Anda di halaman 1dari 135

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDANG KOTA
BENGKULU TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :

KRISE YUSIANA
NIM: P05140317017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN
2021
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDANG KOTA
BENGKULU TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan Sebagai

Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Terapan Kebidanan

OLEH :
KRISE YUSIANA
NIM: P05140317017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN
2021

ii
iii
iv
v
Motto dan persembahan

Motto

 Masa depan bisa jadi lebih baik dari hari ini dan kemarin

 Saya punya kemampuan untuk mewujudkannya

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

 Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih

sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang

Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.



 Ayah dan mamakku tercinta yang telah menyelimuti duniaku dengan

begitu banyak kebahagiaan pelukan hangat, selalu mendengarkan keluh

kesah yang aku alami menjadi pendukung terdepan setiap langkah baikku.

Terima kasih atas semua cinta yang telah ayah dan mamak berikan

kepadaku yang tidak mungkin dapat ku balas hanya dengan selembar

kertas yang bertulis kata cinta. Inilah bukti doa-doa kalian sehingga aku

berada dititik ini hanya ini yang bisaku persembahkan untukmu ayah dan

mamakku tersayang orang yang paling berharga dalam hidupku, semoga

kalian selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang agar dapat

menemani langkah awalku mewujudkan mimpi-mimpiku sehingga aku

dapat membuat ayah dan mamak bangga. Aku begitu bersyukur memiliki

orang tua yang lebih memahamiku dari pada diriku sendiri. Terima kasih

telah menjadi orang tua yang sempurna.

vi
 Kakakku Kori Kamsine dan ayukku Enjang Reffiana yang selalu memberi

doa, senyum, dan semangat. Cinta kalianlah memberikan kobaran

semangat yang menggebu. Terimakasih dan sayang untuk kalian.



 Keluarga besarku “Ngatman Jaya” (bibi siti, kenang, olak, beti, dan pipit)

yang sangataku sayangi terimakasih untuk doa dan dukungan yang kalian

berikan.

 Sahabat-sahabatku Tersayang gank Love Kuning Rizka, Annisa, Keket,

dan Gendis yang dengan tulus memberi semangat, dukungan dan bantuan

dalam bentuk apapun. Terimakasih untuk canda tawa, tangis dan

perjuangan yang kita lewati bersama. Terimakasih telah bersediaku

repotkan walau kalian ada kesibukan sendiri. Kenangan-kenangan manis

dan indah yang kalian ciptakan tak akan pernah terhapus tetap menjadi

sahabat-sahabatku yang baik.



 Teman-teman seperjuangan D4 Kebidanan angkatan 2017 yang telah

memberikan motivasi, nasehat dan dukungan selama 4 tahun ini. Tetap

bersilaturahmi dengan baik.



 Almamater kebanggaanku “ Poltekkes Kemenkes Bengkulu” terimakasih

atas segala kesempatan pengalaman ilmu yang sangat bermanfaat. Tetap

jaya selalu kampusku.

vii
BIODATA

Nama : Krise Yusiana


NIM : P05140317017
Agama : Islam
TTL : Tais, 08 Juni 1998
 
Nama Orang Tua : Ayah : Arif
Ibu: Sulasminah

Nama Saudara : Kakak Pertama : Kori Kamsine
Kakak Kedua :Enjang Reffiana

Alamat : Kelurahan Padang Rambun Seluma Selatan

Email : kriseyusiana08@gmail.com

No Hp : 081279946284

No WhatsApp : 081279946284
 
 Riwayat Pendidikan

 SD Negeri 57 Seluma (2012)



 SMP Negeri 5 Seluma (2014)

 SMA Negeri 1 Seluma (2017)

 Poltekkes Kemenkes Bengkulu Prodi DIV Kebidanan (2021)

viii
Program Studi Diploma IV, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

Skripsi, Juni 2021

KRISE YUSIANA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMILL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDANG KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

xiii + 80 Halaman, 3 Bagan, 7 Tabel, 7 lampiran

ABSTRAK

Prevelansi KEK masih cukup tinggi yaitu 351 (9,2%) kasus dari 3.812 ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi
Kronik (KEK) Pada Ibu Hamill di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota
Bengkulu Tahun 2020.
Desain penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan case
control. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang hamil tahun
2020 di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu sebanyak 320 orang
dengan kejadian KEK sebanyak 33 orang dan yang tidak KEK 287 orang Untuk
mengambil sampel dalam penelitian ini sebanyak 88 orang yaitu diperoleh 33
orang yang Tidak KEK dengan teknik sistematic radom sampling dengan
kelipatan 8 dan 33 yang mengalami KEK dengan teknik. Teknik analisis
menggunakan Univariat dan bivariat (Chi square).
Hasil penelitian ini didapatkan: Ada hubungan antara usia ibu, anemia dan
emesisi gravidarum dengan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)
pada Ibu Hamil, kategori hubungan erat, Tidak ada hubungan antara umur
kehamilan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2020. Dari hasil regresi
logistik diketahui bahwa anemia dan emesis gravidarum secara bersamaan
memiliki pengaruh terhadap kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil di
Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2020. Oleh karena itu diharapkan hasil
penelitian ini dapat meningkatkan dukungan petugas kesehatan dalam
melaksanakan tugas pelayanan KIA untuk pemberian makanan tambahan dan gizi
ibu hamil dalam pecegahan terjadinya KEK pada ibu hamil

Kata Kunci : KEK, Usia, Anemia, Umur Kehamilan, Emesisi Gravidarum


35 Daftar Pustaka : 2012-2020

ix
Diploma IV Study Program, Department of Midwifery Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

Thesis, June 2021

KRISE YUSIANA

FACTORS RELATED TO THE EVENT OF CHRONIC ENERGY LACK


(KEK) IN MOM HAMILL IN THE WORK AREA OF KANDANG
PUSKESMAS CITY, BENGKULU IN 2021

xiii + 80 Pages, 3 Charts, 7 Tables, 7 Appendices

ABSTRACT

Mothers with Chronic Energy Deficiency (KEK) which can cause their
nutritional status to decrease and have a negative impact on the fetus they are
carrying. This study aims to determine the factors associated with the incidence of
Chronic Energy Deficiency (KEK) in Pregnant Women in the Work Area of the
Kandang Health Center, Bengkulu City in 2020.
The design of this study used an analytical survey with a case control
approach. The population in this study were all pregnant women in 2020 in the
Work Area of the Kandang Health Center, Bengkulu City, as many as 320 people
with 33 people who did not SEZ and 287 people who did not. To take samples in
this study as many as 88 people, namely 33 people who did not have SEZ with
systematic random sampling technique with multiples of 8 and 33 who
experienced SEZ with the technique. The analysis technique used univariate and
bivariate (Chi square).
The results of this study were obtained: There is a relationship between
maternal age, anemia and emesis gravidarum with the incidence of Chronic
Energy Deficiency (KEK) in Pregnant Women, close relationship category, There
is no relationship between gestational age and the incidence of Chronic Energy
Deficiency (KEK) in Pregnant Women in Work Area of the Kandang Health
Center in Bengkulu City in 2020. From the results of logistic regression, it is
known that anemia and emesis gravidarum simultaneously have an influence on
the incidence of chronic energy deficiency in pregnant women at the Kandang
Health Center in Bengkulu City in 2020. Therefore, it is hoped that the results of
this study can increase the support of staff health in carrying out MCH service
tasks for providing additional food and nutrition for pregnant women in
preventing the occurrence of SEZ in pregnant women

Keywords: SEZ, Age, Anemia, Gestational Age, Emesis Gravidarum


35 Bibliography : 2012-2020

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah–Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamill

di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2021” dapat

terselesaikan pada waktunya.

Skripsi ini terselesaikan atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari

berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan

terimakasih kepada:

1. Bunda Eliana, SKM, MPH, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Bengkulu.

2. Bunda Yuniarti, SST, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

3. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb, selaku Ketua Prodi Diploma IV

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu, sekaligus pembimbing I yang

telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam skripsi ini.

4. Bunda Afrina Mizawati,SKM,MPH, selaku pembimbing II yang juga telah

membimbing dalam pembuatan skripsi ini.

5. Bunda Elly Wahyuni,SST,M.Pd Selaku ketua penguji dalam sidang

proposal sampai sidang hasil skripsi.

6. Bunda Dra.Hj. Kosma Heryati,M.Kes Selaku anggota penguji I.

xi
7. Seluruh dosen dan civitas akademika Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu, terkhusus bunda-bundaku yang sangat baik D4

Kebidanan ( bunda teti, bunda lusi, bunda rahma, bunda baska dan mbak

nisa) yang dengan sabar membimbing dan mengajarkan ilmu yang sangat

bermanfaat selama proses belajar di D4 Kebidanan meskipun kami banyak

berbuat nakal.

8. Ibundaku Epti Yorita,SKM,MPH selaku dosen D4 Kebidanan sekaligus

Pembimbing Akademik saya yang banyak membantu dengan ikhlas

membimbing, memberi arahan dan mengajarkan hal yang sangat

bermanfaat selama 4 tahun ini.

9. Kedua orang tuaku tercinta yang sangat tulus dan tidak pernah purtus asa

berdoa untuk kesuksesanku, memberikan dukungan terdepan dalam semua

keputusan dan kegiatan yang ku ambil, yang dengan setia mendengarkan

keluh kesahku dari kecil hingga saat ini. Terimakasih ayah dan mamak aku

mencitai kalian lebih dari apapun.

10. Kakak dan ayukku tersayang yang selalu memberi dukungan, doa dan

support dalam hal apapun.

11. Keluarga besarku tersayang “ Ngatman Jaya” yang selalu berdoa dan setia

mendengarkan keluh kesahku.

12. Sahabat-sahabatku tersayang Love Kuning Rizka, Annisa, Keket dan

Gendis yang dengan setia mendengarkan keluh kesahku, selalu ada dalam

keadaan susah maupun senang, memberi semangat belajar, memberi tawa

dan menghapus sedihku.

xii
13. Rekan seperjuangan D4 Kebidanan angkatan 2017 tetap solid dari awal

kuliah hingga akhir perjuangan selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

baik dari segi materi maupun teknis penulisan, sehingga penulis mengharapkan

masukan dari pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.

Bengkulu, Juni 2021

Penulis

xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................................vi
BIODATA................................................................................................................................viii
ABSTRAK ...............................................................................................................................ix
ABSTRACT ............................................................................................................................x
KATA PENGANTAR .........................................................................................................xi
DAFTAR ISI...........................................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................xvi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................5
E. Keaslian Penelitian .................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kehamilan ................................................................................................................8
B. Kekurangan Energi Kronik ..................................................................................13
C. Umur ..........................................................................................................................23
D. Umur Kehamilan ....................................................................................................25
E. Anemia ......................................................................................................................28
F. Emesis Gravidarum ................................................................................................31
G. Hubungan Umur ibu, umur kehamilan, anemia, emesis gravidarum
dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) ....................................35
H. Kerangka Teori .......................................................................................................38
I. Kerangka Konsep ....................................................................................................39
J. Hipotesis Penelitian................................................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ....................................................................................................40
B. Variabel Penelitian .................................................................................................42
C. Definisi Operasional ..............................................................................................42
D. Populasi dan Sampel..............................................................................................43
E. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................................45
F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ..................................................45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 49

xiv
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 49
B. Pembahasan ........................................................................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 72
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 72
B. Saran ........................................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................76


LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ..................................................................... …….. 42

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi variabel independen dan dependen (table kejadian
Kekurangan Energi Kronik (KEK), umur, anemia, umur kehamilan,
emesisi gravidarum……………………………………………........ 50

Tabel 4.2 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian KEK (KEK) pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun
2021…………………………………………………………………. 51

Tabel 4.3 Hubungan Anemia dengan Kejadian KEK (KEK) pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2021 ........ 52

Tabel 4.5 Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian KEK (KEK) pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun
2021……. .................................................................................................... 53
Tabel 4.6 Hubungan Emesisi Gravidarum dengan Kejadian KEK (KEK) pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun
2021….. ....................................................................................................... 53

Tabel 4.7 Hubungan (Umur ibu, umur kehamilan, anemia, emesis gravidarum)
dengan variabel dependen (Kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota
Bengkulu Tahun 2021 ................................................................................. 55

xvi
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka teori .............................................................................................. 38


Bagan 2.2 Kerangka konsep ......................................................................................... 39
Bagan 3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 41
Bagan 3.2 Variabel Penelitian ...................................................................................... 42

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Organisasi Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Bimbingan Pembimbing I

Lampiran 3 : Lembar Bimbingan Pembimbing II

Lampiran 4 :Surat Izin Penelitian Dari Institusi Ke Kesbangpol Kota Bengkulu

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Institusi Ke Dinkes Kota Bengkulu

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari Institusi Ke PKM Kandang Lampiran 7

: Ethichal Cleareance

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Dari Kesbangpol

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian Dari Dinkes Kota

Lampiran 10 : Surat Izin Selesai Penelitian Dari PKM Kandang

Lampiran 11 : Master Tabel

Lampiran 12 : Hasil Analisis Data

Lampiran 13 :Lembar Cheklist

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat

menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Berdasarkan data dari World

Health Organization (WHO) pada tahun 2018 setiap hari, 830 ibu di dunia (di

Indonesia 38 ibu, berdasarkan AKI 305) meninggal akibat penyakit/komplikasi

terkait kehamilan dan persalinan. Komplikasi tersebut antara lain perdarahan,

infeksi (biasanya pasca salin), tekanan darah tinggi saat kehamilan

(preeclampsia/eclampsia), partus lama/macet, aborsi yang tidak aman (Achadi,

2019).

Data dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 sebanyak 53,9% ibu

hamil mengalami defisit energi di Indonesia sebanyak (<70% Angka

Kecukupan Energi (AKE) dan 13,1% mengalami defisit ringan (70-90%

AKE), sedangkan angka kecukupan protein sebanyak 51,89% ibu hamil

mengalami defisit protein (<80% AKP) dan 18,8% mengalami defisit ringan

(80-90% AKP), salah satu cara mengidentifikasi ibu hamil Kekurangan energi

Kronik (KEK) dengan melihat ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm

(Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2017

angka kejadian KEK sebanyak 3.527 orang, mengalami peningkatan pada

tahun 2018 sebanyak 3.666 orang dan mengalami penurunan pada tahun 2019

angka Kejadian KEK sebanyak 1.536 orang dengan jumlah ibu hamil KEK

1
2

tertinggi di Bengkulu Utara sebanyak 272 orang, Bengkulu Selatan sebanyak

270 orang, Kabupaten Bengkulu Tengah sebanyak 160 orang dan Kota

bengkulu sebanyak 106 orang (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2020).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2019 diketahui sebanyak

351 (9,2%) kasus ibu hamil yang mengalami KEK dari 3.812 ibu hamil yang

melakukan pemeriksaan kehamilan, dengan kejadian tertinggi di Puskesmas

Kandang sebanyak 44 (9,8%) kasus, Puskesmas Ratu Agung sebanyak 34

(11%) kasus dan Puskesmas Pasar Ikan sebanyak 31 (8,8%) kasus (Dinkes

Kota Bengkulu, 2019).

Data dari Puskesmas Kandang jumlah kejadian KEK mengalami

peningkatan dari tahun 2017 sebanyak 27 kasus, tahun 2018 sebanyak 34 kasus

dan tahun 2019 sebanyak 44 kasus. Data demografi yang diperoleh mayoritas

wanita yang telah menikah merupakan ibu rumah tangga, berusia 20-40 tahun,

mayoritas menggunakan kontrasepsi suntik dan PIL pada ibu multipara

(Puskesmas Kandang, 2020)

Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan berdampak terhadap

kesehatan, keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan.

Kondisi ibu hamil dengan kekurangan energy kronik (KEK), berisiko

menurunkan kekuatan otot yang membantu proses persalinan sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya partus lama dan perdarahan pasca salin, bahkan

kematian ibu. Risiko pada bayi dapat mengakibatkan terjadi kematian janin

(keguguran), prematur, lahir cacat, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) bahkan

kematian bayi. Ibu hamil KEK dapat mengganggu tumbuh kembang janin,
3

yaitu pertumbuhan fisik (stunting), otak dan metabolisme yang menyebabkan

penyakit tidak menular di usia dewasa (FKM UI, 2013).

Faktor yang menyebabkan masalah KEK pada ibu hamil diantaranya

kekurangan zat besi atau anemia, usia pertama yang terlalu muda atau masih

remaja dan yang biasanya memiliki status gizi lebih rendah apabila tidak di

imbangi dengan asupan makanan dalam jumlah yang cukup, jarak kelahiran

yang terlalu dekat menyebabkan buruknya status gizi pada ibu hamil, usia

kehamilan pada awal-awal kehamilan, penggunaan kontrasepsi sebelumnya

dan rendahnya pendidikan (Ary dan Rusilanti, 2015)

Penelitian Ernawati (2018) menyebutkan bahwa ada hubungan usia ibu

dengan kejadian KEK. pada ibu yang usianya terlalu muda (<20 tahun) atau

terlalu tua (>35 tahun) berisiko mengalami KEK pada saat hamil sebesar 4,089

kali dibandingkan ibu hamil pada usia 20-35 tahun. Penelitian Renjani (2017)

menyebutkan bahwa ada hubungan anemia dengan kejadian KEK, keadaan

hamil jadi ibu membutuhkan gizi dan nutrisi lebih banyak, tapi kebanyakan

orang salah memaknainya, ibu muda dianggap masih kuat, energik dan dalam

masa pertumbuhan, jadi ketika hamil banyak ibu yang tidak mau minum susu,

makan semau mereka tanpa memperhatikan nilai gizi, tidak mau minum tablet

tambah darah, sehingga ibu rentan sekali mengalami KEK karena metabolisme

yang tinggi masa pertumbuhan dan kehamilan tidak diimbangi dengan asupan

nutrisi yang kurang seimbang.

Penelitian Rosmalamei (2018) menunjukkan bahwa 8,9% ibu berisiko

KEK dari faktor terdapat hubungan ynag bermakna antara usia ibu hamil
4

dengan kejadian KEK dengan nilai p = 0,015 dan odds ratio 0,240. Penelitian

(Sumarno, 2005) menyebutkan bahwa adanya hubungan riwayat KB dengan

kejadian KEK. Penelitian Fatimah (2019), menyebutkan bahwa ada hubungan

Usia Kehamilan Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu

Hamil.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahirawati tahun 2014 yang berjudul

“Faktor-Faktor yang berhubungan kekurangan energi kronik di Kecamatan

Kemoning di Kecamatan Sampang Jawa Timur “diantarnya yaitu : umur,

frekuensi makan, kadar hemoglobin dan mengkonsumsi tablet Fe. Berdasarkan

hasil uji statistic chi square terdapat hubungan anemia dengan kejadian KEK.

Dari hasil penelitian Vira Kartika Mahirawati terdapat hubungan anemia yaitu

24% ibu hamil yang mengalami anemia dari ibu hamil yang mengalami

kejadian KEK 49%.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan

Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang

Kota Bengkulu Tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian

ini adalah terjadinya peningkatan kejadian Kekurangan Energi Kronik pada ibu

hamil di Puskesmas Kandang Kota Bengkulu dengan jumlah 44 kasus (9,8%),

Maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa saja yang
5

berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan

Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK), umur, umur kehamilan, anemia, emesis gravidarum tahun 2020

b. Diketahui hubungan antara umur ibu, umur kehamilan, anemia, emesis

gravidarum dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu

Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun

2020.

c. Diketahui variabel yang paling berhubungan antara umur ibu, umur

kehamilan, anemia, emesis gravidarum dengan Kejadian Kekurangan

Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Puskesmas Kandang Kota Bengkulu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan yang bermanfaat bagi pihak terkait seperti Puskesmas, Dinas


6

Kesehatan dan Tenaga Medis terutama bagi bidan atau perawat yang

memberikan asuhan secara langsung kepada ibu yang mengalami KEK.

2. Manfaat Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan dan wawasan khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Bengkulu Jurusan Kebidanan sebagai calon bidan.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

peneliti yang akan datang dan kiranya dapat melanjutkan penelitian.

E. Keaslian Penelitian

1. Syukur (2016), judul penelitian tentang “Faktor-faktor yang menyebabkan

Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskemas Sidomulyo Kota

Samarinda”, memiliki persamaan di sampel menggunakan tekhnik total

sampling dan metode penelitian case control. Hasilnya adalah adanya

pengaruh unsur, pendidikan dan ekonomi penyebab KEK di Puskesmas

Sidomulyo Kota Samarinda, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan

desain penelitian tempat, waktu dan jumlah sampel.

2. Sumarno, (2005), Judul penelitian tentang “Faktor risiko kurang energi

kronis pada ibu hamil di Jawa Barat (analisis Lanjutan)”. Memiliki

persamaan desain penelitian yaitu variabel penelitian anemia dan riwayat

KB. Hasilnya adanya hubungan anemia dan riwayat KB dengan kejadian

KEK, sedangkan perbedaannya adalah tempat, waktu penelitian dan jumlah

sampel, teknik sampel, desain penelitian.


7

3. Andiyani, & Susilawati. (2019), Judul penelitian tentang “Kejadian

Kekuranagan Energi Kronik (KEK) pada Ibu hamil”. Penelitian ini

menggunakan cros sectional dengan teknik random sampling dengan hasil

penelitian ada hubungan umur dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ipuh Kabupaten Muko-

Muko Tahun 2019


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan luar

atau 9 bulan menurut kalender Internasional (Wiknjasastro, 2018).

Kehamilan adalah matarantai yang bersinambung dan terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot.

Nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2012).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

lahir normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat

sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Eva, S.

2016).

Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin mulai

sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita

melepaskan satu sampai dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang

ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae) dan masuk kedalam sel telur. Saat

8
9

melakukan hubungan seksual, cairan sperma masuk ke dalam vagina dan

berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke

dalam sel telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian yang

mengembang dari tuba falopii. Pada sekeliling sel telur banyak berkumpul

sperma kemudian pada tempat yang paling mudah untuk dimasuki,

masuklah 11 12 satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur.

Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera

membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim

kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang

rahim, Peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai

nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari (Sumarmi, 2015)

2. Tanda-Tanda Kehamilan

Menurut Sibagariang (2016) perubahan fisiologis yang timbul selama

hamil dikenal sebagai tanda kehamilan:

1) Tanda kehamilan belum pasti (Presumtive/Pr)

a) Pasien mengeluh tiba-tiba berhenti haid amenorhoe

b) Mual dan muntah

c) Sensasi meningkat, payudara tegang, ada benjolan dan membesar.

d) Peningkatan frekuensi BAK

e) Fatique

f) Perubahan warna pada areola mamae, menjadi lebih gelap

g) Suhu badan meningkat karena peningkatan metabolisme

h) Keluar kolostrum, pada kehamilan 12 minggu


10

i) Sering meludah

j) Quickening: gerakan janin pertama sekali yang dirasakan ibu

k) Pigmentasi pada kulit (cloasma, striae, linea nigra, vaskuler spider,

palmar erythema).

2) Tanda kehamilan mungkin (Possible/Pb)

a) Pengeluaran kolostrum bila puting susu dipencet.

b) Perubahan warna pada areola mamae

c) Terlihat adanya penonjolan kelenjar montgomery.

d) Perut membesar.

e) Pada palpasi teraba bagian-bagian janin.

f) Ballotement: Lenyingan janin.

g) Ada gerakan janin.

h) Meraba adanya pembesaran rahim.

i) Perubahan dari bentuk rahim.

j) Pelunakan dan pertumbuhan tidak merata pada uterus s/d minggu

ke-8.

k) Tanda Hegar: Isthmus melunak dan bisa dipegang oleh dua tangan

seolah bisa dipertemukan.

3) Tanda kehamilan pasti (Positive/Ps)

a) Dapat diraba: Pergerakan dan bagian janin.

b) Dapat dicatat (USG).

c) Dapat didengar (DJJ).


11

b. Komplikasi Kehamilan

Menurut Purwoastuti (2015) komplikasi yang dapat terjadi pada saat

kehamilan antara lain yaitu:

1) Kehamilan di luar kandungan yaitu kehamilan diluar kandungan terjadi

apabila sel telur yang sudah dibuahi tidak menempel di rahim, namun

pada tuba falopi.

2) Kehamilan dengan Diabetes. Pada saat hamil, tubuh memproduksi

beragam hormon yang terakadang dapat menghentikan insulin hingga

akhirnya terserang diabetes kala kehamilan yang berdampak dengan

melahirkan bayi besar.

3) Keguguran (abortus dan kematian bayi saat melahirkan. Keguguran

adalah kondisi kematian bayi pada usia di bawah 20 minggu kehamilan.

Kematian bayi adalah kondisi kematian bayi setelah berusia dua puluh

minggu masa kehamilan.

4) Pembekuan darah. Pembekuan darah ditandai oleh rasa gatal berlebih

yang dialami oleh ibu hamil. Hal ini mendatangkan dampak yang serius

untuk kesehatan bayi.

5) Plasenta Previa. Plasenta previa adalah kelainan posisi plasenta yang

terletak di rahim bagian bawah.

c. Standar Asuhan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil

Menurut Wagiyo (2016) standar asuhan pelayanan pemeriksaan

kesehatan ibu hamil sebagai berikut:


12

1) Timbang berat badan (T1)

Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan

berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai

trimester kedua atau tidak melebihi 12 kg selama kehamilan.

2) Ukur tekanan darah (T2)

Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi

dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.

3) Ukur tinggi fundus uteri atau TFU (T3)

Hasil pengukuran TFU harus sesuai dengan usia kehamilan

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

5) Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) (T5)

6) Pemeriksaan Hb (T6)

Pemeriksaan VDRL (T7) merupakan pemeriksaan untuk

mendeteksi munculnya antibodi terhadap bakteri Treponema

pallidum, sering direkomendasikan dokter bila seseorang memiliki

gejala penyakit sifilis atau berisiko tinggi terkena penyakit sifilis.

7) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara

(T8), harus rutin dilakukan sejak masa kehamilan untuk

merangsang produksi ASI pada masa laktasi yang akan datang.

8) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil (T9), bertujuan

untuk meregangkan otot-otot ibu hamil yang tertarik oleh berat

janin serta melemaskan otot-otot reproduksi sebelum persalinan

agar lentur ketika tiba proses persalinan.


13

9) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

10) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

11) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

12) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

(T13)

13) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

B. Kekurangan Energi

Kronik 1. Pengertian

KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi adalah

keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau

absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2014). KEK adalah keadaan

dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang

berlangsung lama atau menahun (Kemenkes, 2016).

KEK adalah keadaan ibu yang menderita kekurangan makanan yang

berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya

gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur

(WUS) dan ibu hamil (bumil) tentunya selang waktu dari KEK ini cukup

lama. karena mulai dari usia subur dengan status gizi buruk akan

berdampak pada rahimnya kemudian berdampak pada kehamilan dan

akhirnya berdampak pada janinnya masa persalinan sampai bayi dan

anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus dengan disertai

gangguan dan hambatan (Irianto, 2014).


14

KEK merupakan salah satu masalah kurang gizi yang sering terjadi

pada wanita hamil, yang disebabkan oleh kekurangan energi dalam

jangka waktu yang cukup lama. KEK pada wanita di negara berkembang

merupakan hasil komulatif dari keadaan kurang gizi sejak masa janin,

bayi, kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa (Hasanah dkk, 2013).

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi KEK

Dari penelitian Surasih (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi

KEK antara lain: jumlah asupan energi, umur, penyakit/infeksi, anemia

pekerjaan, penggunaan kontrasepsi sebelumnya, umur kehamilan,

pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga. Adapun

penjelasannya:

a. Umur Kehamilan

Pada kehamilan Trimester pertama ibu biasanya mengalami

mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) akibat pengaruh

meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG yang dilepaskan

lebih tinggi, dan hormon HCG yang dapat menimbulkan rasa mual

dan muntah pada masa awal kehamilan sehingga mengakibatkan

terjadinya KEK serta anemia atau kadar Hb dibawah 11 gr%

(Andriana, 2016).

b. Anemia

Anemia yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu anemia

difesiensi besi yang berakibat kekurangan zat besi dalam darah. Jika

simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sangat rendah, berarti


15

orang tersebut mendekati anemia walaupun pemeriksaan klinik tidak

menemukan gejala-gejala fisiologi. Simpanan zat besi yang sangat

rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah

merah di dalam sumsum tulang. Akibatnya kadar hemoglobin terus

menerus dibawah batas normal. Hal tersebut jika berlangsung lama

maka akan rentan mengalami penyakit dan infeksi, berkaitan dengan

kejadian KEK yaitu kekurangan makanan yang berlangsung

menahun atau kronik ditandai dengan LILA 23,5 cm (Erlinawati,

2018).

c. Penggunaan kontrasepsi sebelumnya

Penggunaan kontrasepsi pada kehamilan sebelumnya juga

dapat mengatur jarak kehamilan serta peggunaan kontrasepsi

hormonal yang memiliki efek samping meningkatkan berat badan

sehingga ibu terhindar dari KEK (Surasih, 2015).

d. Emesis gravidarum

Dampak mual muntah pada ibu hamil seperti ibu akan

kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi

lemah dan lelah sehingga mengalami KEK, dapat pula

mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirin, robekan

mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran

ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan

memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin

karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan


16

kehamilan yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang.

e. Jumlah asupan makanan atau Pola Makan

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada

kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat

yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang

cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu: upaya pertanian

dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan

buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk

mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini

dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang

menyebabkan malnutrisi (Surasih, 2015).

b. Umur

Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang

sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang

diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena

selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,

juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan

untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ

yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka

memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung

kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik

adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan

diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik (Surasih, 2015).


17

c. Pekerjaan

Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan

gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada

mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan

energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan,

energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang

ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang

dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan

untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut.

Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar

203 sampai 263 kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat

badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan (Surasih,

2015).

d. Penyakit /infeksi

Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi

dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat

malnutrisi, mekanismenya yaitu :

a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya

absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.

b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,

muntah dan perdarahan yang terus menerus.

c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat

sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.


18

e. Pengetahuan ibu tentang Gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh

pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/perilaku

pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai

asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi

makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika

tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan

praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan

yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang

mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih

bergizi dari pada yang kurang bergizi (Surasih, 2015).

f. Pendapatan keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah,

sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya

dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut

70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan

penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energi

lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan

menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya

pengeluaran untuk pangan (Surasih, 2015).


19

3. Pathogenesis

Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan

faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka

simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis

dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.

4. Patofisiologi KEK

Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu:

pertama, ketidak cukupan zat gizi. Apabila ketidak cukupan zat gizi ini

berlangsung lama maka persediaan/cadangan jaringan akan digunakan

untuk memenuhi ketidak cukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung

lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan

penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat

dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan

fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan

anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik. Proses terjadinya

KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang

didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi

pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini

berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi

kemerosotan jaringan (Maryunani, 2016).


20

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak

kurus dan LILA kurang dari 23,5cm (Supariasa, 2014). Kategori KEK

adalah apabila LILA kurang dari 23,5cm atau di bagian merah pita LILA

(Supariasa, 2014). Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur

(WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan

masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. Wanita

usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah suatu cara untuk

mengetahui resiko KEK. KEK ditandai dengan merasa kelelahan terus-

menerus, merasa kesemutan, muka pucat dan tidak bugar, mengalami

kesulitan ketika melahirkan.

6. Kebutuhan Ibu Hamil KEK

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada

kebutuhan untuk wanita tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah:

1) Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan.

2) Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri.

3) Supaya luka persalinan lekas sembuh pada masa nifas.

4) Guna mengadakan cadangan untuk proses laktasi.

Jumlah makanan yang dikonsumsi bukanlah jaminan bahwa ibu

hamil telah mempunyai asupan gizi yang seimbang. Konsumsi makanan

yang tepat sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil

dan janin yang dikandungnya. Kualitas makanan jauh lebih penting

dibandingkan kuantitas. Janin hidup dari makanan yang dikonsumsi oleh


21

ibu. Kuncinya adalah perencanaan menu dan pola makan yang teratur.

(Sibagariang,2016)

Menurut Irianto (2014), bagi ibu hamil sebaiknya dipahami sebagai

lebih banyak lagi memenuhi kebutuhan zat gizi sebelumnya. Tujuannya

agar ibu sehat dan bayinya pun lahir dalam keadaan sehat. sementara

pada tiga bulan pertama janin masih lambat pertumbuhannya. kebutuhan

gizinya pun belum begitu besar, sehingga boleh dibilang kebutuhan gizi

ibu relatif sama dengan wanita dewasa umumnya. namun ibu harus

mengkonsumsi makanan yang memenuhi kebutuhan semua gizi pada

janin, Kegagalan pembentukan organ yang sempurna kerap disebabkan

kekurangan gizi atau kontaminasi zat aditif berbahaya.

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena

itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.

Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan

dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan,

perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan

zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin

tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi

memerlukan tambahan, namun yang sering kali menjadi kekurangan

adalah energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium

(Irianto, 2014).
22

7. Dampak KEK

Menurut Waryono (2015) kurang energi kronik pada saat kehamilan

dapat berakibat pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya.

1) Terhadap ibu: dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain:

anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan

terkena penyakit infeksi.

2) Terhadap persalinan: pengaruhnya pada persalinan dapat

mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum

waktunya (premature), perdarahan.

3) Terhadap janin: menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,

kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR), sehingga perlu ditangani sebelum usia

kehamilan 16 minggu.

Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat

menyebabkan resiko dan komplikasi (Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal Edisi 2, 2016) antara lain :

1) Pada ibu

a) Ibu lemah dan kurang nafsu makan

b) Perdarahan pada masa kehamilan

c) Anemia

d) Kemungkinan terjadi infeksi semakin tinggi


23

2) Pada waktu persalinan

a) Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama

b) Persalinan sebelum waktunya (premature)

c) Perdarahan postpartum

d) Persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat

3) Pada janin

a) Keguguran (abortus)

b) Bayi lahir mati

c) Cacat bawaan

d) Keadaan umum dan kesehatan bayi baru lahir kurang

e) Anemia pada bayi

f) Asfiksia intra partum

g) BBLR

4) Pada ibu menyusui

a) Produksi/volume ASI berkurang

b) Anemia

c) Kemungkinan terjadi infeksi lebih tinggi

d) Ibu lemah dan kurang nafsu makan

C. Umur

1. Pengertian

Umur adalah lamanya seorang individu mengalami kehidupan sejak

lahir sampai saat ini. Umur merupakan salah satu variabel dari model
24

demografi yang digunakan sebagai hasil ukuran mutlak atau indikator

psikologis yang berbeda (Notoatmodjo, 2014).

Umur adalah waktu ibu sejak dilahirkan sampai dilaksanakannya

penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Umur > 20 tahun dinamakan

remaja, dimana menurut Piaget secara psikologi, masa remaja adalah umur

dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa dan termasuk juga

perubahan intelektual yang mencolok. Pada masa remaja terjadi perubahan

sikap dan prilaku, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap

perubahan (Murphy, 2016).

2. Klasifikasi Umur

a. Umur ibu kurang dari 20 tahun

Umur <20 tahun membutuhkan zat besi lebih banyak untuk

keperluan pertumbuhan diri sendiri serta janin yang akan di kandungnya.

Sedangkan zat besi yang di butuhkan selama hamil 17 mg (Soebroto,

2014).

b. Umur 20-35 Tahun

Pada umur ini disebut umur reproduksi sehat dikenal bahwa umur

aman untuk kehamilan dan melahirkan dengan jarak 2-4 tahun (Afiyanti,

2016).

c. Umur ibu lebih dari 35 tahun

Wanita yang berusia >35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi

untuk hamil. Karena sangat membahayakan keselamatan dan kesehatan

ibu hamil maupun janinnya Berisiko mengalami perdarahan dan dapat


25

menyebabkan anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia

adalah semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar

Hemoglobin ( Herlina, 2013).

D. Umur Kehamilan

Usia kehamilan, lamanya kehamilan mulai dari evaluasi sampai partus

adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43

minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan).

Kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan

antara 28 sampai dengan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan

yang terakhir ini akan mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup) bayi

yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda mempunyai prognosis buruk

(Wiknjasastro, 2018).

Masa kehamilan dibagi dalam 3 tahap umur kehamilan, yaitu trimester I

(Pertama), trimester II (Kedua), dan trimester III (Ketiga) yaitu sebagai

berikut menurut Andriana (2016):

a. Trimester I (pertama)

Yaitu saat kehamilan berusia 1-3 bulan (0-12 minggu) adalah masa

penyesuaian ibu terhadap awal kehamilannya. Pertumbuhan janin masih

berlangsung lambat, sehingga kebutuhan zat gizi masih relatif kecil. Pada

tahap ini terjadi penurunan nafsu makan ibu sebagai akibat pengaruh

hormonal sehingga pertumbuhan berat badan ibu hamil diperkirakan

kurang lebih 1 kg. Pada trimester I (Pertama) sering terjadi Mual

(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
26

sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada

pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Hal ini

disebabkan oleh pengaruh meningkatnya kadar hormon estrogen dan

HCG yang dilepaskan lebih tinggi, dan hormon HCG yang dapat

menimbulkan rasa mual dan muntah pada masa awal kehamilan sehingga

mengakibatkan terjadinya KEK serta anemia atau kadar Hb dibawah 11

gr% (Andriana, 2016). Penyebab terjadinya mual dan muntah pada masa

kehamilan tidak diketahui secara pasti. Gejala yang mengganggu ini

biasanya dimulai sekitar 6 minggu setelah hari pertama menstruasi

terakhir, dan biasanya menghilang spontan 6 –12 minggu kemudian.

b. Trimester II (Kedua)

Yaitu saat kehamilan mencapai umur 4-7 bulan (13-28 minggu).

Janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Tubuh ibu

juga mengalami perubahan dan adaptasi, misalnya pembesaran payudara,

perut dan pinggul. Pada masa ini plasenta mulai berfungsi, sehingga

asupan gizi yang cukup sangat diperlukan oleh ibu, dan biasanya ibu

hamil pada trimester II sudah mulai beradaptasi dan nafsu makan mulai

meningkat.

c. Trimester III (Ketiga)

Yaitu saat kehamilan mencapai 8-10 bulan (28-40 minggu), masa

kematangan, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap

ini ibu mulai menyiapkan lemak dan zat gizi lain sebagai cadangan
27

pembentukan air susu ibu (ASI). Masa ini penambahan berat badan

mencapai kurang lebih 3 kg (Pusdiknakes, 2015).

Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester III karena

pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri

sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir atau kadar Hb dibawah 11

gr%. Ibu hamil akan mengalami peningkatan volume darah selama dalam

masa kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.

Pertambahan sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya

plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah

sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18 %, dan hemoglobin 19%.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10

minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36

minggu (Winkjosastro, 2014).

Pada awal kehamilan dan menjelang aterm, kadar hemoglobin

kebanyakan wanita sehat dengan simpanan zat besi adalah 11 g/dl atau

lebih. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan.

Oleh karena itu, centers for disease control and prevention(CDC)

mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin yang lebih rendah dari

11 g/dl pada trimester pertama kecuali pada perempuan yang telah

memiliki kadar Hb rendah (< 11,5 g/dl) sehingga sering terjadi

penurunan nafsu makan akibat nausea dan atau vornitus. Gejala ini

muncul sekitar sekitar setengah jumlah kehamilan dan merupakan akibat


28

perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar HCG dalam darah

(Winkjosastro, 2018).

E. Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi atau massa hemogoblin sehingga tidak mampu

memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.

Anemia secara laboratorik yaitu keadaan apabila terjadi penurunan

dibawah normal kadar hemoglobin, hitungan eritrosit dan hemotokrit

(Amin & Hardhi, 2016).

Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan

ibu pada saat proses persalinan. Kondisi ibu hamil dengan kadar

hemoglobin kurang dari 11 gr% pada trimester I dan III dan <10,5gr%

pada trimester II. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk terhadap

ibu maupun janin seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian

janin dan cacat bawaan (Purwoastuti, 2015).

Menurut Nugroho (2016) anemia dalam kehamilan adalah kondisi

ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai

normal yaitu dibawah 11 g/dl pada trimester I dan III dan kurang dari

10,5 g/dl pada trimester II. Kebanyakan anemia dalam kehamilan

disebabkan oleh defisiensi besi.

Anemia merupakan kondisi ibu hamil dengan kadar Hb <10g/dl,

terjadi penambahan sel darah merah yang kurang sebanding dengan


29

penambahan plasma (hemodelusi), frekuensi kejadian anemia di

Indonesia 63,5% dan Amerika 6%. Anemia dalam kehamilan adalah

kondisi ibu dengan jumlah hemoglobin dibawah 11 gr% pada TM I dan

III, kadar Hb 10,5gr% pada trimester II (Maryunani, 2016).

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,

merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan

murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena

mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan

pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.

Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child”

(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia

merupakan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam

pelayanan kesehatan pada lini depan (Manuaba, 2015). Tahapan anemia

dalam kehamilan menurut (Manuaba, 2015):

1) Tidak Anemia : Hb 11 g r%

2) Anemia ringan : Hb 9 – 10 gr %

3) Anemia sedang : Hb 7 – 8 gr %

4) Anemia berat : Hb < 7 gr %

2. Penyebab

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015)anemia dapat disebabkan

oleh:

1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

2) Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.


30

3) Kurangnya Asupan zat besi dan protein dari makanan.

4) Kebutuhan zat besi meningkat.

5) Gangguan pencernaan dan absorbsi.

3. Klasifikasi

Klasifikasi dalam kehamilan menurut Wiknjasastro (2018) yaitu:

1) Anemia defiensi besi: anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai

ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat

disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dalam makanan,

karena gangguan reabsopsi, gangguan pecernaan, atau karena

terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan, misal pada

perdarahan.

2) Anemia megaloblastik: anemia dalam kehamilan disebabkan karena

defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi B12. Hal itu

erat kaitanya dengan defisiensi makanan.

3) Anemia hipoplastik: anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum

tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru.

4) Anemia hemolitik: anemia disebabkan karena penghancuran sel

darah merah berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala anemia antara lain adalah pusing, rasa lemah,

kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal

perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang

malnutrisi dan pucat (Purwoastuti, 2015).


31

Gejala anemia bisa dilihat dari pemeriksaan fisik pada penderita

anemia yaitu konjungtiva pucat dan warna pucat pada mukosa bibir,

telapak tangan dan dasar kuku (Nurarif dan Kusuma, 2016).

5. Dampak Anemia

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi

ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa

selanjutnya. Bahaya selama kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang, ancaman dekompensasi

kordis (Hb<6g%), dan sebagainya. Bahaya saat persalinan partus lama,

gangguan HIS. Pada kala nifas dapat menimbulkan perdarahan post

partum (Manuaba, 2015).

6. Pencegahan Anemia

Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan sulfas

ferroosus sehari 1 tablet. Setiap mengkonsumsi zat besi disarankan

untuk mengkonsumsi makanan yang banyak protein dan sayur- sayuran

yang mengandung banyak mineral serta vitamin, protein hewani seperti

hati, daging, telur, kerang dan susu (Manuaba, 2015).

F. Emesis Gravidarum

1. Pengertian

Mual dan muntah atau dalam bahasa medis disebut emesis gravidarum

atau morning sickness merupakan suatu keadaan mual yang terkadang

disertai muntah (frekuensi kurang dari 5 kali). Selama


32

kehamilan sebanyak 70-85% wanita mengalami mual muntah (Wegrzyniak,

dkk, 2012). Dari hasil penelitian Lecasse (2009) dari 367 wanita hamil,

78,47% mual muntah terjadi pada trimester pertama, dengan derajat mual

muntah yaitu 52,2% mengalami mual muntah ringan, 45,3% mengalami

mual muntah sedang dan 2,5% mengalami mual muntah berat. Pada

trimeter dua, 40,1% wanita masih mengalami mual muntah dengan rincian

63,3% mengalami mual muntah ringan, 35,9% mengalami mual muntah

sedang dan 0,8% mengalami mual muntah berat (Irianto, dkk, 2014).

2. Klasifikasi

a. Morning Sickness

Pusing pada saat bangun pagi karena terjadi iskemia relatif akibat

turunnya aliran darah menuju otak sehingga glukosa kearah sistem saraf

pusat berkurang. Cara mengatasi jangan terlalu cepat berjalan dari tempat

tidur, duduk dengan tenang sambil beradaptasi pada posisi duduk

sehingga pusing berkurang, minum teh hangat agak manis, setelah pusing

hilang baru kemudiaan diikuti dengan aktivitas biasa.

b. Emesis Gravidarum

Mual dan muntah beberapa kali terutama pada pagi hari, tidak

menyebabkan gangguan semua aktivitas sehari-hari. Cara mengatasinya

sama dengan morning sickness, obat yang diperlukan adalah anti mual,

mengganti cairan yang keluar dengan minuman elektrolit.


33

c. Hiperemesis Gravidarum

Mual dan muntah berlebihan sehingga menggangu aktivitas

sehari-hari. Cara mengatasinya dengan terapi intensif, dan terminasi

kehamilan (Manuaba, 2014).

3. Dampak Emesis Gravidarum

Dampak mual muntah pada ibu hamil seperti ibu akan kekurangan

nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat

pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirin, robekan

mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran ruptur

esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan

pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang

tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan yang mengakibatkan

peredaran darah janin berkurang. Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi

hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang

kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum maka kemungkinan

bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga terjadi abortus

(Manuaba, 2014).

F. Hubungan Umur ibu, umur kehamilan, anemia, emesis gravidarum

dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)

a. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK)

Menurut Proverawati & Asfuah (2014) menyebutkan ibu yang

mengalami kehamilan pada usia muda (< 20 tahun) atau usia tua (> 35
34

tahun) membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dari pada ibu yang hamil

pada saat usia reproduksi sehat (usia 20-35 tahun). Kehamilan yang terjadi

pada usia muda menyebabkan terjadinya kompetisi pemenuhan zat gizi

antara janin dan ibunya. Ibu yang hamil pada saat usia remaja atau kurang

dari 20 tahun memerlukan zat gizi yang banyak untuk memenuhi

kebutuhan gizi ibu dan janin yang sedang dikandungnya.Hal ini terjadi

karena ibu masih dalam usia pertumbuhan (Mahirawati, 2014).

Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat terjadi pada usia

remaja. Usia kurang dari 20 tahun termasuk usia remaja (Notoatmodjo,

2011). Adapun ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki organ

tubuh yang fungsinya semakin melemah. Pengaruh proses penuaan juga

mulai muncul. Kondisi ini ditandai adanya penyakit hipertensi dan diabetes

mellitus yang dapat menghambat masuknya makanan bagi janin melalui

plasenta. Oleh karena itu wanita yang hamil pada usia lebih dari 35 tahun

memerlukan energi yang besar untuk mendukung kehamilannya (Yana

dkk, 2016).

Hasil penelitian Ernawati (2018) menyebutkan bahwa sebagian

besar ibu hamil termasuk dalam kelompok usia reproduksi sehat yaitu usia

20-35 tahun, baik pada kelompok ibu hamil yang mengalami KEK maupun

kelompok ibu hamil yang tidak mengalami KEK.Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0,03 dan nilai rasio prevalens sebesar 4,089. Artinya ibu

yang usianya terlalu muda ( 35 tahun) berisiko mengalami KEK pada saat

hamil sebesar 4,089 kali dibandingkan ibu hamil pada usia 20-35 tahun.
35

Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh usia ibu hamil terhadap kejadian

KEK.

b. Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian Kekurangan Energi

Kronik (KEK)

Kehamilan Trimester pertama ibu biasanya mengalami mual

(nausea) dan muntah (emesis gravidarum). Pada tahap ini terjadi penurunan

nafsu makan ibu sebagai akibat pengaruh hormonal sehingga pertumbuhan

berat badan ibu hamil diperkirakan kurang lebih 1 kg. Pada trimester I

(Pertama) sering terjadi Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum)

adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I.

Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan

malam hari. Hal ini disebabkan oleh pengaruh meningkatnya kadar hormon

estrogen dan HCG yang dilepaskan lebih tinggi, dan hormon HCG yang

dapat menimbulkan rasa mual dan muntah pada masa awal kehamilan

sehingga mengakibatkan terjadinya KEK serta anemia atau kadar Hb

dibawah 11 gr% (Andriana, 2016).

Penyebab terjadinya mual dan muntah pada masa kehamilan tidak

diketahui secara pasti. Gejala yang mengganggu ini biasanya dimulai sekitar

6 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir, dan biasanya menghilang

spontan 6 –12 minggu kemudian. Penelitian Fatimah (2019), menyebutkan

bahwa ada hubungan Usia Kehamilan Terhadap Resiko Kurang Energi

Kronis (KEK) pada Ibu Hamil.


36

c. Hubungan anemia dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK)

Anemia yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu anemia difesiensi

besi yang berakibat kekurangan zat besi dalam darah. Jika simpanan zat

besi dalam tubuh seseorang sangat rendah, berarti orang tersebut mendekati

anemia walaupun pemeriksaan klinik tidak menemukan gejala-gejala

fisiologi. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan

cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang.

Akibatnya kadar hemoglobin terus menerus dibawah batas normal. Hal

tersebut jika berlangsung lama maka akan rentan mengalami penyakit dan

infeksi, berkaitan dengan kejadian KEK yaitu kekurangan makanan yang

berlangsung menahun atau kronik ditandai dengan LILA 23,5cm

(Erlinawati, 2018).

Penelitian Renjani (2017) menyebutkan bahwa ada hubungan

anemia dengan kejadian KEK, keadaan hamil jadi ibu membutuhkan gizi

dan nutrisi lebih banyak, tapi kebanyakan orang salah memaknainya, ibu

muda dianggap masih kuat, energik dan dalam masa pertumbuhan, jadi

ketika hamil banyak ibu yang tidak mau minum susu, makan semau mereka

tanpa memperhatikan nilai gizi, tidak mau minum tablet tambah darah,

sehingga ibu rentan sekali mengalami KEK karena metabolisme yang tinggi

masa pertumbuhan dan kehamilan tidak diimbangi dengan asupan nutrisi

yang kurang seimbang.


37

d. Hubungan emesis gravidarum dengan Kejadian Kekurangan Energi

Kronik (KEK)

Dampak mual muntah pada ibu hamil seperti ibu akan kekurangan

nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah

sehingga mengalami KEK, dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa,

pneumini aspirin, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang

menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan

ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan

janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan

yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (Manuaba, 2014).

Pada awal kehamilan sering terjadi penurunan nafsu makan akibat

nausea dan atau vornitus. Gejala ini muncul sekitar sekitar setengah jumlah

kehamilan dan merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan

peningkatan kadar HCG dalam darah, sedangkan kebutuhan energi pada

masa kehamilan dari Trimester I, II dan III mengalami peningkatan secara

signifikan sehingga jika terjadi mual dan muntah akan menyebabkan ibu

hamil kurang asupan nutrisi, yang berakibat pada kekurangan energy kronik

yang berdampak pada janin, dimana kebutuhan energi ibu hamil dibutuhkan

untuk pertumbuhan janin dan plasenta, serta pembentukan enzim dan

hormon yang mengatur pertumbuhan janin. (Winkjosastro, 2018).

Penelitian Fitrianingsih (2014) menyebutkan bahwa emesis gravidarum

dapat mengurangi asupan dan makanan. Keadaan ini berlangsung pada

triwulan I ketika janin belum tumbuh besar sehingga kebutuhan gizi ekstra
38

belumlah mendesak. Pada triwulan II dan III emesis jarang terjadi lagi tetapi

kebutuhan gizi ekstra untuk petumbuhan juga perlu.

G. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK

Faktor-faktor pada Ibu hamil: Faktor-faktor Lingkungan dan Gizi:


a. Umur Kehamilan a. Pekerjaan
b. Anemia b. Pengetahuan ibu tentang Gizi
c. Penggunaan kontrasepsi c. Pendapatan keluarga
hormonal sebelumnya d. Jumlah asupan makanan atau
Pola Makan
d. Emesis gravidarum
e. Umur
f. Penyakit /infeksi

Anemia Emesis Umur Ibu Umur


Gravidarum Kehamilan

Umur <20 atau


<zat besi
Kekurangan ≥35 tahun Peningkatan
dalam
darah nutrisi dan hormon HCG
cairan akibat
mual dan
Infeksi muntah Keperluan
pertumbuhan
Mual dan
sendiri serta janin muntah
yang akan
kandungnya
Nutrisi Tidak
tercukupi
Tidak terpenuhi

KEK

Sumber : Modifikasi Erlinawati (2018); Soebroto (2014), Pusdiknakes (2015);

Manuaba (2014); Irianto (2014)


39

H. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teori diatas,

maka faktor yang mempengaruhi KEK dijelaskan melalui kerangka konsep

berikut:

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Umur,

Umur kehamilan, Kejadian KEK Anemia,


Emesis gravidarum

I. Hipotesis Penelitian

1 Ha : Ada hubungan variabel independen (umur ibu, anemia, emesis

gravidarum) dengan variabel dependen (kejadian KEK) Pada

Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota

Bengkulu Tahun 2020

2 Ho : Tidak ada hubungan variabel independen (umur kehamilan)

dengan variabel dependen (kejadian KEK) Pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun

2020
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan survey analitik dengan rancangan

case control. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran variabel dependen

(kejadian KEK) diidentifikasi pada saat ini, kemudian variabel independen

(Umur, Umur kehamilan, anemia, riwayat KB dan emesis gravidarum)

diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo,

2014)

40
41

Bagan 3.1 Desain Penelitian


Berisiko
Umur Ibu
Tidak berisiko

Berisiko
Umur Kehamilan
Tidak berisiko

Anemia
Anemia KEK

Tidak anemia

Emesis gravidarum Emesis gravidarum


Tidak emesis gravidarum
Ibu
Hamil
Berisiko Umur

Tidak berisiko

Berisiko
Umur Kehamilan
Tidak berisiko

Tidak
Anemia
Anemia KEK
Tidak anemia

Ikut KB Emesis Gravidarum

Tidak ikut KB
42

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (Umur, umur

kehamilan, anemia dan emesis gravidarum) dan variabel dependen

(Kejadian KEK).

Bagan 3.2 Variabel Penelitian

Variabel Independen Variabel dependen

Umur,
Umur kehamilan
Anemia Kejadian KEK

Emesis gravidarum

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara Hasil ukur Skala


o Operasional Ukur Ukur
1 KEK Suatu keadaan Lembar Mengisi 0: KEK, jika Nominal
dimana seseorang Cheklist Lembar Lila <23,5 cm
mengalami Cheklist 1: Tidak KEK,
kekurangan gizi jika Lila ≥23,5
(kalori dan protein ) cm
yang berlangsung
lama atau menahun.
Dengan ditandai
LILA-nya kurang
dari 23,5 cm yang
diambil dari register
KIA

2 Umur Usia ibu yang Check Mengisi 0= Berisiko (<20 Nominal


tercatat di buku List Lembar tahun >35
register Cheklist tahun)
1=Tidak
Berisiko
(20-35
tahun)
43

3 Anemia Suatu keadaan Lembar Mengisi 0: Anemia(TM I Nominal


kadar haemoglobin Cheklist Lembar dan III kadar Hb
(Hb) lebih rendah Cheklist <11gr/dL dan
dari nilai normal TM II kadar Hb
yang tercatat di <10,5 gr/dL)
buku register 1: Tidak Anemia
(TM I dan III
kadar Hb
≥11gr/dL dan
TM II kadar Hb
≥10,5 gr/dL)

4 Umur Umur gestasi Lembar Mengisi 0: Berisiko (TM Nominal


kehamilan dimulai sejak Cheklist Lembar 1 dan III
terjadinya konsepsi Cheklist kehamilan)
hingga ibu datang 1: Tidak
berkunjung yang Berisiko (TM
tercatat di buku II kehamilan)
register
5 Emesis Suatu kondisi ibu Lembar Mengisi 0: Emesis Nominal
Gravidarum mengalami mual Cheklist Lembar Gravidarum
kadang disertai Cheklist 1: Tidak Emesis
denganmuntah, Gravidarum
masih dapat
mengkonsumsi
makanan, masih
dapat beraktivitas,
dan penurunan berat
badan <5% yang
biasanya terjadi
pada awal
kehamilan yang
tercatat di buku
register

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang hamil tahun 2020 di

Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu sebanyak 320 orang

dengan kejadian KEK sebanyak 33 orang dan yang tidak KEK 287 orang.
44

2. Sampel

Data yang diambil perbadingan kelompok kasus dan control adalah 1:1

sebanyak 66 orang yaitu diperoleh 33 orang yang Tidak KEK dan 33

yang mengalami KEK. Sampel dalam penelitian ini dibedakan menjadi:

a. Kelompok Kasus

Kelompok kasus sampel yang diambil yaitu ibu yang menderita

KEK yaitu 33 orang. Pemilihan sampel pada kelompok kasus

digunakan teknik total sampling yang berarti keseluruhan populasi

menjadi sampel penelitian.

b. Kelompok kontrol

Jumlah sampel kelompok kontrol ibu yang tidak menderita KEK.

Teknik pengambilan sampel kontrol yang digunakan dalam penelitian

ini adalah secara systematic random sampling. Cara pengambilan

yaitu pengambilan sampel dengan selang interval secara berurutan.

i=

i=

i = 8,2 dibulatkan menjadi 8

Jumlah sampel kontrol 33 kasus.

Keterangan:

i : interval

N : Besar populasi ( Jumlah populasi – Jumlah kasus KEK)

n : Besar populasi yang diinginkan


45

Hasil perhitungan diatas, jumlah pengambilan sampel kontrol yang

akan diambil adalah setiap kelipatan 8 dari daftar populasi yang ada

dibuku register hingga sampel tercukupi atau sebanyak 33 orang.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota

Bengkulu pada tanggal 12-16 Januari 2021

F. Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis

Data 1. Pengumpulan

Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan data

sekunder yang diperoleh dari dokumen di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu tentang kejadian KEK dan faktor apa saja yang

menyebabkan kejadian KEK Pada Ibu Hamil tahun 2020.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah melalui beberapa tahap (Sulistyaningsih,

2012):

a. Pemeriksaan (Editing)

Merupakan tahap pemilihan dan pemeriksaan kembali kelengkapan

data-data yang diperlukan untuk pengelompokan dan penyusunan

data. Pengelompokan data bertujuan untuk memudahkan pengolahan

data.

b. Pengkodean (Coding)

Memberikan kode terhadap hasil yang diperoleh dari data yang ada

yaitu menurut jenisnya, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel


46

kerja guna mempermudahkan melakukan analisis terhadap data yang

diperoleh.

c. Entry Data

Proses memindahkan data yang telah dikumpulkan dari check list

kedalam komputer. Data yang telah di coding kemudian dimasukkan

kedalam tabel kemudian diolah secara komputerisasi.

d. Cleaning Data

Kegiatan mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada

kesalahan pada masing-masing variabel sehingga dapat diperbaiki.

3. Analisis Data

Data-data yang sudah diolah akan dianalisa dengan cara:

a. Univariat

Dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi masing-

masing variabel penelitian, baik variabel independen (umur, umur

kehamilan, anemia, emesis gravidarum) maupun variabel dependen

(Kekurangan Energi Kronik) dengan menggunakan persentase

(Notoatmodjo, 2014).

Nilai proporsi yang didapat dalam bentuk persentase dapat

diinterpretasikan dengan menggunakan kategori:

0% = Tidak satupun dari kejadian

1%-25% = Sebagian kecil dari kejadian

50% = Setengah dari kejadian

76%-99% = Hampir seluruh dari kejadian


47

100% = Seluruh kejadian (Arikunto, 2016).

b. Bivariat

Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Uji statistik yang

digunakan adalah (Chi-square), dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan =0,05. Hasil Chi-square dapat di analisa sebagai berikut:

1) Jika nilai p ≥ α (0,05), maka Ho ditolak artinya faktor umur, umur

kehamilan, anemia, emesis gravidarum tidak ada hubungan dengan

kejadian KEK.

2) Jika nilai p ≤ α (0,05), maka Ho diterima artinya faktor umur, umur

kehamilan, anemia, emesis gravidarum ada hubungan dengan

kejadian KEK. Analisa Uji OR

a) Bila nilai OR > 1 maka faktor risiko (umur, umur kehamilan,

anemia, emesis gravidarum) dapat menyebabkan KEK.

b) Bila nilai OR = 1 maka faktor risiko (umur, umur kehamilan,

anemia, emesis gravidarum) bersifat netral (tidak

mempengaruhi).

c) Bila nilai OR < 1 maka faktor risiko (umur, umur kehamilan,

anemia, emesis gravidarum) tidak menyebabkan KEK.

c. Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat faktor yang paling

dominan berhubungan dengan kejadian menyebabkan kejadian KEK


48

pada tahun 2020 di Puskesmas Kandang Kota Bengkulu. Uji statistik

yang digunakan adalah regresi logistik ganda.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota

Bengkulu Tahun 2021. Penelitian ini dilakukan dari 12 Januari hingga 16

Januari tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang hamil

tahun 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu

sebanyak 320 orang dengan kejadian KEK sebanyak 33 orang dan yang

tidak KEK 287 orang. Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini

sebanyak 88 orang yaitu diperoleh 33 orang yang Tidak KEK dengan

teknik sistematic radom sampling dengan kelipatan 8 dan 33 yang

mengalami KEK dengan teknik total sampling.

Pengumpulan data dilakukan secara sekunder, yaitu yang diperoleh

dari dokumen di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu

tentang kejadian KEK dan faktor apa saja yang menyebabkan kejadian

KEK Pada Ibu Hamil tahun 2021.

2. Hasil Penelitian

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi

frekuensi variabel independen dan dependen (tabel kejadian

49
50

Kekurangan Energi Kronik (KEK), umur, umur kehamilan, anemia,

emesis gravidarum). Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi variabel independen dan dependen


(kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK), umur, anemia, umur
kehamilan, emesis gravidarum)

Variabel Frekuensi Persentase


(f) %
(Independen)
Kekurangan Energi Kronik
33 50,0
KEK (Kasus)
Tidak KEK (Kontrol) 33 50,0
(Dependen)
Usia
17 25,8
Beresiko (< 20 dan > 35)
Tidak Beresiko (20 – 35) 49 74,2
(Dependen)
Anemia
30 25,8
Anemia
Tidak anemia 36 74,2
(Dependen)
Umur Kehamilan
27 40,9
Berisiko (TM I dan TM III)
Tidak Berisiko (TM II) 39 59,1
(Dependen)
Emesis Gravidarum
15 22,7
Emesis
Tidak Emesis 51 77,3
Total Responden 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 menjelaskan bahwa dari 66 responden

diketahui bahwa terdapat setengah responden (50%) mengalami KEK.

Dari 66 responden terdapat sebagian besar responden (74,2%) tidak

memiliki usia yang berisiko (20-35 tahun). Dari 66 responden terdapat

sebagian besar responden (74,2%) tidak mengalami anemia. Dari 66

responden terdapat sebagian besar responden (59,1%) umur kehamilan


51

tidak berisiko (TM II). Dari 66 responden terdapat hampir seluruh

responden (77,3%) tidak mengalami emesis gravidarum.

b. Analisis Bivariat

Tabel 4.2 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian KEK (KEK) pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu
Tahun 2021
Usia Ibu KEK
KEK Tidak Total
KEK P C OR
F % F % F %

Berisiko 16 48,5 1 3,0 17 25,8


Tidak Berisiko 17 51,5 32 97,0 49 74,2
0,000 0,461 30,118
100,0
33 100,0 33 100,0 66
Total

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity


2
correction x =15.529 dengan nilai p = 0,000 <  = 0,05. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan dengan

kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0,461 dengan

P=0,000<0,05 berarti signifikan. Nilai tersebut dibandingkan yaitu

= =0,652, nilai ini terletak dalam interval 0,50-0,79 maka

kategori hubungan erat.

Hasil uji Risk Estimate diketahui bahwa nilai OR sebesar 30,118

artinya ibu yang berusia berisiko (<20 atau >35 tahun) 30,118 kali

lebih berisiko mengalami KEK dibandingkan ibu yang berusia tidak

berisiko (20-35 tahun).


52

Tabel 4.3 Hubungan Anemia dengan Kejadian KEK (KEK) pada


Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu
Tahun 2021
Anemia KEK
KEK Tidak Total
KEK P C OR
F % F % F %

Anemia 25 75,8 5 15,2 30 45,5


Tidak Anemia 8 24,2 28 84,8 36 54,5
0,000 0,520 17.500
100,0
33 100,0 33 100,0 66
Total

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity


2
correction x =22.061 dengan nilai p = 0,000 <  = 0,05. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan antara anemia dengan kejadian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0,520 dengan

P=0,000<0,05 berarti signifikan. Nilai tersebut dibandingkan yaitu

= =0,735, nilai ini terletak dalam interval 0,50-0,79 maka

kategori hubungan erat.

Hasil uji Risk Estimate diketahui bahwa nilai OR sebesar 17.500

artinya ibu yang mengalami anemia 17.500 kali lebih berisiko

mengalami KEK dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia.


53

Tabel 4.5 Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian KEK


(KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang
Kota Bengkulu Tahun 2021

Umur Kehamilan KEK


KEK Tidak Total
KEK P
F % F % F %

Berisiko 17 51,5 10 30,3 27 40,9


Tidak Berisiko 16 48,5 23 69,7 39 59,1 0,133
100,0
Total 33 100,0 33 100,0 66

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity


2
correction x =2.256 dengan nilai p = 0,133 >  = 0,05. Hal ini

menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara umur kehamilan

dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Tabel 4.6 Hubungan Emesis Gravidarum dengan Kejadian KEK


(KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang
Kota Bengkulu Tahun 2021
Emesis KEK
Gravidarum KEK Tidak Total
KEK P C OR
F % F % F %

Emesis
13 39,4 2 6,1 15 22,7
Gravidarum
Tidak Emesis 10.075
20 60,6 31 93,9 51 77,3 0,003 0,370
Gravidarum
Total 33 100,0 33 100,0 66 100,0

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity


2
correction x =8.627 dengan nilai p = 0,003 <  = 0,05. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan antara emesis gravidarum dengan


54

kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0,370 dengan

P=0,000<0,05 berarti signifikan. Nilai tersebut dibandingkan yaitu

= =0,523, nilai ini terletak dalam interval 0,50-0,79 maka

kategori hubungan erat.

Hasil uji Risk Estimate diketahui bahwa nilai OR sebesar 10,075

artinya ibu yang mengalami emesis gravidarum 10,075 kali lebih

berisiko mengalami KEK dibandingkan ibu yang tidak mengalami

emesis gravidarum.

c. Analisis Multivariat

Tabel 4.7. Hubungan (Umur ibu, umur kehamilan, anemia, emesis


gravidarum) dengan variabel dependen (Kejadian Kekurangan
Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2021

Variabel 95%CI
Β S.E. Sig. Exp(B) Upper Lower
Anemia -2.485 0.813 0.002 0.083 0.447 0.644
Emesis 0.677 0.869
-2.803 1.105 0.011 0.061
gravidarum
Constant 1.861 0.573 0.001 6.432

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari hasil

analisis multivariate yang paling memiliki pengaruh terhadap KEK yaitu

anemia dan emesis gravidarum yaitu nilai p-value= 0,002 dan 0,011 <

0,05, sedangkan pada variabel umur ibu dan umur kehamilan dikeluarkan
55

dari analisis karena tidak memliki hubungan nilai p-value=0,167 dan

0,828 >0,05.

Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai Exp (B) atau disebut

juga ODDS RATIO (OR). Variabel anemia dengan OR= 0.083 (CI 95%

0.447-0.644) maka responden yang anemia beresiko terjadinya anemia

sebesar 0.083 kali lipat jika di bandingkan dengan responden yang tidak

anemia. Variabel emesis gravidarum dengan OR= 0.061 (CI 95% 0.677-

0.869) maka responden yang mengalami emesis gravidarum lebih

beresiko mengalami KEK sebesar 0.061 kali lipat di bandingkan dengan

responden yang tidak mengalami emesis gravidarum. Dari hasil regresi

logistik diketahui bahwa anemia dan emesis gravidarum secara

bersamaan memiliki pegaruh terhadap kejadian kekurangan energi kronik

pada ibu hamil di Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2021.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat: Gambaran variabel independen dan dependen


(tabel kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK), umur, anemia,
umur kehamilan, emesis gravidarum)

a. Gambaran Kejadian Kekurangan Energi Kronik di Wilayah Kerja


Puskesmas Kandang Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 66 responden

terdapat setengah responden (50%) mengalami KEK yaitu dengan LILA

20cm sebanyak 5 responden, 1 reponden LILA 20,5cm, 10 responden

LILA 21cm, 1 responden LILA 21,5cm, 8 responden LILA 22cm, 1

responden LILA 22,5cm, 6 responden LILA 23cm serta adanya


56

faktor dari nafsu makan berkurang, anemia, mual muntah, hiperemesis

gravidarum, kurang tidur dimalam hari dan sering BAK.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 66 responden

terdapat setengah responden (50%) tidak mengalami KEK yaitu dengan

LILA >23,5cm serta adanya faktor hiperemesis gravidarum, mengalami

obesitas sebelum hamil, sering BAK, mual muntah dan kram kaki di

Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2021.

KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi

adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara

relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2014). KEK

adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori

dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan ditandai

berat badan kurang dari 40kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya

kurang dari 23,5cm. Pencegahan KEK dilakukan dengan

mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan,

sehingga dapat memenuhi kebutuhan kekurangan zat gizi dari berbagai

makanan yang menjamin terpenuhi kecukupan sumber zat tenaga, zat

pembangun, dan zat pengatur (Kemenkes, 2016).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur (2020) yang

berjudul dengan judul pengaruh KEK dan emesis gravidarum terhadap

anemia pada ibu hamil menyebutkan bahwa ada pengaruh anemia dan

emesis gravidarum dengan kejadian KEK. Ibu hamil yang mengalami

KEK cenderung lebih banyak mengalami anemia dibandingkan tidak


57

anemia. Ini disebabkan karena pola konsumsi dan absorbsi makanan yang

tidak seimbang selama kehamilan. Nutrisi sangat mempengaruhi keadaan

gizi seseorang, apalagi pada ibu hamil yang mengalamai emesis

gravidarum yang membuat nutrisi yang masuk sangat berkurang. Jika ibu

hamil selama kehamilannya tidak mengkonsumsi gizi seimbang,

baik makronutrien maupun mikronutrien maka ibu hamil beresiko

mengalami gangguan gizi atau dapat terjadinya kekurangan energi

kronis yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia.

b. Gambaran Usia Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota


Bengkulu

Hasil penelitian Dari 66 responden terdapat sebagian kecil

responden (25,8%) memiliki usia berisiko (<20 atau 35 tahun) yaitu 3

responden usia 16 tahun, 3 responden usia 17 tahun, 2 responden usia

18 tahun, 9 responden usia 19 tahun. Pada usia <20 tahun karena pada

kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih

kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat

gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun

berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta

berbagai penyakit yang sering menimpa diusia dini.

Umur merupakan faktor penting dalam proses kehamilan sampai

persalinan, karena kehamilan ibu yang berumur muda menyebabkan

terjadinya kompetisi makanan antara janin dengan ibu yang masih

dalam masa pertumbuhan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun

memiliki risiko KEK yang lebih tinggi. Semakin muda


58

usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih tua usia ibu dari 35 tahun yang

sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang

diperlukan akan menyebabkan mengalami KEK. Pada umur muda

diperlukan tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk

pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri, juga harus berbagi dengan

janin yang sedang dikandungnya. Sedangkan pada umur tua diperlukan

energi yang besar pula karena fungsi organ yang melemah dan

diharuskan untuk bekerja maksimal, maka perlu adanya tambahan

energi yang cukup sebagai pendukung kehamilan yang sedang

berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun

sampai dengan 35 tahun (Helena, 2016).

Menurut Riskesdas 2013, terjadi peningkatan proporsi ibu hamil

usia 15-19 tahun dengan KEK dari 31,1% pada tahun 2013 menjadi

38,5% pada tahun 2018. Sejalan dengan penelitian Marlapan (2016) di

wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado menyebutkan bahwa

ibu hamil dengan umur berisiko 7 kali lipat lebih beresiko mengalami

KEK dari pada ibu hamil dengan umur berisiko yang tidak mengalami

KEK.salah satu faktor pendorong para ibu hamil diusia muda adalah

karena ibu menikah di umur yang terlalu muda, sehingga pada saat ibu

memasuki masa kehamilan, kondisi alat reproduksinya secara biologis

belum siap dan secara psikis juga belum matang, karena dalam masa

pertumbuhan tubuh menbutuhkan asupan nutrisi dalam jumlah banyak,

sehingga kebutuhan tubuh ibu dan kebutuhan janin tidak seimbang


59

bahkan terjadi kekurangan gizi, begitu juga halnya pada ibu yang hamil

pada usia tua, tubuh membutuhkan energi lebih banyak karena sistem

tubuh yang mulai lemah.

c. Gambaran anemia pada ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang


Kota Bengkulu

Dari 66 responden terdapat sebagian kecil responden (25.8%)

mengalami anemia dan sebagian besar responden (74,2%) tidak

mengalami anemia. Hal ini menunjukkan bahwa masih bayak ibu yang

mengalami masalah anemia dalam kehamilan. Anemia merupakan salah

satu masalah kesehatan pada ibu hamil yang paling sering terjadi.

Sejalan dengan penelitian Erlinawati (2018) menyebutkan

bahwa anemia yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu anemia

difesiensi besi yang berakibat kekurangan zat besi dalam darah. Jika

simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sangat rendah, berarti orang

tersebut mendekati anemia walaupun pemeriksaan klinik tidak

menemukan gejala-gejala fisiologi. Simpanan zat besi yang sangat

rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah

merah di dalam sumsum tulang. Akibatnya kadar hemoglobin terus

menerus dibawah batas normal. Hal tersebut jika berlangsung lama

maka akan rentan mengalami penyakit dan infeksi, berkaitan dengan

kejadian KEK yaitu kekurangan makanan yang berlangsung menahun

atau kronik ditandai dengan LILA 23,5 cm.

d. Gambaran umur kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang


Kota Bengkulu
60

Hasil penelitian dari 66 responden terdapat hampir sebagian

responden (40,9%) memiliki umur kehamilan berisiko (TM I dan III)

dan sebagian besar responden (59,1%) umur kehamilan tidak berisiko

(TM II). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir sebagian

responden ibu hamil yang memiliki umur kehamilan berisiko.

Pada awal kehamilan atau TM I dan menjelang aterm TM III,

sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea dan atau vornitus.

Gejala ini muncul sekitar sekitar setengah jumlah kehamilan dan

merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar

HCG dalam darah yang dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia

(Winkjosastro, 2018).

Sejalan dengan teori menurut Andriana (2016) umur kehamilan

berusia 1-3 bulan (0-12 minggu) adalah masa penyesuaian ibu terhadap

awal kehamilannya dan dianggap umur kehamilan berisiko.

Pertumbuhan janin masih berlangsung lambat, sehingga kebutuhan zat

gizi masih relatif kecil. Pada tahap ini terjadi penurunan nafsu makan

ibu sebagai akibat pengaruh hormonal sehingga pertumbuhan berat

badan ibu hamil diperkirakan kurang lebih 1 kg. Pada trimester I

(Pertama) sering terjadi Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum)

adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan

trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula

timbul setiap saat dan malam hari. Hal ini disebabkan oleh pengaruh

meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG yang dilepaskan lebih


61

tinggi, dan hormon HCG yang dapat menimbulkan rasa mual dan

muntah pada masa awal kehamilan sehingga mengakibatkan terjadinya

KEK serta anemia atau kadar Hb dibawah 11 gr%. Penyebab terjadinya

mual dan muntah pada masa kehamilan tidak diketahui secara pasti.

Gejala yang mengganggu ini biasanya dimulai sekitar 6 minggu setelah

hari pertama menstruasi terakhir, dan biasanya menghilang spontan 6 –

12 minggu kemudian.

e. Gambaran Emesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas


Kandang Kota Bengkulu

Hasil penelitian ini diketahui bahwa dari 66 responden terdapat

sebagian kecil responden (22,7%) mengalami emesis gravidarum dan

hampir seluruh responden (77,3%) tidak mengalami emesis gravidarum.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil ibu hamil mengealami

emesis gravidarum sehingga mengurangi nafsu makan ibu yang dapat

berdampak pada nutrisi dan gizi ibu hamil yang dapat menyebabkan ibu

berisiko mengalami KEK pada kehamilan.

Mual dan muntah atau dalam bahasa medis disebut emesis

gravidarum atau morning sickness merupakan suatu keadaan mual yang

terkadang disertai muntah (frekuensi kurang dari 5 kali). Selama

kehamilan sebanyak 70-85% wanita mengalami mual muntah

(Wegrzyniak, dkk, 2012). Sejalan dengan Penelitian yang dilakukan

oleh Ruri (2016) menyebutkan bahwa dari hasil uji statistik terdapat

57,8% ibu hamil mengalami kejadian emesis gravidarum.


62

Dari hasil penelitian Lecasse (2009) dari 367 wanita hamil,

78,47% mual muntah terjadi pada trimester pertama, dengan derajat

mual muntah yaitu 52,2% mengalami mual muntah ringan, 45,3%

mengalami mual muntah sedang dan 2,5% mengalami mual muntah

berat. Pada trimeter dua, 40,1% wanita masih mengalami mual muntah

dengan rincian 63,3% mengalami mual muntah ringan, 35,9%

mengalami mual muntah sedang dan 0,8% mengalami mual muntah

berat (Irianto, dkk, 2014).

2. Analisis Bivariat: Hubungan (Usia, Anemia, Umur Kehamilan, Emesis


Gravidarum) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu
a. Hubungan Usia dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)
pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 33 responden

mengalami KEK terdapat sebagian besar responden (51,5%) berusia tidak

berisiko, dari 33 responden tidak mengalami KEK terdapat hampir seluruh

responden (97,0%) berusia tidak berisiko di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Hasil penelitian ini dari 33 responden tidak mengalami KEK

terdapat 3,0% responden usia berisiko (<20 atau >35 tahun) di Wilayah

Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu yaitu pekerjaan IRT, usia 19

tahun, pendidikan SMP, tidak ada keluhan selama kehamilan.

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity correction

diketahui bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan dengan kejadian
63

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Kandang Kota Bengkulu, dengan kategori hubungan erat.

Menurut Ary dan Rusilanti (2016) Faktor faktor yang berhubungan

dengan KEK pada ibu hamil diantaranya adalah paritas fisik ekonomi yang

mengakibatkan rendahnya asupan nutrisi, usia pertama yang terlalu muda

atau masih remaja dan yang biasanya memiliki status gizi lebih rendah

apabila tidak di 4 imbangi dengan asupan makanan dalam jumlah yang

cukup,jarak kelahiran yang terlalu dekat menyebabkan buruknya status

gizi pada ibu hamil dan rendahnya pendidikan

Kehamilan di usia muda terjadi karena pernikahan dilakukan pada usia

muda. Menyatakan bahwa dampak signifikan dari pernikahan usia muda

adalah ibu muda tidak tahu atau tidak memahami masalah kehamilan. Ibu

tidak memahami kebutuhan gizi bagi ibu hamil. Kondisi ini dapat

menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kurang gizi yaitu bayi lahir

dengan berat badan yang rendah (Djamilah dan Kartikawati, 2017).

Sejalan dengan penelitian Renjani (2017) menyebutkan bahwa ada

hubungan umur ibu dengan kejadian KEK. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa ibu dengan umur berisiko lebih banyak mengalami KEK, karena

pada usia <20 tahun ibu merupakan masih dalam masa pertumbuhan dan

sekaligus dalam keadaan hamil jadi ibu membutuhkan gizi dan nutrisi

lebih banyak, tapi kebanyakan orang salah memaknainya, ibu muda

dianggap masih kuat, energik dan dalam masa pertumbuhan, jadi ketika

hamil banyak ibu yang tidak mau minum susu, makan semau mereka
64

tanpa memperhatikan nilai gizi, tidak mau minum tablet tambah darah,

sehingga ibu rentan sekali mengalami KEK karena metabolisme yang

tinggi masa pertumbuhan dan kehamilan tidak diimbangi dengan asupan

nutrisi yang kurang seimbang. Begitu juga halnya dengan ibu yang hamil

pada usia >35 tahun ibu mengalami kekurangan gizi karena selama hamil

ibu makan seperti biasa saat belum hamil dan bahkan pada trimester 1 ibu

tidak nafsu makan sehingga kebutuhan gizi yang dibutuhkan tidak

terpenuhi untuk kehamilan dan masa usia > 35 tahun ini juga merupakan

usia yang berisiko mengalami KEK karena pada usia ini, tubuh

bermetabolisme lebih tinggi karena karena sistem tubuh yang mulai lemah,

jadi apabila asupan gizi ibu kurang maka akan rentan sekali terjadi KEK

karena terjadi ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran gizi

maupun energi.

Sejalan dengan penelitian Marlapan (2016) di wilayah kerja

Puskesmas Tuminting Kota Manado menyebutkan bahwa ibu hamil

dengan umur berisiko 7 kali lipat lebih beresiko mengalami KEK daripada

ibu hamil dengan umur berisiko yang tidak mengalami KEK.salah satu

faktor pendorong para ibu hamil diusia muda adalah karena ibu menikah di

umur yang terlalu muda, sehingga pada saat ibu memasuki masa

kehamilan, kondisi alat reproduksinya secara biologis belum siap dan

secara psikis juga belum matang, karena dalam masa pertumbuhan tubuh

menbutuhkan asupan nutrisi dalam jumlah banyak, sehingga kebutuhan

tubuh ibu dan kebutuhan janin tidak seimbang bahkan terjadi kekurangan
65

gizi, begitu juga halnya pada ibu yang hamil pada usia tua, tubuh

membutuhkan energi lebih banyak karena sistem tubuh yang mulai lemah.

Sejalan dengan penelitian Mahirawati (2016) tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kekurangan energykronis pada ibu hamil di

kecamatan Kamoning dan Tambelangan Kabupaten Sampang Jawa Timur

menyebutkan bahwa ibu hamil dengan umur berisiko 3 kali lipat lebih

beresiko mengalami KEK daripada ibu hamil dengan umur berisiko yang

tidak mengalami KEK, maka umur merupakan salah satu faktor penting

dalam proses kehamilan hingga persalinan, karena kehamilan pada ibu

yang berumur muda menyebabkan terjadinya kompetisi makanan antara

janin dengan ibu yang masih dalam masa pertumbuhan.

Sejalan dengan penelitian Fatimah (2017) menyebutkan bahwa ibu

hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada usia

kurang dari 20 tahun dan pada umur 20-35 tahun tidak beresiko terjadinya

Kekurangan Energi Kronis (KEK). Semakin muda dan semakin tua umur

seseresponden ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap

kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang

banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya

sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung.

b. Hubungan Anemia dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik


(KEK) pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 33 responden mengalami

KEK terdapat hampir seluruh responden (75,8%) mengalami anemia, dari


66

33 responden tidak mengalami KEK terdapat hampir seluruh responden

(84,8%) berusia tidak mengalami anemia di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity corecction


2
x =22.061 dengan nilai p = 0,000 <  = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa

ada hubungan antara anemia dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota

Bengkulu tahun 2021, dengan kategori hubungan erat.

Hasil uji Risk Estimate diketahui bahwa nilai OR sebesar 17.500

artinya ibu yang mengalami anemia 17.500 kali lebih berisiko mengalami

KEK dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia. Anemia yang sering

terjadi pada ibu hamil yaitu anemia difesiensi besi yang berakibat

kekurangan zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh

seseorang sangat rendah, berarti orang tersebut mendekati anemia

walaupun pemeriksaan klinik tidak menemukan gejala-gejala fisiologi.

Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk

membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang.

Akibatnya kadar hemoglobin terus menerus dibawah batas normal. Hal

tersebut jika berlangsung lama maka akan rentan mengalami penyakit dan

infeksi, berkaitan dengan kejadian KEK yaitu kekurangan makanan yang

berlangsung menahun atau kronik ditandai dengan LILA 23,5cm

(Erlinawati, 2018).
67

Sejalan dengan penelitian Renjani (2017) menyebutkan bahwa ada

hubungan anemia dengan kejadian KEK, keadaan hamil jadi ibu

membutuhkan gizi dan nutrisi lebih banyak, tapi kebanyakan orang salah

memaknainya, ibu muda dianggap masih kuat, energik dan dalam masa

pertumbuhan, jadi ketika hamil banyak ibu yang tidak mau minum susu,

makan semau mereka tanpa memperhatikan nilai gizi, tidak mau minum

tablet tambah darah, sehingga ibu rentan sekali mengalami KEK karena

metabolisme yang tinggi masa pertumbuhan dan kehamilan tidak

diimbangi dengan asupan nutrisi yang kurang seimbang.

c. Hubungan Umur Kehamilan dengan kejadian Kekurangan Energi


Kronik (KEK) pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 33 responden mengalami

KEK terdapat sebagian besar responden (51,5%) memiliki umur

kehamilan berisiko, dari 33 responden tidak mengalami KEK terdapat

sebagian besar responden (69,7%) memiliki umur kehamilan tidak berisiko

di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity corecction


2
x =2.256 dengan nilai p = 0,133 >  = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa

tidak ada hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian Kekurangan

Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu tahun 2021. Dari hasil penelitian ini menunjukan

bahwa ibu hamil yang memiliki umur kehamilan berisiko belum tentu

mengalami KEK hal ini karena adanya faktor bawaan ibu, adanya anemia

kehamilan, emesis gravidarum dan usia ibu yang berisiko.


68

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fatimah (2019),

menyebutkan bahwa ada hubungan Usia Kehamilan Terhadap Resiko

Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil.

d. Hubungan Emesis Gravidarum dengan kejadian Kekurangan Energi


Kronik (KEK) pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 33 responden

mengalami KEK terdapat sebagian besar responden (60,6%) tidak emesis

gravidarum, dari 33 responden tidak mengalami KEK terdapat hampir

seluruh responden (93,9%) berusia tidak mengalami emesis gravidarum di

Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

Dari hasil uji chi-square dengan dilakukan uji Continuity corecction


2
x =8.627 dengan nilai p = 0,003 <  = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa

ada hubungan antara emesis gravidarum dengan kejadian Kekurangan

Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu tahun 2021, dengan kategori hubungan erat.

Hasil uji Risk Estimate diketahui bahwa nilai OR sebesar 10.075

artinya ibu yang mengalami emesis gravidarum 10.075 kali lebih berisiko

mengalami KEK dibandingkan ibu yang tidak mengalami emesis

gravidarum.

Dampak mual muntah pada ibu hamil seperti ibu akan kekurangan

nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah

sehingga mengalami KEK, dapat pula mengakibatkan gangguan asam

basa, pneumini aspirin, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi

yang menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan


69

kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan

perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai

dengan kehamilan yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang

(Manuaba, 2014).

Pada awal kehamilan sering terjadi penurunan nafsu makan akibat

nausea dan atau vornitus. Gejala ini muncul sekitar sekitar setengah

jumlah kehamilan dan merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan

peningkatan kadar HCG dalam darah, sedangkan kebutuhan energi pada

masa kehamilan dari Trimester I, II dan III mengalami peningkatan secara

signifikan sehingga jika terjadi mual dan muntah akan menyebabkan ibu

hamil kurang asupan nutrisi, yang berakibat pada kekurangan energy

kronik yang berdampak pada janin, dimana kebutuhan energi ibu hamil

dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta, serta pembentukan

enzim dan hormon yang mengatur pertumbuhan janin. (Winkjosastro,

2018).

Sejalan dengan penelitian Fitrianingsih (2014) menyebutkan bahwa

emesis gravidarum dapat mengurangi asupan dan makanan. Keadaan ini

berlangsung pada triwulan I ketika janin belum tumbuh besar sehingga

kebutuhan gizi ekstra belumlah mendesak. Pada triwulan II dan III emesis

jarang terjadi lagi tetapi kebutuhan gizi ekstra untuk petumbuhan juga

perlu.
70

3. Analisis Multivariat: Hubungan secara bersamaan antara variabel


independen (Umur ibu, umur kehamilan, anemia, emesis gravidarum)
dengan variabel dependen (Kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota
Bengkulu Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel yang

berhubungan dengan kejadian KEK adalah anemia dan emesis gravidarum

yaitu nilai p-value= 0,002 dan 0,011 < 0,05, sedangkan pada variabel umur

ibu dan umur kehamilan tidak memliki hubungan karena nilai p-

value=0,167 dan 0,828 >0,05.

Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai Exp (B) atau disebut juga

ODDS RATIO (OR). Variabel usia dengan OR= 0.182 maka rsponden yang

usia <20 tahun atau >35 tahun lebih beresiko mengalami KEK sebesar 0.182

kali lipat di bandingkan dengan responden yg umur 20-35 tahun. Variabel

anemia dengan OR= 0.083 maka responden yang anemia beresiko terjadinya

anemia sebesar 0.083 kali lipat jika di bandingkan dengan responden yang

tidak anemia. Variabel umur kehamilan dengan OR= 1.202 maka rsponden

yang umur kehamilan TM I dan III lebih beresiko mengalami KEK sebesar

1.202 kali lipat di bandingkan dengan responden yang umur kehamilan TM

III. Variabel emesis gravidarum dengan OR= 0.061 maka responden yang

mengalami emesis gravidarum lebih beresiko mengalami KEK sebesar

0.061 kali lipat di bandingkan dengan responden yang tidak mengalami

emesis gravidarum. Dari hasil regresi logistik diketahui bahwa anemia dan

emesis gravidarum secara bersamaan memiliki


71

pegaruh terhadap kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil di

Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2020.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa risiko KEK yang besar erjadi

yaitu pada variabel umur kehamilan meskipun pada hubungannya tidak

terdapat hubungan hal ini karena pada kehamilan TM I hampir seluruh

responden mengalami KEK sedangkan pada TM III tidak mengalami KEK,

hal ini dapat terjadi karena pengelompokan yang didasarkan pada umur

kehamilan yang berisiko berdasarkan teori yaitu pada kehamilan TM I dan

TM III. Sejalan dengan Andriana (2016) pada trimester I (Pertama) sering

terjadi Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang

wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya

terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh meningkatnya kadar hormon estrogen dan

HCG yang dilepaskan lebih tinggi, dan hormon HCG yang dapat

menimbulkan rasa mual dan muntah pada masa awal kehamilan sehingga

mengakibatkan terjadinya KEK serta anemia atau kadar Hb dibawah 11

gr%.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu

Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 20201

dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 66 responden diketahui bahwa terdapat setengah (50%) mengalami

KEK, sebagian kecil (25,8%) memiliki usia berisiko (<20 atau 35 tahun),

hampir sebagian (45,5%) yang mengalami anemia, hampir sebagian (40,9%)

memiliki umur kehamilan berisiko (TM I dan III) dan sebagian kecil

(22,7%) mengalami emesis gravidarum.

2. Ada hubungan antara usia ibu dengan dengan kejadian Kekurangan Energi

Kronik (KEK) pada Ibu Hamil, kategori hubungan erat serta ibu yang

berusia berisiko (<20 atau >35 tahun) 30.118 kali lebih berisiko mengalami

KEK dibandingkan ibu yang berusia tidak berisiko (20-35 tahun).

3. Tidak ada hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian Kekurangan

Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Kandang Kota Bengkulu tahun 2021.

4. Ada hubungan antara emesis gravidarum dengan kejadian Kekurangan

Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil, dengan kategori hubungan erat serta

ibu yang mengalami emesis gravidarum 10.075 kali lebih berisiko

72
73

mengalami KEK dibandingkan ibu yang tidak mengalami emesis

gravidarum.

5. Dari hasil regresi logistik diketahui bahwa anemia dan emesis gravidarum

secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap kejadian kekurangan energi

kronik pada ibu hamil di Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2021.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Kandang Kota Bengkulu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan dukungan

petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas pelayanan KIA untuk

pemberian makanan tambahan dan gizi ibu hamil dalam pecegahan

terjadinya KEK pada ibu hamil.

2. Bagi Akademik

Hasil penelitian dapat dijadikan panduan dalam melakukan praktek

kerja, menindak lanjuti program bina keluarga sehat bahagia pada saat

melakukan praktek klinik dengan melihat faktor risiko penyebab yang

dapat terjadi ibu dengan kehamilan KEK, sehingga topik ini dan

pembahasan yang telah dipaparkan dapat menimbulkan rasa keingintahuan

untuk mengadakan penelitian lanjutan, dengan cara mengadakan

wawancara atau penyebaran kuesioner yang lebih luas guna mendapatkan

hasil yang kebih maksimal khususnya bagi mahasiswi kebidanan.

3. Bagi Peneliti Lain

Didapatkan dari hasil penelitian bahwa ada hubungannya faktor usia,

anemia, umur kehamilan, emesisi gravidarum dengan KEK pada ibu


74

hamil, akan tetapi pada variabel umur kehamilan tidak ada hubungan

sehingga peneliti lain dapat menggali lebih dalam lagi faktor-faktor lain

penyebab KEK.
75

DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E. L. (2019). Kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia. Rakerkernas


2019.

Afiyanti. (2016). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha


Medika

Amin & Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA Jilid I edisi Revisi. Jogjakarta: Mediaction Jogja

Andiyani, & Susilawati. (2019). Kejadian Kekuranagan Energi Kronik (KEK)


pada Ibu hamil. Jurnal Kesehatan.

Arikunto. (2016). Prosedur Penelitian, cetakan ke-4. Jakarta: Rineka Cipta

Ary dan Rusilanti. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan


Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Kamoning Dan
Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan.

Dinkes Provinsi Bengkulu. (2020). Dinkes Provinsi Bengkulu Tahun 2020.


Provinsi Bengkulu

Dinkes Kota Bengkulu. (2019). Dinkes Kota Bengkulu Tahun 2019. Kota
Bengkulu

Ernawati, A. (2018). Hubungan Usia dan Status Pekerjaan Ibu dnegan Kejadian
Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang: Media Informasi
Penelitian, Pengembangan Dan IPTEK.
https://doi.org/10.33658/jl.v14i1.106

Eva, S. (2016). Wanita dan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.

Fatimah, S., & Yuliani, N. T. (2019). HUBUNGAN KURANG ENERGI


KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RAJADESA TAHUN 2019. Journal of Midwifery and Public Health.
https://doi.org/10.25157/jmph.v1i2.3029

Hartanto. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Hasanah, D. N., Febrianti., Minsarnawati. (2013). Kebiasaan Makan Menjadi


Salah Satu Penyebab, Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di

78
76

Poli Kebidanan RSI&A Lestari Cirendeu Tangerang Selatan. Jurnal


Kesehatan Reproduksi, 4(2), 91-104

Herlina. (2013). Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Higeia Journal of
Public Health Research and Development.

Kemenkes. RI. (2019). profil kesehatan Indonesia 2019. In Journal of Chemical


Information and Modeling.

Kemenkes RI. (2019). Data dan Informasi: Profil Kesehatan Indonesia 2019. In
Kementerian Kesehatan RI.

Mahirawati, V. K. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan


Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kecamatan Kamoning dan
Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan.

Manuaba. (2014). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB.Jakarta: EGC.

. (2012). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB.Jakarta: EGC.

Maryunani Anik. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta Timur: CV.


Trans Info Media

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya . Jakarta:


Salemba Medika.

Nurarif dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA Jilid I edisi Revisi. Jogjakarta: Mediaction Jogja

Purwoastuti. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk Kebidanan.


Yogyakarta: Pustakabarupress

Puskesmas Kandang. (2020). Register Kasus KEkurangan Energi Kronik.


Puskesmas Kandang

Rosmalamei. (2018). USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, JARAK KEHAMILAN


DAN PARITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO KURANG ENERGI KRONIK
PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALIBAKUNG KECAMATAN
BALAPULANG KABUPATEN TEGAL. Undergraduate thesis,
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SEMARANG.

Wiknjasastro. (2018). Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Wiknjasastro


Prawirohardjo
77

Proverawati, A., Asfuah, S. (2014). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Numed Medika

Sibagariang. (2016). Wanita dan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.

Soebroto. (2014). INTERVENSI SUPLEMEN MAKANAN UNTUK


MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. https://doi.org/10.26553/jikm.v9i3.307

Sulistyaningsih. (2012). Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Supariasa. (2014). Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Kurang Energi Kronis


(Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sidomulyo Kota Samarinda. Jurnal
SKOLASTIK KEPERAWATAN.

Surasih. (2015). Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Kurang Energi Kronis (Kek)
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sidomulyo Kota Samarinda. Jurnal
SKOLASTIK KEPERAWATAN.

Syukur, N. A. (2016). Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Kurang Energi Kronis


(Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sidomulyo Kota Samarinda. Jurnal
SKOLASTIK KEPERAWATAN.

Winkjosastro. (2018). Ilmu Kebidanan. Edisi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Master Tabel

No Nama Pekerjaan Pendidikan KEK Usia K Anemia K Umur Kehamilan K Emesis Gravidarum K Keterangan Register
Inisial o o o o
d d d d
Ya Tidak K Anemia Ti Berisik Tidak Emesis Tidak
o e d e o (TM I Berisiko e e
d a dan III) (TM III)
e k

1
1 Ny.Y. IRT SMA 22,5cm 0 9 0 √ 0 √ 0 √ 0 Nafsu makan
kurang, Anemia
2 Ny.R Tani D3 22 cm 0 20 1 √ 0 √ 1 √ 1
3 Ny.S IRT SMA 20,5cm 0 17 0 √ 0 √ 0 √ 0
4 Ny.P IRT SMA 22,5cm 0 17 0 √ 0 √ 0 √ 0
5 Ny.K Swasta SMA 21cm 0 18 0 √ 0 √ 1 √ 1
6 Ny.F Dagang SMA 21 cm 0 23 1 √ 0 √ 0 √ 1
7 Ny.R IRT SMA 21,5cm 0 19 0 √ 0 √ 1 √ 1
2
8 Ny.R IRT SMA 21cm 0 3 1 √ 1 √ 0 √ 0 Mual muntah
9 Ny.F Swasta S1 22cm 0 21 1 √ 0 √ 1 √ 1
10 Ny.D Swasta SMA 23cm 0 20 1 √ 0 √ 1 √ 1
11 Ny.A IRT SMP 23cm 0 20 1 √ 0 √ 1 √ 1
1 1
2 Ny.D IRT SMP 20 cm 0 9 0 √ 0 √ 0 √ 0 Hiperemesis
gravidarum
13 Ny.W IRT SMA 22cm 0 19 0 √ 0 √ 1 √ 1
14 Ny.A IRT SMA 21cm 0 21 1 √ 0 √ 1 √ 1
1 2
5 Ny.M Buruh SMA 23 cm 0 2 1 √ 1 √ 0 √ 0 Mual muntah, nafsu
makan kurang
1 2
6 Ny.A Tani SMP 21 cm 0 3 1 √ 1 √ 0 √ 1 Kurang nafsu makan
17 Ny.D Dagang SMP 21 cm 0 21 1 √ 0 √ 1 √ 1
18 Ny.E Swasta SD 22 cm 0 22 1 √ 0 √ 0 √ 0
19 Ny.S Dagang SMA 22 cm 0 21 1 √ 0 √ 0 √ 0
20 Ny.N Tani SMA 21 cm 0 19 0 √ 0 √ 1 √ 1 Kurang tidur
dimalam hari, sering
BAK
21 Ny.L IRT SMA 22 cm 0 19 0 √ 0 √ 1 √ 1
22 Ny.Y IRT SMP 22 cm 0 16 0 √ 0 √ 0 √ 1
23 Ny.R IRT SMA 20 cm 0 16 0 √ 0 √ 1 √ 0
24 Ny.R IRT SMP 20 cm 0 18 0 √ 0 √ 0 √ 1
25 Ny.C IRT SMA 21 cm 0 19 0 √ 0 √ 0 √ 0
26 Ny.P Swasta 21 cm 0 21 1 √ 1 √ 0 √ 0
80

27 Ny.E Swasta 20 cm 0 23 1 √ 1 √ 1 √ 0
28 Ny.R Buruh 23 cm 0 19 0 √ 0 √ 0 √ 0
29 Ny.N Dagang 21 cm 0 17 0 √ 0 √ 1 √ 1
30 Ny.M IRT 23 cm 0 16 0 √ 0 √ 0 √ 1
31 Ny.E IRT 22 cm 0 22 1 √ 1 √ 1 √ 1
32 Ny.E Swasta 20 cm 0 24 1 √ 1 √ 0 √ 1
33 Ny.p Buruh 23 cm 0 23 1 √ 1 √ 1 √ 1
34 Ny.E IRT SMP √ 1 26 1 √ 1 √ 1 √ 1
35 Ny.W IRT SMA √ 1 33 1 √ 1 √ 1 √ 1
36 Ny.W Tani SMA √ 1 31 1 √ 1 √ 1 √ 1
37 Ny.R IRT SMP √ 1 20 1 √ 1 √ 0 √ 0 Hiperemesis
gravidarum
38 Ny.S Swasta SMA √ 1 26 1 √ 1 √ 1 √ 1
39 Ny.I IRT SMA √ 1 23 1 √ 1 √ 0 √ 1
40 Ny.T Tani SMP √ 1 23 1 √ 1 √ 1 √ 1
41 Ny.S IRT SMA √ 1 34 1 √ 1 √ 1 √ 1
42 Ny.E Tani SMP √ 1 32 1 √ 1 √ 1 √ 1
43 Ny.R Tani SMA √ 1 30 1 √ 1 √ 1 √ 1
44 Ny.S IRT SMA √ 1 29 1 √ 1 √ 1 √ 1
45 Ny.I IRT SMA √ 1 22 1 √ 0 √ 1 √ 1 Mengalami obesitas
sebelum hamil
46 Ny.M IRT SMA √ 1 28 1 √ 1 √ 1 √ 1
47 Ny.H IRT SMA √ 1 27 1 √ 1 √ 0 √ 1
48 Ny.A IRT SMA √ 1 25 1 √ 1 √ 1 √ 1 Sering BAK
49 Ny.R Swasta SMA √ 1 22 1 √ 1 √ 1 √ 1
50 Ny.Y Buruh SMA √ 1 28 1 √ 1 √ 0 √ 0 Mual muntah
51 Ny.T IRT SMA √ 1 27 1 √ 1 √ 1 √ 1
52 Ny.K IRT SMP √ 1 30 1 √ 1 √ 1 √ 1
53 Ny.N PNS SMA √ 1 26 1 √ 1 √ 0 √ 1
54 Ny.N IRT SMP √ 1 19 0 √ 0 √ 0 √ 1 Tidak ada keluhan
55 Ny.N Buruh SMA √ 1 30 1 √ 1 √ 1 √ 1
56 Ny.P Swasta SMA √ 1 32 1 √ 1 √ 1 √ 1 Kram kaki
57 Ny.Y Swasta SD √ 1 35 1 √ 1 √ 0 √ 1
58 Ny.F Tani SMA √ 1 32 1 √ 1 √ 1 √ 1
59 Ny.D Buruh SMA √ 1 22 1 √ 1 √ 0 √ 1
60 Ny.I Swasta SMA √ 1 23 1 √ 1 √ 1 √ 1
61 Ny.S Swasta SMP √ 1 32 1 √ 0 √ 1 √ 1
62 Ny.M Dagang SMP √ 1 30 1 √ 1 √ 1 √ 1
63 Ny.C Dagang SMA √ 1 28 1 √ 1 √ 1 √ 1
64 Ny.D Buruh SMP √ 1 28 1 √ 0 √ 1 √ 1
65 Ny.A Dagang D3 √ 1 26 1 √ 1 √ 0 √ 1
66 Ny.L Swasta SI √ 1 29 1 √ 0 √ 0 √ 1
81

HASIL ANALISIS DATA

1. Analisis Univariat
82

2. Analisis Bivariat
83
84
85
86
87
88

3. Analisis Multuvariat
89
90

LEMBAR CEKLIST

No Nama No Kejadian Umur Umur kehamilan Anemia Emesis gravidarum Keterangan


inisial Regist KEK faktor lain
er KE Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Anemia Tidak Emesis Tidak
K KEK Berisiko Berisiko anemia gravidarum Emesis
gravidarum
1 Ny. Y Nafsu
makan
kurang,
Anemia
2 Ny. R
3 Ny. S
4 Ny. P
5 Ny. K
6 Ny. F
7 Ny. R
8 Ny. R Mual,
muntah
9 Ny. F
10 Ny. D
11 Ny. A
12 Ny. D Hiperemesis
grafidarum
13 Ny. W
14 Ny. A

15 Ny. M Mual
muntah,
91

nafsu
makan
kurang
16 Ny. A Kurang
nafsu
makan
17 Ny. D
18 Ny. E
19 Ny. S
20 Ny. N Kurang
tidur
dimalam
hari, sering
BAK
21 Ny. L
22 Ny. Y
23 Ny. R
24 Ny. R
25 Ny. C
26 Ny. P
27 Ny. E
28 Ny. R
29 Ny. N
30 Ny. M
31 Ny. E
32 Ny. E
33 Ny. P
92

LEMBAR CEKLIST

No Nama No Kejadian Umur Umur kehamilan Anemia Emesis gravidarum Keterangan


inisial Regist KEK faktor lain
er KEK Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Anemia Tidak Emesis Tidak
KEK Berisiko Berisiko anemia gravidarum Emesis
gravidarum
1 Ny. Y Nasfsu
makan
kurang,
anemia
2 Ny. R Mual
muntah
3 Ny. A Kurang
nafsu
makan
4 Ny. R
5 Ny. E
6 Ny. T
7 Ny. A Sering BAK
8 Ny. P Keram kaki
9 Ny. D
10 Ny. A
11 Ny. E
12 Ny. R
13 Ny. C
14 Ny. M
15 Ny. P
16 Ny. T
93

17 Ny. W Bengkak
pada kaki
18 Ny. S
19 Ny. D
20 Ny. E
21 Ny. N
22 Ny. I
23 Ny. E
24 Ny. P
25 Ny. N
26 Ny. R Obesitas
sebelum
hamil
27 Ny. D
28 Ny. A
29 Ny. I Sering BAK
30 Ny. A
31 Ny. A
32 Ny. R
33 Ny. D

Anda mungkin juga menyukai