkan di atas,

Polisi Penyidik UPPA Polres Kulon Progo juga

memanggil seorang ahli dari RSUD Wates bagian Poli

Kandungan yaitu dr. SU.

3. Pemanggilan Tersangka

Dalam kasus ini pemanggilan tersangka dan saksi

dilakukan dengan panggilan berbentuk surat pemanggilan,

yang mana surat pemanggilan itu memuat: a.

Pertimbangan dan Dasar

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo melakukan

pemanggilan dengan dasar pertimbangan:


127

1) Pasal 7 ayat (1) huruf g, Pasal 11, Pasal 112 ayat (2)

dan Pasal 113 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia

3) Laporan Polisi Nomor: LP/103/X/2012/DIY/RES KP

tanggal 17 Oktober 2012

4) Identitas dari tersangka atau saksi yang dipanggil

b. Dalam melakukan pemanggilan, Penyidik UPPA Polres

Kulon Progo menuliskan

1) Identitas lengkap saksi yang dipanggil.

2) Nama dari pejabat yang harus ditemui oleh yang

dipanggil

Saksi yang dipanggil harus menemui pejabat yang

ditunjuk sesuai dengan apa yang ditulis dalam surat

panggilan.

3) Hari, tanggal, bulan, tahun dan jam pemenuhan

panggilan

Saksi yang dipanggil harus melaksanakan

panggilannya sesuai dengan hari, tanggal, bulan, dan

tahun sesuai dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun

yang tertulis dalam surat panggilan.


128

4) Alasan pemanggilan

Dengan menyebut alasan pemanggilan, orang yang

dipanggil tahu untuk apa dia dipanggil, apakan

sebagai tersangka, saksi atau sebagai ahli.

5) Nama anggota Kepolisian yang memanggil

Surat panggilan ditandatangani pejabat penyidik

UPPA Polres Kulon Progo yang memanggil.

(b) Pemeriksaan

Pemeriksaan penyidikan dilakukan oleh Penyidik UPPA

Polres Kulon Progo. Pemeriksaan penyidikan dilakukan

terhadap saksi, ahli dan tersangka yang akan diuraikan sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan saksi

Pemeriksaan yang dianggap perlu untuk diperiksa oleh

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo dilakukan dengan tata

cara pemeriksaan yang diuraikan sebagai berikut:

a. Saksi AN, ES, S diperiksa tanpa sumpah oleh Penyidik

UPPA Polres Kulon Progo. Hal tersebut sesuai dengan

prinsip pemeriksaan dalam tingkat penyidikan pada Pasal

116 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

menyebutkan bahwa saksi diperiksa dengan tidak

disumpah kecuali apabila ada cukup alasan untuk diduga


129

bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan di

pengadilan.

b. Saksi AN, ES, S diperiksa sendiri-sendiri oleh UPPA

Polres Kulon Progo, dengan waktu yang berbeda-beda.

Karena apabila diperiksa secara bersamaan kemungkinan

besar akan hilang kemurnian kesaksian seorang saksi

akibat pengaruh langsung dan tidak langsung dari saksi

lain. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 116 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan

bahwa saksi diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh

dipertemukan satu yang lain dan mereka wajib

memberikan keterangan yang sebenarnya.

c. Saksi AN, ES, S dalam memberikan keterangan kepada

penyidik UPPA Polres Kulon Progo harus lepas dari

segala macam tekanan, yaitu dengan tidak memberikan

pertanyaan yang menyudutkan saksi, memperlakukan

saksi sebagai subyek bukan sebagai objek, dan tidak

membentak-bentak saat memberikan pertanyaan kepada

saksi. Hal ini sesuai dengan Pasal 117 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan bahwa

keterangan tersangka dan/atau saksi kepada Penyidik


130

diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan/atau dalam

bentuk apapun)

d. Keterangan yang dikemukakan saksi dalam pemeriksaan

penyidikan dicatat dengan teliti oleh penyidik UPPA

Polres Kulon Progo dalam berita acara pemeriksaan. Hal

ini sesuai dengan Pasal 117 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana yang menyebutkan bahwa dalam

hal tersangka memberi keterangan tentang apa yang

sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak

pidana yang dipersangkakan kepadanya, penyidik

mencatat dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai

dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri.

e. Berita acara yang berisi keterangan saksi kemudian

dibacakan oleh Penyidik UPPA Polres Kulon Progo dan

isi berita acara tersebut disetujui oleh saksi. Selanjutnya

berita acara tersebut ditandatangani oleh penyidik dan

saksi. Hal ini sesuai dengan Pasal 118 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana yang menyebutkan bahwa

keterangan tersangka dan/atau saksi dicatat dalam berita

acara yang ditandatangani oleh penyidik dan oleh yang


131

memberikan keterangan itu setelah mereka menyetujui

isinya.

2. Pemeriksaan terhadap ahli

Pemeriksaan terhadap ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara. Pemeriksaan

ahli tidak semutlak pemeriksaan saksi. Ahli dipanggil dan

diperiksa apabila penyidik menganggap perlu untuk

memeriksanya. Dalam hal penyidik menganggap perlu,

penyidik dapat meminta pendapat orang yang memiliki

keahlian serius. Pemeriksaan ahli oleh Penyidik UPPA

Polres Kulon Progo terhadap Dokter bagian Poli Kandungan

RSUD Wates yaitu SU. Pemeriksaan ahli tersebut dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Keterangan ahli tersebut langsung di hadapan penyidik

Dalam hal ini ahli dipanggil menghadap penyidik

untuk memberikan keterangan langsung dihadapan

penyidik sesuai dengan keahlian khusus yang

dimilikinya. Sebelum dilakukan pemeriksaan ahli

mengangkat sumpah atau janji di muka penyidik yang

berisi bahwa ia akan memberikan keterangan menurut

pengetahuannnya sebaik-baiknya.
132

b. Keterangan berbentuk tertulis

Dalam hal ini penyidik mengajukan permintaan yang

diajukan kepada ahli. Dalam surat permintaan keterangan

penyidik menyebutkan dengan tegas pemeriksaan apa

yang dikehendaki penyidik kepada ahli. Dari permintaan

itu ahli melakukan pemeriksaan yang dikehendaki oleh

penyidik tersebut. Dalam penyidikan kasus tindak pidana

pencabulan anak dengan tersangka AAK bin Z,

memperoleh informasi mengenai tindak pidana yang

dilakukan tersangka dengan korban berinisial AUS.

Dalam penyidikan kasus tindak pidana pencabulan anak

dengan tersangka AAK bin Z, Penyidik UPPA Polres

Kulon Progo membawa korban ke RSUD Wates tanggal

18 Oktober 2012 untuk divisum di bagian Poli

Kandungan pukul 09:00 WIB. Kemudian di hari yang

sama Penyidik UPPA Polres Kulon Progo memperoleh

alat bukti keterangan berupa Visum Et Repertum dengan

surat Nomor : R/26/X/2012/Reskrim tanggal 18 Oktober

2012 pukul 15:00 WIB. Dalam surat itu diperoleh hasil

bahwa korban AUS hamil sekira 6 bulan.

3. Pemeriksaan terhadap Tersangka

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo melakukan

penyidikan terhadap tersangka AAK bin Z, yang karena


133

perbuatan/ keadaannya berdasarkan bukti permulaan yaitu

keterangan saksi korban yang patut diduga sebagai pelaku

tindak pidana dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:

1) Hak tersangka untuk segera mendapatkan pemeriksaan

oleh penyidik (Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana). Hal ini untuk menjauhkan kemungkinan

terkatung-katung nasib orang yang disangka, sehingga

dirasakan tidak ada kepastian hukum, terjadi perlakuan

sewenang-wenang dan ketidak wajaran.

2) Hak tersangka untuk perkaranya segera diajukan ke

pengadilan (Pasal Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana). Meski begitu proses pengajuan ke

Pengadilan masih ada kasus yang memakan waktu cukup

lama, dari kepolisian ke penuntut umum dianggap lumrah

yaitu enam bulan. Pelimpahan dari penuntut umum ke

pengadilan bisa memakan waktu enam bulan atau satu

tahun.

Pemeriksaan penyidik dalam mendapatkan jawaban atau

keterangan tersangka tidak boleh dipaksa dengan cara apapun

baik penekanan fisik dengan tindakan kekerasan atau

penganiayaan, maupun dengan tekanan dari penyidik maupun


134

pihak luar. Penyidik mencatat dengan teliti keterangan-keterangan

tersangka. Pencatatan disesuaikan dengan kata-kata dan kalimat

yang dipergunakan tersangka. Keterangan tersangka dicatat dalam

berita acara pemeriksaan oleh penyidik. Setelah selesai,

ditanyakan atau diminta persetujuan dari tersangka tentang

kebenaran isi berita acara tersebut. Apabila tersangka telah

menyetujui isi keterangan yang tertera dalam berita acara,

tersangka dan Penyidik masing-masing membubuhkan tanda

tangan mereka dalam berita acara. Apabila tersangka tidak mau

membubuhkan tanda tangan dalam berita acara pemeriksaan,

penyidik membuat catatan berupa penjelasan atau keterangan

tentang hal itu, serta menyebutkan alasan yang menjelaskan

kenapa tersangka tidak mau menandatangani.

Pemeriksaan tersangka terhadap kasus tindak pidana

pencabulan anak di Wilayah Kulon Progo, yang dilakukan oleh

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo dengan tersangka AAK

bin Z berjalan dengan baik. Karena tersangka sangat kooperatif

dalam memberikan keterangan kepada penyidik sehingga

memudahkan penyidik dalam melakukan pemeriksaan.

(c) Penangkapan

Penangkapan ini dilakukan untuk kepentingan penyidikan

dengan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun

1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang


135

berberbunyi “untuk kepentingan penyidikan, Penyidik dan

Penyidik Pembantu berwenang melakukan penangkapan”.

Penyidik UPPA dalam melakukan penangkapan berdasarkan

alasan seorang tersangka diduga keras melakukan tindak pidana

dan dugaan yang kuat itu didasarkan pada bukti permulaan yang

cukup.

Tindakan penangkapan baru dapat dilakukan oleh Penyidik

apabila seseorang itu diduga keras melakukan tindak pidana, dan

dugaan yang kuat itu didasarkan pada bukti permulaan yang

cukup. Pelaksanaan penangkapan dilakukan oleh petugas

Kepolisian Negara Republik Indonesia, kecuali di dalam hal

tertangkap tangan, setiap orang berhak melakukan penangkapan.

Pada tindak pidana pencabulan anak, Penyidik UPPA dalam

melakukan penangkapan terhadap tersangka harus membawa

surat tugas. Selain itu, Penyidik UPPA harus memperlihatkan

surat perintah penangkapan yang berisi identitas tersangka,

alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan dan

tempat tersangka diperiksa.

Dengan Surat Perintah Penangkapan dari Kepala Satreskrim

Polres Kulon Progo dengan Nomor Polisi: SP.

Kap/22/X/2012/Reskrim, tanggal 22 Oktober 2012 Penyidik

UPPA Polres Kulon Progo melakukan penangkapan terhadap:

Nama : AAK bin Z


136

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/ tanggal lahir: Kulon Progo, 4 Agustus 1993

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat :DK Siliran VI Rt24/12, Karangsewu,

Galur, Kulon Progo

Penangkapan tersebut dilakukan oleh 5 orang petugas dari

UPPA dan seorang Unit II (Tindak Pidana Tertentu) yaitu IPDA

Satiyem, Bripka Rina, Bripka Irwanto, Bripka Dwi Budi S, SH,

Bripda Nano Junianto, dan Briptu Ido. MJ. Penangkapan terhadap

tersangka AAK bin Z dilakukan pada hari Senin, 22 Oktober 2012

sekitar pukul 15.00 WIB di Persawahan dekat Pantai Trisik,

Galur, Kulon Progo, karena berdasarkan keterangan saksi-saksi,

serta bukti-bukti yang ada berupa HP diduga kuat telah

melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290

ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Kemudian

tersangka dibawa ke Kantor UPPA Polres Kulon Progo guna

penyidikan lebih lanjut. Atas penangkapan tersebut telah

dibuatkan Berita Acara Penangkapan tanggal 22 Oktober 2012.

Terdapat kesulitan yang dialami Penyidik UPPA Polres

Kulon Progo dalam pemanggilan tersangka karena tersangka

memakai nama samaran ketika berkenalan dengan korban,


137

sehingga korban melaporkan tersangka dengan nama yang dipakai

ketika berkenalan dengan korban. Hal ini dikarenakan, tersangka

dan korban berkenalan melalui jejaring sosial seperti Facebook

atau Twitter. Selain itu juga menggunakan alamat palsu, sehingga

cukup sulit dilacak keberadaannya.

(d) Penahanan

Untuk kepentingan penyidikan dan berdasarkan hasil

pemeriksaan diperoleh bukti yang cukup, tersangka diduga keras

melakukan tindak pidana pencabulan anak sebagaimana diatur dalam

Pasal 81 ayat (2) atau 82 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak yang dapat dikenakan penahanan. Penahanan

tersebut dilakukan oleh tiga orang petugas dari UPPA Polres Kulon

Progo yaitu Bripda Nano Junianto, Bripka Dwi Budi Susanto, S.H,

dan Bripka Irwanto, S.H. Penahanan terhadap tersangka AAK bin Z

dilakukan pada hari Senin, 22 Oktober 2012 sekitar pukul 17.00 WIB

setelah dilakukan pemeriksaan di ruang Unit PPA Polres Kulon

Progo, dengan pertimbangan antara lain:

1) adanya kekhawatiran terhadap tersangka AAK bin Z akan

melarikan diri, 2) adanya kekhawatiran terhadap tersangka AAK

bin Z akan menghilangkan barang bukti. Selanjutnya dalam

perkara pencabulan anak tersebut, Penyidik UPPA Polres Kulon

Progo terhadap tersangka AAK bin Z berdasarkan Surat Perintah

Penahanan No. Polisi : SP.Han/124/X/2012/Reskrim yang


138

dikeluarkan oleh Kepala Satuan Reskrim Kulon Progo tertanggal

22 Oktober 2012 dengan surat tembusan perintah penahanan yang

diberikan kepada keluarga tersangka. Selanjutnya tersangka mulai

hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 30

Oktober 2012 dilakukan penahanan yang ditempatkan di Rumah

Tahanan Negara Polres Kulon Progo guna proses penyidikan lebih

lanjut. Atas penahanan tersebut telah dibuatkan Berita Acara

Penahanan tanggal 22 Oktober 2012.

(e) Penyitaan

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo di samping

melakukan penahanan terhadap tersangka AAK bin Z juga

melakukan penyitaan terhadap barang bukti, bisa disita tanpa ijin

dari Ketua Pengadilan Negeri Wates. Hal ini dikarenakan benda

yang disita merupakan benda bergerak. Berdasarkan Surat

Perintah Penyitaan dari Kepala Satreskrim Polres Kulon Progo

dengan Nomor Polisi SP. Sita/130/X/2012/Reskrim tanggal 23

Oktober 2012 pukul 09:00 WIB oleh UPPA yaitu IPDA

Satiyem, Bripka Irwanto, dan Bripka Dwi Santoso, S. H bersama

dengan Unit II (tindak pidana Tertentu) Satreskrim Briptu Ido.

MJ selanjutnya menyita barang bukti berupa : 2 HP (milik

korban dan tersangka) dan simcardnya. Penyitaan ini disaksikan

oleh Ketua RW setempat dan Saksi IV.


139

(f) Mengambil Sidik Jari dan Memotret Tersangka

Untuk melengkapi dokumen penyidikan yang berkaitan

dengan kasus pencabulan anak di Kabupaten Kulon Progo,

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo melakukan pengambilan

sidik jari dan memotret tersangka. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan petugas Kepolisian UPPA Polres Kulon Progo

untuk mencari identitas tersangka AAK bin Z apabila ia

mengulangi tindak pidana lagi, karena foto tersebut dibuat

dengan berbagai posisi sehingga mudah dikenali.

Penyidik UPPA dalam hal mengambil sidik jari dan

memotret tersangka AAK bin Z dalam kasus tindak pidana

pencabulan anak di Kabupaten Kulon Progo di atas, sesuai

dengan kewenangan penyidik yang ditentukan dalam Pasal 5

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana yang menyebutkan bahwa karena

kewajibannya Penyidik mempunyai wewenang yang salah

satunya yakni mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

(g) Selesainya Penyidikan

Pemeriksaan penyidikan kasus tindak pidana pencabulan

anak bertujuan untuk menyiapkan hasil pemeriksaan penyidikan

sebagai berkas perkara, kemudian Penyidik akan menyerahkan

kepada penuntut umum sebagai instansi yang bertindak dan

berwenang melakukan penuntutan terhadap tindak pidana.


140

Setelah penyidik berpendapat segala sesuatu pemeriksaan yang

diperlukan dianggap cukup, Penyidik atas kekuatan sumpah

jabatan segera membuat berita acara dengan persyaratan

sebagai berikut:

1. Memberi tanggal pada berita acara

2. Memuat tindak pidana yang disangkakan dengan menyebut

waktu, tempat, dan keadaan sewaktu tindak pidana dilakukan.

3. Nama dan tempat tinggal tersangka dan saksi (umur,

kebangsaan, agama, dan lain-lain)

4. Catatan mengenai akta (akta kelahiran korban) atau benda

5. Segala sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan

penyelesaian perkara.

Untuk kelengkapan berita acara, setiap pemeriksaan yang

berita acaranya telah dibuat tersendiri dalam pemeriksaan

penyidikan, dilampirkan dalam berita acara penyidikan yang

dibuat oleh penyidik. Dalam berita acara penyidikan yang

berupa berkas perkara hasil penyidikan, penyidik melampirkan

berita acara yang dibuat untuk setiap tindakan tentang

pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan,

penggeledahan, pemasukan rumah, penyitaan benda,

pemeriksaan surat dan pemeriksaan saksi sesuai dengan

ketentuan Pasal 75 ayat (1) huruf a sampai dengan h Undang-


141

Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo dalam membuat

berita acara penyidikan dan lampiran-lampiran yang

bersangkutan dengan kasus tindak pidana pencabulan anak

dengan tersangka AAK bin Z berupa:

1) Sampul Berkas Perkara

2) Fotocopy Identitas Tersangka dan Foto Tersangka

3) Daftar Isi Berkas Perkara

4) Resume

5) Laporan Polisi

6) Surat Perintah Tugas

7) Surat Tugas Penyidikan

8) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

9) Berita Acara Pemeriksaan Saksi :

(a) Saksi I inisial AUS

(b) Saksi II inisial M

(c) Saksi III AN

(d) Saksi IV ES

(e) Saksi V S

10) Surat Penangkapan

11) Berita Acara Penangkapan

12) Surat Penahanan


142

13) Berita Acara Penahanan

14) Surat Penyitaan

15) Berita Acara Penyitaan

16) Surat Keterangan Barang Bukti

17) Berita Acara Pemeriksaan Tersangka

18) Permintaan Penghadapan Tersangka

19) Surat Permohonan Visum et Repertum

20) Hasil Visum et Repertum

21) Daftar Saksi

22) Daftar Tersangka

23) Surat Panggilan Saksi

24) Fotokopi Akta Kelahiran Korban

Selanjutnya 24 berkas di atas, dijlid menjadi satu

berkas. Penjilidan berkas berita acara pemeriksaan disebut

berkas perkara. Setelah berkas perkara disempurnakan

penjilidannya maka selanjutnya diserahkan kepada Penuntut

Umum. Penyerahan berkas perkara kepada Penuntut Umum

dilakukan dengan dua tahap, yaitu:

a. Tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas

perkara. Tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas

perkara kepada penuntut umum. Apabila dalam waktu tujuh

hari setelah penerimaan berkas perkara Penuntut Umum

berpendapat pemeriksaan belum sempurna atau belum


143

lengkap (P18) dan belum dapat diajukan ke persidangan

pengadilan, berkas perkara tersebut dikembalikan kepada

penyidik untuk menambah kelengkapan formil (meliputi

surat keterangan saksi dan alat bukti) dan materiilnya (isi/

kata-kata dari surat keterangan saksi dan isi/ kata-kata

keterangan alat bukti). Serta menyempurnakan dalam

proses penyidikan sesuai dengan petunjuk yang diberikan

Penuntut Umum (P19). Jaksa Penuntut Umum tidak dapat

merubah Undang-Undang yang berkaitan dengan tindak

pidana pencabulan anak yang telah dibuat oleh Penyidik

UPPA Polres Kulon Progo. Penyidik wajib segera

melakukan penyidikan tambahan dalam tempo 14 hari

sesudah menerima pengembalian berkas perkara dari

penuntut umum.

2) Tahap kedua

Penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka

AAK bin Z dan barang bukti hasil penyitaan kepada Jaksa

Penuntut Umum (JPU). Penyerahan berkas perkara kepada

Penuntut Umum dilakukan dengan dua tahap, yaitu: tahap

pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara dan

tahap kedua penyidik menyerahkan tanggung jawab atas

tersangka AAK bin Z dan barang bukti hasil penyitaan

kepada penuntut umum tanggal 30 Oktober 2012. Setelah


144

dilakukan pemeriksaan berkas perkara tersebut sudah

dinyatakan lengkap (P-21).

(2) Anak

Berkaitan dengan penyidikan, polisi selaku Penyidik UPPA

Polres Kulon Progo mendapat Surat Perintah dari Kepala

SatReskrim Polres Kulon Progo tentang dimulainya tindakan

penyidikan dengan Nomor: SP. Sidik/145/VIII/2013/Reskrim,

Tanggal 4 Agustus 2013. Kemudian hari Minggu tanggal 4

Agustus telah dimulai tindakan penyidikan tindak pidana

pencabulan anak dan Penyidik UPPA Polres Kulon Progo dapat

melakukan beberapa tindakan. Kemudian Penyidik UPPA

berdasarkan Surat Perintah tersebut, dapat melakukan beberapa

tindakan. Tindakan yang dilakukan Penyidik UPPA Polres Kulon

Progo terhadap kasus pencabulan anak yang terjadi pada hari

Sabtu tanggal 27 Juli 2013 di kamar mandi SMP Negeri 2 Galur

adalah sebagai berikut :

(a) Pemanggilan terhadap Tersangka, Saksi, Ahli

1. Pemanggilan terhadap Tersangka

Pemanggilan terhadap tersangka dengan surat

panggilan: S.Pgl/408/VIII/2013/DIY/Reskrim. Dalam

pemanggilan tersangka, Penyidik UPPA Polres Kulon

Progo juga memanggil pihak-pihak yang terkait dalam

hubungannya tindak pidana pencabulan anak yang


145

dilakukan oleh tersangka anak. Pihak-pihak terkait tersebut

ialah :

a. Pemanggilan LPA

UPPA Polres Kulon Progo memanggil Lembaga

Pemerhati Anak atau LPA, agar dalam proses BAP

tersangka anak mendapat pendampingan dari advokat

berinisial P. LPA yang dimaksud bermarkas di kantor

LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Pejoeang Keadilan

beralamat di Jalan Imogiri Timur Perum Bumi

Trimulyo Permai, Trimulyo, Jetis, Bantul.

b. Pemanggilan Bapas

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo memanggil

Bapas guna melakukan penelitian secara luas tentang

keadaan tersangka dan tersangka dalam kasus ini adalah

TP bin S.

2. Pemanggilan terhadap Saksi

Pada kasus tindak pidana pencabulan anak dengan

tersangka TP bin S, Penyidik UPPA Polres Kulon Progo

melakukan pemanggilan terhadap 3 saksi yang terdiri dari:

a. S, Satpam SMP Negeri 2 Galur di sekolah tersangka TP

bin S dan korban ER.

b. MR, siswa kelas IX SMP Negeri 2 Galur merupakan

kakak kelas tersangka TP bin S dan korban ER.


146

c. NG, guru BK SMP Negeri 2 Galur.

3. Pemanggilan Ahli

Selain saksi-saksi yang telah disebutkan di atas,

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo juga memanggil

seorang ahli dari RSUD Wates bagian Poli Kandungan

yaitu dr. SU, untuk melakukan visum terhadap korban.

(b) Pemeriksaan terhadap Tersangka, Saksi, dan

Ahli 1. Pemeriksaan terhadap Tersangka

Proses pemeriksaan terhadap tersangka yaitu TP bin S

hampir sama dengan pemeriksaan pada tersangka orang

dewasa yaitu AAK bin Z. Namun, Penyidik UPPA Polres

Kulon Progo perlu memanggil pihak-pihak yang terkait

dalam hubungannya dengan kasus tindak pidana yang

dilakukan oleh tersangka anak yaitu TP bin S. Pihak – pihak

tersebut dipanggil untuk memberi keterangan sebagai

berikut:

a. Dalam pemeriksaan terhadap tersangka TP bin S, Penyidik

UPPA Polres Kulon Progo memanggil Lembaga Pemerhati

Anak atau LPA, agar dalam proses BAP tersangka anak

mendapat pendampingan dari advokat berinisial P. Advokat

tersebut datang pada tanggal 7 Agustus 2013. Sesuai

laporan dengan Nomor Polisi. LP/77/VIII/2013/DIY/RES

KP tanggal 4 Agustus 2013,


147

tanggal 7 Agustus 2013 tersangka menjalani

pemeriksaan pukul 12:00 WIB. Tersangka menyatakan

tidak memerlukan pendampingan dari LPA dan akan

menghadapi proses hukum sendiri dengan pernyataan

yang ditandatangani oleh tersangka TP bin S tertanggal 7

Agustus 2013.

b. Pada tanggal 12 Agustus 2013, Penyidik UPPA Polres

Kulon Progo memanggil Bapas. Bapas datang untuk

melakukan penelitian secara luas tentang keadaan anak

sebagai pelaku yang diduga melakukan tindak pidana

pencabulan anak dan tersangka dalam kasus ini adalah

TP bin S. Hasil penelitian dari Bapas diperoleh satu

Minggu sejak penelitian, yakni pada tanggal 19 Agustus

2013 diserahkan kepada UPPA Polres Kulon Progo.

Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut, latar belakang

yang mempengaruhi tersangka melakukan perbuatan

cabul terhadap anak, karena : 1) tersangka terpengaruh

perkembangan elektronik yaitu HP yang dapat

menyimpan gambar atau video porno; 2) keimanannya

rapuh; 3) lingkungan keluarga kurang terbuka; 4) kondisi

psikologis tersangka belum stabil; 5) korban memberi

peluang atau kesempatan peristiwa itu terjadi; 6) adanya

motivasi untuk menyalurkan nafsu dan mempraktekkan


148

nafsu biologisnya, sesuai apa yang dilihat di HP teman-

temannya. Di samping itu Bapas juga memberi saran agar

kasus dapat selesai secara damai mengingat tersangka

masih di bawah umur dan tidak dilakukan penahanan.

Hasil dari penelitian Bapas tersebut dipergunakan

sebagai rekomendasi bagi Penyidik UPPA Polres Kulon

Progo untuk melakukan tindakan hukum lebih lanjut.

Apakah perkara tindak pidana pencabulan dengan tersangka

anak tersebut layak untuk dilanjutkan ke proses hukum

selanjutnya atau dapat atau perlu dilakukan upaya lain di

luar prosedur hukum (restoraktive justice). Penanganan

anak yang berkonflik dengan hukum sesuai Undang-

Undang No. 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak adalah

harus mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Saat

ini dalam penanganan tindak pidana pencabulan anak yang

pelaku dan korban sama-sama anak mengikuti dinamisasi

hukum yang selalu berkembang dari waktu ke waktu

termasuk terhadap perkara yang dilakukan anak. Penyidik

UPPA Polres Kulon Progo dalam menjunjung asas yang

terbaik bagi anak ialah dengan melakukan tindakan diversi,

maksudnya adalah mempertemukan antara pihak pelaku dan

keluarganya serta Bapas. Penyidik UPPA melakukan

pembahasan atas perkara pencabulan


149

yang dilakukan oleh anak guna musyawarah untuk

menentukan tindakan-tindakan apa yang harus atau akan

dilakukan.

Namun demikian dalam proses diversi tidak

ditemukan kesepakatan penyelesaian kasus, hal ini

terjadi karena keberatannya pihak korban. Oleh sebab itu

terhadap pelaku tetap dilakukan tindakan hukum lebih

lanjut. Dengan demikian, tetap mengedepankan asas

kepentingan terbaik bagi anak.

2. Pemeriksaan terhadap Saksi

Dalam hal pemeriksaan saksi dengan tersangka anak

(TP bin S) dilakukan sesuai dengan pemeriksaan pada

tersangka orang dewasa (AAK bin Z).

3. Pemeriksaan terhadap Ahli

Pemeriksaan terhadap ahli pada kasus yang

melibatkan tersangka anak (TP bin S) sama dengan

prosedur pemeriksaan ahli dengan tersangka orang dewasa

(AAK bin Z).

Pada tanggal 5 Agustus 2013, ER dibawa Penyidik

UPPA Polres Kulon Progo bersama dengan orang tuanya

pukul 09:00 WIB ke RSUD Wates untuk menjalani visum

di poli kandungan. Kemudian tanggal 12 Agustus 2013

Penyidik Unit PPA Polres Kulon Progo mendapat hasilnya


150

(Visum et Repertum) dengan Nomor Polisi :

R/45/VIII/2013/Reskrim pukul 15:00 WIB dengan

keterangannya yaitu selaput dara ER (korban) tidak utuh

dan terdapat robekan.

(c) Penangkapan

Untuk proses selanjutnya dilakukan penangkapan, ini

dilakukan untuk kepentingan penyidikan dengan ketentuan

Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berbunyi

“untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik

pembantu berwenang melakukan penangkapan”. Namun,

penangkapan tersebut tidak dilakukan Penyidik UPPA

mengingat tersangka masih bersekolah.

(d) Penahanan

Terkait dengan tidak dilakukan penangkapan terhadap

tersangka TP bin S, Penyidik UPPA juga tidak melakukan

penahanan terhadap tersangka TP bin S dengan pertimbangan

antara lain : (a) usia tersangka masih di bawah umur dengan

dibuktikan akta lahir tersangka dengan Nomor : 1033/GS.

A.1920/ U/1999 dikeluarkan oleh kantor catatan sipil Wates

bahwa tersangka TP bin S lahir tanggal 6 Mei 1999; (b)

Tersangka tidak akan melarikan ke luar wilayah Kulon Progo.

Namun tersangka TP bin S harus melakukan apel tiap Minggu 2


151

kali selama jam kerja pihak Kepolisian Resort Kulon Progo,

dan kasusnya masih berlanjut. Dengan surat permohonan tidak

dilakukan penahanan yang ditandatangani oleh orang tua

tersangka tertanggal 7 Agustus 2013. Pelaksanaan Apel itu

dilaksanakan sebelum mendapat keputusan dari Pengadilan

Negeri Wates. Selain itu, Penyidik UPPA Polres Kulon Progo

melakukan pengawasan terhadap kegiatan apel tersangka TP

bin S.

e. Penyitaan

Penyidik UPPA Polres Kulon Progo tidak melakukan

penyitaan terhadap barang bukti HP milik tersangka dan

korban. Karena, simcard milik tersangka telah dibuang oleh

ibunya dan simcard korban telah dibuang oleh sepupunya.

f. Mengambil Sidik Jari dan Memotret Tersangka

Dalam melakukan pemotretan dan pengambilan sidik jari

terhadap tersangka anak (TP bin S), prosesnya sama dengan

yang dilakukan terhadap tersangka dewasa (AAK bin Z).

g. Selesainya Penyidikan

Proses pemberkasan yang dilakukan oleh pihak

Kepolisian dengan tersangka anak (TP bin S) sama dengan

tahapan pemberkasan tersangka dewasa (AAK bin Z). Berkas

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Sampul Berkas Perkara


152

2) Fotocopy Identitas Tersangka dan Foto Tersangka

3) Daftar isi berkas Perkara

4) Resume

5) Laporan Polisi

6) Surat Perintah Tugas

7) Surat Tugas Penyidikan

8) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

9) Berita Acara pemeriksaan Saksi :

a) Saksi I inisial ER

b) Saksi II inisial S als Pak K

c) Saksi III SD

d) Saksi IV MR

e) Saksi V NG

10) Surat Penunjukan Penasehat Hukum

11) Pemberitahuan Hak-hak Tersangka

12) Surat Pernyataan Tidak Didampingi Penasehat Hukum

13) Berita Acara Tidak Didampingi Penasehat Hukum

14) Berita Acara Pemeriksaan Tersangka

15) Permintaan Penghadapan Tersangka

16) Surat Permohonan Visum et Repertum

17) Hasil Visum et Repertum

18) Permintaan Litmas ke Bapas

19) Hasil Litmas ke Bapas


153

20) Surat Kuasa Penasehat Hukum Korban

21) Daftar Saksi

22) Daftar Tersangka

23) Surat Panggilan Saksi

24) Fotokopi Akta Kelahiran

Selanjutnya, 24 berkas di atas, dijlid menjadi satu berkas.

Penjilidan berkas berita acara disebut berkas perkara. Setelah

berkas perkara disempurnakan penjilidannya maka selanjutnya

diserahkan kepada Penuntut Umum. Penyerahan berkas

perkara kepada Penuntut Umum dilakukan dengan dua tahap,

yaitu : a) Tahap Pertama

Pada tahap pertama Penyidik UPPA hanya

menyerahkan berkas perkara. Sebelum pemberkasan tahap

kedua Penyidik UPPA Polres Kulon Progo melakukan BAP

kembali terhadap tersangka TP bin S pada hari Selasa

tanggal 16 Oktober 2012.

b) Tahap Kedua

Tahap kedua Penyidik menyerahkan tanggung jawab

atas tersangka TP bin S kepada JPU tanggal 30 Oktober

2013. Proses pemberkasan dalam kasus tindak pidana

pencabulan anak yang dilakukan oleh tersangka anak

membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan

untuk menentukan waktu mendatangkan saksi ahli harus


154

berkoordinasi dulu, namun sikap dari tersangka TP bin S

yang kooperatif cukup membantu Penyidik UPPA Polres

Kulon Progo dalam melakukan pemeriksaan terhadap

tersangka TP bin S.

C. Hambatan Yang Dihadapi Kepolisian Resort Kulon Progo dalam

Penanggulangan Tindak Pidana Pencabulan Anak di Wilayah Kulon

Progo

1) Hambatan Tindakan Preventif

Hambatan tindakan preventif yang ditemui oleh polisi dalam

penanggulangan tindak pidana pencabulan anak di wilayah Kulon Progo.

Dalam hal ini, oleh Satbinmas, sebagai berikut:

a) Internal

(1) Ketidakdisiplinan pihak Kepolisian dalam kegiatan sosialisasi di

masyarakat

Ketidakdisiplinan pihak Kepolisian dalam kegiatan sosialisasi

karena keadaan cuaca yang tak menentu, misalnya: cuaca yang

panas kemudian tiba-tiba hujan. Keadaan cuaca yang demikian

cukup menghambat Pihak Kepolisian dalam melaksanakan kegiatan

sosialisasi. Hal tersebut mengakibatkan Pihak Kepolisian datang

terlambat ke lokasi kegiatan sosialisasi di masyarakat, padahal telah

ditentukan waktu kegiatan sosialisasi tersebut.


155

(2) Kegiatan Sosialisasi berbenturan dengan kepentingan lain

Satbinmas Polres Kulon Progo

Kegiatan sosialisasi hanya dilaksanakan apabila mendapat

undangan dari pihak sekolah atau masyarakat. Kegiatan sosialisasi

tersebut belum dijadwalkan secara kontinue oleh Satbinmas Polres

Kulon Progo, sehingga seringkali berbenturan dengan jadwal

kepentingan lain yang diagendakan oleh pihak Polres Kulon Progo.

Seperti : kegiatan rapat yang dilaksanakan di Polda DIY, acara

kunjungan Presiden RI, dan gelar perkara yang dilakukan secara

mendadak.

b) Eksternal

(1) Sarana jalan yang kurang memadai

Keadaan jalan yang kurang memadai di beberapa titik

wilayah Kulon Progo. Hal ini dikarenakan struktur tanah yang tidak

rata di sebagian Wilayah Kulon Progo yaitu berupa dataran tinggi

atau pegunungan yang menanjak dan curam, jalan yang dilalui

sempit, dan jalanan yang dilalui masih dalam perbaikan jalan.

Seperti ketika akan melakukan patroli ke Pantai Trisik jalan dari

Kenteng ke Galur masih dalam pengaspalan sehingga pihak

Kepolisian cukup kesulitan dalam mencapai lokasi kegiatan patroli.

(2) Kurangnya partisipasi sebagian masyarakat dalam kegiatan

sosialisasi tentang Waspada Pencabulan Anak di rumah Bapak

Kepala Dusun Terbah, Tunjungan, Pengasih


156

Hal ini terjadi ketika diadakan kegiatan sosialisasi di rumah

Bapak Kepala Dusun Terbah, Tunjungan, Pengasih, warga

masyarakat yang hadir hanya sekitar 20 orang. Padahal yang

diundang dalam kegiatan sosialisasi tersebut berjumlah 40

undangan. Menurut pihak Kepolisian, sebagian masyarakat

kebanyakan adalah para petani sehingga siang mereka bekerja ke

sawah dan malamnya kemungkinan mereka kelelahan sehingga

lebih mementingkan untuk beristirahat di rumah.

2) Hambatan Tindakan Represif

Hambatan tindakan represif mengenai tindak pidana pencabulan

anak hanya berupa hambatan internal. Hambatan internal tersebut

meliputi:

(1) Terkendala masalah biaya operasional

Dalam melakukan proses pencarian tersangka yang berada di

luar Wilayah Kulon Progo tentu saja membutuhkan biaya yang tidak

sedikit. Pencarian tersebut menggunakan sarana transportasi,

bekerjasama dengan dinas perhubungan, dan polisi lain yang berada

di luar Wilayah Kulon Progo. Dalam hal ini, UPPA Polres Kulon

Progo terkendala masalah biaya, karena terbatasnya anggaran untuk

melakukan pencarian tersangka. Anggaran hanya Rp 200.000,00,

sedangkan biaya yang diperlukan lebih dari Rp 200.000,00 sesuai

jarak jauh dekatnya tempat keberadaan tersangka.


157

(2) Kesulitan pihak Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA)

mencari keberadaan tersangka

Kesulitan yang dialami polisi tersebut karena tersangka

memakai nama samaran ketika berkenalan dengan korban, sehingga

korban melaporkan tersangka dengan nama yang dipakai ketika

berkenalan dengan korban. Hal ini dikarenakan, tersangka dan

korban berkenalan melalui jejaring sosial seperti Facebook atau

Twitter. Selain itu juga menggunakan alamat palsu sehingga cukup

sulit dilacak keberadaan tersangka tersebut.

D. Upaya Yang Dilakukan Kepolisian Resort Kulon Progo Dalam

Mengatasi Hambatan Penanggulangan Tindak Pidana Pencabulan Anak

Di Wilayah Kulon Progo

Meskipun Polres Kulon Progo telah berupaya untuk mengatasi

hambatan yang dihadapi dalam penanggulangan tindak pidana pencabulan

anak di wilayah Kulon Progo, namun belum semua tindak pidana pencabulan

anak dapat teratasi. Adapun yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan

antara lain:

1) Upaya Polisi dalam Mengatasi Hambatan Tindakan Preventif

a) Internal

(1) Sanksi yang tegas dari Kapolres Kulon Progo terhadap Pihak

Kepolisian yang tidak disiplin

Berkaitan dengan tidak disiplinnya Polisi Satbinmas dalam

kegiatan sosialisasi, Kapolres Kulon Progo memberikan sanksi yang


158

tegas berupa skorsing kerja secara administrasi selama seminggu

untuk tidak melakukan kegiatan sosialisasi. Hal itu untuk menjaga

citra Polres Kulon Progo dalam menjalankan tugasnya sesuai

sasaran prioritas tahun 2014 Polres Kulon Progo huruf h, yaitu

memelihara solidaritas institusi Polri Polres Kulon progo dan

menindaktegas oknum Polri yang melakukan penyalahgunaan

wewenang, pelanggaran disiplin dan pelanggaran hukum. Hal ini

dilakukan agar anggota personil Binmas Polres Kulon Progo lebih

disiplin lagi dan selalu mengedepankan tugas pokok Polri sesuai

dengan Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(2) Berkoordinasi dengan pihak sekolah dan masyarakat dalam

pelaksanaan sosialisasi

Sosialisasi hanya apabila mendapat undangan dari pihak sekolah

atau masyarakat, sehingga seringkali berbenturan dengan jadwal

kepentingan lain yang diagendakan oleh pihak Polres Kulon Progo.

Oleh sebab itu, Satbinmas Polres Kulon Progo selalu berkoordinasi

dengan pihak lain yaitu pihak sekolah dan masyarakat untuk

menentukan waktu pelaksanaan sosialisasi tentang pribadi yang kuat,

disiplin, dan bertanggung jawab, berhati-hatilah menjaga diri,

pencegahan terjadinya pencabulan anak, waspada pencabulan anak,

dan tingkatkan ketaqwaan, hindari maksiat.


159

b) Eksternal
(1) Menggunakan jalan alternatif dalam kegiatan patroli tentang

pencegahan terjadinya pencabulan

Sulitnya medan yang harus dilalui untuk mencapai tempat

dilakukan kegiatan patroli, sosialisasi, dan silahturahmi. Pihak Polres

Kulon Progo mencari jalan alternatif untuk menentukan tempat tujuan

dilaksanakan kegiatan patroli atau kegiatan sosialisasi. Seperti ketika

akan patroli ke Pantai Trisik yang terkendala jalan yang dalam

perbaikan kemudian Kepolisian Resort Kulon Progo melewati jalan ke

arah Wates baru melewati jalan Daendels.

(2) Melibatkan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi Waspada

Pencabulan Anak

Kurangnya partisipasi sebagian masyarakat dalam

menyempatkan waktu untuk menghadiri pelaksanaan kegiatan

sosialisasi. Untuk mengantisipasinya dilakukan pemberitahuan satu

minggu sebelum kegiatan sosialisasi dilaksanakan, agar kegiatan

tersebut berjalan dengan lancar dan banyak yang hadir. Selain itu,

masyarakat juga diajak kerjasama dan dilibatkan dalam kepanitiaan

agar dalam kegiatan sosialisasi tercipta situasi yang kondusif, serta

masyarakat aktif dalam kegiatan sosialisasi tersebut.


160

2) Upaya Polisi yang Dilakukan dalam Mengatasi Hambatan Tindakan

Represif

Upaya yang dilakukan polisi untuk mengatasi hambatan internal

dalam tindakan represif yaitu :

(1) Keterbatasan biaya dengan menggunakan uang pribadi masing-

masing personil UPPA

Keterbatasan anggaran biaya transportasi yang hanya Rp

200.000,00 dalam melacak keberadaan tersangka tindak pidana

pencabulan anak yang berada di luar wilayah Kulon Progo. Hal ini

cukup menyulitkan Pihak Kepolisian Resort Kulon Progo. Untuk

mengatasi hal itu, pihak UPPA Polres Kulon Progo menggunakan

uang pribadinya masing-masing untuk menambah biaya

kekurangannya.

(2) Bekerjasama dengan dinas perhubungan, kepolisian di luar wilayah

Kulon Progo, dan penyadapan untuk melacak keberadaan tersangka

Polres Kulon Progo bekerjasama dengan Dinas Perhubungan

angkutan umum untuk mencari keberadaan tersangka. Dengan

menyebutkan identitas dan ciri-ciri pelaku karena perkenalan korban

dan tersangka melalui media sosial, tersangka sering menggunakan

nama samaran. Polres Kulon Progo juga melakukan koordinasi dengan

kepolisian yang berada di luar wilayah Kulon Progo guna mencari

tersangka. Selain itu, untuk menemukan tersangkanya, Polres Kulon

Progo juga melakukan penyadapan melalui alat komunikasi


161

tersangka yaitu HP. Di dalam HP tersebut dapat diketahui isi pesan

dari tersangka dan diketahui keberadaan tersangka.

Anda mungkin juga menyukai