Anda di halaman 1dari 122

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JAHE MERAH DAN TEH HIJAU


TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PRIMER
PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

Disusun Oleh :
REVIA SARI
NIM: P05140320090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2022
SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JAHE MERAH DAN TEH HIJAU


TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PRIMER
PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

Skripsi Ini Dianjurkan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2022

i
ii
iii
BIODATA

Nama : Revia Sari


Tempat Tanggal Lahir : Talang Panjang, 11 mei 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 14 Seluma
2. SMPN 27 Seluma
3. SMAN 02 Seluma
4. D3 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Alamat : Desa Talang Panjang, Kec Ilir Talo, Kab Seluma
Jumlah Suadara : 1 (Satu)
Nama Saudara : Yosef Indrawan
Nama Orang Tua : Haiman dan
Sosmaini

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Revia Sari
Nim : P05140320090
Judul Skripsi :Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh Hijau

Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja

Puri Di Kota Bengkulu Tahun 2021

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi ini adalah betul-betul hasil karya

saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam

penelitian ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bengkulu, Februari 2022


Yang Menyatakan

Revia Sari

P05140320090

v
MOTTO

 Man Jadda Wa Jada ( barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti


akan mendapatkan hasil)
 Maka sesunggunya bersama kesulitan ada kemudahan. Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap (QS. AL-Insyirah,6-8)
 Tidak ada kesuksesan melainkan dengan pertolongan Allah (Q.S.
Huud : 88)

vi
Persembahan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepadaku
dalam menjalankan aktivitas dalam 1,5 tahun ini tiada hentinya aku bersyukur
kepadamu ya Allah, engkau telah memberikan kemudahan dan jalan kepadaku
untuk menyelesaikan Skripsi. Dan ku ucapkan terimakasih kepada orang-orang
yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan Skripsi.

 Kepada ke dua orang tuaku, Bapakku dan Ibuku. Terimakasih telah


menghadirkan aku kedunia, terimakasih telah menyayangiku sepenuh hati,
selalu mendoakanku setiap sujud kalian, selalu memberikan apa yang aku mau
tanpa kata tidak bisa, dan selalu mendukungku pendidikanku selama ini hingga
aku bisa mewujudkan cita-citaku dan ini aku persembahkan untuk kalian.

 Kepada kakaku Yosef Indrawan terimakasih telah menjadi kakak terbaik


walaupun kita seperti Tom&Jerry, terimakasih telah mendukungku, yang selalu
membantuku disaat aku yang sudah frustasi dengan tugas tapi kakak selalu
menenangkan dan membantu meyelesaikan tugasku, dan maafkan adikmu ini
jika selalu melawan dan keras kepala serta cengeng ini.

 Kepada datuk dan nenek terimakasih telah mendukung pendidikanku sehingga


aku bisa menyelesaikan pendidikanku selama 1,5 tahun ini.
 Kepada kedua pembimbingku Bunda Lela Hartini dan Bunda Suci Sholihat
terimakasih telah membimbingku dengan sabar, memberi saran, masukan dan
nasehat hingga aku bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu dan
baik.

vii
Program Studi Diploma IV, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
Skripsi, 23 Januari 2022
Revia Sari
Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh Hijau Terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Kota bengkulu Tahun 2021
XI+70 Halaman, 9 Tabel, 4 Bagan, 12 Lampiran
ABSTRAK
Dismenore merupakan kondisi medis yang terjadi sewaktu menstruasi yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan memerlukan pengobatan yang ditandai
dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut bagian bawah sampai pinggang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian jahe merah dan
teh hijau terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja putri di Kota bengkulu.
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperiment dengan
rancangan penelitian two group pretest-posttest. Pengambilan sampel dilakukan
secara proportional random sampling dengan jumlah sampel 34 responden.
Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa lembar pengukuran
skala nyeri NRS (numeric rating scale).
Hasil uji wilcoxon nilai p value jahe merah 0.000 <0,05 dan nilai p value teh hijau
0.000 <0,05 sehingga ada pengaruh pemberian jahe merah dan teh hijau terhadap
penurunan nyeri dismenore. Hasil uji mann whitney nilai p value 0.828
menunjukan tidak ada perbedaan efektivitas antara kelompok jahe merah dan teh
hijau dengan selisih rata-rata jahe merah dan teh hijau yaitu (0.06). Hasil uji chi
square dari 3 variabel luar yaitu hanya riwayat keluarga p value (0,021) yang
berhubungan dengan tingkat nyeri dismenore.
diharapkan remaja putri yang mengalami dismenore dapat menggunakan jahe
merah dan teh hijau untuk mengurangi nyeri dismenore.

Kata kunci : Jahe Merah, Teh Hijau, Nyeri Dismenore


20 Daftar Pustaka : 2012-2021

viii
Diploma IV Study Program, Departement of Midwifery Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
Thesis, 23 January 2022
Revia Sari
The Effectivenness of Giving Red Ginger And Green Tea to Reduction of Primary
Dysmenorrehea Pain In Young Women in Bengkulu City in 2021.

XII+70 Pages, 9 Tables, 4 Chart, 12 Appendix


ABSTRACT
Dysmenorrhea is a medical condition that occurs during
menstruation that can interfere with daily activities and requires
treatment which is characterized by pain or tenderness in the
lower abdomen to the waist.

This study aims to determine the effectiveness of giving red


ginger and green tea to reduce dysmenorrhea pain in adolescent
girls in Bengkulu City. This type of research uses a quasi-
experimental research design with a two-group pretest-posttest
research design. Sampling was done by proportional random sampling
with a sample of 34 respondents. This study uses a research
instrument in the form of a pain scale measurement sheet NRS
(numeric rating scale).

The results of the Wilcoxon test, the p-value of red ginger 0.000
<0.05 and the p-value of green tea 0.000 <0.05, so that there was
an effect of giving red ginger and green tea to reduce
dysmenorrhea pain. The results of the Mann Whitney test, p value
of 0.828, showed that there was no difference in effectiveness
between the red ginger and green tea groups with the average
difference between red ginger and green tea (0.06). The results of
the chi square test of 3 external variables, namely only family
history, p value (0.021) associated with the level of dysmenorrhea
pain.

It is hoped that young women who experience dysmenorrhea can use red ginger
and green tea to reduce dysmenorrhea pain.

Keywords : Red Ginger, Green Tea, Dysmenorrhea Pain


20 Bibliography : 2012-2021

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan berkahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh Hijau

Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Kota

Bengkulu Tahun 2021”

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bunda Eliana, SKM,MPH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu

2. BundaYuniarti, SST, M.Kes selaku ketua jurusan kebidanan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan

3. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku ketua prodi Diploma IV

kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu

4. Bunda Lela Hartini, SST. M.Kes selaku pembimbing I dalam penyusunan

Skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan

arahan dan masukan sehingga Skripsi bisa terselesaikan dengan baik.

5. Bunda Suci Sholihat, SST, M.Keb selaku pembimbing II dalam penyusunan

Skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan

arahan dan masukan sehingga Skripsi bisa terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh keluarga terutama orang tua yang telah banyak memberikan

dukungan dan semangat yang sangat berarti bagi penulis

x
7. Seluruh Mahasiswi Program Studi Diploma IV Kebidanan Bengkulu Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan bengkulu

Penulis beharap semoga Skripsi ini yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri

Bengkulu, Februari 2022

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
BIODATA..........................................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN..................................................................................v
MOTTO.............................................................................................................vi
PERSEMBAHAN..............................................................................................vii
ABSTRAK.........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................6
D. Manfaat...........................................................................................7
E. Keaslian Penelitian..........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Remaja............................................................................................10
B. Menstruasi.......................................................................................18
C. Dismenore.......................................................................................20
D. Jahe Merah......................................................................................31
E. Teh Hijau........................................................................................34
F. Kerangka Teori...............................................................................40
G. Kerangka Konsep............................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian......................................................................42
B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................42
C. Populasi Dan Sampel......................................................................43
D. Variabel Penelitian..........................................................................47
E. Definisi Operasional.......................................................................47
F. Instrumen Penelitian.......................................................................48
G. Teknik Pengumpulan Data..............................................................49
H. Teknik Analisa Data.......................................................................51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Jalannya Penelitian........................................................................53
B. Hasi Penelitian...............................................................................54
C. Pembahasan...................................................................................57
xii
D. Keterbatasan Penelitian..................................................................65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan....................................................................................66
B. Saran..............................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................69

LAMPIRAN

xii
i
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Kelompok Jahe Merah........................................................44


Tabel 3.2 Sampel Kelompok Teh Hijau...........................................................45
Tabel 3.1 Definisi Operasional........................................................................47
Tabel 4.1 Karakteristik Responden...................................................................55
Tabel 4.2 Rata-rata Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Jahe Merah dan teh hijau Pada Remaja Putri Di SMPN 02 Kota
Bengkulu.............................................................................................56

Tabel 4.4 Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh Hijau Terhadap Penurunan
Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di Kota Bengkulu...................57

Tabel 4.5 Hubungan Variabel Luar (Usia Menarche, Riwayat Keluarga, Dan
Periode Menstruasi) Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore...............58

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.................................................................................40


Bagan 2.2 Kerangka Konsep.............................................................................41
Bagan 3.1 Desain Penelitian..............................................................................42
Bagan 3.2 Variabel Penelitian...........................................................................47

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Tabel


Lampiran 2 : Hasil Analisis Data
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Kuesioner
Lampiran 5 : MSQ
Lampiran 6 : Lembar Cheklist NRS
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 9 : Ethical Clearence (EC)
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2
Lampiran 12 : Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 13 : Dokumentasi

xvi
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Remaja adalah suatu periode transisi antar kanak-kanak dan masa

dewasa, merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan

emosiaonal yang cepat (Rahayu, dkk 2019). Perkembangan secara

biologis. Salah satu tanda keremajaan secara biologis yaitu mulainya

remaja mengalami menstruasi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10

sampai 16 tahun. Remaja yang sedang mengalami menstruasi seringkali

mengalami eluhan seperti merasakan nyeri bagian perut yang disebut

dengan nyeri dismenore. (Utari, M. D. 2017)

Menurut WHO tahun 2018 bahwa angka kejadian dismenore di

dunia ini sangat besar. Rata-rata dari (50%) perempuan di setiap negara

mengalami dismenore, seperti di Amerika angka presentasinya sekitar

(90%), di Swedia sekitar (72%) dan di Inggris sebuah penelitian

menyatakan bahwa (10%) dari remaja sekolah lanjut tampak absen 1-3

hari setiap bulannya karena mengalami dismenore. (Natalia, L & Fitriani,

P. 2020).

Menurut data Association Of Southeast Asia Nation (ASEAN)

pada tahun 2018, presentasi dismenore di negara Singapura sekitar (10-

15%) negara Malaysia (35-40%) dan Thailand (60%). Di Indonesia angka

kejadian dismenore sangt besar yaitu menunjukan penderita dismenore

(60-70%) atau 107.637 jiwa 964,25%) yang terdiri dari 59.671 jiwa

1
2

54.8%). Mengalami dismenore primer dan 9,496 jiwa (9,36%) mengalami

dismenore sekunder. (Rahayu, T. G. 2019).

Dismenore sangat berdampak pada remaja usia sekolah karena

menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Jika seorang siswi

mengalami dismenore, aktivitas belajar mereka di sekolah terganggu dan

tak jarang hal ini membuat mereka tidak masuk sekolah dan kualitas hidup

remaja menurun. Seorang siswi yang mengalami dismenore tidak dapat

berkonsentrasi belajar dan motivasi belajar akan menurun karena

dismenore yang dirasakan pada saat proses belajar mengajar (Ningsih,

2011).

Dismenore dapat dikurangi dengan tindakan farmakologi dan non-

farmakologi. Pengobatan dengan tindakan farmakologi diantaranya

dengan minum obat anti nyeri, seperti asetaminofen, asam mefenamat, dan

aspirin (Judha, dkk 2012). Pengobatan non-farmakologi untuk mengurangi

nyeri adalah menggunakan jahe merah dan teh hijau. Minuman jahe merah

gingerol, shagaol dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi

seperti antioksidan, antiimlamasi, analgesik, anti karsinogenik. Yang

digunakan untuk mengatasi nyeri akibat menstruasi dengan cara

menghentikan kerja prostaglandin, penyebab rasa sakit dan konsumsi teh

hijau juga akan menimbulkan rasa relaksasi shinga dapat merangsang

hormon endorphine, hormon ini sebagai obat penenang dalam tubuh untuk

mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. (Astriana, & Mulyadi, D. C. 2019).


3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lisa Ayu Pratiwi dan

Hanna Mutiara (2017) salah satu terapi untuk mengatasi dismenore adalah

dengan menggunakan obat tradisional salah satunya jahe (ginger). Jahe

sama efektifnya dengan asam mefenamat dan ibu profen untuk

mengurangi dismenore. Jahe merah adalah varian jahe dengan kandungan

minyak atsiri dan oleoresin yang lebih tinggi dibandingkan varian jahe

lainnya. Oleh karena itu, biasanya jahe merah dapat digunakan untuk

pengobatan tradisional tersering diberikan dalam bentuk minuman jahe.

Berdasarkan penelitian Resna Rahayu, dkk (2019), mengenai

pengaruh minuman jahe merah terhadap penurunan skala nyeri dismenore

primer pada siswi kelas VIII di SMPN 01 Tasikmalaya. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa setelah diberikan minuman jahe merah,

nyeri haid yang dialami siswi kelas VIII berkurang yang ditandai dengan

adanya penurunan skala nyeri sebelum dan setelah diberikan minuman

jahe merah yaitu dari nyeri sedang menjadi tidak nyeri.

Konsumsi teh hijau juga akan menimbulkan rasa relaksasi

sehingga dapat merangsang hormon endorphin. Endorphin adalah

neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang. Endorphin

dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat

berfungsi sebagai obat penenang alami yang di produksi otak yang

memberikan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh

untuk mengurangi rasa nyeri pada saat dismenore. (Astriana dan Mulayadi,

2019).
4

Berdasarkan penelitian Astriana, & Mulyadi, D. C. (2019),

mengenai pengaruh konsumsi green tea terhadap nyeri dismenore pada

remaja putri. Hasil penelitiannya menunjukan ada pengaruh konsumsi

green tea terhadap penurunan nyeri disminore pada remaja putri di SMA

Negeri Agung Kabupaten Way Kanan Tahun 2018 p-value = 0,000,

Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

Bengkulu pada tahun 2021 dari seluruh SMP yang berada di kota

Bengkulu. Dari 42 SMP terdapat 2 SMP dengan siswi putri terbanyak

yaitu SMP Negeri 02 Kota Bengkulu dan SMP Negeri 05 Kota Bengkulu,

dengan jumlah siswi SMP Negeri 02 Kota bengkulu sebanyak 497 orang

dan SMP Negeri 05 Kota Bengkulu sebanyak 474 orang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di 2 SMP yang siswinya

terbayak di Kota Bengkulu, peneliti mendapatkan data dari UKS bahwa di

SMP Negeri 02 Kota Bengkulu yang datang ke UKS dengan Keluhan

disminore sebanyak 45 orang (9,7%) sedangkan di SMP Negeri 05 Kota

Bengkulu siswi yang datang ke UKS dengan keluhan dismenore sebanyak

32 orang (6,7%).

Survey awal yang dilakukan di SMPN 02 Kota Bengkulu dengan

cara wawancara secara langsung kepada 10 orang siswi yang pernah

mengalami dismenore, 3 orang siswi mengatasi dengan cara minum obat

anti nyeri yang disediakan di UKS, 5 orang siswi mengatasi nyeri haid

dengan cara beristirahat di UKS, dan 2 orang siswi mengatasi nyeri haid

dengan cara mengolesi perut bagian bawah dengan minyak kayu putih.
5

Dan survey awal yang dilakukan di SMPN 05 Kota Bengkulu dengan cara

wawancara secara langsung dengan 10 orang siswi yang mengalami

dismenore, 4 orang siswi mengatasi dengan cara meminum obat anti nyeri,

3 orang beristirahat di UKS, dan 3 orang lagi mengolesi perut bagian

bawah dengan minyak kayu putih.

Siswi yang mengalami dismenore yaitu siswi yang kurang

pengetahuan dalam mengatasi dismenore dengan teknik non-

farmakoloogi, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengangkat judul “Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh

Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang ditas, maka rumusan masalah

penelitian adalah masih banyaknya remaja putri yang mengalami

dismenore pada siswi SMP Negeri 02 Kota Bengkulu sebayak (9,7%)

sedangkan siswi SMP Negeri 05 Kota Bengkulu sebanyak (6,7%) dan

siswi-siswi tersebut tidak tau cara penangannya terutama dengan terapi

non-farmakologi yaitu dengan jahe merah dan teh hijau. Oleh karena itu

peneliti ingin mengetahui apakah ada “Efektivitas Pemberian Jahe Merah

Dan Teh Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri

Di Kota Bengkulu”?
6

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui efektivitas pemberian jahe merah dan teh hijau terhadap

penurunan nyeri dismenore pada remaja putri di kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik responden dengan

kejadian dismenore pada remaja putri di SMP Negeri 02 Kota

Bengkulu dan di SMP Negeri 05 Kota Bengkulu.

b. Diketahui rata-rata tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah

diberikan jahe merah pada remaja putri di SMP Negeri 02 Kota

Bengkulu.

c. Diketahui rata –rata tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah

diberikan teh hijau pada remaja putri dan di SMP Negeri 05 Kota

Bengkulu

d. Diketahui efektivitas jahe merah dan teh hijau terhadap penurunan

nyeri dismenore pada remaja putri di SMP Negeri 02 Kota Bengkulu

dan di SMP Negeri 05 Kota Bengkulu.

e. Diketahui hubungan variabel luar (usia menarche, riwayat keluarga,

dan periode menstruasi) dengan pemberian jahe merah dan teh hijau

tehadap tingkat nyeri dismenore.


7

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi penelitian

untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah

dalam bentuk melakukan penelitian ilmiah secara mandiri, baik dan

benar

b. Penelitian ini dapat berguna bagi penelitian sebagai informasi dan

pengetahuan baru mengenai jahe merah dalam mengurangi nyeri

haid dismenore pada remaja putri

2. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan

masukan atau referensi bagi mahasiswa maupun pengajar tentang

pemanfaatan jahe merah dalam asuhan kebidanan pada remaja putri

yang mengalami dismenore.

3. Bagi Lahan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam UKS

sehingga petugas UKS dapat melakukan penangan disminore secara

non-farmakolongi pada siswi.

4. Bagi penelitian lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding dalam

penanganan disminore untuk penelitian selanjutnya


8

E. Keaslian Penelitian

1. Resna Rahayu, dkk (2019) dengan judul Pengaruh Minuman Jahe

Merah Terhadap Nyeri Dismenore Primer Pada Siswi Kelas VIII

SMPN 10 Tasikmalaya Tahun 2018, berdasarkan penelitian pada 40

siswi menunjukan bahwa nyeri dismenore primer pada siswi kelas

VIII SMPN 10 Tasikmalaya sebelum diberikan minuman jahe merah

sebagian besar ada pada kategori nyeri ringan dan sedang yaitu

masing-masing sebanyak 16 orang (40,0%) dan sebagian kecil ada

pada kategori nyeri berat yaitu sebanyak 8 orang (20,0%), sedangkan

setelah diberikan minuman jahe merah sebagian besar ada pada

kategori nyeri ringan yaitu sebanyak 50 orang (50,0%) dan sebagian

kecill ada pada kategori nyeri sedang yaitu sebanyak 1 orang (2,5%).

2. Siti Rahmawati, dkk (2016) Pengaruh Pemberian Rebusan Jahe

Merah (Zingiber Officinale Roscaoe) Terhadap Penurunan

Intensitas Disimenore Pada Remaja Putri Tingkat II Mts Pondok

Pesantren Al-Jihad Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata

intensitas nyeri sebelum intervensi hari yaitu 3,32 dan setelah

intervensi menjadi 1,37, analisa selanjutnya menunjukan yang

artinya nilai p sebesar 0,000 (p<0.05) yang artinya Ho ditolak. Hasil

ini memberikan kesimpulan bahwa ada pengaruh pemberian

rebusan jahe merah terhadap penurunan intensitas dismenore pada

remaja putri tingkat II Mts Pondok Pesantren Al-Jihad Pontianak.


9

3. Benita Rosalie, dkk (2019) Pengaruh Konsumsi Teh Celup

Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran UKRAINA Angkatan 2016 dengan Dismenore Primer.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

mengambil beberapa kesimpulan: 1) rata-rata usia mahasiswi yang

menderita dismenore primer adalah 19,26 tahun; 2) hasil observasi

dan pengukuran dengan instrumen Numeric Rating Scale, sebagian

besar responden mengalami intensitas nyeri sedang dan berat

sebelum mengonsumsi teh hijau celup; 3) sesudah mengonsumsi teh

hijau celup, intensitas nyeri yang dirasakan responden berkurang,

sebagian besar berada pada intensitas nyeri ringan; 4) pemberian

teh hijau celup dengan kandungan 2,4 gram per/200 ml dapat

menurunkan intensitas nyeri dismenore pada responden.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi

Masa remaja merupakan proses perubahan dari masa anak-anak

menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan

fisik, kematangan seksual, psikologis, dan perubahan perilaku sehingga

membawa transformasi dari anak-anak menjadi dewasa,. Salah satu

perubahan fisiologis pada remaja putri adalah perkembangan organ

reproduksi yang ditandai timbulnya menstruasi (Rahayu, R., Patimah, S.,

& Rohmatin, E. 2019).

2. Perubahan atau ciri-ciri remaja

Menurut Yohanes Sunardi (2017) ada beberapa perubahan pada remaja,

yaitu :

a. Perubahan emosional pada masa ini. Peningkatan emosional ini

merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi

pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosional ini

merupakan tanda awal remaja berada dalam kondisi baru yang berada

dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan

yang diunjukan pada masa remaja. Misalnya, mereka diharapkan tidak

lagi bertingkah laku seperti anak-anak, mereka juga harus lebih

mandiri dan tanggung jawab.

10
11

dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan

yang diunjukan pada masa remaja. Misalnya, mereka diharapkan tidak

lagi bertingkah laku seperti anak-anak, mereka juga harus lebih

mandiri dan tanggung jawab.

b. Ada perubahan fisik yang sangat terlihat pada tumbuh mereka

perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal

seperti sistem sirkulasi, perencanaan, dan sisem respirasi maupun

perubahan eksternal seperti tinggi badan ,berat badan, dan proporsi

tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

c. Kebanyakan remaja bersikap ambvalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di

sisi lain mereka takut kan tanggung jawab yang menyertai kebebasan

tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul

tanggung jawab tersebut.

3. Perubahan fisik pada masa remaja

Menurut Yohanes Sunardi (2017) Perubahan fisik pada remaja

berbeda antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan. Perubahan ini

membuat mereka merasa menjadi makhluk yang aneh, membuat mereka

malu sehingga diperlukan edukasi atau sosialisasi pada mereka Terutama

remaja perempuan, mereka merasa menstruasi sangatlah menakutkan

sehingga dibutuhkan peran orangtua perempuan (ibunda) untuk

mendampinginya pada masa ini. Berkaitan dengan perkembangan fisik


12

ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilih

menjadi dua bagian, yaitu :

a. Ciri-ciri seks primer

1) Perkembangan psikologi remaja mengalami pertumbuhn pesat pada

bagian testis, pembuluh yang memproduksi sperma, dan kelenjar

prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinan remaja

pria, sekiar usia 14-15 tahun mengalami “mimpi basah” keluar sperma.

2) Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan ada organ rahim dan

ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk

kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi

pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala,

sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.

b. Ciri-ciri seks sekunder

Perkembangan psikologi remaja pada ciri seksualitas sekunder

adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu, sehingga

tampak sebagai lelaki atau perempuan.

a. Pada Remaja Perempuan

1) Membesarnya payudara dan puting susu mulai timbul

2) Pinggul melebar

3) Tumbuh rambut diketiak dan sekitar organ kelamin

4) Suara lebih nyaring

5) Munculnya jerawat di daerah wajah


13

4. Perkembangan Jiwa Pada Remaja

Menurut Yohanes Sunardi (2017) Saat usia muda adalah masa

pertama mencari identitas dirinya. Pencarian identitas diri berarti

pencarian jati diri, di mana remaja ingin tahu tentang siapa dia, apa

kedudukan dan perannya dalam lingkungannya termasuk semua hal yang

berhubungan dengan “aku” yang ingin diselidiki dan dikenalinya, baik

dalam lingkup kecil keluarga atau dalam masyarakat.

a. Remaja Awal (10-13)

1) Cemas terhadap penampilan badanya yang berdampak pada

meningkatnya kesadaan diri (self consciousness) karena

munculnya berbagai jerawat dan perubahan fisik lainnya.

2) Ingin dianggap dewasa, tetapi kadang masih belum bertanggung

jawab. Perubahan hormonal, menyebabkan emosi mudah

berubah-ubah seperti mudah marah, mudah tersinggung, dan

agresif.

3) Menyatakan kebebasan bedampak pada bereksperimen dalam

berpakaian, berdandan trendi, dan lain-lain. Kadang hal ini sering

menjadikan kontra pendapat dengan orang tua mereka.

4) Tema sering dianggap lebih penting, sehingga terbentuklah geng

kecil atau kelompok kecil di usia ini. Minta keadilan suasana

dalam bentuk minta diberi tanggung jawab seperti layaknya orang

dewasa (Menurut Yohanes Sunardi, 2017).


14

b. Remaja Pertengahan (14-16 Tahun)

1) Lebih sabar dari masa sebelumnya, lebih bisa menerima keadaan

dan apa pun yang dirasa kurang.

2) Belajar berpikir independen dan memutuskan sendiri serta

menolak camur tangan orang lain termasuk orang tua.

3) Mempunyai idolah, sehingga mulai berdandan seperti idolahnya.

4) Tidak lagi fokus pada diri sendiri, sehingga lebih bersosialisasi

dan tidak lagi pemalu.

5) Mulai suka pergi dengan kelompoknya dari belajar bersama

sampai jalan dipusat hiburan seperti makans siang bersama

kelompoknya. Mulai membutuhkan lebih banyak teman dn

solidaritas,sehingga ingin menghabiskan waktu untuk

berkumpulnya dengan teman-teman.

6) Masa ini adalah masa pacaran. Mulai jauh cinta dan tertarik

membina hubungan (Menurut Yohanes Sunardi, 2017).

c. Remaja Akhir (17-19 Tahun)

1) Beranjak dewasa mulai tertarik dengan dunia agama dan mulai

mau bertanya tentang kondisi politik di sekitarnya.

2) Mulai bisa diajak diskusi tentang masalah keluarga, belajar

menyampaikan pendapat walaupun sering kali masih aneh sekali

pendapatnya, terlalu idealis tanpa memikirkan pendengar lainnya.


15

3) Ingin bekerja dan mulai tidak fokus pada sekolah, ingin mndiri

walaupun belum siap. Pada masa ini, jika tidak diluruskan banyak

yang gagal dalam studinya.

4) Keinginan membina hubungan dengan kawan lawan jenis semakin

kuat, lebih bisa membina hubugan serius, dan mulai mengerti tipe

lawan jenis yang diinginkan.

5) Mempunyai pendapat yang kuat pemikiran yang radikal kadang kalau

tidak terkontrol berani menentang keluarga pada masa ini rentan

terpengaruh hal-hal negatif dalam masyarakat seperti minuman keras

dan narkoba (Menurut Yohanes Sunardi, 2017).

5. Gizi pada remaja

Asupan atau konsumsi pangan yang berlebihan akan disimpan

dalam tubuh (jaringan adiposa) yang berkorelasi positif dengan

peningkatan kadar leptin sehingga memicu pengeluaran GnRH dan

mempercepat waku pubertas (Lee 2007 ; Quennell et al. 2009). Lassek

dan Gaulin (2007) menyatakan bahwa level hormon leptinn berhubungan

terbalik dengan masa pubertas dan usia menarche. Leptin dihasilkan oleh

jaringan lemak untuk mengatur kebiasaan makan serta berperan dalam

mengatur masa awal pubertas (Dya, N. M., & Adnngsih, S, 2019).

Perbedaan panjangnya pola menstruasi antar wanita biasanya

disebabkan karena tidak seimbangnya hormon estrogen, progesteron, LH

dan FSH karena suatu penyakit, status gizi maupun stres (Devirahma,

2012). Penelitian lain menemukan beberapa gangguan pada siklus


16

menstruasi beberapa kejadian disminore dengan prevelensi 89,5% diikuti

dengan ketidakteraturan siklus menstruasi sebesar 31,2%, serta

perpanjang durasi menstruasi 5,3% (Dya, N. M., & Adnngsih, S, 2019).

Pada wanita remaja perlu mempertahankan status gizi yang

baik dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena dibutuhkan

pada saat haid. Terbukti pada saat haid tersebut, terutama pada masa

luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Gizi kurang atau

terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh,

juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini beraibat

pada gangguan menstruasi, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya

baik. Apabila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-

keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid

(Dya, N. M., & Adnngsih, S, 2019).

6. Personal hygiene remaja putri ketika menstruasi

Remaja putri rentan terkena infeksi organ reproduksi. Hal ini

terjadi karena kurangnya perilaku dalam merawat kebersihan diri terutama

saat mengalami menstruasi. Remaja putri memiliki tingkat perhatian yang

rendh terkait kesehatan reproduksi. Menurut hasil dari penelitian yang

telah dilakukan oleh wulandari tahun 2012, didapatkan bahwa

pengetahuan yang diterima oleh remaja putri berusia 13 hingga 16 tahun

tentang perawatan alat reproduksi eksternal ketika menstruasi sebagian

besar adalah cukup, yaitu 63%.


17

Selain itu perilaku dalam melakukan perawatan terhadap organ

reproduksi eksternal yang mayoritas dalam frekuensi cukup sejumlah

48%. Permasalahan ini disebaban oleh pedidikan yan tergolong rendah dan

memiliki usia yang relatif mudah diasumsikan tidak memiliki faktor

pemungkin untuk terkena suau penyakit yang dapat menyerang organ

reproduksi (Yulifa, Rita, 2012).

7. Pengetahuan, sikap perilaku pencegahan penyakit menular seksual (PMS)

Penyakit menular seksual (PMS) adalah satu diantara faktor-faktor

penting yang meningkatkan peneluran HIV. Apabila tidak ada kebijakan

yang tepat dalam memerangi HIV akan menjadi sulit. Meningkatnya

jumlah remaja penderita HIV dan AIDS dimungkinkan keterbatasan akses

informasi dan layanan kesehatan yang berdampak pada rendahnya

pengetahuan tentang PMS dan HIV/AIDS yang benar. Oleh karena

itusasaran program penanggulangan HIV dan AIDS seharusnya sudah

dimulai pada usia tersebut, misalnya melakukan pendidikan kesehatan

reproduksi pada anak sekolah pada anak luar sekolah (Subiyanto, G. J.,

Indrayati, A., & Santoso, A. B, (2018)

Berbagai instansi pemerintah telah mengembangkan berbagai

bentuk pendidikan kesehatan reproduksi yang meliputi topik kesehatan

reproduksi yang meliputi topik kesehatan reproduksi, seksual, PMS serta

HIV dan AIDS, pendidikan sebaya telah dikembangkan oleh BKKBN

melalui pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-

KRR) (Utomo et al, 2012). UNAIDS menyatakan, pendidikan tentang


18

HIV/AIDS yang paliing efektif dilakukan melalui pendidikan seks dan

kesehatan di sekolah atau melalui pendidikan teman sebaya (Subiyanto, G.

J., Indrayati, A., & Santoso, A. B, (2018).

B. Menstruasi

1. Definisi

Menstruasi merupakan satu bagian dari perjalanan hidup

wanita yang mulai dari menarche sampai menopause. (Ahimsa Yoga

Anindita, 2010). Haid atau menstruasi merupakan perdarahan yang

bersifat periodik dan siklik dari uterus yang disertai deskuamasi atau

pelepasan endometrium. Menstruasi adalah perdarahan periodik dari

rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala

akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Yulifa, Rita (2012)

2. fase atau siklus menstruasi

Menurut (Sinaga, Ernawati, dkk, 2017) fase menstruasi dibagi menjadi

4, yaitu :

a. Fase menstruasi. Fase ini adalah fase yang haus dialami oleh

seorang wanita desawa setiap bulannya. Sebab melalui fase ini

wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi

selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat

para wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas.

b. Fase proliferasi. Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses

pembentukan dan pematangan ovum. Fase proliferasi mrupakan

periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-


19

5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permkaan endometrium secara

lengkap kembali normal sekitar 4 hari atau menjelang prdarahan

berhenti.

c. Fase sekresi/luteal. Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi

sampai sekitar 3 hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada

akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan

sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.

d. Fase iskemi/premenstruasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan

implementasi, korpus luteum yang menskresi estrogen dan

progesteron menyusut.

3. Gangguan menstruasi

Ada beberapa gangguan haid antara lain, yatu :

a. Hipermenorea (Menoragia)

Hipermenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah

lebih banyak atau durasi lebih lama dri normal dengan siklus yang

normal teratur. Secara klinis menorgia di definisikan dengan total

jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus dn durasi haid lebih

lama dari 7 hari (Menurut Minarni, 2017).

b. Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdahan haid dengan jumlah darah

lebih sedikit dan/atau durasi lebih pendek dari normal. Terdapat

beberapa penyebab hipomenorea yaitu gangguan organik misalnya

pada uterus pascaoperasi miomektomi dan gangguan endokrin.


20

c. Polimenorea

Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari

normal yaitu kurang dari 21 hari.

d. Oligonomenorea

Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari

normal yaitu lebih dari 35 hari.

e. Amenorea

Amenorea adalah tidak adanya menstruasi. Secara klinis, kriteria

amenorea adalah tidak adanya mnstruasi sepanjang siklus menstruasi

sebelumnya. Berdasarkan penelitian, kategori amenorea yaitu apabila

tidak ada menstruasi dalam rentang waktu 90 hari (Jannah, M., &

Setianingsih, P. (2021).

f. Dismenore

Dismenore merupakan nyeri haid yang dapat mengakibatkan

penurunan kualitas hidup. Dismenore pada remaja putri jika tidak

segera diatasi akan berakibat menggangu kegiatan sehari-hari

(Rahayu, K. D., & Nujulah, L. 2018).

C. Dismenore

1. Definisi

Dismenore adalah nyeri pada waku haid terasa diperut bagian

bawah atau daerah bujur sangkar michalis, nyeri terasa sebelum,

selama dan sesudah haid. Dapat bersifat kholik atau terus-terus.

Dismnore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi


21

yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang

ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut maupun panggul

(Judha dkk, 2014).

2. Patofisiologis

Dismenore primer pada umumnya disebabkan oleh kontraksi

otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan

lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer

disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan

dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan

merangsang otot-otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi

kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri

yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya pada hari pertama

menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan

selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar

prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun akan

berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostagladin

(Sinaga, Ernawati, dkk 2017).

3. Pembagian dismenore

Menurut Ernawati Sinaga, dkk 2017) pembagian dismenore dibagi

menjadi 2, yaitu :

a. Dismenore primer adalah proses normal yang dilami ketika

menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot

rahim yang sangat intens, yang dimasudkan untuk melepaskan


22

lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Disminore primer

disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisa

dinding rahim yang disebut prostaglin. Prosaglin akan merangsang

otot-otot halus dinding rahim berkontraksi.

b. Dismenore sekunder adalah umumnya disebabkan oleh kelainan

atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus,

radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.

4. Faktor risiko dismenore

Menurut Judha (2014), faktor-faktor resiko berikut ini

berhubungan dengan episode dismenore yang berat (server episode of

dysmenorrhea) :

a. Menstruasi pertama pada usia amat dini <11 tahun (earlier age at

menarche).

Pada usia <11 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer

masih dalam jumlah sedikit sehingga produksi estrogen masih

sedikit juga.

b. Kesiapan dalam menghadapi menstruasi

Kesiapan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan faktor

psiologis, semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf

pusat, khususnya thalamus dan korteks. Derajat penderitaan yang

dialami akibat rangsang nyeri sendiri dapat etrgantung pada latar

belakang pendidikan penderita. Pada dismenore, faktor

pendidikan dan faktor psikologis sangat berpengaruh.


23

c. Periode menstruasi yang lama

Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita

memiliki jarak haid yang setiap bulannya relatif tetap yaitu 28 hari.

Jika meleset pun, perubahan waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda,

tetap pada kisaran 21 hingga 35 hari, dihitung dari haid pertama, haid

sampai bulan berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar dalam

sampai bersih, antara 2-10 hari. Darah yang kelur dalam waktu sehari

belum dapat dikatakan sebagai haid, namun bila telah lebih dari 10

hari, dapat dikatagorikan sebagai gangguan.

d. Aliran menstruasi yang hebat

Jumlah darah haid biasaya 50 ml hingga 100 ml atau tidak

lebih dari 5x ganti pembalut perharinya. Darah menstruasi yang

dikeluaran seharusnya tidak mengandung bekuan darah, jika darah

yang dikeluarkan sangat cepat dan banyak, enzim yang dilepaskan di

endometriosis mugkin tidak cukup atau terlalu lambat kerjanya.

e. Merokok

Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

tersebut dapat bermacam-macam bentuknya, mulai dari gangguan haid,

early menopause (lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil.

Pada wanita perokok terjadi pula peningkatan resiko munculnya kasus

kehamilan diluar kandungan dan keguguran.


24

f. Riwayat keluarga yang positif

Endometriosis di pengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang

memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometrisis

memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini

disebabkan adanya gen abnormal yang diturukan dalam tubuh

tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menorogia

dapat mempengaruhi system hormonal tubuh.

g. Konsumsi alkohol

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa konsumsi alkohol juga

dapat meningkatkan kadar estrogen yng efeknya dapat memicu

lepasnya prostalgin (zat-zat yang membuat obat-obat rahim

berkontraksi.

h. Kegemukan

Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory

chronic atau haid tidak teratur secara kronis. Hal ini mempengaruhi

kesuburan, di samping juga faktor hormonal yang ikut berpengaruh

5. Derajat dismenore

Menurut (Judha, 2014) setiap menstruasi menyebabkan rasa

nyeri, terutama pada awal mestruasi namun dengan kadar nyeri yang

berbeda-beda, dismenore dibagi menjadi 3 tingkat keparahan, yaitu :

a. Dismenore ringan

Seorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerir

karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa


25

saat dan tetap dapat melanjutkan aktifitas sehari-hari. Dismenore

ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-3.

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1 : Nyeri hampir tidak terasa, sangat ringan seperti gigitan

nyamuk

2 : Nyeri ringan seperti cubitan ringan dikulit.

3 : Nyeri sanat terasa, seperti suntikan oleh dokter tetapi masih

bisa ditoleransi.

b. Dismenore sedang

Seorang mulai merespon nyeri dengan merintih dan menekan-

nekan bagian yang nyeri, diprlukan obat penghilang rasa nyeri

tanpa perlu meninggalkan kerjanya. Dismenore sedang terdapat

pada skala nyeri dengan tingkatan 4-6.

4 : Mendesis, menyeringai seprti sakit gigi atau rasa sakit seperti

tersengat lebah.

5 : Nyeri sangat kuat, sepert tertusuk, seperti pergelangan terkilir.

6 : Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan terkilir

dan mengganggu konsenterasi.

c. Dismenore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada

kemungkinanan seseorang tidak mampu lagi melakukan

pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai

sakit kepala, migraine, pingsan, diare, rasa terttekan, mual dan


26

sakit perut. Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan

tingkatan 7-10.

6 : Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan terkilir dan

mengganggu konsenterasi.

7 : Tidak dapat mengikuti printah, tetapi masih merespon.

8 : Dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan.

9 : Tidak dapat dialihkan dengan posisi nafas panjang dan

disktraksi. 10 : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.

6. Penatalaksanaan

Untuk mengatasi dismenore dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan non-farmakologi.

Penangan dismenore adalah sebagai berikut :

a. Penjelasan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore

adalah ganggun yang tidak berbahaya untuk kesehatan.

Penjelasan dapat dilakukan dengan diskusi mengenai pola hidup,

pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan

salah informsi mengenai informasi haid atau adanya hal-hal tabu

atau tahayul mengenai haid dapat diicarakan. Nasihat mengenai

makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga dapat

membantu. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.


27

b. Pemberian obat farmokologi

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang

dapat diberikan sebagai terap simptomatik, jika rasa nyeri berat,

diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut

bawah untuk mengurangi keluhan. Obat analgesik yang sering di

berikan adalah kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat

paten yang beredar di pasaran anatara lain novalgin, ponstan,

acet-aminophen (Judha, 2014).

c. Pemberian obat non-farmakologi

Salah satu terapi untuk mengatasi dismenore adalah

dengan jahe merah (Zingiber officinale Rosc). Jahe merah sama

efektifnya dengan asam mefenamat dan ibuprofen untuk

mengurangi disminore (Rahayu, R., Patimah, S., & Rohmatin, E,

2019).

d. Terapi alternatif

Terapi alternaif dapat dilakukan dengan kompres

handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung

bawah. Mandi air hangat juga bisa membantu.

e. Pengukuran skala nyeri

1) Pengertian

Nyeri adalah pengalaman sensor nyeri dan

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan denan

kerusakan jaringan actua dan potensial yang terlokasi pada


28

suatu bagian tubuh, seringkali dijelaskan dalam istilah proses

diskruktif, aringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar,

melilit seperti emosi, perasaan takut, mual dan takut (Judha,

dkk 2014).

2) Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan

lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari, atau bulan), irama

periodenya (terus/menerus, hilang timbul, periode bertanbah atau

brkurang atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri seperti

ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam waktu supersifial, atau bahkan

seperti di gencet), (Judha, dkk 2014).

Karakteristik nyeri juga dapat dilihat brdasarkan metode

PQRST, P Provocate, Q Quality, R Region, T Time. Berikut

keterangan lengkapnya :

a) P : Provocate, harus mengkaji tentang penyebab terjadinya

nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan

bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk

menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan faktor

psikologinya, karena biasanya terjadi nyeri hebat karena dari

faktor psikologinya bukan dari lukanya.

b) Q : Quality, kualitas nyeri mrupakan sesuatu yang subjektif

yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan


29

nyeri dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, trbakar, sakit nyeri

dalam atau superfisial, atau bahkan seperti gencet.

c) R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta

pendrita untuk menunjukkan smua bagian/drah yang dirasakan

tidak nyaman. Untuk melokalisasi lebih spesifik maka

sebaiknya tenaga kesehatan meminta penderita untuk

menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah

nyeri yang sangat sakit. Namun hal ini akan sulit dilakukan

apabila nyeri yang dirasakan bersifat menyebar atau difuse.

d) S : Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling

subjektif yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta

bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa

digambarkan menggunkan skala yang sifatnya kualitas.

Gambar 2.1 skala nyeri

Sumber : Judha (2014)

e) T : Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan

rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya

nyeri, beberapa lama penderita, seberapa sering untuk kambuh dan

lain-lain (Judha, dkk 2014).

8. Untuk mengukur tingkat dismenore primer menggunakan skala nyeri

numerical rating scale (NRS) dengan rentang 0-10. Tingkat


30

dismenore diukur dengan memberikan lembaran berisi skala NRS

yang dibagikan pada responden saat mngalami dismenore. Responden

diminta untuk mengisi lembar penelitian tingat dismenore sebelum

diberikan minuman jahe merah dan sesudah diberikan mnuman jahe

merah.

Gambar 2.2 Pengukuran Skala Nyeri “numerical rating scale”

Sumber : Judha (2014)

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1 : Nyeri hampir tidak terasa, sangat ringan seperti gigitan nyamuk.

2 : Nyeri ringan seperti cubitan ringan dikulit.

3 : Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh

dokter tetapi masih bisa ditoleransi.

4 : Mendesis, menyeringai seprti sakit gigi atau rasa sakit seperti

tersengat lebah.

5 : Nyeri sangat kuat, sepert tertusuk, seperti pergelangan terkilir.

6 : Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan terkilir

dan mengganggu konsenterasi.


31

7 : Tidak dapat mengikuti printah, tetapi masih merespon.

8 : Dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan.

9 : Tidak dapat dialihkan dengan posisi nafas panjang dan disktraksi.

10 : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.

D. Jahe Merah

1. Pengertian jahe merah

Jahe merah (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu

tanaman atau rempah yang sudah lama di kenal ampuh

menyembuhkan berbagai penyakit. Jahe merah merupakan salah satu

obat alternatif untuk menurunkan dismenore karena jahe sama

fektifnya dengan asam mefenemanat dan ibuprofen (Pratiwi, l. a., &

mutiara, h. (2017).

2. Khasiat dan Manfaat Jahe merah

Kandungan minyak atsiri dan oleoresin yang cukup tinggi

pada rimpang jahe merah menyebabkan jahe merah memiliki

peranan penting dalam dunia pengobatan, baik pengobatan

tradisional maupun untuk skala industri dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi. Jahe merah tidak hanya dimanfaatkan daging


32

rimpangnya, tetapi juga kulit rimpangnya bisa dijadikan obat. Secara

turun menurun, kulit rimpang jahe merah yang dipanggang menjadi

hitam banyak digunakan sebagai obat mecret dan disentri. Di

samping itu, bisa digunakan oleh para wanita yang wanita ingin

megatu masa menstruasinya.

3. Hasil penelitian jahe merah

Penelitian yang dilakukan oleh Hernani dan Cristina

Winarti, balai besar penelitian dan pengembangan pascapanen

pertanian (2012) menunjukan bahwa jahe biasanya aman sebagai

obat herbal. Beberapa komponen kimia yang terdapat dalam jahe

merah, seperti gingerol, shagaol dan zingerone memberi efek

farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiinflamasi,

analgesik, anti karsinogenik.

Penelitian lainnya menyatakan, dalam sistem pengobatan

jahe juga digunakan untuk mengatasi nyeri akibat menstruasi

dengan cara menghentikan kerja prostaglandin, penyebab rasa sakit

dan peradangan di pembuluh darah dan meredahkan kram (Mariza,

A., & Sunarsih, 2019).

Berdasarkan penelitian Mona Dewi Utari, (2017) dengan

judul Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap Nyeri Haid Mahasiswi

Stikes PMC Tahun 2015, berdasarkan intensitas nyeri haid yang

dialami responden pada ke 2 kelompok dimulai dari intensitas

nyeri ringan sampai sedang, berdasarkan hasil penelitian


33

didapatkan bahwa intensitas nyeri haid responden dengan

diberikan ramuan jahe memiliki rata-rata 3,50 dengan standar

deviasi 1,142 dan intensitas nyeri haid pada responden kelompok

kontrol memiliki nilai rata-rata 4,63 dengan standar deviasi 1,408.

Nyeri haid responden dengan intervensi dapat dinyatakn lebih

rendah dari nilai rata-rata tanpa intervensi sehingga dapat

dinyatakan bahwa pemberian ramuan jahe ini berpengaruh

terhadap pengurangan nyeri haid pada mahasiswi STIKES PMC.

4. Kandungan di dalam jahe merah

Diketahui bahwa kandungan aleoresin pada rimpang jahe

merah memiliki seperti gingerol memiliki aktivitas antioksidan

diatas vitamin E. Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu

dapat mencegah penggumpalan darah. Hal ini sangat membantu

dalam pengeluaran darah haid. Sumber lain mengatakan bahwa

jahe dapat menurunkan produksi prostaglandin, yang diketahui

sebagai penyebab utama nyeri haid (Mariza, A., & Sunarsih. 2019).

Aleoresin bekerja dalam menghambat reaksi cyclooxcygenase

(COX) sehingga menghambat terjadinya inflamasi yang akan

menguragi kontraksi uterus (tari, M. D, 2017). Jahe merah adalah

varian jahe yang sangat cocok untuk herbal dengan kandungan

minyak atsiri dan oleoresinnya yang lebih tinggi dibandingkan

varian jahe lainnya, karena itu biasanya jahe merah bisa digunakan
34

untuk pengobatan tradisional dan yang paling banyak diberikan adalah

dalam bentuk minuman jahe.

Jahe merah atau yang bernama latin (Zingiber officinale Roscoe)

memiliki rimpang berwarna merah dan lebih kecil, jahe merah memiliki

kandungan minyak atsiri yang cukup tingi (tari, M. D, 2017).

5. Cara pemberian jahe merah

Cara pembuatan ramuan jahe merah adalah sebagai berikut 15

gram jahe merah direbus dengan 2 gelas air (400 ml) ditambahkan 2

sendok makan gula merah. Air rebusan akhir sebanyak 200 ml

diberikan kepada responden yang mengalami dismenore pada hari ke

satu atau ke dua sebanyak 1 kali sehari pada pagi hari sebelum makan.

Setelah pemberian ramuan jahe merah, tunggu reaksi minuman jahe

merah selama 30 menit, kemudian peneliti memberikan kuesioner skala

nyeri kepada responden untuk mengetahui penurunan nyeri yang

dirasakan (Rahayu, R., Patimah, S., & Rohmatin, E. 2019).

E. Teh Hijau

Gambar 2.3 Teh Hijau

Sumber: ulyadays.com

1. Pengertian Teh Hijau

Teh hijau atau green tea adalah teh yang dibuat secara khusus

dari jenis tanaman teh yang khusus pula. Teh hijau adalah teh yang

tidak melalui proses fermentasi, artinya dibuat dengan cara


35

menginaktifkan enzim fenolase yang ada dalam pucuk daun teh

segar melalui pemanasan, sehingga oksidasi terhadap senyawa

polifenol dapat dicegah. Teh hijau mengalami proses aksidasi dalam

jumlah minimal. Proses aksidasi dihentikan dengan pemanasan, baik

dengan menggunakan uap atau menggoreng dengan menggongseng

di atas wajan panas. Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya

langsung diproses setelah dipetik. Teh yang sudah dikeringkan bisa

dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat

berbentuk seperti bola-bola kecil (gun powder) (Jannah, M., &

Setianingsih, P. 2021).

2. Jenis Teh Hijau

Di Jepang, teh hijau dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

a. Gyokuro
Gambar 2.4 Teh Gyokuro

Sumber: tea-exclusive.de

Teh hijau jenis ini merupakan teh eksklusif, terkenal

dengan sebutan “tetes embun halus”. Sebelum dipanen, teh ini

diteduhkan menggunakan tikar dari anyaman batang padi atau

aluminium foli selama beberapa minggu untuk mengurangi

kadar tannin dan meningkatkan kadar kafein. Teh ini dinamakan

Gyukuro karena warna hijau pucat yang keluar dari daun teh.
36

b. Matcha
Gambar 2.5 Teh Matcha

Sumber: m.republika.co.id

Teh inilah yang paling sering kita dengar, merupakan teh hijau

berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh dan dipakai

untuk upacara minum teh.

c. Sencha
Gambar 2.6 Teh Sencha

Sumber: id.wikipedia.org

Sencha berbeda dengan teh hijau lainnya, teh ini dibuat dari

daun yang dibiarkan terpapar sinar matahari. Bentuk teh ini

lurus seperti jarum kecil-kecil, dengan warna hijau jamrud

beserta taksonomi daun yang datar dan panjang.


37

d. Bancha

Teh kasar yang dibuat dari pemanenan kedua antara

musim panas dan musim gugur. Daun teh untuk bancha

biasanya lebih besar dari daun teh sencha dan aromanya tidak

begitu harum. Teh hijau jenis ini rendah kafein dan memiliki

kadar zat fannin yang tinggi (Rossi, Ara. 2010).

3. Manfaat Teh Hijau

Green tea telah lama dimanfaatkan untuk me ngendalikan

atau menghentikan darah karena luka, dan bahkan mampu

menyembuhkan luka lama serta mendukung kesehatan jantung.

Green tea selama kurun sejarah peradaban juga digunakan sebagai

obat untuk mengatasi flatulence atau sering mengeluarkan gas

(kentut), membantu mengatur suhu badan, mengatur kadar gula

darah, meningkatkan fungsi pencernaan, bahkan memperbaiki atau

menngkatkan kemampuan perkembangan fungsi mental.

Banyak manfaat yang terkandung dalam teh , salah satunya adalah

antioksidan. Kelompol antioksidan yang terkandung di dalam teh

adalah polifenol, flavonoid, dan katekin. Semua itu dapat melindungi

tubuh dari efek buruk radikal bebas (Winarno, & Kristiano, L. 2016).

4. Kandungan Di Dalam Teh Hijau

Kandungan teh hijau yang paling utama adalah polifenol

katekin yaitu epigallocatechin-3-gallate (EGCG), epigallocatechin

(EGC), epicatechin-3-gallate (ECG), dan epicatechin (EC). Selain


38

itu, teh hijau juga mengandung kafein, vitamin K, flavanol

aglikosidik (alglikosida), leucoanthocyanin dan saponin, sedikit

theobromine dan theophyllin, (6% protein), (8% asam amino) (3%

theanin), dan asam nukleat serta sejumlah kecil mineral, fluoride,

phenophytin a dan b.

Kandungan yang terdapat dalam teh hijau yaitu Katekin,

sebagai anti oksidan katekin ini terdapat pada teh yang tidak

teroksidasi. Proses oksidasi akan mengubah katekin menjadi

theaflavin dan thearubigin. Katekin ini diyakini mampu mengurangi

penyerapan lemak, terutma lemak yang terdapat dibagian abdominal

(perut). Katekin juga membantu merangsang metabolisme tubuh

untuk mengurangi penimbunan lemak. Katekin dan polisakarida

dalam teh juga memiliki efek menurunkan kadar gula darah dalam

tubuh. Dalam sebuah penelitian disebutkan juga bahwah teh hijau

bahkan mampu mencegah penuaan otak (Winarno, & Kristiano, L.

2016).

Konsumsi teh hijau juga akan menimbulkan rasa relaksasi

sehingga dapat merangsang hormon endorphin. Endorphin adalah

neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang.

Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang.

Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang di

produksi otak yang memberikan rasa nyaman dan meningkatkan


39

kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat

dismenore (Astriana, & Mulyadi, D. C, 2019).

5. Cara Konsumsi Teh Hijau

Teh hijau diminum 1x sehari sebanyak 200 ml, teh hijau diminum

pada pagi hari sesudah makan (Rossalie, B., Aslim, S., & Elena, I.

M. (n.d.))
40

F. Kerangka Teori

Dismenore

1. Menstruasi Petama pada usia


amat dini <11 tahun.
2. Kesiapan dalam
menghadapi menstruasi.
3. Periode menstruasi lama
4. Aliran menstruasi hebat
5. Merokok
6. Riwayat kelurga positif
7. Konsumsi alkohol
8. kegemukan

Terapi Farmakologi Terapi Non


Farmakolog
i

Ibuprofen 1.Teh Hijau


Ketoprofen 2.Jahe
Naproxen Merah
Asetaminofen
Asam Mefenemanat
Aspirin

Teh hijau :
polifenol katekin, kafein, vitamin K, flavanol aglikosidik
Jahe(a.I.glikosida),
Merah : leucoanthocyanin dan saponin, sedikit theobrom
gingerol, shagaol dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisi

Nyeri disminore berkurang

3.1 Kerangka Teori


sumber : judha, dkk (2012). Resna Rahayu,dkk (2019), Astriana, dkk (2019)
41

G. Kerangka konsep

Variabel Indepeden Variabel Dependen

1. Jahe Merah Tingkat


2. Teh Hijau H. nyeri
Dismenore

Variabel Luar
Usia Menarche
Riwayat keluarga
Periode Menstruasi

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

I. Hipotesis Penelitian..

Tidak Ada perbedaan efektivitas pemberian jahe merah dan teh hijau

terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja putri di Kota Bengkulu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperiment

dengan rancangan penelitian two group pretest-posttest desain yaitu

rancangan eksperimen dengan cara mengukur intesitas nyeri dismenore

sebelum dan setelah diberikan intervensi untuk mengidentifikasi pengaruh

pemberian jahe terhadap penurunan nyeri dismenore pada siswi remaja

Bagan 3.1 Desain Penelitian

01 X1 02

03 X2 04

Keterangan :
01 : Pretest pemberian jahe

02 : Posttest pemberian jahe

X1 :Intervensi pemberian jahe merah


X2 :Intervensi pemberian teh hijau
03 : Pretest pemberian Teh Hijau di SMPN 05 Kota Bengkulu
04 : Posttest pemberian Teh Hijau di SMPN 05 Kota Bengkulu

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 02 Kota Bengkulu dan SMPN 05 Kota

Bengkulu. Waktu pelaksanaan September 2021- Januari 2022.

42
43

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah yang

terdiri atas obyek dan subjek yang mempunyai karakteristik dan

kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dari penelittian ini adalah seluruh siswi

SMPN 02 Kota Bengkulu yang berjumlah 497 siwi dan seluruh siswi

SMPN 05 Kota Bengkulu yang berjumlah 474 siswi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas VIII yang

mengalami nyeri dismenore di SMP N 02 Kota Bengkulu dan SMPN

05 Kota Bengkulu. Berdasarkan perhitungan besar sampel makan

digunakan Rumus Lemeshow :


2
[2𝜎2(Z1−𝛼2+Z1−𝛽)]
𝑛1=𝑛2= 2
(𝜇𝑜−𝜇𝑎)

Keterangan :
n : Minimal besar sampel yang diperlukan
𝜎2 : Standar deviasi
𝑍1−𝛼2 : Derajat kepercayaan 95% (1,96)
𝑍1−𝛽 : Kekuatan uji 80% (0,842)

𝜇𝑜−𝜇𝑎 ² : Selisih rata-rata


Bila diketahui 𝜎2 = 2,3, selisih rata-rata (2,93-2,17). Maka jumlah

sampel tiap kelompok sebagai berikut :


2
*2𝜎 (𝑍 2
1−𝛼2 +𝑍1−𝛽 )+
𝑛1=𝑛2 = 2
(𝜇𝑜−𝜇 )
𝑎
44

2
2 ( )
[2.(2,3 ) 1,96+0,842 ]
𝑛1=𝑛2 = ( 2,93−2,17 )2

= 16,95 = 17

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini 34 sampel, 17 pada kelonpok

jahe merah dan 17 pada kelompok teh hijau. Sehingga sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian siswi di SMPN 02 Kota Bengkulu dan

SMPN 05 Kota Bengkulu yang mengalami dismenore yang ditentukan

secara non probality sampling yaitu purposive sampling sehingga sampel

penelitian ini adalah siswi kelas VIII SMPN 02 Kota Bengkulu dan siswi

kelas VIII SMPN 05 Kota Bengkulu yang diambil secara proportional

random sampling.

Tabel 3.1 sampel kelompok jahe merah

NO Kelas Jumlah siswa Rumus Sampel


21
1. VIII. A 21 X 17 = 2 2
175
18
2. VIII. B 18 X 17 = 2 2
175
16
3. VIII. C 16 X 17 = 2 2
175
14
4. VIII. D 14 X 17 = 1 1
175
18
5. VIII. E 18 X 17 = 2 2
175
15
6. VIII. F 15 X 17 = 2 1
175
15
7. VIII. G 15 X 17 = 1 1
175
45

18
8. VIII. H 18 X 17 = 2 2
175
5
9. VIII. I 5 X 17 = 1 1
175
15
10. VIII. J 15 X 17 = 1 1
175
20
11. VIII. K 20 X 17 = 2 2
175

Jumlah Seluruh Responden 17

Tabel 3.2 sampel teh hijau

NO Kelas Jumlah siswa Rumus Sampel


16
1. VIII. A 16 X 17 = 2 2
170
17
2. VIII. B 17 X 17 = 1 1
170
16
3. VIII. C 16 X 17 = 2 2
170
18
4. VIII. D 18 X 17 = 1 1
170
15
5. VIII. E 15 X 17 = 2 2
170
18
6. VIII. F 18 X 17 = 1 1
170
16
7. VIII. G 16 X 17 = 1 1
170
15
8. VIII. H 15 X 17 = 2 2
170
15
9. VIII. I 15 X 17 = 2 2
170
19
10. VIII. J 19 X 17 = 1 1
170
46

17
11. VIII. K 17 X 17 = 2 2
170

Jumlah Seluruh Responden 17

Kriteria inklusi yang diinginkan peneliti :

1. Bersedia menjadi responden

2. Remaja putri yang mengalami dismenore

3. Tidak menggunakan terapi farmakologi seperti obat analgesik

4. Mampu berkomunkasi secara verbal dan non verbal

Kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah

1. Memiliki penyakit ginekologis tertentu atau disminore sekunder yang

dapat mempengaruhi menstruasi

2. Menggunakan obat anti nyeri


47

D. Variabel Penelitian

Variabel Indepeden Variabel Dependen

1. Jahe Merah Tingkat


2. Teh Hijau J. nyeri
Dismenore

Variabel Luar
Usia Menarche
Riwayat keluarga
Periode Menstruasi

Bagan 3.2 Variabel Penelitian

E. Definisi Operasional

NO Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur
1. Jahe Teknik non-farmakologi yang SOP Lembar Diberikan nominal
Merah mengandung, gingerol, shagaol SOP jahe merah
dan zingrone memberi efek
farmakologi dan fisiologi seperti
antioksidan, anti inflamasi,
analgesik, anti karsinogenetik
yang digunakan untuk mengatasi
nyeri akibat mntruasi.
2. Teh Hijau Teknik non-farmakologi yang SOP Lembar Dibrikan nominal
dapat merangsang hormon SOP Teh Hijau
endorphin. Hormon ini berfungsi
meningkatkan kadar endorphin
dalam tubuh unuk mengurangi
rasa nyeri saat dismenore
3. Usia Umur responden pada saat Kuesioner Kuesioner 0 = Usia nominal
Menarche pertama kali mendapat haid menarche
(menarche) <11 tahun
1 = Usia
menarche
≥11 tahun
4. Riwayat Seorang yang memiliki ibu atau Kuesioner Kuesioner 0 = tidak nominal
Keluarga saudara perempuan yang waktu ada
remaja mengalami dismenore riwayat
keluarga
1 = ada
48

noinalriwa
yat
keluarga
5. Periode Siklus haid yang normal adalah Kuesioner Kuesioner 0= Periode nominal
Menstrusi jika seorang wanita memiliki menstruasi
jarak haid yang setiap bulannya <28 hari
relatif tetap yaitu 28 hari, Jika 1=Periode
meleset pun, perubahan waktunya Menstruasi
juga tidak terlalu jauh berbeda, 28-35 hari
tetap pada kisaran 21 hingga 35
hari
6. Tingkat Derajat nyeri yang dirasakan Obsrvasi Lembar Skala nyeri Rasio
Nyeri remaja pada saat dismenore saat dan ceklist 1-10
Dismenore menstruasi wawancara Numerik
Rating
Scale
(NRS)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data. Dalam penelitian ini

menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner MSQ untuk

menentukan Responden tersebut dikategorikan dismenore atau tidak,

dikatakan dismenore jika diperoleh nilai ≥77 (Chesney & Tasto, 1975) dan

pengukuran skala nyeri NRS (numeric rating scale) untuk mengetahui

responden dalam mengalami dismenore. Skala ini berbentuk garis

horizontal yang menunjukan angka-angka dari 0-10, yaitu angka 0 tidak

ada nyeri dan angka 10 menunjukan nyeri sangat berat. Sedangkan

intervensi jahe merah diberikan sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP).

Demi memperoleh informasi dari responden mengenai variabel

yang paling berpengaruh terhadap nyeri haid atau dismenore peneliti

menggunakan pengumpulan data berupa kuesioner yang di adobsi dari


49

peneliti sebelumnya yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

Instrumen penelitian ini terdiri dari beberapa bagian yaitu kuesioner

pertanyaan mengenai usia menarche, riwayat keluarga dan periode

menstruasi.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari data sekunder dan data

primer. Data Sekunder diperoleh dari UKS MTs Negeri 1 OKU Timur

Martapura tentang nyeri dismenore. Sedangkan data Primer data yang

diperoleh langsung dari siswi remaja yang mengalami dismenore

dengan cara wawancara secara langsung serta dengan menggunakan

lembar observasi Numerik Rating Scale (NRS) dalam mengukur

intensitas nyeri dismenore pada siswi remaja. Kegiatan penelitian

yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu:

a. Tahap Awal (Pre Test)

Kelompok remaja responden diberikan pre test dengan

menggunakan lembar Numeric Rating Scale (NRS) nyeri untuk

mengetahui tingkat nyeri dismenore sebelum dilakukan perlakuan

pada hari pertama.


50

b. Tahap Perlakuan (Intervensi)

Kelompok remaja responden penelitian diberikan minuman jahe merah

1 kali sehari.

c. Tahap Akhir (Post Test)

Responden akan dilakukan observasi dan wawancara dengan

lembar Numeric Rating Scale (NRS) untuk mengetahui tingkat nyeri

dismenore setelah dilakukan intervensi. Tujuannya untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dari intervensi jahe merah dalam menurunkan

nyeri dismenore pada siswi remaja.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu :

a. editing

Editing adalah upaya untuk memberikan kembali kebenaran

data yang diperoleh untuk dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap

pengumpulan data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian

kode ini sangat penting bila pengolahan data analisis dengan

menggunakan kumputer.
51

c. processing

Kegiatan memproses data agar data yang sudah di entry dapat di analisa

dengan menggunakan komputerisasi.

d. cleaning

kegiatan pembersihan data dilakukan jika ditemukan kesalahan pada

entry data sehingga dapat diperbaiki dan dinilai (skor)

H. Teknik Analisis Data

a. Analisis Univariat

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan analisis

univarat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi responden meliputi

usia menarche, riwayat keluarga, dan periode menstruasi serta rata-rata

intensitas nyeri dismenore yang di alami siswi sebelum dan sesudah

diberikan jahe.

b. Analisi Bivarat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh

pemberian jahe terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore. Dalam

penelitian ini digunakan uji analisa data terdistribusi normal dengan

menggunakan Uji T Test independen dan jika data tidak terdistribusi

normal menggunakan uji wilcoxon. Kemudian untuk mengetahui

pengaruh pemberian jahe merah terhadap penurunan tingkat nyeri

dismenore menggunakan uji mann whitney. Perbedaan ini diuji dengan

menghasilkan nilai p yang dapat


52

dilihat pada kolom”sig (2-tailed)”. Dengan nilai p ini kita dapat

menggunakan untuk keputusan uji statistik dengan cara membandingkan

nilai p dengan α (alpha). Ketentuan yang berlaku adalah :

1) Bila nilai p value ≤ α 0,05, Maka keputusannya adalah Ho ditolak,

artinya ada pengaruh penurunan tingkat nyeri kelompok perlakuan

pemberian jahe dan kelompok kontrol.

2) Bila nilai p value > α 0,05, Maka keputusannya adalah Ho diterima,

artinya tidak ada perbedaan efektivitas penurunan tingkat nyeri antara

kelompok jahe merah dan kelompok kontrol.

Uji Chi-square digunakan untuk melihat hubungan variabel luar

dengan varibel independennya dengan mengunakan uji Chi-Square yang

digunakan untuk melihat hubungan usia menarche, riwayat keluarga dan

periode menstruasi dengan variabel tingkat nyeri dismenore. Kriteria

pengambilan keputusan hasil Uji Chi-Square adalah:

1) Jika nilai p ≤ 0,05 maka Ha diterima artinya ada hubungan variabel

luar terhadap dismenore.

2) Jika nilai p ≥ 0,05 maka Ha ditolak artinya rata-rata tidak ada

hubungan variabel luar terhadap dismenore.

c. Analisa Multivariat
Analisa mulitivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi

binary logistic karena data berskala kategorik, syarat untuk melanjutkan

ke multivariat ini nilai p-value nya harus < 0,25. Analisa ini bertujuan

untuk mengetahui variabel luar mana yang lebih berpengaruh terhadap

dismenore atau nyeri dismenore pada remaja putri di Kota Bengkulu


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jalannya Penelitian

Penelitian ini berjudul Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh

Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di

Kota Bengkulu. Dilaksan kan secara tatap muka di SMPN 02 Kota

Bengkulu dan SMPN 05 Kota Bengkulu pada bulan desember 2021-

januari 2022. Sampel dalam penelitian ini yaitu 34 sampel yang terdiri dari

17 orang kelompok Jahe Merah dan 17 orang kelempok Teh Hijau.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas jahe merah

dan teh hijau terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja

putri di Kota Bengkulu. Peneliti terlebih dahulu melakukan survey awal,

yaitu mendata siswi yang datang ke UKS dengan keluhan nyeri dismenore

serta menemui siswi ke kelasnya masing-masing didampingi oleh petugas

UKS setelah itu memberikan lembar kuesioner MSQ untuk mengetahui

apakah siswi tersebut dapat dikategorikan dismenore atau bukan kemudian

peneliti meminta nomor handpone responden untuk nanti jika responden

mengalami menstruasi bisa menghubungi peneliti.

Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran skala nyeri

menggunakan skala ukur NRS, untuk data awal (pretest) pada saat haid

pada siklus pertama sebelum dilakukan intervensi jahe merah pada siswi

SMPN 02 Kota Bengkulu dan teh hijau pada siswi SMPN 05 Kota

Bengkulu serta memberikan kuesioner untuk mengetahui variabel mana

53
54

yang paling mempengaruhi terjadinya nyeri dismenore. Kemudian

meminta kepada respoden untuk menghubungi peneliti jika responden

menstruasi di siklus berikutnya untuk dilakukan intervensi (posttest)

pemberian jahe merah dan teh hijau. Data dari lembar ceklist jahe merah

dan teh hijau yang telah dikumpulkan, kemudian dientry dalam bentuk

master data kemudian dianalisis dengan bantuan komputer.

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Analisa univariat ini digunakan untuk mengetahui distribusi

frekuensi karakteristik responden variabel yang diteliti. Analisa dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik berdasarkan

usia menarche, riwayat keluarga, periode menstruasi, rata-rata tingkat

nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan jahe merah dan teh

hijau.

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia menarche,


riwayat keluarga, dan periode menstruasi pada siswi di
SMPN 02 Kota Bengkulu dan SMPN 05 Kota
Bengkulu.

Karakteristik Kelompok Jahe Kelompok Teh


Merah Hijau
F % F %
Usia Menarche < 11 tahun 3 17.6 1 5.9
≥ 11 tahun 14 82.4 16 94.1
Total 17 100 17 100
Riwayat Ya 13 76.5 14 82.44
Keluarga Tidak 4 23.5 3 17.6
Total 17 100 17 100
Periode <28 Hari 4 23.5 3 17.6
Menstruasi 28-35 Hari 13 76.5 14 82.4
Total 17 100 17 100
55

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada kelompok jahe merah mengalami menarche di usia >

11 tahun dengan jumlah 14 responden (82.4%). Pada kelompok teh

hijau sebagian besar mengalami menarche di usia > 11 tahun dengan

jumlah 16 orang (94.1%). Untuk responden yang mempunyai riwayat

keluarga yang mengalami dismenore pada kelompok jahe merah

dengan jumlah 13 responden (76.5%). Pada kelompok teh hijau yang

mempunyai riwayat keluarga yang mengalami dismenore dengan

jumlah 14 responden (82.4%). Dan periode menstruasi sebagian besar

pada kelompok jahe merah pada siklus menstruasi 28-35 hari dengan

jumlah 13 responden (76.5%). Pada kelompok teh hijau sebagian

besar pada siklus menstruasi 28-35 hari dengan jumlah 14 responden

(82.4%).

Tabel 4.2 Rata-rata tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah


diberikan jahe merah dan teh hijau pada remaja putri
di SMPN 02 Kota Bengkulu dan SMPN 05 Kota
Bengkulu.
.
Tingkat Nyeri Kelompok Jahe Merah (n=17)
Dismenore Mean Median SD Min Max Mean
Difference
Sebelum 4.71 4.000.985 6 2.3
Sesudah 2.41 2.00 0.939 1 4
Tingkat Nyeri Kelompok Teh Hijau (n=17)
Dismenore Mean Median SD Min Max Mean
Difference
Sebelum 2.42 4.000.725 1 1,77
Sesudah 2.47 3.00 0.943 5 4
56

Berdasarkan tabel 4.2 selisih tingkat nyeri dismenore pada kelompok

jahe merah yaitu (2.3) dan selisih tingkat nyeri dismenore pada

kelompok teh hijau yaitu(1.77).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui efektivitas jahe

merah dan teh hijau terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja

putri di SMP Negeri 02 Kota Bengkulu dan SMP Negeri 05 Kota

bengkulu serta untuk mengetahui hubungan variabel luar usia

menarche, riwayat keluarga, dan periode menstruasi dengan kejadian

dismenore.

Tabel 4.4 Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh Hijau


Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja
Putri Di Kota Bengkulu

Kelompok Jahe Merah Dan Teh Hijau


N Mean Mean SD p value
Variabel
Difference

Teh Hijau 17 2.47 0.06 0.943 0.828


Jahe Merah 17 2.41 0.939

Hasil uji Mann Whitney Test didapatkan nilai p value (0.828)

>0,05 berarti tidak ada perbedaan signifikan efektivitas antara

kelompok jahe merah dan teh hijau. Akan tetapi nilai rata-rata dan

standar deviasi kelompok jahe merah lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok teh hijau, dengan selisih rata-rata (0,06) hal ini berarti jahe

merah lebih berpengaruh dibandingkan dengan teh hijau terhadap

penurunan nyeri dismenore pada remaja putri.


57

Tabel 4.5 Hubungan variabel luar (usia menarche, riwayat


keluarga, dan periode menstruasi) tehadap tingkat
nyeri dismenore.

Variabel Tingkat Nyeri


Sedang Ringan p value
N % N %
Usia >11 tahun 4 13.3% 26 86.7%
Menrche <11 tahun0 0.0% 11.8% 1.0
Total 4 13.3% 30 86.7%
Riwayat Ada 1 2.9% 26 76.5%
Keluarga Tidak3 8.8% 11.8% 0,021
Total 4 11.8% 30 88.2%
Periode <28 hari 0 0.0% 7 100%
Menstruasi 28-35 hari4 11.8% 67.6% 0.559
Total 4 11.8% 30 88.2%

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa riwayat

keluarga yang p value < 0.05 artinya ada hubungan riwayat keluarga

dengan kejadian dismenore pada remaja putri.

3. Analisa Multivariat

Penelitian ini tidak dilanjutkan sampai dengan analisa multivariat

karena ditinjau dari hasil analisa bivariat dari 3 variabel luar yang

mempengaruhi tingat nyeri dismenore hanya satu variabel yang

dinyatakan berpengaruh terhadap tingkat nyeri dismenore yaitu

riwayat keluarga dengan p value (0.021), sedangkan usia menarche

dan periode menstruasi p value >0.05.

C. Pembahasan

1. Karakteristik reponden berdasarkan usia menarche, riwayat


keluarga, dan perode menstruasi
Berdasarkan karakteristik usia menarche di usia > 11 tahun

dengan jumlah 14 responden (82,4%). Pada kelompok teh hijau

sebagian besar mengalami menarche di usia ≥11 tahun dengan jumlah


58

16 orang (94,1%). Pada usia <11 tahun jumlah folikel-folikel ovary

primer masih dalam jumlah sedikit sehingga produksi estrogen masih

sedikit juga (Judha 2014).

Berdasarkan karakteristik riwayat keluarga yang mengalami

dismenore dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada

kelompok jahe merah yaitu dengan jumlah 13 responden (76,5%).

Pada kelompok teh hijau yang mempunyai riwayat keluarga yang

mengalami dismenore dengan jumlah 14 responden (82,4%). Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Charu et al mengemukan bahwa

39,46% wanita yang mengalami dismenore memiliki kelurga dengan

keluhan dismenore seperti ibu atau saudara kandung mempunyai

kolarasi yang kuatt antara predisposisi family dengan dismenore. Hal

ini dimungkinkan karena adanya faktor genetik ang mempengaruhi

sehingga apabila ada keluarga yang mengalami dismenore cenderung

mempengaruhi psikis wanita tersebut (Fatmawati, E., & Aliya, A. H.

(2020)

Berdasarkan karakteristik periode menstruasi yang

mengalami dismenore dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada kelompok jahe merah pada siklus menstruasi 28-35

hari dengan jumlah 13 responden (76,5%). Pada kelompok teh hijau

sebagian besar pada siklus menstruasi 28-35 hari dengan jumlah 14

responden (82,4%). Berdasarkan penelitian Sakinah (2016),

memanjangannya siklus saat menstruasi lebih dari 35 hari belum


59

menjadi faktor penghambat kejadiannya dismenore primer, namum

sudah berpeluang menghambat kejadian dismenore primer sebesar

50% dibandingkan dengan panjang siklus menstruasi normal (Mau, R.

A., Kurniawan, H., & Dewajanti, A. M, 2020).

2. Rata-rata tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan


jahe merah pada remaja putri di SMP Negeri 02 Kota Bengkulu
dan di SMP Negeri 05 Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa

rata-rata tingkat nyeri dismenore remaja putri sebelum diberikan jahe

merah adalah (4,71) dan sesudah diberikan jahe merah tingkat nyeri

dismenore pada remaja putri menurun menjadi (2,41). Ada penurunan

signifikan terhadap terhadap tingkat nyeri dismenore pada remaja putri

di SMP Negeri 02 Kota Bengkulu Tahun 2021.

Hasil penelitian suparmi 2016 dengan judul upaya mengurangi

dismenore primer dengan ekstrak jahe asam jawa pada mahasiswa

kebidanan Stikes Aisyah Surakarta terhadap 36 responden dengan

menggunakan rancangan penelitian quasy eksperimen dengan non-

equivalent pretest-posttest witsh control grup, pengambilan sampel

menggunakan quota sampling. Uji statistik wilcoxon sign rank tet.

Diketahui terdapat penurunan skala nyeri setelah 5 hari pemberian

ekstrak jahe asam jawa. Jahe bermanfaat mengurangi nyeri dismenore

dikarenakan kandungan yang terdapat didalam jahe membantu

merangsang tubuh mengendalikan rasa nyeri didalam tubuh.


60

Kandungan minyak atsiri yang diterima tubuh menetralkan kram

terutama saat menstruasi (Mariza, A., & Sunarsih. 2019).

Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan penurunan

tingkat nyeri dismenore pada kelompok jahe merah karena kandungan

aleoresin pada rimpang jahe merah memiliki seperti gingerol memiliki

aktivitas antioksidan diatas vitamin E. Gingerol pada jahe bersifat

antikoagulan, yaitu dapat mencegah penggumpalan darah. Hal ini

sangat membantu dalam pengeluaran darah haid. Sumber lain

mengatakan bahwa jahe dapat menurunkan produksi prostaglandin,

yang diketahui sebagai penyebab utama nyeri haid (Mariza, A., &

Sunarsih. 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa

rata-rata tingkat nyeri dismenore remaja putri sebelum diberikan jahe

merah adalah (4,24) dan sesudah diberikan jahe merah tingkat neri

dismenore pada remaja putri menurun menjadi (2,47). Ada penurunan

signifikan terhadap terhadap tingkat nyeri dismenore pada remaja putri

di SMP Negeri 05 Kota Bengkulu Tahun 2021.

Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan penurunan

tingkat nyeri dismenore pada kelompok jahe merah karena kandungan

yang terdapat dalam teh hijau yaitu Katekin, sebagai anti oksidan

katekin ini terdapat pada teh yang tidak teroksidasi. Proses oksidasi

akan mengubah katekin menjadi theaflavin dan thearubigin.


61

Konsumsi teh hijau juga akan menimbulkan rasa relaksasi sehingga

dapat merangsang hormon endorphin.

Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada

saat relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf

tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang

alami yang di produksi otak yang memberikan rasa nyaman dan

meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa

nyeri pada saat dismenore (Astriana, & Mulyadi, D. C, 2019).

3. Efektivias pemberian jahe merah dan the hijau terhadap


penurunan nyeri dismenore pada remaja putri di Kota Bengkulu

Hasil uji mann-whitney Test didapatkan nilai p value 0,828

(p value >0,005). Hasil diatas dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan efektivitas pemberian jahe merah dan teh hijau terhadap

penurunan nyeri dismenore. Tetapi secara selisih penurunan jahe

merah lebih berpengaruh terhadap penurunan nyeri dismenore.

Terjadinya nyeri dismenore dikarenakan peningkatan

aktivitas rahim dan tingginya kadar prostaglandin terutama (PGF2a

dan PGE2). Nyeri dismenore dapat di obati salah satunya dengan jahe

merah dan teh hijau yang digunakan sebagai terapi non-farmakologi

yang dapat mngurangi nyeri dismenore. Mengkonsumsi jahe merah

dapat menurunkan produksi prostaglandin, yang diketahui sebagai

penyebab utama nyeri haid (Mariza, A., & Sunarsih. 2019).

Berdasarkan hasil penelitian menurut salah satu responden rasa nyeri

berkurang setelah mengkonsumsi jahe merah.


62

Beberapa komponen kimia yang terdapat dalam jahe

merah, seperti gingerol, shagaol dan zingerone memberi efek

farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiinflamasi, analgesik,

anti karsinogenik. Penelitian lainnya menyatakan, dalam sistem

pengobatan jahe juga digunakan untuk mengatasi nyeri akibat

menstruasi dengan cara menghentikan kerja prostaglandin, penyebab

rasa sakit dan peradangan di pembuluh darah dan meredahkan kram

(Utari, M. D, 2017).

Jahe merah terbukti memiliki keefektifan yang sama

dengan asam mefeemanat dan ibu profen dalam mengurangi nyeri

dismenore primer. Hal ini dibuktikan oleh Ozgoli et al (2009) dalam

penelitiannya yang berjudul “Comprarison of effect of ginger,

mefenamic acid, and ibuprofen on pain in women with primary

dysmenorrhea” khasiat jahe merah juga dibenarkan oeh Baktiar

(2010) dalam penelitiannya disebutkan bahwa ekstrak jahe merah

terbukti dapat mengurangi nyeri akibat osteoarthritis dan nyeri

dismenore (Suparmi, Raden, A., & Mawarti, R, 2016).

Mengkonsumsi green tea merupakan cara untuk

menghilangkan atau menurunkan rasa nyeri secara nonfarmakologis

tanpa memberikan efek samping. Selain itu mengkosumsi green tea

merupakan cara murah serta mudah utnuk dilakukan sehingga tidak

memerlukan biaya yang mahal untuk menggunakannya. Konsumsi

green tea dapat meredahkan iskemia dengan menurunkan kontraksi


63

uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredahkan

nyeri dengan mengurangi ketegangan, meningkatkan aliran-aliran

darah dan meredahkan vasokongesti pelvis (Jannah, M., &

Setianingsih, P, 2021).

Mengkonsumsi teh hijau juga akan menimbulkan rasa

relaksasi sehingga dapat merangsang hormon endorphin. Endorphin

adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang.

Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang.

Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang di

produksi otak yang memberikan rasa nyaman dan meningkatkan kadar

endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat

dismenore (Astriana, & Mulyadi, D. C, 2019).

4. Hubungan variabel luar (usia menarche, riwayat keluarga, dan


periode menstruasi) dengan pemberian jahe merah dan teh hijau
tehadap tingkat nyeri dismenore.

Berdasarkan hasil chi-square pada variabel usia menarche

diperolah p-value 1,0 sehingga disimpulkan bahwa usia menarche

tidak berhubungan dengan tingkat nyeri dismenore. Fatmawati, E., &

Aliya, A. H. (2020) salah satu faktor risiko terjadinya dismenore

primer adalah usia menarche dini.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fatmawati, E., & Aliya,

A. H. (2020) dari hasil penelitiannya dari 40 mahasiwi yang

mengalami dismenore terdapat 18 mahasiwi (45%) termasuk salam

menarche dini, sedangkan dari mahasiswi yang tidak mengalami


64

dismenore terdapat 2 mahasiswi (5%) yang termasuk menarche dini.

Hasil uji statistik diproleh p-value (0,165) artinya tidak ada hubungan

yang bermana menarche dengan kejadian dismenore dengan nilai OR

4,444 yang artinya mahasiswi menarche dini mempunyai peluang 4

kali mengalami dismenore dibandingkan dengan yang tidak menache

dini.

Berdasarkan hasil chi-square pada variabel riwayat keluarga

memproleh nilai p value (0,021) sehingga disimpulkan bahwa riwayat

keluarga berhubungan dengan tingkat nyeri dismenore pada remaja

putri. Hasil penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Sudiman tentang

faktor riwayat keluarga pada mahasiswi Metro Lampung dimana ada

hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian

dismenore. Hasil analisis diperoleh OR 18,306, artinya mamahasiwi

yang mempunyai riwayat keluarga berpeluang 18 kali mengalami

dismenore dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak mengalami

riwayat keluarga.

Hasil penelitian Charu et al juga mengemukakan bahwa

39,46% wanita yang mengalami dismenore memiliki keluarga dengan

keluhan dismenore seperti ibu atau saudara kandung mempunyai

korelasi yang kuat antara predisposisi dengan dismenore. Hal ini

dimungkinkan karena adanya faktor genetik yang mempengaruhi

psikis wanita tersebut (Fatmawati, E., & Aliya, A. H. 2020). Riwayat

dismenore pada keluarga lebih berpotensi terjadinya dimenore karena


65

berkaitan dengan adanya faktor genetik yang menurunkan sifat kepada

keturunannya.

Berdasarkan hasil chi-square pada variabel periode

menstruasi memperoleh nilai p-value (0,559) sehingga disimpulkan

bahwa periode menstruasi tidak berhubungan terjadinya dismenore.

Berdasarkan penelitian Sakinah (2016), memanjangannya siklus saat

menstruasi lebih dari 35 hari belum menjadi faktor penghambat

kejadiannya dismenore primer, namum sudah berpeluang menghambat

kejadian dismenore primer sebesar 50% dibandingkan dengan panjang

siklus menstruasi normal (Mau, R. A., Kurniawan, H., & Dewajanti,

A. M, 2020).

D. Keterbatasan Penelitian

1. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak dapat

melakukan penelitian secara bersamaan kepada 34 responden dikarena

adanya perbedaan siklus menstruasi pada responden.

2. Ada beberapa siswa yang tidak diberikan intervensi secara langsung di

UKS dikarenakan siswa belum masuk sekolah secara bersamaan, jadi

peneliti melakukan penelitian dirumah siswa sehingga memakan

waktu, tenaga dan biaya yang cukup bertambah.

3. Sampel dalam penelitian ini terlalu sedikit yaitu hanya 34 sampel


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang efektivitas

pemberian jahe merah teh hijau pada remaja putri di Kota Bengkulu, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden beradasarkan usia menarche didapatkan

bahwa sebagian besar responden mengalami usia menarche di usia

>11 tahun. Pada riwayat keluarga sebagian besar responden memiliki

riwayat keluarga yang mengalami dismenore. Dan pada periode

menstrusi sebagian besar responden mengalami menstruasi mana

siklus normal yaitu 28-35 hari.

2. Rata-rata tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan jahe

merah pada remaja putri di SMPN 02 Kota Bengkulu, sebelum

dilakukan pemberian jahe merah rata-rata responden mengalami nyeri

sedang sebanyak 17 responden sedangan sesudah pemberian jahe

merah rata-rata responden mengalami nyeri ringan sebanyak 15

responden.

3. Rata-rata tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan jahe

merah pada remaja putri di SMPN 05 Kota Bengkulu sebelum

dilakukan pemberian teh hijau rata-rata responden mengalami nyeri

sedang sebanyak 16 responden sedangan sesudah pemberian teh hijau

rata-rata responden mengalami nyeri ringan sebanyak 15 responden.

66
67

4. Tidak ada perbedaan efektivitas antara pemberian jahe merah dan teh

hijau terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja putri di Kota

Bengkulu

5. Ada hubungan variabel riwayat keluarga terhadap tingkat nyeri

dismenore pada remaja putri sedangkan pada variabel usia menarche

dan periode menstruasi tidak terdapat hubungan terhadap tingkat nyeri

dismenore.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti memberikan

saran kepada beberapa pihak terkait :

1. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti bisa menjadi melakukan penelitian ini

ditempat yang berbeda dan dengan sampel yang lebih banyak lagi.

2. Bagi Akademik

Diharapkan bagi mahasiswa jurusan kebidanan untuk lebih

mengembangkan lagi ilmu pengetahuan tentang cara mengatasi

dismenore selain menggunakan jahe merah dan teh hijau

3. Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan pihak sekolah bisa menggunakan jahe merah dan

teh hijau sebagai pengobatan non-farmakologi terhadap penurunan

nyeri dismenore pada siswi-siswinya.


68

4. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan

variabel yang sama dan tempat yang sama atau dengan variabel yang

beda dengan tempat yang berebeda


DAFTAR PUSTAKA
Astriana, & Mulyadi, D. C. (2019). Pengaruh Konsumsi Green Tea Terhadap
Nyeri Disminore Pada Remaja putri. Jurnal Farmasi Malahayati ,
122-128.
Dya, N. M., & Adnngsih, S. (2019). Hubungan antara Status Gizi dengan Siklus
Menstruasi Pada Siswi MAN 1 Lmongan. 310-314.
Fatmawati, E., & Aliya, A. H. (2020). Hubungan Menarche Dan Riwayat
Keluarga Dengan Dismenore (Nyeri Haid). Jurnal Ksehatan Madani
Medika , 12-20.
Jannah, M., & Setianingsih, P. (2021). Pengaruh Konsumsi Green Tea Terhadap
Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri. Jurnal Kebidanan , 1-127.
Judha, Muhamad, dkk (2014). Teori Pengukuran nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Kusumastuti, D. A., & Hartinah, D. (2017). Pengaruh Pemberian Jahe Merah
Terhadap Perubahan Nyeri Disminore. 760-764.
Kusumastuti, D. A., Hartinah, D., & Prabadari, D. W. (2021). Pengaruh
Pemberian Jahe Merah Terhadap Perubahan Nyeri Dismnore. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan , 172-176.
Mariza, A., & Sunarsih. (2019). Manfaat Minuman Jahe Merah Dalam
mengurangi. Jurnal Kebidanan , 40-41.
Marlini. (2017). Gambaran Gangguan Menstruasi Akseptor Kontrasepsi Suntik 1
Bulan Dan 3 BULAN Di BPM Sundari Palembang Tahun 2015.
Jurnal Kesehatan , 77-84.
Mau, R. A., Kurniawan, H., & Dewajanti, A. M. (2020). Hubungan Siklus dan
Lama Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida
dengan Nyeri Menstruasi. Jurnal Kedokteran Medtek , 139-145.
Natalia, L., & Fitriani, P. (2020). Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap
Penurunan Nyeri Dysminore Primer Pada Remaja Putri Kels VII Dan
VIII Di SMPN 2 Majalengka Tahun 2020. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan .
Pratiwi, l. a., & mutiara, h. (2017). Pengaruh Jahe Merah Terhadap Nyeri Saat
Menstruasi. 2.
Rahayu, K. D., & Nujulah, L. (2018). Efektifitas Pemberian Ekstrak Jahe
Terhadap Intensitas Dismenore Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan
Sakinah Pasuran. Embrio, Jurnal Kebidanan , 70-75.

69
70

Rahayu, R., Patimah, S., & Rohmatin, E. (2019). Pengaruh Minuman Jahe Merah
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Disminore Primer Pada Siswi Kelas
VIII Di SMPN 10 Tasikmalaya Tahun 2018. Jurnal Kebidnan
"Midwife Journal" , 29-31.
Rahayu, T. G. (2019). Rebusan Buah Asam dan Jahe Sebagai Upaya Mengurangi
Disminore. Faletehan Health Journal , 12.
Rahmawatti, S., Ramadhaniyati, & Makmurina, L. (2016). Pengaruh Pemberian
Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe) Terhadap Pnurunan Intenitas
Disminore Pada Remaja Putri Tingkat II Mts Pondok Pesantren Al-
Jihad Pontianak. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan , 90-92.
Ramli, N., & Santy, P. (2017). Efektifitas Pemberian Ramuan Jahe Merah
(Zingibers Officinale) Dan Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa)
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Haid. Jurnal Action:Aveh
Nutrition Journal , 63-65.
Rossalie, B., Aslim, S., & Elena, I. M. (n.d.). Pengaruh Konsumsi Teh Hijau
Celup Terhadap Penurunan Intensittas Nyeri Pada Mahasiswi Fakultas
Kedokteran UKRAIDA Angatan 2016 Dengan Disminore Primer.
Artikel Penelitian .
Sinaga, Ernawati, dkk (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta :
Universitas Nasional, 2017.
Subiyanto, G. J., Indrayati, A., & Santoso, A. B. (2018). Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Mahasiswi Mengenai Penyakit Menular Seksual PMS di
Universitas Negeri Semarang Tahun 2017/2018. Edu Geography 6 (3)
, 182-188.
Sunardi, Yohanes (2017). Sehat & Cerdas Untuk Remaja-Panduan Nutrisi Otak
Dan Tubuh Ideal Pada Remaja. Yogyakarta : ANDI.
Suparmi, Raden, A., & Mawarti, R. (2016). Upaya Mengurangi Dismenore
Primer Dengan Ekstrak Jahe Asam Jawa Pada Mahasiswi Kebidanan
STIKES AISYIYAH SURAKARTA. GASTER , 78-86.
Utari, M. D. (2017). Pengaruh Pemberian Ramuan Jahe Merah Terhadap Nyeri
Haid Mahasiswi STIKES pmc 2015. Jurnal Ipteks Terapan , 257-264.
Winarno, & Kristiano, L. (2016). Green Tea & White Tea. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
Yulifa, Rita (2012). Asuhan Kebidanan komunitas. Jakata : selemba Medika,2012
L

N
LAMPIRAN

MASTER TABEL KELOMPOK


JAHE MERAH

NO Nama Umur Usia Riwayat Periode Hasil Selisih


Responden Menarche Keluarga menstruasi Pengukur Penurunan
an Nyeri
Pretes Kategori postest kategori
1 Nn. A 14 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 1 Nyeri 3
Sedang Ringan
2 Nn. F 12 Th 12 Th Tidak 28-35 Hari 6 Nyeri 4 Nyeri 2
Sedang Sedang
3 Nn. K 14 Th 12 Th Ya < 28 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
4 Nn. A F 14 Th 13 Th Ya 28-35 Hari 6 Nyeri 3 Nyeri 3
Sedang Ringan
5 Nn. L 14 Th 13 Th Ya 28-35 Hari 5 Nyeri 3 Nyeri 2
Sedang Ringan
6 Nn. A N 13 Th 13 Th Ya 28-35 Hari 5 Nyeri 2 Nyeri 3
Sedang Ringan
7 Nn. N 13 Th 10 Th Ya < 28 Hari 5 Nyeri 3 Nyeri 2
Sedang Ringan
8 Nn. C 13 Th 11 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
9 Nn. S 13 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 1 Nyeri 3
Sedang Ringan
10 Nn. A 13 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 6 Nyeri 3 Nyeri 3
Sedang Ringan
11 Nn. I 14 Th 9 Th Ya 28-35 Hari 3 Nyeri 1 Nyeri 2
Ringan Ringan
12 Nn. K 13 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 3 Nyeri 1
Sedang Ringan
13 Nn. S S 13 Th 12 Th Tidak <28 Hari 6 Nyeri 3 Nyeri 3
Sedang Ringan
14 Nn. A N F 13 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
15 Nn. S A 13 Th 12 Th Tidak 28-35 Hari 5 Nyeri 2 Nyeri 3
Sedang Ringan
16 Nn. M 14Th 12 Th Ya < 28 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
17 Nn. J 13Th 12 Th Tidak 28-35 Hari 6 Nyeri 4 Nyeri 2
Sedang Sedang
MASTER TABEL KELOMPOK
TEH HIJAU

NO Nama Umur Usia Riwayat Periode Hasil Selisih


Responden Menarche Keluarga menstruasi Pengukur Penurunan
an Nyeri
Pretes Kategori postest kategori
1 Nn. A 13 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 5 Nyeri 4 Nyeri 1
Sedang Sedang
2 Nn. Z 12 Th 11 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
3 Nn. C 13 Th 12 Th Ya < 28 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
4 Nn. N 14 Th 10 Th Ya 28-35 Hari 3 Nyeri 1 Nyeri 2
Ringan Ringan
5 Nn. N 12 Th 11 Th Ya 28-35 Hari 3 Nyeri 1 Nyeri 2
Ringan Ringan
6 Nn. H 14 Th 13 Th Ya < 28 Hari 5 Nyeri 3 Nyeri 2
Sedang Ringan
7 Nn. A C 14 Th 12 Th Tidak 28-35 Hari 5 Nyeri 3 Nyeri 2
Sedang Ringan
8 Nn. A K 14 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
9 Nn. A A 14 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 3 Nyeri 1
Sedang Ringan
10 Nn. K 13 Th 12 Th Tidak 28-35 Hari 6 Nyeri 4 Nyeri 1
Sedang Sedang
11 Nn. C 15 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 3 Nyeri 1 Nyeri 2
Ringan Ringan
12 Nn. Z 14 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 5 Nyeri 3 Nyeri 2
Sedang Ringan
13 Nn. F 14 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
14 Nn. N F 14 Th 12 Th Tidak 28-35 Hari 4 Nyeri 3 Nyeri 1
Sedang Ringan
15 Nn. R 13 Th 12 Th Ya < 28 Hari 4 Nyeri 2 Nyeri 2
Sedang Ringan
16 Nn. K A 13 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 5 Nyeri 3 Nyeri 2
Sedang Ringan
17 Nn. L 13 Th 12 Th Ya 28-35 Hari 5 Nyeri 3 Nyeri 2
Sedang Ringan
HASIL ANALISIS
A. ANALISIS UNIVARIAT
1. DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTRISTIK RESPONDEN

Usiamenarchejahemerah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Usia menarche <11 tahun 3 17.6 17.6 17.6
Usia menarche ≥11 tahun 14 82.4 82.4 100.0
Total 17 100.0 100.0

Riwayatkeluargajahemerah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid adariwayatkeluarga 13 76.5 76.5 76.5
tidakadariwayatkeluarga 4 23.5 23.5 100.0
Total 17 100.0 100.0

Periodemenstruasijahemerah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Periodemenstruasi<28 hari 4 23.5 23.5 23.5
PeriodeMenstruasi 28-35 hari 13 76.5 76.5 100.0
Total 17 100.0 100.0

Usiamenarchetehhijau
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Usia menarche <11 tahun 1 5.9 5.9 5.9
Usia menarche ≥11 tahun 16 94.1 94.1 100.0
Total 17 100.0 100.0

Riwayatkeluargatehhijau
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid adariwayatkeluarga 14 82.4 82.4 82.4
tidakadariwayatkeluarga 3 17.6 17.6 100.0
Total 17 100.0 100.0

Periodemenstruasitehhijau
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Periodemenstruasi<28 hari 3 17.6 17.6 17.6
PeriodeMenstruasi 28-35 hari 14 82.4 82.4 100.0
Total 17 100.0 100.0
2. DATA NORMALITAS

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
prejahemerah .293 17 .000 .823 17 .004
postjahemerah .205 17 .056 .893 17 .052
pretehhijau .257 17 .004 .799 17 .002
posttehhijau .242 17 .009 .886 17 .040
a. Lilliefors Significance Correction

3. RATA-RATA TINGKAT NYERI DISMENORE SEBELUM


DAN SESUDAH DIBERIKAN JAH MERAH DAN TEH HIJAU

Statistics
prejahemerah postjahemerah pretehhijau posttehhijau
N Valid 17 17 17 17
Missing 0 0 0 0
Mean 4.71 2.41 4.24 2.47
Median 4.00 2.00 4.00 3.00
Std. Deviation .985 .939 .752 .943
Minimum 3 1 3 1
Maximum 6 4 5 4

B. ANALISIS BIVARIAT
1. ANALISIS WILCOXON
a. PENGARUH PEMBERIAN JAHE MERAH DAN TEH
HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYRI DISMENORE

Test Statisticsa
postjahemerah - posttehhijau -
prejahemerah pretehhijau
Z -3.695b -3.827b
Asymp. Sig. (2- .000 .000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
2. ANALISIS MANN WHITNEY
a. EFEKTIVITAS PEMBERIAN JAHE MREAH DAN TEH
HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE
PADA REMAJA PUTRI
Descriptives
Statistic Std. Error
prejahemerah Mean 4.71 .239
95% Confidence Lower Bound 4.20
Interval for Mean Upper Bound 5.21
5% Trimmed Mean 4.73
Median 4.00
Variance .971
Std. Deviation .985
Minimum 3
Maximum 6
Range 3
Interquartile Range 2
Skewness .232 .550
Kurtosis -1.289 1.063
postjahemerah Mean 2.41 .228
95% Confidence Lower Bound 1.93
Interval for Mean Upper Bound 2.89
5% Trimmed Mean 2.40
Median 2.00
Variance .882
Std. Deviation .939
Minimum 1
Maximum 4
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness .032 .550
Kurtosis -.670 1.063
Pretehhijau Mean 4.24 .182
95% Confidence Lower Bound 3.85
Interval for Mean Upper Bound 4.62
5% Trimmed Mean 4.26
Median 4.00
Variance .566
Std. Deviation .752
Minimum 3
Maximum 5
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.435 .550
Kurtosis -.986 1.063
Posttehhijau Mean 2.47 .229
95% Confidence Lower Bound 1.99
Interval for Mean Upper Bound 2.96
5% Trimmed Mean 2.47
Median 3.00
Variance .890
Std. Deviation .943
Minimum 1
Maximum 4
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness -.158 .550
Kurtosis -.692 1.063

Test Statisticsa
Pre Post
Mann-Whitney U 110.000 138.500
Wilcoxon W 263.000 291.500
Z -1.263 -.217
Asymp. Sig. (2-tailed) .206 .828
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .245b .838b
a. Grouping Variable: kelompok
b. Not corrected for ties.

3. ANALISIS CHI SQUARE


a. HUBUNGAN VARIABEL LUAR (USIA MENARCHE, RIWAYAT
KELUARGA, DAN PERIODE MENSTRUASI) DENGAN
PEMBERIAN JAHE MRAH DAN TEH HIJAU TERHADAP
TINGKAT NYERI DISMENORE.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2-
Value Df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .604a 1 .437
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio 1.070 1 .301
Fisher's Exact Test 1.000 .591
Linear-by-Linear Association .587 1 .444
N of Valid Cases 34
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,47.
b. Computed only for a 2x2 table

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2-
Value Df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.209a 1 .004
Continuity Correctionb 4.871 1 .027
Likelihood Ratio 6.515 1 .011
Fisher's Exact Test .021 .021
Linear-by-Linear Association 7.968 1 .005
N of Valid Cases 34
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,82.
b. Computed only for a 2x2 table

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.175a 1 .278
Continuity Correctionb .181 1 .670
Likelihood Ratio 1.978 1 .160
Fisher's Exact Test .559 .378
Linear-by-Linear Association 1.141 1 .285
N of Valid Cases 34
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,82.
b. Computed only for a 2x2 table
SURAT PERNYATAAN
KETERSEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
No HP :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan, saya menyetujui untuk menjadi subjek

dalam penelitian yang berjudul “ Efektivitas Pemberian Jahe Merah Dan Teh

Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Kota

Bengkulu Tahun 2021”. Yang akan dilakukan oleh Revia Sari, mahasiswi Progam

Studi DIV Kebidanan Alih Jenjang Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Demikian

pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak

manapun. Apabila selama penelitian ini saya ingin mengundurkan diri sewaktu-

waktu tanpa adanya sanksi.

Bengkulu, Desember 2021


Responden

( )
KUESIONER

Identitas Responden
1. Nama (Inisial) :
2. Umur :

Petunjuk pengisian kuesioner :


1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum menjawab
2. Untuk kelancaran penelitian, mohon kepada Saudara untuk menjawab
semua pertanyaan sesuai dengan pengetahuan saudara.
3. Bila ada petunjuk yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

Pertanyaan Faktor Risiko Dismenore

1. Usia berapa anda pertama kali menstruasi?


.......... tahun
2. Bagaimana siklus (jarak bulan satu ke bulan berikutnya)
menstruasianda?
a. < 28 hari
b. 28-35 hari
c. > 35 hari
3. Apakah ada riwayat keluarga anda yang mengalami
mengalami nyeri pada perut saat menstruasi?
Ya Tidak

Sumber : Rezhela Lintang Ginanjarsari (2019)


Menstrual Symptom Questionnaire (MSQ).

Memilih satu dari pilihan respons Tidak Pernah (N), Jarang (R), Terkadang (S),
Sering (0), dan Selalu (A).

NO Item (1) (2) (3) (4) (5)


1 Saya merasa mudah tersinggung. Mudah (N) (R) (S) (O) (A)
gelisah, dan saya tidak sabar beberapa
hari sebelum haid saya.
2 Saya memiliki kram yang dimulai pada (N) (R) (S) (O) (A)
hari sebelum haid saya
3 Saya merasa sedih selama beberapa hari (N) (R) (S) (O) (A)
sebelum haid.
4 Saya mengalami sakit perut atau (N) (R) (S) (O) (A)
ketidaknyamanan yang dimulia satu hari
sebelum mestruasi saya
5 Selama beberapa hari sebelum (N) (R) (S) (O) (A)
menstruasi saya merasa lesu atau lelah
6 Saya hanya tahu bahwa haid saya akan (N) (R) (S) (O) (A)
datang melihat kalender
7 Saya minum obat resep untuk mengatasi (N) (R) (S) (O) (A)
rasa sakit selama haid saya
8 Saya merasa lemah dan pusing selama (N) (R) (S) (O) (A)
haid
9 Aku merasa tegang dan gelisah sebelum (N) (R) (S) (O) (A)
haid saya
10 Saya mengalami diare selama haid (N) (R) (S) (O) (A)
11 Saya menderita sakit punggung beberapa (N) (R) (S) (O) (A)
hari sebelumnya haid
12 Saya minum aspirin untuk rasa sakit (N) (R) (S) (O) (A)
selama haid saya
13 Payudara saya terasa sakit dan sakit (N) (R) (S) (O) (A)
beberapa hari sebelum haid saya
14 Punggung bawah, perut, dan sisi dalam (N) (R) (S) (O) (A)
saya pahaku mulai sakit atau lembut hari
pertama haid saya
15 Selama sekitar hari pertama haid saya, (N) (R) (S) (O) (A)
saya merasa seperti meringkuk di tempat
tidur. Menggunakan panas botol air di
perut saya, atau mandi air panas
16 Berat badan saya bertambah saat saya (N) (R) (S) (O) (A)
haid
17 Saya sembelit selama haid saya (N) (R) (S) (O) (A)
18 Dimulai pada hari pertama haid saya. (N) (R) (S) (O) (A)
Saya sudah rasa sakit yang mungkin
berkurang atau hilang. Beberapa
menit
dan kemudian muncul kembali
19 Rasa sakit yang saya alami dengan haid (N) (R) (S) (O) (A)
saya tidak intens, tetapi rasa sakit yang
terus menerus
20 Saya mengalami ketidaknyamanan perut (N) (R) (S) (O) (A)
selama lebih dari satu hari sebelum haid.
21 Saya menderita sakit punggung yang (N) (R) (S) (O) (A)
dimulai pada hari yang sama dengan
haid
saya
22 Daerah perut saya terasa kembung selama (N) (R) (S) (O) (A)
beberapa hari sebelum menstruasi saya
23 Saya merasa mual pada hari pertama atau (N) (R) (S) (O) (A)
lebih haid saya
24 Mengalami sakit kepala selama beberapa (N) (R) (S) (O) (A)
hari sebelum haid

Sumber : Margaret A. Chesney Dan Donald L. Tasto, 1974


Lembar Cheklist
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di Kota Bengkulu Tahun
2021
Hari/tanggal :
Pukul :
No HP :

Sebelum pemberian jahe merah:


NO Pernyataan Ya Tidak
0. Tidak nyeri

1. Nyeri hampir tidak terasa, sangat ringan seperti gigitan


nyamuk
2. Nyeri ringan seperti cubitan ringan dikulit

3. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter tetapi


masih bisa ditoleransi
4. Mendesis,menyeringai seperti sakit gigi atau rasa sakit
seperti tersengat lebah
5. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir
6. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir dan menggagu konsentrasi
7. Tidak dapat mengikuti perintah, tetapi masih merespon
8. Dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan
9. Tidak dapat dialihkan dengan posisi nafas panjang dan
distraksi
10. Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi
Sesudah Pemberian Jahe Merah
Pukul :
NO Pernyataan Ya Tidak
0. Tidak nyeri

1. Nyeri hampir tidak terasa, sangat ringan seperti gigitan


nyamuk
2. Nyeri ringan seperti cubitan ringan dikulit

3. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter tetapi


masih bisa ditoleransi
4. Mendesis,menyeringai seperti sakit gigi atau rasa sakit
seperti tersengat lebah
5. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir
6. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir dan menggagu konsentrasi
7. Tidak dapat mengikuti perintah, tetapi masih merespon
8. Dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan
9. Tidak dapat dialihkan dengan posisi nafas panjang dan
distraksi
10. Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi
Lembar Cheklist
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di Kota Bengkulu Tahun
2021
Hari/tanggal :
Pukul :
No HP :

Sebelum pemberian Teh Hijau


NO Pernyataan Ya Tidak
0. Tidak nyeri

1. Nyeri hampir tidak terasa, sangat ringan seperti gigitan


nyamuk
2. Nyeri ringan seperti cubitan ringan dikulit

3. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter tetapi


masih bisa ditoleransi
4. Mendesis,menyeringai seperti sakit gigi atau rasa sakit
seperti tersengat lebah
5. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir
6. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir dan menggagu konsentrasi
7. Tidak dapat mengikuti perintah, tetapi masih merespon
8. Dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan
9. Tidak dapat dialihkan dengan posisi nafas panjang dan
distraksi
10. Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi
Sesudah Pemberian Teh Hijau
Pukul :
NO Pernyataan Ya Tidak
0. Tidak nyeri

1. Nyeri hampir tidak terasa, sangat ringan seperti gigitan


nyamuk
2. Nyeri ringan seperti cubitan ringan dikulit

3. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter tetapi


masih bisa ditoleransi
4. Mendesis,menyeringai seperti sakit gigi atau rasa sakit
seperti tersengat lebah
5. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir
6. Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan
terkilir dan menggagu konsentrasi
7. Tidak dapat mengikuti perintah, tetapi masih merespon
8. Dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan
9. Tidak dapat dialihkan dengan posisi nafas panjang dan
distraksi
10. Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
PEMBERIAN MINUMAN JAHE MERAH

1. Pengertian Jahe merah meruakan bahan ramuan lebih dri 50%


obat tradisional yang mampu mengatasi kondisi
seperti
mual, kram perut, demam, infeksi, dan lain-lain.
2. Tujuan a. Sebagai acuan pemberian minuman jahe
kepada pasien nyeri haid
b. Mengurangi rasa sakit ketika haid
3. Kebijakan Bisa dilakukan dirumah
4. Persiapan a. Remaja putri berusia 12-15 tahun
Responden b. Remaja putri yang megalami disminore primer
c. Tidak mengkonsumsi obat analgesik saat
menstruasi (Sebelum diberi minuman jahe
merah)
5. Alat dan Bahan a. Jahe merah

b. Gelas

c. Air 400 ml
d. Panci

e. Kompor
6. Penatalaksanaan a. Perkenalkan diri pada pasien dan menjelaskan
tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
b. Lakukan cuci tangan
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin
d. Ukur skala nyeri pasien sebelum diberikan
minuman jahe merah pada hari pertama menstruasi
e. Jahe merah ukuran 15 gram di parut dan direbus
dengan air 400 ml
f. Anjurkan pasien untuk minum minuman jahe
merah
g. Tunggu sampai 30 menit
h. Bereskan alat
i. Lakukan evaluasi skor skala nyeri pasien setelah
diberikan minuman jahe merah

Sumber : Rahayu, R., Patimah, S., & Rohmatin, E. 2019


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
PEMBERIANT TEH HIJAU

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


KONSUMSI TEH HIJAU DALAM MENGURAI NYERI
DISMENORE PRIMER DALAM REMAJA PUTRI

Mengkonsumsi Teh Hijau merupakan cara untuk


Pengertian menghilangkan atau menurunkan nyeri Dismenore secara non
farmakologi tampa membeikan efek samping
a. Sebagai acuan mengkonsumsi teh hijau pada pasien nyeri
haid
Tujuan
b. Mengurangi rasa sakit ketika haid
c. Menghasilkan perasaan tenang dan rileks
A. Persiapan Responden
1. Remaja Putri berusia 13-15 tahun
2. Remaja Putri yang mengalami Dismenore Primer
3. Tidak mengkonsumsi obat analgesik saat menstruasi
(sebelum diberi teh hijau)
B. Persiapan Alat dan Bahan
1. Satu kantung teh hijau

Prosedur

2. Air hangat kuku 200 ml


3. Gelas

4. Sendok
C. Cara Menyeduh Teh Hijau
1. Siapkan air dan teh celup, gunakan air hangat kuku
sebanyak 200 ml
2. Masukan teh hijau celup kedalam gelas, kemudian
tuangkan air hangat kedalam gelas
3. Diamkan teh dalam air selama 2-3 menit
4. Setelah 2-3 menit aduk teh celup supaya tercampur
dengan rata kemudian angkat kantung teh.
D. Penatalaksanaan
1. Perkenalkan diri kepada pasien dan menjelaskan tujuan
dan tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
4. Ukur skala nyeri pasien sebelum diberikan teh hijau
pada hari pertama menstruasi
5. Berikan teh hijau sebanyak 200 ml
6. Anjurkan pasien untuk meminum teh hijau tersebut
7. Tunggu selama 1 jam
8. Bereskan alat
9. Lakukan evaluasi skor skala nyeri pasien setelah
diberikan teh hijau

Sumber : Rossalie, B., Aslim, S., & Elena, I. M. (n.d.), 2019


DOKUMENTASI PRE SMPN 2
DOKUMENTASI PRE SMPN 5
DOKUMENTASI POST SMP 2
DOKUMENASI POST SMPN 5

Anda mungkin juga menyukai