Oleh :
ADE NONA
NIM : 2019050114
Oleh :
ADE NONA
NIM : 2019050114
NIM : 2019050114
Menyatakan dan bersumpah bahwa Proposal ini adalah hasil karya sendiri
dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari
berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun.
Jombang, 2021
Ade Nona
LEMBAR PERSETUJUAN
Tanggal : 2021
Pembimbing I
NPP.
Pembimbing II
NPP.
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PROPOSAL SKRIPSI
Mengesahkan
Tim Penguji
Ketua :
(………………)
Penguji I : NPP.
(………………)
Penguji II : NPP.
(………………)
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Rsud Bula, Kabupaten Seram Bagian
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Husada Jombang
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
Jombang, 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Tingginya derajat kesehatan pada suatu Negara dapat
rendahnya Angka Kematian Bayi (AKB), dimana AKB dipengaruhi oleh faktor
Prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang berhubungan dengan paritas.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup
ekonomi sosial rendah diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia. Angka
kematian tertinggi pada bayi merujuk pada WHO tahun 2017. Dari data tersebut
didapat perbandingan antara negara berkembang dan negara maju 4:1.9 Angka
kematian BBLR 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi berat lahir normal.
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh
lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Jumlah neonatus yang meninggal yang
1
disebabkan oleh berat lahir rendah sebanyak 32.342 kelahiran atau sebanyak
29% dari jumlah seluruh kematian neonatus. Insidensi BBLR di rumah sakit
penyebab kematian bayi karena BBLR di Indonesia yang meningkat dari 24%
pada tahun 2018 menjadi 25% per kelahiran hidup pada tahun Dari laporan
21.544 bayi dari 573.928 bayi lahir hidup dan kematian terbesar pada Neonatal
disebabkan karena ANC yang kurang berkualitas serta kompetensi petugas dalam
kabupaten Seram Bagian Timur tahun 2018 sebanyak 855 dari 42.651 kelahiran
hidup. Bayi yang lahir dengan BBLR perlu perawatan khusus karena kondisinya
sejak janin dalam kandungan. Kejadian BBLR pada dasarnya di pengaruhi oleh
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyebab terjadinya BBLR (Pantiawati, 2015: 4). Umumnya kejadian BBLR dan
bila paritas lebih dari 3. Paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang
berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah
uterus. Hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya,
selain itu dapat menyebabkan atonia uteri. Hal ini dapat menyebabkan gangguan
(Winkjosastro, 2008). Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih sering
terjadi pada ibu yang mempunyai paritas tinggi dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai paritas rendah, hal ini disebabkan karena terdapatnya jaringan parut
(Habibah, 2011).
fenomena yang ada, risiko kematian BBLR 4 kali lebih besar dibandingkan bayi
lahir dengan berat badan lebih dari 2500 gram. Mengingat besarnya risiko yang
disebabkan karena BBLR, salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh bidan di
asupan gizi saat hamil, menganjurkan ibu untuk melaksanakan program KB,
mengatur jarak kelahiran, dan menghindari gaya hidup yang tidak sehat saat
hamil. Karena paritas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
BBLR, maka peneliti tertarik dan bermaksud akan melakukan penelitian untuk
1.3 Tujuan
Timur..
Bagian Timur..
1.4.1 Teoritis
penelitian
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Peneliti selanjutnya
mahasiswa.
saranan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Paritas
2.1.1 Definisi
anaknya. Kelahiran kembar tiga hanya dihitung satu paritas (Oxorn, 2010).
bayi aterm.
2.1.2 Klasifikasi
1. Primipara
2. Multipara
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas
(Oxorn, 2010).
3. Grandemultipara
Adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali
(Manuaba, 2010).
1. Pendidikan
akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2
orang.
2. Pekerjaan
individual.
rejeki.
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi
langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah
anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia
ketahui
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang
aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dari 1 jam setelah lahir (Saifuddin,
menurut berat lahir adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir
< 2500 gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram
dan bayi berat badan lebih dengan berat badan > 4000 gram sedangkan
bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan
dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari), dan bayi lebih
bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih
(Saifuddin, 2008)
(LBWI),adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
bayi kurang bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari), bayi cukup bulan, yaitu bayi dengan masa kehamilan
bulan, yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut low birth weigh infant (bayi berat badan lahir
ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram (Pantiawati, 2010).
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
mellitus
rendah. Kelahiran BBRL lebih tinggi pada ibu-ibu usia <20 tahun.
BBLR (Setyowati,2008).
4. Sebab lain yaitu Ibu yang perokok, peminum alcohol dan pecandu
narkotika
1,5-9,9 kali dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu
berat badan fetus. Dalam penelitian ini, mencit dipapar asap rokok
menyebabkan BBLR.
lama.
1. Hidramnion
yang paling banyak pada minggu ke-38 ialah 1030 cc, pada akhir
hanya kehamilan tinggal 790 cc, dan terus berkurang sehingga
pada minggu ke-43 hanya 240 cc. pada akhir kehamilan seluruh
asfiksia
2. Kehamilan ganda
atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau bila satu ovum yang
yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal.
(Wiknjosastro, 2007).
3. Kelainan kromosom
2007).
2. Radiasi
2.2.4 Klasifikasi
masa kehamilan.
Cara menilai aktivitas neuromuskuler :
dengan forearm
rupa sehingga terdpat posisi lutut datar steelh itu dilakukan ekstensi
5. Scarf sign : posisi terlentang , peganglah salah satu lengan bayi dan
lainnya , angkat dan geserlah siku bayi diatas dadanya dan lihat
ekstensi lutut.
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram
1500 gram
(Arief. 2009)
minggu
pergerakannya lemah
lemah
masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada
berikut.
1. Hipotermia
normal dan stabil yaitu 36o sampai dengan 37oC. Segera setelah lahir
saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar
4. Perdarahan intracranial
hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan
cukup bulan.
6. Hiperbilirubinemia
permanen.
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
meliputi:
1. Faktor janin
2. Faktor plasenta
3. Faktor ibu
2010).
pelisutan.
pertumbuhan.
noda mekonium.
2. Stadium kedua. Terdapat tanda stadium pertama ditambah
pernafasan.
2. Hipoglikemia sistomatik
kadar gula darah kurang dari 20mg/dl pada bayi berat lahir
rendah.
4. Hiperbilirubinemia
5. Asfiksia neonatorum
2.2.6 Penatalaksanaan
2010: 175-176).
suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih
panas, selimut, lampu panas, bantalan panas, dan botol air hangat,
ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR
interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih
rendah.
turun.
terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
(Proverawati, 2010).
2.2.7 Pencegahan
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
lebihbesar dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang lebih
jumlahjanin, persalinan secara progresif lebih lama. Hal ini diduga akibat
(Varney, 2008).
dengan meningkatnya paritas ibu, terutama bila paritas lebih dari 3. Paritas
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam
kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus. Hal ini akan mempengaruhi
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih sering terjadi pada ibu yang
rendah, hal ini disebabkan karena terdapatnya jaringan parut akibat kehamilan
melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Hal ini dapat mempengaruhi suplai
gizi dari ibu ke janin dan semakin tinggi paritas maka resiko untuk melahirkan
kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu program pembangunan kesehatan
berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik ibu dan bayi yang
dilahirkan, salah satu dampak kesehataan yang mungkin timbul paritas tinggi
adalah ganguan pertumbuhan janin sehinga melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dan pendarahaan saat persalinan karena keadaan rahim
menurun sehingga sel-sel otot mulai melemah dan bagian tubuh lainya sudah
hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor resiko tinggi
penyebab BBLR, dimana ibu dengan paritas > 3 anak akan beresiko 2 kali
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Faktor-faktor yang
menyebabkan BBLR:
Faktor Ibu:
1. Penyakit 1. Primipara
2. Usia
2. Multipara
Paritas
3.
3. Paritas 3. Grandemultipara
4. Sosial ekonomi
5. Sebab lain (perokok,
alkohol, narkotika)
Faktor Janin:
Berat Badan Lahir Rendah
1. Hidramnion
2. Kehamilan ganda (BBLR)
3. Kelainan kromosom
Keterangan:
Diteliti :
Tidak diteliti :
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Paritas Dengan Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah Di RSUD Bula, Kabupaten Seram Bagian
Timur..
3.2 Hipotesis
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009), hipotesis merupakan
BAB IV
METODE PENELITIAN
adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena Kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Dalam penelitian
ini, dari analisis korelasi dapat diketahui seberapa jauh kontribusi faktor resiko
2010:37).
termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk survei ini antara
faktor resiko dan faktor efeknya diukur atau diamati pada saat yang sama.
Kerangka Kerja
Populasi
Seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSUD Bula, Kabupaten
Seram Bagian Timur.tahun 2021
Teknik Sampling
Non Probability Sampling : Total Sampling
Sampel
Seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di di RSUD Bula, Kabupaten
Seram Bagian Timur. bulan Maret - Agustus Tahun 2021 berjumlah 42
pasien
Desain Penelitian
Retrospektif
Pengolahan Data
Editing, Coding, Data Entry, Tabulating
Analisis Data
Spearman Rho
Pembahasan
Kesimpulan Hasil
Penelitian
Gambar 3.2 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di
RSUD Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur.
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Sampel
yang digunakan adalah keseluruhan dari populasi yaitu ibu yang melahirkan
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap anggota populasi.
Jenis sampling yang digunakan adalah adalah total sampling yaitu dengan
penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2010).
2. Variabel Dependen
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Paritas Dengan Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah di RSUD Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur..
Bagian Timur.
4.4.2 WaktuPenelitian
Data sekunder adalah data yang didapat dari suatu lembaga atau
Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur pada periode Januari sampai dengan
empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Data yang telah
data dan diteliti satu per satu untuk mengetahui apakah data ters ebut
kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book)
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
1. Umur Ibu
2. Pendidikan
Lulus SD = kode S1
SMP = kode S2
SMA = kode S3
3. Pekerjaan
Wiraswasta = kode K2
PNS = kode K3
4. Patologis penyerta
DM = A1
Sehat = A0
Hipertensi Kronik = A2
PPI = A3
PEB = A4
1. Paritas ibu
2. BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram= kode B1
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000 – 1500 gram=
kode B2
Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir kurang dari1000
gram= kode B3
4.5.2.3 Tabulating
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2005).
Komponen yang termasuk dalam analisis univariate ini yaitu data umum
yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan data khusus yang terdiri dari Paritas
sebagai berikut :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000 – 1500 gram
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir kurang dari1000 gram
100 % = Seluruhnya
76 % - 99 % = Hampir seluruhnya
50 = Setengah responden
26 - 49 % = Hampir dari setengahnya
menggunakan uji statistic. Dalam tahap ini data diolah dalam analisis data
Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di di RSUD Bula, Kabupaten Seram Bagian
data antar variabel tidak harus sama”. Selanjutnya untuk mengetahui keeretan
atau derajat hubungan antara dua variabel dapat diukur dengan menggunakan
6 ∑ di 2
r s =1−
n( n2 −1)
Dimana :
rs = koefisien korelasi Spearman
Σ = notasi jumlah
independen dengan variabel dependen dengan ketentuan jika nilai “r” semakin
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2010).